i
FORMULASI FAST DISSOLVING TABLET EKSTRAK TEH HITAM (CAMELLIA SINENSIS (L)) DENGAN
SUPERDISINTEGRAN CROSSCARMELLOSE SODIUM
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Farmasi
Disusun oleh : GENDIS RASPATI
P17335113033
POTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN FARMASI
2016
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Gendis Raspati NIM : P17335113033 Tanda Tangan :
Tanggal : Juni 2016
iii
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa : Karya Tulis Ilmiah dengan judul
FORMULASI FAST DISSOLVING TABLET EKSTRAK TEH HITAM (CAMELLIA SINENSIS (L)) DENGAN
SUPERDISINTEGRAN CROSSCARMELLOSE SODIUM
Disusun Oleh : Nama: GENDIS RASPATI NIM : P17335113033
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing,
Patihul Husni, M.Si., Apt.
Mengetahui, Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Bandung
Dra. MiminKusmiyati, M.Si.
NIP. 196308111994032001
iv
Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah Program Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Bandung Tanggal : 17 Juni 2016
FORMULASI FAST DISSOLVING TABLET EKSTRAK TEH HITAM (CAMELLIA SINENSIS (L)) DENGAN SUPERDISINTEGRAN
CROSSCARMELLOSE SODIUM Disusun oleh :
Nama : GENDIS RASPATI NIM : P17335113033
Penguji :
TandaTangan Ketua Patihul Husni, M. Si., Apt
( )
Anggota Widyastiwi. M. Si., Apt
NIP: 199006052014022002 ( )
Anggota Drs. Indro Pamudjo. M. Si., Apt
NIP: 195211121981031001 ( )
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh Hitam (Camellia Sinensis (L)) Dengan Superdisintegran Crosscarmellose Sodium” yang merupakan salah satu tugas akhir untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi.
Penulis juga turut menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu:
1. Ibu Dra. Mimin Kusmiyati, M. Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung,
2. Ibu Dra. Elvi Trinovani, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan motivasi dan saran selama kuliah di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
3. Bapak Patihul Husni, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung, atas segala bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah, serta selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung
4. Ibu Widyastiwi, M.Si., Apt dan Bapak Drs. Indro Pamudjo, Apt.,M.Si. selaku dosen penguji siding KTI yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi dalam kelancaran penelitian.
5. Seluruh jajaran Dosen Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung atas bimbingannya selama ini.
6. Bapak/Ibu laboran dan karyawan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung atas segala bantuan yang diberikan, terutama saat penelitian berlangsung.
vi
7. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung, khususnya di kelas III-A yang senantiasa saling memberikan semangat, perhatian, dan saran serta diskusi mengenai penelitian Tugas Akhir.
8. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan do’a serta dukungan kepada penulis selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, namun penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan informasi serta menjadi wacana yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia farmasi khususnya, eksistensi jurusan farmasi, dan memberikan kontribusi bagi masyarakat pada umumnya.
Bandung, Juni 2016
Penulis
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KTI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Bandung, saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : GENDIS RASPATI NIM : P17335113033 Jurusan : FARMASI
Jenis karya : Karya Tulis Ilmiah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada PoltekkesKemenkes Bandung Jurusan Farmasi Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
FORMULASI FAST DISSOLVING TABLET EKSTRAK TEH HITAM (CAMELLIA SINENSIS (L)) DENGAN SUPERDISINTEGRAN
CROSSCARMELLOSE SODIUM
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Farmasi berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di : Bandung Pada tanggal : Juni 2016
Yang menyatakan
(Gendis Raspati)
viii
FORMULASI FAST DISSOLVING TABLET EKSTRAK TEH HITAM (CAMELLIA SINENSIS (L)) DENGAN SUPERDISINTEGRAN
CROSSCARMELLOSE SODIUM Gendis Raspati
ABSTRAK
Ekstrak teh hitam mengandung katekin yang diketahui memiliki efek inhibisi Xantine Oxidase yang bisa dimanfaatkan sebagai terapi komplementer hiperurisemia.
Penderita hiperurisemia pada pria biasanya diatas 40 tahun dan pada wanita yaitu setelah menopause dan untuk mengurangi resiko kesulitan menelan pada usia tersebut maka dibuatlah Fast Dissolving Tablet yang merupakan tablet cepat hancur dimulut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi superdisintegran terhadap waktu hancur Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam dengan metode granulasi basah. Fast Dissolving Tablet dibuat dalam empat formula yang menggunakan variasi konsentrasi superdisintegran crosscarmellose sodium 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3), 8% (F4). Evaluasi tablet uji meliputi keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan, keseragaman ukuran, wetting time, water absorption ratio dan waktu hancur. Hasil penelitian menunjukan bahwa F3 dengan konsentrasi crosscarmellose sodium 6% merupakan formula terbaik dan berbeda secara signifikan dibandingkan formula lain (P<0,05).
Kata kunci: Fast Dissolving Tablet, Ekstrak Teh Hitam, Waktu Hancur, Superdisintegran, Crosscarmellose sodium
ix
FORMULATION BLACK TEA EXTRACT (CAMELLIA SINENSIS (L) ) FAST DISSOLVING TABLET WITH CROSCARMELLOSE SODIUM AS
SUPERDISINTEGRANT Gendis Raspati
ABSTRACT
Extracts of black tea contains catechins are known to have an inhibitory effect xantine oxidase that can be used as a complementary therapy hyperuricemia.
Patients with hyperuricemia in men typically over 40 years and in women after menopause and that is to reduce the risk of swallowing difficulties at that age then made Fast Dissolving Tablet is a tablet which rapidly disintegrate in the mouth. This study aims to determine the effect of concentration superdisintegrant with disintegration time Fast Dissolving Tablets black tea extracts by wet granulation method. Fast Dissolving Tablets are made in four formulas using superdisintegrant crosscarmellose sodium with varying concentrations 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3), 8%
(F4). Evaluation includes test tablet weight uniformity, friability, hardness, size uniformity, wetting time, water absorption ratio and disintegration time. The results showed that F3 with concentrations of crosscarmellose sodium 6% is the best formula and significantly different than the other formulas (P <0.05)
.Keywords: Fast Dissolving Tablets, Black Tea Extract, Disintegration time Superdisintegrant, Crosscarmellose sodium
x
SEDANGKAN SEBETULNYA CARA MENDAPATKAN HASIL ITU LEBIH PENTING DARI HASIL ITU SENDIRI
-TAN MALAKA-
Puji syukur tidak lupa dihaturkan kepada Allah Swt
karena atas limpahan rahmatnya saya dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan serta doa.
Terima kasih kepada para sahabat (Bismillah) yang telah membantu, memberi semangat dan mengutkan dari saat penelitian hingga akhirnya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terima kasih untuk seseorang yang baik secara sadar atau pun tidak telah memberikan semangat dan motivasi lebih untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
LEMBAR PENGESAHAN………... iv
KATA PENGANTAR………... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH……….. vii
ABSTRAK……… viii
ABSTRACT………. ix
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN………... xvi
DAFTAR SINGKATAN………. xvii
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Tinjauan Pustaka... 5
2.1.1 Klasifikasi Umum Tanaman Teh... 5
2.1.2 Morfologi Teh ... 6
2.1.3 Proses Teh Hitam ... 7
2.1.4 Farmakologi Teh... 7
2.1.5 Senyawa Fitokimia Dalam Teh... 7
2.1.6 Katekin………. 7
xii
2.1.7 Ekstrak……….. 8
2.1.8 Ekstraksi………... 8
2.1.9 Tablet... 9
2.1.10 Fast Dissolving Tablet……… 13
2.1.11 Superdisintegran... 15
2.2. Kerangka Konsep ... 18
2.3. Definisi Operasional……… 19
3. METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Jenis Penelitian... 20
3.2 Rancangan Penelitian ... 20
3.3 Populasi dan Sampel ... 22
3.3.1 Populasi ... 22
3.3.2 Sampel ... 22
3.4 Tempat dan Waktu ……… 22
3.4.1 Tempat……… 22
3.4.2 Waktu ……… 22
3.5 Cara Pengumpulan Data... 22
3.5.1 Alat ... 22
3.5.2 Bahan... 23
3.5.3. Formulasi………. 23
3.5.4 Prosedur Kerja ... 23
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 28
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 30
4.1 Hasil Penelitian... 30
4.1.1 Ekstraksi Serbuk Teh Hitam ... 30
4.1.2 Hasil Evaluasi Massa Cetak... 30
4.1.3 Hasil Evaluasi Tablet………. 31
4.1.4 Hasil Uji Statistik ... 34
xiii
4.2 Pembahasan………..……… 36
4.2.1 Pembuatan Ekstrak Teh Hitam (Camellia sinensis (L))…… 36
4.2.1 Formulasi Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh Hitam ……. 36
4.2.2 Evaluasi Massa Cetak ... 39
4.2.3 Evaluasi Tablet ... 41
4.2.4. Analisis Data... 43
5. KESIMPULAN DAN SARAN... 45
5.1 Kesimpulan... 45
5.2 Saran……….. 45
DAFTAR PUSTAKA……… 46
LAMPIRAN………... 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teh………. 6
Gambar 2.2 Struktur Katekin... 7
Gambar 2.3 Kerangka Konsep... 18
Gambar 3.1 Bagan Alir Cara Kerja………. 24
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keuntungan dan Keterbatasan Tablet……… 10
Tabel 2.2 Definisi Operasional………. 19
Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian ... 21
Tabel 3.2 Formula Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh Hitam ... 23
Tabel 3.3 Skala Persentase Kompressibilitas... 25
Tabel 3.4 Penyimpangan bobot rata-rata ……….. 27
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Massa Cetak……….. 30
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Tablet ……… 32
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Waktu Hancur, Wetting Time dan Water Absorption Ratio……… 33 Tabel 4.4 Perbedaan Hasil Uji Pada Formula……… 34 Tabel 4.5 Signifikasi perbedaan Water Absorption Ratio menurut
formula ( Hasil uji Post Hoc)……….
35
Tabel 4.6 Signifikasi perbedaan Wetting Time Menurut formula ( Hasil uji Mann-Whitney)……….
35
Tabel 4.7 Signifikasi perbedaan Waktu hancur Menurut formula ( Hasil uji Mann-Whitney)………
36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Certificate of Analysis Crosscarmellose Sodium………... 49 Lampiran 2 Perhitungan Rendemen Ekstrak Teh Hitam………. 50 Lampiran 3 Gambar Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh Hitam………….. 51 Lampiran 4 Hasil Evaluasi Massa Cetak……… 52 Lampiran 5 Hasil Evaluasi Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh
Hitam……….
55
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik……….. 63
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Singkatan Nama Pemakaian Pertama Kali
Pada Halaman
FDT Fast Dissolving Tablet 1
b/b Berat per berat 2
µg/mL Microgram per milliliter 3
XO Xanthine oxidase 2
M Meter 6
Cm Centimeter 6
CTC Crushing-Tearing-Curling 7
LTP Lawrie Tea Processing 7
PVP Polivinilpirolidon 12
Ml Milliliter 23
Mg Milligram 23
V Volume 24
BJ Berat jenis 24
G Gram 25
MB Moisture Balance 25
Kg/cm2 Kilogram per centimeter
kuadrat
27
Lambang
% Persen 2
0C Derajat Celsius 23
O Derajat 26
< Kurang dari 26
± Kurang lebih 30
xviii
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rute pemberian oral sebagai rute yang paling diterima secara luas. Kelemahan dari bentuk sediaan oral yang umum digunakan seperti tablet dan kapsul adalah kesulitan menelan, menyebabkan ketidakpatuhan terutama dalam kasus pediatrik dan pasien geriatrik (Hirani, 2009). Untuk mengatasi masalah tersebut teknologi farmasi telah mengembangkan bentuk sediaan oral yang dikenal dengan Fast Dissolving Tablet yang hancur dimulut dalam waktu kurang dari 30 detik. Parameter tambahahan yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan Fast Dissolving Tablet yaitu sifat fisik tablet meliputi ukuran tablet, bobot tablet, kekerasan, kerapuhan dari Fast Dissolving Tablet (US Departement of Health and Human Services, 2008).
Fast Dissolving Tablet (FDT) disebut juga tablet melarut dalam mulut, orodispersible tablet, rapid melt, tablet poros, dan quick dissolving tablet. (Nayak dkk ,2011). Keuntungan dari FDT antara lain dapat digunakan pada orang tua yang sukar menelan dan tidak dapat diberikan bentuk sediaan oral konvensional (larutan, suspensi, tablet dan kapsul), anak-anak yang belum dapat menelan, orang sakit dan pasien yang tidak mampu menelan untuk menghindari pemberian cairanserta pada orang yang mual (Setyawan, 2010).
Fast Dissolving Tablet membutuhkan zat disintegran yang sesuai untuk mendapatkan waktu hancur kurang dari 30 detik. Disintegran adalah bahan untuk memudahkan hancurnya tablet setelah kontak dengan cairan tubuh. Bahan-bahan yang digunakan sebagai disintegran secara kimia diklasifikasikan sebagai starch atau tepung, clay atau lempung, jenis-jenis selulosa, alginat gom, dan polimer tersambung silang. Kelompok disintegran yang dikenal sebagai superdisintegran sangat popular
karena penggunaannya dalam konsentrasi yang relative rendah (2 – 4%) sudah dapat memecah tablet (Setyawan, 2010).
Dalam formulasi superdisintegran ditambahkan ke dslam formulasi obat untuk memfasilitasi disintegrasi tablet menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dapat melarut lebih cepat. Konsentrasi superdisintegran bisa sampai 10-20%. Tergantung pada dosis dan karakteristik bahan aktif dan juga laju pelepasan yang diinginkan dengan jumlah optimal 2% sampai 4% (Paul dkk, 2011; Tanuwijaya dkk, 2013).
Superdisintegran yang biasanya digunakan adalah crospovidone dan croscarmellose sodium. Keduanya dikenal memiliki efisiensi tinggi dalam penggunaan konsentrasi rendah (2-5% b/b) (Tanuwijaya dkk., 2013). Dalam penelitian ini menggunakan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran karena pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tablet yang menggunakan superdisintegran croscarmellose sodium menunjukan disintegrasi yang lebih cepat dibandingkan dengan superdisintegran lain yaitu Sodium starch glycollate dan crospovidone (Paul dkk., 2011)
Pemilihan zat aktif untuk sediaan ini adalah Teh, Camellia sinensis (L) dikenal sebagai tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Teh memiki beragam variasi tergantung pada asal geografis, iklim, metode pengelolaan, namun secara umum teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: tidak difermentasi (teh hijau dan teh putih), sebagian difermentasi (teh oolong) dan seluruhnya difermentasi (teh hitam) (Peiro dkk., 2014). Salah satunya khasiat teh merupakan xantine oxidase inhibitor (Rohdiana dkk., 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohdiana (2014) ekstrak teh hitam dengan konsentrasi 100 µg/mL menunjukan efek inhibisi aktifitas XO sebanyak 61,58% dan senyawa yang berperan untuk menurunkan aktifitas tersebut adalah katekin . Berdasarkan hal tersebut ekstrak teh hitam berpotensi untuk dikembangkan menjadi terapi komplemen hiperurisemia.
Penderita hiperurisemia pada pria biasanya diatas 40 tahun dan pada wanita yaitu
3
setelah menopause (Setyoningsih, 2009). Untuk mengurangi resiko kesulitan menelan pada usia tersebut maka dibuatlah Fast Dissolving Tablet yang merupakan tablet cepat hancur dimulut
Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik untuk membuat formulasi Fast Dissolving Tablet dengan zat aktif ektrak teh hitam menggunakan superdisintegran croscarmellose Sodium pada berbagai konsentrasi sehingga didapatkan formula Fast Dissolving Tablet terbaik yang memenuhi kriteria tablet pada umumnya dan kriteria FDT.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh konsentrasi croscarmellose sodium sebagai superdisintegran terhadap karakteristik Fast Dissolving Tablet dari ekstrak teh hitam.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula dengan konsentrasi croscarmellose sodium sebagai superdisintegran yang akan menghasilkan Fast Dissolving Tablet yang memenuhi kriteria tablet pada umumnya dan FDT.
1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis
Mendapatkan data otentik dari formulasi FDT ekstrak teh hitam (Cammelia sinensis (L)) menggunakan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran
b. Bagi Akademik
Untuk menambah informasi bagi perkembangan teknologi farmasi tentang pengaruh superdisintegran terhadap waktu hancur Fast Dissolving Tablet dari ekstrak teh hitam.
c. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh perbedaan formulasi Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam (Camelllia sinensis (L))
5 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1 Klasifikasi Umum Tanaman Teh
Teh, Camellia Sinensis (L) merupakan tumbuhan yang berasal dari china, Asia selatan dan Asia tenggara. Tanaman teh ini kemudian dibudidayakan di daerah sub tropis dan tropis. Tanaman teh lebih cocok dibudidayakan di daerah pegunungan.
Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh ini adalah iklim dan tanah.
Camellia Sinensis (L) diklasifikasikan sebagai berikut;
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Dilleniidae
Bangsa : Theales
Suku : Theaceae
Marga : Camellia
Jenis : Camellia sinensis Sinonim : Thea Sinensis
2.1.2 Morfologi Teh
Secara morfologi, teh merupakan tanaman perdu sampai pohon besar, batang tegak atau sedikit bengkok dengan tinggi sampai 10 m. Helaian daun tunggal terletak spiralis, berseling atau kadang tersebar, berbentuk elips sampai memanjang, runcing sampai tumpul dibagian pangkal, helaian tipis liat sampai seperti kulit, ujung daun runcing atau meruncing, tepi bergerigi dan lebih keras dibandingkan daun lainnya.
Daun-daun di ujung berbulu halus karena banyak trikoma daun. Ukuran helaian daun 6-18 x 2-6 cm, berwarna hijau dengan permukaan atas berwarna hijau mengkilap.
Bunga terdapat di ketiak daun, berupa bunga tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua dengan garis dengan garis tengah 3-4 cm, berwarna putih cerah dan banyak benang sari berwarna kuning, dan berbau harum. Buahnya berupa buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang dan ketika masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna coklat kehitaman. Biji teh berjumlah 1-3 dan keras (Rohdiana, 2015).
Sumber: Namita dkk., 2012
Gambar 2. 1 Teh (Camellia Sinensis (L))
7
2.1.3 Proses Pengolahan Teh Hitam
Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan menjadi teh tanpa oksidasi enzimatis (teh hijau), teh semi oksidasi enzimatis (teh oolong) dan teh oksidasi enzimatis (teh hitam). Pengolahan teh hitam di Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 2 sistem yaitu sistem ortodoks dan sistem baru. Sistem ortodoks sendiri terdiri dari dua sub sistem yaitu ortodoks murni dan ortodoks rotorvane, sedangkan sistem baru dibagi menjadi sub sistem Crushing-Tearing-Curling (CTC) serta Lawrie Tea Processing (LTP) (Rohdiana, 2015).
2.1.4 Farmakologi Teh
Teh memiliki aktifitas farmakologi sebagai antioksidan, antikanker, antidiabetes, pengahmbat xantine oksidase, imunostimulan, antistroke dan anti penyakit jantung (Rohdiana, 2015).
2.1.5 Senyawa Fitokimia Dalam Teh
Secara umum teh mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, tannin, saponin dan terpen (Rohdiana, 2015).
2.1.6 Katekin
Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol. Jumlah atau kandungan katekin ini bervariasi untuk masing-masing jenis teh. Adapun katekin yang utama adalah epichatechin, epichatechin galate, epigallocatechin, dan epigallocatechin gallate. Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh (Hartoyo,2003).
Sumber:Hartoyo,2003
Gambar 2. 2 Struktur Katekin
2.1.7 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ada beberapa jenis ekstrak yakni ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Khoirani, 2013).
Faktor yang mempengaruhi ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia.
Faktor biologi meliputi spesies tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan. Sedangkan faktor kimia yaitu faktor internal (jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif) dan faktor eksternal (metode ekstraksi, perbandingan ukur alat ekstraksi, ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat, kandungan pestisisda) (Depkes RI, 2000).
Selain faktor yang mempengaruhi ekstrak ada faktor penentu mutu ekstrak yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu: kesahihan tanaman, genetik, lingkungan tempat tumbuh, penambahan bahan pendukung pertumbuhan, waktu panen, penanganan pasca panen, teknologi ekstraksi, teknologi pengentalan dan pengeringan ekstrak, dan penyimpanan ekstrak (Khoirani, 2013).
2.1.8 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent (Silva, 2012).
Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat dapat dipermudah dengan mengetahui terlebih dahulu zat aktif yang dikandung simplisia (Silva, 2012).
Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah ekstraksi dingin. Bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu kamar serta secara berturut- turut dengan pelarut yang kepolarannya makin tinggi. Keuntungan cara ini
9
merupakan metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai (Istiqomah, 2013).
Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi dingin. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Istiqomah, 2013).
Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di dalam cairan, sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Istiqomah, 2013).
2.1.9 Tablet
Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat anti kelat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid dibuat dengan atau tanpa bahan atau bahan tertentu yang dipilih guna membantu dalam proses dan untuk menciptakan sediaan tablet yang dikehendaki (Siregar dan Wikarsa, 2010). Karena popularitasnya yang besar dan penggunaannya yang sangat luas sebagai sediaan obat, tablet terbukti menunjukan suatu bentuk yang efisien, sangat
praktis dan ideal untuk pemberian zat aktif secara peroral. Pada umumnya tablet adalah bentuk obat untuk orang dewasa yang paling luas diterima karena berbagai keuntungan dan keterbatasan.
Tabel 2.1 Keuntungan dan keterbatasan tablet
Keuntungan Keterbatasan
Rasa obat yang pahit dibuat agar dapat diterima bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet atau granul dengan suatu salut pelindung yang cocok.
Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa sehingga lebih baik dijadikan kapsul.
Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan.
Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
Tablet adalah suatu bentuk sediaan unit dosis dan memberikan kemampuan terbesar diantara semua bentuk sediaan oral, presisi dosis zat aktif yang tepat, dan variabilitas kandungan zat aktif yang paling kecil.
Zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan hayati zat aktif yang memadai.
Sediaan tablet terdiri dari atas zat aktif dan eksepien. Ada beragam zat aktif dan eksipien. Ada beragam zat aktif dan eksepien yang terdapat dalam berbagai formulasi sediaan tablet, masing masing mempunyai sifat fungsi tertentu.
11
Eksipien merupakan zat inert secara fisik, kimia dan farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk membantunya memenuhi persyaratan proses teknologi; persyaratan spesifikasi teknis, fisik, penampilan, persyaratan mutu resmi (farnakope), dan juga persyaratan tidak resmi yang ditetapkan oleh pabriknya sendiri. Eksipien biasanya berfungsi sebagai: a) pengisi, b) pengikat, c) penghancur dan d) pelincir
Semua eksepien tablet harus memenuhi kriteria tertentu dalam formulasi seperti :
Harus nontoksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari negara dimana produk akan dipasarkan.
Harus tersedia dalam jumlah yang cukup disemua negara tempat produk itu dibuat.
Harganya harus cukup murah.
Tidak boleh saling berkontraindikasi (misalnya, sukrosa), atau karena komponen (misalnya, natrium) dalam tiap segmen/bagian dari populasi.
Secara fisiologis harus inert/netral.
Harus stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain.
Harus bebas dari segala jenis mikroba.
Harus color compatible (tidak boleh mengganggu warna).
Tidak boleh mengganggu bioavaibilitas obat
Zat pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan kedalam suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Penyesuaian bobot dilakukan untuk menambah bobot sediaan tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk memenuhi ruah tablet. Contoh zat pengisi yaitu laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal (Siregar dan Wikarasa, 2010).
Zat pengikat (binder)
Zat pengikat ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk menambah kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk granul yang di bawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau kompak yang disebut tablet. Bahan pengikat dan perekat yang umum pada tablet diantaranya akasia (gom), derivat-derivat selulosa, gelatin, glukosa, polivinilpirolidon (PVP), amilum pasta, amilum yang diberi gelatin sebelumnya, natrium alginat dan derivat, sorbitol, tragakan (Siregar dan Wikarasa, 2010).
Zat penghancur (disintegrant)
Zat penghancur adalah istilah yang diterapkan pada berbagai zat yang ditambahkan pada granulasi tablet yang bertujuan menyebabkan tablet dikempa pecah jika ditempatkan dalam lingkungan berair. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet pada umumnya terdiri atas tiga teori klasik:
a. Disintegran membentuk lorong lorong kecil diseluruh matirks yang memungkinkan air ditarik kedalam struktur dengan kerja kapiler sehingga tablet pecah
b. Konsep yang popular berkaitan dengan pengembangan butir-butir pati pada pemaparan dengan air, suatu fenomena yang secara fisik memutuskan ikatan partikel-partikel dalam matriks tablet
c. Reaksi kimia pelepasan gas menghancurkan struktur tablet
Bahan penghancur yang umum pada tablet diantaranya amilum, derivat- derivat amilum, tanah liat, selulosa, derivat-derivat selulosa, alginat, PVP berikatan silang (Siregar dan Wikarasa, 2010).
Pelincir, Anti Adhesive dan Pelicin
Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama karena fungsinya yang tumpang- tindih. Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin. Perbedaan ketiganya sebagai berikut: suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk atau granul pada
13
permukaan punch atau dinding die. Pelicin ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel (Lachman, 1994). Bahan pelincir yang umum pada tablet diantarnya derivat-derivat silika, talk, tepung jagung (Siregar dan Wikarasa, 2010).
2.1.10 FDT (Fast Dissolving Tablet)
Fast Dissolving Tablet yang hancur dimulut dalam waktu kurang dari 30 detik. Parameter tambahahan yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan Fast Dissolving Tablet yaitu sifat fisik tablet meliputi ukuran tablet, bobot tablet, kekerasan, kerapuhan dari Fast Dissolving Tablet (US Departement of Health and Human Services, 2008).
Cairan yang digunakan untuk disintegrasi tablet adalah air liur dari pasien tersebut. Tablet yang telah hancur akan menjadi pasta yang lembut atau suspensi cair yang memberikan rasa yang nyaman dimulut dan dapat ditelan dengan lancar (Kumar dkk., 2011).
Fast Dissolving Tablet melibatkan mekanisme berikut untuk mencapai karakteristik tablet yang cepat hancur yang diinginkan :
a. Air harus cepat masuk ke dalam matriks tablet yang menyebabkan disintegrasi yang cepat dan segera terdisolusi.
b. Penggabungan disintegran yang tepat atau eksipien yang sangat larut air dalam formulasi tablet.
c. Terdapat beberapa mekanisme yang disebutkan dapat membuat tablet pecah menjadi partikel yang lebih kecil yang kemudian menghasilkan suatu larutan atau suspensi obat. Mekanisme adalah: High swellability of disintegration, reaksi kimia dan aksi kapiler (Nagar dkk., 2011)
d. Sebagian konsentrasi dari obat tersebut sudah diabsorpsi dimulai dari mulut, faring, dan kerongkongan dalam bentuk saliva kemudian menuju ke bagian
abdomen, sehingga terjadi suatu peningkatan dalam bioavailabilitasnya (Paul dkk., 2011)
Fast dissolving tablet memiliki kelebihan sebagai berikut :
Kemudahan administrasi untuk pasien yang tidak dapat menelan, seperti orang tua, korban stroke dan pasien terbaring di tempat tidur; pasien yang seharusnya tidak menelan, seperti pasien gagal ginjal; dan yang menolak untuk menelan, seperti pediatri, geriatri dan pasien kejiwaan.
Kepatuhan pasien untuk pasien cacat yang terbaring di tempat tidur dan untuk orang-orang yang sedang berpergian atau sibuk yang tidak tersedia air
Terasa enak dalam mulut untuk sistem pemberian obat dalam mulut dan membantu mengubah tampilan dasar obat
Kenyamanan administrasi dan dosis yang akurat dibandingkan dengan formulasi sediaan cair
Manfaat obat cair dalam bentuk sediaan padat
Penyerapan obat lebih cepat dari daerah sebelum lambung yaitu mulut, faring dan esophagus yang dapat meningkatkan onset kerja obat
Penyerapan pra-lambung dapat menghasilkan peningkatan bioavaibilitas, mengurangi dosis dan peningkatan kinerja klinis dengan mengurangi efek samping (Kumar dkk., 2011).
Fast dissolving tablet memiliki kekurangan sebagai berikut:
FDT biasanya memiliki kekuatan mekanik yang kurang memadai. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang hati-hati (Kumar dkk., 2011).
FDT dapat meninggalkan rasa tidak enak atau rasa seperti butiran di mulut jika tidak diformulasikan dengan baik (Kumar dkk., 2011).
FDT memiliki sifat higrokopis sehingga perlu ditempatkan ditempat kering (Nagar dkk., 2011)
Eksipien pada sediaan FDT pada umumnya sama dengan komponen pada tablet biasa. Tetapi biasanya superdisintegran ditambahkan ke formulasi obat untuk
15
memfasilitasi pecahnya atau disintegrasi tablet menjadi partikel yang lebih kecil yang dapat larut lebih cepat daripada tanpa disintegran (Paul dkk., 2011).
Pada evaluasinya pun sama dengan tablet biasa, akan tetapi terdapat penambahan evaluasi khusus pada sediaan ODT, yaitu: Wetting time dan water absorption ratio (R)
Pengujiannya dilakukan dengan mengambil kertas saring yang kemudian dilipat dua kali dan ditempatkan di cawan petri yang mengandung 6 ml saliva buatan dengan pH 6.8. Tablet kemudian dengan hati-hati diletakkan di atas tisu di dalam cawan petri. Wetting time dilihat dari waktu yang dibutuhkan air untuk mencapai permukaan atas dari tablet dan tablet basah secara keseluruhan. Kemudian water absorption ratio (R) ditentukan berdasarkan persamaan dibawah ini:
𝑹 = 𝟏𝟎𝟎 × (𝝎𝒂− 𝝎𝒃)/𝝎𝒃′
Dimana wb dan wa, menyatakan bobot tablet sebelum dan sesudah proses penyerapan air, secara berturut-turut (Pawar, 2014).
2.1.11 Superdisintegran
Disintegran adalah zat yang ditambahkan ke tablet dan beberapa formulasi untuk mendorong pecahnya tablet 'menjadi fragmen-fragmen kecil dalam lingkungan berair dengan meningkatkan luas permukaan yang tersedia dan mendorong rilis lebih cepat dari zat obat (Mohanachandran, 2011). Superdisintegran adalah disintegran, yang dapat digunakan dalam jumlah yang lebih kecil dari disintegran yang normal untuk mendapatkan efek yang sama (Paul dkk., 2011)
Mekanisme kerja dari superdisintegran adalah sebagai berikut : a. Swelling (Mengembang)
Meskipun tidak semua disintegran efektif mengembang ketika kontak dengan air, swelling diyakini mekanisme di mana agen disintegran tertentu (seperti pati) memberi efek disintegrasi. Dengan mengembang ketika kontak dengan air, ikatan dengan bahan lain di tablet dapat dikurangi sehingga menyebabkan tablet hancur.
b. Penyerapan air (Wicking)
Disintegran yang tidak mengembang diyakini untuk memberikan mekanisme disintegrasi mereka melalui porositas dan kapiler. Porositas tablet memberikan jalur untuk penetrasi cairan ke tablet. Partikel disintegran (dengan kekompakan dan kompresibilitas yang rendah) sendiri bertindak untuk meningkatkan porositas dan menyediakan jalur kedalam tablet. Cairan dibuat masuk ke dalam jalur ini melalui aksi kapiler dan pecahnya ikatan interpartikulat sehingga menyebabkan tablet pecah.
c. Deformasi
Butir pati umumnya dianggap "elastis" di alam yang berarti bahwa butir yang cacat di bawah tekanan akan kembali ke bentuk aslinya ketika tekanan hilang. Tapi, dengan kekuatan kompresi yang terlibat dalam tablet, butir ini diyakini berubah bentuk lebih permanen dan dikatakan "kaya energi" dengan energi ini dibebaskan setelah terpapar air. Dengan kata lain, kemampuan untuk pati untuk membengkak lebih tinggi pada "kaya energy" butir pati daripada bagi butir pati yang belum mengalami deformasi di bawah tekanan. Diyakini bahwa tidak ada mekanisme tunggal bertanggung jawab untuk tindakan kebanyakan disintegran. Melainkan, lebih cenderung hasil dari antar-hubungan antara mekanisme utama (Mohanachandran, 2011).
Superdisintergan memiliki beberapa macam tipe yaitu:
a. Alami
Material yang berbasis tanaman berfungsi sebagai alternatif untuk produk sintetis karena alasan berikut:
mudah didapatkan
Ramah lingkungan
Dapat diterima oleh tubuh
Sumber Terbarukan dan harga rendah dibandingkan dengan produk sintetis
Contoh dari superdisintegran yang berasal dari alam adalah : Locust bean gum, Xanthan gum dan Chitosan gum Arabic
17
b. Sintetik
Kelebihan dari superdisintegran sintetik adalah:
Efektif dalam konsentrasi rendah dari pati.
Kurang berpengaruh pada kompresibilitas dan aliran kemampuan.
Intragranular lebih efektif
Contoh dari superdisintegran sintetik yaitu Sodium starch glycolate, Crosspovidone dan Crosscarmellose Sodium
c. Co-processed superdisintegrants
Co-processing didasarkan pada konsep baru dari dua atau lebih eksipien berinteraksi pada tingkat sub partikel, yang tujuannya untuk memberikan peningkatan fungsi yang sinergi serta menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien.Contoh dari Co-processed superdisintegrants yaitu : Ludipress (lactose monohydrate, polyvinylpyrrolidone and crospovidone), Starlac (lactose and maize starch), Starcap 1500 (corn starch and pregelatinized starch), Ran Explo-C (microcrystalline cellulose, silica and crospovidone) , Ran Explo-S (microcrystalline cellulose, silica and sodium starch glycolate)
Crosscarmellose Sodium
Kapasitas pengembangan tinggi, efektif pada konsentrasi rendah (0,5-2,0 dapat digunakan sampai dengan 5.0%) Crosscarmellose Sodium digambarkan sebagai polimer cross-linked dari karboksimetilselulosa. Terlepas dari perbedaan antara pati dan cellulose polymer backbones, ada perbedaan antara proses sintetis yang digunakan untuk memodifikasi polimer. Paling penting, Crosscarmellose Sodium lebih tinggi kapasitas pengembangannya dari natrium pati glikolat, dan mekanisme cross-linking yang berbeda (Bala, 2012).
2.2. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Konsentrasi superdisintegran dalam formulasi Fast dissolving
tablet ekstra teh hitam
Waktu Hancur
19
2.3. Definisi operasional
Tabel 2.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur 1. Konsentrasi
Superdisintegr an
Jumlah bahan penghancur yang telah dimodifikasi yang berfungsi untuk mendorong pecahnya tablet 'menjadi fragmen- fragmen kecil dalan waktu yang cepat
Diukur dengan menimbang superdisinteg ran diatas timbangan analitik
Timba ngan analiti k
Satuan gram
nominal
2. Waktu hancur Waktu yang dibutuhkan tablet untuk pecah menjadi partikel- parikel kecil sebelum akhirnya melarut
Mengitung waktu dari ketika tablet diletakan diatas media hingga tablet hancur
stopwa tch
Detik interval
20 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah true experiment. Kelompok subyek dipilih secara random, adanya kelompok kontrol terhadap kelompok uji yang diberi perlakuan.
Dilakukan 4 perlakuan terhadap kelompok uji yaitu pemberian superdisintergran crosscarmelose sodium dengan konsentrasi 2%,4%,6% dan 8%. Sedangkan untuk kelompok kontrol negatif tidak diberikan superdisintegran dan untuk kontrol positif merupakan sediaan Fast dissolving tablet dipasaran
3.2. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan post test only design, yaitu mengamati variabel hasil pada saat yang sama terhadap kelompok uji dan kelompok kontrol, setelah perlakuan diberikan kepada kelompok uji. .Dilakukan 4 perlakuan terhadap kelompok uji yaitu pemberian superdisintergran crosscarmelose sodium dengan konsentrasi 2%,4%,6% dan 8%. Sedangkan untuk kelompok kontrol negaif tidak diberikan superdisintegran dan untuk kontrol positif merupakan sediaan Fast Dissolving Tablet dipasaran
21
Tabel 3.1 Skema Rancang Penelitian
Pre-test Treatment Post-test K
K 1
R R
- -
T0
T1
O1
O2
E 1 R - T2 O3
E 2 R - T3 O4
E 3 R - T4 O5
E 4 R - T5 O6
Keterangan:
K : Kontrol negatif, yaitu blanko formula yang dibuat tanpa superdisintegran.
E : Eksperimen, dilakukan pembuatan 4 formula dengan perbedaan konsentrasi superdisintegran yang digunakan.
R : Random, pengambilan sampel dilakukan secara acak.
T0 : Dibuat sediaan Fast dissolving tablet ekstrak teh hitam tanpa superdisintegran T1 : Sediaan Fast dissolving tablet yang ada dipasaran
T2 : Fast dissolving tablet ekstrak teh hitam dengan konsentrasi 2%
superdisintegran Croscarmellose Sodium
T3 : Fast dissolving tablet ekstrak teh hitam dengan konsentrasi 4%
superdisintegran Croscarmellose Sodium
T4 : Fast dissolving tablet ekstrak teh hitam dengan konsentrasi 6%
superdisintegran Croscarmellose Sodium
T5 : Fast dissolving tablet ekstrak teh hitam dengan konsentrasi 8%
superdisintegran Croscarmellose Sodium
T : Dilakukan uji waktu hancur pada setiap eksperimen dengan menggunakan alat modifikasi cawan petri.
O : Observasi, dilakukan pengujian waktu hancur pada masing-masing treatment (T0-T).
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh hitam dengan penggunaan superdisintegran Croscarmellose Sodium dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan cara simple random sampling. .
3.4 Tempat dan Waktu 3.4.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
3.4.2 Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016.
3.5 Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari uji waktu hancur dari sediaan Fast dissolving tablet ekstrak teh hitam
3.5.1 Alat
Timbangan analitik (Mettler Toledo) Rotary Evaporator, Kantong Plastik, Toples , ayakan mesh 60, ayakan mesh 12, jangka sorong (Mitutoyo), alat cetak tablet (Erweka), friability tester (Labindia FT 1020), disintegration tester (Erweka), gelas ukur (Pyrex), hardness tester (Erweka), Oven Listrik ,cawan petri, gelas kimia, batang pengaduk, gelas ukur, blender dan pH meter
23
3.5.2 Bahan
Ekstrak kental teh hitam, Crosscarmellose sodium, Laktosa , Magnesium Stearat, PVP, Etanol 70%, Etanol 96%, saliva buatan, Aquadest
3.5.3 Formulasi
Tabel 3.2. Formula Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam
3.5.4. Prosedur Kerja Ekstraksi Teh Hitam
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi. Serbuk simplisia teh hitam (Camellia Sinensis L) sebanyak 288, 2372 gram dimasukkan ke dalam toples, ditambahkan pelarut etanol 70% sampai serbuk simplisia terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm dari permukaan serbuk. Proses maserasi ini dilakukan selama 5x24 jam sambil diaduk dan sesekali pelarutnya diganti. Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator pada suhu 40-500C hingga diperoleh 30 ml ekstrak kental etanol 70% teh hitam (camellia sinensis L).
Proses pembuatan fast dissolving tablet ekstrak teh hitam adalah sebagai berikut:
Bahan F0
(%)
F1 (%)
F2 (%)
F3 (%)
F4 (%) Ekstrak Teh Hitam 30 mg 30 mg 30 mg 30 mg 30 mg
Laktosa Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Crosscarmellose sodium - 2 4 6 8
PVP 3 3 3 3 3
Magnesium Stearat 1 1 1 1 1
Talk 2 2 2 2 2
Laktosa, crosscarmellose sodium,, talk dan magnesium stearat diayak menggunakan ayakan mesh 60. Bahan-bahan tersebut ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Crosscarmellose sodium dan laktosa sebagai fase dalam dimasukan kedalam wadah plastik kemudian dilakukan mixing secara geometris ad homogen selama 5 menit. PVP yang telah dilarutkan dengan etanol 96%
ditambahkan ke dalam fase dalam kemudian tambahkan juga ekstrak teh hitam dan kemudian tetesi etanol sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa kepal. Massa kepal kemudian diayak dengan menggunakan mesh 12 untuk memperoleh granul.
Granul dikeringkan di oven pada suhu 40-500C hingga mendapatkan nilai moisture content 2-4%. Granul yang memenuhi syarat dicampurkan dengan talk dan magnesium stearat. Mixing selama 2 menit
Massa siap cetak kemudian dicetak dengan menggunakan mesin tablet denga bobot 300 mg/tablet.
Gambar 3.1 Bagan Alir cara kerja Diayak semua
bahan menggunakan
ayakan mesh 60 kemudian
timbang
Crosscarmello se sodium dan
Laktosa dimixing selama 5 menit
Larutan PVP dalam Etanol dan
Ekstrak teh hitamdimasukkan
sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa
kepal
Diayak dengan menggunakan
ayakan mesh 12 hingga
diperoleh granul
Granul dikeringkan di
oven
tambahkan talk dan magnesium
steratat
massa siap cetak kemuadian dicetak denngan menggunakan mesin tablet dengan bobot 300
mg/ tablet
25
Evaluasi sediaan
Evaluasi granul a. Kompresibilitas
50 gram massa granul tablet dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V1). Kemudian BJ nyata dihitung dengan rumus:
𝐵𝐽 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑉1) .
Setelah itu dilakukan pengetukan sebanyak 500 kali dari ketinggian 2,5 cm sampai volume tetap (V2) . BJ mampat dihitung dengan rumus:
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑉2)
Kompresibilitas dihitung dengan rumus: %𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 \
Tabel 3.3. Skala persentase kompressibilitas
% kompresibilitas Sifat aliran
5-15 Baik sekali
12-16 Baik
18-21 Agak baik
25-32 Buruk
33-38 Sangat buruk
>40 Sangat-sangat buruk
Sumber: Siregar dan Wikarsa 2010
b. Uji Waktu Alir
Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong pengukur lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir keluar. Kecepatan alir dihitung dengan satuan g/waktu. Biasanya kecepatan alir < 10g/detik dianggap baik (Siregar dan Wikarsa, 2010).
c. Sudut Diam
Granul yang jatuh dari pengukuran sifat alir diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang dari granul. Nilai sudut diam kurang dari atau sama dengan 300 menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 400 daya mengalir kurang baik (Lachman, 1994).
d. Penentuan kadar air
Dua gram sampel yang telah dikeringkan , masukkan ke dalam cawan yang telah disiapkan, tutup cawan MB (moisture balance) tunggu hingga kelembaban dari sampel sampai nilai kadar air konstan.
Evaluasi Fast Dissolving Tablet a. Uji Organoleptik
Mengamati Penampilan tablet melalui panca indera b. Keseragaman bobot
Sejumlah 20 tablet ditimbang secara seksama satu persatu, kemudian dihitung bobot rata-rata. Persyaratannya tidak 2 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata -rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari harga yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1995).
27
Tabel 3.4. Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10% 20%
151 sampai dengan 300 mg
7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Sumber: Depkes RI 1995
c. Uji kekerasan tablet
Tablet dimasukkan ke dalam alat Hardess tester, kemudiaan alat diputar hingga didapatkan angka atau nilai kekerasan. Persyaratan kekerasan FDT adalah 0,1- 3 Kg/cm2 (Izza dan Khawla,2004).
d. Keseragaman ukuran
Pemeriksaan dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet. Pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong. Diameter tidak lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak kurang 1 1/3 kali tebalnya tablet (Depkes RI, 1995).
e. Uji kerapuhan
Kerapuhan tablet dilakukan dengan membersihkah 20 dari debu tablet kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam friabilator tester. Alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran per menit. Setelah itu, tablet dibersihkan dari debu lagi dan ditimbang (Nagar dkk., 2011). Persayaratan kerapuhan FDT kurang dari 1% (Izza dan Khawla,2004).
f. Uji wetting time
Sepotong kertas tisu dilipat dua kali disimpan dalam cawan petri kecil (diameter antar 5,5 cm) yang mengandung 6 ml air liur simulasi (pH 6,8). Eosin, pewarna larut air, ditambahkan ke cawan petri. Tablet ini ditempatkan pada kertas tisu dan dibiarkan terbasahi. Waktu yang diperlukan untuk pembasahan sempurna tablet itu dicatat (Al-shadeedi, 2013).
g. Water Absorption Ratio
Kertas tisu dilipat dua kali dan ditempatkan dalam cawan petri kecil berisi 6 ml air saliva buatan. Tablet dimasukkan pada kertas dan waktu yang dibutuhkan untuk pembasahan sempurna diukur. Tablet ini dibasahi kemudian ditimbang kembali.
Water Absorption Ratio, R ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅 = 100𝑊𝑎−𝑊𝑏
𝑊𝑏
Dimana, Wb adalah berat tablet sebelum penyerapan air dan Wa adalah berat tablet setelah penyerapan air (Nagar dkk., 2011).
h. Uji waktu hancur
Uji ini merupakan lanjutan dari uji wetting time. Uji ini menghitung waktu dari awal tablet dimasukkan ke dalam cawan petri sampai tablet menjadi masa lunak kemudian catat waktunya sebagai waktu hancur (Batuy, dkk., 2007).
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan 2 cara, yaitu:
a. Pendekatan teoritis
Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan dengan persyaratan dalam pustaka
29
b. Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Anova untuk membandingkan hasil evaluasi dari formula Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
30 4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Ekstraksi serbuk teh hitam
Hasil ekstraksi dari 288,2372 gram serbuk simplisia kering teh hitam (Camellia sinensis (L)) diperoleh ekstrak kental berwarna hitam sebanyak 29,0524 gram dengan rendemen ekstrak 10,0876 %
4.1.2. Hasil Evaluasi Masa Cetak
Evaluasi massa cetak meliputi kompressibilitas, waktu alir, sudut diam dan kadar air. Keempat evaluasi tersebut berfungsi untuk mengetahui kemampuan mengalir massa tablet yang dapat mempengaruhi keseragaman bobot tablet.
Tabel 4.1.Hasil Evaluasi Massa Cetak
Formula Jenis Evaluasi
Kompressibilitas (%)
Kadar Lembab (%)
Sudut diam (0)
Waktu alir (gram/ detik) F0 5,2945 ± 0,20 2,2231 ± 0,25 10,4088 ± 0,50 66,8652 ± 4,47 F1 10,8364 ± 4,48 1,8419 ± 0,12 8,5658 ± 0,10 57,1429 ± 9,52 F2 10,4938 ± 2,91 2,7106 ± 0,89 10,0959 ± 1,28 62,6186 ± 3,29 F3 6,8777 ± 3,91 2,0579 ± 0,02 10,7230 ± 0,43 59,9861 ± 7,04 F4 6.8635 ± 1,71 2,1619 ± 0,15 10,4379 ± 2,00 57,2677± 3,28
Hasil perhitungan kompressibilitas massa cetak tablet yaitu 5,2945-10,8364
%. Berdasarkan tabel skala persentase kompressibilitas menunjukan aliran dari
31
rentang baik sekali, sehingga semua formula memenuhi persyaratan kompressibilitas yang baik.
Hasil evaluasi kadar air antara formula yaitu 1,8419-2,224%. Kadar formula 1 tidak memenuhi persyaratan kadar lembab tablet yang baik yaitu 2-4%. Sementara ke 4 formula lainnya memenuhi persyaratan kadar lembab yang baik.
Granul dari dari ke 5 formula memiliki sifat alir yang baik yang dapat dilihat dari data laju alir dan sudut diam. Waktu alir dari F0, F1, F2, F3, dan F4 adalah 66,8652 g/detik 57,1429 g/detik, 62,6186 g/detik, 59,9861 g/detik, dan 57,2677 g/detik, hasil ini telah memenuhi syarat laju alir yang baik yaitu lebih dari 10 g/ detik ( Siregar dan Wikarsa, 2010). Hasil evaluasi sudut diam F0, F1,F2,F3, dan F4 adalah 10,40880, 8,56580, 9,39120 , 10,47380, dan 10.43790 . Sehingga memenuhi syarat sudut diam yang dapat mengalir bebas yaitu kurang dari atau sama dengan 300 (Lachman, 1994).
4.1.3. Hasil Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet secara umum meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, friabilitas dan kekerasan dan evaluasi khusus untuk FDT yaitu waktu hancur, wetting time dan water absorption ratio.
Pada pemeriksaan organoleptik menunjukan bahwa tablet yang dihasilkan mempunyai bentuk bulat, berwarna putih kecoklatan dengan bintik-bintik hitam, bau khas dan juga permukaan yang kasar.
Tabel 4.2.Hasil Evaluasi Tablet
Formula Jenis Evaluasi
Keseragaman Bobot (mg)
Kekerasan (kg/cm2)
Diameter (mm)
Tebal (mm)
Friabilitas (%) F0 302.900 ±
9,12
3,54 ± 0,34 8,13 ± 0,05 5,30 ± 0,25 13,260 ± 1,69 F1 295,250 ±
8,21
3,40 ± 0,76 8,105± 0,04 5,18 ± 0,28 11,438±2,52
F2 294,300 ± 5,77
3,03 ± 0,59 8,12 ± 0,11 5,14 ± 0,30 7,066 ± 1,46
F3 296,400 ± 6,60
3,41 ± 0,67 8,12 ± 0,11 5,26 ± 0,12 7,940 ± 1,67
F4 296.300 ± 7,66
3,38 ± 0,44 8,15 ± 0,07 5,36 ±0,18 9,889 ± 1,43
Perbedaan persentase bobot tablet yang diperbolehkan untuk tablet yang memiliki bobot 151 sampai dengan 300 mg adalah tidak lebih dari 2 tablet menyimpang lebih besar dari 7,5 % dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15%. Spesifikasi bobot pada formula F0-F4 adalah 300 mg sehingga range bobot yang diperbolehkan adalah 322,5-277,5 mg. rata-rata kelima formulasi memasuki range sehingga memenuhi persyaratan keseragaman bobot.
Hasil uji keseragaman ukuran tablet untuk setiap formula menunjukan diameternya yaitu antara 8,10-8,15 sementara untuk tebal tablet terlihat lebih bervariasi nilainya yaitu antara 5,14-5,30. Secara umum, ukuran tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
33
Hasil dari uji kekerasan tablet kelima formulasi melebihi dari yang dipersyaratkan untuk kekerasan tablet FDT yaitu 0,1-3 kg/cm2. Sementara untuk friabilitas ke 5 formulasi tidak memenuhi persyaratan karena pada saat dilakukan test banyak tablet yang pecah.
Tabel 4.3.Hasil Evaluasi Waktu Hancur, Wetting Time dan Water Absorption Ratio
Formula Jenis Evaluasi
Wetting time (detik) Waktu Hancur (detik)
Water Absorption Ratio (%)
F0 148,50 ± 46,22 180 ± 42,80 25,61 ± 46,22
F1 42,00 ± 8,60 47,33 ± 7,86 28,58 ± 8,60
F2 27,17 ± 3,62 31,67 ± 4,08 25,61 ± 3,62
F3 25,33 ± 4,50 30,00 ± 4,43 23,71 ± 4,50
F4 36,17 ± 2,04 41,17 ± 2,64 25,97 ± 2,04
Fx 37,667 ± 4,63 43,50 ± 4,89 24,647±4,63
Wetting time dari formulasi F1,F2,F3 mengalami peningkatan kecepatan wetting time sesuai dengan peningkatan konsentrasi dari superdisintegran crosscarrmellose sodium yaitu dari 42-25,33 detik. Sementara untuk F4 yang memiliki konsentrasi crosscarrmellose sodium yang paling besar memiliki wetting time yang lebih lama yaitu 36,167 detik. F0 yang merupakan kontrol negatif tanpa penambahan superdisintegran memiliki wetting time yang cukup lama yaitu 148,500 detik sementara untuk kontrol positif memiliki wetting time 37,667 detik.
Waktu hancur dari formulasi sejalan dengan wetting time dimana semakin cepat wetting time maka semakin cepat juga waktu hancur dari setiap formula.Waktu hancur yang paling cepat dihasilkan oleh formulasi F3 yang menggunakan superdisintegran crosscarrmellose sodium dengan konsentrasi 6%.
4.1.4 Hasil Uji Statistik
Pada hasil perhitungan secara statistik menggunakan aplikasi IBM® SPSS® Statistic version 20, dipilih uji anova berdasarkan jumlah perlakuan pada sampel yang dilakukan pada penelitian ini. Namun terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji anova adalah:
1.Sampel berasal dari kelompok yang independen 2. Varian antar kelompok harus homogen
3. Data masing-masing kelompok berdistribusi normal
Maka uji statistik diawali dengan pengujian normalitas dan homogenitas data, didapat data yang diperoleh peneliti untuk wetting time dan waktu hancur tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan pengujian kruskall walls sementara untuk water absorption ratio terdistribusi normal maka dilakukan pengujian uji anova untuk mengetahui perbedaan bermakna setiap formula.
Tabel 4.4.Perbedaan Hasil Uji pada Formula
Parameter P-Value Simpulan
Waktu Hancur 0.000 Berbeda bermakna
Wetting Time 0.000 Berbeda bermakna
Water Absorption Ratio 0.009 Berbeda bermakna
Untuk mengetahui formula mana yang berbeda maka dilakukan uji post hoc untuk data Water Absorption Ratio
35
Tabel 4.5.Signifikasi Perbedaan Water Absorption Ratio Menurut Formula ( Hasil uji Post Hoc)
Formula F0 F1 F2 F3 F4 Fx
F0 0,810 0,036 0,002 0,110 0,008
F1 0,810 0,060 0,003 0,170 0,015
F2 0,036 0,060 0,228 0,587 0,539
F3 0,002 0,003 0,228 0,085 0.547
F4 0,110 0,170 0,587 0,085 0,251
Fx 0,008 0,015 0,539 0,547 0,251
Sementara untuk uji wetting time untuk mengetahui formula mana yang berbeda, maka dilakukan Uji Mann-Whitney
Tabel 4.6. Signifikasi Perbedaan Wetting Time Menurut Formula ( Hasil uji Mann- Whitney)
Formula F0 F1 F2 F3 F4 Fx
F0 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
F1 0,004 0,004 0,004 0,063 0,261
F2 0,004 0,004 0,746 0,004 0,004
F3 0,004 0,004 0,746 0,004 0,006
F4 0,004 0,063 0,004 0,004 0,746
Fx 0,004 0,261 0,004 0,006 0,746
Untuk mengetahui formula mana yang berbeda untuk uji waktu hancur digunakan juga Uji Mann-Whitney
Tabel 4.7. Signifikasi Perbedaan Waktu hancur Menurut Formula ( Hasil uji Mann- Whitney)
Formula F0 F1 F2 F3 F4 Fx
F0 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
F1 0,004 0,004 0,004 0,044 0,422
F2 0,004 0,004 0,572 0,004 0,005
F3 0,004 0,004 0,572 0,004 0,005
F4 0,004 0,044 0,004 0,004 0,422
Fx 0,004 0,422 0,005 0,005 0,422
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembuatan Ekstrak Teh Hitam (Camellia sinensis (L))
Pada penelitian ini dibuat Fast Dissolving Tablet berbahan aktif ekstrak etanol teh hitam (Camellia Sinensis (L)) dengan memvariasikan konsentrasi crosscarmellose sodium sebagai disintegran dengan metode granulasi basah. Teh hitam (Camellia sinensis (L)) yang digunakan sebagai bahan aktif diperoleh dari Balai Penelitan Tanaman Teh dan Kina Gambung, Bandung. Teh hitam yang diperoleh telah dalam bentuk teh yang telah kering sehingga selanjutnya dilakukan penyerbukan atau penghalusan partikel dari 300 gram teh hitam kering dan diperoleh serbuk teh hitam seberat 288 gram..semakin halus serbuk simplisia maka proses ekstraksi menjadi lebih efektif dan efisien (Depkes RI, 2000). Hal ini dikarenakan karena proses penghalusan partikel akan membuat materi yang terlarut lebih homogen ,meningkatkan luas permukaaan materi yang diekstraksi dan memfasilitasi penetrasi pelarut ke dalam sel tumbuhan yang mengandung metabolit sekunder.
Untuk mengekstraksi serbuk teh hitam, metode yang digunakan adalah metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena dapat memisahkan zat-zat aktif