• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA INOVATIF BERBASIS VIDEO SCRIBE BAGI GURU-GURU SD DI GUGUS 3 KECAMATAN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA INOVATIF BERBASIS VIDEO SCRIBE BAGI GURU-GURU SD DI GUGUS 3 KECAMATAN BULELENG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I Komang Sudarma1, Ketut Pudjawan2, Dewa Gede Agus Putra Prabawa3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang berkualitas ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu

diantaranya adalah keprofesionalan guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan media pembelajaran. Media pembelajaran yang baik selain harus sesuai dengan materi ajar, juga

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA INOVATIF BERBASIS

VIDEO

SCRIBE

BAGI GURU-GURU SD DI GUGUS 3 KECAMATAN

BULELENG

123 Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNDIKSHA

Email: [email protected])

Based on the identification of problems carried out using the questionnaire method and observation, it is known that the application of digital learning media is still very rarely carried out by teachers, especially in elementary schools (SD). Based on these findings, the objectives to be achieved in this training are to increase the knowledge and skills of elementary school teachers in making innovative media based on Information and Communication Technology (ICT). The number of participants in this community service (PkM) activity was 10 elementary school teachers in cluster 3 of Buleleng District. The methods used in the training are lectures, question and answer discussions, and practice. Practical activities have the highest percentage involving students as assistant instructors. The increase in knowledge of the training participants is known through the results of the analysis of the pretest and posttest scores. Skills improvement is known through videos produced by the teacher after attending the training. In addition, the success of the training was carried out through the provision of online questionnaires to all participants which was carried out at the end of the training. The results of the training showed that there was an increase in the participants' knowledge about the instructional videos which was known from the mean pretest score of 61 and the mean posttest score of 81. This means that there is a significant difference. The quality of the videos produced by the teachers is in the "Good" category. Keywords: training, innovative videos, scribe videos

Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan menggunakan metode kuesioner dan observasi bahwa diketahui penerapan media pembelajaran digital masih sangat jarang dilakukan oleh guru-guru terutama di Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan temuan tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan ini, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru SD dalam membuat media inovatif berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Jumlah peserta dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini adalah 10 orang guru SD yang ada di gugus 3 Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah ceramah, diskusi tanya jawab, dan praktik. Kegiatan praktik memiliki persentase paling banyak dengan melibatkan mahasiswa sebagai pembantu instruktur. Terjadinya peningkatakan pengetahuan peserta pelatihan diketahui melalui hasil analisis skor pretest dan posttest. Peningkatan keterampilan diketahui melalui video yang dihasilkan guru setelah mengikuti pelatihan. Selain itu, keberhasilkan pelaksanaan pelatihan dilakukan melalui pemberian kuesioner online kepada seluruh peserta yang dilakukan pada saat akhir pelatihan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta tentang video pembelajaran yang diketahui dari rerata skor pretest 61 dan rerata skor pottest 81. Ini artinya bahwa terdapat perbedaan yang siginfikan. Kualitas video yang dihasilkan guru-guru berada pada kategori ”Baik”.

(2)

harus menarik perhatian siswa. Jika media yang digunakan menarik maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang dibelajarkan guru. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membuat media pembelajaran yang menarik adalah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Pada era revolusi industri 4.0 pemanfaatan TIK

sudah menjadi sesuatu hal yang dibutuhkan tidak terkecuali pembelajaran. Saat ini ada berbagai aplikasi yang menarik yang dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran seperti video scribe, adobe flash, flipbook maker, powtoon, dan sebagainya. Untuk itu pembuatan media pembelajaran sudah semestinya mengadopsi perkembangan TIK sehingga media yang dikembangkan guru-guru lebih inovatif dan menarik bagi siswa.

Berdasarkan observasi dan wawancara pada guru-guru terutama saat melakukan bimbingan dan monev PPL mahasiswa Teknologi Pendidikan bahwa guru masih sangat terbatas menggunakan media pembelajaran terutama yang berbasis TIK. Apabila ditinjau dari aspek sarana bahwa sekolah memiliki sarana yang cukup seperti LCD yang dapat dimanfaatkan sebagai alat pengoperasian media pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran khususnya yang berbasis TIK. Untuk mengatasi hal tersebut guru dapat menggunakan media yang sudah ada (by utilization) atau mendesain media (by design). Jika hanya bergantung pada media by utilization tentu ada beberapa kelemahannya seperti: (1) tidak berkembangnya kompetensi pedagogi guru, (2) tidak semua media yang ada cocok dengan karakteristik siswa, (3) guru sulit berkreasi dengan media, dan (4) tidak semua media memperhatikan aspek kontekstual (sosial, budaya, kearifan lokal, maupun lingkungan). Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, diperoleh data bahwa guru-guru SD di gugus 3 Kecamatan Buleleng sangat memerlukan media pembelajaran berbasis TIK. Keberadaan media tersebut sangat diperlukan guna memudahkan guru

membelajarkan materi. Salah satu guru menyatakan bahwa pelatihan media berbasis TIK sangat diperlukan untuk guru sehingga guru dapat mewujudkan pembelajaran yang menarik dan inovatif.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas maka dilakukan pelatihan pembuatan media inovatif menggunakan TIK berbasis video scribe. Produk yang dihasilkan peserta pelatihan adalah berupa video. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini media pembelajaran jenis video memiliki pengaruh yang tinggi terhadap perkembangan pengetahuan maupun keterampilan. Anak-anak hingga dewasa saat ini lebih menyukai konten video yang bisa diakses dari smartphone. Generasi Z bahkan generasi alpha saat ini sudah fasih menonton video melalui aplikasi youtube maupun

youtube kids. Ini menandakan bahwa media video memiliki daya tarik yang tinggi bagi semua kalangan.

Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA), yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat (Rusman, et al., 2012). Video merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk memudahkan pembelajar membangun pengetahuan. Menurut Smaldino,

et al (2011) bahwa media video dapat digunakan untuk di semua ranah pembelajaran seperti ranah kognitif, afektif, kemampuan motorik, bahkan interpersonal. Pada ranah kognitif, pembelajar dapat mengamati reka ulang dramatis dari kejadian dan perekaman aktual. Pada ranah efektif, video dapat mempengaruhi emosi atau afeksi pembelajar. Model yang berperan dalam video dapat mempengaruhi sikap pemirsa. Pada ranah motorik, video mampu menyajikan bagaimana sesuatu bekerja. Tayangan kemampuan motorik dapat dengan mudah dilihat dan ditiru. Begitu juga dengan ranah interpersonal, pembelajar dapat mengamati interaksi sosial yang terjadi pada video pembelajaran. Mahadewi, et al (2006:4) mengartikan ”video pembelajaran sebagai media yang digunakan

(3)

untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan pembelajar untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio visual”. Dalam pengertian ini media video pembelajaran memiliki dua unsur yang saling berkaitan yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan pembelajar untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui indra pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.

Video scribe adalah sebuah program aplikasi atau software yang dapat dipergunakan untuk membuat presentasi video, dengan animasi tangan bergerak pada sebuah papan atau white board. Video scribe juga software yang bisa digunakan dalam membuat design animasi berlatar putih dengan sangat mudah. Software ini dikembangkan pada tahun 2012 oleh sparkol (Salah satu perusahaan yang ada di Inggris ). Setelah setahun dirilis dan dipublikasikan, software ini sudah mempunyai pengguna sebesar 100.000 orang lebih.

Dengan adanya Video scribe , guru bisa menyajikan sesuatu yang panjang menjadi tidak terlalu panjang. Guru bisa menyajikan pesan teks disertai gambar yang akan memperjelas informasi antara pengirim dan penerima pesan.

Fungsi dari Video scribe adalah untuk membuat presentasi video animasi dengan tangan bergerak menulis atau menggambar sesuatu yang ada di layar, layaknya seperti seseorang menjelaskan secara langsung pada papan tulis, sehingga biasanya dikenal dengan istilah lain yaitu Whiteboard Animation for Dreating Hand Draw.

Pentingnya pelatihan membuat media berbasis

video scribe mengingat beberapa keunggulan yang dimilikinya: (1) video scribe mampu menyajikan materi sesuai dengan kecepatan siswa, (2) video scribe memudahkan guru membuat animasi sederhana, (3) video scribe

dapat dikembangkan dari powerpoint yang dimiliki guru sehingga proses pembuatan video dapat lebih cepat, (4) aplikasi video scribe

sederhana dan mudah digunakan. Berdasarkan analisis situasi tersebut, maka sangat diperlukan untuk mengadakan pelatihan dan pendampingan pembuatan media inovatif berbasis video scribe bagi guru-guru Sekolah Dasar di Gugus 3 di Kecamatan Buleleng. METODE

PkM ini akan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan terhadap 10 orang guru SD di gugus 3 Kecamatan Buleleng tentang pembuatan media pembelajaran inovatif berbasis video scribe. Metode pelatihan meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan praktik. Dalam pelaksanaan pelatihan juga melibatkan mahasiswa yang berperan sebagai pembantu instruktur dalam melatih guru-guru. Rincian pelaksanaan pelatihan diuraikan sebagai berikut. (a) Merencanakan waktu dan tempat pelatihan bekerja sama dengan Kepala SD 1 Astina, (b) Pelatihan umum tentang konsep media pembelajaran berbasis TIK, (c) Diskusi dan tanya jawab tentang pembelajaran media pembelajaran berbasis TIK, (d) Peserta membuat rancangan media berbasis video scirbe, (e) Pelatihan secara intensif membuat media berbasis video scribe, (f) Pelatihan mengevaluasi media berbasis video scribe. Sasaran PkM ini adalah guru-guru SD di Kecamatan Buleleng yang memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran. Jumlah peserta pelatihan yang ditargetkan adalah 10 orang. Kesepuluh peserta tersebut akan diberikan pelatihan umum tentang konsep media pembelajaran berbasis TIK dan konsep video scribe. Selanjutnya peserta akan diberikan pelatihan secara intensif untuk merancang video scribe dan praktik membuat video tersebut.

Rancangan evaluasi kegiatan PkM ini melibatkan dua jenis evaluasi, yaitu: (1) evaluasi pelaksanaan dan (2) evaluasi hasil.

(4)

Evaluasi pelaksanaan pelatihan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan. Evaluasi hasil bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta pelatihan

dalam membuat video berbasis video scribe. Instrumen yang digunakan selama pelatihan adalah kuesioner, tes, dan rubrik penilaian. Penilaian karya peserta pelatihan menggunakan rubrik sebagai berikut.

Tabel 1. Rubrik Penilaian Kuis Interaktif

No Pernyataan Skor (4,3,2,1)

1. Kejelasan identitas video 2. Ketepatan durasi video

3. Keselarasan unsur visual dan audio 4. Kualitas visual/video

5. Kelengkapan struktur video

Jumlah Skor Keterangan 4= sangat baik, 3= baik, 2= cukup, 1=kurang

Selanjutnya skor pengetahuan dan RPP yang dihasilkan peserta dikonversikan menggunakan pedoman konversi tingkat sekala 5 sebagaimana terjadi pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Pedoman Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi

90-100 Sangat baik

75-89 Baik

65-74 Cukup

55-64 Kurang

0-54 Sangat kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelatihan pembuatan media inovatif berbasis video scribe dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap pelatihan umum dan tahap pendampingan. Pelatihan diawali dengan pembukaan dan pemberian pretest secara online yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal peserta pelatihan. Setelah pretest dilanjutkan

dengan penyampain materi oleh

narasumber tentang teori media dan video pembelajaran. Persentase kehadiran peserta

adalah 100% ini menunjukkan bahwa peserta sangat antusias mengikuti pelatihan mengingat peran video sangat penting untuk pembelajaran di masa pandemi covid-19. Berikut adalah dokumentasi pembukaan pelatihan.

Pem

(5)

Narasumber yang dilibatkan adalah berasal dari tim PkM. Pada sesi praktik narasumber dibantu oleh empat orang mahasiswa semester VII dari Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah

menyelesaikan mata kuliah video

pembelajaran. Draf video pembelajaran yang telah selesai dibuat oleh peserta

selanjutnya dipresentasi untuk memperoleh masukan dari narasumber dan peserta pelatihan lainnya. Berikut ini adalah beberapa tampilan media video yang dibuat oleh peserta.

Gambar 2. Video Hasil Karya Peserta

Video pembelajaran yang dibuat oleh peserta menunjukkan bahwa keterampilan membuat video telah dikuasai. Peserta dapat dengan mudah memahami teknik-teknik membuat video menggunakan aplikasi video scribe maupun aplikasi powtoon. Selain itu, juga terjadi peningkatan pengetahuan peserta diketahui melalui peningkatan skor tes. Indikatornya terdapat perbedaan yang signifikan antara skor tes awal dan tes akhir. Rerata skor tes awal adalah 61 sedangkan rerata skor tes akhir adalah 81 ini berarti sudah terjadi peningkatan pengetahuan guru-guru tentang video pembelajaran.

Pada aspek keterampilan diketahui bahwa kualitas video yang dihasilkan oleh guru-guru berada pada kategori baik. Secara

teknis para guru telah mampu

menggunakan aplikasi untuk membuat video. Guru-guru sudah bisa memasukan teks, memasukan gambar, dan memasukan suara walaupun hanya berupa musik latar ke dalam video.

Respon peserta pasca pelatihan cenderung positif. Peserta memperoleh manfaat atas pelatihan yang telah diikuti.

Visualisasi dan data tanggapan peserta disajikan pada Gambar 3 berikut.

(6)

Gambar 3. Respon Peserta Pasca Pelatihan

Berdasarkan gambar di atas bahwa sebagian besar peserta memberikan respon sangat setuju pada lima item pernyataan yang diberikan. Item yang memiliki persentase paling besar adalah 85% yang

menyatakan bahwa pelatihan

menambahkan wawasan guru-guru tentang aplikasi pembuatan video inovatif. Pada urutan yang kedua yaitu sebesar 75% sangat setuju bahwa materi pelatihan dapat dipahami dan dipraktekkan serta pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan guru terutama pada aspek pedagogi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas video yang dihasilkan oleh para guru berada pada kategori baik. Beberapa aspek video telah terpenuhi dan ada beberapa aspek yang belum terpenuhi. Aspek-aspek yang telah terpenuhi adalah: (1) kejelasan identitas video dengan mencantumkan judul video, kelas, semester dan pembuat, (2) ketepatan durasi sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran

dan karakteristik sasaran atau siswa, (3) kelengkapan struktur video sudah lengkap dengan menyajikan bagian pembukaan, bagian isi, dan penutup (tugas dan simpulan).

Ada beberapa hal yang perlu lagi ditingkatkan pada video yang dihasilkan oleh para guru, sebagai beriku. (1) Perlu ada keselarasan antara unsur visual dan audio yang artinya bahwa para guru perlu melakukan perekaman suara yang baik agar unsur visual dapat dijelaskan secara konkret dan selaras dengan tampilan visual. Tentu hal ini memerlukan peralatan, waktu, dan tempat yang memadai sehingga dapat dihasilkan suara narasi yang bagus. (2) kualitas video menggunakan aplikasi video scribe sangat tergantung pada gambar yang dimasukan ke dalam aplikasi. Untuk itu, gambar yang digunakan adalah gambar dengan resolusi tinggi sehingga kualitas video akan semakin baik. Di samping itu juga para guru disarankan agar membuat gambar

70 85 75 65 75 30 15 25 35 25 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

1. Pelatihan mendukung pengembangan profesi guru 2. Materi pelatihan menambah wawasan 3. Pelatihan dapat meningkatkan keterampilan dalam

aspek pedagogi

4. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh memungkinkan diimplementasikan 5. Materi dari narasumber/instruktur dapat dipahami

dan dipraktekkan

(7)

sendiri atau mengutip gambar dengan mencantumkan sumber gambar tersebut.

SIMPULAN

Kegiatan PkM ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru membuat video pembelajaran. Pengetahuan guru meningkat dari skor 61 menjadi 81. Video yang dihasilkan oleh peserta pelatihan berada pada kategori ”Baik”.

DAFTAR RUJUKAN

Heinich, R., Molenda, M., Russel, J. D. & Smalindo, S. E. 2002. Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Courier Kendallville. Mahadewi, Luh Putu Putrini., dkk. 2006.

Media video pembelajaran. Buku ajar. Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Rusman, Dedi Kurniawan, & Cepi Riyana. 2012. Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi: mengembangkan profesionalitas guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D. 2011. Instructional technology & media for learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. (Terjemahkan Arif Rahman). Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 1.   Rubrik Penilaian Kuis Interaktif
Gambar 2. Video Hasil Karya Peserta
Gambar 3. Respon Peserta Pasca Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V banyak siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi pada aspek gotong royong, disiplin,

Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPA pengalaman belajar siswa sangat miskin dan kegiatan siswa lebih banyak mencatat apa

Hasil analisis situasi di SD N di desa Gubug menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pembuatan video pembelajaran masih kurang, padahal saat pandemi agar pembelajaran

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi guru SD di Kecamatan Dungaliyo berada pada kategori cukup efektif dengan presentase sebesar 78,73 %.. Evaluasi dan tindak

Sikap sosial siswa setelah direkonstruksi banyak siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi pada aspek gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya

Secara umum program pengabdian pada masyarakat telah mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi guru-guru SD Gugus VI Kecamatan Kubutambahan berkaitan dengan rendahnya

Dari hasil analisis situasi dan permasalahan yang dialami guru-guru dalam proses pembelajaran IPA di Gugus VIII SD Kecamatan Kubutambahan, maka masalah-masalah yang

43 6 Kemampuan peserta dalam membuat video pembelajaran 3,11 Cukup Baik 7 Isi video pembelajaran yang dibuat peserta 3,11 Cukup Baik 8 Kemenarikan video pembelajaran yang