• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS SERBUK BIJI KELOR Moringa oleifera Lamk. DALAM MENURUNKAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS SERBUK BIJI KELOR Moringa oleifera Lamk. DALAM MENURUNKAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

37

EFEKTIFITAS SERBUK BIJI KELOR Moringa oleifera Lamk.DALAM MENURUNKAN

KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR Muh. Ruslan Umar a dan Syarifuddin Liongb aJurusan Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin

bJurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin ABSTRACT

Cadmium usually used in industrial sector, the use of this heavy metal high poten-tially to soil the water especially the waterworks. Using the agen of absorbent can help to accu-mulate the poison truly can help this vilification. Research about effectivity of merunggai seed Moringa oleifera Lamk. as an agent to reduce cadmium (Cd) concentration in waters has been conducted on November _ December 2012. The aim of this research was to know the effectivity of merunggai seed powder to reduce cadmium concentration in waters. Exsperimental research designed using Stratified Random Sampling with two factors. First factor is merunggai seed powder with 3 dosage: 100, 200, 300 mg. Second factor is time contact duration with in 24 and 48 hours. Each factor conducted with 3 replication. Cadmium concentration measured using Ato-mic Absorbtion Spectroscopy (AAS). Result showed that cadmium concentration decreased with 300 mg merunggai seed powder in 24 hours.

Keywords: Merunggai pollen seed, absorbent, cadmium (Cd

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu dari sekian ba-nyak molekul kimia yang diperlukan oleh makh-luk hidup dalam memenuhi berbagai jenis keper-luan. Dalam penggunaannya haruslah memenuhi kriteria sifat fisik, kimia maupun biologis. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aktifitas manusia maupun kejadian alami justru menim-bulkan pencemaran, sehingga menurunkan kuali-tas maupun kuantikuali-tas sumber daya air. Berbagai unsur dan senyawa penyebab terjadinya pence-maran air, berasal dari berbagai aktifitas, seperti kegiatan pertanian, industri, transportasi air, mau-pun limbah domestik. Komponen polutan dapat berupa komponen organik maupun anorganik se-perti logam berat.

Logam berat berpotensi dalam penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang berefek negatif pada biota perairan dan kesehatan manu-sia apabila melebihi ambang batas. Logam berat bersifat nondegredable sehingga keberadaannya di alam akan terus ada dan berlangsung dalam jang-ka waktu lama, contohnya jang-kadmium (Cd).

Kadmium (Cd) merupakan salah satu un-sur kimia yang banyak dimanfaatkan pada

berba-gai industri, seperti pelapisan logam, pewarnaan baterai, minyak pelumas dan bahan bakar (Vicar, 2007). Kadmiun (Cd) sering menjadi polutan ber-bahaya di ekosistem perairan. Akumulasi logam Cd dalam tubuh makhluk hidup yang melebihi ambang batas dapat mengakibatkan berbagai ke-rusakan dan disfungsi organ serta gangguan me-tabolisme tubuh, seperti kerusakan ginjal, jan-tung, kanker paru-paru, kerapuhan tulang dan ke-rusakan sel-sel darah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan un-tuk menurunkan konsentrasi kadmium di perairan adalah dengan metode absorbsi. Metode absorbsi mampu menggumpalkan substansi terlarut dalam larutan dengan menggunakan zat atau senyawa penyerap. Salah satu bahan penyerap alami yang dapat digunakan adalah serbuk biji kelor Moringa oleifera Lamk. Dari beberapa hasil penelitian me-nunjukkan bahwa serbuk biji kelor ternyata dapat digunakan sebagai pengabsorbsi, menggumpal-kan sekaligus menetralmenggumpal-kan tegangan permukaan dari partikel lumpur dan logam berat yang terkan-dung dalam substansi limbah. Hal ini disebabkan tingginya kandungan protein kationik dan adanya bahan aktif

(2)

4-alfa-4-rhamonsiloxy-benzil-isothio-38 cyanate yang terkandung pada biji kelor. Keber-adaan zat aktif ini mampu mengabsorbsi dan me-netralisir partikel-partikel lumpur dan logam berat yang terkandung dalam limbah tersuspensi (Pandia dan Husin, 2005).

METODE PENELITIAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mortal, ayakan 45 mesh, desikator, sendok tanduk, statif, pipet, oven, neraca analitik, mag-netik stirer, lemari asam, hot plate, botol sampel, alat-alat gelas, dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Buck Scientic 205. Sedangkan bahan yang diguna-kan adalah Cd (NO3)2 biji kelor,

aquades, kertas saring Whatman no. 42, tissue, dan HNO3 (p.a) 65%.

Penelitian ini bersifat eksperimental, dan desain penelitian adalah Rancangan Acak Leng-kap, yang terdiri dari 2 faktor yaitu dosis serbuk biji kelor (100 mg, 200 mg, dan 300 mg) dan waktu kontak (24 jam dan 48 jam) dengan ma-sing-masing pengukuran terdiri dari 3 kali peng-ulangan. Data hasil penelitian diolah dengan ana-lisis sidik ragam (ANOVA) dua arah berdasarkan Mattjik dan Sumertajaya (2002), dengan rumus persamaan sebagai berikut:

Y ijk =  + α i + β j + ( αβ )ij + ε ijk

Pembuatan Serbuk Biji Kelor

Buah kelor yang sudah tua dan kering dikupas kulit luarnya, sehingga diperoleh biji ke-lor yang berwarna putih, kemudian dibungkus de-ngan menggunakan aluminium foil. Selanjutnya dikeringkan dalam oven selama ±48 jam pada su-hu 50ºC. Setelah biji kelor kering, dihaluskan de-ngan menggunakan mortal dan diayak dede-ngan menggunakan ayakan mesh 45, sehingga diper-oleh serbuk putih.

Pengukuran Logam Kadmium dalam Senyawa Cd(NO3)2 untuk Pembuatan Larutan Baku Induk

Pengukuran logam kadmium dalam se-nyawa Cd(NO3)2 dengan menggunakan rumus

sebagai berikut,

ppm = x

sehingga diperoleh berat kadmium sebesar 0,2103 gr.

Larutan Baku Induk Kadmium 1000 ppm

Pembuatan larutan baku induk kadmium 1000 ppm adalah sebanyak 0,2103 gr kadmium dilarutkan dengan 1 mL HNO3 (p.a) 65 %.

Sete-lah itu, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan menambahkan akuades hingga volume larutan mencapai 100 mL.

Larutan Intermediate Kadmium 100 ppm

Pembuatan larutan intermediate kadmium 100 ppm berdasarkan rumus sebagai berikut:

V1 X ppm1 = V2 X ppm2

sehingga diperoleh 10 mL yang akan dipipet dari larutan kadmium 1000 ppm. Selanjutnya dima-sukkan ke dalam labu ukur 100 mL yang akan diencerkan dengan menambahkan akuades hingga volume mencapai 100 mL. Untuk pembuatan la-rutan kerja kadmium 10 ppm memiliki prosedur yang sama dengan prosedur pembuatan larutan in-termediate 100 ppm.

Konsentrasi Logam Kadmium (Cd) pada La-rutan dan Residu dengan menggunakan SSA

Analisis konsentrasi kadmium (Cd) pada larutan dan residu dengan menggunakan SSA ber-dasarkan Supriyanto (2011) adalah wadah disiap-kan sebanyak 4 buah yang diisi masing-masing 100 mL larutan Cd dengan konsentrasi 10 ppm, dimana 1 wadah merupakan kontrol. Selanjutnya serbuk biji kelor dengan variasi konsentrasi dosis (100 mg, 200 mg dan 300 mg) masing-masing di-masukkan ke dalam setiap wadah perlakuan. La-rutan-larutan tersebut dihomogenkan selama ± 5 menit kemudian dilakukan pengukuran kadar kad-mium. Dan setelah 48 jam, larutan disaring se-hingga diperoleh residu, yang dikeringkan di dalam oven ± 24 jam. Kemudian diasamkan de-ngan menggunakan HNO3 10 mL, lalu

dipanas-kan diatas hotplate sampai volumenya berkurang. Selanjutnya ditambahkan aquades hingga volume

(3)

39 mencapai 50 mL,lalu larutan disaring dan diana-lisis kadar kadmium dengan menggunakan SSA.

Deret Larutan Standar 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,8 ppm; 1,6 ppm; 3,2 ppm

Pembuatan deret larutan standar berdasar-kan pada rumus sebagai berikut,

V1 X ppm1 = V2 X ppm2

Sehingga diperoleh hasil pengukuran 0,2 mL, 0,4 mL, 0,8 mL, 1,6 mL dan 3,2 mL. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, lalu diencerkan dengan menggunakan aquades hingga volume mencapai 100 mL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian pengukuran konsentrasi kadmium pada air/filtrat dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), dapat di-lihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Konsentrasi kadmium dalam filtrat dan yang terserap serbuk biji kelor

Hubungan variasi dosis serbuk biji kelor dan lama waktu kontak terhadap penyerapan kon-sentarsi Cd pada air/filtrat, dapat dilihat pada Gambar 1. 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 kontrol 100 mg 200 mg 300 mg 0,03 0,76 1,15 1,38 0,03 0,33 0,73 0,91 K o n s e n tr a s i C d ( p p m )

DosisSerbuk biji kelor

24 jam 48 jam

Gambar 1.Hubungan variasi dosis serbuk biji kelor dan lama waktu kontak terhadap penyerapan

konsentrasi Cd pada air/filtrat

Penyerapan kadar Cd dalam air/filtrat ber-dasarkan hubungan lama waktu kontak dan vari-asi dosis serbuk biji kelor, dapat dilihat pada Gambar 2. 0 0,5 1 1,5 24 jam 48 jam 0,03 0,03 0,76 0,33 1,15 0,73 1,38 0,91 K ons ent ra si C d ( p p m )

Lama Waktu Kontak

kontrol 100 mg 200 mg 300 mg

Gambar 2. Hubungan lama waktu kontak dan variasi dosis serbuk biji kelor dalam pe-nyerapan logam Cd

pada air/filtrat (ppm)

Hasil pengukuran konsentrasi kadmium (Cd) pada residu serbuk biji kelor dengan meng-gunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), dapat dilihat pada tabel 2 , berikut ini.

Tabel 2. Hasil pengukuran konsentrasi cadmium (ppm) dalam residu serbuk biji kelor

Berat Awal Serbuk Biji Kelor (mg) Berat Akhir Serbuk Biji Kelor (mg) Konsentrasi Cd Residu (ppm) Blanko (300) 177.8 0.00 100 15.1 0.03 200 33.9 0.05 300 46 0.24

(4)

40

Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA)

Hasil analisis perlakuan dosis serbuk biji kelor, lama waktu kontak dan interaksi keduanya, menunjukkan faktor dosis serbuk biji kelor memi-liki signifikansi sebesar 0.002 < 0,05 (tingkat Sig-nifikansi α = 5%), hal ini berarti perlakuan dosis serbuk bji kelor berpengaruh terhadap tingkat se-rapan logam Cd dari air / filtrat. Selanjutnya dila-kukan uji lanjutan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan, seperti yang disajikan pada Ta-bel 3 berikut ini.

Tabel 3. Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh variasi dosis serbuk biji kelor terhadap konsentrasi kadmium dalam air/filtrat

Perlakuan Rata-rata Kontrol 0.0333a 100 mg 0.5500ab 200 mg 0.9417bc 300 mg 1.1500c Sig.

The error term is Mean Square(Error) = 0,180. ; kode huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ap-likasi dosis serbuk biji kelor (100. 200, dan 300 mg) berpengaruh terhadap penyerapan logam kad-mium dari air/filtrat. Hal ini sesuai dengan peneli-tian yang dilakukan oleh Sutanto, dkk., (2007) me-nunjukkan bahwa semakin tinggi dosis serbuk biji kelor yang diaplikasikan, semakin besar pula luas permukaan dalam menyerap konsentrasi um dari air, sehingga penurunan konsentrasi kadmi-um pada air akan berubah seiring dengan banyak-nya dosis serbuk biji kelor yang diaplikasikan.

Penyerapan logam kadmium tertinggi pa-da dosis perlakuan serbuk biji kelor 300 mg de-ngan lama waktu kontak 24 jam, dede-ngan serapan Cd dari air/filtrat sebesar 1,38 ppm. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2008), menunjukkan bahwa berkurangnya kon-sentrasi kadmium setelah penambahan serbuk biji kelor disebabkan oleh berinteraksinya logam kad-mium dengan protein pada biji kelor. Meningkat-nya dosis serbuk biji kelor mengakibatkan sema-kin banyak pula kadmium yang diikat oleh protein yang memiliki gugus fungsi karboksil (-COOH)

dan gugus alkil (R-) yang bermuatan negatif. Gu-gus tersebut akan berinteraksi dengan kadmium yang bermuatan positif, sehingga terjadi gaya tarik menarik dan membentuk flok yang mengendap seiring dengan lamanya waktu kontak.

Efektifitas koagulasi biji kelor ditentukan oleh kandungan protein kationik yang mengan-dung zat aktif 4-alfa-4-rhamon-siloxy-benzil-iso-thiocyanate. Zat aktif ini mampu mengkoagulasi dengan mekanisme adsorpsi dan netralisasi muat-an negatif dari biji kelor ymuat-ang akmuat-an menarik logam berat yang bermuatan positif dalam air. itu (Nand,

et al., 2012). Berdasarkan penelitian yang dilaku-kan oleh Savitri dan Yulianti (2012), bahwa gugus aktif biji kelor kaya akan gugus karbonil dan iso-thiosianat. Gugus karbonil dan isothiosianat dike-nal sebagai ligan kuat, yaitu gugus yang sangat akif terhadap ion-ion logam yang bersifat elektro-fil. Gugus karbonil (C=O) dengan ikatan rangkap dan sepasang elektron bebas pada atom O berpe-ran aktif mendonorkan elektronnya pada ion-ion logam. Demikian pula halnya gugus isothiosianat (-S=C=N) dengan 2 ikatan rangkap dan sepasang elektron bebas pada atom N berperan aktif pula mendonorkan elektronnya pada ion-ion logam. Gugus C=O karbonil dan isothiosianate (SCN-) yang terkandung dalam gugus aktif ser-buk biji kelor digolongkan sebagai basa lunak se-mentara menurut teori HSAB (Hard Soft Acid-Base) bah-wa logam kadmium dikategorikan sebagai asam lunak. Lebih lanjut Krismastuti, dkk. (2008), me-nyatakan bahwa kadmium yang bersifat asam lunak dapat membentuk ikatan yang stabil melalui proses koagulasi antara gugus C=O karbonil dan isothiosianate (SCN-) digolongkan sebagai basa lunak.

Berdasarkan Gambar 2 di atas, terlihat la-ma waktu kontak yang paling efektif dalam pe-nyerapan logam kadmium dari air yaitu 24 jam. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krismastuti, dkk. (2008), yang me-laporkan bahwa secara umum absorbsi ion logam kadmium oleh absorben akan dipengaruhi oleh la-ma waktu interaksinya, sela-makin lala-ma waktu inter-aksi, maka jumlah ion logam yang terabsorbsi juga semakin banyak. Akan tetapi, dengan waktu

(5)

41 interaksi yang sangat lama (lebih dari 24 jam), maka absorben tersebut akan mulai mencapai titik jenuh, dengan kondisi tersebut menyebabkan ion logam yang telah terikat akan terlepas kembali.

Menurut Hidayat (2006), bahwa interaksi antara logam kadmium dan biji kelor dapat pula melalui gaya van der Waals (gaya tarik menarik) yang merupakan gaya terlemah dan gaya univer-sal yang dapat bekerja pada jarak yang tidak dapat menyebabkan pertumpang tindihan/ pengalihan elektron. Gaya ini hanya mempunyai energi yang kecil yaitu 0,4 sampai 40 kJ/mol yang tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan ikatan. Lemahnya energi yang dimiliki oleh gaya Van der Waals dan tidak adanya petumpang tindihan atau pengalihan elektron antara kadmium dan biji kelor dapat mengakibatkan logam kadmium mudah terlepas kembali.

Pengukuran konsentrasi kadmium dalam residu serbuk biji kelor dilakukan untuk membuk-tikan bahwa memang serbuk biji kelor mampu menyerap logam kadmium dari air/ filtrat. Namun demikian konsentrasi kadmium yang terserap oleh residu serbuk biji kelor relatif lebih sedikit, jika di-bandingkan konsentrasi kadmium yang terserap air/filtrat. Hal ini disebabkan karena berkurangnya dosis serbuk biji kelor yang akan mengikat logam kadmium.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disim-pulkan bahwa dosis perlakuan serbuk biji kelor 300 mg dengan lama waktu kontak 24 jam mem-berikan serapan tertinggi terhadap logam kadmi-un pada air. Lama waktu kontak antara serbuk biji kelor dengan kadmiun berpengaruh terhadap ting-kat penyerapan, semakin lama waktu kontak se-makin menurun tingkat serapan dan bahkan cen-derung untuk lepas kembali ke dalam air

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, S., 2006. Pemberdayaan Masyarakat Ban-taran Sungai Lematang Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Dengan Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) Sebagai Upaya Pengembangan Proses Penjernihan Air. Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang, Malang.. Hal.71.

Krismastuti, F. S. H., H. Budiman, dan A. H. Setiawan, 2008. Adsorpsi Ion Logam Cad-mium dengan Silika Modifikasi. Pusat Peneli-tian Kimia - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang. Hal. 6.

Mattjik, A.A., dan Sumertajaya, I.M., 2002. Peran-cangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1 Edisi Kedua. IPB Press, Bogor. Nand, V., M. Maata, K. Koshy, and S. Sotheeswaran, 2012. Water Purification using Moringa oleifera and Other Locally Available Seeds in Fiji for Heavy Metal Removal. Faculty of Science and Technology. The University of the South Pacific Suva, Fiji. International Journal of Applied Science and Technology (2) 5. P. 4.

Pandia, S. dan A. Husin, 2005. Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernih-an Air. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Teknologi Proses (4) 2. Hal. 2.

Savitri, E.S. dan E. Yulianti, 2012. Pemanfaatan Biji Kelor Moringa oleifera Lamk. Sebagai Bioflo-kulan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Lim-bah Cair Industri Keramik Dinoyo Malang.

Universitas Islam Negeri Malang, Malang. Hal. 14-15.

Sutanto, T. D., M. Adfa, dan N. Tarigan, 2007. Buah Kelor (Moringa Oleifera Lamk.) Tanaman Ajaib Yang Dapat Digunakan Untuk Mengu-rangi Kadar Ion Logam Dalam Air. Universitas Bengkulu, Indonesia. Jurnal Gradi-en (3) 1. Hal.1.

Vicar, 2007. Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut

Terhadap Kesehatan Manusia. Coastal

Hazard-Indonesia. http://www.fajar.co.id. Di-akses pada hari Kamis, 27 September 2012.

(6)

42 Zulkarnain, 2008. Efektifitas Biji Kelor (Moringa

oleifera Lamk.) dalam Mengurangi Kadar Kadmiun (II). Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang, Malang. Hal. 21, 26.

Gambar

Gambar 2. Hubungan lama waktu kontak dan variasi  dosis serbuk biji kelor dalam pe-nyerapan logam Cd
Tabel 3.  Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh variasi  dosis  serbuk  biji  kelor  terhadap  konsentrasi  kadmium dalam air/filtrat

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, terutama akan menjadi menonjol bersamaan dengan

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa paham dan mampu menjelaskan, meneliti, dan menerapkan konsep, ruang lingkup, ragam/ jenis, dan kegunaan ilmu stilistika

Kebutuhan yang dimaksud disini adalah berupa gaji/upah yang mereka terima setelah melakukan sesuatu bagi perusahaan, contohnya berupa kebutuhan untuk mendapatkan

Klorofil merupakan komponen penting pada tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil. 1) faktor bawaan, sama halnya

Dari permasalah yang dijabarkan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan explosive power otot lengan dan bahu dan koordinasi mata- tangan

established equivalent , reduction , borrowing , amplification , variation, dan discursive creation ; (2) hasil dari penilaian keakuratan menjelaskan, 155 data termasuk Akurat,

Dalam materi modul penah disinggung bahwa strategi yang bersifat politis dan dapat digunakan untuk melakukan kerjasama dengan pihak terkait antara pengawas dengan

Press, 1988), h.. 1) Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transpormasi data kasar yang muncul