• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Strategi Petani Dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perubahan Strategi Petani Dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN STRATEGI PETANI DALAM MEMANFAATKAN LAHAN PERTANIAN

1Brigita Linda Novrilia, 2M. Ridhah Taqwa,2Rudy Kurniawan.

1

Sekretaris di Citra Asri Griya JO

2

Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Sriwijaya Email: linda.novrilia@gmail.com

Received : December 2015; Accepted March 2016 ; Published May 2016

Abstract

This thesis entitled "Changes in Farmer Strategies Utilizing Agricultural Land in Gumawang District of Belitang Ogan Komering Ulu Timur". This study reviewing the strategies of farmers in utilizing of agricultural land, farmers strategy changes that occurred in Gumawang, then the cause of the source of change strategies of farmer and forms of peasant farmers in utilizing the strategy of agricultural land in Gumawang District of Belitang Ogan Komering Ulu Timur. This study is a qualitative descriptive study. Determination of the informants in this study conducted in a "purposive". The technique of data analysis in this study was using Life History Analysis with used Construction of Day approaches. The results of this study indicate that (1) strategies or ways in which farmers in utilizing of agricultural land by making use of agricultural land to plant rice, then were using the tenuous to keep fish and plant crops. (2) there are two kinds of the changes in the strategy of farmers in agricultural utilize the land, namely the permanent changes and the temporary changes. (3) the source of the farmers’ strategy changes caused by factors of education, science and technology, economy, population growth, and the strategic location of the rice fields. (4) The forms of the strategy changes is a change that leads farmers to non-agricultural sectors or lead to the development of the city. Then in doing the study, researchers found some terms or the field findings, including: ngluku / mbajak, rendeng-gadu, tandur, ndaot, and legowo. The terms that finding in the field is a term contained in the terms used by the agricultural society of Java that was around in Gumawang District Belitang Ogan Komering Ulu Timur it self. Keyword: Change, Farmer Strategy, Agricultural Land

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Perubahan Strategi Petani Dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian di Desa Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur”. Penelitian ini mengkaji mengenai strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian, perubahan strategi petani yang terjadi di Desa Gumawang, kemudian penyebab sumber perubahan strategi petani dan bentuk-bentuk strategi petani dalam memanfaatkan lahan

(2)

pertanian di Desa Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara “purposive”. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Life History dengan menggunakan pendekatan Construction of Day. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) strategi atau cara yang dilakukan petani dalam memanfaatkan lahan pertanian yaitu dengan memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam padi, kemudian memanfaatkan masa renggang untuk memelihara ikan dan menanan palawija. (2) perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian ada dua macam, yaitu perubahan yang sifatnya permanen dan perubahan yang sifatnya temporer. (3) sumber terjadinya perubahan strategi petani disebabkan oleh faktor pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, pertumbuhan penduduk, serta lokasi sawah yang strategis. (4) bentuk-bentuk perubahan strategi petani yaitu perubahan yang mengarah kepada sektor non-pertanian atau mengarah ke perkembangan kota. Kemudian dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa istilah atau temuan lapangan, diantaranya : ngluku/mbajak, rendeng-gadu, tandur, ndaot, dan legowo. Istilah-istilah dalam temuan lapangan tersebut adalah istilah yang terdapat dalam istilah pertanian yang dipakai oleh masyarakat jawa yang berada disekitar desa atau di Desa Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur itu sendiri.

Kata kunci : Perubahan, Strategi Petani, Lahan Pertanian

PENGANTAR

Pertanian merupakan karakteristik pokok dari umumnya desa-desa di dunia ini. Sektor pertanian ini merupakan sektor yang strategis dan berperan penting bagi perekonomian dan kelangsungan hidup masyarakat, yaitu sebagai penyedia lapangan kerja dan juga sebagai penyedia pangan dalam negeri. Namun, karena sifatnya yang dinamis, masyarakat selalu mengalami perubahan menuju keadaan yang lebih kompleks. Awalnya pada musim tanam tertentu lahan pertanian hanya digunakan untuk bertani padi atau untuk menanam palawija. Namun karena berdasarkan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, kini lahan sawah mengalami perubahan terutama pada fungsi awalnya dimana fungsi awal lahan sawah itu sendiri adalah sebagai penghasil pangan.

Pemanfaatan lahan dapat ditinjau dari berbagai matra antara lain dari segi bentuk/tipe, hukum, ekonomi, sosial, objek, subjek, orientasi, rotasi, produksi,

(3)

produktivitas, politik dan budaya. Bentuk pemanfaatan lahan adalah artikulasi kegiatan manusia yang ada di atas sebidang lahan. Bentuk pemanfaatan lahan dibedakan menjadi dua, yaitu pemanfaatan lahan urban dan non-urban. Bentuk pemanfaatan lahan urban adalah bentuk pemanfaatan lahan yang orientasi pemanfaatannya bersifat kekotaan/untuk kepentingan sektor kekotaan. Sedangkan bentuk pemanfaatan lahan non-urban/agraris adalah bentuk pemanfaatan lahan yang orientasi pemanfaatan lahannya diarahkan untuk sektor pertanian (Yunus, 2008 : 166).

Dalam pemanfaatan lahan non-urban atau agraris, sektor pertanian merupakan tujuan pokok yang menarik untuk dibahas. Sektor pertanian ini merupakan ciri khas dari umumnya perdesaan dengan kehidupan masyarakatnya yang masih memiliki sifat ketradisionalan dan begitu kental dengan hubungan kekerabatan terhadap sesamanya. Karena sifatnya yang dinamis, masyarakat selalu mengalami perubahan menuju keadaan yang lebih kompleks. Umumnya daerah yang letaknya dekat dengan jalur transportasi dan dekat dengan kota akan lebih besar mendapatkan pengaruh kekotaan, sehingga perlahan-lahan daerah/desa tersebut mulai kehilangan sifat ketradisionalannya.

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi juga mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan lahan yang dimilikinya. Kebutuhan akan lahan untuk menampung kebutuhan akan pemukiman dan non-pemukiman (fungsi lain) selalu meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan fungsi, dan sementara itu open spaces di bagian dalam wilayah perkotaan nyaris habis atau mungkin sudah habis. Atas dasar inilah maka tidak ada pilihan lain kecuali membangun pemukiman dan fungsi-fungsi yang baru di bagian luar kawasan terbangun yang masih merupakan daerah persawahan/pertegalan/perkebunan atau bentuk pemanfaatan lahan pertanian lainnya (Yunus, 2008 : 165).

(4)

berubahnya pola pikir masyarakat (petani pemilik lahan) dalam memanfaatkan lahan pertanian, menyebabkan sistem pertaniannya tidak lagi subsisten atau berubah menuju ke arah komersial. Karena pada umumnya sistem pertanian khususnya desa tradisional biasanya bersifat subsisten atau hasil dari kegiatan bertani hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau tidak untuk dijual. Tindakan tersebut dikarenakan pertanian sawah/padi ini sangat dipengaruhi oleh alam sehingga kebanyakan petani menjadi takut untuk mengambil resiko baik dalam menjual sebagian hasil panennya maupun dalam melakukan inovasi dalam sistem pertaniannya.

Perubahan yang menjadi fokus kajian ini adalah perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian yang menyebabkan perubahan pada fungsi lahan pertanian sawah. Perubahan strategi petani ini beragam, baik dari sifat, bentuk, maupun fungsinya. Dan perubahan-perubahan yang terjadi ini diakibatkan oleh berbagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap berubahnya fungsi awal lahan sawah itu sendiri. Maka berdasarkan uraian di atas peneliti ingin meneliti bagaimana strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian di Desa Gumawang? Kemudian bagaimana perubahan strategi petani yang terjadi di Desa Gumawang? Serta apa penyebab sumber perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian di Desa Gumawang? Kemudian apa bentuk-bentuk perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian di Desa Gumawang?

STRATEGI PETANI DALAM MEMANFAATKAN LAHAN PERTANIAN

Strategi petani yang dimaksud itu sendiri adalah cara atau usaha yang digunakan oleh masyarakat atau individu yang memiliki pekerjaan di bidang pertanian dalam memanfaatkan sebidang tanah. Cara atau usaha yang dilakukan petani tersebut bertujuan supaya tanah atau lahan pertanian yang

(5)

dikelola dapat menghasilkan bahan makanan atau sesuatu yang bernilai sehingga kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Khususnya bagi masyarakat jawa yang tinggalnya di perdesaan, bertani merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Pengetahuan bertani ini mereka dapatkan berdasarkan pengalaman yang diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua. Sehingga meskipun mereka dipindahkan ke luar Pulau Jawa seperti di Sumatera, kegiatan bertani tetap mereka jalankan, apalagi didukung oleh tersedianya sarana irigasi seperti yang terdapat di Desa Gumawang yang merupakan pusat atau tujuan awal transmigrasi di Sumatera Selatan. Adapun cara atau usaha yang dilakukan petani dalam memanfaatkan lahan pertaniannya supaya dapat menghasilkan bahan makanan yaitu : Pertama, dengan memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam padi, seperti yang dapat dilihat di Desa Gumawang. Dari data sekunder Desa Gumawang tahun 2013, desa tersebut memiliki lahan khusus untuk pertanian seluas 10 Ha dengan jenis tanah alluvial yang bersifat subur dan cocok untuk pertanian. Kemudian, dengan didukung oleh saluran irigasi yang lancar maka Desa Gumawang sangat tepat untuk dijadikan sebagai daerah pertanian pangan seperti padi. masyarakat desa yang hidup di sektor pertanian, bertani merupakan sumber mata pencaharian yang pokok. Meskipun mereka juga memiliki pekerjaan lain di luar sektor pertanian, namun kegiatan bertani masih tetap dipertahankan karena selain untuk memenuhi kebutuhan pokok tetapi juga untuk menjaga sawah warisan/peninggalan orang tua mereka. Sehingga rasa tanggung jawab untuk menjaga pemberian orang tua itulah yang menjadi salah satu alasan mereka mempertahankan kegiatan bercocok tanam.

Dalam pemanfaatannya, lahan yang dikerjakan petani untuk bercocok tanam rata-rata hanya dapat dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Hal tersebut dikarenakan tanaman padi sangat tergantung terhadap alam.

(6)

Karena tanaman padi ini sangat membutuhkan pengairan yang cukup terutama pada tahap-tahap awal penanaman, sehingga petani harus tetap menunggu musim tanam untuk bisa memulai kegiatan bercocok tanamnya. Jika dahulu waktu bercocok tanam dapat diperhitungkan berdasarkan bulan atau musim, tetapi bagi beberapa daerah, waktu bercocok tanam tidak dapat dipastikan oleh musim karena tergantung oleh lancar atau tidaknya aliran irigasi. Namun pada umumnya kegiatan bercocok tanam ini hanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Yang kedua, dengan memanfaatkan lahan tersebut untuk usaha lain. Usaha lain yang dimaksudkan disini adalah dalam memanfaatkan masa renggang. Dalam pembahasan pertama ini usaha yang dilakukan petani dalam memanfaatkan masa renggang sifatnya hanya temporer atau sementara yaitu misalnya dengan memanfaatkan lahannya dengan memelihara ikan atau menanam palawija. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda dari masing-masing petani.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hardi (58 tahun), pada 30 Mei 2014: “Karna untuk nunggu musim tanam, selain itu juga untuk selingan, yo dari pada tanah itu nganggur lebih baik digunakan untuk nanam palawija seperti sayur- sayuran sama untuk ngingu iwak mas.”

(“Karna untuk nunggu musim tanam, selain itu juga untuk selingan, ya dari pada tanah itu tidak dimanfaatkan lebih baik digunakan untuk menanam palawija seperti sayur-sayuran dan juga untuk memelihara ikan mas.”)

Dari strategi atau usaha yang dilakukan petani tersebut, petani masih tetap berada pada sektor pertanian, sehingga tidak sampai mengubah bentuk atau fungsinya secara permanen. Dimana fungsi lahan itu sendiri adalah sebagai modal untuk menghasilkan produksi pertanian yaitu bahan pangan.

(7)

PERUBAHAN STRATEGI PETANI DI DESA GUMAWANG

Perubahan yang dimaksudkan itu sendiri yaitu menyangkut perubahan pada pola, cara atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat atau individu yang bekerja dibidang pertanian dalam memanfaatkan lahan pertanian. Perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian ada dua macam, yaitu perubahan yang sifatnya permanen dan perubahan yang sifatnya temporer. Tujuan dari masing-masing perubahan tersebut ialah untuk mendapatkan keuntungan baik dalam produksi pertaniannya maupun dalam usaha di luar sektor pertanian. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sudik (32, staf UPTD), pada19 Mei 2014:

“Di area Desa Gumawang memang ada lahan sawah yang dialihkan untuk bangunan ruko dan perumahan yaitu lahan yang berada di pinggir-pinggir jalan raya. Dan untuk perubahan lahan yang ditujukan ke arah perikanan juga ada, namun sifatnya temporer, dalam arti tidak selamanya digunakan untuk perikanan semata tetapi lahan tersebut suatu ketika digunakan untuk perikanan dan suatu ketika digunakan untuk menanam padi, itu tergantung musim.”

Perubahan yang bersifat temporer yaitu perubahan yang terjadi pada tempo atau batas waktu tertentu. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh petani dalam memanfaatkan lahan miliknya. Perubahan yang bersifat temporer tidaklah mendatangkan permasalahan yang serius karena usaha itu digunakan petani semata-mata hanya supaya lahan mereka tidak terbengkalai disamping itu juga supaya bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Namun berbeda dengan perubahan yang sifatnya permanen, itu berarti bahwa lahan sawah memang dengan sengaja diubah dan dimanfaatkan untuk kepentingan di luar sektor pertanian. Meskipun untuk saat ini dampak yang ditimbulkan dari pengalihfungsian lahan belum menimbulkan masalah yang serius, namun untuk beberapa waktu kedepan tentunya dampak yang ditimbulkan akan mulai terasa bila pemerintah daerah

(8)

tidak segera mencari alternatif lain untuk menanganinya.

SUMBER PERUBAHAN STRATEGI PETANI

Pada dasarnya manusia akan selalu mengalami perubahan baik secara lambat maupun cepat. Perubahan yang terjadi pada pola, cara, usaha atau tindakan yang dilakukan petani tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek motif, mekanisme dan tujuan. Sumber perubahan pada strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian itu sendiri pada awalnya diakibatkan oleh semakin berkurangnya penduduk asli Desa gumawang itu sendiri, dimana pada awalnya penduduk aslinya adalah penduduk transmigrasi dari daerah Jawa Timur (Kediri). Penduduk jawa yang tinggal di desa tersebut karena sudah terikat oleh tradisi dan kegiatan bercocok tanam kemudian membuka ladang persawahan dan memulai kegiatan bercocok-tanam disana, didukung juga pada saat itu sudah disediakan sarana irigasi. Namun pada perkembangannya penduduk jawa tersebut ada yang pindah ke daerah lain, ada juga yang kembali lagi ke tempat asalnya di Jawa dan pada akhirnya justru digantikan oleh kedatangan orang padang dan orang komering yang pada umumnya mereka lebih tertarik bekerja di bidang jasa dan wiraswasta/wirausaha. Dan pada akhirnya penduduknya semakin padat sehingga mengakibatkan mereka menggantikan atau mengalihfungsikan lahan sawah ke bentuk pemanfaatan lain.

Pola pikir yang mempengaruhi terjadinya perubahan demikian didukung juga oleh beberapa faktor seperti pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan ekonomi. Selain itu terdapat juga faktor lokasi yang strategis dan juga faktor kepadatan penduduk. Faktor-faktor tersebutlah yang telah memberikan pandangan yang baru bagi petani dalam memanfaatkan lahan sawahnya supaya menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Kemudian dari beberapa alasan dan penyebab petani melakukan perubahan strategi dalam

(9)

memanfaatkan lahan miliknya seperti yang dipaparkan sebelumnya, alasan dan sebab-sebab sumber perubahan yang dilakukan petani tersebut diperkuat oleh pendapat dari Bapak Julham Effendi (39 tahun), pada 4 Juni 2014:

“Ini ngapo banyak yang ngalih-fungsikan lahan sawahnyo, alasan pertamo karna sekarang harga tanah di Gumawang dan sekitarnyo itu lah mahal. Keduo, kalau dari beras saja memang berapa sih harga beras? Coba misalnya saja aku sekali panen dapet satu ton dikalikan enam ribu limo ratus berapo lah jadi? Jauh perbandingannya kalau buka ruko. Harga satu ruko saja yang punya Achong yang di depan itu, itu kan awalnya juga sawah, harganya sampai tujuh ratus juta, itu ukuran 4x12 m². Sedangkan harga sewanya untuk satu bulan itu mencapai lima juta. Lima juta dikalikan lima saja sudah dua puluh lima juta, itu sebulan. Lah kalo sawah? Itu tigo bulan cuma dapet paling idak enam juta limo ratus. Jadi jauh nian lah hasilnyo. Ketigo, masalah yang nyebabkan banyak alih fungsi lahan ini, Desa Gumawang ini kecil, luasnyo cuma 24 hektar tapi jumlah penduduknya banyak mencapai tujuh ribu lebih jiwa, jadi membutuhkan lahan untuk tempat tinggal.” (“Ini kenapa banyak yang mengalihfungsikan lahan sawahnya, alasan pertama karena sekarang harga tanah di Gumawang dan sekitarnya itu sudah mahal. Kedua, kalau dari beras saja memang berapa sih harga beras? Coba misalnya saja saya panen dapat satu ton dikalikan enam ribu lima ratus berapalah jadi? Jauh perbandingannya kalau buka ruko. Harga satu ruko saja yang punya Achong yang di depan itu, itu kan awalnya juga sawah, harganya sampai tujuh ratus juta, itu ukuran 4x12 m². sedangkan harga sewanya untuk satu bulan itu mencapai lima juta. Lima juta dikalikan lima saja sudah dua puluh lima juta, itu sebulan. Lah kalau sawah? Itu tiga bulan hanya dapat setidak-tidaknya enam juta lima ratus. Jadi jauh sekali hasilnya. Ketiga, masalah yang menyebabkan banyak terjadi alih fungsi lahan ini, Desa Gumawang ini kecil, luasnya hanya 24 hektar tapi jumlah penduduknya banyak, mencapai tujuh ribu lebih jiwa, jadi membutuhkan lahan untuk tempat tinggal.”)

Setiap orang berusaha untuk meningkatkan hasil dan memperbaiki cara hidup masing-masing, walaupun terdapat perbedaan sikap yang berhubungan dengan konsumsi dan investasi (Long, 1978 : 192). Cara investasi yang dilakukannya pun berbeda-beda pula. Ada yang tetap bertani

(10)

meskipun sudah memiliki pekerjaan lain di luar sektor pertanian dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kemudian sebagian untuk dijual, ada pula yang hasil panennya hanya digunakan untuk kebutuhan sendiri atau tidak untuk dijual.

BENTUK-BENTUK PERUBAHAN STRATEGI PETANI

Desa Gumawang termasuk ke dalam tipe Farm Village, tipe ini adalah dimana orang berdiam bersama dalam suatu tempat dengan sawah ladang berada di sekitar tempat itu. Pada tipe desa tersebut, masyarakat petani sudah bersifat komersial yaitu dimana produksi dari usaha taninya untuk dijual dan tidak semata-mata hanya untuk kebutuhan sendiri, hal tersebut dikarenakan masuknya teknologi pertanian modern yang dikenal dengan “revolusi hijau”. Disamping itu, tipologi desa seperti ini, yang berdekatan dengan daerah perkotaan (masyarakat rurban), mengalami “gangguan yang serius” sebagai akibat perluasan kota. Gangguan yang dimaksud adalah terjadinya alih fungsi lahan produktif untuk membangun rumah pribadi, kantor pemerintah atau swasta, PTS (Perguruan Tinggi Swasta), tempat usaha dagang maupun untuk pabrik atau industri. Dan semuanya itu, merupakan kondisi obyektif yang tak terelakan, sehingga cepat atau lambat, tipologi tersebut di atas berubah berbarengan/bersamaan dengan tradisi yang tadinya begitu dipegang kuat oleh masyarakat desa yang bersangkutan (Leibo, 1995 : 22).

Bentuk-bentuk perubahan strategi petani yaitu seperti perubahan yang mengarah kepada sektor non-pertanian atau mengarah ke perkembangan kota. Bentuk-bentuk pengalihfungsian lahan yang terjadi di Desa Gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur merupakan akibat dari perkembangan desa menuju arah perkembangan kota dimana pengetahuan manusia semakin maju sehingga mereka dapat melihat potensi lahan sawah yang

(11)

dimilikinya, beberapa bentuk pengalihfungsian lahan sawah yang terjadi di Desa Gumawang tersebut diantaranya seperti alih fungsi lahan sawah menjadi rumah pribadi, ruko, bengkel serta usaha dagang (warung makanan).

Dalam kerangka pemikiran pendekatan Teori Pilihan Rasional James S. Coleman, terdapat dua unsur utama yang terdapat dalam teorinya, yaitu aktor dan sumber daya. Aktor tersebut dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud dan tindakannya itu tertuju kepada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, dan aktor yang dimaksudkan disini adalah petani. Petani atau informan yang diteliti ini merupakan petani yang melakukan kegiatan usaha di sektor pertanian maupun yang telah beralih ke luar sektor pertanian. Sehingga dalam penelitian ini aktor dan petani memiliki kesamaan bahwa dalam setiap tindakan seseorang terdapat maksud dan tujuan. Sedangkan sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor, dan sumber daya yang dimaksudkan disini adalah lahan sawah dimana sang petani memanfaatkan lahan sawahnya untuk sebuah kepentingan. Dan dalam teorinya tersebut menurut Coleman, tindakan perseorangan mengarah kepada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan nilai atau pilihan.

Adapun kaitannya pernyataan dari para informan di atas dengan Teori Pilihan Rasional James S. Coleman mengenai perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertaniannya adalah bahwa aktor yaitu petani dalam teori ini memiliki maksud dan tujuan dari tindakan yang dilakukannya, karena menurut teori ini tindakan perseorangan mengarah kepada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan. Jadi dalam upaya memanfaatkan lahan pertaniannya, petani menentukan tujuan dengan berbagai pilihan dan pertimbangan sehingga pada akhirnya melakukan perubahan dalam memanfaatkan lahan pertaniannya. Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukannya dipengaruhi oleh nilai atau pilihan mana yang nyatanya akan

(12)

memberikan keuntungan yang lebih banyak bagi petani. Selain itu juga keputusan yang mereka ambil juga dipengaruhi oleh alasan-alasan yang memang memaksa mereka untuk mengalihfungsikan lahan pertaniannya. Dengan begitu aktor disini memiliki peran untuk mengubah dan menentukan pilihannya, meskipun dipengaruhi oleh berbagai alasan (faktor-faktor penyebab). Dan dari pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian di Desa gumawang Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur didorong oleh kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan tempat usaha, sehingga petani harus menentukan pilihan supaya mereka dapat bertahan hidup dan memenuhi segala kebutuhan keluarganya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) Strategi atau cara yang dilakukan petani dalam memanfaatkan lahan pertanian yaitu dengan memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam padi, kemudian memanfaatkan masa renggang untuk memelihara ikan dan menanam palawija. 2) Perubahan strategi petani dalam memanfaatkan lahan pertanian ada dua macam, yaitu perubahan yang sifatnya permanen dan perubahan yang sifatnya temporer. Tujuan dari masing-masing perubahan tersebut ialah untuk mendapatkan keuntungan baik dalam produksi pertaniannya maupun dalam usaha di luar sektor pertanian. 3) Sumber perubahan strategi petani dikarenakan adanya masa renggang, pola perawatan tanaman padi yang sulit, biaya pengeluaran yang mahal serta dipengaruhi juga oleh faktor pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan ekonomi, lokasi sawah yang strategis, serta faktor kepadatan penduduk sehingga mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan

(13)

strategi petani yaitu seperti perubahan yang mengarah kepada sektor non-pertanian atau mengarah ke perkembangan kota.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Teori. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Al-Barry, M. Dahlan Yacub. 2001. Kamus Sosiologi Antropologi. Surabaya: Indah. Alimandan. 1985. Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang. Jakarta: CV.Rajawali. Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Fakih, Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press.

Koestoer, Raldi Hendro. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Leibo, Jefta. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset.

Long, Norman. 1987. Sosiologi Pembangunan Pedesaan. Jakarta: PT. Bina Aksara. Mayani. 2011. Strategi Ekonomi Keluarga Petani Miskin di Desa Ulak Kerbau Lama

Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sriwijaya.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Poespowardojo, Soerjanto. 1985. Strategi Kebudayaan. Jakarta: PT Gramedia. Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Redfield, Robert. 1985. Masyarakat Petani dan

(14)

Ritzer, George. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Administrasi Keuangan dan Umum merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar untuk mengolah data dan mengkoordinasi di

Adapun Hornsby (Oktafiani et al., 2018) mentakrifkan disleksia sebagai bentuk kesulitan belajar membaca dan menulis terutama belajar mengeja (mengujar) secara betul

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka disarankan bagi semua guru maupun calon guru untuk. 1) Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik team

DEPARTMENT OF SUNNI THEOLOGY ALIGARH MUSLIM UNIVERSITY. ALIGARH (INDIA)

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

Proporsi tepung ubi jalar ungu dan tepung beras merah yang berbeda pada produk flakes berpengaruh terhadap sifat kimiawi flakes, yaitu kadar air, total

Seperti telah diketahui bahwa yang dilarang dalam undang-undang ini adalah praktek monopoli yang memusatkan kekuatan ekonomi pada satu atau lebih pelaku usaha yang

1, Juni 2012 hadir ke hadapan sidang pembaca dengan mengetengahkan 5 (lima) artikel sebagai berikut: Analisis Implementasi E-Government pada Pemerintah Daerah