INDEKS KUALITAS
LINGKUNGAN HIDUP
(IKLH)
PROVINSI BANTEN
TAHUN 2017
Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
i
KATA PENGANTAR
IKLH (Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ) merupakan gambaran atau indikasi awal
yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan
periode tertentu.
Dengan mengetahui media lingkungan yang masih kurang baik, sumber
daya yang ada dapat dialokasikan secara lebih tepat sehingga akan lebih efektif dan efisien
.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten menyusun Laporan Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebagai gambaran kondisi lingkungan hidup Provinsi
Banten terkini, tekanan terhadap lingkungan akibat perubahan media lingkungan (air, udara
dan lahan/hutan) dari kegiatan manusia dan respon atau upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Banten, kabupaten/kota dan masyarakat dalam menanggulangi permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi di Banten. Diharapkan informasi ini menjadi bahan
`pertimbangan utama bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan, baik di
tingkat Pemerintah Banten maupun kabupaten/kota.
Tersusunya laporan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Banten Tahun 2017
ini tidak terlepas dari bantuan instansi terkait. Untuk itu kami ucapkan terimakasih atas
kerjasamanya sehingga laporan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Banten Tahun
2017 dapat tersusu.
Serang, Oktober 2017
Kepala DLHK Provinsi Banten
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR --- i
DAFTAR ISI
--- ii
DAFTAR TABEL --- iii
BAB I PENDAHULUAN
--- I-1
1.1. Latar Belakang--- I-1
1.2. Maksud dan Tujuan --- I-2
1.3. Ruang Lingkup--- I-2
BAB II PENYUSUNAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
--- II-1
2.1. Indikator dan Parameter --- II-1
BAB III INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BANTEN
--- III-1
3.1. Indeks Kualitas Air Provinsi Banten --- III-2
3.2. Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten --- III-9
3.3. Indeks Tutupan Hutan Provinsi Banten --- III-11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
--- IV-1
4.1. Kesimpulan --- IV-1
4.2. Saran
--- IV-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I - 1Bab 1
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Kerusakan lingkungan hidup di Provinsi Banten, merupakan isu yang sangat
penting dan membutuhkan perhatian yang serius, mengingat dampak pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Alih fungsi wilayah
terjadi dibeberapa wilayah di Banten, selain Cilegon dan Tanggerang yang memang
sejak semula sudah menjadi kawasan Industri, kini giliran wilayah serang Utara juga
disulap menjadi Kawasan industri. Sejak tahun 90-an, telah didirikan kawasan
industri yang tentunya sedikit banyak akan mengakibatkan permasalahan lingkungan
dan pada gilirannya melanggar Hak-hak Masyarakat. Kerusakan, pencemaran
lingkungan, kualitas dan kuantitas air yang menurun adalah konsekwensi yang
dialami masyarakat bersamaan dengan perkembangan industri. Pada prosesnya
juga melanggar Hak-hak Masyarakat untuk mendapatkan kehidupan dan
penghidupan yang layak.
Dampak nyata kebijakan-kebijakan pembangunan yang tidak berwawasan
lingkungan adalah rusak dan tercemarnya sejumlah DAS yang ada di Banten;
menurunnya kuantitas dan kualitas air, sehingga tidak lagi layak konsumsi. Di
sejumlah daerah di sepanjang pantai utara Kabupaten serang telah merasakan
imbasnya, diantaranya petani gagal panen dan atau produksinya menurun, begitu
juga yang dirasakan petani petambak dan nelayan. Semenjak berdirinya kawasan
industri di wilayah serang timur, hasil produksi tambak terus mengalami penurunan
dari tahun ke tahun, hasil tangkapan ikan juga terus mengalami penurunan.
Upaya mengurangi laju kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas
lingkungan terus dilakukan tidak saja oleh pemerintah namun dilakukan pula oleh
semua elemen masyarakat. Upaya ini masih belum meningkatkan kualitas
lingkungan hidup sebagaimana yang kita harapkan bersama.Kita masih mengalami
berbagai bencana lingkungan hidup seperti banjir, kekeringan, longsor, pencemaran
dan kerusakan lingkungan lainnya.Kondisi ini merupakan gambaran bahwa fungsi
lingkungan hidup telah mengalami penurunan.
Pemahaman akan kualitas lingkungan hidup ini sangat penting untuk
mendorong semua pemangku kepentingan (stakeholder) melakukan aksi nyata
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan berkepentingan untuk mempermudah masyarakat awam dan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I - 2para pengambil keputusan mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah
untuk memahami kualitas lingkungan hidup Indonesia. Oleh karenanya, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengembangkan suatu indeks lingkungan
berbasis provinsi sejak 2009 yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi
lingkungan hidup pada periode tertentu. Indeks ini diterjemahkan dalam angka yang
menerangkan apakah kualitas lingkungan berada pada kondisi baik, atau sebaliknya.
1.2.
Tujuan
Tujuan disusunnya indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) adalah:
1. Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan
daerah tentang kondisi lingkungan di daerah sebagai bahan evaluasi kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
2. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target
program-program pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
1.3.
Ruang Lingkup
Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi oleh KLHK
adalah
pengembangan
dari
konsep
yang
dikembangkan
oleh
Virginia
Commonwealth University
(VCU) dan BPS dengan menggunakan kualitas air sungai,
kualitas udara, dan tutupan hutan sebagai indikator. Karena keterbatasan data,
kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan laut serta kondisi keanekaragaman hayati
belum menjadi indikator dalam perhitungan IKLH.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I I- 1Bab 2
Penyusunan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup
Kualitas Lingkungan Hidup dapat diukur secara kuantitatif dengan menggunakan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi dari beberapa sumber diantaranya
Environmental Performance Index
(EPI) yang dikembangkan oleh sebuah pusat studi di
Yale University. Konsep IKLH, seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga
indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan.
Berbeda dengan BPS, IKLH dihitung pada tingkat provinsi sehingga dapat menghasilkan
indeks tingkat nasional. Perbedaan lain dari konsep yang dikembangkan oleh BPS dan VCU
adalah setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks.
Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya,
seperti:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara penghitungan indeks
pencemaran air (IPA).
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang
Indeks Pencemar Udara.
2.1.
Indikator dan Parameter
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah, seperti
ketentuan baku mutu air dan baku mutu udara ambien. Selain ini dapat digunakan juga
acuan referensi universal dalam skala internasional untuk mendapatkan referensi ideal
(Benchmark).
IKLH terdiri dari 3 indikator yaitu Indeks Pencemaran Air, Indeks Pencemaran Udara
dan Indeks Tutupan Hutan, dimana indikator tersebut mewakili
green issues
(isu hijau) dan
brown issues
(isu coklat).
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I I- 2Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani
aspek-aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya
memiliki kontribusi yang sama terhadap IKLH, namun karena hanya diwakili 1 (satu)
indikator, yaitu tutupan hutan, maka bobotnya lebih besar dibanding indikator lainnya.
Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada
umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan, indikator udara dan air yang
mewakili isu coklat memiliki bobot sama. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur IKLH
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I I- 3Perhitungan IKLH setiap provinsi dilakukan dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
IKLH Provinsi = (IKA x 30%) + (IKU x 30%) + (ITH x 40%)
Keterangan:
IKLH Provinsi : Indeks Kualitas Lingkungan Hidup tingkat provinsi
IKA
: Indeks Kualitas Air
IKU
: Indeks Kualitas Udara
ITH
: Indeks Tutupan Hutan
Nilai IKLH tersebut selanjutnya dikategorikan sesuai nilai rentang IKLH
Tabel 2.2. Rentang Nilai IKLH
2.1.1.
Indeks Kualitas Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi mahluk hidup, baik manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan yang memungkingkan semua ini untuk tetap dapat
bertahan hidup. Air permukaan adalah salah satu sumber air baku dari berbagai alternative
sumber air baku yang ada di bumi ini , untuk dilakukan proses pengolahan menjadi air
minum pada suatu instalasi pengolahan air minum.
Kualitas air sungai merupakan salah satu parameter perhitungan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) (KLH RI, hal. 7, 2013). Perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA)
dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dimana pedoman ini juga mengatur
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I I- 4tatacara perhitungan IPA. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai
penentuan status mutu air dengan metode indeks pencemaran (
Pollution Index – Pi).
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan
j
yang merupakan
fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air
i
dan Lij
menyatakan konsentrasi parameter kualitas air
i
yang dicantumkan dalam baku peruntukan
air
j
. Dalam hal ini peruntukkan yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pemantauan kualitas air dilakukan di sungai-sungai yang melintasi kabupaten/kota
dalam satu provinsi. Umumnya sungai yang dijadikan tolak ukur memiliki enam titik pantau
dan dilakukan minimal tiga kali periode pemantauan. Setiap titik pemantauan diasumsikan
sebagai satu data dan akan memiliki status kualitas air. Konsentrasi parameter yang diukur
dibandingkan dengan baku mutu air, apabila nilai Ci/Lij lebih besar dari 1,0 maka digunakan
nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut:
(Ci/Lij) baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij)
Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks pencemaran, dengan formula sebagai
berikut:
Keterangan:
Ci / Lij M : nilai maksimum dari Ci / Lij
Ci / Lij R : nilai rata-rata dari Ci /Lij
Evaluasi terhadap nilai Pij:
Memenuhi baku mutu jika 0 < Pij <= 1
Tercemar ringan jika 1,0 < Pij <= 5,0
Tercemar sedang jika 5,0 < Pij <= 10,0
Tercemar berat jika Pij > 10,0
Transformasi nilai IPA ke dalam indeks kualitas air (IKA) dilakukan dengan
mengalikan bobot nilai indeks dengan persentase pemenuhan baku mutu. Persentase
pemenuhan baku mutu didapatkan dari hasil penjumlahan titik sampel yang memenuhi baku
mutu terhadap jumlah sampel dalam persen. Sedangkan bobot indeks diberikan batasan
sebagai berikut: 70 untuk memenuhi baku mutu, 50 untuk tercemar ringan, 30 untuk
tercemar sedang, dan 10 untuk tercemar berat.
Parameter yang dinilai dalam indikator kualitas air yaitu TSS,DO, COD, BOD,
Fosfat, Total Coliform dan E.Coli/Fecal Coli.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I I- 52.1.2.
Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara didefinisikan sebagai gambaran atau nilai hasil transformasi
parameter-parameter (indikator) individual polusi udara yang saling berhubungan.
Udara merupakan campuran berbagai macam komponen gas nitrogen 78% dan
oksigen 21% serta karbondioksida 0,035%. Udara yang mempunyai kandungan tersebut
tergolong dalam udara bersih. Sementara udara yang tercemar mempunyai kadar bahan
pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat melebihi yang terdapat di lingkungan alam.
Pemantauan kualitas udara dilakukan melalui metode Passive Sampler dilakukan di 4
lokasi, yaitu area transportasi, industri dan 2 titik area komersial, yaitu dalam hal ini
perumahan dan perkantoran/perdagangan. Dalam satu tahun umumnya dilakukan 2 (dua)
kali periode pemantauan dengan durasi pemantauan masing-masing 2 minggu.
Perhitungan nilai Indeks Pencemaran Udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai
berikut :
Keterangan:
IPU
: Indeks Pencemaran Udara
IP NO
2: Indeks Pencemar NO
2IP SO
2: Indeks Pencemar SO
2Selanjutnya, dilakukan perhitungan indeks kualitas udara model EU, yaitu
membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives, apabila angkanya
melebihi 1 (satu) maka berarti melebihi standar EU, begitu pula sebaliknya apabila sama
dan dibawah 1 (satu) artinya memenuhi standar dan lebih baik.
Rata-rata hasil pemantauan untuk parameter SO
2dan NO
2dibandingkan dengan
Referensi EU mendapatkan Index Udara Model (Ieu). Index Udara model EU dikonversikan
menjadi indeks IKLH melalui persamaan sebagai berikut :
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB I I- 62.1.3.
Indeks Tutupan Hutan
Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem. Hutan
berfungsi sebagai penjaga air, mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat
tumbuhnya berbagai plasma nutfah. Berdasarkan klasifikasinya, hutan terbagi menjadi hutan
primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum mengalami gangguan,
sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami
setalah mengalami gangguan seperti pertambangan, perkebunan, dan pertanian.
Pada hakikatnya hutan memiliki fungsi sebagai paru-paru bumi ini memberikan
manfaat yang sama terhadap manusia. Oleh karenanya manusia mempunyai hak yang
sama terhadap layanan hutan atau luasan hutan yang sama.lebih penting lagi adalah setiap
luas lahan harus memiliki proporsi luasan hutan yang sama untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidupnya. Dengan demikian perhitungan indeks merupakan perbandingan luas
hutan dibandingkan luas wilayah administrasinya. Angka presentase yang diwajibkan adalah
30% berdasarkan UU 41/99 Kehutanan. Sebagai angka idealnya diambil 84,3%,yaitu luas
tutupan hutan Papua pada tahun 198. Dalam konteks pengindeksan 30% mendapat angka
50 sedangkan angka ideal maksimal, 100 adalah ketika 84,3%.
Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali dilakukan adalah
menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder, kemudian dibagi dengan luas wilayah
provinsi.
Keterangan:
TH
: Tutupan Hutan
LTH
: Luas Tutupan ber-Hutan
LWP : Luas Wilayah Provinsi
Selanjutnya dilakukan konversi persentase perbandingan Luas Tutupan ber-Hutan
dengan Luas Wilayah Provinsi untuk menghitung Indeks Tutupan Hutan, menggunakan
persamaan berikut:
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 1Bab 3
Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Provinsi Banten
Manfaat Indeks kualitas lingkungan hidup adalah untuk mengukur keberhasilan
program - program pengelolaan lingkungan. Selain sebagai sarana untuk mengevaluasi
efektifitas program-program pengelolaan lingkungan, indeks kualitas lingkungan hidup
mempunyai peranan dalam hal membantu perumusan kebijakan, membantu dalam
mendisain program lingkungan, mempermudah komunikasi dengan publik sehubungan
dengan kondisi lingkungan. IKLH dapat membantu untuk mempertajam prioritas program
dan kegiatan dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Upaya mengurangi laju kerusakan lingkungan di Provinsi Banten dengan pemulihan
kualitas lingkungan terus dilakukan tidak saja oleh pemerintah namun dilakukan pula oleh
semua elemen masyarakat. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi saat ini
mengakibatkan kerugian bagi perikehidupan masyarakat, tidak hanya dari sisi ekonomi
namun juga hingga merenggut jiwa manusia. Oleh karena itu, Kementerian Lingkungan
Hidup pada tahun 2009 telah mengembangkan alat ukur sederhana yang disebut dengan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup atau yang biasa disebut dengan IKLH.
Indeks Kualitas Ligkungan Hidup (IKLH) bertujuan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi lingkungan hidup yang sebenarnya di Provinsi Banten. Kondisi lingkungan
hidup ini menggunakan kualitas air sungai, kualitas udara dan tutupan hutan sebagai
indikator. Menurut Undang Undang No. 32 Tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yuridisnya.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 23.1. Indeks Kualitas Air (IKA) Provinsi Banten
Pemantauan kualitas air sungai di Provinsi Banten, dilakukan di 5 sungai
(S.Cisadane, S.Cidurian, S.Ciujung, S.Cirarab dan S.Cibanten) pada tahun 2016 dan 7
sungai (S.Cisadane, S.Cidurian, S.Ciujung, S.Cirarab, S.Cibanten, S.Cilemer, dan
S.Cimanceuri) pada tahun 2017. Setiap sungai memiliki minimal 6 titik pantau yang diambil
sampelnya minimal 2 kali dalam setahun. Parameter yang dinilai dalam indeks kualitas air
yaitu TSS,DO, COD, BOD, Fosfat, Total Coliform dan E.Coli/Fecal Coli (Lampiran 1 dan 2).
Tabel 3.1 menunjukkan data status pencemaran pada setiap titik pantau di
S.Cisadane pada tahun 2016, berdasarkan data tersebut terlihat bahwa S.Cisadane memiliki
21 status ringan dan 3 status sedang, sehingga diperoleh nilai IKA sebesar 47,5 / waspada
(Tabel 3.2), nilai ini tidak berbeda jauh dengan hasil perhitungan di tahun 2017 yaitu
sebesar 48,3 /waspada (Tabel 3.4)
Tabel 3.1 Titik Pantau S.Cisadane Tahun 2016
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status PI Status
Jembatan Cisauk
ii 1,6 ringan 2,4 ringan 2,4 ringan 2,4 ringanJembatan Gading
Serpong
ii 1,6 ringan 2,1 ringan 2,1 ringan 2,1 ringanJembatan Cikokol
ii 1,9 ringan 2,2 ringan 2,2 ringan 2,2 ringanJembatan PT. Indorama
ii 1,9 ringan 2,6 ringan 2,6 ringan 2,6 ringanJembatan Robinson
ii 1,9 ringan 1,9 ringan 1,9 ringan 1,9 ringanBend Pintu Air
ii 4,0 ringan 5,2 sedang 5,2 sedang 5,2 sedangTabel 3.2 Indeks Kualitas Air S.Cisadane Tahun 2016
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 21 0,875 50 43,75 3 Sedang 3 0,125 30 3,75 4 Berat 0 0 10 0 24 47,5
Tabel 3.3 Titik Pantau S.Cisadane Tahun 2017
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status
Jembatan Cisauk
ii 4,7 ringan 2,4 ringanJembatan PT. Indorama
ii 5,0 sedang 2,1 ringanJembatan Gading
ii 4,8 ringan 2,2 ringanJembatan Cikokol
ii 4,8 ringan 2,6 ringanJembatan Robinson
ii 4,8 ringan 1,9 ringanDinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 3Tabel 3.4 Indeks Kualitas Air S.Cisadane Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 11 0,916667 50 45,83333 3 Sedang 1 0,083333 30 2,5 4 Berat 0 0 10 0 12 48,33333
Sungai Cidurian memiliki nilai indeks kualitas air lebih baik daripada Sungai
Cisadane, yaitu 70 / cukup pada tahun 2016 (Tabel 3.6), namun menurun hingga 50 /
sangat kurang di tahun 2017 (Tabel 3.8).
Tabel 3.5 Titik Pantau S.Cidurian Tahun 2016
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status
Tanjung Sari
ii 0,5 memenuhi 0,5 memenuhiRanca Sumur
ii 0,6 memenuhi 0,6 memenuhiCikande Hulu
ii 0,5 memenuhi 0,5 memenuhiCikande Hilir
ii 0,5 memenuhi 0,5 memenuhiKoper
ii 0,5 memenuhi 0,5 memenuhiTamara
ii 0,5 memenuhi 0,5 memenuhiTabel 3.6 Indeks Kualitas Air S.Cidurian Tahun 2016
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 12 1 70 70 2 Ringan 0 0 50 0 3 Sedang 0 0 30 0 4 Berat 0 0 10 0 12 70
Tabel 3.7 Titik Pantau S.Cidurian Tahun 2017
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status
Jembatan Kopo Maja
ii 4,8 ringanRanca Sumur
ii 4,8 ringanCikande Asem
ii 4,8 ringanJembatan Koper
ii 5,0 ringanJembatan Kresek
ii 4,9 ringanDinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 4Tabel 3.8 Indeks Kualitas Air S.Cidurian Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 6 1 50 50 3 Sedang 0 0 30 0 4 Berat 0 0 10 0 6 50
Indeks kualitas air Sungai Ciujung tahun 2016 memiliki bobot 50 / sangat kurang
(Tabel 3.10) dengan status pencemaran ringan di setiap pemantauan (Tabel 3.9), bobotnya
menurun menjadi 42,22 / waspada (Tabel 3.12) pada tahun 2017 karena terdapat 7
pemantauan yang berstatus sedang (Tabel 3.11).
Tabel 3.9 Titik Pantau S.Ciujung Tahun 2016
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status PI Status
Hulu cisalaraja ii 1,9 ringan 1,9 ringan 2,2 ringan 2,2 ringan
ciberang
ii 2,1 ringan 2,2 ringan 2,4 ringan 2,2 ringanjembatan baru 3
ii 1,3 ringan 1,9 ringan 2,2 ringan 2,0 ringanKragilan
ii 1,9 ringan 2,1 ringan 2,4 ringan 2,2 ringanJongjin
ii 2,5 ringan 2,7 ringan 2,7 ringan 2,7 ringanBendungan
pamarayan
ii 3,1 ringan 2,6 ringan 3,3 ringan 3,2 ringanTabel 3.10 Indeks Kualitas Air S.Ciujung Tahun 2016
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 24 1 50 50 3 Sedang 0 0 30 0 4 Berat 0 0 10 0 24 50
Tabel 3.11 Titik Pantau S.Ciujung Tahun 2017
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status
Hulu cisalaraja ii 8,2 sedang 3,1 ringan 4,0 ringan
ciberang
ii 7,6 sedang 2,8 ringan 4,2 ringanjembatan baru 3
ii 8,8 sedang 2,8 ringan 5,5 sedangKragilan
ii 7,7 sedang 2,8 ringan 4,7 ringanJongjin
ii 7,1 sedang 3,1 ringan 4,4 ringanBendungan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 5Tabel 3.12 Indeks Kualitas Air S.Ciujung Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0
2 Ringan 11 0,611111 50 30,55556 3 Sedang 7 0,388889 30 11,66667 4 Berat 0 0 10 0
18 42,22222
Sungai Cirarab memiliki dua titik pantau berstatus memenuhi (Tabel 3.13) pada
tahun 2016 sehingga memperoleh nilai IKA 51,25 / sangat kurang (Tabel 3.14). Akan tetapi,
pada tahun 2017 terdapat enam titik pantau berstatus berat dan enam status sedang (Tabel
3.15) yang mengakibatkan nilai IKA menurun drastis hingga 35,83 / waspada (Tabel 3.16).
Tabel 3.13 Titik Pantau S.Cirarab Tahun 2016
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status PI Status
Jembatan bitung ii 1,3 ringan 1,8 ringan 1,8 ringan 0,9 memenuhi
Jembatan pasar Kemis ii 1,7 ringan 1,4 ringan 1,4 ringan 1,7 ringan
Perumahan total persada ii 1,1 ringan 1,1 ringan 1,2 ringan 1,6 ringan
Perumahan tomang ii 1,7 ringan 1,4 ringan 1,4 ringan 1,4 ringan
Kota Bumi ii 1,1 ringan 1,6 ringan 1,9 ringan 1,9 ringan
Jembatan Kulkug ii 1,7 ringan 2,0 ringan 1,4 ringan 1,4 ringan
Jembatan Sarakan ii 1,1 ringan 1,8 ringan 2,0 ringan 1,1 ringan
Jembatan cirarab ii 1,7 ringan 1,0 ringan 1,9 ringan 1,0 memenuhi
Tabel 3.14 Indeks Kualitas Air S.Cirarab Tahun 2016
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 2 0,0625 70 4,375 2 Ringan 30 0,9375 50 46,875 3 Sedang 0 0 30 0 4 Berat 0 0 10 0 32 51,25
Tabel 3.15 Titik Pantau S.Cirarab Tahun 2017
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status
Jembatan bitung ii 14,4 berat 0,9 memenuhi 8,1 sedang
Jembatan pasar Kemis ii 8,2 sedang 2,7 ringan 10,0 sedang
Jembatan Permata
Tangerang ii 13,7 berat 2,8 ringan 7,6 sedang
Jembatan Kutabumi ii 7,0 sedang 11,6 berat 9,3 sedang
Cadas Kukun ii 23,4 berat 2,8 ringan 10,0 berat
Cirarab Hilir ii 20,7 berat 4,7 ringan 3,8 ringan
Jembatan Sarakan ii 1,1 ringan 1,8 ringan 2,0 ringan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 6Tabel 3.16 Indeks Kualitas Air S.Cirarab Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 1 0,041667 70 2,916667 2 Ringan 11 0,458333 50 22,91667 3 Sedang 6 0,25 30 7,5 4 Berat 6 0,25 10 2,5 24 35,83333
Semua titik pantau di Sungai Cibanten berstatus ringan (Tabel 3.17) pada tahun
2016 sehingga memiliki nilai IKA 50 / sangat kurang (Tabel 3.18). Pada tahun 2017 tujuh titik
pantau mengalami penurunan menjadi status sedang (Tabel 3.19) sehingga nilai IKA nya
pun turun 42,22 / waspada (Tabel 3.20).
Tabel 3.17 Titik Pantau S.Cibanten Tahun 2016
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status PI Status
Desa pabuaran ii 1,9 ringan 2,1 ringan 2,3 ringan 2,1 ringan
Telaga Kencana ii 2,3 ringan 2,7 ringan 2,3 ringan 2,5 ringan
Sumber abadi ii 2,3 ringan 2,4 ringan 2,5 ringan 2,5 ringan
Kampung serut ii 2,3 ringan 2,5 ringan 2,7 ringan 2,5 ringan
Jembatan Kaujon ii 2,3 ringan 2,3 ringan 2,5 ringan 2,1 ringan
Jembatan Kaibon ii 2,3 ringan 2,5 ringan 2,7 ringan 2,4 ringan
Tabel 3.18 Indeks Kualitas Air S.Cibanten Tahun 2016
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 24 1 50 50 3 Sedang 0 0 30 0 4 Berat 0 0 10 0 24 50
Tabel 3.19 Titik Pantau S.Cibanten Tahun 2017
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status
Desa pabuaran ii 6,3 sedang 4,9 ringan 4,4 ringan
Telaga Kencana ii 6,3 sedang 2,2 ringan 4,2 ringan
Sumber abadi ii 6,5 sedang 4,7 ringan 5,0 sedang
Jembatan Kubang ii 6,4 sedang 4,1 ringan 4,1 ringan
Jembatan Kaoujon ii 6,5 sedang 4,7 ringan 4,0 ringan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 7Tabel 3.20 Indeks Kualitas Air S.Cibanten Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 11 0,611111 50 30,55556 3 Sedang 7 0,388889 30 11,66667 4 Berat 0 0 10 0 18 42,22222
Pada tahun 2017 sungai yang dipantau bertambah dua yaitu Sungai Cilemer dan
Sungai Cimanceuri. Kedua sungai tersebut memiliki nilai IKA yang sama sebesar 46,67 /
waspada (Tabel 3.22 dan Tabel 3.24).
Tabel 3.21 Titik Pantau S.Cilemer Tahun 2017
Titik Pantau Peruntukkan
Kelas PI Status PI Status PI Status
Hulu Mandalawangi ii 1,7 ringan 3,4 ringan 5,4 sedang
Kurung Kambing ii 1,7 ringan 3,8 ringan 5,4 sedang
Goyang Lidah ii 2,1 ringan 3,4 ringan 5,4 sedang
Jembatan Cisata ii 2,1 ringan 3,8 ringan 4,1 ringan
Jembatan Surianeun ii 2,4 ringan 3,4 ringan 3,7 ringan
Jembatan Tegal
Papak ii 2,8 ringan 3,9 ringan 3,9 ringan
Tabel 3.22 Indeks Kualitas Air S.Cilemer Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 15 0,833333 50 41,66667 3 Sedang 3 0,166667 30 5 4 Berat 0 0 10 0 18 46,66667
Tabel 3.23 Titik Pantau S.Cimanceuri Tahun 2017
Titik Pantau
Peruntukka
n
Kelas PI Status PI Status PI Status
Jembatan Kutruk ii 1,7 ringan 3,4 ringan 5,4 sedang
Jembatan Ruko
Millenium ii 1,7 ringan 3,8 ringan 5,4 sedang
Jembatan Surya Toto ii 2,1 ringan 3,4 ringan 5,4 sedang
Jembatan Balaraja ii 2,1 ringan 3,8 ringan 4,1 ringan
Jembatan Baduk Anom ii 2,4 ringan 3,4 ringan 3,7 ringan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 8Tabel 3.24 Indeks Kualitas Air S.Cimanceuri Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 0 0 70 0 2 Ringan 15 0,833333 50 41,66667 3 Sedang 3 0,166667 30 5 4 Berat 0 0 10 0 18 46,66667
Berdasarkan tabel-tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 Sungai
Cidurian memiliki nilai IKA tertinggi sebesar 70 / cukup dan Sungai Cisadane memiliki nilai
terendah sebesar 47,5 / waspada. Sungai Cidurian memperoleh nilai IKA tertinggi pada
tahun 2017 sebesar 50 dan nilai IKA terendah sebesar 35,83 dimiliki oleh Sungai Cirarab.
IKA Provinsi Banten merupakan hasil rekapitulasi data-data sungai yang dipantau.
Indeks kualitas air Provinsi Banten pada tahun 2016 sebesar 51,89 / sangat kurang (Tabel
3.25), kemudian turun menjadi 43,33 / waspada pada tahun 2017 (Tabel 3.26). Penurunan
nilai IKA tersebut harus menjadi perhatian bagi pemerintah agar program-program dan
kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan kembali nilai Indeks Kualitas Air Provinsi
Banten.
Tabel 3.25 Indeks Kualitas Air Provinsi Banten Tahun 2016
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 14 0,12069 70 8,448276 2 Ringan 99 0,853448 50 42,67241 3 Sedang 3 0,025862 30 0,775862 4 Berat 0 0 10 0 116 51,89655
Tabel 3.26 Indeks Kualitas Air Provinsi Banten Tahun 2017
No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 1 0,008772 70 0,614035 2 Ringan 80 0,701754 50 35,08772 3 Sedang 27 0,236842 30 7,105263 4 Berat 6 0,052632 10 0,526316 114 43,33333
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 93.2. Indeks Kualitas Udara (IKU) Provinsi Banten
Kualitas udara ambient di Provinsi Banten sangat dipengaruhi oleh kegiatan
transportasi. Sumber pencemaran udara perkotaan berasal dari sumber bergerak yang
sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan pembakaran mesin. Polutan yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor berupa senyawa CO, HC, SO
2, NO
2dan partikulat. Hal
ini dikarenakan peningkatan jumlah kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4 di
Banten.
Dalam rangka pengendalian pencemaran udara, Pemerintah Provinsi Banten
melakukan Pemantauan kualitas udara yaitu pemantauan kualitas udara ambien yang
mengacu pada PP RI 41 tahun 1999. Pemantauan dilakukan di 32 titik lokasi yang tersebar
di Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Banten. Di setiap Kabupaten/Kota diambil 4 titik
lokasi pengambilan sampel.
Data kualitas udara di Provinsi Banten didapatkan dari hasil pemantauan tetap yang
mewakili dari pemukiman, industri, dan padat lalu lintas. Parameter yang digunakan dalam
perhitungan Indeks Pencemaran Udara adalah konsentrasi NO
2dan SO
2.Nilai konsentrasi
tahunan adalah rata-rata dari nilai konsentrasi yang terpantau setiap bulan untuk
selanjutnya dikonversikan menjadi nilai indeks dalam skala 0-100.
Tabel 3.27. Kualitas Udara Provinsi Banten Tahun 2016
No Kabupaten Kadar SO2 Kadar NO2
Rata-rata Rata-rata IPU µg/Nm 3 µg/Nm3 Kadar NO2 Kadar SO2 A B C1 C2 A B C1 C2 1 Pandeglang 24,58 2,98 22,38 11,39 43,00 31,70 28,50 28,40 15,33 32,9 24,15 2 Lebak 16,49 5,86 5,39 10,36 <0,41 <0,41 <0,41 26,10 9,52 6,83 8,17 3 Kab,Tangerang 5,48 <2,57 26,10 9,92 58,90 40,10 <0,41 21,70 11,01 30,27 20,64 4 Kab,Serang 13,12 10,68 3,48 14,72 40,50 34,20 24,20 26,70 10,5 31,4 20,95 5 Kota Serang 69,36 12,36 5,40 <2,57 29,20 40,90 9,60 13,20 22,42 23,22 22,82 6 Kota Tangerang 4,90 3,74 7,32 14,03 56,50 54,50 53,10 46,50 7,49 52,65 30,07 7 Kota Cilegon 11,00 12,32 7,44 14,57 46,90 26,90 22,00 <0,41 11,33 24,05 17,69 8 Kota Tangerang Selatan 41,78 6,32 12,16 7,08 40,30 24,80 31,50 26,00 16,83 30,65 23,74 Nilai Indeks Rata-rata 13,05 28,99 21,02
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan
:
A: Transportasi
C1: Pemukiman
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 10Tabel 3.28. Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten Tahun 2016
Parameter
Rerata Pemantauan 2016
Referensi EU
Index
NO2
13,05
40
0,32625
SO2
28,99
20
,
1,4495
Indeks udara (Ieu)
0,8878
Indeks Kualitas Udara
2016
56,234
Sumber : Analisis Data
Dari hasil perhitungan indeks kualitas udara tahun 2016, rata-rata kadar NO
2sebesar 13,05 µg/Nm
3, sedangkan rata-rata kadar SO
2
sebesar 28,99 µg/Nm
3dengan
Indeks Pencemaran Udara terbesar ada di Kota Tangerang yaitu 30,07 µg/Nm
3.
Adapun hasil perhitungan kualitas udara model EU dan IKLH tahun 2016 di Provinsi
Banten menunjukkan angka 56,234 yang berarti bahwa kualitas udara di Provinsi Banten
berada diatas indek udara nasional dan termasuk dalam kategori
kurang baik
, Hal ini terjadi
karena pemantauan udara ambien Provinsi Banten hanya dilakukan di
roadside
sehingga
konsentrasi pollutant yang bersumber dari emisi kendaraan relatif tinggi dan tidak mewakili
kualitas udara ambien Provinsi Banten secara keseluruhan, Disamping itu juga Provinsi
Banten merupakan daerah industri yang mempunyai kontribusi terhadap pencemaran
udara, Sebagai perbandingan lebih lanjut, pada tabel berikut ditampilkan Indeks Kualitas
Udara Tahun 2017.
Tabel 3.29. Kualitas Udara Provinsi Banten Tahun 2017
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan
:
No
Kabupaten
Kadar SO
2Kadar NO
2Rata-rata
Rata-rata
IPU
µg/Nm
3µg/Nm
3Kadar
NO
2Kadar
SO
2A
B
C1
C2
A
B
C1
C2
1 Pandeglang
9,61
3,78
5,02
4,62 30,40 14,60 12,30 13,90
5,75
17,8
11,77
2 Lebak
16,49 5,86
5,39 10,36 25,40 12,40 9,10 10,40
9,52
14,32 11,92
3 Kab.Tangerang
5,25 12.99 30.88 7.24 60,80 26,70 19,80 11,30
14.07 29,65 21,86
4 Kab.Serang
28,51 27,14 10,31 16,89 70,60 42,60 20,20 26,70
20,71 40,02 30,36
5 Kota Serang
89,07 12,42 12,40 29,79 30,30 67,70 9,60 14,00
35,92
30,4
33,16
6 Kota Tangerang
55,42 3,36 69,95 20,05 51,00 41,80 4,50 35,70
37
33,25 35,12
7 Kota Cilegon
93,75 12,92 73,16 12,70 49,10 28,80 7,30 31,30
48,13 29,12 38,62
8
Kota Tangerang
Selatan
38,19 16,86 63,63 10,52 37,60 32,00 29,50 23,90
32,3
30,75 31,52
Nilai Indeks
Rata-rata
25,42 28,16 30,46
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 11A: Transportasi
C1: Pemukiman
B: Industri /Agroindustri
C2: Perkantoran / komersial
Tabel 3.30. Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten Tahun 2017
Parameter
Rerata Pemantauan 2016
Referensi EU
Index
NO2
25,42
40
0,635
SO2
28,16
20
1,408
Index udara (Ieu)
1,0215
Index udara 2017 IKLH
49,05
Sumber : Analisis Data
Dari tabel Perhitungan Indeks Kualitas Udara Tahun 2017 di Provinsi Banten
menunjukkan angka 49,05 yang berarti indeks kualitas udara Provinsi Banten berada pada
kondisi < 50 jadi termasuk dalam kondisi waspada,
Pencemaran udara Provinsi Banten
dewasa ini semakin memprihatinkan, seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan
transportasi, industri, perkantoran, dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar
terhadap pencemaran udara,
3.3. Indeks Tutupan Hutan (ITH) Provinsi Banten
Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem, Hutan
berfungsi sebagai penjaga air, mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat
tumbuhnya berbagai plasma nutfah, Berdasarkan klasifikasinya, hutan terbagi menjadi hutan
primer dan hutan sekunder, Hutan primer adalah hutan yang belum mengalami gangguan,
sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami
setalah mengalami gangguan seperti pertambangan, perkebunan, dan pertanian,
Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali dilakukan adalah
menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder, kemudian dibagi dengan luas wilayah
provinsi,
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 12TH
: Tutupan Hutan
LTH
: Luas Tutupan ber-Hutan
LWP : Luas Wilayah Provinsi
Selanjutnya, dilakukan konversi berdasarkan persamaan berikut:
Berdasarkan data statistik kehutanan dan BPS, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.31. Tutupan Hutan Provinsi Banten Tahun 2016
Komponen
Nilai (Ha)
Hutan primer
7.300
Hutan sekunder
61.500
Luas tutupan berhutan
68.800
Luas wilayah provinsi
966.292
Tutupan Hutan
0,071
Nilai Tutupan Hutan tersebut kemudian dikonversi, sehingga diperoleh nilai Indeks
Tutupan Hutan Provinsi Banten tahun 2016 sebesar
28,9
, Nilai tersebut mengalami sedikit
peningkatan pada tahun 2017 menjadi
29,19
, Kedua nilai tersebut menunjukkan kondisi
tutupan hutan di Provinsi Banten relatif stabil tanpa adanya pengurangan luas wilayah hutan
primer dan sekunder.
Tabel 3.32. Tutupan Hutan Provinsi Banten Tahun 2017
Komponen
Nilai
Hutan primer
7.441,29
Hutan sekunder
64.084,54
Luas tutupan berhutan
71.525,83
Luas wilayah provinsi
966.292
Tutupan Hutan
0,074
Hasil perhitungan konversi diperoleh nilai Indeks Tutupan Hutan Provinsi Banten
Tahun 2017 sebesar
29,19,
3.4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Banten
Perhitungan IKLH Provinsi dilakukan dengan persamaan berikut:
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB III- 13IKLH Provinsi = (IKA x 30%) + (IKU x 30%) + (ITH x 40%)
Tabel 3.33. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Banten Tahun 2016 dan 2017
Tahun
IKA
IKU
ITH
IKLH
Status
2016
51,89
56,23
28,9
43,99
Waspada
2017
43,33
49,05
29,19
39,38
Waspada
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa status
IKLH Provinsi Banten berada dalam status
waspada,
sehingga pengelolaan dan
perlindungan Lingkungan Hidup di Provinsi Banten harus lebih ditingkatkan, Jika
dibandingkan dengan data IKLH Provinsi Banten Tahun 2011-2014 yang dimuat dalam IKLH
Nasional Tahun 2014, nilai IKLH Provinsi Banten Tahun 2017 merosot hingga selisih sekitar
10% dari tahun-tahun sebelumnya,
Tabel 3.34. Perbandingan Nilai IKLH Provinsi Banten Tahun 2011-2017
Tahun
IKA
IKU
ITH
IKLH
Status
2011
51,04
74,05
37,92
52,7
Sangat
kurang
2012
53,5
53,13
37,16
46,85
Waspada
2013
47,1
57,79
37,16
46,33
Waspada
2014
42,86
53,15
37,16
43,67
Waspada
2016
51,89
56,23
28,9
43,99
Waspada
2017
43,33
49,05
29,19
39,38
Waspada
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB IV - 1Bab 4
Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
Indeks Kualitas Lingkungan hidup (IKLH) Provinsi Banten tahun 2017 memiliki angka
sebesar 39,38. Hal ini menyimpulkan bahwa status lingkungan hidup Provinsi Banten pada
Tahun 2017 berada dalam posisi
waspada.
Kondisi ini memiliki makna bahwa lingkungan
hidup di provinsi Banten masih belum memenuhi kriteria lingkungan yang baik dan sehat
sebagaimana diharapkan dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat(1). Pemantauan hanya
dilakukan pada kabupaten/kota yang memiliki aktivitas tinggi dan pemantauan air sungai
dilakukan terhadap sungai-sungai yang memiliki potensi pencemaran.
Jika ditinjau berdasarkan indikatornya, nilai Indeks Kualitas Air Provinsi Banten tahun
2017 mencapai 43,33 atau dengan kata lain berada pada posisi waspada, sedangkan hasil
perhitungan Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten menunjukkan angka 56,23 di Tahun
2016 dan angka 49,05 di Tahun 2017 yang berarti bahwa kualitas udara di Banten berada
termasuk dalam kategori sangat kurang dan waspada. Indeks Tutupan Hutan Provinsi
Banten yang berada di dalam kawasan hutan relatif tetap pada nilai 28
– 29, hal ini
menunjukkan tidak adanya perubahan luas wilayah hutan primer dan hutan sekunder.
Angka IKLH Provinsi Banten tersebut merupakan angka indikatif yang masih dapat
menjadi perdebatan dikarenakan keterbatasan data yang kita miliki, namun IKLH ini dapat
menjadi acuan yang memberikan gambaran umum dan membantu dalam proses
pengambilan kebijakan. Tentu saja diperlukan pengkajian yang lebih mendalam guna
memperoleh pendekatan hasil kondisi sebenarnya yang mendekati kondisi lapangan.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB IV - 24.2. Saran
Penyempurnaan IKLH merupakan upaya yang berkelanjutan dan diharapkan tetap terus
dilakukan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a. IKLH perlu dikembangkan sebagai salah satu alat pendukung pembuatan kebijakan,
sesuai dengan konsep yang holistik dan menyeluruh dimana kebutuhan dan
ketersediaan data turut mengikuti konsep tersebut sehingga diharapkan ditemukan
suatu konsep yang sangat mendekati kondisi lapangan.
b. Pembenahan dan penyempuranaan kesahihan serta keakuratan sumber data,
terutama memastikan kualitas data mulai dari kegiatan pengumpulan data melalui
kegiatan pemantauan, sehingga dapat ditelusuri setiap angka indikatifnya dan dapat
ditemukan sumber permasalahannya.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
|
BAB IV - 3Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
1
Lampiran
1. Data Pemantauan Kualitas Air Provinsi Banten Tahun 2016
Sungai Cisadane
Jembatan
Cisauk
Kelas ii Parameter Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru DO5
4 1,25 1,484
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,00 TSS23
50 0,46 0,4621
50 0,42 0,4220
50 0,40 0,4020
50 0,40 0,40 Fecal Coli930
1000 0,93 0,93750
1000 0,75 0,75750
1000 0,75 0,75750
1000 0,75 0,75 Coliform5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A BOD
5
3 1,67 2,118
3 2,67 3,138
3 2,67 3,138
3 2,67 3,13 COD19
25 0,76 0,7631
25 1,24 1,4731
25 1,24 1,4731
25 1,24 1,47 Fosfat0,03
0,2 0,15 0,150,04
0,2 0,20 0,200,04
0,2 0,20 0,200,04
0,2 0,20 0,20 Ci/Lij,R 0,98 Ci/Lij,R 1,16 Ci/Lij,R 1,16 Ci/Lij,R 1,16Ci/Lij,M 2,11 Ci/Lij,M 3,13 Ci/Lij,M 3,13 Ci/Lij,M 3,13
PIj 1,6 PIj 2,4 PIj 2,4 PIj 2,4
Jembatan
Gading Serpong
Kelas : ii Parameter Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru DO5
4 1,25 1,484
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,00 TSS23
50 0,46 0,4624
50 0,48 0,4822
50 0,44 0,4422
50 0,44 0,44Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
2
Fecal Coli
1,5
1000 0,00 0,00750
1000 0,75 0,75750
1000 0,75 0,75750
1000 0,75 0,75 Coliform5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A BOD
5
3 1,67 2,117
3 2,33 2,847
3 2,33 2,847
3 2,33 2,84 COD20
25 0,80 0,8027
25 1,08 1,1727
25 1,08 1,1727
25 1,08 1,17 Fosfat0,02
0,2 0,10 0,100,04
0,2 0,20 0,200,04
0,2 0,20 0,200,04
0,2 0,20 0,20 Ci/Lij,R 0,83 Ci/Lij,R 1,07 Ci/Lij,R 1,07 Ci/Lij,R 1,07Ci/Lij,M 2,11 Ci/Lij,M 2,84 Ci/Lij,M 2,84 Ci/Lij,M 2,84
PIj 1,6 PIj 2,1 PIj 2,1 PIj 2,1
Jembatan
Cikokol
Kelas : ii Parameter Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru DO4
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,00 TSS33
50 0,66 0,6618
50 0,36 0,3617
50 0,34 0,3417
50 0,34 0,34 Fecal Coli930
1000 0,93 0,93750
1000 0,75 0,75750
1000 0,75 0,75750
1000 0,75 0,75 Coliform5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A BOD
6
3 2,00 2,517
3 2,33 2,847
3 2,33 2,847
3 2,33 2,84 COD24
25 0,96 0,9629
25 1,16 1,3229
25 1,16 1,3229
25 1,16 1,32 Fosfat0,01
0,2 0,05 0,050,2
0,2 1,00 1,000,2
0,2 1,00 1,000,2
0,2 1,00 1,00 Ci/Lij,R 1,02 Ci/Lij,R 1,21 Ci/Lij,R 1,21 Ci/Lij,R 1,21Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 2,84 Ci/Lij,M 2,84 Ci/Lij,M 2,84
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
3
Jembatan PT.
Indorama
Kelas : ii Parameter Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru DO4
4 1,00 1,003
4 0,75 0,753
4 0,75 0,753
4 0,75 0,75 TSS22
50 0,44 0,4417
50 0,34 0,3418
50 0,36 0,3618
50 0,36 0,36 Fecal Coli750
1000 0,75 0,75930
1000 0,93 0,93930
1000 0,93 0,93930
1000 0,93 0,93 Coliform5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A BOD
6
3 2,00 2,519
3 3,00 3,399
3 3,00 3,399
3 3,00 3,39 COD25
25 1,00 1,0038
25 1,52 1,9138
25 1,52 1,9138
25 1,52 1,91 Fosfat0,03
0,2 0,15 0,150,03
0,2 0,15 0,150,03
0,2 0,15 0,150,03
0,2 0,15 0,15 Ci/Lij,R 0,97 Ci/Lij,R 1,24 Ci/Lij,R 1,25 Ci/Lij,R 1,25Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 3,39 Ci/Lij,M 3,39 Ci/Lij,M 3,39
PIj 1,9 PIj 2,6 PIj 2,6 PIj 2,6
Jembatan
Robinson
Kelas : ii Parameter Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru Ci (Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru DO4
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,00 TSS18
50 0,36 0,3621
50 0,42 0,4220
50 0,40 0,4020
50 0,40 0,40 Fecal Coli750
1000 0,75 0,75930
1000 0,93 0,93930
1000 0,93 0,93930
1000 0,93 0,93 Coliform5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A BOD
6
3 2,00 2,516
3 2,00 2,516
3 2,00 2,516
3 2,00 2,51 COD25
25 1,00 1,0024
25 0,96 0,9624
25 0,96 0,9624
25 0,96 0,96 Fosfat0,02
0,2 0,10 0,100,03
0,2 0,15 0,150,03
0,2 0,15 0,150,03
0,2 0,15 0,15 Ci/Lij,R 0,95 Ci/Lij,R 0,99 Ci/Lij,R 0,99 Ci/Lij,R 0,99Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 2,51
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
4
Bend
Pintu Air
Kelas : ii DO4
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,004
4 1,00 1,00 TSS22
50 0,44 0,1924
50 0,48 0,2323
50 0,46 0,2123
50 0,46 0,21 Fecal Coli930
1000 0,93 0,86930
1000 0,93 0,86930
1000 0,93 0,86930
1000 0,93 0,86 Coliform5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
5000 #N/A
BOD
7
3 2,33 5,448
3 2,67 7,118
3 2,67 7,118
3 2,67 7,11 COD27
25 1,08 1,1731
25 1,24 1,5431
25 1,24 1,5431
25 1,24 1,54 Fosfat0,01
0,2 0,05 0,000,01
0,2 0,05 0,000,01
0,2 0,05 0,000,01
0,2 0,05 0,00 Ci/Lij,R 1,45 Ci/Lij,R 1,79 Ci/Lij,R 1,79 Ci/Lij,R 1,79Ci/Lij,M 5,44 Ci/Lij,M 7,11 Ci/Lij,M 7,11 Ci/Lij,M 7,11
PIj 4,0 PIj 5,2 PIj 5,2 PIj 5,2
Sungai Cidurian
Tanjung Sari
Kelas ii Parameter Ci(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 #N/A 4 #N/A TSS 50 #N/A 50 #N/A Fecal Coli 500 1000 0,50 0,50 500 1000 0,50 0,50 Coliform 900 5000 0,18 0,18 900 5000 0,18 0,18 BOD 2 3 0,67 0,67 2 3 0,67 0,67 COD 12,02 25 0,48 0,48 12,01 25 0,48 0,48 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,38 Ci/Lij,R 0,38 Ci/Lij,M 0,67 Ci/Lij,M 0,67 PIj 0,5 PIj 0,5
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
5
Ranca Sumur
Kelas : ii
Parameter
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 #N/A 4 #N/A TSS 50 #N/A 50 #N/A Fecal Coli 650 1000 0,65 0,65 650 1000 0,65 0,65 Coliform 1200 5000 0,24 0,24 1200 5000 0,24 0,24 BOD 2 3 0,67 0,67 2 3 0,67 0,67 COD 17,52 25 0,70 0,70 16,32 25 0,65 0,65 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,46 Ci/Lij,R 0,45 Ci/Lij,M 0,70 Ci/Lij,M 0,67 PIj 0,6 PIj 0,6
Cikande Hulu
Kelas : ii Parameter Ci(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 #N/A 4 #N/A TSS 50 #N/A 50 #N/A Fecal Coli 400 1000 0,40 0,40 400 1000 0,40 0,40 Coliform 650 5000 0,13 0,13 650 5000 0,13 0,13 BOD 2,02 3 0,67 0,67 2 3 0,67 0,67 COD 12,5 25 0,50 0,50 11,41 25 0,46 0,46 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,35 Ci/Lij,R 0,34 Ci/Lij,M 0,67 Ci/Lij,M 0,67 PIj 0,5 PIj 0,5
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
6
Cikande Hilir
Kelas : ii
Parameter
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 #N/A 4 #N/A TSS 50 #N/A 50 #N/A Fecal Coli 350 1000 0,35 0,35 350 1000 0,35 0,35 Coliform 1.000 5000 0,20 0,20 1.000 5000 0,20 0,20 BOD 2 3 0,67 0,67 2 3 0,67 0,67 COD 11,07 25 0,44 0,44 11,35 25 0,45 0,45 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,34 Ci/Lij,R 0,34 Ci/Lij,M 0,67 Ci/Lij,M 0,67 PIj 0,5 PIj 0,5
Koper
Kelas : ii Parameter Ci(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 #N/A 4 #N/A TSS 50 #N/A 50 #N/A Fecal Coli 500 1000 0,50 0,50 500 1000 0,50 0,50 Coliform 1200 5000 0,24 0,24 1200 5000 0,24 0,24 BOD 2 3 0,67 0,67 2 3 0,67 0,67 COD 10,21 25 0,41 0,41 12,16 25 0,49 0,49 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,37 Ci/Lij,R 0,39 Ci/Lij,M 0,67 Ci/Lij,M 0,67 PIj 0,5 PIj 0,5
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
7
Tamara
Kelas : ii
Parameter
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 #N/A 4 #N/A TSS 50 #N/A 50 #N/A Fecal Coli 350 1000 0,35 0,35 350 1000 0,35 0,35 Coliform 650 5000 0,13 0,13 650 5000 0,13 0,13 BOD 2 3 0,67 0,67 2 3 0,67 0,67 COD 9,35 25 0,37 0,37 10 25 0,40 0,40 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,31 Ci/Lij,R 0,32 Ci/Lij,M 0,67 Ci/Lij,M 0,67 PIj 0,5 PIj 0,5
Sungai Ciujung
Hulu cisalaraja
Kelas ii Parameter Ci(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 4 1,00 1,00 4 4 1,00 1,00 TSS 25 50 0,50 0,50 25 50 0,50 0,50 Fecal Coli 750 1000 0,75 0,75 1.500 1000 1,50 1,88 Coliform 1.200 5000 0,24 0,24 750 5000 0,15 0,15 BOD 6 3 2,00 2,51 6 3 2,00 2,51 COD 21 25 0,84 0,84 25 25 1,00 1,00 Fosfat 0,02 0,2 0,10 0,10 0,02 0,2 0,10 0,10 Ci/Lij,R 0,85 Ci/Lij,R 1,02 Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 2,51 PIj 1,9 PIj 1,9
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
8
ciberang
Kelas : ii
Parameter
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 4 1,00 1,00 4 4 1,00 1,00 TSS 24 50 0,48 0,48 27 50 0,54 0,54 Fecal Coli 750 1000 0,75 0,75 1.500 1000 1,50 1,88 Coliform 1.200 5000 0,24 0,24 750 5000 0,15 0,15 BOD 7 3 2,33 2,84 7 3 2,33 2,84 COD 25 25 1,00 1,00 29 25 1,16 1,32 Fosfat 0,01 0,2 0,05 0,05 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,91 Ci/Lij,R 1,11 Ci/Lij,M 2,84 Ci/Lij,M 2,84 PIj 2,1 PIj 2,2
jembatan baru 3
Kelas : ii Parameter Ci(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 5 4 1,25 1,48 4 4 1,00 1,00 TSS 40 50 0,80 0,80 45 50 0,90 0,90 Fecal Coli 750 1000 0,75 0,75 1.500 1000 1,50 1,88 Coliform 1.200 5000 0,24 0,24 750 5000 0,15 0,15 BOD 4 3 1,33 1,62 6 3 2,00 2,51 COD 17 25 0,68 0,68 21 25 0,84 0,84 Fosfat 0,02 0,2 0,10 0,10 0,02 0,2 0,10 0,10 Ci/Lij,R 0,81 Ci/Lij,R 1,05 Ci/Lij,M 1,62 Ci/Lij,M 2,51 PIj 1,3 PIj 1,9
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten |
9
Kragilan
Kelas : ii
Parameter
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 4 1,00 1,00 4 4 1,00 1,00 TSS 21 50 0,42 0,42 19 50 0,38 0,38 Fecal Coli 930 1000 0,93 0,93 1.500 1000 1,50 1,88 Coliform 2.100 5000 0,42 0,42 750 5000 0,15 0,15 BOD 6 3 2,00 2,51 7 3 2,33 2,84 COD 24 25 0,96 0,96 26 25 1,04 1,09 Fosfat 0,02 0,2 0,10 0,10 0,01 0,2 0,05 0,05 Ci/Lij,R 0,91 Ci/Lij,R 1,06 Ci/Lij,M 2,51 Ci/Lij,M 2,84 PIj 1,9 PIj 2,1
Jongjin
Kelas : ii Parameter Ci(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
Ci
(Data) Lij (BMA) Ci/Lij Ci/Lij,baru
DO 4 4 1,00 1,00 3,4 4 0,85 0,85 TSS 23 50 0,46 0,46 24 50 0,48 0,48 Fecal Coli 930 1000 0,93 0,93 1.500 1000 1,50 1,88 Coliform 2.100 5000 0,42 0,42 750 5000 0,15 0,15 BOD 9 3 3,00 3,39 10 3 3,33 3,61 COD 36 25 1,44 1,79 40 25 1,60 2,02 Fosfat 0,02 0,2 0,10 0,10 0,02 0,2 0,10 0,10 Ci/Lij,R 1,16 Ci/Lij,R 1,30 Ci/Lij,M 3,39 Ci/Lij,M 3,61 PIj 2,5 PIj 2,7