• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengelolaan Aset Pemerintahan Kabupaten Sambas dalam Hubungannya dengan Pemekaran Wilayah Kota Singkawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengelolaan Aset Pemerintahan Kabupaten Sambas dalam Hubungannya dengan Pemekaran Wilayah Kota Singkawang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGELOLAAN ASET PEMERINTAHAN KABUPATEN SAMBAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMEKARAN

WILAYAH KOTA SINGKAWANG PUBLIKASI ILMIAH

Oleh

FERDIANSYAH, SH A.21211054

Ferdiansyah, SH Prof. Dr. H. Kamarullah, SH. M.Hum Hamdani, SH., M.Hum

ABSTRAK

Pemekaran wilayah yang terjadi pada saat ini merupakan implikasi berlakunya otonomi daerah, yakni UU No.5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah yang ditetapkan pada masa Presiden B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto. Beliau membuat kebijakan politik baru yang mengubah hubungan kekuasaan pusat dan daerah. Wilayah pusat tidak sepenuhnya lagi mempunyai wewenang terhadap daerah, tetapi sebagian kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada daerah. UU tersebut kemudian melahirkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan seiring waktu berubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

Pemekaran wilayah juga telah dialami di Propinsi Kalimantan Barat. Propinsi Kalbar merupakan salah satu propinsi terbesar di Pulau Kalimantan. Propinsi ini memiliki 14 kabupaten/kota yang salah satunya adalah Kabupaten Sambas. Kabupaten yang beribukota di Sambas ini, pada tahun 1999 dimekarkan menjadi kabupaten bengkayang dan tanggal 17 Oktober 2001 mengalami pemekaran kembali, sehingga Singkawang yang sebelum pemekaran merupakan bagian dari Kabupaten Bengkayang, akhirnya setelah pemekaran lepas dari kabupaten ini dan membentuk daerah otonom baru yang sekarang menjadi Kota Singkawang.

Bertitik tolak dari uraian latar belakang, masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut, Bagaimana Pengaturan asset pemerintahan Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Kota Singkawang? Dan Bagaimana pengelolaan aset daerah setelah terjadi pemekaran wilayah? Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum soiologis. Adapun penelitian hukum yang digunakan dalam thesis ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian hukum kepustakaan. Faktor yuridisnya adalah peraturan perundang-undangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

(2)

2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyerahan Barang dan Hutang Piutang Pada daerah Yang Baru Dibentuk, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Hasil penelitian, Pengaturan asset pemerintahan Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Kota Singkawang didasarkan pada undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bengkayang; Undang Nomor 12 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; dimana Aset pemerintahan Kabupaten Sambas yang ada di wilayah Kota Singkawang sebagian besar sudah diserahkan kepada pemerintah Kabupaten Bengkayang namun ada beberapa masih dalam proses, terdapat beberapa kendala diantaranya Kewajiban pengamanan aset masih melekat pada pemerintah kabupaten Sambas akan tetapi hal tersebut sulit dilakukan mengingat aset yang berada di Kota Singkawang sulit dikontrol penggunaannya; Tidak adanya dokumen kepemilikan dan aset yang tidak diketahui nilai perolehannya dan tidak jelas keberadaannya baik wujud fisik maupun berkaitan dengan dokumen kepemilikan (sertifikat tanah). Namun Status aset pemerintah Kabupaten Sambas yang hingga saat ini belum diserah terimakan ke Pemerintah Kota Singkawang secara hukum masih merupakan milik Pemerintah Kabupaten Sambas akan tetapi untuk selanjutnya beberapa aset berupa fasilitas umum dan bangunan gedung kantor yang telah digunakan tentunya akan diserahkan kepada pemerintah Kota Singkawang melalui Pemerintah Kabupaten Bengkayang

Disarankan seharusnya ada pihak-pihak yang berkewajiban memenuhi Pengaturan aset pemerintah Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Singkawang harusnya didasarkan pada Pasal 14 huruf b yang bunyinya untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Singkawang, Menteri/kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait, gubernur Kalbar dan Bupati bengkayang sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada pemerintah Kota Singkawang hal-hal yang meliputi barang milik.kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai dan /atau dimanfaatkan oleh pemerintah, Provinsi Kalbar dan Kabupaten bengkayang yang berada di Kota Singkawang sesuai peraturan perundang-undangan.

(3)

ABSTRACT

Regional divisions that occur at this time is the implication of regional autonomy , namely Law No. 5 of 1999 on Regional Autonomy , promulgated by the President BJ Habibie, who replaced Suharto . He made a new policy that changes the central and local power relations . Central region no longer have the authority to fully regions , but most of the power handed over to local governments . The law gave birth to Law No. 22 of 1999 on Regional Government and over time turned into Law No. 32 of 2004 on Regional Government and Government Regulation ( PP ) No. 38 Year 2007 on the Central and Local Authority.

Expansion has also been experienced in the area of West Kalimantan Province . West Kalimantan Province is one of the largest province in the island of Borneo . The province has 14 districts / cities , one of which is the Sambas district . Sambas regency capital in this , in 1999 the district was divided into gorged and dated October 17, 2001 was divided again, so Singkawang which before the division is part of Bengkayang , finally after splitting off from the district and form a new autonomous region which is now the City Singkawang.

Based on the description of the background , the issues to be addressed in this study are as follows , How to Setup Sambas district government assets in conjunction with the regional growth Singkawang ? And How asset management area after the creation of the region ? Legal research can be divided into normative legal research and legal research soiologis . The legal research used in this thesis is a normative legal research is research conducted by examining library materials which is also known as secondary data and legal research literature . Factors juridical legislation is Act No. 1 of 2004 on State Treasury , Act No. 32 of 2004 on Regional Government , the Minister of Home Affairs Number 42 of 2001 on Guidelines for Delivery of Goods and Debt In Newly Formed region , the Indonesian Government Regulation No. 38 of 2008 on the Amendment to the Indonesian Government Regulation No. 6 of 2006 on the Management of State / Regional Minister Regulation No. 17 of 2007 on Guidelines Technical Regional Property Management , the Indonesian Government Regulation No. 6 of 2006 on the Management of State / Regional.

The results of the study , setting asset Sambas district administration in association with the regional growth Singkawang based on Law No. 10 of 1999 on the Establishment Bengkayang ; Law No. 12 of 2001 concerning the Establishment Singkawang Act No. 1 of 2004 on State Treasury ; Law Number 32 of 2004 on Regional Government ; Indonesian Government Regulation No. 6 of 2006 on the Management of State / Regional ; Government Regulation No. 38 of 2008 on the change of the Indonesian Government Regulation No. 6 of 2006 on the Management of State / Regional ; Minister Regulation No. 17 of 2007 on Guidelines Technical Regional Property Management ; where assets Sambas district governance in the region Singkawang largely been left to the government Bengkayang but there are some still in the process , there are several obstacles including asset security obligation is still attached to the Sambas district government but it is difficult to do given the assets that are in Singkawang difficult to control use; The absence of ownership documents and assets of unknown value and it is not clear existence of placement either physical form

(4)

or relating to documents of title ( land certificates ) . But the status of government assets Sambas district , which until now has not been handed over to the Government Singkawang still legally belongs to the Government of Sambas district but for the next few assets such as public facilities and office buildings that have been used must be submitted to the government Singkawang through the Government Bengkayang.

It is suggested there should be obligated parties meet Settings Sambas district government assets in conjunction with the regional growth Singkawang should be based on Article 14 letter b sound for smooth governance Singkawang , minister / head of relevant department government agencies , the governor of West Kalimantan and Regent gorged inventory in accordance with its authority and submit to the government Singkawang things covering the goods milik.kekayaan countries / regions in the form of land , buildings , chattels and other immovable goods owned, controlled and / or used by the government , and the District of West Kalimantan Province gorged residing in Singkawang appropriate legislation

(5)

Pendahuluan

Sejak masa orde lama, orde baru hingga era reformasi sekarang ini, pemerintah selalu melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Karena pada dasarnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan berencana untuk mendapatkan kondisi masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan yang digalakkan ini diartikan sebagai proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan tersebut harus mampu mengakomodasi berbagai aspek kehidupan manusia baik material maupun spiritual dan dilakukan secara merata sehingga dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat.

Wilayah Negara Indonesia yang sangat besar dengan rentang geografis yang luas berupa kepulauan, kondisi sosial-budaya yang beragam, jumlah penduduk yang besar, hal ini berpengaruh terhadap proses pengalokasian pembangunan itu dan mekanisme pelaksanaan pemerintahan Negara Indonesia. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan pemerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada di daerah. Untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan maka diperlukan adanya suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi tetap terawasi dari pusat.

Pada era reformasi sekarang ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, alokasi kewajiban negara kepada rakyat secara merata, namun tetap berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut diperlukan agar tidak terjadi lagi ancaman- ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti yang pernah munculnya gerakan-gerakan separatisme di daerah- daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sumber daya alam daerah di Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan sumber pendapatan

(6)

daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain.

Disisi lain, dorongan yang kuat dari masyarakat setempat (lokal) itu sendiri untuk melakukan perubahan ke arah pensejahteraan juga merupakan suatu faktor yang semakin mendesak pemerintah untuk menciptakan satu formula pemerintahan yang pada akhirnya mendukung pembangunan itu. Dari uraian diatas, maka lahirlah sistem pemekaran wilayah yang merupakan implikasi dari desentralisasi dan otonomi daerah yang sampai sekarang masing tetap dilaksanakan. Pemekaran wilayah yang terjadi pada saat ini merupakan implikasi berlakunya otonomi daerah, yakni UU No.5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah yang ditetapkan pada masa Presiden B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto. Beliau membuat kebijakan politik baru yang mengubah hubungan kekuasaan pusat dan daerah. Wilayah pusat tidak sepenuhnya lagi mempunyai wewenang terhadap daerah, tetapi sebagian kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada daerah. UU tersebut kemudian melahirkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan seiring waktu berubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

Semangat otonomi daerah dan desentralisasi diatas akhirnya bermuara kepada keinginan daerah untuk memekarkan diri yang kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah. Namun dalam prakteknya, pemekaran daerah jauh lebih mendapat perhatian dibandingkan penghapusan ataupun penggabungan daerah. Dalam PP tersebut, daerah berhak mengajukan usulan pemekaran terhadap daerahnya selama telah memenuhi syarat teknis, administratif, dan fisik.

Desentralisasi banyak dijadikan sebagai sebuah konsep penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi panduan utama akibat ketidakmungkinan sebuah negara seperti Indonesia yang wilayah geografisnya luas dan jumlah penduduknya yang besar untuk mengelola manajemen pemerintah secara sentralistik. Di dalam desentralisasi juga terkandung semangat demokrasi untuk mendekatkan partisipasi masyarakat dalam menjalankan pembangunan. Desentralisasi di Indonesia adalah sebuah peluang bagi

(7)

pemerintah daerah untuk mengembangkan wacana politik lokal. Selain memberikan pengelolaan kewenangan pada bidang tertentu, desentralisasi telah memberikan ruang bagi suatu daerah untuk pembentukan wilayah/ daerah baru. Pemekaran wilayah merupakan pilihan yang diambil oleh pemerintah dan pihak yang terkait dibanding melakukan penggabungan wilayah. Oleh karena itu, fenomena pembentukan daerah melalui pemekaran wilayah tampaknya sangat menarik untuk dibahas, khususnya yang menyangkut motif pemekaran itu sendiri. Akan tetapi, hal lain yang jauh lebih menarik adalah apakah melalui trend pemekaran wilayah ini akan mampu membawa harapan masyarakat untuk mendorong kepada peningkatan sosial ekonominya, yakni melalui percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta mampu menghindari kesenjangan ekonomi masyarakat di daerahnya masing-masing?

Pemekaran wilayah juga telah dialami di Propinsi Kalimantan Barat. Propinsi Kalbar merupakan salah satu propinsi terbesar di Pulau Kalimantan. Propinsi ini memiliki 14 kabupaten/kota yang salah satunya adalah Kabupaten Sambas. Kabupaten yang beribukota di Sambas ini, pada tahun 1999 dimekarkan menjadi kabupaten bengkayang dan tanggal 17 Oktober 2001 mengalami pemekaran kembali, sehingga Singkawang yang sebelum pemekaran merupakan bagian dari Kabupaten Bengkayang, akhirnya setelah pemekaran lepas dari kabupaten ini dan membentuk daerah otonom baru yang sekarang menjadi Kota Singkawang. Kota Singkawang mempunyai luas wilayah 504 km², Singkawang terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di

DQWDUD ƒ ¶ ´ - ƒ ¶ /6 ƒ ¶ ´- ƒ ¶ ´%7 7HUGLUL DWDV

Kecamatan yaitu Singkawang Barat, Singkawang Utara, Singkawang Timur, Singkawang Selatan dan Singkawang Tengah Batas-batas wilayah Kota Singkawang adalah:

Utara Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas

Selatan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang Barat Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Samudra Pasifik Timur Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang

(8)

Tuntutan masyarakat yang sangat kuat di tingkat bawah (grassroot) tersebut didorong oleh keinginan memperoleh pelayanan yang lebih baik dari pemerintah daerah. Dalam konteks pemekaran daerah / wilayah tersebut yang lebih dikenal dengan pembentukan daerah otonom baru, bahwa daerah otonom tersebut diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus dirinya sendiri, terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber ± sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih baik.1

Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di samping sebagai sarana pendidikan politik lokal.2 Seperti telah dikemukakan sebelumnya, tujuan pembentukan suatu daerah otonom pada dasarnya adalah untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan. Namun pada sisi lain, harus diantisipasi pula bahwa kelahiran daerah atau wilayah baru ternyata memunculkan pula persoalan ±

persoalan baru diantaranya pengelolaan asset milik pemerintah daerah. Di samping dampak lain baik dampak politik, ekonomi, kewilayahan, pertahanan dan keamanan dan lain sebagainya.

Perkembangan daerah dengan adanya otonomi menunjukkan semakin banyak daerah yang terlihat lebih maju dan berkembang sejak diberikan otonomi yang lebih besar terutama daerah yang memiliki sumber daya alam cukup besar. Otonomi ternyata memberikan kepada daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kondisi sosial ekonomi, budaya, dan adat masing ± masing daerah untuk menunjukkan kebhinekaan.

Pembentukan suatu daerah harus memperhatikan berbagai aspek pendukung pengembangan daerah terutama aspek sumber daya alam atau sumber ekonomi suatu daerah dan sumber daya manusia yang akan mengelolanya. Apabila salah satu aspek

1

J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah , Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm.194 2

H.A.W. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm 134

(9)

tersebut tidak dimiliki akan menghambat tujuan utama pembentukan daerah yaitu peningkatan kesejahteraan dan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakatnya.3

Pengelolaan barang milik negara/aset negara yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2006 yang merupakan peraturan turunan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah memunculkan optimisme baru best practices dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan kedepannya.

Pengelolaan aset negara yang professional dan modern dengan mengedepankan

good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat /stake-holder. Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud dalam Pasal1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemeintah No.6 tahun 2006 adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset. Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset Negara mencakup perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan ;penggunaan ; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

Proses tersebut merupakan siklus logistik yang lebih terinci yang didasarkan pada pertimbangan perlunya penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan dalam konteks yang lebih luas (keuangan negara). Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dalam implementasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu pengelola barang milik daerah perlu melakukan pengorganisasian dengan baik.

Berdasarkan Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan barang daerah, maka barang daerah dikelompokkan kedalam 19 bidang, yaitu : Bidang Tanah, Bidang jalan dan jembatan, Bidang bagunaan air, Bidang instalasi, Bidang Jaringan, Bidang bangunan gedung, Bidang monumen,

3

Hamdi Muchlis, Naskah Akademik Tentang Pembentukan dan Penghapusan Daerah, BPHN DEPKUMHAM RI, Jakarta,2008 hlm 1

(10)

Bidang alat-alat besar, Bidang alat-alat angkut, Bidang alat bengkel, Bidang alat-alat pertanian, Bidang alat-alat kantor dan rumah tangga, Bidang alat studio, Bidang alat kedokteran, Bidang alat laboraturium, Bidang buku/perpustakaan, Bidang barang bercorak kesenian, kebudayaan, Bidang hewan/ternak dan tumbuh-tumbuhan, Bidang alat keamanan. Selanjutnya disebutkan juga dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan barang daerah, bahwa yang

GLPDNVXG GHQJDQ EDUDQJ LQYHQWDULV DGDODK ´VHOXUXK EDUDQJ \DQJ GLPLOLNL GLNXDVDL ROHK

pemerintah daerah yang penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat serta

GLGDIWDUNDQ GDODP EXNX LQYHQWDULV´

Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut : Azas fungsional, Azas kepastian hukum, Azas transparansi, Azas efisiensi, Azas akuntabilitas dan Azas kepastian nilai. Barang milik negara/daerah meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD dan juga barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. Adapun barang yang berasal dari perolehan lain yang sah meliputi :

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis. b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak. c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang. d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengelolaan barang milik negara/daerah berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2006 meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan dan penaganggaran. b. Pengadaan.

c. Penggunaan. d. Pemanfaatan.

e. Pengamanan dan pemeliharaan. f. Penilaian.

(11)

h. Pemindahtanganan. i. Penatausahaan.

j. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Meskipun sudah ada aturan yang sangat rinci persoalan aset daerah hingga saat ini masih mengalami beberapa kendala. Salah satunya belum diserahkannya aset-aset daerah yang yang seharusnya menjadi milik pemerintah daerah baru hasil pemekaran dan berada di wilayah Kota Singkawang oleh pemerintah daerah asal, yaitu pemerintah Kabupaten Sambas. Salah satunya menghambat pembangunan Rumah Adat Melayu di Jalan Alianyang Kota Singkawang, yang mana merupakan tanah tersebut bekas gedung juang. Dimana status tanah/aset yang digunakan itu masih merupakan milik pemerintah Kabupaten Sambas yang belum diserah terimakan ke Pemerintah Kota Singkawang. Permasalahan

1. Bagaimana Pengaturan asset pemerintahan Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Kota Singkawang?

2. Bagaimana pengelolaan aset daerah setelah terjadi pemekaran wilayah? Pembahasan

1. Pengaturan asset pemerintahan Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Kota Singkawang

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Sedangkan Barang Milik Daerah (BMD) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Perolehan lainnya ini dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara. Secara rinci dalam Pasal 2 ayat (2) yang dimaksud dengan BMN dari perolehan lainnya antara lain:

- Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan atau sejenis;

- Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak; - Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuaun undang-undang; atau

- Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

(12)

Sementara itu, ketentuan mengenai penjualan BMN diatur dalam ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Barang Milik Negara (BMN). Pasal 1 (8) mengartikan pemindahtanganan BMN adalah pengalihan kepemilikan BMN sebagai tindak lanjut dari Penghapusan BMN dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.

Penghapusan BMN, menurut Pasal 1 ayat (7) adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

Sementara itu, dalam Pasal 45 ayat (2) UU No.1/2004 memberikan syarat pemindahtanganan BMN atau BMD dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari DPR/ DPRD.

Pengecualian atas persetujuan DPR/ DPRD ini berlaku untuk tanah dan bangunan dalam 5 hal yang disebutkan dalam Pasal 46 ayat (1b) UU tersebut serta dalam Pasal 46 ayat (3) PP No.6/2006, yaitu:

- Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah dan penataan kota;

- Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;

- Diperuntukan bagi pegawai negeri; - Diperuntukan bagi kepentingan umum;

- Dikuasai Negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memilliki kekuatan hukum tetap dan/ atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis Pasal 47 PP No. 6/2006 menyebutkan bahwa penjualan Barang Milik Negara diajukan oleh Pengelola Barang (Menteri Keuangan) ke DPR, sementara untuk penjualan Barang Milik Daerah diajukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota ke DPRD.

Tata cara mengenai penjualan BMN, khususnya tanah, lebih lanjut diatur dalam Lampiran VII Permenkeu No 96/PMK.06/2007 yang menyebutkan bahwa penjualan BMN dapat dilakukan dengan cara:

(13)

- Tanpa melalui lelang, untuk:

1. Barang Milik Negara yang bersifat khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

a. Rumah negara golongan III yang dijual kepada penghuninya;

b. Kendaraan dinas perorangan pejabat negara yang dijual kepada pejabat negara;

2. Barang Milik Negara lainnya, ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh Pengguna Barang dan instansi teknis terkait, yaitu:

a. Berupa tanah dan/atau bangunan yang akan digunakan untuk kepentingan umum;

b. Yang jika dijual secara lelang akan merusak tata niaga berdasarkan pertimbangan dari instansi yang berwenang, misalnya gula atau beras selundupan yang disita oleh negara;

c. Berupa tanah yang merupakan tanah kavling yang menurut perencanaan awal pengadaannya digunakan untuk pembangunan perumahan pegawai negeri, sebagaimana tercantum dalam dokumen penganggaran.

Menurut UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, pada pasal 45 menyatakan : Barang milik daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah tidak dapat dipindahtangankan; dan Pemindahtanganan barang milik daerah dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat persetujuan DPRD.

Dasar Hukum Pengaturan aset Daerah adalah PP nomor 27 tahun 2014 tentang pengelolaan barang milik Negara/Daerah, akan tetapi Peraturan Pemerintah ini masih menunggu Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah. Untuk pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah masih mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah selama tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah terbaru, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah akan dinyatakan tidak berlaku apabila telah terbit Permendagri baru tentang peraturan pelaksana PP nomor 27 tahun

(14)

2014 tentang pengelolaan barang milik Negara/Daerah. Untuk pemerintah kabupaten Sambas pengelolaan aset daerah telah diatur dalam Perda Kab sambas no 3 tahun 2008 tentang pengelolaan aset daerah.4

Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan aset daerah adalah:5 1. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah;

2. Undang- undang Nomor 25 tahun 1956 tentang Pembentukan daerah-daerah otonom Provinsi Kalbar, Kalsel dan Kaltim sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 1958;

3. Undang-undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bengkayang;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 1981 tentang pembentukan Kota administratif Singkawang.

Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan aset daerah yaitu:6

- Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

- Peraturan Daerah Kota Singkawang Nomor 6 tahun 2009 tentang Pengelolaan barang Milik Daerah.

Aset pemerintahan Kabupaten Sambas yang ada di wilayah Kota Singkawang sebagian besar sudah diserahkan kepada pemerintah Kabupaten Bengkayang. Hal ini sebagaimana diamanatkan Undang-undang nomor 10 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang dimana isinya penyerahannya antara Pemerintah Kabupaten Sambas dan Pemerintah Kabupaten Bengkayang.7

4

Hasil wawancara dengan Drs Syafrudin, M.Si Kabag Perlengkapan Kabupaten Sambas pada tanggal 20 Agustus 2014

5

Hasil wawancara dengan Subhan S.Sos & Suryadi Aspan Anggota DPRD Kabupaten Sambas periode 2009-2014 pada tanggal 12 September 2014

6

Hasil wawancara dengan Antin Suprihatin, S.Sos, M.Si Pejabat Sekda Kota Singkawang pada tanggal 20 September 2014

7

Hasil wawancara dengan Drs Syafrudin, M.Si Kabag Perlengkapan Kabupaten Sambas pada tanggal 20 Agustus 2014

(15)

Pengaturan aset pemerintah kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Kota Singkawang dimana hasilnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, bab V ketentuan peralihan pasal 14 ayat (1) huruf (b) berbunyi Gubernur KDH Tk I Kalbar dan Bupati Bengkayang sesuai dengan kewenangannya menginventarisir dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Singkawang : (B) barang milik /kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh pemerintah Provinsi Kalbar dan Kabupaten Bengkayang yang berada di Kota Singkawang.8

Pengaturan aset pemerintah Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Singkawang harusnya didasarkan pada Pasal 14 huruf b yang bunyinya untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Singkawang, Menteri/kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait, gubernur Kalbar dan Bupati bengkayang sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada pemerintah Kota Singkawang hal-hal yang meliputi barang milik.kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai dan /atau dimanfaatkan oleh pemerintah, Provinsi Kalbar dan Kabupaten bengkayang yang berada di Kota Singkawang sesuai peraturan perundang-undangan.9

2. Pengelolaan Aset Daerah Setelah Terjadi Pemekaran Wilayah

Pengelolaan aset setelah pemekaran belum tercatat secara rinci. Hal ini mengingat banyaknya aset yang tidak memiliki dokumen sehingga daftar yang disusun tidak menampilkan data secara rinci, untuk itu perlu dilakukan peninjauan atau pengecekan terlebih dahulu.10

Pengelolaan aset daerah milik pemerintah Kabupaten Sambas setelah terjadi pemekaran telah dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku dan dilaksanakan secara bertahap, namun dilapangan berdasar hasil verifikasi tim aset terdapat 70 item :

8

Hasil wawancara dengan Subhan S.Sos & Suryadi Aspan Anggota DPRD Kabupaten Sambas periode 2009-2014 pada tanggal 12 September 2014

9

Hasil wawancara dengan Antin Suprihatin, S.Sos, M.Si Pejabat Sekda Kota Singkawang pada tanggal 20 September 2014

10

Hasil wawancara dengan Drs Syafrudin, M.Si Kabag Perlengkapan Kabupaten Sambas pada tanggal 20 Agustus 2014

(16)

1. 5 item perlu dibicarakan dengan pemerintah Kota Singkawang, karena sudah dialih fungsikan

2. 3 item dapat disetujui untuk diserahkan

3. 62 item dapat dimanfaatkan/tukarguling/sewakan/kerjasamakan dengan pihak ketiga.11

Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Singkawang, hendaknya Pemerintah Kabupaten Sambas menyerahkan seluruh aset eks. Pemerintah Kabupaten Sambas yang berada di wilayah Kota Singkawang kepada Pemerintah Kota Singkawang.12

Adapun kendala yang dihadapi dalam hal pengelolaan aset daerah setelah adanya pemekaran wilayah diantaranya 1. Kewajiban pengamanan aset masih melekat pada pemerintah kabupaten Sambas akan tetapi hal tersebut sulit dilakukan mengingat aset yang berada di Kota Singkawang sulit dikontrol penggunaannya; 2. Tidak adanya dokumen kepemilikan dan aset yang tidak diketahui nilai perolehannya.13

Kendala dalam hal pengelolaan aset daerah setelah adanya pemekaran wilayah yaitu belum pernah dianggarkan dalam APBD Kabupaten Sambas.14

Kendala yang dihadapi terdapat aset eks. Kabupaten Sambas yang berada di wilayah Kota Singkawang yang tidak jelas keberadaannya baik wujud fisik maupun berkaitan dengan dokumen kepemilikan (sertifikat tanah).15

Status aset pemerintah Kabupaten Sambas yang hingga saat ini belum diserah terimakan ke Pemerintah Kota Singkawang secara hukum masih merupakan milik Pemerintah Kabupaten Sambas akan tetapi untuk selanjutnya beberapa aset berupa fasilitas umum dan bangunan gedung kantor yang telah digunakan tentunya akan

11

Hasil wawancara dengan Subhan S.Sos & Suryadi Aspan Anggota DPRD Kabupaten Sambas periode 2009-2014 pada tanggal 12 September 2014

12

Hasil wawancara dengan Antin Suprihatin, S.Sos, M.Si Pejabat Sekda Kota Singkawang pada tanggal 20 September 2014

13

Hasil wawancara dengan Drs Syafrudin, M.Si Kabag Perlengkapan Kabupaten Sambas pada tanggal 20 Agustus 2014

14

Hasil wawancara dengan Subhan S.Sos & Suryadi Aspan Anggota DPRD Kabupaten Sambas periode 2009-2014 pada tanggal 12 September 2014

15 Hasil wawancara dengan Antin Suprihatin, S.Sos, M.Si Pejabat Sekda Kota Singkawang

(17)

diserahkan kepada pemerintah Kota Singkawang melalui Pemerintah Kabupaten Bengkayang.16

Status 62 item aset yang belum diserahkan dengan Pemerintah Kota Singkawang, sesuai data laporan Verifikasi Aset DPRD Kabupaten Sambas secara hukum masih merupakan milik Pemerintah Kabupaten Sambas.17

Usaha dari pemerintah Kota Singkawang dalam hal aset Kota Singkawang yang belum diserahterimakan oleh pemerintah Kabupaten Sambas ke pemerintah Kota Singkawang diantaranya:18

- Melakukan koordinasi ke Pemerintah Kabupaten Sambas dan Pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam rangka upaya percepatan penyerahan aset eks. Pemerintah Kabupaten sambas kepada pemerintah Kota Singkawang;

- Mengirim surat kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam rangka upaya permohonan fasilitasi penyerahan aset eks. Kabupaten Sambas kepada pemerintah Kota Singkawang kemudian pada tanggal 16 Juli 2012 telah dilaksanakan penandatanganan berita acara serah terima aset Tahap I yang terdiri dari 143 Aset Kabupaten Bengkayang yang berada di wilayah Kabupaten Bengkayang dan 162 aset yang berada di wilayah Kota singkawang dari Pemerintah Kabupaten sambas kepada Pemerintah Kabupaten Bengkayang, sejak saat itu 162 aset yang terletak diwilayah Kota singkawang berada dalam penguasaan Pemerintah Kabupaten Bengkayang.19

Penutup

Berdasarkan analisis masalah, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengaturan asset pemerintahan Kabupaten Sambas dalam hubungannya dengan pemekaran wilayah Kota Singkawang didasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bengkayang; Undang-Undang Nomor 12 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang Undang-Undang

16

Hasil wawancara dengan Drs Syafrudin, M.Si Kabag Perlengkapan Kabupaten Sambas pada tanggal 20 Agustus 2014

17

Hasil wawancara dengan Subhan S.Sos & Suryadi Aspan Anggota DPRD Kabupaten Sambas periode 2009-2014 pada tanggal 12 September 2014

18

Hasil wawancara dengan Antin Suprihatin, S.Sos, M.Si Pejabat Sekda Kota Singkawang pada tanggal 20 September 2014

19 Hasil wawancara dengan Antin Suprihatin, S.Sos, M.Si Pejabat Sekda Kota Singkawang

(18)

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; dimana Aset pemerintahan Kabupaten Sambas yang ada di wilayah Kota Singkawang sebagian besar sudah diserahkan kepada pemerintah Kabupaten Bengkayang namun ada beberapa masih dalam proses..

2. Pengelolaan aset daerah setelah terjadi pemekaran wilayah Pengelolaan aset daerah milik pemerintah Kabupaten Sambas setelah terjadi pemekaran telah dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku dan dilaksanakan secara bertahap, namun dilapangan berdasar hasil verifikasi tim aset terdapat 70 item :

a. 5 item perlu dibicarakan dengan pemerintah Kota Singkawang, karena sudah dialih fungsikan

b. 3 item dapat disetujui untuk diserahkan

c. 62 item dapat dimanfaatkan/tukarguling/sewakan/kerjasamakan dengan pihak ketiga

Dan juga terdapat beberapa kendala diantaranya Kewajiban pengamanan aset masih melekat pada pemerintah kabupaten Sambas akan tetapi hal tersebut sulit dilakukan mengingat aset yang berada di Kota Singkawang sulit dikontrol penggunaannya; Tidak adanya dokumen kepemilikan dan aset yang tidak diketahui nilai perolehannya dan tidak jelas keberadaannya baik wujud fisik maupun berkaitan dengan dokumen kepemilikan (sertifikat tanah). Namun Status aset pemerintah Kabupaten Sambas yang hingga saat ini belum diserah terimakan ke Pemerintah Kota Singkawang secara hukum masih merupakan milik Pemerintah Kabupaten Sambas akan tetapi untuk selanjutnya beberapa aset berupa fasilitas umum dan bangunan gedung kantor yang telah digunakan

(19)

tentunya akan diserahkan kepada pemerintah Kota Singkawang melalui Pemerintah Kabupaten Bengkayang

Daftar Pustaka

Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 1986;

Afan Gafar, Politik Indonesia Transsisimenuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004,;

Ardisasmita, Rahardjo, Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2005;

Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, 2008; Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Armico,

Bandung, 1995;

Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Peranan Peraturan Perundang-Undangan dalam Pembinaan Hukum Nasional, Armico, Bandung, 1997;

Bratakusumah,S.D. Perencanan pembangunan daerah. Jakarta : Penerbit Gramedia 2004;

Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum, dan Konstitusi, Penerbit Liberty Yogyakarta 1999;

H.A.W. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005;

Hamdi Muchlis, Naskah Akademik Tentang Pembentukan dan Penghapusan Daerah, BPHN DEPKUMHAM RI, Jakarta,2008 ;

+DQLI 1XUFKROLV ³Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah´ Penerbit Grasindo, Jakarta,2007;

+HQGU\ 0DGGLFN GDQ +DQLI 1XUFKROLV ³Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi

'DHUDK´ Grasindo, Jakarta, 2007;

Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2002; Irawan Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Bina Aksara,

Jakarta, 1981;

J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah , Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007;

- 5LZX .DKR ³3URVSHN 2WRQRPL 'DHUDK GL 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD´ Rajawali Pers, Jakarta, 1997;

Kuncoro Mudrajad, Otonomi & Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga 2004;

(20)

LAN. Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah. Modul I: Dasar-dasar Manajemen Aset/Barang Milik Daerah. 2007;

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996; Mardiasmo. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.Andi,Yogyakarta, 2002;

3DGPR :DK\RQR ³$VDV 1HJDUD +XNXP GDQ 3HUZXMXGDQQ\D GDODP 6LVWHP +XNXP 1DVLRQDO´ GDODP

Politik Pembangunan Hukum Nasional, Penyunting Muh. Busyro Muqoddas, dkk, UII Press, Yogyakarta, 1992;

Prabawa Utama, Pemerintahan di Daerah, IND-HILL.CO, Jakarta, 1991;

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007;

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990;

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif, Malang: Penerbit Asah-asih, 1990;

Siregar, D. D., Management Aset Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai &(2¶V

pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004;

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, cet ke-3, Alumni, Bandung, 1997;

Sjafrizal, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media 2008;

Soemantri dalam Pipin Syarifin dan Dedah Subaedah, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2005;

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006;

Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2004;

Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bengkayang; Undang-Undang Nomor 12 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

(21)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2008 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang pengelolaan barang milik Negara/Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyerahan Barang dan Hutang Piutang Pada daerah Yang Baru Dibentuk.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) usaha ternak broiler pada berbagai pola usaha masih tetap menguntungkan dan memiliki efektivitas pengembalian modal pada level moderat;

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan yang

Adapun secara rinci simpulan dalam penelitian ini adalah: (1.) Bentuk kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal kalor yakni:

Temuan hasil penelitian ini juga mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Tigor (2011), yang mengungkapkan bahwa lingkungan kerja dan komunikasi

 Dapat menyedarkan pesalah supaya tidak mengulangi kesalahan UNDANG-UNDANG BERTULIS Hukum Kanun Melaka Undang-undang Laut Melaka Undang-Undang Pahang Undang-undang 99

dapat memilih nilai-nilai positif dari berbagai lingkungan. Melalui proses difusi,juga dikembangkan suatu proses pendidikan karakter yaitu kepribadian yang kokoh yang

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Pemberian suplemen kalsium karbonat dosis tinggi 450 mg/ekor/hari pada tikus ovariohisterektomi (P3) akan

Dari jawaban tersebut konsumen lebih dominan memberi penilaian sangat baik terhadap keteraturan tempat penyimpanan hasil cucian tetapi masih ada konsumen yang