3. METODE PENELITIAN
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan 2 cara, yaitu:
a. Pendekatan teoritis
Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan dengan persyaratan dalam pustaka
29
b. Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Anova untuk membandingkan hasil evaluasi dari formula Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
30 4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Ekstraksi serbuk teh hitam
Hasil ekstraksi dari 288,2372 gram serbuk simplisia kering teh hitam (Camellia sinensis (L)) diperoleh ekstrak kental berwarna hitam sebanyak 29,0524 gram dengan rendemen ekstrak 10,0876 %
4.1.2. Hasil Evaluasi Masa Cetak
Evaluasi massa cetak meliputi kompressibilitas, waktu alir, sudut diam dan kadar air. Keempat evaluasi tersebut berfungsi untuk mengetahui kemampuan mengalir massa tablet yang dapat mempengaruhi keseragaman bobot tablet.
Tabel 4.1.Hasil Evaluasi Massa Cetak
Formula Jenis Evaluasi
Hasil perhitungan kompressibilitas massa cetak tablet yaitu 5,2945-10,8364
%. Berdasarkan tabel skala persentase kompressibilitas menunjukan aliran dari
31
rentang baik sekali, sehingga semua formula memenuhi persyaratan kompressibilitas yang baik.
Hasil evaluasi kadar air antara formula yaitu 1,8419-2,224%. Kadar formula 1 tidak memenuhi persyaratan kadar lembab tablet yang baik yaitu 2-4%. Sementara ke 4 formula lainnya memenuhi persyaratan kadar lembab yang baik.
Granul dari dari ke 5 formula memiliki sifat alir yang baik yang dapat dilihat dari data laju alir dan sudut diam. Waktu alir dari F0, F1, F2, F3, dan F4 adalah 66,8652 g/detik 57,1429 g/detik, 62,6186 g/detik, 59,9861 g/detik, dan 57,2677 g/detik, hasil ini telah memenuhi syarat laju alir yang baik yaitu lebih dari 10 g/ detik ( Siregar dan Wikarsa, 2010). Hasil evaluasi sudut diam F0, F1,F2,F3, dan F4 adalah 10,40880, 8,56580, 9,39120 , 10,47380, dan 10.43790 . Sehingga memenuhi syarat sudut diam yang dapat mengalir bebas yaitu kurang dari atau sama dengan 300 (Lachman, 1994).
4.1.3. Hasil Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet secara umum meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, friabilitas dan kekerasan dan evaluasi khusus untuk FDT yaitu waktu hancur, wetting time dan water absorption ratio.
Pada pemeriksaan organoleptik menunjukan bahwa tablet yang dihasilkan mempunyai bentuk bulat, berwarna putih kecoklatan dengan bintik-bintik hitam, bau khas dan juga permukaan yang kasar.
Tabel 4.2.Hasil Evaluasi Tablet
Perbedaan persentase bobot tablet yang diperbolehkan untuk tablet yang memiliki bobot 151 sampai dengan 300 mg adalah tidak lebih dari 2 tablet menyimpang lebih besar dari 7,5 % dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15%. Spesifikasi bobot pada formula F0-F4 adalah 300 mg sehingga range bobot yang diperbolehkan adalah 322,5-277,5 mg. rata-rata kelima formulasi memasuki range sehingga memenuhi persyaratan keseragaman bobot.
Hasil uji keseragaman ukuran tablet untuk setiap formula menunjukan diameternya yaitu antara 8,10-8,15 sementara untuk tebal tablet terlihat lebih bervariasi nilainya yaitu antara 5,14-5,30. Secara umum, ukuran tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
33
Hasil dari uji kekerasan tablet kelima formulasi melebihi dari yang dipersyaratkan untuk kekerasan tablet FDT yaitu 0,1-3 kg/cm2. Sementara untuk friabilitas ke 5 formulasi tidak memenuhi persyaratan karena pada saat dilakukan test banyak tablet yang pecah.
Tabel 4.3.Hasil Evaluasi Waktu Hancur, Wetting Time dan Water Absorption Ratio
Formula Jenis Evaluasi
Wetting time (detik) Waktu Hancur (detik)
Wetting time dari formulasi F1,F2,F3 mengalami peningkatan kecepatan wetting time sesuai dengan peningkatan konsentrasi dari superdisintegran crosscarrmellose sodium yaitu dari 42-25,33 detik. Sementara untuk F4 yang memiliki konsentrasi crosscarrmellose sodium yang paling besar memiliki wetting time yang lebih lama yaitu 36,167 detik. F0 yang merupakan kontrol negatif tanpa penambahan superdisintegran memiliki wetting time yang cukup lama yaitu 148,500 detik sementara untuk kontrol positif memiliki wetting time 37,667 detik.
Waktu hancur dari formulasi sejalan dengan wetting time dimana semakin cepat wetting time maka semakin cepat juga waktu hancur dari setiap formula.Waktu hancur yang paling cepat dihasilkan oleh formulasi F3 yang menggunakan superdisintegran crosscarrmellose sodium dengan konsentrasi 6%.
4.1.4 Hasil Uji Statistik
Pada hasil perhitungan secara statistik menggunakan aplikasi IBM® SPSS® Statistic version 20, dipilih uji anova berdasarkan jumlah perlakuan pada sampel yang dilakukan pada penelitian ini. Namun terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji anova adalah:
1.Sampel berasal dari kelompok yang independen 2. Varian antar kelompok harus homogen
3. Data masing-masing kelompok berdistribusi normal
Maka uji statistik diawali dengan pengujian normalitas dan homogenitas data, didapat data yang diperoleh peneliti untuk wetting time dan waktu hancur tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan pengujian kruskall walls sementara untuk water absorption ratio terdistribusi normal maka dilakukan pengujian uji anova untuk mengetahui perbedaan bermakna setiap formula.
Tabel 4.4.Perbedaan Hasil Uji pada Formula
Parameter P-Value Simpulan
Waktu Hancur 0.000 Berbeda bermakna
Wetting Time 0.000 Berbeda bermakna
Water Absorption Ratio 0.009 Berbeda bermakna
Untuk mengetahui formula mana yang berbeda maka dilakukan uji post hoc untuk data Water Absorption Ratio
35
Tabel 4.5.Signifikasi Perbedaan Water Absorption Ratio Menurut Formula ( Hasil uji Post Hoc)
Formula F0 F1 F2 F3 F4 Fx
F0 0,810 0,036 0,002 0,110 0,008
F1 0,810 0,060 0,003 0,170 0,015
F2 0,036 0,060 0,228 0,587 0,539
F3 0,002 0,003 0,228 0,085 0.547
F4 0,110 0,170 0,587 0,085 0,251
Fx 0,008 0,015 0,539 0,547 0,251
Sementara untuk uji wetting time untuk mengetahui formula mana yang berbeda, maka dilakukan Uji Mann-Whitney
Tabel 4.6. Signifikasi Perbedaan Wetting Time Menurut Formula ( Hasil uji Mann-Whitney)
Formula F0 F1 F2 F3 F4 Fx
F0 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
F1 0,004 0,004 0,004 0,063 0,261
F2 0,004 0,004 0,746 0,004 0,004
F3 0,004 0,004 0,746 0,004 0,006
F4 0,004 0,063 0,004 0,004 0,746
Fx 0,004 0,261 0,004 0,006 0,746
Untuk mengetahui formula mana yang berbeda untuk uji waktu hancur digunakan juga Uji Mann-Whitney
Tabel 4.7. Signifikasi Perbedaan Waktu hancur Menurut Formula ( Hasil uji Mann-Whitney)
Formula F0 F1 F2 F3 F4 Fx
F0 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
F1 0,004 0,004 0,004 0,044 0,422
F2 0,004 0,004 0,572 0,004 0,005
F3 0,004 0,004 0,572 0,004 0,005
F4 0,004 0,044 0,004 0,004 0,422
Fx 0,004 0,422 0,005 0,005 0,422
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembuatan Ekstrak Teh Hitam (Camellia sinensis (L))
Pada penelitian ini dibuat Fast Dissolving Tablet berbahan aktif ekstrak etanol teh hitam (Camellia Sinensis (L)) dengan memvariasikan konsentrasi crosscarmellose sodium sebagai disintegran dengan metode granulasi basah. Teh hitam (Camellia sinensis (L)) yang digunakan sebagai bahan aktif diperoleh dari Balai Penelitan Tanaman Teh dan Kina Gambung, Bandung. Teh hitam yang diperoleh telah dalam bentuk teh yang telah kering sehingga selanjutnya dilakukan penyerbukan atau penghalusan partikel dari 300 gram teh hitam kering dan diperoleh serbuk teh hitam seberat 288 gram..semakin halus serbuk simplisia maka proses ekstraksi menjadi lebih efektif dan efisien (Depkes RI, 2000). Hal ini dikarenakan karena proses penghalusan partikel akan membuat materi yang terlarut lebih homogen ,meningkatkan luas permukaaan materi yang diekstraksi dan memfasilitasi penetrasi pelarut ke dalam sel tumbuhan yang mengandung metabolit sekunder.
Untuk mengekstraksi serbuk teh hitam, metode yang digunakan adalah metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena dapat memisahkan zat-zat aktif
37
yang terdapat dalam serbuk teh hitam secara sempurna sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang terkandung di dalam tanaman, selain itu penggunaan metode ini didasarkan pada keuntungan yang diberikan baik dari segi efisiensi waktu, pengerjaan dan peralatan yang sederhana serta tidak merusak zat-zat yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI, 2000)
Adapun pemilihan pelarut etanol 70% didasarkan karena etanol memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu lebih selektif dalam pemisahan zat aktif yang terkandung dalam tanaman, dapat menjaga proses ekstraksi agar tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, menghasilkan absorbsi yang baik, netral dan dapat dicampur dengan segala pembanding serta panas yang diperlukan untuk pemekatan relative lebih sedikit dibandingkan dengan pelarut lain (Depkes RI, 2000). Selain itu etanol 70% juga dapat melarutkan senyawa organik baik yang bersifat polar maupun non polar.
Proses maserasi dilakukan 5 x 24 jam dengan sesekali pengocokan dan penggunaan pelarut yang baru. tahap selanjutnya yaitu proses pengentalan yang dilakukan dengan menggunakan alat rotary evaporatorpada suhu 40-500C. Prinsip utama alat ini terletak pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya. Suhu 40-500C merupakan suhu optimum untuk bisa menguapkan pelarut etanol, karena jika kurang dari suhu tersebut dapat menjadikan proses evaporasi semakin lama, dan jika suhu yang digunakan lebih dari itu dikhawatirkan akan terjadi bumping sehingga proses evaporasi tidak maksimal dan efektif. Dari hasil ekstaksi yang dilakukan diperoleh ekstrak kental etanol yang berwarna hitam sebanyak 29,0524 gram dari berat kering simplisia teh hitam 288,7372 gram dengan rendemen 10,0876%
4.2.2 Formulasi Fast Dissolving Tablet Ekstrak Teh Hitam
Parameter utama pada penelitian ini adalah kecepatan waktu hancur pada formulasi FDT ekstrak teh hitam yang telah dibuat. Pada penelitian ini dibuat 5
formula yang diantaranya 1 formula kontrol negatif (F0) dan 4 formula uji (F1,F2,F3 dan F4) yang mengandung superdisintegran Crosscaremellose sodium dengan konsentrasi yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi Crosscaremellose sodium yang menjadikan waktu hancur sediaan FDT paling cepat.
Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap kontrol positif yaitu sediaan FDT yang telah ada dipasaran.
Pada penetapan formula ini digunakan juga bahan-bahan eksipien lain yang dibutuhkan dalam pembuatan tablet. Laktosa digunakan sebagai pengisi sehingga dapat membentuk ukuran tablet yang digunakan. Penggunaan laktosa digunakan karena berifat higroskopis sehingga dapat menyerap basah dari ekstrak.
Pengikat yang digunakan adalah PVP karena PVP kuat dalam mengikat partikel serta memiliki sifat yang baik dan daya komprebilitas yang lebih baik.Selain itu digunakan juga crosscarmellose sodium yang merupakan superdisintegran digunakan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 2, 4, 6 dan 8% untuk melihat pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap waktu hancur.
Sebagai pelincir digunakan talk dan magnesium stearat, penggunaan talk dan magnesium stearat secara bersamaan ini dimaksudkan untuk memberikan efek pelincir yang baik karena magnesium stearat dengan konsentrasi maksimal 1%
mempunyai efek antiadheren dan lubrikan yang baik, sedangkan sifat glidannya kurang. Penggunaan talk 1-5% mempunyai sifat glidan dan anti adheren yang baik, tapi sifat lubrikannya kurang, sehingga dengan kombinasi magnesium stearat dan talk diharapkan dapat meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya massa cetak pada punch dan die.
Formulasi tablet dengan menggunakan metode granulasi basah terdiri dari fase dalam dan fase luar dimana fase dalam dibuat menjadi granul sementara fase luar dimixing dengan fase dalam yang telah menjadi granul.
39
Fase dalam terdiri dari Ekstrak kental teh hitam sebagai zat aktif, laktosa sebagai pengisi, crosscarmellose sodium sebagai superdisintegran dan PVP sebagai pengikat. Fase luar terdiri dari talkum dan magnesium stearat.
Proses milling seluruh bahan dilakukan dengan menggunakan sieve mesh 60 untuk menyamakan ukuran partikel tiap bahan, sehingga mencegah terjadinya segregasi pada saat dilakukan proses mixing. Proses mixing dilakukan dengan menggunakan alat konvensional yaitu plastik namun tetap menggunakan cara geometri 1:1 agar proses mixing lebih homogen.
Setelah campuran fase dalam homogen kemudian ditambahkan PVP yang telah dilarutkan dalam etanol dan juga Ekstrak teh hitam. Kemudian tetesi etanol sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa kepal untuk selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan mesh 12 untuk mendapatkan granul setelah itu dilakukan pengeringan dan dilakukan evaluasi terhadap granul.
Selanjutnya dilakukan mixing dengan fase luar yaitu magnesium stearat dan talkum. Disini magnesium stearat berperan sebagai lubrikan yang berperan mengurangi friksi antara granul dengan die pada saat proses pencetakan tablet berlangsung. Sementara talkum berfungsi sebagai glidan yang berfungsi memperbaiki sifat alir. Setelah dilakukan mixng maka didapatkan massa granul yang siap untuk dikempa. Proses kompressi dilakukan secara manual.
4.2.3. Evaluasi Massa Cetak
Pemeriksaan massa cetak merupakan tahap pertama pengembangan suatu bentuk sediaan sebelum melakukan pengerjaan tahap selanjutnya. Evaluasi massa cetak dilakukan untuk mengetahui sifat massa cetak sebelum dicetak menjadi tablet.
Kualitas massa cetak akan menentukan kualitas dari tablet yang dibuat, sehingga kualitas massa cetak harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada monografi. Evaluasi massa cetak meliputi kompressibilitas, waktu alir, sudut diam
dan kadar air. Keempat evaluasi tersebut berfungsi untuk mengetahui kemampuan mengalir massa tablet yang dapat mempengaruhi keseragaman bobot tablet.
Sifat alir merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran massa tablet yang baik dapat menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan (Lachman, 1994). Granul dari dari ke 5 formula memiliki sifat alir yang baik yang dapat dilihat dari data laju alir dan sudut diam. Waktu alir dari F0, F1, F2, F3, dan F4 adalah 66,0652 g/detik 57,1429 g/detik, 62,6186 g/detik, 59,9861 g/detik, dan 57,2677 g/detik, hasil ini telah memenuhi syarat laju alir yang baik yaitu lebih dari 10 g/ detik ( Siregar dan Wikarsa, 2010).
Selain laju alir, sifat alir juga ditentukan oleh sudut diam (Lachman, 1994).Semakin kecil sudut istirahat yang terbentuk semakin baik sudut diamnya.
Ditinjau dari sudut istirahat yang dihasilkan, sifat alir kelima formula memenuhi persayaratan yaitu sama dengan atau dibawah 300 (Lachman, 1994). Sifat alir yang baik akan membuat pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keseragaman bobot tablet tidak menyimpang (Lachman, 1994).
Indeks kompressibilitas kelima formula berkisar antara 5,2945-10,8364 %.
Hasil tersebut menunjukan bahwa indeks kompressibilitas berdasarkan tabel skala persentase kompressibilitas termasuk dalam kategori baik hingga baik sekali., hal ini menunjukan bahwa massa tablet memiliki sifat membentuk masa tabet yang stabil dan kompak bila diberi tekanan.
Hasil evaluasi kadar air antara formula yaitu 1,8419-2,224. Kadar formula 1 tidak memenuhi persyaratan kadar lembab tablet yang baik yaitu 2-4%. Sementara ke 4 formula lainnya memenuhi persyaratan kadar lembab yang baik. Kelembaban dari granul memang diharapkan cukup kecil untuk menghindari sticking. Kadar air yang cukup tinggi dalam granul dapat meningkatkan resiko tablet lengket pada punch dan die pada saat pencetakan
41
4.2.4. Evaluasi Tablet
Setelah semua evaluasi granul massa cetak dilakukan kemudian granul dicetak menjadi sediaan tablet dan dilakukan evaluasi tablet. Evaluasi tablet secara umum meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, friabilitas dan kekerasan dan evaluasi khusus untuk FDT yaitu waktu hancur, wetting time dan water absorption ratio. Pada pemeriksaan organoleptik menunjukan bahwa tablet yang dihasilkan mempunyai bentuk bulat, berwarna putih kecoklatan dengan bintik-bintik hitam, bau khas dan juga permukaan yang kasar.
Pada evaluasi keseragaman ukuran diperoleh tablet yang memenuhi syarat, dimana diameter tablet tidak lebih dari tiga kali tebal tablet dan tidak kurang dari satu satu per tiga tebal tablet. Nilai untuk tebal tablet terlihat lebih beragam karena ditentukan oleh bobot dan tekanan yang ditimbulkan dari mesin tablet tidak seragam karena dijalankan secara manual. Kesesuian antara bobot tablet, kekerasan, dan diameter punch merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman ukuran tablet.
Proses pencetakan sangat berpengaruh pada kekuatan tablet yang dihasilkan.
Dikarenakan pencetakannya dilakukan dengan menggunakan mesin cetak yang dijalankan secara manual, sehingga setiap pencetakan tabletnya tidak akan menghasilkan kekerasan yang sama. Hasil dari pemeriksaan kekerasan kelima formulasi melebihi dari yang dipersyaratkan untuk kekerasan tablet FDT yaitu 0,1-3 kg/cm2
Cara penentuan kekuatan tablet adalah uji keregasan. Uji ini memiliki kegunaan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap guncangan yang terjadi selama proses pembuatan, pengemasan dan pendistribusian. Kehilangan berat pada uji friabilitas lebih kecil dari 0,5-1% masih dapat dibenarkan. Tablet FDT mempunyai ketentuan mengenai kekerasan tablet yang lebih rendah dibandingkan dengan tablet konvensional sehingga memungkinkan untuk mengalami kehilangan berat friablitas
yang tinggi. Hal tersebut terjadi pada kelima formulasi yang kehilangan berat friabilitas sangat tinggi dikarenakan tablet pecah pada saat pengujian sehingga tidak dimasukkan dalam penimbangan akhir sehingga membuat persen friabilitasnya tidak memenuhi syarat.
Hasil pemeriksaan keseragaman bobot dihasilkan rata-rata bobot tablet 294,3- 302,9 mg. Perbedaan persentase bobot tablet yang diperbolehkan untuk tablet yang memiliki bobot 151 sampai dengan 300 mg adalah tidak lebih dari 2 tablet menyimpang lebih besar dari 7,5 % dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15%. Spesifikasi bobot pada formula F0-F4 adalah 300 mg sehingga range bobot yang diperbolehkan adalah 322,5-277,5 mg. rata-rata kelima formulasi memasuki range sehingga memenuhi persyaratan keseragaman bobot.
Perbedaan keseragaman bobot dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu ukuran partikel dan kondisi peralatan yang digunakan selama proses pengempaan seperti berubahnya pengaruh tekanan yang ditimbulkan. Walaupun volume massa cetak yang masuk ke dalam die sama banyak, tetapi dengan adanya perbedaan sedikit saja proporsisi partikel besar dan kecil akan mempengaruhi bobot tablet yang dicetak (Surjadi, 2004).
Pada tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil yang disebut disintegrasi atau waktu hancur (Lachman, 1989). Namun dalam sediaan FDT kunci utama untuk disintegrasi tablet adalah waktu pembasahan dan kecepatan absorbsi air ke dalam tablet dan terdisintegrasinya partikel terikat menjadi partikel tunggal untuk mempercepat melarutnya tablet (Kumar, 2011). Maka dari itu dilakukan juga evaluasi wetting time dan water absorption ratio untuk mengetahui kapasitas pengembangan superdisintegran dalam air sehingga dapat mempercepat waktu hancur dari tablet itu sendiri.
Waktu hancur adalah parameter paling penting pada FDT, menurut center for drug evaluation and research (CDER) di US Food and Drug Administrations
43
menerbikan Guidance for Industry Orally Disintegration Tablet merekomendasikan bahwa yang dikatakan FDT adalah tablet dengan waktu hancur kurang dari 30 detik . Metode evaluasi waktu hancur pada FDT dilakukan dengan cara membuat kondisi yang paling mendekati dengan rongga mulut manusia. Hasil pemeriksaan evaluasi wetting time dan waktu hancur menunjukan kondisi yang sejalan dimana semakin cepat wetting time maka semakin cepat juga waktu hancur dari tablet tersebut dimana terjadi waktu hancur semakin cepat dari F1-F3 berbanding dengan konsentrasi dari crosscarmellose sodium sebagai superdisintegran yang meningkat dari 2-6% dimana F3 memliki waktu hancur yang paling cepat. Namun pada F4 waktu hancur lebih lama dibandingkan dengan F3 hal ini dikarenakan penggunaan crosscarmellose sodium dalam konsentrasi yang tinggi akan meningkatkan terbentuknya gel yang menghambat penetrasi air kedalam inti tablet sehingga membuat wetting time dan waktu hancur lebih lama (Tanuwijaya dan Karsono, 2013). Sementara untuk F0 yang merupakan kontrol negatif tanpa diberikan superdisintegran waktu hancurnya cukup jauh lebih lama. Dalam pemeriksaan wetting time, water absorption ratio dan waktu hancur juga digunakan kontrol positif yaitu sediaan FDT yang telah ada dipasaran dan hasilnya F2,F3 dan F4 memiliki waktu hancur lebih cepat jika dibandingkan dengan yang ada dipasaran
4.2.4. Analisis Data
Berdasarkan pada pengujian kenormalan data waktu hancur Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam dilihat dari uji kolmogorov-smirnovmenghasilkan nilai signifkan 0,000 sehingga dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal karena <
0,05 . Setelah uji kenormalan data, maka dilakukanlah uji homogenitas data. Data dikatakan homogen apabila didapat nilai signifikan >0,05. Dari hasil uji didapat nilai signifikan 0,013 maka dapat dikatakan data tidak homogen.
Uji kenormalan dan uji homogenitas menunjukan bahwa data yang dimiliki tidak terdistribusi normal dan tidak homogen. Oleh karena itu tidak bisa digunakan
uji anova, karena syarat untuk uji anova adalah data harus berdistribusi normal dan homogen, maka dapat digunakan uji non parametrik yaitu Kruskar Wallis dengan taraf kepercayaan 95%.
Dari uji Kruskar Wallis didapatkan nilai signifikan 0,000. Hipotesis nol pada uji Kruskar Wallis adalah tidak ada pengaruh konsentrasi superdisintegran crosscarmellose sodium terhadap waktu hancur sediaan Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam.Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah ada pengaruh perbedaan konsentrasi superdisintegran crosscarmellose sodium terhadap waktu hancur Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam. Dengan menggunakan α= 0,05, dari hasil diatas maka hipotesis nol ditolak. Dapat dikatakan bahwa ada pengaruh perbedaan konsentrasi superdisintegran crosscarmellose sodium terhadap waktu hancur Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam. Namun belum diketahui kelompok mana yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka dilakukan Uji Mann-Whitney untuk membandingkan tiap formula dengan melihat nilai signifikasi <0,05 maka ada perbedaan. Dapat dikatakan bahwa ada perbedaan bermakna antara F0 dengan F1, F2, F3, F4 dan Fx, F1 dengan F0, F2, F3 dan F4, F2 dengan F0, F1, F4 dan Fx, F3 dengan F0, F1, F4, dan Fx, F4 dengan F0, F1, F2, dan F3, Fx dengan F0, F2 dan F3
45 BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Formula Fast Dissolving Tablet F3 yang mengandung ekstrak teh hitam sebanyak 30 mg, crosscarmellose sodium 6%, PVP 3%, laktosa ad 100%, talkum 2% dan magnesium stearat 1%
merupakan formula terbaik yang memenuhi persyaratan sifat fisik tablet dan persyaratan waktu hancur FDT kurang dari 30 detik dan berbeda signifikan dengan F0, F1, dan F4.
5.2. Saran
Perlu dilakukan uji aktivitas in vitro terhadap Fast Dissolving Tablet ekstrak teh hitam (Camellia sinensis (L))
46
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shadeedi MI, Samein LH, Shehab MA. (2013). ”Formulation And Evaluation Of Carbimazole Orodispersible Tablet”. Dalam Int J Pharm Pharmaceut Sci, 2013;5(1):232-239. Iraq
Aucamp, Jean Piter. (2000). Inhibition of Xanthine Oxidase by catechins from tea (Camellia sinensis). Tesis in the Faculty of Natural and Agricultural Sciences.
University of Pretoria
Bala,Rajni ,Sushil Khanna dan Pravin Pawar. (2012). “Polymers In Fast Disintegrating Tablets – A Review”. Dalam Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research volume 5:02. India
Battu, Sunil Kumar, Michael A Repka, Soumyajit Majumdar dan Madhusudan Rao Y. (2007). “Formulation and Evaluation of Rapidly Disintegrating Fenoverine Tablets: Effect Superdisintergrants” Dalam Drug Deveopment and Industrial Volume 3;1255-1232.USA.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi empat. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Direktorat Jendral Pengawa Obat dan Makanan, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta Gupta,M.M dkk. (2014).”Fast Disintegrating Combination Tablet of Taste Masked
Levocetrizine Dihydrochloride and Montelukast Sodium: Formulation Design, Development, and Characterization”. Dalam Hindawi Publishing Corporation Journal of Pharmaceutics Volume 2014. India
Hartoyo, Arif.(2003). Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebuah Tinjauan Ilmiah
Hartoyo, Arif.(2003). Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebuah Tinjauan Ilmiah