• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BIO SUGIH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI SAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BIO SUGIH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI SAWAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BIO SUGIH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI SAWAH

(The Effect of Bio Sugih Fertilizer Application on The Growth and Production of Three Varieties of Low Land Paddies)

Rustam Baraq Noor

Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRACT

This research aimed (1) to determine the effect of Bio Sugih fertilizer application on the growth and production of three varieties of low land paddies, and (2) to obtain proper concentrations of Bio Sugih fertilizer for rice crop growth and yield.The research was conducted from June to September 2009 in Lempake Village, Sub-district of North Samarinda, Samarinda Municipality. The research used the split plot design in a randomized block design that was repeated three times with treatments as follow: (1) the first factor was rice varieties (V) as the main plots, consisted of three varieties: IR-64 (v1), Ciherang (v2), and Sintanur (v3), (2) the second factors was Sugih Bio fertilizer concentration (P) as the subplot, consisted of 5 sub factors: no fertilizer Bio Sugih (p0), 5 liters/ha (p1), 10 liters/ha (p2), 15 liters/ha (p3), and 20 liters/ha (p4). Data analysis was performed using variance and if it was significantly different or different then it was analysed further by a test of the least significant difference at 5% level.The results indicated that: (1) The three different varieties of paddy were very significantly different on the growth and yield of crops. Sintanur variety produce the highest dried unhusked rice with 10.85 tonnes/ha, followed by IR-64 variety with 5.55 tons/ha and Ciherang variety with 3.51 tons/ha, (2) the Bio Sugih fertilizer affected very significantly on the growth and yield of rice crop. The highest production of dried unhusked rice produced by 20 liters/ha treatment (p4) with 9.03 tonnes/ha, but the results were not significantly different compared to 15 liters/ha (p3) treatment with only 8.36 tonnes/ha; and (3) the interaction between varieties and Sugih Bio fertilizer were not significantly different on all parameters observed.

Keywords: Lowland Rice, Bio Fertilizers Sugih

PENDAHULUAN

Produksi padi di Indonesia telah mencapai 4,30 ton/ha dan menempati posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Cina yang produksinya masing-masing 6,6 ton/ha dan 6,3 ton/ha. Sementara Thailand yang pada tahun 2001 mampu mengekpor beras hingga 31% dari total ekspor dunia dan mengukuhkannya sebagai pengekspor beras terbesar di dunia justru produksi padinya hanya 2,3 ton/ha (Adiratma, 2004).

Sejak tahun 1996 – 2003 volume produksi beras nasional tidak terjadi peningkatan yang signifikan hanya berkisar antara 51,1 juta ton sampai 51,8 juta ton atau naik 1,37 % per tahun lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,49 % per tahun.

Dalam Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1978 menunjukkan bahwa 49,9 % penduduk pemakan beras, 36 % jagung, 14 % umbi-umbian dan sagu. Kini hampir 100 %

(2)

penduduk menjadi pemakan beras dan kurang dari 3 % pemakan non beras. Dari kenyataan tersebut pada tahun 2000 dimana produksi beras 51,17 juta ton dan jumlah penduduk 210,4 juta jiwa dengan rata-rata konsumsi beras per tahun perkapita mencapai 131,67 kg menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 1,4 juta ton (Zarkasih, 1985).

Propinsi Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah 221.440 km2 dari luas lahan 17.226.456 ha, yang potensial untuk tanaman pangan 1626.277 ha; sedangkan yang dimanfaatkan baru mencapai 1.120.394 ha (Dispertan, 2003). Berdasarkan angka sementara BPS, produksi padi Kaltim tahun 2005 mencapai 497.649 ton dari luas areal panen 281.616 ha hanya mampu menghasilkan beras siap konsumsi 282.027 ton atau 80 % dari kebutuhan penduduk Kaltim yang mencapai 2.774 ribu jiwa (Kaltim Post, 20 Maret 2006).

Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Samarinda tahun 2003 yang diolah produktifitas lahan padi sawah tahun 1999 sampai 2002 adalah 3,35 ton/ha dengan rata-rata luas panen 6.682 ha telah mampu mengantarkan Samarinda untuk mendapatkan penghargaan ketahanan pangan dari Menteri Pertanian pada tahun 2004. Kini kota Samarinda dengan jumlah penduduk 580 ribu jiwa lebih hanya mampu menyediakan 28 ribu ton beras atau 40 % dari kebutuhan, yang diperoleh dari 5.646 ha lahan sawah dengan produktifitas 2,5 ton/ha (Sapos, 1 Februari 2006).

Kondisi perberasan kota Samarinda 2004 mirip dengan yang dialami bangsa Indonesia tahun 1985 di mana waktu itu. Presiden Soeharto mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil mengubah status Indonesia sebagai importir beras terbesar di dunia menjadi negara yang berswasembada pangan. Tapi setelah itu bangsa kita sangat sulit untuk mempertahankan ketahanan pangannya (Mubyarto, 1994).

Menurut Mosher (1987), pertanian adalah sejenis produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usaha tani. Kegiatan dalam usaha tani merupakan suatu kegiatan usaha dimana biaya dan penerimaan merupakan aspek penting. Namun masalah yang sering dihadapi petani menurut Adiwilaga (1982) adalah kurangnya pengetahuan tentang cara berproduksi. Umumnya petani hanya berorentasi pada jumlah produksi fisik saja tanpa memperhatikan faktor produksi yang digunakan. Penambahan faktor produksi yang tidak efisien akan meningkatkan biaya produksi dan akhirnya menurunkan keuntungan yang diterima petani.

Bahkan program revolusi hijau yang menganjurkan penggunaan pupuk kimia buatan dan pestisida sesungguhnya telah merubah sistem pertanian dari sistem ekologis dengan energi utama dari sinar matahari ke sistem mekanis dengan energi utama gas bumi yang merupakan sarana produksi utama dalam pembuatan pupuk N (Coen Reijhtjes, 1999).

Ketergantungan petani akan pupuk urea dalam waktu lama dengan takaran yang selalu meningkat telah membuat tanah seperti plastik, ini baru akibat ulah urea belum produk lain seperti SP-36 yang telah membuat tanah memjadi lebih asam.

Kebutuhan tanaman akan unsur hara makro harus tetap terpenuhi untuk mengurangi ketergantungan petani pada pupuk buatan dapat dipakai pupuk organik berupa pupuk kandang atau bokashi. Pupuk organik ini sangat baik untuk menjaga kelangsungan kesuburan tanah tetapi kendala yang umum adalah jumlah yang sangat besar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara makro utama. Sebagai contoh untuk menggantikan kebutuhan pupuk urea 200 kg/ha diperlukan tidak kurang dari 20 ton pupuk kandang atau bokasi (Ismunadji dan Roechan, 1989).

Sesungguhnya tanaman bisa subur secara alami tanpa diberi pupuk buatan karena

(3)

secara alami ada “pabrik pupuk” yang membuat subur tanaman dan tanah yaitu mineral tanah dan bahan organik yang telah diproses mikroba dalam tanah. Yang menjadi masalah tidak semua tanah mengandung mikroba yang mampu memproduksi unsur hara di dalam tanah sehingga perlu ditambahkan mikroba-mikroba yang terbukti mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Pupuk organik Bio Sugih adalah kumpulan asam-asam amino, zat pengatur tumbuh alami, unsur hara makro dan mikro serta berbagai jenis mikroba yang mampu menjadi “pabrik pupuk” untuk setiap lahan pertanian. (Coen Reijhtjes, 1999).

Selain menjadi “pabrik pupuk’, pupuk organik Bio Sugih juga mampu meningkatkan kekebalan tanaman terhadap berbagai serangan hama dan penyakit, sehingga kebutuhan akan produk-produk pestisida dapat dihilangkan.

Pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah dapat tercapai dengan mengurangi kebutuhan akan produk kimia seperti pupuk kimia dan pestisida dipadu dengan memakai sistem budidaya dan varietas yang cocok untuk suatu lokasi tertentu (Coen Reijhtjes, 1999).

Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) merupakan alternatif untuk menggantikan varietes IR64 yang telah goyah ketahanannya terhadap wereng coklat. Diantara VUB yang teruji tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3 adalah Ciherang dan Sintanur.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih terhadap tiga varietas tanaman padi sawah, dan (2) untuk memperoleh konsentrasi pupuk Bio Sugih yang tepat untuk tanaman padi sawah.

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai September 2009 terhitung dari

persemaian sampai tanaman panen di Kawasan Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda.

Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split plot Design) dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang sebanyak 3 kali dengan faktor perlakuan sebagai berikut : (1) faktor varietas padi sawah (V) sebagai petak utama terdiri atas 3 varietas : IR-64 (v1), Ciherang (v2), dan Sintanur (v3); (2) Faktor konsentrasi pupuk Bio Sugih (P) sebagai anak petak terdiri atas 5 taraf : tanpa pupuk Bio Sugih (p0), 5 liter/ha (p1), 10 liter/ha (p2), 15 liter/ha (p3), dan 20 liter/ha (p4)

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu antara lain : (1) persemaian, (2) pengolahan tanah, (3) penanaman, (4) pemberian pupuk Bio Sugih, (5) pemeliharaan tanaman (meliputi penyulaman, penyiangan, pengendalian hama penyakit), (6) panen dan pasca panen, dan (7) pelaporan.

Pengambilan Data

Pengumpulan data utama pada setiap petak penelitian dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang diambil secara acak sederhana (tidak termasuk tanaman pinggir) data utama yang dikumpulkan adalah : (1) tinggi tanaman pada umur 75 hari setelah tanam, (2) jumlah anakan pada umur 75 hari, (3) umur tanaman saat berbunga, (4) jumlah anakan produktif per rumpun, (5) Bobot 1000 biji kering, (6) produksi gabah kering giling (dilakukan konversi ke satuan ton/ha)

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah

Hasil penelitian pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 1 (rekapitulasi hasil penelitian).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh varietas berbeda sangat nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur 75 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Sintanur (v3) menghasilkan tanaman paling tinggi dan jumlah anakan per rumpun paling banyak pada umur 75 hari setelah tanam yaitu berturut-turut : 93,44 cm dan 22,55 anakan per rumpun, sedangkan varietas Ciherang (v2) menghasilkan tanaman yang paling rendah dan jumlah anakan per rumpun yang paling sedikit yaitu berturut-turut : 80,71 cm dan 19,65 anakan per rumpun. Hal ini disebabkan varietas Sintanur mempunyai sifat pertumbuhan yang lebih cepat dan memiliki tanaman yang lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya IR-64 dan Ciherang.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh varietas berbeda sangat nyata terhadap umur tanaman saat berbunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Sintanur (v3) menghasilkan umur tanaman saat berbunga paling cepat yaitu 69,35 hari setelah tanam, diikuti oleh varietas IR-64 (v1) yaitu : 72,70 hari setelah tanam, dan varietas Ciherang (v2) menghasilkan umur tanaman saat berbunga yang paling lama yaitu : 75,43 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan karena perbedaan lamanya fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas, sehingga menyebabkan perbedaan umur tanaman saat berbunga dan umur tanaman saat panen (Yoshida,1981).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh varietas berbeda sangat nyata terhadap rata-rata jumlah anakan produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas

Sintanur (v3) menghasilkan jumlah anakan produktif paling banyak yaitu : 19,88 anakan per rumpun, diikuti oleh varietas IR-64 (v1) yaitu : 19,19 anakan per rumpun, sedangkan varietas Ciherang (v2) menghasilkan jumlah anakan produktif paling sedikit, yaitu : 17,20 anakan per rumpun. Hal ini disebabkan karena varietas Sintanur (v3) memiliki pertumbuhan yang cepat dan mempunyai anakan yang lebih banyak dibandingkan varietas lainnya. Sedangkan pada varietas Ciherang (v2) memiliki jumlah anakan yang sedikit, sehingga dengan perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan pula terhadap jumlah anakan produktif.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh varietas berbeda sangat nyata terhadap berat 1000 biji kering dan produksi gabah kering giling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Sintanur (v3) menghasilkan berat 1000 biji kering dan produksi gabah kering giling terbesar yaitu berturut-turut : 31,93 gram dan 10,85 ton/ha, diikuti oleh varietas IR-64 (v1), yaitu : 27,82 gram dan 5,55 ton/ha, dan varietas Ciherang (v2) menghasilkan berat gabah 1000 biji dan produksi gabah kering giling per hektar paling rendah yaitu : 26,79 gram dan 3,51 ton/ha. Hal ini disebabkan varietas Sintanur menghasilkan komponen produksi yang lebih baik yang memiliki jumlah anakan produktif yang lebih banyak dan berat 1000 biji kering yang lebih berat, sehingga akan menghasilkan produksi gabah kering giling yang lebih tinggi pula. Pengaruh Pupuk Bio Sugih terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah

Hasil penelitian pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 1 (rekapitulasi hasil penelitian).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih berbeda sangat nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman

(5)

dan jumlah anakan pada umur 75 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk Bio Sugih menghasilkan tanaman padi yang lebih tinggi dan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa pupuk Bio Sugih (p0). Tanaman padi paling tinggi dan jumlah anakan per rumpun paling banyak pada umur 75 hari setelah tanam dihasilkan pada perlakuan 20 liter/ha (p4) yaitu berturut-turut : 92,01 cm dan 22,31 anakan per rumpun, sedangkan tanpa pupuk Bio Sugih (p0) menghasilkan tanaman yang paling rendah dan jumlah anakan per rumpun yang paling sedikit yaitu berturut-turut : 84,76 cm dan 20,11 anakan per rumpun. Hal ini disebabkan pupuk Bio Sugih mempunyai kandungan hormon yang dapat membantu proses pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga dalam keseimbangan dengan auksin di dalam tubuh tanaman yang mempunyai peranan penting dalam sintesis protein, maka akan mempengaruhi proses pertumbuhan. Sesuai pendapat Harjadi (1996), bahwa pada bagian tanam yang aktif terdapat auksin yang disintesis sehingga dapat memacu pertumbuhan sel-sel yang terdapat pada jaringan meristem. Dengan demikian hormon yang terkandung di dalam pupuk Bio Sugih dapat bergerak dari satu bagian ke bagian lainnya, sehingga berperan dalam pembelahan sel, dan pada akhirnya akan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman.

Selain itu dengan pemberian pupuk Bio Sugih dapat meningkatkan kandungan unsur N di dalam tanah karena pupuk Bio Sugih dapat meningkatkan populasi Azotobacter yaitu mikroba penambat nitrogen yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pendapat Rao Subba (1994), bahwa mikroba Azotobacter mampu memfiksasi nitrogen dari udara. Dikemukakan oleh Harjadi (1996), bahwa pada fese vegetatif untuk perkembangan akar, batang dan daun dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara terutama unsur nitrogen yang diterima

tanaman. Ditambahkan Sarief (1989), apabila unsur nitrogen cukup tersedia bagi tanaman maka akan mempercepat sintesa karbohidrat menjadi protoplasma dan protein yang digunakan untuk menyusun sel-sel jaringan tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi tinggi.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih berbeda sangat nyata terhadap umur tanaman saat berbunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk Bio Sugih menghasilkan umur tanaman padi yang lebih berbunga dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk Bio Sugih (p0). Umur tanaman saat berbunga paling cepat dihasilkan pada perlakuan 20 liter/ha (p4) yaitu 69,90 hari setelah tanam, dan yang paling lama dihasilkan pada perlakuan tanpa pupuk Bio Sugih (p0) yaitu 75,53 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan dengan semakin meningkatnya konsentrasi pupuk Bio Sugih yang diberikan dapat meningkatkan kandungan unsur N, P dan K di dalam tanah. Dengan meningkatnya kandungan unsur N, P dan K akan dapat menghasilkan umur tanaman saat keluarnya bunga lebih cepat. Sesuai pendapat Mul Mulyani (2002) bahwa fungsi unsur P bagi tanaman adalah dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Ditambahkan oleh AAK (2005) bahwa fungsi unsur P membantu perkembangan perakaran dan mengatur pembungaan serta pembuahan,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih berbeda sangat nyata terhadap rata-rata jumlah anakan produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk Bio Sugih menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk Bio Sugih (p0). Jumlah anakan produktif paling banyak dihasilkan pada perlakuan 20 liter/ha (p4) yaitu 20,11 anakan per rumpun, dan yang paling sedikit dihasilkan

(6)

pada perlakuan tanpa pupuk Bio Sugih (p0) yaitu 17,42 anakan per rumpun.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih berbeda sangat nyata terhadap berat 1000 biji kering dan produksi gabah kering giling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi Bio Sugih menghasilkan berat 1000 biji kering dan produksi gabah kering giling yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk Bio Sugih. Berat 1000 biji kering dan produksi gabah kering giling paling tinggi dihasilkan pada perlakuan 20 liter/ha (p4) yaitu berturut-turut : 31,57 gram dan 9,03 ton/ha, dan perlakuan tanpa pupuk Bio Sugih (p0) menghasilkan berat gabah 1000 biji dan produksi gabah kering giling per hektar paling rendah yaitu : 25,84 gram dan 4,04 ton/ha. Hal ini disebabkan dengan pemberian pupuk Bio Sugih dapat meningkatkan metabolisme mikroba penyubur tanah. Sesuai pendapat Mashar (2000) bahwa pupuk Bio Sugih secara komprehensip dapat membentuk dan mengkondisikan keseimbangan ekologis alamiah melalui sekumpulan jasa mikroorganisme unggul yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah serta menjaga produktivitas lahan, dengan demikian akan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi tanaman. Selain itu pupuk Bio Sugih dapat menambahkan ketersediaan unsur hara makro seperti N, P dan K yang dapat membantu perkembangan vegetatif dan generatif tanaman. Sesuai pendapat Gardner dkk, (1991) selama pembentukan buah sebagian besar asimilasi yang baru terbentuk maupun yang tersimpan digunakan untuk meningkatkan berat biji sehingga berat biji akan semakin meningkat dan selanjutnya akan mempengaruhi hasil tanaman.

Meskipun hasil tertinggi tanaman padi sawah dihasilkan pada perlakuan 20 liter/ha (p4), namun hasil tersebut berbeda tidak nyata

dibandingkan dengan perlakuan 15 liter/ha (p3). Dengan demikian pemberian 15 liter/ha pupuk Bio Sugih (p3) adalah lebih efisien dibandingkan dengan pemberian 20 liter/ha (p4).

Pengaruh Interaksi antara Varietas dengan Pemberian Pupuk Bio Sugih terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara faktor varietas dengan faktor pupuk Bio Sugih berbeda tidak nyata terhadap semua parameter penelitian. Tidak adanya perbedaan nyata tersebut disebabkan masing-masing faktor memberikan pengaruh secara terpisah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, sehingga apabila dikombinasikan tidak akan saling mempengaruhi. Sesuai pendapat Steel dan Torrie (1993), bahwa apabila antara dua faktor tidak berpengaruh nyata maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut bertindak bebas satu dengan lainnya.

Meskipun hasil sidik ragam berbeda tidak nyata, namun ada kecenderungan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk Bio Sugih mampu memperbaiki pertumbuhan dan hasil tiga varietas padi sawah (IR-64, Ciherang, dan Sintanur).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis hasil serta pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ketiga varietas tanaman padi sawah berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Varietas Sintanur menghasilkan produksi gabah kering giling paling tinggi yaitu : 10,85 ton/ha, diikuti varietas IR-64 yaitu 5,55 ton/ha dan varietas Ciherang yaitu 3,51 ton/ha.

2. Pengaruh pemberian pupuk Bio Sugih berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan

(7)

dan hasil tanaman padi sawah. Produksi gabah kering giling paling tinggi dihasilkan pada perlakuan 20 liter/ha (p4) yaitu : 9,03 ton/ha, namun hasil tersebut berbeda tidak nyata dibandingkan perlakuan 15 liter/ha (p3) yaitu : 8,36 ton/ha.

3. Pengaruh interaksi antara varietas dengan pemberian pupuk Bio Sugih berbeda tidak nyata terhadap semua parameter penelitian. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan beberapa saran, yaitu :

1.

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi dapat dilakukan dengan memberikan pupuk Bio Sugih dengan konsentrasi 15 liter/ha.

2. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi dapat menggunakan varietas Sintanur.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S.J. 1994. Teknologi Untuk Meningkatkan Lahan Sawah dan Lahan Kering. Prosiding temu konsultasi sumberdaya lahan untuk pembangunan kawasan timur Indonesia di Palu 17 -20 Januari 1994.

Adiratma Roekasah. 2004. Stop Tanam Padi?. Penebar Swadaya, Jakarta.

Balittan. 2004. Deskripsi Tanaman Padi. Balai Penelitian Tanaman, Sukamandi.

Coen Reijhtjes. et al,. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius, Jogyakarta.

Dispertan. 2003. Laporan Tahunan Tanaman Pangan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Samarinda.

Gardner, F.P. R.B. Pearce and R.L Mitchell. 1991. Physiologi Of Crop Plant. Terjemahan H. Susilo. UI Press, Jakarta.

Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kaltim Post. 20 Maret 2006. Produksi Padi

Kaltim 497 ribu Ton. www.kaltimpost.web.id, Samarinda Mashar Ali Zum. 2000. Teknologi Hayati Bio P

2000 Z Sebagai Upaya Untuk Memacu Produktifitas Pertanian Organik di Lahan Marginal. Makalah Lokakarya dan pelatihan teknologi organik di Cibitung 22 Mei 2000.

Mul Mulyani, S. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Mediatama, Jakarta.

Rao Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI-Press. Jakarta.

Samarinda Pos, 1 Februari 2006. Perlu Segera Aplikasi Teknologi Penyehatan Lahan Sawah. www.sapos.co.id, Samarinda

Referensi

Dokumen terkait

Pakta Integritas yang ditandatangani oleh ULP/Pejabat Pengadaan pasal 12 ayat (2) huruf e Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 memuat isi ikrar untuk mencegah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh kecanggihan teknologi informasi, partisipasi manajemen, kemampuan teknik pemakai system informasi

Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan dan hasil- hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, dokter/bidan praktik swasta

1. Bisnis tersebut risikonya kecil. Logikanya mudah/sederhana; tidak ada rutin spesial yang dikembangkan untuk melakukan proses data.. Input transaksi dilakukan dengan metode batch

Tanggung jawab auditee, dalam hal ini adalah pemimpin satker (rektor jika entitas kita adalah perguruan tinggi) mencakup seluruh aktivitas tata kelola keuangan pada satker

Uji organoleptik terhadap enam sampel kue semprit berdasarkan kriteria bentuk, warna, aroma, rasa, kerenyahan, keremahan dan tingkat kesukaan dapat diambil kesimpulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI MIA SMA Negeri 9 Malang pada pokok bahasan alat optik yang diberi perlakuan menggunakan UKBM berbasis PjBL-

Isu mengenai gender masih menjadi topik hangat dalam diskursus pembangunan. Perhatian khusus diberikan kepada perempuan yang selama proses pembangunan belum mencapai