• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK MENYUSUI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI DESA JABONTEGAL DAN DESA BALONG MASIN KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO SOIDAH AHMAR SETYOWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK MENYUSUI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI DESA JABONTEGAL DAN DESA BALONG MASIN KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO SOIDAH AHMAR SETYOWATI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK MENYUSUI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI

DESA JABONTEGAL DAN DESA BALONG MASIN

KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO

SOIDAH AHMAR SETYOWATI

1211010132

Subject : Teknik, Menyusui, Primipara, Ibu, Nifas

DESCRIPTION

Masalah menyusui umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI sehingga bayi enggan menyusu. tujuan teknik menyusui pada ibu nifas primipara di Desa Jabontegal dan Desa Balong masin

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Rancang bangun penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus. Populasinya yaitu teknik menyusui pada ibu nifas primipara di Desa Jabontegal dan Desa Balong Masin Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto sebanyak 14 orang, diambil 14 responden sampel dengan teknik total sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, yaitu merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan kemudian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil penelitian tentang teknik menyusui di Desa Jabontegal di kategorikan baik sebanyak 3 responden (50.0%), cukup sebanyak 2 responden (33.3% ) dan kurang sebanyak 1 responden (16.7%) dari jumlah 6 responden. Hasil penelitian tentang teknik menyusui di Desa Balong Masin di kategorikan baik sebanyak 2 responden (25.0 %), cukup sebanyak 5 responden (62.5 % ) dan kurang sebanyak1 responden (12.5 %). Ibu nifas primipara merasa nyaman dan rileks saat menyusui bayinya. Jika tidak nyaman maka puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Di harapkan ibu nifas khususnya primipara dapat mengetahui dan memahami betul tentang teknik menyusui dengan benar. Bagi tenaga kesehatan di harapkan dapat meningkatkan pelayanan dan informasi kepada ibu nifas atau ibu yang akan melahirkan.

(2)

ABSTRACT

Breastfeeding problems generally occur within the first two weeks of post partum. Breastfeeding with improper technique can lead to the nipple becomes sore and the milk does not come out optimally thus affecting the production of breast milk so that babies are reluctant to suckle. The purpose of this research was to know the techniques of breastfeeding in primiparous postpartum mothers in Jabontegal and Balong Masin.

The research design in this study was a case study. The population was primiparous mother in Jabontegal and Balong Masin Pungging Mojokerto as many as 14 respondents that selected used total sampling technique. This research using observation techniques, which measured used poll or a questionnaire with several questions and then analyzed using frequency distribution.

The research of breastfeeding techniques in Jabontegal categorized good as many as three respondents (50.0%), moderate as many as 2 respondents (33.3%) and bad as many as one respondent (16.7%) out of 6 respondents. Breastfeeding in Balong Masin categorized good as many as 2 respondents (25.0%), moderate as many as five respondents (62.5%) and bad as many as one respondent (12.5%). Primiparous post partum mothers feel comfortable and relaxed while breastfeeding her baby. If it is not comfortable then the nipples become sore and the milk does not come out optimally. It is expected that post partum mothers especially primaparous able to know and understand about breastfeeding techniques properly. Health workers is expected to improve services and information to postpartum mothers or mothers who are going to give birth.

Keywords: Technique, breastfeed, primiparous, post partum

Contributor : Eka Diah Kartiningrum, SKM., M.Kes Elyana Mafticha, SST., SKM., MPH Date : 06 Juli 2015

Type material : laporan Penelitian Identifier :

Right :

Summary :

LATAR BELAKANG

Masalah menyusui umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Pengawasan dan perhatian petugas kesehatan ataupun bidan sangat di perlukan agar masalah menyusui dapat segera ditanggulangi sehingga tidak terjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan menyusui. Menyusui dengan teknik yang tidak

(3)

benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI sehingga bayi enggan menyusu (Sitti, 2009). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya masalah, baik dari ibu maupun bayi. Dampak yang terjadi pada ibu jika teknik menyusui salah adalah: payudara menjadi bengkak, putting susu lecet, putting tenggelam, mastitis dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bayi jika teknik menyusui salah maka bayi enggan menyusu, rewel, tampak tidak tenang dan lain sebagainya (Vivian, 2011).

Menurut SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) 2011 yang terbaru, jumlah ibu menyusui sudah 42%. Naik sekitar 10% dari angka sebelumnya. Berdasarkan survey UNICEF, ibu yang menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif 38%, di Amerika Serikat sekitar 75%, jumlah di Indonesia yaitu sekitar 75%. Jawa Timur 33,3% (Yulitama, 2013). Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto (2013) menjelaskan pengalaman Ibu tentang teknik menyusui meningkat menjadi 66,58%. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Jabontegal Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto pada tanggal 25 februari sampai 4 Maret 2015 diperoleh data primer dari 5 responden yaitu di dapatkan bahwa teknik menyusui pada ibu nifas primipara yang dikategorikan baik sebanyak 2 responden (40%) dan yang cukup baik sebanyak 3 responden (60%).

Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui yaitu dengan berbaring miring, posisi ini yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri. Badan bayi harus di hadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya di hadapkan pada putting susu. Posisi duduk juga posisi yang benar saat menyusui, penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya, ini mungkin dapat di lakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau di lantai, atau duduk di kursi. Pada bayi kepala dapat di topang dengan jari-jari tangan yang telentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu bila bayi di bungkus, sehingga tangannya berada di samping badan (Bahiyatun, 2009).

Bidan di masyarakat harus bertindak sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai educator khususnya pada ibu nifas primipara yang baru pertama kali menyusui. Sebagai bidan kunjungan rumah setelah nifas wajib di laksanakan agar dapat memantau kondisi ibu dan juga teknik menyusui yang benar untuk menghindari terjadinya puting susu lecet yag dapat menggagalkan pemberian ASI Eksklusif.

Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik dengan penelitian tentang teknik menyusui pada ibu nifas primipara.

(4)

METODOLOGI

Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian Deskriptif dengan desain study kasus, mempunyai satu variable yaitu teknik menyusui pada ibu nifas primipara. Subjek pada penelitian ini adalah 14 ibu nifas primipara dengan menggunakan teknik total sampling, data yang digunakan yaitu data sekunder. Tempat dan waktu penelitiannya di Desa Jabontegal dan Desa Balong Masin Kecamatan pungging Kabupaten Mojokerto dilakukan pada bulan Maret.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian di Desa Jabontegal Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto pada tabel penelitian menunjukkan bahwa setengahnya responden dengan kriteria teknik menyusui yang benar berada pada kriteria baik, yaitu dengan jumlah 3 responden dari 6 responden.

Hasil penelitian di Desa Balong masin Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto pada tabel penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan kriteria teknik menyusui yang benar berada pada kriteria cukup, yaitu dengan jumlah 5 responden dari 8 responden.

Hasil penelitian di desa jabon tegal tanda-tanda bila menyusui yang benar di dapatkan pada saat menyusui badan bayi menempel pada perut ibu, dagu bayi menempel pada payudara ibu, hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu, pada saat menyusui bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan. Menurut Saleha (2009) apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut: bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi areola bawah lebih banyak yang masuk, bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan, puting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah.dari 6 responden di dapatkan hanya 2 responden yang mengerti tentang tanda-tanda menyusui dengan benar. Berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Rina Sulistianingsih (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan 32 ibu menyusui didapatkan 15 responden berpengetahuan baik dan 14 responden cukup mengerti tentang tanda-tanda menyusui yang benar.

Sementara hasil penelitian pada desa Balong Masin menunjukkan bahwa tanda-tanda menyusui yang benar didapatkan pada saat bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang di sertai dengan berhenti sejenak. Dari 8 responden didapatkan hanya 2 responden yang mengerti, di karenakan tidak faham dan kurang nya pengetahuan tentang tanda-tanda bagaimana bila menyusui dengan benar.

Sebagian besar posisi yang paling nyaman dilakukan responden Desa Jabontegal saat menyusui yaitu dengan posisi duduk dan berbaring miring.

(5)

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa di lakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring miring (Saleha, 2009). Posisi pada saat menyusui hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kenyamanan ibu, bila ibu masih merasa badan pegal-pegal setelah melahirkan dan belum terlalu nyaman untuk duduk, maka menyusui dapat dilakukan dalam posisi berbaring. Bila ibu telah mampu duduk dengan baik dan merasa nyaman melakukannya, maka menyusui dapat dilakukan dengan duduk di kursi atau ditempat tidur. Hasil penelitian tentang posisi-posisi menyusui responden menyukai posisi duduk dan berbaring miring, dengan kaki dan punggung bayi di topang meningkatkan bentuk payudara ibu serta membentuk ruang untuk menggerakkan bayinya ke keadaan yang nyaman, karena tubuh bayi akan menempel pada tubuh ibu.

Sementara dari Desa Balong Masin responden lebih menyukai posisi menyusui dengan duduk. Posisi menyusui dengan duduk merupakan posisi paling nyaman dan rileks saat menyusui dimanapun tempatnya dan juga pada posisi duduk tersebut bisa memberikan topangan dan sandaran pada punggung ibu.

Hasil penelitian 6 responden di Desa Jabontegal merasa nyaman dan rileks ketika menyusui bayinya. memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Memberikan ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi, memberikan posisi dekapan, membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu (widyatun, 2012). Responden saat peneliti melakukan observasi sebagian besar tidak di dapatkan puting susu lecet dikarenakan perlekatan dan posisi ibu saat menyusui sudah benar.

Hasil dari 8 responden di Balong Masin juga merasa nyaman dan rileks saat menyusui bayinya. Dampak positif bagi ibu dan bayi jika ibu merasa nyaman maka puting susu tidak lecet, bayi menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh. Sedangkan dampak negative bagi ibu dan bayi jika ibu merasa tidak nyaman dan tidak rileks saat menyusui maka puting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal, bayi enggan menyusu, dan perut bayi menjadi kembung.

Sebagian besar responden melakukan perlekatan yang benar. Lecet pada puting susu dapat di sebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut: teknik menyusui yang tidak benar, bayi dengan tali lidah pendek, cara mengentikan menyusui yang kurang tepat dan lain sebagainya (Vivian, 2011). Tanda-tanda pelekatan yang benar, antara lain tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih banyak terlihat, mulut terbuka lebar, bibir atas dan bawah terputar keluar, dagu bayi menempel pada payudara (Muliawati, 2011). Dari hasil penelitian Siti Muliawati (2011) dikategorikan baik hanya 2 responden (5 %) dan cukup hanya 15 responden (14 %) karena sebagian ibu sebelumnya sudah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui pada saat

(6)

sebelum melahirkan. Dari 6 reponden di Desa jabontegal sebagian besar dapat melakukan perlekatan yang benar.

Sama hal nya dengan penelitian di Desa Balong Masin sebagian besar responden pada saat menyusui puting tidak lecet dan saat menyusui melakukan perlekatan yang benar. Posisi pada saat menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui. Tetapi, penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar pada payudara (Nugroho, 2014). Sering kali gagal menyusui disebabkan karena kesalahan memposisikan dan melekatkan bayi karena kurang pengetahuannya ibu terhadap teknik menyusui.

Hasil penelitian, responden melakukan cara pada waktu menyusui lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan. Menurut Nugroho (2014), setalah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi sehingga putingsusu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu di pegang atau disangga lagi. Responden mengerti bagaimana cara meletakkan puting susu dan daerah areola ibu ke mulut bayi, terutama

areola dibagian bawah karena jika teknik tersebut salah bisa mengakibatkan

puting susu menjadi lecet.

Sementara penelitian yang di lakukan didesa Balong Masin pada saat ibu menyusui areola masuk ke dalam mulut bayi. Dari 7 responden mengerti bagaimana cara memasukkan puting susu dan areola ke dalam mulut bayi dengan benar.

Hasil penelitian didesa Jabontegal dari 6 responden yang melakukan cara ketika ASI berlimpah dan memancar posisi ibu berbaring lurus dan bayi di tengkurapkan di atas dada ibu di dapatkan 3 responden. Menurut Maryunani (2009), Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak, dengan cara: Ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi diletakkan di atas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi di tengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Sebagian besar responden tidak mengetahui cara ketika ASI berlimpah dan memancar. ASI yang memancar jika terlalu banyak bisa membuat bayi kaget bahkan tersedak jika tidak dilakukan teknik menyusui seperti teori diatas. Responden yang membiarkan dan tidak memberikan ASInya ketika berlimpah dan memancar kepada bayinya dengan alasan bayinya sudah sering kali menyusu, seharusnya di pompa kedalam wadah botol bayi dan di simpan ke dalam kulkas.

Sementara hasil penelitian di Desa Balong Masin di dapatkan hanya 2 responden dari 8 responden yang melakukan cara ketika ASI berlimpah dan memancar posisi ibu berbaring lurus dan bayi di tengkurapkan di atas dada ibu. Banyak ibu yang tidak melakukan cara-cara seperti teori diatas karena kurang

(7)

pengetahuan ibu dan ASI tersebut dibiarkan meskipun tidak di susu kan ke bayi nya atau tidak disimpan di dalam botol bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 responden sebagian besar responden yang sebelum dan sesudah menyusui mencuci tangannya. langkah-langkah menyusui yang benar diantaranya adalah dengan kebersihan diri yaitu sebelum menyusui bayinya ibu harus mencuci tangan dengan sabun hingga bersih begitu juga setelah menyusui bayinya, karena dengan menjaga kebersihan diri berguna untuk ibu dan juga bayi, bayi akan terhindar dari penyakit-penyakit kuman dan mencegah terjadinya diare. Dari 6 responden didapatkan sebagian besar responden yang mencuci tangan sebelum dan setelah menyusui.

Sementara dengan penelitian yang di lakukan di Desa Balong Masin. Sebagian besar dari 8 responden sebelum menyusui dan setelah menyusui mencuci tanganya dengan sabun sampai bersih. Melakukan tindakan kebersihan diri sangat di anjurkan, terutama pada ibu yang mempunyai bayi. Tidak hanya untung terhadap bayi saja melainkan ibu juga bersih ketika akan menyentuh payudara nya dan agar terhindar dari kuman dan bakteri.

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 responden yang menyendawakan bayinya ada 3 responden. Pada akhir menyusui bayi hendaknya di peluk tegak pada bahu atau di pangkuan ibu, sambil ditepuk perlahan punggungnya, untuk mengeluarkan udara yang di telan oleh bayi (sendawa) salama menyusui. Kadang tindakan ini perlu di lakukan beberapa kali selama bayi menyusu, bahkan juga 5-10 menit setelah bayi selesai menyusu, tindakan ini perlu di lakukan dalam bulan-bulan pertama, namun janganlah dilakukan secara berlebihan. Setelah di buat sendawa, bayi hendaklah di letakkan lagi di tempat tidur dalam posiis miring pada sisi kanan, untuk mengurangi kemungkinan gumoh. Posisi ini juga dapat membantu kelancaran perjalanan air susu dari lambung ke dalam usus. Pada umumnya membuat bayi sendawa ini tidak perlukan lagi secara rutin setelah bayi berumur 6 bulan (Nugroho, 2014). Informasi yang didapatkan responden sangat penting karena informasi merupakan salah satu agar responden mengerti tentang cara menyendawakan bayi.

Hasil penelitian di Desa Balong Masin 4 responden melakukan cara setelah menyusui bayi di sendawakan agar tidak muntah / gumoh dengan cara yang dilakukan responden bayi di gendok tegak dan bayi bersandar pada bahu ibu. Umumnya udara yang turun tertelan masuk bersamaan dengan ASI saat bayi menyusu bisa menjadikan bayi muntah disebabkan banyaknya udara yang masuk ke dalam lambung bayi oleh karena itu setelah menyusui ibu di anjurkan menyendawakan bayinya dengan cara di tepuk pada punggung bayi.

Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara 15 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam waktu 2 jam. Tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannnya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin di dekap) atau ibu

(8)

sudah merasa perlu menyusui bayinya. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Dengan menyusui tanpa di jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja di anjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI ( Vivian, 2011). Hasil penelitian dari 6 responden di Jabontegal menyusui bayinya tidak di jadwalkan karena bayi yang sehat akan menyusu pada ibunya kurang dari 2 jam dan menyusui yang di jadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.

Sama hal nya dengan hasil penelitian di desa Balong Masin dari 8 responden menyusui bayinya kurang dari 2 jam. Ibu yang mempunyai bayi tersebut sudah banyak yang mengetahui jika tidak menyusui bayinya maka akan kurang nutrisi.

Pada hasil penelitian dari 9 parameter yang sudah di uraikan di atas pada Desa Jabontegal Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto dari 6 responden merasa nyaman dan rileks ketika menyusui bayinya. Tanda ibu merasa nyaman dan rileks saat menyusui yaitu: memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu yang benar, suasana santai bagi ibu dan bayi , membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusui dan juga memberikan posisi dekapan dengan rasa sayang kepada bayinya (widyatun, 2012). Responden dengan posisi yang nyaman dan rileks akan mendapatkan asupan ASI yang di butuhkan sesuai harapan bayi. Ibu terhindar dari rasa tidak nyaman seperti perih, lecet, bengkang. Ibu juga merasa ceria ketika bayinya menyusu dengan tenang dan juga ibunya merasa nyaman dan rileks.

Sama dengan di Desa Jabontegal, pada hasil penelitian dari 9 parameter di Desa Balong Masin Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto didapatkan 8 responden merasa nyaman dan rileks saat menyusui bayinya. Dampak positif bagi ibu dan bayi jika ibu merasa nyaman maka puting susu tidak lecet, bayi menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh. Sedangkan dampak negative bagi ibu dan bayi jika ibu merasa tidak nyaman dan tidak rileks saat menyusui maka puting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal, bayi enggan menyusu, dan perut bayi menjadi kembung.

SIMPULAN

Hasil penelitian di atas maka dapat diperoleh kesimpulan dari penelitian yaitu sebagai berikut :

Responden yang memiliki teknik menyusui dengan kategori di desa Jabontegal setengahnya responden berada pada kriteria baik. Sedangkan di Desa Balong Masin sebagian besar responden memiliki teknik menyusui pada kriteria cukup.

(9)

REKOMENDASI

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan responden dapat mengerti dan memahami betul tentang adanya penelitian ini, responden dapat melaksanakan teknik menyusui yang benar dan responden merasa nyaman saat menyusui bayinya.

2. Bagi tenaga kesehatan

Pelayanan kebidanan di harapkan dapat meningkatkan pelayanan pada pemberian informasi, konseling dan penyuluhan tentang teknik menyusui dan pemberian ASI secara langsung atau Eksklusif pada ibu menyusui dan ibu pasca bersalin (nifas).

Email : Ahmarsoidah@gmail.com No Hp : 085853951079

Referensi

Dokumen terkait

DPMPTSP DKI Jakarta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 5 Januari 2015 dengan payung hukum Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan

Sedikitnya jumlah mahasiswa yang mengikuti organisasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, pertama adalah kuota yang terbatas, misalnya pengurus SEMA yang hanya

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positifyang signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio

Sehubungan dengan telah selesainya proses seleksi dan penempatan untuk program double degree Jepang, dengan ini kami sampaikan bahwa salah seorang staf Bapak/Ibu/Saudara

DIVISI ENGINEERING 12 Selasa, 28 Jan 2014 Mengecek surat armada bus Mengetahui jenis-jenis surat yang harus dibawa oleh supir bus rosalia indah 13 Rabu, 29 Jan

Penelitin ini dilakuna dengan cara mengekstraksi kandungan rumput laut dengan berbagai metode ekstraksi yaitu maserasi, ultrasonic dan microwave dengan konsentrasi

Bentuk “teknik generasi keempat” (4GT) mencakup serangkaian bantu perangkat lunak yang luas yang secara umum memiliki satu hal : masing-masing memungkinkan perekayasa perangkat

Penelitian pada dua stasiun kerja utama yang bermasalah yaitu mesin chinfong dan ada yang menggunakan tiga tools yaitu Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Body Map