• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASIEN DENGAN ULKUS YANG BERSIFAT REKUREN PADA MUKOSA RONGGA MULUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PASIEN DENGAN ULKUS YANG BERSIFAT REKUREN PADA MUKOSA RONGGA MULUT"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW

PASIEN DENGAN ULKUS YANG BERSIFAT REKUREN PADA

MUKOSA RONGGA MULUT

Oleh :

NI KADEK FIORA RENA PERTIWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepada ISHWW, Karena atas berkat dan rahmatnya saya bisa menyelesaikan karya tulis literature review dengan judul pasien dengan ulkus yang bersifat rekuren pada mukosa rongga mulut.

Saya menyadari bahwa karya tulis literature review ini terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis literature review ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Agustus 2016 Hormat,

(3)

Cover ... 4 Kata Pengantar ... 2 Daftar Isi ... 3 Daftar Gambar ... 5 Abstrak ... 6 Pendahuluan ... 6 Pembahasan... 7 Riwayat Ulkus ... 7 Riwayat Kesehatan... 9

Riwayat Perawatan Gigi ... 9

Pemeriksaan ... 9

Penyebab Ulkus pada Rongga Mulut ... 11

Infeksi Virus... 11 Kekurangan Gizi ... 12 Penyakit Pencernaan ... 12 Obat ... 12 Xerostomia ... 13 Penyakit Neoplastik ... 13

Kondisi tertentu yang perlu dipertimbangkan ... 13

Oral dermatosis ... 16

Lichen Planus ... 17

Gambaran Klinis Lichen Planus ... 17

Diagnosis Lichen Planus ... 18

Gambaran Klinis Pemfigoid Membran Mukosa ... 18

(4)

Gambaran Klinis Eritema Multiforme ... 20

Diagnosis Eritema Multiform ... 20

Discoid Lupus Eritematous ... 21

Pemeriksaan dari Sariawan Berulang ... 21

Penatalaksanaan Ulkus Rekuren ... 21

Kontrol Trauma ... 21 Pemeriksaan ... 21 Diet ... 22 Hormon ... 22 Faktor Psikologis ... 22 Obat ... 22

Pendekatan Pengobatan yang Logis untuk Pasien dengan Ulkus Mulut Berulang 22 Pengobatan untuk Pasien dengan Ulkus Mulut Berulang ... 25

Kesimpulan ... 25

Daftar Pustaka ... 26

(5)

Gambar 1. Ulkus yang disebabkan karena obat (a) lidah (b) palatum……….. 13 Gambar 2. Minor aphthous ulcers pada sulkus bukal rahang atas . Perhatikan tepi kemerahan………. 14

Gambar 3. major aphthous ulcer pada palatum mole, ulkus berbentuk besar dengan bentuk tidak teratur……….. 16 Gambar 4. Ulkus Herpetiform pada mukosa bibir bawah……… 16

Gambar 5. Linchen planus menunjukkan ulkus dikelilingi striae putih pada permukaan ventral lidah (a) dan kemerahan pada mukosa bukal………. 18

Gambar 6. Lichen planus tampak seperti desquamative gingivitis……… 18

Gambar 7. vesikel yang telah pecah pada mukosa alveolar rahang atas pada pasien dengan pemfigoid membran mukosa. baru saja pecah tapi akan segera menjadi ulkus yang ditutupi oleh fibrin……….. 19 Gambar 8. Ulkus mukosa pada lidah pasien dengan pemfigus vulgaris………. 19 Gambar 9. Eritema multiforme dengan perdarahan yang luas, ulserasi dan pengerasan kulit bibir bawah……… 20

(6)

Makalah ini membahas berbagai ulkus rekuren yang terjadi pada mukosa mulut . Jenis ulkus yang dibahas dalam makalah ini meliputi ulkus karena trauma, infeksi, aphthous stomatitis, ulkus yang berhubungan dengan penyakit kulit, ulkus yang disebabkan oleh obat-obatan, ulkus sebagai manifestasi dari penyakit sistemik dan ulkus yang menunjukkan keganasan. Makalah ini juga membahas aspek etiologi, diagnosis dan penatalaksanaan ulkus rekuren ditinjau dari perspektif klinis, sebagai bantuan untuk para dokter gigi .

Kata kunci : Ulkus, etiologi , diagnosis , gambaran klinis , gambaran histopatologi , penatalaksanaan.

Singkatan dan akronim : ANUG = acute necrotizing ulcerative gingivitis; HHV-1 = human herpes virus-1; LE = lupus erythematous; MMP = mucous membrane pemphigoid; RAU = recurrent aphthous ulceration.

PENDAHULUAN

Diagnosis dan penanganan pasien dengan ulkus rekuren

membutuhkan pendekatan yang

sistematis yaitu anamnesa (history taking) yang tepat ,pemeriksaan klinis , pemeriksaan yang tepat ,penatalaksaan serta pilihan alternatif

penatalaksanaan yang

memungkinkan. sangat penting untuk mengetahui keadaan dari ulkus: apakah ulkus tersebut terjadi karena

terputusnya epitel secara

menyeluruh. biasanya ditutupi dengan fibrin cekung dan tampak sebagai lesi putih / kuning dikelilingi oleh eritema.

(7)

PEMBAHASAN Riwayat ulkus

Riwayat keluhan ini dapat

diperoleh pada saat pasien

mengeluhkan ulkus. Pasien (dan kadang-kadang mengacu praktisi) dapat menyebutkan suatu lesi merah, pada struktur normal seperti tonsil lingual dan papila foliata atau papila sirkumvalata lidah dan '' perasaan luka ''. Hal ini penting pada tahap mengetahui keluhan pasien. Dengan asumsi bahwa pasien merasakan ulkus, untuk membandingkannya dengan lesi lain

Usia pasien mungkin

relevan dalam kaitannya dengan munculnya ulkus. Seorang anak atau remaja dengan ulkus berulang dapat

menimbulkan diagnosis dan

manajemen yang berbeda

dibandingkan dengan pasien yang lebih tua. Beberapa jenis ulkus

berulang memiliki onset khas di masa kecil atau remaja (ulkus / stomatitis aphtous recurent). Pola ulkus mukosamulut kadang-kadang hadir di kemudian hari tapi pasien setengah baya atau tua yang mengalami sariawan berulang juga

mengarah pada kemungkinan

diagnosis lainnya seperti lichen planus dan penyakit vesiculobullous. durasi ulkus ini biasanya terkait dengan usia pada saat muculnya ulkus, usia adanya ulkus tersebut, dan juga akan tergantung pada apakah ulkus tersebut persisten atau intermiten. ulserasi persisten mungkin termasuk ulkus berulang tetapi pasien mungkin memerlukan bantuan dalam mengklarifikasi apakah ulkus mereka terus-menerus berdasarkan ulkus berturut muncul selama periode waktu atau persisten berpa ulkus tunggal atau multiple.

(8)

Sebuah pola yang lebih khas sariawan yang berulang akan ditandai dengan periode ulserasi dengan remisi antara kekambuhan ulserasi. Perkembangan dari ulserasi sejak awal dapat membantu dalam menentukan apakah ulkus ini menjadi lebih parah. Dengan asumsi bahwa ada ulkus multipel, jumlah, ukuran, bentuk, dan lokasi adalah faktor penting dalam menentukan diagnosis. Beberapa pasien mengeluh sensasi yang berbeda sebelum terbentuknya ulkus yang dikenal sebagai fase prodromal.

Pasien mungkin memiliki diagnosa sebelumnya dan rincian dari pemeriksaan dan diagnosis

sebelumnya harus diketahui.

Demikian pula, setiap perawatan sebelumnya harus diperoleh. Hal ini membantu untuk menentukan apakah telah ada manfaat dari perawatan

sebelumnya. Karena beberapa pasien dengan ulkus mulut berulang mungkin memiliki manifestasi ekstraoral, pertanyaan harus ditujukan kepada keterlibatan kulit atau sistem lainnya yang terkena dampak seperti mata atau daerah genital, yang akan meningkatkan kecurigaan klinis sindrom Behcet. Beberapa pasien dengan ulkus mulut

berulang mungkin memiliki

gangguan vesiculobullous dan pertanyaan mengenai adanya blister (vesikel/bula) sebelum ulkus muncul harus diketahui. Pada tahap ini adalah wajar untuk menanyakan apakah pasien mengalami ulkus pada saat konsultasi. Jika hal ini tidak terjadi maka dugaan diagnosis dapat dibuat pada akhir konsultasi awal dan pasien diamati lg ketika terjadi ulkus berikutnya.

(9)

Riwayat kesehatan

Banyak pasien dengan ulkus mulut berulang berada dalam kesehatan yang baik tetapi beberapa mungkin memiliki masalah medis yang mungkin relevan. termasuk anemia, diskrasia darah, penyakit autoimun dan diabetes. Riwayat medis mencakup setiap obat yang dikonsumsi oleh pasien. Beberapa obat berhubungan dengan ulkus mulut, misalnya, methotrexate.1 Riwayat Perawatan Gigi

Sariawan yang muncul setelah perawatan gigi dapat menjadi indikator minor recurrent aphthous ulceration. trauma minor pada jaringan dapat memicu ulkus pada pasien yang rentan. Beberapa pasien dapat mengeluhkan munculnya ulkus di lokasi yang sama di mulut terjadi setelah perawatan gigi. Hal ini dapat terjadi pada langit-langit atau sulkus

bukal dan akan meningkatkan dugaan infeksi intraoral berulang virus herpes simplex '' cold sore'. Pemeriksaan

Pemeriksaan ekstraoral harus fokus pada penampilan umum termasuk ukuran status gizi. Pemeriksaan kulit dan pucatnya konjungtiva dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien anemia. Kelenjar getah bening regional harus diraba karena dapat membesar pada kasus ulkus persisten atau besar.

Pemeriksaan intraoral harus melihat ada tidaknya ulser. Jumlah, bentuk, ukuran dan lokasi dari ulkus harus dicatat. Ada atau tidak adanya jaringan parut harus dilihat. Minor recurrent aphthous ulceration akan cenderung hadir dengan beberapa ulkus melingkar pada bukal / mukosa labial dan permukaan lateral dan ventral lidah.

(10)

Pada pasien dengan ulkus herpetiform, beberapa ulkus pinpoint biasanya akan terlihat pada mukosa tidak berkeratin dengan dengan kemungkinan ulkus lebih kasar yang berdekatan dengan ulkus membesar

dan mengering. Major ulkus

aphthous cenderung lebih besar (> 10 mm diameter) dan lebih sering terlihat di orofaring, sembuh dengan jaringan parut. Eritema mukosa bukal dan / atau permukaan lateral / ventral lidah dengan striae superimposed adalah gambaran khas dari lichen planus dan ini mungkin menjadi ulserasi oleh kerusakan pada epitel eritematosa (terkikis) menjadi ulkus tidak teratur. Sebuah pola ulserasi lebih kasar, mungkin dengan

mengelupasnya epitel yang

berdekatan, menunjukkan

kemungkinan penyakit vesiculo-bulosa, seperti selaput lendir

pem-phigoid atau vulgaris pemfigus. perbedaan klinis antara keduanya bisa sulit tetapi pada pemfigus vulgaris vesikel yang singkat dan jarang terlihat

berdasarkan tebalnya

lapisan atasnya, dapat bertahan lebih lama. Perdarahan, pengerasan kulit dan ulserasi dari bibir meningkatkan dugaan eritema multiforme. ulkus yang berhubungan dengan margin gigitiruan juga dapat berupa sariawan berulang. Dalam kasus seperti itu mungkin hanya menjadi ulkus traumatik berulang berhubungan dengan gigi tiruan. Atau, kehadiran gigi tiruan bisa melokalisasi berulang ulserasi aphthous kecil, lichen planus atau gangguan vesiculobullous.

Pada tahap ini,

dimungkinkan untuk menetapkan diagnosis sementara berdasarkan riwayat dan pemeriksaan. diperlukan

(11)

pemeriksaan hematologi. Jika tidak ada ulkus pada saat konsultasi, diagnosis sementara akan didasarkan pada riwayat ulkus dan pasien harus diminta untuk kembali ketika ulkus

berikutnya muncul. Hal ini

membutuhkan beberapa fleksibilitas dalam perjanjian kunjungan sehingga pasien dapat diperiksa pada periode ketika terdapat ulkus dalam rongga mulut.

Penyebab Ulkus pada Rongga Mulut

trauma

ulkus traumatikus akan terjadi berulang jika penyebab trauma tidak dihilangkan. iritan dapat beruparangsangan mekanik, termal atau kimia.

Infeksi virus

infeksi virus intraoral berulang biasanya terbatas pada virus

herpes simpleks sekunder.

kekambuhan yang paling sering disebabkan oleh human herpes

virus-1 (HHV-1) (yang biasanya

menyebabkan infeksi orofasial). lesi rekuren oral HHV-2 (yang biasanya berhubungan dengan infeksi genital) jarang terjadi. Secara klinis, kondisi awal berupa vesikel berisi cairan yang cepat pecah dan membentuk membentuk ulkus kecil dengan batas tidak teratur.

Setelah infeksi primer, virus tidak hilang dari tubuh, tetapi bermigrasi sepanjang serabut saraf menuju ganglion trigeminal, di mana virus tidak aktif. Sepertiga dari virus dapat diaktifkan kembali oleh rangsangan non-spesifik, misalnya, penyakit yang berhubungan dengan demam, ketika muncul menyebabkan lesi mukosa mulut sekunder. Lesi biasanya hilang dalam waktu sekitar

(12)

7 sampai 10 hari pada orang sehat,

tapi pada pasien

immunocompromised lesi herpes

sekunder dapat menyebar,

penyembuhan sangat lambat dan sering terjadi kekambuhan terhadap pengobatan.

infeksi virus lainnya terjadi di mulut yang disebabkan virus varicella-zoster dan virus coxsackie. Infeksi ini dapat menjadi berulang jika pasien memiliki penyakit immunocompromised.

Ulserasi akibat infeksi bakteri, seperti pada gingivitis ulseratif nekrosis akut (ANUG), yang berulang. Dalam hal ini, ulserasi berulang sepanjang margin gingiva menyebabkan penumpulan dari papila interdental. ANUG cenderung sering terjadi di musim dingin dan ada hubungan dengan

merokok. Kekambuhan mungkin

lebih sering terjadi jika pasien

mempunyai penyakit

imunocompromised. Kekurangan Gizi

Kekurangan gizi seperti kekurangan zat besi, asam folat atau vitamin B12 dapat mempengaruhi pasien untuk berulang ulserasi mulut dan dapat memperburuk RAU. Penyakit Pencernaan

penyakit pencernaan seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, ulcerative colitis atau sindrom malabsorpsi dapat menyebabkan

ulkus berulang gangguan

hematologis penyakit hematologis seperti leukemia, pansitopenia, anemia aplastik atau agranulositosis

menunjukkan ulserasi tetapi

ulserasinya tidak berulang. obat

Sejumlah obat, misalnya, methotrexate mungkin memiliki efek

(13)

samping ulserasi oral (Gambar 1). Efek samping mungkin berhubungan dengan dosis. Namun, tidak semua obat yang dikonsumsi oleh pasien dengan ulkus mukosa rongga mulut adalah penyebab ulkus.

Gambar 1. Ulkus yang disebabkan karena obat (a) lidah (b) palatum Xerostomia

Xerostomia adalah

predisposisi ulkus mulut berulang, terutama jika mengenakan gigi palsu. xerostomia bisa berasal dari

multifaktorial dan mungkin karena penyakit autoimun seperti sindrom Sjogren atau efek samping dari obat-obatan seperti obat antidepresan.

Penyakit Neoplastik

Meskipun ulkus oral

terdapat pada penyakit neoplastik oral, secara alamiah ulkus bersifat persisten dan progresif.

kondisi tertentu yang perlu dipertimbangkan

Recurrent aphthous

ulceration (RAU) adalah bentuk paling umum dari ulkus mulut berulang, dilaporkan mempengaruhi hingga 20% dari populasi. Pada kebanyakan pasien, ulkus pertama muncul di masa kanak-kanak atau remaja; mungkin ada kecenderungan perempuan lebih sering terkena dan pada beberapa pasien ada riwayat

keluarga ulkus serupa yang

(b ) (a )

(14)

menunjukkan faktor genetik. Etiologi dari kondisi tersebut tidak sepenuhnya diketahui, tetapi

dianggap dipengaruhi faktor

imunologis. Faktor-faktor yang

mempengaruhi atau memicu

penyakit sepenuhnya telah diketahui identifikasi dan eliminasi faktor-faktor ini mungkin berguna dalam penanganan pasien.

Recurrent aphthous ulceration dapat terjadi dalam tiga bentuk:

(1) Minor recurrent

aphthous ulceration - ini adalah bentuk paling umum, sekitar 80-90% kasus. Ulkus biasanya bulat atau oval dan terjadi pada mukosa mulut

non-keratin. Dengan

demikian, mereka

cenderung terjadi pada bibir dan pipi mukosa dan margin lateral lidah, dorsum lidah, langit-langit dan gingiva. Dalam sulkus bukal atau labial ulkus

berbentuk linear

(Gambar 2). Satu sampai lima ulkus biasanya terjadi pada satu waktu dengan ukuran sekitar 5 mm. ulkus sembuh tanpa bekas setelah 1 sampai

2 minggu dan

kemudian kambuh,

biasanya pada interval beberapa minggu atau

bulan, meskipun

beberapa pasien tanpa ulkus.

(15)

(2) Major recurrent aphthous ulceration bentuk ini jauh lebih umum sekitar 5-10% kasus. ulkus mirip dengan minor recurrent aphthous ulceration, tetapi terjadi pada setiap bagian dari

mukosa mulut

termasuk daerah

mukosa berkeratin seperti palatum durum dan dorsum lidah serta orofaring dan dapat lebih besar dari 10 mm (Gambar 3). Satu atau dua ulkus umumnya terjadi pada satu

waktu. Mereka

cenderung persisten,

yang berlangsung

selama setidaknya satu

bulan, sembuh dengan jaringan parut, dan

kemudian dapat

kambuh kembali. (3) Ulkus Herpeticom

ini memiliki

prevalensi yang mirip dengan major RAU.

Bentuk ulserasi

dimulai dengan ulkus bulat kecil, sekitar 1 mm diameter (Gambar 4), yang muncul dalam jumlah besar (hingga

100). bersatu

menghasilkan ulkus lebih besar dengan margin yang tidak teratur. biasanya terjadi

pada mukosa

non-keratin tetapi bagian lain dari mukosa mulut mungkin bisa terkena.

(16)

Ulkus dapat sembuh

dalam waktu dua

minggu (tanpa jaringan parut) dan kemudian kambuh.

Gambar 2. Minor aphthous ulcers pada sulkus bukal rahang atas . Perhatikan tepi kemerahan

Gambar 3. major aphthous ulcer pada palatum mole, ulkus berbentuk besar dengan bentuk tidak teratur

Gambar 4. Ulkus

Herpetiform pada mukosa bibir bawah

Beberapa pasien menderita ulkus yang intermediate antara minor dan mayor RAU, kadang-kadang disebut juga RAU minor yang parah. Meskipun ulkus ini biasanya berkembang di masa kanak-kanak,

pada beberapa pasien dapat

berkembang pada usia lanjut..

Semua bentuk aphthous

ulceration membuat

ketidaknyamanan yang signifikan dan pasien dengan minor aphthae yang berat, aphthae besar atau ulkus herpetiform mungkin mengalami kesulitan makan dan berbicara.

Oral Dermatosis

Kondisi ini sebagian besar terdiri dari lichen planus, pemfigoid membran mukosa, pemfigus vulgaris dan eritema multiforme, meskipun kondisi yang kurang umum seperti dermatitis herpetiformis juga mempengaruhi mukosa dan dapat

(17)

(b) hadir secara klinis sebagai sariawan

berulang.

lichen planus

Kondisi ini telah diperkirakan mempengaruhi ~ 1% dari populasi, menjadi lebih sering terjadi dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat terjadi sebagai penyakit kulit atau gangguan mukosa atau mungkin

mengenai kulit dan mukosa.

penyebabnya tidak diketahui; mekanisme tampaknya disebabkan faktor imunologis. Beberapa obat dan agen lainnya dapat menyebabkan reaksi '' lichenoid '', yang identik dengan lichen planus.

Gambaran klinis lichen planus

Ketika lichen planus

mengenai mukosa mulut, dapat

bersifat asimtomatik atau

menyebabkan berbagai gejala dari ketidaknyamanan ringan sampai berat, menetap atau sesekali waktu. Asimtomatik lichen planus sering terlihat secara klinis seperti gambaran putih atau plak pada mukosa tidah inflamasi dan dapat terjadi pada pipi, lidah dan kadang-kadang gingiva.

lesi simptomatik cenderung memiliki striations khas atau plak pada dasar mukosa eritematosa. Daerah kemerahan dapat bergabung menjadi ulkus yang menyakitkan (Gambar 5). lichen planus dapat mengenai gingiva muncul sebagai '' desquamative gingivitis '' dengan eritema dari gingiva margin dan attachment gingiva (Gambar 6). Keterlibatan gingiva lebih parah daripada gingivitis karena kebersihan mulut yang buruk dan mungkin menyakitkan pada berbagai derajat. Ada risiko yang sangat kecil lichen

planus menjadi keganasan,

diperlukan tinjauan lebih lanjut.

(18)

Gambar 5. Linchen planus menunjukkan ulkus dikelilingi striae putih pada permukaan ventral lidah (a) dan kemerahan pada mukosa bukal

Gambar 6. Lichen planus tampak seperti desquamative gingivitis.

Diagnosis lichen planus

Gambaran klinis lichen planus mudah dikenali, terutama jika lesi bilateral dan simetris, tetapi dianjurkan untuk melakukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi,

termasuk pemeriksaan

imunofluoresensi. Hal ini akan

membantu dalam membedakan

antara lichen planus dan lupus erythematosus dan bercak putih seperti lichen planus, seperti beberapa lesi displastik.

Pemfigoid membran mukosa

Penyakit autoimun ini jarang terjadi dan sering terbatas pada mukosa mulut, tetapi juga dapat

mengenai permukaan mukosa

lainnya termasuk konjungtiva menghasilkan jaringan parut (dan kadang-kadang kebutaan), karena pemphigoid cicatricial.

Gambaran klinis pemfigoid membran mukosa

Mukosa membran pemfigoid (MMP) adalah penyakit vesiculo- bulosayang dapat menyebabkan lesi di mana saja pada mukosa mulut. Hal ini lebih sering terjadi pada pasien yang lebih tua, dan lebih sering terjadi pada perempuan. Vesikula kadang berupa blister yang berisi darah. Meskipun vesikel yang lebih kuat daripada pemphigus vulgaris, dapat pecah dalam waktu 24 jam kemudian menjadi ulkus (Gambar 7), dapat sembuh dengan jaringan parut. Kadang hanya gingiva yang terkena tampak merah dan meradang dengan tidak adanya plak gigi (gingivitis deskuamatif). Mungkin ada sedikit pembentukan vesikel dalam kasus ini dan diagnosis diferensial antara lain lichen planus.

(19)

Gambar 7. vesikel yang telah pecah pada mukosa alveolar rahang atas pada pasien dengan pemfigoid membran mukosa. baru saja pecah tapi akan segera menjadi ulkus yang ditutupi oleh fibrin.

Diagnosis pemfigoid membran mukosa

Gambaran klinis dapat

membantu menegakkan diagnosis, tetapi diagnosis definitif hanya dapat

dicapai dengan pemeriksaan

histopatologi, termasuk

imunofluoresensi. Dengan ini berarti, akan terlihat bahwa ada pemisahan epitel dari jaringan ikat pada tingkat zona membran basal dan daerah dasar membran epitel utuh yang berdekatan (biasanya IgG) immuno-fluoresensi

Pemphigus vulgaris

adalah penyakit autoimun yang relatif jarang, dilaporkan memiliki prevalensi yang lebih besar

di Yahudi Ashkenazi. Dalam

sejumlah besar kasus, lesi mukosa mulut adalah permulaan dari penyakit.

Gambaran klinis dari pemfigus vulgaris

Penyakit ini biasanya terjadi pada pasien yang lebih tua. Pasien mengalami perkembangan vesikel intraepitel berdinding tipis, yang segera pecah. Namun, pasien seringkali tidak menyadari adanya blister karena kerusakan yang cepat

kemudian membentuk ulkus

(Gambar 8)

Gambar 8. Ulkus mukosa pada lidah pasien dengan pemfigus vulgaris.

Diagnosis pemfigus vulgaris

Karena gambaran klinis dari lesi oral sering terlihat non-spesifik ,

diagnosis hampir seluruhnya

tergantung pada pemeriksaan

histopatologi termasuk temuan

imunofluoresensi positif.

Karakteristik pemeriksaan histologis adalah pemecahan intraepithelial terjadi dekat dengan sel-sel basal. Imunofluoresensi selalu positif untuk

(20)

IgG sekitar prickle sel. sel Acantholytic cells Tzanck) dapat ditemukan dalam cairan vesikel, baik dalam bagian atau di lapisan luar dari

lesi. tes serologi mungkin

menunjukkan adanya autoantibodi yang beredar.

eritema multiforme

adalah penyakit onset akut, yang dapat bersifat kambuhan. kekambuhan dapat berlangsung selama beberapa minggu. Tampak sebagai penyakit imunologi dari jenis hipersensitivitas kompleks imun dan akibat terjadinya kerusakan jaringan. Kondisi ini paling sering terlihat pada remaja dan orang dewasa muda dan mungkin akibat obat atau

berhubungan dengan infeksi,

umumnya Herpes simpleks atau Mycoplasma pneumoniae.

Gambaran klinis eritema multiforme

Ketika kulit terkena, akan terlihat lesi target yang khas, tetapi

jika mengenai mukosa mulut

gambaran klinis yang tampak sering non spesifik. Ulserasi Meluas tidak teratur ulserasi mukosa biasanya dangkal dengan pengelupasan dan perdarahan. Bibir sering bengkak,

ulserasi dan berkulit dengan darah ini dianggap sebagai sine qua non untuk diagnosis (Gambar 9). Sindrom Stevens-Johnson adalah bentuk yang lebih parah dari generalized eritema multiforme, yang melibatkan kulit, mukosa mulut, konjungtiva dan mukosa genital. Pasien demam dan tidak enak badan dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Nekrolisis epidermal toksik (Lyell syndrome) mungkin merupakan akhir yang paling parah dari spektrum nekrosis epitel pada gambaran predominan.

Gambar 9. Eritema

multiforme dengan perdarahan yang luas, ulserasi dan pengerasan kulit bibir bawah.

Diagnosis eritema multiforme Gambaran klinis (terutama krusta dan perdarahan pada bibir) dan, dalam kasus kekambuhan, kondisi yang berkaitan (seperti

(21)

obat-obatan baru atau herpes labialis) akan membantu dalam menentukan

diagnosis. Pemeriksaan

Histopathologi dengan

immunofluorescence akan membantu untuk mengexcludekan penyakit vesiculobullous.

Discoid lupus eritematosus

Indikasi pertama dari

penyakit sistemik ini dapat terjadinya lesi mukosa mulut, tetapi lesi oral pada lupus relatif jarang. Lupus eritematosus (LE) adalah penyakit autoimun di mana auto-antibodi melawan komponen nuclear. kasus LE yang terkait dengan obat jarang terjadi.

Pemeriksaan dari sariawan berulang

Pemeriksaan yang sesuai untuk pasien dengan sariawan berulang tergantung pada diagnosis sementara. Untuk pasien dengan diagnosis sementara of minor or major aphthous ulceration atau herpetiform ulceration, harus dilakukan pemeriksaan hematologi untuk mengeksklusikan anemia atau defisiensi haematinic. pemeriksaan darah lengkap,kelainan zat besi, vitamin B12 dan asam folat harus

diperiksa atau diobati.

kelainanhematologi dapat memicu sariawan dan dapat memperburuk ulkus pada pasien rentan terhadap ulserasi aftosa. Diagnosis sementara termasuk lichen planus dan / atau gangguan vesiculobullous, harus

dilakukan biopsi, dengan

pengambilan jaringan untuk

pemeriksaan immunofluorescent

untuk membantu menegakkan

diagnosis yang pasti. Biopsi tidak efektif pada ulkus herpetiform minor dan mayor.

Penatalaksanaan ulkus rekuren Diagnosis

diagnosis yang tepat harus ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang khas dan gambaran klinisnya.

kontrol trauma

Hilangkan atau kontrol sumber-sumber trauma mukosa, misalnya, mengigit pipi atau bibir, menyikat gigi terlalu kuat atau menggunakan sikat gigi yang keras, gigi palsu yang tajam atau iritasi makanan kasar atau tajam.

Pemeriksaan

periksa tingkatan defisiensi, zat besi, folat atau vitamin B12.

(22)

catatan hematologis harus dilakukan pada semua pasien dengan RAU. Jika defisiensi terdeteksi, alasan defisiensi harus diidentifikasi dan dikoreksi dan sebaiknya diberikan tambahan suplemen. Jika defisiensi ini tidak diobati dengan suplemen

maka dianjurkan dirujuk ke

gastroenterologist. Diet

Pertimbangkan faktor dan sensitivitas makanan.3 makanan

yang bisa menjadi penyebab

(misalnya, jeruk, telur, gandum atau produk susu) dan agen lainnya

(misalnya, kosmetik) dapat

menyebabkan atau memperburuk RAU. Catatan harian makanan dapat

membantu dalam identifikasi

makanan penyebab. Hormon

Pada beberapa pasien

perempuan, RAU tampaknya terkait dengan siklus menstruasi. Namun, bukti secara hormonal belum dapat

dipastikan. Namun demikian,

beberapa pasien sembuh dengan terapi hormon.

Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat menjadi faktor penting karena

beberapa pasien menyadari ulkus menjadi lebih buruk dalam kesakitan, stres atau kelelahan. Dalam beberapa

kasus dapat dipertimbangkan

konseling manajemen stres . Obat

Jika obat merupakan

penyebab dari sariawan berulang, perlu didiskusikan dengan dokter yang merawat untuk memberikan obat alternatif.

Banyak pengobatan telah dianjurkan untuk pengobatan ulkus aphthous berulang. Ini mungkin

didasarkan pada antiseptik,

antibiotik, kortikosteroid,

immunosuppresan, antirheumatics, anti-inflamasi, terapi hormon, antivirus, colchicine, thalidomide, pentoxifyl, natrium kromoglikat, interferon, asam hyaluronic, eradiation helicobacter, zinc, berbagai asam, perawatan maag, ultrasound, laser, kauter, terapi cryo,

bioadhesives, obat herbal,

homeopati, vitamin, lactobacillus serta terapi kombinasi dari berbagai pengobatan sistemik.mungkin yang sepatutnya untuk kasus yang lebih berat dan tahan. tujuan dari

(23)

simptomatis dan tidak dapat disembuhkan..

sebagian besar perawatan yang digunakan untuk pengobatan

sariawan berulang tidak

menunjukkan bukti efektifitas dari adanya pengobatan tunggal. Belum ada review sistemik ulserasi mulut yang dilaporkan. Porter dan Scully meriview hasil dari sejumlah uji klinis acak pada ulserasi oral.

Mereka melaporkan bahwa

chlorhexidine dapat mengurangi keparahan ulkus dan / atau durasi tapi tidak kejadian, steroid dapat mengurangi durasi maag dan dapat mengurangi rasa sakit. kurangnya data yang kuat untuk pembuatan makalah yang dipublish, diperlukan pengobatan yang teliti berdasarkan banyaknya bukti empiris.

Meskipun kurangnya bukti yang jelas untuk setiap pengobatan tertentu untuk sariawan, beberapa perawatan yang digunakan dalam praktek kedokteran adalah sebagai

berikut: larutan 0,2% dari

chlorhexidine glukonat obat kumur digunakan dua kali atau tiga kali sehari dapat meringankan ulkus dalam beberapa kasus ringan. obat

kumur yang bebas alkohol umumnya akan lebih nyaman bagi pasien. Beberapa dokter menyarankan obat kumur lebih efektif jika digunakan selama 2-4 menit pada suatu waktu.

Beberapa pasien merasakan bahwa analgesik lokal topikal dapat meringankan gejala ulkus. Namun hal tersebut tersebut akan membuat pasien mati rasa dan dapat melukai mukosa, yang menyebabkan ulkus lebih lanjut. Gel lignocaine 2% atau obat kumur dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Hal ini sangat membantu pada ulserasi luas dan ulserasi aftosa mayor.

obat kumur tetrasiklin digunakan selama bertahun-tahun untuk sariawan berulang, sangat efektif pada ulkus yang luas.

alternatifnya adalah dengan

menggunakan minocycline, dengan menghancurkan sebuah tablet 50 mg dalam 10 mL air hangat dan menggunakan ini sebagai obat kumur empat kali sehari selama lima hari.

pengobatan bersamaan dengan

antijamur dapat digunakan pada pasien yang mengalami candidiosis.

beberapa sediaan

(24)

pengobatan sariawan berulang. Idealnya,harus digunakan pada saat

pertama terjadinya ulkus.

Triamsinolon in Orabase 0,1% sering dianjurkan untuk ulkus oral. terdapat

keuntungan teoritis dengan

menggabungkan kortikosteroid

dalam adhesive base. Namun, beberapa pasien merasa sediaan ini sulit digunakan dan rasa tidak enak

dalam rongga mulut. salep

Betametason diproprionat OV 0,05% atau krim dapat dioleskan pada ulkus dua atau tiga kali sehari. Beberapa pasien tidak menyukai rasa salep/ krim dan beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan mengoleskan salep/krim ini pada permukaan mukosa lembab. daerah ulserasi idealnya harus dikeringkan sebelum aplikasi krim atau salep hal ini terkadang sulit dan menyakitkan.

beklometason diproprionat 50 mcg atau flutikason proprionate 100 mcg / dosis inhaler asma dapat diarahkan ke masing-masing ulkus (bukan inhalasi) tiga atau

empat kali sehari dapat menjadi cara mudah dan efektif

aplikasi obat. obat kumur

kortikosteroid dapat mengobati

sariawan yang luas. Hal ini dapat dibuat dari 5 mg tablet prednisolon dilarutkan de dalam 10 mL air hangat (atau 1 mL Redipred atau Predmix di 10 mL air) atau satu deksametason 0,5 mg tablet di 10 mL air, larutan

dikumur. immunosuppressant

pimecrolimus 1% cream dapat dioleskan pada lesi dua kali sehari dapat menjadi alternatif yang efektif untuk pengobatan topikal. suntikan intralesi triamcinolone acetonide 10 mg / mL digunakan oleh beberapa dokter untuk lesi lichen planus. Ada beberapa ketidaknyamanan dalam pemberian obat dan keraguan mengenai manfaat setelah pemberian obat. kortikosteroid sistemik kadang-kadang diperlukan dalam pengobatan RAU mayor dan dermatosis.

Pendekatan pengobatan yang logis untuk pasien dengan ulkus mulut berulang

Pada pasien yang tidak ada faktor predisposisi yang terdeteksi, obat kumur klorheksidin adalah terapi utama untuk pengobatan sariawan berulang. kortikosteroid topikal digunakan dari indikasi awal dari gejala prodromal membantu

(25)

meringankan gejala dan mengurangi durasi RAU minor dan dermatosis. Pengobatan untuk pasien dengan ulkus mulut berulang

Pada pasien yang tidak ada terdeteksi faktor predisposisi, obat kumur klorheksidin adalah terapi utama untuk pengobatan sariawan berulang. kortikosteroid topikal

digunakan dari awal gejala

prodromal membantu meringankan gejala dan mengurangi durasi RAU minor dan dermatosis.

Untuk ulserasi lebih luas, seperti RAU minor yang lebih parah, herpetiform ulserasi dan penyakit kulit lisan dapat diobati dengan minocycline topikal atau obat kumur kortikosteroid. Beberapa pasien

dengan berbagai ulkus oral

merasakan manfaat dari obat kumur

klorheksidin diikuti dengan

penggunaan obat semprot asma.

Kortikosteroid sistemik terkadang

diperlukan, terutama dalam

pengelolaan RAU mayor, sindrom Behcet dan beberapa pasien dengan penyakit dermatosis.

KESIMPULAN

Evaluasi pasien sangat penting untuk menilai kemajuan dan respon terhadap perawatan yang diberikan. Pasien perlu mengetahui keterbatasan pengobatan. Contohnya pasien dengan RAU perlu diingatkan bahwa pengobatan tidak menjamin kesembuhan sepenuhnya, tetapi tidak mungkin tetapi pengobatan hanya bertujuan untuk mengurangi gejala. hal tersebut juga berlaku untuk

lichen planus dan gangguan

vesiculobullousa. berdasarkan pada respon terhadap pengobatan, perlu

dilakukan penelitian untuk

(26)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kalantzis A, Marshman Z, Falconer DT, Morgan PR, Odell EW. Oral

effects of low-dose methotrexate treatment. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2005;100:52–62.

2. McCartan BE, Healy CM. The reported prevalence of oral lichen

planus: a review and critique. J Oral Pathol Med 2008;37:447– 453.

3. Nolan A, Lamey PJ, Milligan KA, Forsyth

4. A. Recurrent aphthous ulceration and food sensitivity. J Oral Pathol Med

1991;20:473– 475.

5. Miles DA, Bricker SL, Razmus TF, Potter RH. Triamcinolone

acetonide versus chlorhexidine for treatment of recurrent sto- matitis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1993;75:397–402.

6. Gorsky M, Epstein J, Rabenstein S, Elishoov H, Yarom N. Topical

minocycline and tetracycline rinses in treatment of recurrent aphthous stomatitis: a randomized cross-over study. Dermatol Online J 2007;13:1.

7. Savage NW, McCullough MJ. Topical corticosteroids in dental practice.

Aust Dent J 2005;50:S40–S44.

8. Eisen D, Ellis CN. Topical cyclosporine for oral mucosal disor- ders. J

Am Acad Dermatol 1990;23:1259–1264.

9. O’Neill ID. Off-label use of biologicals in the management of

inflammatory oral mucosal disease. J Oral Pathol Med 2008;37: 575–581.

10. Liu J, Zeng X, Chen Q, et al. An evaluation on the efficacy and

safety of amlexanox oral adhesive tablets in the treatment of recurrent minor aphthous ulceration in a Chinese cohort: a ran- domized, double-blind, vehicle-controlled, unparallel multicenter clinical trial. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2006;102:475–481.

11. Ferguson MM, McKay Hart D, Lindsay R, Stephen KW. Proge- ston

therapy

12. for men

13. strually related aphthae. Int J Oral Surg 1978;7:463–470.

14. Pedersen A. Acyclovir in the prevention of severe aphthous ulcers. Arch

Dermatol 1992;128:119–120.

15. Lynde CB, Bruce AJ, Rogers RS 3rd. Successful treatment of complex

aphthosis with colchicine and dapsone. Arch Dermatol 2009;145:273– 276.

16. Jacobson JM, Greenspan JS, Spritzler J, et al. Thalidomide for the

treatment of oral aphthous ulcers in patients with human immunodeficiency virus infection. National Institute of Allergy and Infectious Diseases AIDS Clinical Trials Group. N Engl J Med 1997;336:1487–1493.

17. Thornhill MH, Baccaglini L, Theaker E, Pemberton MN. A ran- domized,

double-blind, placebo-controlled trial of pentoxifylline for the treatment of recurrent aphthous stomatitis. Arch Dermatol 2007;143:463–470. Erratum in: Arch Dermatol 2007;143:716.

18. Potts AJ, Frame JW, Bateman JR, Asquith P. Sodium cromo- glycate

toothpaste in the management of aphthous ulceration. Br Dent J 1984;156:250–251.

(27)

19. Hutchinson VA, Mok WL, Angenend JL, Cummins JM, Richards AB.

Chronic major aphthous stomatitis: oral treatment with low- dose alpha-interferon. Mol Biother 1990;2:217–220.

20. Nolan A, Baillie C, Badminton J, Rudralingham M, Seymour RA. The

efficacy of topical hyaluronic acid in the management of recurrent aphthous ulceration. J Oral Pathol Med 2006;35:461– 465.

21. Karaca S, Seyhan M, Senol M, Harputluoglu MM, Ozcan A. The effect

of gastric Helicobacter pylori eradication on recurrent aphthous stomatitis. Int J Dermatol 2008;47:615–617.

22. Wray D. A double-blind trial of systemic zinc sulfate in recurrent

aphthous stomatitis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1982;53: 469–472.

23. Sharquie KE, Tammimy SM, Mashhadani S, Hayani RK,

Al-Nuaimy AA. Lactic acid 5 percent mouthwash is an effective mode of therapy in treatment of recurrent aphthous ulcerations. Dermatol Online J 2006;12:2.

24. Matsuda T, Ohno S, Hirohata S, et al. Efficacy of rebamipide as

adjunctive therapy in the treatment of recurrent oral aphthous ulcers in patients with Behc¸ et’s disease: a randomised, double- blind, placebo-controlled study. Drugs R D 2003;4:19–28.

25. Brice SL. Clinical evaluation of the use of low-intensity ultra- sound

in the treatment of recurrent aphthous stomatitis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 1997;83:14–20.

26. Tezel A, Kara C, Balkaya V, Orbak R. An evaluation of different

treatments for recurrent aphthous stomatitis and patient percep- tions:

Nd:YAG laser versus medication. Photomed Laser Surg

2009;27:101–106.

27. Alidaee MR, Taheri A, Mansoori P, Ghodsi SZ. Silver nitrate cautery

in aphthous stomatitis: a randomized controlled trial. Br J Dermatol 2005;153:521–525.

28. Arikan OK, Birol A, Tuncez F, Erkek E, Koc C. A prospective

randomized controlled trial to determine if cryotherapy can re- duce the pain of patient with minor form of recurrent aphthous stomatitis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2006;101:e1–e5.

29. Kutcher MJ, Ludlow JB, Samuelson AD, Campbell T, Pusek SN.

Evaluation of a bioadhesive device for the management of apht- hous ulcers. J Am Dent Assoc 2001;132:368–376.

30. Babaee N, Mansourian A, Heravi F, Moghadamnia A,

Momen-Beitollahi J. The efficacy of a paste containing Myrtus communis (Myrtle) in the management of recurrent aphthous stomatitis: a randomized controlled trial. Clin Oral Investig 2010;14:65–70.

31. Mousavi F, Mojaver YN, Asadzadeh M, Mirzazadeh M. Homeopathic

treatment of minor aphthous ulcer: a randomized, placebo-controlled clinical trial. Homeopathy 2009;98:137–141.

32. Gulcan E, Toker S, Hatipog˘ lu H, Gulcan A, Toker A. Cyanoco-

balamin may be beneficial in the treatment of recurrent aphthous ulcers even when vitamin B12 levels are normal. Am J Med Sci 2008;336:379–382.

33. Gertenrich RL, Hart RW. Treatment of oral ulcerations with Bacid

(Lactobacillus acidophilus). Oral Surg Oral Med Oral Pa- thol 1970;30:196–200.

34. Murphy GM, Griffiths WA. Aphthous ulcers responding to etretinate–

a case report. Clin Exp Dermatol 1989;14:330–331.

35. Porter S, Scully C. Aphthous ulcers (recurrent). Clin Evid 2005;13:1687–

(28)

Gambar

Gambar  1.  Ulkus  yang  disebabkan  karena obat (a) lidah (b) palatum  Xerostomia
Gambar 2.  Minor aphthous ulcers  pada sulkus bukal rahang atas .  Perhatikan tepi kemerahan
Gambar  5.  Linchen  planus  menunjukkan  ulkus  dikelilingi  striae  putih  pada  permukaan  ventral  lidah  (a)  dan  kemerahan  pada  mukosa  bukal
Gambar  7.  vesikel  yang  telah  pecah  pada  mukosa  alveolar  rahang  atas  pada  pasien  dengan  pemfigoid  membran  mukosa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Wati Septiani.14111510064.Analisis Kemampuan Berpikir Statistik Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kondisi kemampuan

P Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pemberita Firman dan para pelayan liturgis mengucapkan Selamat pagi/sore, Selamat datang di ibadah syukur memperingati hari

Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur lembaga perwakilan yang memiliki dua kamar atau lebih (multikameral), walaupun sebuah lembaga perwakilan terdiri

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien

Karena kesetiaan dan konsistensi Abraham terhadap ajaran tauhid (monoteisme) inilah sehingga dia disebut Muslim hanif; seorang yang hanya tunduk patuh (taat) pada

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dengan judul

Teknik isolasi yang digunakan yaitu dengan memotong bagian daun pisang yang sehat dan masih segar kurang lebih 1 cm dan dicuci dengan air mengalir, kemudian di