• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Info

Unduh

Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
38
2
0
Menampilkan lebih banyak ( Halaman)

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori umum 2.1.1 Sistem Informasi

2.1.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Mcleod (2001,p9), sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut O’Brien (1997, p18), sistem merupakan kumpulan komponen yang saling berelasi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan, dengan menerima masukkan dan menghasilkan keluaran melalui suatu proses transformasi yang terorganisasi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok elemen atau unsur yang saling berinteraksi satu sama lain dalam menerima masukkan, kemudian memprosesnya serta menghasilkan keluaran untuk mencapai suatu tujuan.

2.1.1.2 Pengertian Informasi

Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi pengguna akhir tertentu.

Menurut Mcleod (2001, p12), informasi adalah data yang telah diproses atau data yang telah memiliki arti.

(2)

Menurut Turban(2001, p12), informasi adalah sekumpulan data yang diorganisasikan ke dalam bentuk yang berguna.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah kumpulan data yang telah diorganisasikan sehingga berguna bagi pemakai.

2.1.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Laudon (2002, p7), sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan (atau menampilkan), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan kontrol di dalam organisasi.

Menurut O’Brien (2004, p7), sistem informasi adalah kombinasi yang terdiri dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer, dan sumber data yang dapat mengumpulkan, mendapatkan, dan mendistribusikan informasi.

Menurut Turban (2001, p17), sistem informasi mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menganalisa informasi untuk tujuan tertentu yang mengolah masukkan (data dan instruksi) dan menghasilkan keluaran (laporan, hasil perhitungan).

Sistem informasi yang baik harus dapat menyediakan pemrosesan transaksi yang cepat dan tepat, kapasitas besar, dan akses penyimpanan yang cepat, komunikasi cepat, mengurangi informasi yang berlebihan, dapat melampaui hambatan, menyediakan dukungan dalam pengambilan keputusan dan kompetitif.

(3)

2.1.2 Sistem Informasi Geografi 2.1.2.1 Pengertian Geografi

Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geos dan graphein. Geos berarti bumi atau permukaan bumi, sedangkan graphein berarti mencitrakan sesuatu atau melukiskan. Berdasarkan asal katanya geografi dapat diartikan pencitraan bumi atau pelukisan bumi.

2.1.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografi

Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Sistem Informasi Geografi adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.

Menurut Paryono (1994,p1), Sistem Informasi Geografi adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisa informasi geografi.

Menurut Burrough (1998,p10), Sistem Informasi Geografi merupakan sekumpulan peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mentransformasi dan menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk tujuan tertentu.

Menurut Bernhadsen (1992), Sistem Informasi Geografi adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras, perangkat lunak komputer yang

(4)

berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan update data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data, dan analisis data.

2.1.2.3 Subsistem Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem, yaitu:

1. Data Input : subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

2. Data Output : subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik, peta, dan lain-lain.

3. Data Management : subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit.

4. Data Manipulation & Analysis : subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

(5)

Gambar 2.1 Subsistem-subsistem SIG

Jika subsistem SIG diatas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, maka subsistem SIG juga dapat digambarkan sebagai berikut:

Data Input Output

Data Management

& Manipulation

Gambar 2.2 Uraian Subsistem-subsistem SIG

SIG

Data Manipulation & Analysis Data Output Data Input Data Management Tabel Laporan Pengukuran Lapangan Data Digital Lain Peta (tematik, Topografi, dll) Citra Satelit Foto Udara Data Lainnya Input Storage (database) Retrieval Processing Output Peta Tabel Laporan Informasi digitasi (softcopy)

(6)

2.1.2.4 Komponen Sistem Informasi Geografi

SIG merupakan sistem yang kompleks, biasanya terintergrasi dengan lingkungan-lingkungan sistem komputer lainnya di tingkat fungsional dan jaringan. SIG terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :

1. Perangkat keras : pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser

host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam

jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (hard disk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM; Random Access Memory) yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer,

printer, plotter dan scanner.

2. Perangkat lunak : bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata memegang peranan kunci.

3. Data dan Informasi Geografi : SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-import-nya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain, maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel atau laporan dengan menggunakan keyboard. Data spasial adalah data yang memiliki beberapa bentuk dari data mengenai ruang atau data geografi yang dapat mereferensikan kepada ruang dua atau tiga dimensi. Data spasial ditandai oleh informasi tentang posisi, koneksi dengan bentuk lain, dan rincian dari

(7)

karakteristik data yang tidak spasial (Burrough, 1986; Departemen Lingkungan, 1987).

4. Manajemen : suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

2.1.2.5 Kemampuan Sistem Informasi Geografi

Kemampuan yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya membuatnya menjadi berguna bagi berbagai kalangan untuk menjelaskan tentang suatu kejadian, merencanakan suatu strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.

Kemampuan SIG antara lain:

a. Memetakan letak: Data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer, dimana setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai kesamaan, contohnya: layer jalan, layer bangunan, layer customer (seperti pada Gambar 2.3). Layer-layer ini kemudian disatukan dengan disesuaikan urutannya. Setiap data pada suatu

layer dapat dicari, seperti halnya melakukan query terhadap database,

(8)

Gambar 2.3 Representasi SIG terhadap dunia nyata

b. Memetakan kuantitas: Maksud dari memetakan kuantitas adalah memetakan sesuatu data yang berhubungan dengan jumlah, seperti dimana yang paling banyak atau dimana yang paling sedikit. Dengan melihat penyebaran kuantitas tersebut, dapat dicari tempat-tempat yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing tempat tersebut. Contoh SIG yang ada pada Gambar 2.4 di bawah adalah memetakan jumlah penderita kanker di teluk Cod direlasikan dengan penggunaan lahan. Pemetaan ini digunakan untuk menganalisa apakah penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya berpengaruh terhadap kasus-kasus kanker yang terjadi.

(9)

Gambar 2.4 Peta penyebaran penyakit kanker dan peta lahan pertanian

c. Memetakan kerapatan (Densities): Sewaktu orang melihat konsentrasi penyebaran lokasi dari feature-feature, di wilayah yang mengandung banyak feature mungkin akan mendapat kesulitan untuk melihat wilayah mana yang mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dari wilayah lainnya. Peta kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke dalam unit-unit yang lebih mudah untuk dipahami dan memiliki keseragaman, misal membagi dalam kotak-kotak selebar 10 km2, dengan menggunakan perbedaan warna untuk menandai tiap-tiap kelas kerapatan. Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data-data yang berjumlah besar seperti sensus atau data statistik daerah. Dalam data sensus seperti Gambar 2.5 misalnya, sebuah unit sensus yang mempunyai jumlah keluarga diatas 40 diberi warna hijau, 30-40 hijau muda dan seterusnya. Dengan cara ini, akan lebih mudah melihat daerah mana yang kepadatan penduduknya tinggi dan mana yang kepadatan penduduknya rendah.

(10)

Gambar 2.5 Contoh Peta kuantitas

d. Memetakan perubahan: Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat untuk peta historikal. Histori ini dapat digunakan untuk memprediksi keadaan yang akan datang dan dapat pula digunakan untuk evaluasi kebijaksanaan. Contoh nya adalah seorang manajer pemasaran dapat melihat perbandingan peta penjualan sebelum dan sesudah dilakukannya promosi untuk melihat efektivitas dari promosinya. Pemetaan jalur yang dilalui badai, dapat digunakan untuk memprediksi kemana nantinya arah badai tersebut (seperti pada Gambar 2.6 di bawah ini).

(11)

e. Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar suatu area: SIG digunakan juga untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan apa yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa yang ada di luar area. Sebagai contohnya, pada Gambar 2.7 adalah peta sekolah, jalan, sirene dan lainnya dalam jarak radius 10 mil dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Palo Verde. Peta ini digunakan untuk dasar rencana apabila terjadi keadaan darurat. Adakalanya perlu untuk menentukan daerah yang di luar kriteria, misalnya untuk menentukan lokasi pabrik dilakukan di daerah dalam radius lebih dari 1 km.

Gambar 2.7 Peta sekitar areal PLTN

Sistem Informasi Geografi sebagai suatu sistem yang berbasis komputer, selain harus didukung oleh perkembangan teknologi komputer yang pesat, juga harus mendapatkan dukungan dari beberapa bidang ilmu, misalnya pemetaan

(12)

topografi, kartografi, teknik sipil, geografi, ilmu tanah, teknik penginderaan jarak jauh, dan lain sebagainya.

SIG menggunakan data spasial dan data geografi, selain itu juga meliputi banyak tugas manajemen dan analisis dari data-data, termasuk inputan dan

outputnya. Departemen Lingkungan Amerika (1987) memberikan syarat bahwa

SIG yang dirancang agar dapat memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Akses yang cepat dan mudah untuk jumlah data yang besar. 2. Kemampuan untuk:

Memilih detail dengan menggunakan area atau tema tertentu.

Menghubungkan atau menggabungkan satu data dengan data yang lainnya.

Meneliti karakteristik data spasial (data mengenai ruang). Mencari karakteristik tertentu yang menonjol dari suatu area. Memperbaharui data dengan cepat dan murah

3. Kemampuan tampilan yang dihasilkan (peta, grafik, daftar alamat dan ringkasan statistik) dengan kenyataan yang ada.

2.1.2.6 Pengertian Kontur

Menurut Heywood (2002, p283), kontur adalah sebuah garis pada peta topografi yang menghubungkan titik-titik dari ketinggian yang sama dan biasanya digunakan untuk mewakili bentuk dari permukaan bumi.

Nama lain dari garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis lengkung horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini

(13)

menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu.

Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Dengan memahami bentuk-bentuk tampilan garis kontur pada peta, maka dapat diketahui bentuk ketinggian permukaan tanah, yang selanjutnya dengan bantuan pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula informasi tentang bumi lainnya.

Gambar 2.8 Pembentukan Garis Kontur dengan membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi

Adapun sifat-sifat dari garis kontur ini adalah sebagai berikut:

a. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling berpotongan.

(14)

b. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah yang landai lebih jarang.

c. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu garis.

d. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih rendah. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi.

e. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang lebih tinggi.

f. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur yang menutup-melingkar.

g. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.

h. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat dihubungkan dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.

Gambar 2.9 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai

(15)

Gambar 2.10 Kerapatan garis kontur pada daerah sangat curam

Gambar 2.11 Kerapatan garis kontur pada curah dan punggung bukit

Gambar 2.12 Kerapatan garis kontur pada bukit dan cekungan

(16)

2.1.2.7 Pengertian Spot Height

Menurut Heywood (2002, p290), spot height adalah sebuah nilai ketinggian tunggal pada peta topografi, biasanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk-bentuk yang menonjol diantara garis kontur.

Gambar 2.13 Contoh Spot Height 2.1.2.8 Pengertian Topologi

Menurut Heywood (2002, p283), topologi adalah hubungan geometris di antara objek yang berlokasi di suatu ruangan.

(17)

2.1.3 Sistem Basis Data

Menurut Connolly&Begg (2002, p14), basis data adalah sekumpulan koleksi data yang dapat digunakan secara bersamaan atau simultan oleh lebih dari satu user atau

department. Data-data yang terdapat di dalam database saling terkait secara logikal,

artinya objek-objek terpisah (person, place, thing, concept, event) di dalam suatu organisasi yang disebut sebagai entity dan memiliki attribute yang menggambarkan aspek-aspek tertentu dari objek, dihubungkan satu sama lain melalui suatu asosiasi yang disebut sebagai relationship. Database tidak hanya menyimpan data operasional, tetapi juga menyimpan data yang menggambarkan data di dalamnya atau yang disebut sebagai

data dictionary (data about data).

Menurut Date (2000, p2), sistem basis data sebenarnya tidak lain adalah sistem penyimpanan record secara komputer (elektronis). Basis data sendiri dapat digambarkan sebagai suatu lemari file yang berisi berbagai kumpulan file-file data yang terkomputerisasi.

2.1.4 Primary Key dan Foreign Key

Menurut Connolly&Begg (2002, p79), Primary key adalah suatu atribut atau seperangkat atribut yang secara unik mengidentifikasi atau menggambarkan suatu baris data (tuple) di dalam suatu relasi. Pengertian primary key berasal dari candidate key, yaitu suatu kunci yang menggambarkan atribut di dalam tuple yang mempunyai sifat

uniqueness dan irreducibility. Relasi dapat memiliki lebih dari satu candidate key. Jika

kunci terdiri dari satu atribut, maka kunci tersebut disebut sebagai composite key. Aturan integritas data mengharuskan tidak ada dua baris di dalam satu tabel memiliki nilai yang

(18)

sama dalam primary key dan tidak ada baris yang mengandung nilai kosong untuk kolom primary key.

Menurut Connolly&Begg (2002, p79), Foreign key adalah suatu atribut atau seperangkat atribut di dalam suatu relasi yang menunjuk ke candidate key dari beberapa relasi. Pada saat suatu atribut muncul dalam dua relasi atau lebih, maka atribut tersebut secara umum mewakili hubungan di antara dua relasi. Atribut itu disebut sebagai foreign

key. Foreign key harus memiliki tipe data yang sama dengan primary key yang

bersangkutan. Aturan integritas referensi (referential integrity rules) mengharuskan tidak ada foreign key yang tidak memiliki referensi ke candidate key.

2.1.5 Kamus Data (Data Dictionary)

Kamus data menurut Date (2000, p46), dapat dianggap sebagai sebuah database dalam melaksanakan fungsinya yang berisi deskripsi dari suatu data.

Menurut Connolly&Begg (2002, p40), kamus data dan direktori data digunakan untuk menggambarkan katalog sistem, meskipun kamus data biasanya lebih mengacu pada sistem software yang umum daripada sebuah katalog untuk Database Management

System (DBMS).

2.1.6 Normalisasi

Menurut Connolly&Begg (2002, p376), Normalisasi adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang dimiliki oleh data. Normalisasi merupakan pendekatan bottom-up pada perancangan database, yang dimulai dengan menganalisa hubungan-hubungan antara atribut. Pendekatan bottom-up dimulai dari level paling dasar dari atribut-atribut (entity dan relationship) yang melalui analisa dari

(19)

kumpulan antara atribut yang dikelompokkan ke dalam relasi yang mewakili tipe-tipe dari entity dan hubungan-hubungan antara entity.

Beberapa bentuk normalisasi menurut Connolly&Begg (2002, pp376-pp394) adalah:

1. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form)

Pada bentuk Unnormal, tabel mengandung satu atau lebih repeating group. 2. Bentuk Normalisasi Pertama (First Normal Form).

Pada normalisasi bentuk pertama menghilangkan repeating group/pengulangan dari tiap baris dan kolom dan hanya memiliki satu nilai (atomic).

3. Bentuk Normalisasi Kedua (Second Normal Form).

Pada normalisasi bentuk kedua akan dilakukan dekomposisi atau pemisahan sesuai dengan sifat ketergantungan fungsional. Setiap atribut fully dependent terhadap primary key.

4. Bentuk Normalisasi Ketiga (Third Normal Form).

Pada normalisasi ketiga dilakukan dekomposisi atau pemisahan sesuai dengan sifat ketergantungan transitif. Maksudnya relasi yang ada di dalam normal ke-3 (3NF) tidak ada atribut yang bukan primary key memiliki ketergantungan transitif pada primary key.

2.1.7 Entity Relationship Diagram (ERD)

Menurut Date (2000, p427), Entity Relationship Diagram (ERD) adalah dasar suatu teknik untuk mewakili struktur logis dalam menggambarkan database.

(20)

2.2 Teori-teori khusus 2.2.1 Pengertian Algoritma

Menurut Munir (1999,pp2-pp3), Algoritma berasal dari kata Algorism yang berarti proses menghitung dengan angka Arab. Kata Algorism berasal dari nama penulis buku arab yang terkenal yaitu Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khuwarizmi (Al-Khuwarizmi dibaca orang barat menjadi algorism). Al-(Al-Khuwarizmi menulis buku yang berjudul Kitab Al Jabar Wal-Muqabala yang artinya Buku pemugaran dan pengurangan (The book of restoration and reduction). Dalam bahasa Indonesia, kata algorithm diserap menjadi algoritma. Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis. Kata logis merupakan kata kunci dalam Algoritma. Langkah-langkah dalam Algoritma harus logis dan harus dapat ditentukan bernilai salah atau benar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), Algoritma adalah urutan logis pengambilan putusan untuk pemecahan masalah.

2.2.2 Pengertian Banjir

Menurut Dinas Pekerjaan Umum, banjir adalah suatu keadaan aliran sungai dimana permukaan airnya lebih tinggi dari pada lahan bagian atas dari tebing sungai (bantaran sungai), atau dalam pengertian umum dapat dikatakan bahwa debit yang terjadi lebih besar dari pada debit normal, walaupun tidak sampai meluap.

Dalam bahasa yang umum, banjir biasanya diartikan sebagai aliran/genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi. Dalam istilah teknis, banjir adalah aliran air sungai yang melampaui daya tampung sungai, dengan demikian, air sungai tersebut akan melewati tebing sungai dan menggenangi daerah sekitarnya.

(21)

2.2.2.1 Penyebab Banjir

Banjir adalah masalah yang menyangkut lingkungan hidup, dan terjadinya masalah umumnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor penyebab yang sangat luas dan komplek.

Secara umum faktor-faktor penyebab banjir termasuk yang terjadi di wilayah teluk Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Objektif Kota Jakarta.

a. 40 % dari luas DKI Jakarta (± 24.000 Ha) adalah dataran rendah. Beberapa lokasi terutama di Jakarta Utara, misalnya di Sungai Bambu, Papanggo, Warakas, dan lain-lain yang ketinggiannya berada ± 1 m di bawah permukaan air laut pada pasang maksimum. Dataran rendah tersebut yang sudah bisa ditanggulangi baru ± 9.000 Ha.

b. Adanya koridor 13 sungai utama yang mengalir ke dalam wilayah penanganan banjir di Propinsi DKI Jakarta.

13 Sungai tersebut adalah: 1. Kali Mookervart. 2. Kali Angke.

3. Kali Pesanggrahan. 4. Kali Grogol. 5. Kali Krukut.

(22)

Gambar 2.14 13 Aliran Sungai Di Jakarta CIPINANG KAMAL MUARA TEGAL A L U R PLUIT CENGKARENG TIMUR PENJARINGAN PEJAGALAN KAPUK M U A R A KAPUK KEDAUNG KALI ANGKE ANCOL SEMANAN RAWA DURI KOSAMBI KEMBANGAN SELATAN KEMBANGAN UTARA MERUYA ILIR TANJUNG PRIOK KOJA

UTAR KALI BARU MARUNDA

ROROTAN SUKAPURA LAGOA KB. BAWANG WARAKA PAPANGGO TUGU UTARA SEMPER BARAT SEMPER PEGANGSAAN DUA SUNTER AGUNG SUNTER SERDAN TUGU S E L A T A N KELAPA GADING BARAT KELAPA GADING TIMUR CIPINANG BESAR UTARA CIPINANG MUARA CIPINANG BESAR SELATAN BIDARA CINA KP. PENGADEGAN CAWAN RAWA JATI KALIBATA KUNINGAN BARAT PETOGOGAN PETA M A M P A N G PEJATEN TIMUR JATI PADANG JATI NEGARA PETAMBURAN KOTA BAMBU JATI TANJUNG DUREN

KEBON SIRIH CIKINI KWITAN KRAMAT KENARI BINTAR PONDOK PINANG ULU JAMI SRENGSENG KEB. KEDOYA SELATAN KEDOYA UTARA DURI KEMBANGAN SELATAN JELAMBAR BARU WIJAYA K U S U M A KARET T E N G SI N SETIA BUDI MOOKEVART ANGKE PESANGGRAHAN GROGOL KRUKUT

KALI BARU BARAT

CILIWUNG

KALI BARUTIMUR

SUNTER BUARAN JATI KRAMAT CAKUNG BANJIR KANAL CAKUNG DRAIN

(23)

6. Kali Baru Barat. 7. Kali Ciliwung. 8. Kali Baru Timur. 9. Kali Cipinang. 10. Kali Sunter. 11. Kali Buaran. 12. Kali Jati Kramat. 13. Kali Cakung.

Aliran sungai yang masuk ke Jakarta, ditampung dan dikendalikan debit dan arahnya supaya tidak masuk wilayah tengah kota. Di tengah diarahkan melalui saluran Banjir Kanal Barat, di Barat melalui saluran Cengkareng Drain dan di Timur melalui Cakung Drain.

c. Saluran-saluran drainase yang ada, kapasitas muatannya tidak cukup melayani sistem tata air yang ada, sedangkan rencana pekerjaan perbaikan pada saluran-saluran baik saluran makro, sub makro, penghubung dan saluran mikro belum seluruhnya terealisasikan.

d. Di beberapa tempat terjadi efek aliran yang terbendung dari suatu sungai terhadap saluran drainase yang terkait.

e. Terjadinya penyumbatan di saluran-saluran drainase akibat sedimen tanah, lumpur, dan limbah/sampah.

f. Terhambatnya aliran sungai akibat kondisi geometris alur sungai seperti terdapatnya meandering (tikungan sungai), pertemuan anak sungai dengan sungai induknya yang tidak searah.

(24)

2. Peristiwa / Kejadian Alam. a. Curah hujan yang tinggi.

b. Terjadinya hambatan aliran akibat terjadinya puncak banjir pada sungai induk yang bersamaan waktunya dengan puncak banjir pada anak sungai. c. Terjadinya hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang

bersamaan dengan puncak banjir di sungai.

d. Terjadinya kenaikan muka air laut akibat pemanasan global.

e. Terjadinya amblesan permukaan tanah di dataran alluvial (tanah liat atau batu kerikil yang terbawa oleh aliran sungai dan akan mengendap di hilir sungai).

3. Pengaruh Kegiatan Manusia.

a. Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat seperti halnya di Jabotabek yang memerlukan berbagai fasilitas serta kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir.

b. Pembangunan dan pemanfaatan daerah dataran rendah yang sebenarnya rawan terhadap banjir untuk berbagai keperluan seperti daerah pemukiman/perkotaan, industri, perkantoran, maupun pertanian yang tidak atau kurang menyesuaikan.

c. Perubahan kondisi lahan, antara lain dengan adanya penebangan hutan, pengembangan industri, dan sebagainya pada Daerah Aliran Sungai (DAS) baik di hulu, tengah maupun hilir.

d. Pembangunan yang legal maupun illegal di sepanjang bantaran, tebing, bahkan di atas palung sungai, terutama pada sungai-sungai yang melewati daerah pemukiman padat.

(25)

e. Adanya rumah atau pemukiman dan pepohonan di bantaran sungai yang menimbulkan penyempitan penampang basah sungai sehingga mengurangi kapasitas pengaliran sungai.

f. Pembangunan sarana drainase dari daerah pertanian dan pemukiman di lahan dataran rendah atau dataran banjir dengan tujuan mengeringkan lahan tersebut terhadap genangan lokal, menjadikan debit banjir di sungai meningkat sekaligus memperkecil potensi lahan yang dikeringkan tersebut sebagai daerah potensi banjir.

g. Pembuangan sampah ke saluran drainase dan sungai menimbulkan pendangkalan dan penyempitan alur sungai serta menghambat aliran air. h. Terbatasnya pengertian masyarakat terhadap masalah banjir dan upaya

penanganannya, sehingga berbagai kegiatannya kurang mendukung dalam memperkecil bencana.

i. Terbatasnya upaya penanganan masalah banjir dan kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pengendali banjir yang telah dikerjakan, sehingga resiko terjadinya banjir meningkat.

2.2.2.2. Penanganan Banjir

Tugas Pengendalian banjir yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Propinsi DKI Jakarta antara lain:

A. Sebelum Banjir

1. Meningkatkan perawatan dan pemeliharaan sarana pengendalian banjir. 2. Memanfaatkan daerah tangkapan air.

(26)

3. Pengadaan tambahan sarana pengendalian banjir kerjasama dengan Departemen Permukiman & Prasarana Wilayah.

4. Mengatur, menyiapkan personalia dan alat-alat operasional untuk pengendalian banjir.

5. Bagian Tata Usaha DPU Propinsi DKI Jakarta menyelesaikan prasarana telepon, PAM, dan PLN baik penyambungan maupun pembayaran setiap bulan.

B. Pada Waktu Banjir

1. Memberikan informasi dini kepada 5 (lima) Wilayah Kotamadya maupun Media Massa.

2. Melaporkan dan mengadakan hubungan komunikasi dengan Pos Balaikota/Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB).

3. Menyiapkan personil dan sarana untuk tugas-tugas pengendalian di posko maupun di lapangan.

4. Mensiagakan penuh petugas di pos-pos pengamat, pintu-pintu air, waduk-waduk dan tempat-tempat lain yang dipandang perlu dan rawan banjir. 5. Mengendalikan banjir melalui sarana pengendalian yang ada.

6. Mengambil langkah-langkah, usaha dan kegiatan untuk mengurangi terjadinya genangan di daerah pemukiman, proyek-proyek vital maupun sarana perkotaan lainnya.

7. Membersihkan saluran-saluran air yang tersumbat bekerjasama dengan Dinas Kebersihan atau Dinas Teknis lainnya.

(27)

8. Mengeluarkan instruksi-instruksi/perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk kepada Pelaksana pengendali banjir.

9. Mengirimkan karung-karung pasir ke tempat-tempat yang membutuhkan. C. Setelah Banjir.

1. Mengadakan inventarisasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh banjir terhadap sarana perkotaan, di daerah-daerah pemukiman, proyek-proyek vital, sarana-sarana pengendalian banjir dan membuat laporan kepada Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Segera memprogramkan dan mengadakan rehabilitasi akibat banjir.

2.2.2.3. Kategori Banjir

Berdasarkan sumber air yang menyebabkan banjir di wilayah Teluk Jakarta dan Tangerang, maka banjir dapat digolongkan kepada:

1. Banjir kiriman yang dikirim oleh sungai-sungai yang datang dari selatan. 2. Banjir genangan akibat hujan lokal yang tidak bisa dipatus secara gravitasi. 3. Banjir kombinasi kiriman dan hujan lokal yang besar bersamaan datang.

2.2.2.4. Tingkat Kegawatan Dan Penanggung Jawab Pengendalian Banjir Untuk tingkat kegawatan yang berbeda, maka penanggung jawab pengendalian banjir juga berbeda, yaitu:

1. Untuk Siaga I merupakan wewenang Gubernur Propinsi DKI Jakarta. 2. Untuk Siaga II merupakan wewenang Komandan Umum, yaitu Walikota

(28)

3. Untuk Siaga III merupakan wewenang Komandan Operasional, yaitu setingkat Kepala Suku Dinas Kota Madya.

4. Untuk Siaga IV merupakan wewenang mantri pintu air, petugas rumah pompa selaku pelaksana pengendali, kepala seksi kecamatan.

Untuk tingkat ketinggian air beberapa pintu air terdapat pengukuran yang menggunakan patok ketinggian air di Tanjung Priok, yaitu Peil Priok (PP). Digambarkan sebagai berikut:

(29)

35 TINGKAT SIAGA I

WEWENANG GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

TINGKAT SIAGA II

WEWENANG KOMANDAN UMUM

TINGKAT SIAGA III

WEWENANG KOMANDAN OPERASIONAL

TINGKAT SIAGA IV

WEWENANG MANTRI PINTU AIR, PETUGAS RUMAH POMPA SELAKU PELAKSANA PENGENDALI

Gambar 2.15 Gambar Tingkat Kegawatan dan Penanggung Jawab Pengendalian Banjir

POS

KATULAMPA DEPOK POS MANGGARAI PINTU AIR PINTU AIR KARET KRUKUT HULU PINTU AIR PULO GADUNG CIPINANG HULU POS SUNTER HULU CAKUNG DRAINPINTU AIR ANGKE HULU PESANGGRAHAN POS

PINTU AIR CENGKARENG DRAIN >310 CM >350 CM >950 PP >600 PP >300 CM >770 PP >150 CM >250 CM >390 CM >300 CM >350 CM >310 CM 240-310 CM 270-350 CM 850-950 PP 550-600 PP 200-300 CM 700-770 PP 120-150 CM 200-250 CM 360-390 CM 200-300 CM 250-350 CM 270-310 CM 170-240 CM 200-270 CM 750-850 PP 450-550 PP 100-200 CM 550-700 PP 80-120 CM 140-200 CM 270-360 CM 100-200 CM 150-250 CM 190-270 CM s/d 170 CM s/d 200 CM s/d 750 PP s/d 450 PP s/d 100 CM s/d 550 PP s/d 80 CM s/d 140 CM s/d 270 CM s/d 100 CM s/d 150 CM s/d 190 CM

(30)

2.2.3 Pengertian Genangan

Menurut Badan Pengendalian Banjir, genangan adalah air yang antri (memenuhi) jalan dengan ketinggian air mencapai 30 sampai 50 sentimeter. Lamanya genangan untuk sebuah sebutan genangan air adalah berkisar 30 sampai 40 menit atau tidak mencapai satu jam. Selama ketinggian air di bawah 100 sentimeter atau satu meter, itu bukanlah banjir.

Menurut PEMDA DKI Jakarta, genangan adalah ketinggian air yang mencapai 30 sentimeter dari permukaan laut.

2.2.4 Pengertian Curah Hujan

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), curah hujan adalah air yang jatuh sampai ke permukaan tanah. Butiran-butiran air yang tidak sampai ke permukaan tanah disebut dengan virga. Satuan curah hujan adalah mm (milimeter). 1 mm maksudnya adalah hujan yang jatuh ke permukaan tanah, apabila diukur tingginya adalah 1 mm tanpa ada yang meresap atau mengalir atau pun menguap. Curah Hujan 1 mm adalah banyaknya air yang tertampung dalam luasan 1m2 jumlahnya adalah 1 liter.

Menurut BAKOSURTANAL, curah hujan adalah volume hujan rata-rata yang jatuh pada suatu wilayah, dihitung setiap periode waktu tertentu (per bulan atau per tahun).

2.2.5 Pengertian Resapan

Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL), Resapan adalah proses penambahan air ke dalam lapisan air tanah dari sebagian air hujan, yang dapat menaikkan muka air tanah.

(31)

Menurut BAKOSURTANAL, kawasan resapan adalah suatu kawasan dari mana sesuatu dikumpulkan atau suatu kawasan daratan dari mana air hujan yang jatuh ke kawasan itu meniris melalui suatu jaringan drainase tunggal (catchment area).

Resapan air adalah kawasan sumber bagi aliran larian/limpasan (run-off) yang mengalir ke suatu titik tertentu. Atau dapat juga diartikan sebagai kawasan yang ditentukan oleh kenampakan/ciri istimewa topografi yang di dalamnya curah hujan menyumbang pada air limpasan di suatu titik tertentu (catchment).

2.2.6 Pengertian Peta

Menurut Heywood (2002, p283), peta topografi adalah peta yang tujuan utamanya adalah mengindikasikan data rekaan dari sebuah permukaan tanah. Peta ini biasanya menampilkan tanah lapang, keadaan tanah, jaringan transportasi, batas administrasi, dan bentuk-bentuk buatan yang lain.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah , Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

Kemajuan dalam bidang teknologi yang berbasiskan komputer telah memperluas wahana dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi juga penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisa dan penyajiannya dalam bentuk digital terpadu antara gambar, citra dan teks. Peta yang terkelola dalam mode digital mempunyai keuntungan penyajian dan penggunaan secara konvensional peta garis cetakan (hard copy) dan keluwesan, kemudahan penyimpanan,

(32)

pengelolaan, pengolahan, analisa dan penyajiannya secara interaktif bahkan real time pada media komputer (soft copy).

2.2.6.1 Jenis Peta

Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

A. Peta berdasarkan isinya:

1. Peta Hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran. 2. Peta Geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah,

bahan-bahan pembentuk tanah dan lain-lain. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.

3. Peta Kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas.

4. Peta Irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.

5. Peta Jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah 6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase,

sarana kota.

7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.

8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1 : 10 000 atau lebih besar.

(33)

9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.

10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : 100 000.

B. Peta berdasarkan skalanya:

1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar. 2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000. 3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.

C. Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan:

1. Peta Dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.

2. Peta Tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.

2.2.6.2 Pengertian Peta Hujan

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Istilah lain dari peta hujan adalah isoyet, iso berarti garis, sedangkan yet berarti hujan. Peta hujan adalah suatu peta yang menunjukkan sebaran hujan yang dibatasi dengan garis-garis isoline.

(34)

Gambar 2.16 Peta Hujan (Isoyet)

2.2.6.3 Pengertian Skala Peta

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah, Skala peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta dengan jarak tersebut di muka bumi.

Menurut Badan Standardisasi Nasional, Skala peta merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya.

(35)

Contohnya adalah peta dengan skala 1 : 5000, maksudnya adalah 1 cm (sentimeter) di peta merepresentasikan 50 m (meter) pada muka bumi dan peta dengan skala 1 : 1.000.000, maksudnya adalah 1 cm (sentimeter) di peta merepresentasikan 10 km (kilometer) pada muka bumi.

2.2.7 Metode Waterfall

Untuk membuat sistem prediksi banjir ini digunakan suatu model perancangan

waterfall system. Model sekuensial linier disebut juga dengan “Siklus Kehidupan

Klasik” atau “model air terjun”. Model sekuensial linier mengusulkan sebuah pendekatan pada perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan. Dimodelkan setelah siklus rekayasa konvensional, model sekuensial linear melingkupi aktifitas-aktifitas sebagai berikut :

1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem / Informasi.

Karena perangkat lunak selalu merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar, kerja dimulai dengan membangun syarat dari semua elemen sistem dan mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke perangkat lunak tersebut. Pandangan sistem ini penting ketika perangkat lunak harus berhubungan dengan elemen-elemen yang lain seperti perangkat keras, manusia, dan database. Rekayasa dan analisis sistem menyangkut pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak.

(36)

Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan di fokuskan, khususnya pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun, perekayasa perangkat lunak (analis) harus memahami domain informasi, tingkah laku, unjuk kerja, dan antar muka (interface) yang diperlukan.

3. Desain

Desain perangkat lunak sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus pada empat atribut sebuah program yang berbeda; struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface data detail (algoritma) prosedural. Proses desain menerjemahkan syarat / kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan kode.

4. Pengkodean

Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang bisa dibaca oleh komputer. Jika desain dilakukan dengan cara yang lengkap, pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis.

5. Pengujian

Sekali kode dibuat, pengujian hologram dimulai. Proses pengujian berfokus pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji, dan pada eksternal fungsional – yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.

(37)

Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada pelanggan (perkecualian yang mungkin adalah perangkat lunak yang dilekatkan). Perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan ditentukan, karena perangkat lunak harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan di dalam lingkungan eksternalnya (contohnya perubahan-perubahan yang dibutuhkan sebagai akibat dari perangkat peripheral atau sistem operasi yang baru), atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja.

2.2.8 Tank Model

Dalam sistem yang dirancang akan digunakan pendekatan fungsional dengan menggunakan tank model yang menurut para ahli hidrologi merupakan suatu pendekatan perhitungan volume poligon yang akan diprediksi dengan mengibaratkan luasan wilayah (poligon) tersebut sebagai sebuah tank, yang memiliki koefisien resapan air ke arah bawah dan koefisien air larian ke arah samping. Tank model yang akan dipakai adalah

tank model yang paling sederhana yaitu linear tank model, dengan gambar seperti di

bawah ini :

(38)

Keterangan :

I(t) = Intensitas curah hujan

Ol = Air larian yang mengalir ke sungai

Ob = Air resapan ke tanah

Selain dipengaruhi oleh kedua koefisien tersebut (Ol dan Ob) diperlukan

data-data mengenai intensitas curah hujan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah air yang tergenang, seperti : air yang menguap, resapan ke permukaan daun tumbuhan, dsb. (dalam rancangan sistem ini diabaikan) untuk dapat memprediksi ketinggian genangan air/banjir.

Gambar

Gambar 2.2 Uraian Subsistem-subsistem SIG SIG Data Manipulation& Analysis Data Output Data Input Data ManagementTabel Laporan Pengukuran Lapangan Data Digital Lain Peta (tematik, Topografi, dll) Citra Satelit Foto Udara Data Lainnya InputStorage (datab
Gambar 2.3 Representasi SIG terhadap dunia nyata
Gambar 2.4  Peta penyebaran penyakit kanker dan peta lahan      pertanian
Gambar 2.5  Contoh Peta kuantitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perencanaan bangunan tahan gempa harus memperhatikan standar yang mengacu pada SNI 1726:2012 untuk tata cara perencanaan ketahananan gempa, sedangkan untuk

Ikan mujair dan nila telah diintroduksi ke lebih 90 negara, 15 negara diantaranya telah melaporkan dampak negativenya terhadap ecologi (Casal, 2006), dan bahkan

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara Faktor pengetahuan Pribadi ,Faktor Budaya, Faktor Kelompok Acuan ,Faktor kelas Sosial,

Untuk mencapai dan mengekalkan berat badan yang sihat, anda perlu seimbangkan pengambilan makanan anda dengan melakukan aktiviti izikal secara kerap. Lebih banyak kalori yang

[r]

Hasil pengamatan pada polen pepaya IPB 6 yang telah disimpan selama 4 minggu dalam 3 suhu rendah menunjukkan bahwa suhu dan lama penyimpanan tidak ber- pengaruh

Kalau kita daur ulang limbah padat tersebut sehingga dapat diserap oleh tanaman maka tingkat pakan tersebut bisa diturunkan untuk luas lahan tanam yg sama..5. Dengan kata lain

Sejalan dengan pendapat tersebut Restuti, dkk (2013) juga mengemukakan pendapat bahwa benda konkret adalah benda-benda asli atau tiruan dalam bentuk nyata

Berkat ridho dan curahan kasih sayang orang tua penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sesederhana mungkin dengan judul“PerencanaanKehumasan Dinas Komunikasi dan Informatika

Hasil penelitian terhadap tekstur ikan motan yang direndam dalam ekstrak buah pare dengan konsentrasi berbeda terjadi peningkatan nilai mutu tekstur, namun semakin

Berdasarkan analisis diskriminan kuda lokal di Sulawesi Utara dapat dicirikan lewat ukuran lembar pinggul sebagai karakter pembeda populasi, sedangkan dari hasil

13 Ibnu Nujaim, al Asyabah wa al Nazhaír, Dar al Fikr, Damascus, h.115.. di jabarkan di bawah ini: 1) Penjelasan terhadap kaidah pertama, ”Segala urusan tergantung dari pada

Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tren Return On Asset Pada PT Astra Agro

In this research, the writer attempts to find out how and when supervisors gave feedback, the Microteaching students’ perceptions on supervisor’s feedback in improving

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan metode Silent Way di PIA English Course Manado, dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa Inggris di PIA menggunakan

[r]

- Intesitas terapi, yaitu terapi harus dilakukan sangat intensif. Sebaiknya, terapi formal dilakukan 4-8 jam sehari. Disamping itu , seluruh keluarga pun harus ikut

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh independensi auditor, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan budaya organisasi terhadap kinerja

inner conflict faced by Simba, the writer conclude that the theme of The Lion King is. “ life is not about choosing, but how to

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja SDM kearsipan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah melalui: kompetensi individu,

konsep ekohidraulik pada sungai sebagai upaya perlindungan dari erosi tebing sungai yaitu dengan pembuatan riparian buffer strips atau penanaman vegetasi pada bantaran sungai.

Pemilihan program Microsoft Excel untuk Perhitungan Posisi Bulan dan Matahari Algoritma Meeus by Rinto Anugraha sebagai program pembanding dikarenakan program tersebut