PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN NANGKA CEMPEDAK (Artocarpus Champeden) DI KAMPUNG NANGKOD DESA MARGALUYU KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA
( Suatu Kajian Geografi )
Pipih nurlatifah1 (Pipihnurlatifah@gmail.com) Siti Fadjarajani2 (sfadjarajani@yahoo.com)
Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT
This research has background by existence of natural by resistance the farmer in the village Nangkod of Countryside Margaluyu in developing agriculture of cempedak jackfruit. The problems lifted in this research is geographi factors what influencing agriculture of cempedak in Nangkod village Margaluyu Countryside? and What are the efforts that can be done to develop of agriculture cempedak jackfruit in the Village Nangkod Margaluyu District? The hypothesis of this research are geogrhy factors that affect agriculture cempedak jackfruit in the Village Nangkod Margaluyu District among others: phisical factors include climate, topography, land availalability, soil type, and water.While non phisical factors are knowledge and skills of the farmers, capital and marketing the efforts that can be done to develop of agriculture cempedak jackfruit in the Village Nangkod Margaluyu District is the intensification of farming implementing sapta program, expanding the cultivation area, providing the information on the farmers, and expanding the marketing.The research method used is descriptive quantitative methods,by using Total Sampling technique. The research sample consisted of 11 cempedak jackfruit farmers. The data was collected by interviewing and observing directly. Then, the collected data analisyed by using quantitative descriptive technique by percentage technique. The result showed that the physical conditions such as climate, topography, soil type and water in the research area is the contributing factor in the development of cempedak jackfruit and another supporting factors that are non phisisical factors in the develovment of cempedak jackfruit in the Village Nangkod Margaluyu District are the farmers knowledge are and skill ( 54,55% of respondents knowing) and marketing also is the contributing factor in the development of cempedak jackfruit in the Village Nangkod Margaluyu.While the obstruction that inhibits the development is land availalabilityand factor and capital factor, because a land that used is limited and in which most of that capital comes from the farmers own capital and is limited. The efforts which are done to develop of agriculture cempedak jackfruit in the research area are maintenance intensively, expanding the cultivation area, providing the information to the farmersm and expanding the marketing. Keywords : Agriculture, Development, Cempedak jackfruit
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap kawasan di muka bumi ini mempunyai karakteristik wilayah yang berbeda-beda, yang dapat dibedakan dengan wilayah lainnya. Karakteristik Jawa Barat yang beriklim tropis, banyaknya aliran sungai, serta memiliki lahan yang subur yang sebagian besar berasal dari hasil endapan vulkanik merupakan suatu keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi pertanian. Sebagian besar kawasan di Jawa Barat digunakan sebagai lahan pertanian yang sangat berpengaruh besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, wilayah Kabupaten Tasikmalaya salahsatunya.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Tasikmalaya adalah bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. Cakupan objek pertanian meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan). Salah satu sektor pertanian yang menghasilkan komoditi dengan harga jual yang stabil dan nilai jualnya tinggi adalah budidaya tanaman nangka cempedak (Artocarpus champeden), karena masih sedikitnya petani yang mengembangkan jenis tanaman ini.
Tanaman nangka cempedak banyak terdapat di Kecamatan Manonjaya. Di daerah Manonjaya, tanaman nangka cempedak ini tumbuh dengan subur, Kondisi morfologi daerah Manonjaya yang datar, serta curah hujan yang relatif tinggi sangat mendukung untuk pertanian tanaman nangka cempedak, terutama di Kampung Nangkod yang berada di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Di kampung Nangkod (patrol kulon), tanaman nangka cempedak dapat tumbuh subur, hal ini disebabkan oleh keadaan tempat dan kondisi iklim yang cocok. Kampung Nangkod berupa dataran rendah, yang sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian salahsatunya pertanian nangka cempedak, sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduknya disektor pertanian. Prospek pertanian buah nangka cempedak dapat dikatakan cukup cerah. Rasanya yang manis seperti buah durian itu serta manfaatnya yang banyak salahsatunya sebagai anti Tumor dan anti Malaria, menjadikan buah nangka cempedak ini banyak diminati orang-orang. Buah nangka cempedak ini bernilai ekonomis tinggi, harga jual 1 buah nangka cempedak rata-rata bisa mencapai Rp.25.000,00
– Rp. 50.000,00. Meskipun demikian permintaan komoditas buah ini selalu menunjukkan peningkatan.Tetapi besarnya jumlah permintaan belum sebanding dengan produktifitas yang dihasilkan. Kendati demikian banyak persoalan yang dihadapi oleh para petani dalam pertanian nangka cempedak ini, misalnya dalam hal pemodalan. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, penting kiranya dilakukan studi tentang pengembangan potensi pertanian nangka
cempedak (Artocarpus Champeden) di Kampung Nangkod Desa Margaluyu
Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. 1.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui faktor-faktor
geografi yang mempengaruhi pertanian nangka cempedak(Artocarpus
Champeden) di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Serta untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan pertanian nangka cempedak (Artocarpus
Champeden) di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
2. METODE PENELITIAN
Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplementasikan data yang berbentuk angka dan dengan menghitung yang bersifat matematik (Sumaatmadja, 1988:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tanaman nangka cempedak di Kampung Nangkod (Patrol) Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebanyak 11 KK. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik total sampling (sampel jenuh) yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
3. PEMBAHASAN
Istilah pertanian mempunyai arti yang sangat luas, Berdasarkan tinjauan studi geografi pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Yang termasuk kedalam subsistem fisis yaitu tanah, iklim, hidrografi, tofografi dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan yang
termasuk kedalam subsistem manusia yaitu tenaga kerja, kemampuan tekhnologi, tradisi, kemampuan ekonomi, dan kondisi politik (Sumaatmadja: 1981:166 ). Usaha budidaya tanaman adalah serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati melelui upaya manusia yang dengan modal, tekhnologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik. Pengembangan pertanian nangka cempedak yang ada di Kampung Nangkod tidak terlepas dari faktor-faktor fisik maupun nonfisik.
3.1Syarat - Syarat Pengembangan Suatu Pertanian
Menurut Mosher dalam (Hanafie, 2010:12) menyimpulkan bahwa ada lima syarat pokok/mutlak dan lima syarat tambahan/pelancar untuk membangun/mengembangkan suatu pertanian, yaitu :
a. Syarat Pokok/Mutlak
1) Pasar untuk Hasil Pertanian
Pembangunan pertanian adalah suatu proses untuk meningkatkan produksi hasil usaha tani. Untuk hasil-hasil tersebut, Perlu adanya pasar, serta harga yang cukup tinggi untuk membayar kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani pada saat memproduksikannya.
2) Tekhnologi yang Senantiasa Berubah Lebih Maju
Tekhnologi usahatani merupakan cara-cara melakukan pekerjaan usahatani, termasuk didalamnya cara menyebar benih, memelihara tanaman, memungut hasil. Juga termasuk benih, pupuk, pestisida, perkakas, alat, dan sumber tenaga. Agar pembangunan pertanian dapat terus berjalan maka harus selalu terjadi perubahan. Apabila tidak ada tekhnologi yang maju maka maka produksi tidak dapat ditingkatkan. 3) Sarana Produksi dan Alat-alat Pertanian yang Tersedia Lokal
Untuk meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan dan alat produksi khusus oleh petani, seperti bibit, pupuk, dan perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki semuanya tersedia secara lokal atau di dekat pedesaan dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan petani yang mau menggunakannya.
4) Insentif Produksi untuk Petani
Petani harus memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan. Selisih antara pengeluran dan penerimaan bersih usaha tani harus terus naik agar petani dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya. Faktor
pendorong yang dapat meningkatkan produksinya misalnya
perbandingan harga yang menguntungkan, bagi hasil yang wajar, dan tersedianya barang atau jasa yang ingin dibeli oleh petani.
5) Pengangkutan /Transportasi
Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, keempat syarat pokok lainnya tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya pengangkutan berkaitan dengan produksi pertanian yang harus tersebar luas. Pengangkutan tergantung pada beberapa faktor, seperti sifat barang yang harus diangkut, jarak angkut, banyaknya sekali angkut, dan jenis alat pengangkutan yang digunakan.
b. Syarat Pelancar
1) Pendidikan untuk Pembangunan
Alih tekhnologi memerlukan tingkat pengetahuan dan keterampilan tertentu dari pihak produsen. Dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah, alih tekhnologi berjalan lambat, sehingga dapat menghambat proses produksi pertanian.
2) Kredit Produksi
Untuk memproduksi lebih banyak, petani harus lebih banyak mengeluarkan uang. Pengeluaran-pengeluaran itu harus dibiayai dari tabungan atau meminjam. Kredit produksi adalah meminjam uang untuk keperluan produksi, dengan tujuan menaikan pendapatan yang nantinya dapat dapat digunakan untuk melunasi pinjaman tersebut.
3) Kegiatan Kelompok untuk Petani
Guna mempercepat pengembangan pertanian, perlu adanya kegiatan kerja sama sukarela dengan kelompok-kelompok petani setempat. Sehingga kegitan pertanian dalam berjalan baik.
Untuk mempercepat pembangunan pertanian, diperlukan pengelolaan tanah yang baik salahsatunya, meningkatkan mutu tanah yang sudah ada saat ini dan sekarang masih terus diusahakan dengan cara perbaikan-perbaikan untuk menahan dan menyimpan air hujan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi.
5) Perencanaan Nasional Pembangunan Pertanian
Kebijakan dan tindakan pemerintah sangat besar pengaruhnya bagi kecepatan pembangunan pertanian. Perencanaan nasional merupakan proses pengambilan keputusan oleh pemerintah tentang apa yang hendak dilakukan dan tindakan yang mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.
3.2 Deskripsi Tentang Pertanian Nangka Cempedak (Artocarpus Champeden) di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalya
a. Luas Lahan Pertanian Nangka Cempedak
Lahan yang digunakan oleh petani untuk bertani nangka cempedak ini sebagian besar milik sendiri, dan ada juga yang menggarap lahan milik orang lain. Luas lahan yang digunakan untuk pertanian nangka cempedak ini relatif masih sempit, dan luas lahan keselururuhan yaitu sekitar 2 Ha. Berikut jumlah petani yang menanam nangka cempedak yang ada di Kampung Nangkod dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah.
Tabel 1
Petani nangka cempedak Di Kampung Nangkod
No Nama Luas Lahan (Bata)
1 Petani nangka cempedak 1 82
2 Petani nangka cempedak 2 127
3 Petani nangka cempedak 3 82,5
4 Petani nangka cempedak 4 60
5 Petani nangka cempedak 5 79
6 Petani nangka cempedak 6 87,5
7 Petani nangka cempedak 7 96
8 Petani nangka cempedak 8 135
9 Petani nangka cempedak 9 250
10 Petani nangka cempedak 10 236
11 Petani nangka cempedak 11 85
Jumlah 1320
b. Lokasi
Tanaman nangka cempedak banyak tumbuh di daerah Manonjaya, salahsatunya di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Di Kampung ini dapat tumbuh dengan subur, karena kondisi alam lingkungan daerah ini mendukung untuk pertanian nangka cempedak. Daerah ini merupakan suatu perkampungan kecil yang berada di wilayah Kecamatan Manonjaya yang berada di kedusunan Patrol. Letak perkampungan ini yaitu berada di perbatasan antara Desa Kamuliyan dan Desa Margaluyu.
c. Potensi
Pertanian nangka cempedak yang ada di daerah Manonjaya mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salahsatunya yang ada di Kampung Nangkod. Di Kampung Nangkod tanaman nangka cempedak ini dapat tumbuh dengan subur. Kondisi alam dan lingkungan wilayah Kampung Nangkod mendukung untuk pertanian nangka cempedak ini. Kondisi tofografi Kampung Nangkod ini datar dan merupakan daerah dataran rendah, dengan ketinggian sekitar 308 m dpal, dengan curah hujan tinggi sekitar 2666 mm/tahun kondisi tersebut cocok utuk pertanian nangka cempedak.
Selain luas lahan, produktivitas lahan juga merupakan aspek penting dalam pertanian nangka cempedak ini. Karena nangka cempedak berbuah pada awal musim hujan sehingga panennya satu tahun sekali. Produktifitas lahannya tiap jarak sekitar 4 m ditanami 1 pohon sehingga produktifitasnya kurang menguntungkan karena jarak tanam yang terlalu dekat, dan idealnya dengan jarak tanam sekitar 6 m.. Satuan produktifitas yaitu kwintal per hektar per musim tanam. Menurut BPP dari luas lahan 100 bata dapat ditanami dengan pohon nangka cempedak sekitar 36 batang pohon, dan produksinya tiap satu batang pohon nangka cempedak dapat menghasilkan sekitar 1,5 kwintal karena buah nangka cempedak satu pohonnya bisa mencapai 100 buah bahkan kalo lagi bagus bisa mencapai 300 buah. Dan harga tiap 1 kg nangka cempedak masak berkisar antara Rp.10.000,00 – Rp.12.000,00.
Sebenarnya potensi petanian nangka cempedak di Kampung Nangkod ini bisa lebih dikembangkan lagi, lahan untuk bertani nangka cempedak ini
masih cukup luas, karena sistem penanaman nangka cempedak ini bisa dilakukan dengan sistem tumpangsari. Sehingga bisa dengan cara memanfaatkan lahan yang ada.
3.3 Faktor-faktor geografi yang mempengaruhi pertanian nangka cempedak di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
a. Faktor Fisik
Faktor fisis-geografis yang paling berpengaruh dalam pertanian nangka cempedak ini yaitu faktor iklim yang berupa curah hujan dan ketinggian tempat. Curah hujan di daerah penelitian tinggi yaitu 2.666 mm/tahun dengan suhu antara 20˚ C s/d 30˚ C, topografi Kampung Nangkod merupakan dataran rendah dengan ketinggian sekitar 308 m dpal dan tanahnya selalu lembab, hal ini sangat cocok untuk pertumbuhan pertanian nangka cempedak. Kondisi tanah di daerah penelitian berdasarkan observasi di lapangan adalah berwarna coklat kemerahan, mempunyai tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga teguh dan termasuk jenis tanah latosol. Dan jenis tanah tersebut cocok untuk pertanian nangka cempedak, dan ketersediaan lahan untuk pertanian nangka cempedak ini masih cukup luas, dari luas kebun yang ada di Kampung Nangkod yang baru dimanfaatkan untuk pertanian nangka cempedak ini baru sekitar 2 Ha. Dan luas lahan yang digarap oleh petani untuk pertanian nangka cempedak ini masih sempit. Berdasarkan hasil penelitian, semua petani nangka cempedak yang ada di Kampung Nangkod memiliki luas lahan pertanian nangka cempedak kurang dari 0,5 Ha. Berikut Tabel luas lahan yang digarap oleh petani:
Tabel 2
Luas Lahan Pertanian Nangka Cempedak No Luas Lahan (Ha ) Jumlah Persentase (%) 1 < 0.5 11 100 Jumlah 11 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Selain luas lahan, produktivitas lahan juga merupakan aspek penting dalam budidaya pertanian terutama nangka cempedak. Karena nangka
cempedak berbuah pada awal musim hujan sehingga panennya satu tahun sekali. Produktifitas lahannya tiap jarak sekitar 4 m ditanami 1 pohon sehingga produktifitasnya kurang menguntungkan karena jarak tanam yang terlalu dekat, dan idealnya denagn jarak tanam sekitar 6 m. Lahan keseluruhan yang digunakan untuk bertani nangka cempedak di daerah penelitian yaitu sekitar 2 Ha. Satuan produktifitas yaitu kwintal per hektar per musim tanam. Menurut BPP Kecamatan Manonjaya, dari luas lahan 100 bata dapat ditanami dengan pohon nangka cempedak sekitar 36 batang pohon, dan produksinya tiap satu batang pohon nangka cempedak dapat menghasilkan sekitar 1,5 kwintal karena buah nangka cempedak satu pohonnya bisa mencapai 100 buah bahkan lebih, kalau terserang hama hasil yang didapat tidak maksimal. Tetapi di daerah penelitian tiap 1 batang pohon nangka cempedak hanya menghasilkan sekitar 50 kg/musim. Jadi dapat disimpulkan dari data di atas produktifitas pertanian nangka cempedak di Kampung Nangkod masih relatif rendah.
b. Faktor Nonfisik
Faktor nonfisik yang berpengaruh terhadap pengembangan pertanian nangka cempedak yaitu :
1) Pengetahuan dan keterampilan petani
Pengetahuan dan keterampilan petani di Kampung Nangkod tentang pertanian nangka cempedak sebagian besar tahu atau terampil dalam hal bertani nangka cempedak, sehingga hal ini dapat mendukung pengembangan pertanian nangka cempedak yang ada di Kampung Nangkod. Secara turun temurun pengetahuan dan keterampilan dalam bertani nangka cempedak ini dapat diwariskan kepada anak cucunya sehingga mereka dapat mengetahuinya. Berikut Tabel 3 mengenai pengetahuan dan keterampilan petani dalam bertani nangka cempedak :
Tabel 3
Pengetahuan Petani Tentang Pertanian Nangka Cempedak No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)
1 Mengetahui 6 54,55
2 Menhetahui sebagian 4 36,36
3 Tidak tahu 1 9,09
Jumlah 11 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Dari Tabel 3 di atas, lebih dari setengahnya (54,55% atau 6 responden) mengetahui tentang pertanian nangka cempedak, dan kurang dari setengahnya (36,36% atau 4 responden) tahu sebagian tentang pertanian nangka cempedak tersebut dan (9,09 % atau 1 responden ) tidak mengetahui tentang pertanian nangka cempedak.
2) Modal
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, modal yang digunakan oleh petani nangka cempedak ini masih menggunakan modal sendiri yang relatif terbatas. Bagaimanapun potensialnya lingkungan sebagai sumberdaya dan kemampuan manusia medukung, apabila modal masih kurang akan menghambat pengembangan pertanian nangka cempedak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabe 4 di bawah ini.
Tabel 4
Modal yang Digunakan
No Sumber Modal Jumlah Persentase
(%)
1 Milik sendiri 10 90,91
2 pinjaman 1 9,09
Jumlah 11 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 4 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani nangka cempedak yaitu sebanyak 10 responden atau 90,01% menggunakan modal sendiri dalam menjalankan pertaniannya, sedangkan sebanyak 1 responden atau sekitar 9,09 petani mendapatkan modal dengan meminjam dari orang lain.
3) Pemasaran
Pemasaran nangka cempedak di Kampung Nangkod tidak begitu sulit, petani menjual hasil panennya ke para tengkulak, bahkan ada petani
yang menjual hasil panennya sendiri. Pemasaran yang dilakukan oleh tengkulak atau petani adalah di daerah sekitar Manonjaya. Adapun sistem pemasaran yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5
Sistem Penjualan Nangka Cempedak
No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%) 1 Langsung ke pasar 2 18,18 2 Ke tengkulak 6 54,55 3 Dijual sendiri 3 27,27 Jumlah 11 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 5 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani nangka cempedak yaitu sebanyak 6 responden atau 54,55% menjual hasil panennya ke tengkulak, dan sebanyak 3 responden atau sekitar 27,27 % menjualnya ke pasar terdekat, Dan sebanyak 2 responden atau sekitar 18,18% menjual hasil panennya oleh sendiri, ada yang menjajakannya di pinggir jalan ada juga yang di rumah, sehingga pembeli yang datang langsung untuk membeli buah nangka tersebut. 3.4 Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pertanian
nangka cempedak yang ada di Kampung Nangkod Desa Margaluyu yaitu: a. Secara intensifikasi yaitu dengan menerapkan sapta usaha tani yaitu dengan
mengolah tanah dengan baik, pengolahan tanah dilakukan dengan cara membersihkan tanah dari rumput-rumputan. Persiapan lobang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 30 cm, setiap lubang diberi pupuk kandang 10 kg. Bibit ditanam di Lubang yang telah disediakan setelah mencapai ketinggian lebih dari 50 cm. Selanjutnya pengairan yang teratur, Pengairan dalam pertanian nagka cempedak ini tidak begitu sulit. Daerah penelitian merupakan daerah dataran rendah sehingga keadaan tanah selalu lembab. Dan pengairan tergantung pada air hujan. Selanjutnya pemilihan bibit yang baik, Perbanyakan tanaman dilakukan dengan perbanyakan secara generatif (dengan biji), perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif seperti (okulasi, cangkok) jarang dilakukan karena agak sulit, sebagian besar petani
menyediakan sendiri bibitnya. Selanjutnya pemupukan sesuai kebutuhan, pupuk yang digunakan kebanyakan pupuk campuran antara organik dan anorganik, sebagian besar petani untuk mendapatkan pupuk tersebut membeli, selanjutnya pemberantasan hama ketika bibit nangka cempedak baru ditanam sering ditempeli kutu putih yang nampak pada daun muda, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida. Penyakit lainnya adalah waktu terjadi penyerbukan yakni setelah membentuk buah kecil, buah dibungkus dengan plastik hitam. Hal ini utuk mencegah serangan lalat buah, selanjutnya pemanenan, Pemanenan buah nangka cempedak biasanya dilakukan setahun sekali yaitu dan buah nangka cempedak ini berbuah pada awal musim hujan. Buah nangka untuk disayur biasanya dipanen sewaktu masih muda. Namun bila buah akan dimakan segar, sebaiknya dipanen setelah matang di pohon. Namun buah nangka dapat dipanen menjelang matang, tetapi telah tua penuh. Yang terakhir pemasaran, Pemasaran buah nangka cempedak di Kampung Nangkod tidak begitu sulit, banyak sekali tengkulak, pengepul yang siap menampung hasil panen nangka cempedak, bahkan ada juga yang memasarkan hasil panennya oleh sendiri dengan cara menjajakannya di pinggir jalan. Upaya untuk memperluas pemasaran dilakukan dengan cara menjalin kemitraan atau kerjasama dengankelompok tani yang lain.
b. Untuk memanfaatkan lahan yang ada, petani di Kampung Nangkod
memperbanyak jenis tanaman pada satu lahan atau dikenal dengan istilah sistem tumpangsari selain itu ada juga yang mengganti tanaman di perkebunan yang tadinya tanaman lain diganti menjadi pohon nangka cempedak.
c. Petani yang ada di Kampung Nangkod mengikuti penyuluhan yang diadakan
oleh kelompok tani yang bekerja sama dengan BPP (Balai Penyuluh Pertanian) yang ada di Kecamatan Manonjaya. Sebagian besar petani pernah mengikuti penyuluhan tersebut. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi buah nangka cempedak
d. Upaya yang dilakukan oleh petani di Kampung Nangkod, untuk memperluas pemasaran mereka menjalin kemitraan atau kerjasama dengan sesama kelompok tani yang lain.
4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembuktian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Faktor geografi fisis seperti curah hujan, ketinggian, ketersediaan lahan, jenis tanah dan air di daerah penelitian merupakan faktor pendukung dalam pengembangan pertanian nangka cempedak. Namun dari keempat faktor geografis fisis di atas yang paling berpengaruh adalah faktor iklim yang berupa curah hujan, dan ketinggian.
b. Hasil penelitian terhadap faktor nonfisik, dalam pengembangan pertanian nangka cempedak di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, bahwa sebagian masyarakat sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam bertani nangka cempedak sehingga mendukung dalam pengembangannya, modal yang digunakan oleh petani sebagian besar modal sendiri, sehingga modal yang tersedia masih terbatas. dan pemasaran buah nangka cempedak ini tidak sulit karena bayak para tengkulak yang menampung hasil panen mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendukung dalam pertanian nangka cempedak di Kampung Nangkod Desa Margaluyu terdiri dari curah hujan, ketinggian, jenis tanah, air, pengetahuan dan keterampilan petani, kegiatan penyuluhan dan pemasaran. Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya yaitu ketersediaan lahan dan faktor modal yang masih terbatas.
c. Upaya-upaya yang dapat dilakukan para petani untuk mengembangkan pertanian
nangka cempedak di Kampung Nangkod Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya yaitu petani melakukan upaya secara intensifikasi dengan cara menerapkan program sapta usatani, memperluas areal budidaya yaitu dengan mengefektifkan penggunaan lahan dengan cara memperbanyak jenis tanaman pada satu lahan atau dikenal dengan istilah sistem tumpangsari. Dan petani sudah pernah mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh dari kelompok tani atau dinas pertanian. Dan upaya untuk memperluas
pemasaran petani melakukan kemitraan atau kerjasama dengan sesama kelompok tani yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. (2006). Bebuahan Tropis Indonesia. Malang : CV.ANDI Hanafie, Rita. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV.ANDI Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi. Bandung: Alumni