• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Tablet Kunyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan Tablet Kunyah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT PERCOBAAN VII PEMBUATAN TABLET KUNYAH PERCOBAAN VII PEMBUATAN TABLET KUNYAH

DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH: ALDIAN

ALDIAN YASIN YASIN PRATAMADPRATAMADIKA IKA (F120155(F120155001)001) AGUS

AGUS ERAMAS ERAMAS SETIAWAN SETIAWAN (F120155(F120155002)002) AGUSTI

AGUSTI IZATUL IZATUL AINI AINI (F120155(F120155003)003) ANA

ANA NURUL NURUL FITRIYANI FITRIYANI (F120155(F120155004)004)

LABORATORIUM LABORATORIUM

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

2016 2016

(2)

PRAKTIKUM VII

PEMBUATAN TABLET KUNYAH

I. TUJUAN PERCOBAAN

Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan tablet kunyah beserta ujinya.

II. DASAR TEORI

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan  bentuk sediaan yang paling banyak digunakann. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan  baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan  permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya unntuk hewan besar.

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung  pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan

tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur  perlahan-lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar, dengan ataupun tanpa mengunyah sesungguhnya. Karakteristik tablet kunyah memiliki bentuk yang halus setelah hancur, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Manitol merupakan alkohol heksa hidrat yang berbentuk kristal putih memiliki sifat-sifat yang diinginkan sebagai pembawa pada tablet kunyah dan digunakan secara luas sebagai  bahan pembantu dalam pembuatan tablet kunyah.

(3)

Tablet kunyah umumnya digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan pengisi, mengandung bahan  pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa. Untuk mengempa tablet, dikenal beberapa metode, antara lain granulasi  basah, granulasi kering dan kempa langsung. Granulasi basah umumnya digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik.

Keuntungan tablet kunyah jika dibandingkan dengan bentuk sediaan  padat oral lainnya meliputi ketersediaan hayati yang lebih baik, melewati  proses disintegrasi, memberikan kenyamanan bagi pasien dengan meniadakan kebutuhan air minum untuk menelan, dapat digunakan sebagai bentuk sediaan cair jika diperlukan permulaan kerja obat (onset) yang cepat, dan meningkatkan penerimaan pasien terutama anak-anak karena cita rasa yang menyenangkan serta memiliki keunikan produk dari sudut pandang  pemasaran.

Pertimbangan akseptabilitas yang paling penting untuk tablet kunyah ialah rasa sediaan tersebut karena anak-anak cenderung peka dalam memilih rasa. Sifat-sifat organoleptik seperti cita rasa, aroma, raba mulut dan  pascaefek merupakan perhatian utama pada tablet kunyah. Produk juga harus memiliki karakteristik aliran, kompresibilitas, dan stabilitas yang dapat diterima. Pada umumnya, jika jumlah zat aktif per tablet yang diperlukan lebih kecil dan rasa zat aktif tidak terlalu pahit, tugas formulator untuk mencapai formulasi yang dapat diterima menjadi lebih mudah karena tersedia sejumlah besar formulasi pilihan. Sebaliknya, zat aktif dengan rasa yang sangat pahit dan/atau dosis tinggi sulit untuk diformulasi menjadi tablet kunyah.

Granulasi basah adalah proses dimana suatau cairan ditambahkan pada serbuk di dalam sebuah bejana yang dilengkapi pengaduk yang akan

(4)

menghasilkan aglomerat atau granul. Dalam granulasi basah, daya ikat bahan  pengikat umumnya cukup untuk mengikat dalam penambahan yang sedikit.

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah – langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dibagi menjadi penimbangan dan pencampuran bahan-bahan, pembuatan granulasi  basah, pengayakan adonan menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering,  pencampuran bahan pelicin dan pembuatan tablet menjadi kompresi.

Pada dasarnya tablet kunyah dibuat dengan cara yang sama pada  pembuatan tablet pada umumnya, seperti halnya tablet kempa maka dalam  pembuatan tablet kunyah juga diperlukan bahan tambahan, antara lain:

a. Bahan Pengisi

Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk . Pengisi dapat juga ditambah karena alasan kedua yaitu memperbaiki daya kohesi dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa. Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya harus non-toksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan negara di mana produk akan dipasarkan, harganya harus cukup murah, tidak boleh saling  berkontraindikasi dalam tiap bagian dari populasi, secara fisiologis harus

inert, harus stabil secara fisik dan kimia baik dalam kombinasi dengan  berbagai obat atau komponen tablet lain, harus bebas dari segala jenis mikroba, harus color compatible, serta tidak boleh mengganggu  bioavailabilitas obat

 b. Bahan Pengikat

Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung. Gelatin suatu  protein alam kadang-kadang digunakan bersama-sama dengan akasia. Gelatin lebih konsisten daripada kedua gum alam, lebih mudah

(5)

dipersiapkan dalam bentuk larutan, dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan.

c. Bahan Pelicin

Bahan pelicin terdiri dari glidan dan lubrikan, dimana keduanya memiliki fungsi tumpang tindih. Glidan biasa ditambahkan pada formulasi tablet untuk meningkatkan sifat alir granul dengan cara mengurangi gesekan di antara partikel-partikel. Sedangkan lubrikan berfungsi untuk mencegah adhesi granul pada permukaan  punch atau dinding die, mengurangi gesekan antar partikel, serta mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat tablet ditekan ke luar.

Kontrol kualitas terhadap tablet yang dihasilkan mutlak harus dilakukan, hal ini terkait dengan kualitas yang diharapkan. Kontrol-kontrol itu antara lain:

a. Uji Keseragaman Bobot

Bobot tablet adalah jumlah seluruh komponen yang terkandung dalam tablet. Besarnya ditentukan berdasarkan banyaknya tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata yang masih diperbolehkan, menurut sifat yang telah ditentukan. Masing-masing formula ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian ditimbang satu per satu. Tablet dengan bobot rata-rata lebih dari 300 mg tidak boleh ada dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak boleh ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari 10%.

 b. Uji Kekerasan

Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan,  pengangkutan dan pemakaian. Uji kekerasan tablet dilakukan dengan meletakkan tablet pada hardness tester dengan posisi vertikal. Sekrup di putar pada ujung yang lain sehingga tablet tertekan yang dinyatakan

(6)

sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0). Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah dan diperhatikan skalanya. Percobaan dilakukan untuk masing-masing 6 tablet dan dihitung putarannya (Voigt, 1984). Kekerasan tablet kunyah kira-kira 3 kg (Parrott, 1970). Kekerasan tablet yang dibuat dengan metode granulasi basah dipengaruhi oleh ikatan yang terjadi antar partikel setelah tablet mengalami pengempaan.

c. Uji Kerapuhan

Kerapuhan tablet merupakan tolak ukur ketahanan tablet terhadap abrasi permukaan selama penanganan dan pengemasan. Biasanya dikehendaki nilai friabilitas sebesar 1% atau kurang untuk tablet konvensional, sedangkan untuk tablet kunyah nilai friabilitas sampai 4% dapat diterima. Uji friabilitas dilakukan menggunakan friabilator Roche atau modifikasinya.

Rumus untuk menghitung persentase kerapuhan yaitu:

Kerapuhan =   2

  x 100%

Keterangan:

M1: bobot tablet rata-rata awal

M2: bobot tablet setelah dibebas debukan

d. Uji Tanggap Rasa

Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah dan memberikan residu yang enak dalam rongga mulut serta tidak meninggalkan rasa  pahit atau tidak enak, sehingga rasa merupakan faktor yang penting. Uji tanggap rasa dilakukan untuk menguji cita rasa tablet kunyah. Hal ini penting dilakukan karena berhubungan langsung dengan acceptability terhadap konsumen. Respon rasa dikelompokkan dari tingkat rasa sangat manis, manis dan kurang manis.

(7)

e. Uji Keseragaman Kandungan

Untuk menjamin konsistensi satuan sediaan, masing-masing satuan dalam bets harus mempunyai kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar yang tertera pada etiket dan untuk menentukan apakah kandungan masing-masing terletak dalam  batasan yang ditentukan. Keseragaman kandungan dihitung dari nilai  penerimaan, dengan persyaratan nilai penerimaan maksimum yang

(8)

III. ALAT DAN BAHAN A. Alat

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan tablet kunyah

No Nama Alat Jumlah

1 Gelas beker 1

2 Cawan petri 1

3 Ayakan no. 14 1

4 Pengaduk 1

5 Baskom 1

6 Mesin cetak tablet 1

7 Hardness tester 1

8 Disintegration tester 1

9 Friabilator 1

B. Bahan

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan tablet kunyah

No Nama Bahan Jumlah

1 Antasida 500 mg 2 Manitol 280 mg 3 Gelatin 100 mg 4 Aspartam 50 mg 5 Talk : Mg Stearat (9:1) 10 mg 6 Aquadest Secukupnya

(9)

IV. CARA KERJA

Semua bahan diayak dan ditimbang sesuai dengan kebutuhan (30 tablet)

Antasida, Manitol, dan Gelatin dicampurkan

Campuran serbuk disemprot dengan aquadest secukupnya sampai terbentuk massa granul

Massa granul dikeringkan

Massa granul diayak dengan mesh 14

Mg Stearat, Talk, dan Aspartam dimasukkan ke dalam massa cetak hingga homogen

Massa cetak dicetak dengan mesin cetak tablet dengan punch 13

Dilakukan evaluasi (Uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji disintegration)

(10)

V. HASIL PRAKTIKUM A. Penimbangan Bahan Antasida : 500 mg x 30 = 15000 mg = 15 gram Manitol : 280 mg x 30 = 8400 mg = 8,4 gram Gelatin : 100 mg x 30 = 3000 mg = 3 gram Aspartam : 50 mg x 30 = 1500 = 1,5 gram Talk:Mg Stearat (9:1) : 10 mg

Talk : 9 mg x 30 = 270 mg = 0,27 gram

Mg Stearat : 1 mg x 30 = 30 mg = 0,03 gram B. Pengujian Tablet 1. Uji Organoleptis

Bentuk : Bulat pipih Bau : Tidak berbau Warna : Coklat

(11)

2. Kontrol Keseragaman Bobot

Tabel 5.1 Hasil praktikum kontrol keseragaman bobot tablet

Tablet Bobot (gram) Keterangan

1 0,456  2 0,469  3 0,430  4 0,449  5 0,493  6 0,456  7 0,472  8 0,482  9 0,451  10 0,461  11 0,467  12 0,480  13 0,447  14 0,441  15 0,452  16 0,504  17 0,496  18 0,472  19 0,429  20 0,485  Rata-rata (gram) 0,463

Bobot rata-rata tablet = 9,279 : 20 = 0,463 gram Penyimpanan kolom A = 5% x 463 mg = 23,15 mg

Batas minimal = 463  –  23,15 = 439,85 mg = 0,43985 gram Batas maksimal = 463 + 23,15 = 486,15 mg = 0,48615 gram

(12)

3. Kontrol Kekerasan

Tabel 5.2 Hasil praktikum kontrol kekerasan tablet

Tablet Skala (Kg) Keterangan

1 1  2 0,5  3 1  4 1,5  Rata-rata 1 Kg 4. Kontrol Kerapuhan Berat 10 tablet :

Berat awal : 4,713 gram Berat akhir : 4,566 gram

Kerapuhan tablet = bobot tablet awal−bobot tablet akhir

bobot tablet awal   x 100%

= 4,73 gram−4,566 gram 4,73 gram   x 100% = ,47 4,73 x 100% = 0,0311 = 3,11%

5. Kontrol Waktu Hancur

(13)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum pembuatan tablet kunyah kali ini, hal pertama yang dilakukan adalah menghitung dan menimbang bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan tablet kunyah sebanyak 30 tablet. Bahan-bahan yang digunakan yaitu Antasida 15 gram, Manitol, 8,4 gram, Gelatin 3 gram, Aspartam 1,5 gram, Talk 0,27 gram, Mg Stearat 0,03 gram, dan aquadest secukupnya.

Setelah semua bahan ditimbang, selanjutnya Antasida, Manitol, dan Gelatin dicampurkan sampai homogen, kemudian disemprot dengan aquadest sampai tebentuk massa granul. Massa granul dikeringkan di dalam oven sampai granul menjadi kering, selanjutnya massa granul yang sudah dikeringkan diayak menggunakan ayakan nomor 14 sehingga menjadi massa cetak. Setelah massa ganul diayak, selanjutnya Talk dan Mg Stearat serta Aspartam dimasukkan ke dalam massa cetak dan dicampurkan sampai homogen, kemudian massa cetak dicetak dengan menggunakan mesin cetak tablet. Dan dilakukan evaluasi terhadap tablet yang telah dicetak, yang meliputi uji organoleptik, kontrol keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan, dan uji waktu hancur.

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati tablet secara visual. Tablet yang diperoleh dari hasil percobaan kali ini memiliki bentuk bulat  pipih, tidak berbau, berwarna coklat, dan rasa manis.

 b. Kontrol Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk melihat homogenitas granul, karena apabila bobot tidak seragam kemungkinan disebabkan oleh homogenitasyang kurang baik. Keseragaman bobot dilihat berdasarkan  persen deviasi maksimum. Syarat keseragaman bobot yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5%, dan tidak boleh satu pun tablet yang menyimpang

(14)

dari bobot rata lebih dari 10%. Pada praktikum kali ini, bobot rata-rata yang diperoleh yaitu 463 mg, sehingga bobot tablet harus berada dalam rentang 439,85 –  486,15 mg. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, terdapat 16 tablet yang berada dalam rentang tersebut dan 4 tablet yang tidak termasuk dalam rentang. Dengan demikian, keseragaman bobot tablet tidak memenuhi persyaratan. Karena terdapat lebih dari 2 tablet yang memiliki bobot menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 5%.

c. Uji Kekerasan

Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui seberapa keras tablet yang dihasilkan dari proses formulasi. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi. Syarat kekerasan tablet yaitu antara 4 sampai 8 Kg tekanan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kekerasan tablet 1 Kg. Dengan demikian, kekerasan tablet yang dihasilkan tidak memenuhi syarat kekerasan tablet. Kekerasan tablet terlalu rendah , atau dengan kata lain tablet terlalu rapuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengikat yang digunakan dalam pembuatan tablet.

d. Uji Kerapuhan

Uji kerapuhan dilakukan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan  jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam tablet. Pengikat yang

efektifitasnya tinggi akan memberikan % kerapuhan yang rendah karena  pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tablet sehingga massa yang lepas dari tablet akan lebih sedikit. 5 kerapuhan yang baik yaitu kurang dari 1%. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, diperoleh bobot awal sebelum uji yaitu 4,713 gram dan setelah uji 4,566 gram. Pengurangan  bobot terjadi karena adanya gesekan antar tablet yang menyebabkan fasa

luar tablet terkikis. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh % kekerasan tablet yaitu 3,11%. Hasil tersebut menunjukkanbahwa bobot tablet yang

(15)

hilang setelah bergesekan dengan tablet lain melebihi standar yang telah ditentukan. Dengan demikian pembuatan tablet dalam percobaan tidak memenuhi syarat friabilitas (kerapuhan tablet). Hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh tablet yang rapuh atau daya ikat yang kurang kuat. Daya ikat yang kurang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan pengikat kering. Penambahan pengikat secara basah lebih baik karena daya ikatnya lebih tinggi.

e. Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet) dapat hancur dalam tubuh/saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak karena tidak lagi memiliki inti yang jelas. berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur ≤ 15 menit (tanpa salut) dan ≤ 60 menit (dengan salut). Berdasarkan uji yang telah dilakukan, waktu hancur tablet yaitu 1 menit 7 detik. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tablet tablet memiliki waktu hancur yang cepat dan memenuhi syarat waktu hancur tablet.

(16)

VII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembuatan tablet kunyah diawali menghitung dan menimbang bahan- bahan yang akan digunakan dalam pembuatan tablet kunyah sebanyak 30 tablet. Bahan-bahan yang digunakan yaitu Antasida 15 gram, Manitol, 8,4 gram, Gelatin 3 gram, Aspartam 1,5 gram, Talk 0,27 gram, Mg Stearat 0,03 gram, dan aquadest secukupnya. Setelah semua  bahan ditimbang, selanjutnya Antasida, Manitol, dan Gelatin dicampurkan sampai homogen, kemudian disemprot dengan aquadest sampai tebentuk massa granul. Massa granul dikeringkan di dalam oven sampai granul menjadi kering, selanjutnya massa granul yang sudah dikeringkan diayak menggunakan ayakan nomor 14 sehingga menjadi massa cetak. Setelah massa ganul diayak, selanjutnya Talk dan Mg Stearat serta Aspartam dimasukkan ke dalam massa cetak dan dicampurkan sampai homogen, kemudian massa cetak dicetak dengan menggunakan mesin cetak tablet.

2. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan adalah:

- Uji organoleptis

Bentuk : Bulat pipih Bau : Tidak berbau Warna : Coklat

Rasa : Manis - Uji keseragaman bobot

Berdasarkan uji yang telah dilakukan, terdapat 16 tablet yang berada dalam rentang tersebut dan 4 tablet yang tidak termasuk dalam rentang. Dengan demikian, keseragaman bobot tablet tidak memenuhi  persyaratan.

(17)

- Uji kekerasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kekerasan tablet 1 Kg. Dengan demikian, kekerasan tablet yang dihasilkan tidak memenuhi syarat kekerasan tablet.

- Uji kerapuhan

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh % kekerasan tablet yaitu 3,11%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bobot tablet yang hilang setelah bergesekan dengan tablet lain melebihi standar yang telah ditentukan. Dengan demikian pembuatan tablet dalam percobaan tidak memenuhi syarat friabilitas (kerapuhan tablet).

- Uji waktu hancur

Berdasarkan uji yang telah dilakukan, waktu hancur tablet yaitu 1 menit 7 detik. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tablet tablet memiliki waktu hancur yang cepat dan memenuhi syarat waktu hancur tablet.

(18)

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016.  Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Padat . Stikes Muhammadiyah Kudus: Kudus

Anonim, 1979,  Farmakope Indonesia Edise III . Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Anonim. 1995.  Farmakope Indonesia Edisi IV . Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Anief, M. 2005. Ilmu Meracik Obat . UGM Press: Yogyakarta

Zeith. 2013. Pembuatan Tablet dengan Bahan Aktif Tunggal Menggunakan  Metoda Granulasi Kerring .

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.co.id/2013/06/oyeah.html Diakses tanggal 9 Januari 2017

https://www.google.co.id/url?q=http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile

/84556/potongan/S1-2015-313152-

introduction.pdf&sa=U&ved=0ahUKEwi-3JqAu7DRAhXCwI8KHb8yDo8QFggXMAM&usg=AFQjCNFLM9JfOcw fnGmJlo9Fnx5nB1_Q2Q (Diakses tanggal 8 Januari 2017)

Gambar

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan tablet kunyah
Tabel 5.1 Hasil praktikum kontrol keseragaman bobot tablet
Tabel 5.2 Hasil praktikum kontrol kekerasan tablet

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tersebut di atas, pada penelitian ini akan dilakukan formulasi tablet secara kempa langsung dengan rasio zat aktif dan eksipien 1:4 menggunakan

dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar.. c) Zat aktif yang larut air dalam

rasa tablet kunyah ekstrak rimpang temu putih dilakukan dengan penggunaan bahan. pengisi yang memiliki

adalah Apakah metode spektrofotometri UV yang digunakan dapat memenuhi kriteria validasi metode analisis dan apakah zat aktif asam mefenamat dalam sediaan

Adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya kohesi sehingga tablet

Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel dengan semua

Hasil yang diperoleh dari pengujian waktu alir massa cetak tablet didapat perbedaan sifat alir massa cetak tablet yang berbeda antara ketiga formulasi yang dibuat... dengan

dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar.. c) Zat aktif yang larut air dalam