1
FORMULASI DAN EVALUASI FISIK
FAST DISSOLVING TABLET
ALOE VERA
(
Aloe barbadensis
Miller)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
RANI UTAMI WIDYANINGRUM
K 100110020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
iii
1
FORMULASI DAN EVALUASI FISIK FAST DISSOLVING TABLET ALOE VERA (Aloe barbadensis Miller)
FORMULATION AND PHYSICAL CHARACTERISTICS EVALUATION OF ALOE VERA (Aloe barbadensis Miller) FAST DISSOLVING TABLET
Rani Utami Widyaningrum* dan Anita Sukmawati
Jl Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: raniiwidya@gmail.com
ABSTRAK
Aloe vera dikenal memiliki banyak khasiat, salah satunya sebagai antiinflamasi. Pada penelitian ini Aloe vera dibuat dalam sediaan fast dissolving tablet.
Fast dissolving tablet ketika diletakkan dalam mulut langsung melarut dan melepaskan obatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah mikrokristalin selulosa (MCC) sebagai superdisintegran terhadap waktu hancur fast dissolving tablet
(FDT) Aloe vera. Aloe vera kering dibuat dengan metode pengeringan beku pada suhu ± -50 oC. Fast dissolving tablet Aloe vera dibuat dalam 3 formula dengan disintegran mikrokristalin selulosa dalam jumlah yang bervariasi yaitu berturut-turut 25 mg, 50 mg, dan 100 mg per tablet. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan digunakan air sebagai bahan pembasahnya. Uji evaluasi fisik yang dilakukan meliputi: uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan dan uji waktu hancur tablet. Uji statistic One Way ANOVa dan t-Test dipilih untuk menganalisis hasil uji evaluasi fisik FDT. Hasil menunjukkan jumlah mikrokristalin selulosa mempengaruhi kecepatan disintegrasi FDT Aloe vera, tetapi perbedaan kecepatan disintegrasi antar formula tidak signifikan seperti yang ditunjukkan pada formula II dan III. Metode granulasi basah mempengaruhi juga kerapuhan dan kekerasan FDT, sehingga tidak memenuhi syarat teoritis yaitu 0,8% kerapuhan dan 2,56 kg/cm2 untuk kekerasan FDT.
Kata kunci: Aloe vera, fast dissolving tablet, uji evaluasi fisik.
ABSTRACT
Aloe vera is known has many benefits, one of the benefits is as a antiinflammatory. In this research, Aloe vera was made as fast dissolving tablet (FDT). Fast dissolving tablet when placed in the mouth immediately dissolves and release active ingredient. This research aims to know the influence of microcrystallin cellulose (MCC) as a superdisintegrant towards the dissolved time of the Aloe vera FDT. Dried Aloe vera was made by freeze drying method at ± -50°C. Fast dissolving tablets of Aloe vera were made in 3 formulas using microcrystalline celluloseas disintegrant in varying amounts i.e 25 mg , 50 mg , and 100 mg per tablet. The tablets were manufactured using a wet granulation method using water as a wetting agent. Physical evaluation test then conducted including: organoleptis evaluation, the uniformity of weight evaluation, the hardness test, the friability test, and the dissolved time. Statistical tests One Way ANOVA and t-Test were
selected to analyze physical evolution test results of FDT. The result showed the greater number of microcrystalline cellulose in the FDT increased the dissolved rate of FDT Aloe vera, but not significant as shown in the formula II and III. Wet granulation method also affecting the hardness and friability of the FDT, so not eligibletheoretical i.e. 0.8% friability and 2.56 kg/cm2 the hardness of FDT.
2 PENDAHULUAN
Aloe vera (L.) Burm.f. merupakan tanaman xerofit yang berair banyak dan
mempunyai jaringan penyimpan air dalam daunnya untuk bertahan hidup pada daerah
kering atau daerah yang jarang turun hujan. Daunnya yang padat tidak hanya berisi dinding
sel karbohidrat seperti selulosa dan hemiselulosa tetapi juga penyimpan karbohidrat seperti
mannan ter-asetilasi (Hamman, 2008). Aloe vera memiliki banyak manfaat, antara lain
sebagai stimulan imun, antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antijamur, antidiabetik,
antineoplastik, dan antioksidan (Hamman, 2008).
Pada penelitian ini Aloe vera dibuat dalam bentuk sediaan fast dissolving tablet.
Fast dissolving tablet ketika diletakkan dalam mulut langsung melarut dan melepaskan
obatnya. Obat yang lebih cepat larut, akan lebih cepat terabsorbsi dan cepat berefek.
Bioavailabilitas obat dalam bentuk FDT lebih baik daripada tablet konvensional (Kumar,
2011). Keuntungan lain bentuk sediaan FDT yaitu enak di mulut dan merupakan
kesempatan bisnis baru karena berbeda (Madan et al., 2009). Fast dissolving tablet
digunakan untuk pasien pediatri, geriatri, bedridden, atau pasien cacat mental yang
mungkin sulit menelan tablet konvensional atau kapsul (Madan et al., 2009).
Agar terbentuk sediaan fast dissolving tablet, dalam pembuatannya perlu
penambahan eksipien utama yaitu superdisintegrant dan eksipien dasar yaitu gula. Secara
prinsip, penambahan superdisintegrant dapat mempengaruhi kecepatan waktu hancur.
Sebagai bulking agent, pemberi rasa manis dan sensasi dingin dalam mulut digunakan
manitol. Manitol menunjukkan kelarutan tinggi dalam air, dan rasanya manis sehingga
menutupi rasa tidak enak di mulut (Kumar, 2011).
Penelitian ini menggunakan superdisintegrant mikrokristalin selulosa (MCC)
karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Madan et al (2009), tablet yang
menggunakan superdisintegran MCC menunjukkan kecepatan disintegrasi dan
pembasahan yang paling baik dibanding disintegrant lain. MCC mempunyai absorbsi yang
baik.
Berdasar uraian tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah
disintegrant yaitu mikrokristalin selulosa (MCC) yang ditambahkan dalam pembuatan
tablet terhadap waktu hancur fast dissolving tablet.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
Alat. Freeze Dryer, freezer, timbangan analitis, timbangan elektronik, mesin cetak tablet
3 diam, stopwatch, timbangan analitis, alat pengukur ketebalan dan diameter tablet,
Hardness tester (Erweka type TB-24), Friability tester, stopwatch, dan cawan petri.
Bahan. Aloe vera, Mikrokristalin selulosa, Manitol, Mg. Stearat, Talkum (Bratachem) dan
akuades.
Jalannya Penelitian
Freeze drying Aloe vera. Gel Aloe vera yang sudah bersih dipotong kecil dan tipis dan
dimasukkan dalam wadah plastik. Wadah yang telah berisi Aloe vera dimasukkan ke dalam
freezer suhu ± 70 ° C hingga ± 2 hari. Setelah beku, wadah tersebut dimasukkan ke dalam
freeze dryer dengan suhu -50 ° C selama ± 2 hari (48 jam).
Pembuatan FDT Aloe vera. Bahan-bahan yang sudah ditimbang dicampurkan dengan cara
diblender hingga homogen. Air ( ± 10,0 mL ) sebagai pembasah ditambahkan ke dalam
masing-masing formula hingga terbentuk massa granul yang baik, kemudian digranul
dengan mesh 12. Granul yang terbentuk dikeringkan dalam lemari pengering suhu ± 40°C
selama ± 24 jam. Massa granul ditambahkan bahan pelicin ( Mg Stearat dan Talkum) yang
selanjutnya disebut massa cetak dan diuji sifat alirnya. Massa cetak dicetak dengan mesin
pencetak tablet dengan tekanan 18.0 ± 1.0 kN menggunakan single punch tablet machine
diameter 15 mm. Tablet yang terbentuk tiap formula ± 95 tablet dengan berat ± 800 mg.
Tabel 1. Daftar formula FDT yang digunakan
Bahan Satuan FI FII FIII
Uji sifat alir. Seratus gram massa cetak diletakkan dalam corong alat uji kecepatan alir
yang bagian bawahnya ditutup, dihitung kecepatan alirannya dengan menghitung waktu
yang diperlukan dengan menggunakan stopwatch.
Uji keseragaman bobot. Dua puluh tablet, dihitung berat rata-rata tiap tablet, kemudian
tablet-tablet tersebut ditimbang satu per satu. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing beratnya menyimpang dari berat rata-ratanya lebih besar dari yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak boleh satu tabletpun yang beratnya menyimpang dari berat rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979).
Uji kekerasan tablet. Pada uji kekerasan tablet dibutuhkan 5 tablet untuk tiap kali replikasi
uji. Tablet diletakkan pada alat hardness tester dan ditekan tablet hingga tablet pecah atau
4 Uji kerapuhan tablet. Uji kerapuhan tablet menggunakan Roche Friabilator. Dua puluh
tablet ditimbang. Tablet yang telah ditimbang kemudian dirotasi sebanyak 100 putaran.
Tablet ditimbang lagi setelah dirotasi dan dihitung persentase kerapuhannya.
Uji waktu hancur. Pada uji waktu hancur digunakan 5 tablet untuk tiap kali uji. Untuk uji
waktu hancur, tablet ditempatkan di tengan cawan petri (diameter dalam 10 cm) yang
berisi 10 ml air dan dicatat waktu hancurnya seluruh tablet mulai tablet diletakkan dalam
petri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Freeze drying Aloe vera. Freeze drying Aloe vera. Freeze dried Aloe vera berupa irisan
kering, tipis, ringan, berbau lidah buaya, berwarna putih kekuningan, rasa sedikit asam.
Dari hasil ini didapatkan rendemen 1,69%. (Gambar 1).
Gambar 1. Freeze dried Aloe vera
Uji Sifat Alir. Uji sifat alir bertujuan untuk mengetahui sifat alir suatu granul sehingga keseragaman bobot dan keseragaman kandungan tablet terjamin. Uji kecepatan alir ketiga
formula menunjukkan hasil lebih dari 10 g/detik, menurut Farmakope Indonesia Edisi III
(1979) granul ketiga formula memiliki sifat alir yang sangat baik. Uji kecepatan alir pada
formula I yaitu 10,86 ± 0,20 g/ detik. Kecepatan alir formula II 13,53 ± 1,13 g/ detik.
Sedangkan, kecepatan alir formula III 12,19 ± 0,32 g/ detik.
Organoleptis. Uji organoleptis merupakan uji yang dilakukan untuk menilai mutu suatu produk yang melibatkan panca indera, meliputi pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa.
FDT Aloe vera memiliki bentuk bulat pipih warna putih, tidak berbau, rasa manis, dingin
sedikit asam. Diameter FDT yaitu 1,2 cm dengan tebal tablet 0,5 cm.
Uji keseragaman bobot tablet. Digunakan untuk menjamin keseragaman dosis antar tablet. Tablet yang bobotnya terlalu bervariasi akan memiliki kadar zat aktif yang
bervariasi pula sehingga akan mempengaruhi keseragaman dosis obat dalam tablet.
Keseragaman bobot yang baik harus memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia edisi III (1979).
Tablet dibuat dengan bobot 800 mg per tablet. Uji keseragaman bobot tiap formula
dilakukan tiga kali replikasi, dengan tiap replikasi diuji 20 tablet. Hasil uji keseragaman
5 sedangkan pada formula III yaitu 811,40 ± 0,0034 mg. Hasil uji keseragaman bobot ketiga
formula.
Tabel 2. Hasil uji keseragaman bobot formula I, II dan III FDT Aloe vera
Formula I Formula II Formula III
Rerata 852,90 mg 830,80 mg 811,40 mg SD 0,029 0,064 0,034 CV 3,35 % 7,67 % 4,18 %
Hasil uji keseragaman bobot dari ketiga formula tidak sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi III, karena ada lebih dari 2 tablet yang
masing-masing beratnya menyimpang dari kisaran penyimpangan berat yang ditetapkan.
Keseragaman bobot yang tidak sesuai ketentuan ini disebabkan karena freeze dried Aloe
vera tidak berbentuk serbuk, sehingga sukar homogen dengan bahan lain yang berbentuk
serbuk, walaupun granulnya memiliki sifat alir yang sangat baik. Selain itu dapat juga
disebabkan karena granul sangat mudah rapuh, sehingga mudah menjadi serbuk yang
sangat halus dan sulit mengalir.
Uji ANOVA satu jalan digunakan untuk mengetahui keseragaman bobot 60 tablet
dari tiga kali replikasi tiap formula. Berdasarkan hasil uji keseragaman bobot tablet
menggunakan analisis uji statistik ANOVA satu jalan menunjukan bahwa keseragaman
bobot tablet ketiga replikasi pada formula I, II dan III tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan nilai P-value 0,46; 0,53 dan 0,29 ( P-value > 0,05), artinya formula I, II
dan III memiliki bobot yang seragam.
Uji kekerasan tablet. Penelitian tentang FDT harus difokuskan pada percepatan waktu hancur tablet di mulut namun tetap mempertahankan kekerasan tablet yang cukup tinggi
untuk menahan penanganan selama manufaktur, pengemasan dan transportasi. Kekerasan
tablet yang pada penelitian Madan et al (2009) diterima, yang berada kisaran 2,56 - 3,55
kg/ cm2.
Gambar 2. Grafik hasil uji kekerasan tablet.
Keterangan:
Formula I: mengandung MCC sejumlah 25 mg per tablet Formula II: mengandung MM sejumlah 75 mg per tablet Formula III: mengandung MCC sejumlah 150 mg per tablet
0
formula I formula II formula III
6 Hasil uji kekerasan tablet ketiga formula dilakukan 3 kali replikasi. Pada formula I
yaitu 2,89 ± 0,55 kg/ cm2. Pada formula II yaitu 2,78 ± 1,54 kg/ cm2, sedangkan pada
formula III yaitu 1,84 ± 0,53 kg/ cm2. Dari hasil pengujian kekerasan tablet ketiga formula
dengan masing-masing tiga kali replikasi uji didapat hasil formula I dan II yang memenuhi
syarat kekerasan tablet untuk fast dissolving tablet , sedangkan untuk formula III tidak
memenuhi syarat. Hal ini dapat disebabkan karena tablet mengandung lebih banyak
disintegran, sehingga kekerasannya lebih kecil.
Untuk mengetahui pengaruh mikrokristalin selulosa terhadap kekerasan tablet
digunakan uji t. Hasil uji t yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
formula I dan III, serta formula II dan III karena diperoleh nilai Sign. p sama dengan 0.000,
hal ini menunjukkan bahwa perbedaan kandungan mikrokristalin selulosa mempengaruhi
kekerasan tablet. Pada formula I dan II diperoleh nilai Sign. p lebih dari 0.000, yang
artinya perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa pada formula I dan II tidak
mempengaruhi kekerasan tablet.
Uji Kerapuhan tablet. Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik terutama guncangan dan pengikisan. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
kadar zat aktif yang ada pada tablet. Kerapuhan tablet dianggap baik bila hasilnya kurang
dari 0,8 % (Fudholi dan Hadisoewignyo,
2013).
Gambar 3. Grafik hasil uji kerapuhan tablet
Keterangan:
Formula I: mengandung MCC sejumlah 25 mg per tablet Formula II: mengandung MM sejumlah 75 mg per tablet Formula III: mengandung MCC sejumlah 150 mg per tablet
Pada uji kerapuhan ketiga formula dari 3 kali replikasi, formula I didapat hasil 6,63
± 0,79 %; formula II 6,52 ± 4,44 %; dan formula III 19,51 ± 0,76 %. Dari ketiga formula
dengan 3 kali replikasi, kerapuhan tablet lebih dari 0,8 %. Kerapuhan tablet juga
dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Tablet yang kekerasannya kecil semakin mudah rapuh.
Kerapuhan tablet ysng besar ini juga dapat disebabkan karena kurangnya bahan pengikat
dan jumlah disintegran yang banyak.
0
formula I formula II formula III
7 Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan signifikan ketiga formula karena
pengaruh mikrokristalin selulosa. Hasil uji t yang dilakukan menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara formula I dan III karena diperoleh nilai Sign. p sama
dengan 0.000, yang artinya perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa pada formula I dan
III mempengaruhi kerapuhan tablet. Pada formula II dan III serta formula I dan II
diperoleh nilai Sign. p lebih dari 0.000, yang artinya perbedaaan jumlah mikrokristalin
selulosa antara formula II dan III serta formula I da II tidak mempengaruhi kerapuhan
tablet.
Uji waktu hancur. Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur menjadi partikel penyusunnya. Penelitian tentang FDT harus difokuskan pada percepatan
waktu hancur tablet di mulut. Oleh karena itu, FDT terbuat dari bahan yang sangat
hidrofilik dan memiliki struktur yang sangat berpori untuk penyerapan air cepat ke dalam
matriks tablet.
Gambar 4. Hasil uji waktu hancur tablet.
Keterangan:
Formula I: mengandung MCC sejumlah 25 mg per tablet Formula II: mengandung MM sejumlah 75 mg per tablet Formula III: mengandung MCC sejumlah 150 mg per tablet
Disintegrasi yang cepat ini berperan dalam penyerapan obat dalam rongga bukal,
sehingga mendukung bioavailabilitas. Waktu hancur FDT pada formula I 275 ± 86,53
detik; formula II 64,9 ± 18,51detik dan waktu hancur formula III 55,73 ±19,05 detik .
Hasil uji t ketiga formula menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
formula I dan II, serta formula I dan III karena diperoleh nilai Sign. p dengan sama 0,000.
Perbedaan signifikan ini artinya perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa pada formula I
dan II serta formula I dan III mempengaruhi kecepatan hancur tablet. Pada formula II dan
III tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang artinya perbedaan jumlah
mikrokristalin selulosa formula II dan III tidak mempengaruhi kecepatan hancur tablet.
Mikrokristalin selulosa memiliki kapasitas penyerapan yang baik. Tablet dengan
mikrokristalin selulosa lebih cepat hancur karena bagian air cepat terserap ke dalam
tablet mengakibatkan pecahnya ikatan hidrogen. 0
100 200 300 400
formula I formula II formula III
8 KESIMPULAN
1. Perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa yang digunakan selain mempengaruhi waktu
hancur FDT, juga mempengaruhi kekerasan dan kerapuhan FDT.
2. Semakin banyak jumlah mikrokristalin selulosa dalam suatu formula, maka FDT
semakin cepat hancur/ terdisintegrasi, tetapi tidak ada perbedaan signifikan.
3. Metode granulasi basah yang digunakan juga mempengaruhi hasil uji waktu hancur,
kekerasan dan kerapuhan tablet.
4. Formula yang memenuhi syarat waktu hancur FDT yaitu formula III.
SARAN
Disarankan metode freeze drying / lyophilization, tablet moulding, spray drying,
direct compression, dan dry granulation untuk pembuatan FDT karena pada
penelitian-penelitian sebelumnya diperoleh hasil yang memenuhi syarat uji evaluasi fisik FDT secara
teoritis.
UCAPAN TERIMAKASIH
Seluruh pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penelitian dan
penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 7 dan 354
Fudholi, A dan Hadisoewignyo, L., 2013, Sediaan Solida, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal. 60-66
Gr, Nireesha., L, Divya., C, Sowmya, N, Venkateshan., M, Niranjan Babu and V, Lavakumar, 2013, Lyophilization/ Freeze Drying - An Review ,International Journal Of Novel Trends In Pharmaceutical Sciences, India
Hamman, J.H., 2008, Composition and Applications of Aloe vera Leaf Gel. Molecules, Department of Pharmaceutical Sciences, Tshwane University of Technology, South Africa
Hirani, Jaysukh J., Rathod Dhaval A., and Vadalia, Kantilal R., 2009, Orally Disintegrating Tablets: A Review, Tropical Journal of Pharmaceutical, Faculty of Pharmacy, University of Benin, Benin City, 300001 Nigeria.
9 Kumar, M.V., Sethi, P., Kheri, R., Saraogi, G.K. and Singhai, A.K., 2011, Orally
Disintegrating Tablet: A Review, International Journal of Drug Research and Technology Dissolving Tablets. , 1(1), pp.8–16.
Kundu, S. and P.K, Sahoo., 2008, Recent Trend in The Developments of Orally Disintegrating Tablet Technology, Pharma Times
Koseki, T., Onishi, H., Takashi, Y., Uchida, M and Y, Machida, 2008, Developments of Novel Fast Disintegrating Tablets by Direct Compression Using Sucrose Stearic Acid Esters as A Disintegration-Accelerating Agent, Chem. Pharm. Bull
Madan, Jyotsana., AK, Sharma and Ramnik, Singh., 2009, Fast Dissolving Tablets of Aloe Vera Gel, Faculty of Pharmacy, University of Benin, Benin City, Nigeria.
Mishra, S., Varma, R and Parihar, Singh., 2011, Formulation And Evaluation Of Mouth Dissolving Tablets OfCarvedilol, NRI Institute of Pharmaceutical Sciences, India
Nisa, K., Widjaja, B., dan M, Rijal A.S., 2009, Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Teh Hijau berbasis Sorbitol Dengan Metode Granulasi Basah ( Pengaruh Kadar Pengikat Methocel E-50 Terhadap Mutu Fisik Tablet ), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya
Saikh, Mahammed A., 2012, A Technical Note On Granulation Technology: A Way To Optimise Granules, Department Of Pharmaceutical Sciences, Faculty Of Health And Medical Sciences, Uttar Pradesh, India.
Setyawan, Dwi., Widjaja, Bambang., dan Ningtyas, Zimy Fianti., 2010, Pengaruh Avicel Ph 102 Terhadap Karakteristik Fisik dan Laju Disolusi Orally Disintegrating Tablet Piroksikam Dengan Metode Cetak Langsung, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VII, No. 1, April 2010, 9-16 Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Solanki, H.K. B. Tarashankar., T, Jalaram H., and Chirag, A. Patel, 2010, Recent Advances In Granulation Technology, Department Of Pharmacy, Ssr College Of Pharmacy, India.
Sudarsono, 1996, Tumbuhan Obat, Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada.
S,Velmurugan and Vinushitha, Sundar., 2010, Oral Disintegrating Tablets: An Overview,
International Journal of Chemical and Pharmaceutical Sciences, KLR Pharmacy College, Palvoncha, Khammam, Andhra Pradesh, India.
Wardhana, Yogawindhu., 2007, Formulasi Tablet Kunyah Serbuk Jahe Kuning (Zingiber Gramineum Bi), Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang