MAKALAH INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN
Sebagai syarat UTS PKL semester genap 2016/2017
Disusun Oleh:
ANISA WIGATI 14513076
Dosen Pengampu:
DR. SUPHIA RAHMAWATI, S.T., M.T.
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Maksud dan tujuan indeks kualitas lingkungan ... 1
1.3 Manfaat indeks kualitas lingkungan ... 1
BAB II INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN ... 2
2.1 Pengertian umum ... 2
2.2 Jenis dan prinsip indeks kualitas lingkungan ... 4
BAB III CONTOH STUDI KASUS ... 8
3.1 Studi Kasus 1 dan interpretasinya ... 8
3.2 Studi Kasus 2 dan interpretasinya ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 11
ii DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Indeks Pencemaran sungai berdasarkan status mutu air kelas 1 ... 10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator dan Parameter Environmental Quality Index (EQI) ... 2
Tabel 2.2 Indikator dan Parameter Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) ... 3
Tabel 3.1 Skoring dan pembobotan data kualitas air ... 8
Tabel 3.2 Hubungan nilai Indeks Pencemar (IP) dengan status mutu air ... 10
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Permasalahan lingkungan hidup terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara organisme dan unsur-unsur abiotik di dalam suatu ekosistem. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Permasalahan lingkungan memberi pengaruh besar terhadap perubahan kualitas lingkungan. Perubahan kualitas lingkungan yang cenderung semakin menurun memerlukan pertimbangan yang cermat dalam menentukan arah perkembangan pembangunan berkelanjutan.
Kualitas lingkungan yang telah menjadi isu nasional memerlukan pemahaman masyarakat dalam upaya perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan (PKL). Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat dalam pengukuran kualitas lingkungan yang berbasis teknis. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengubah metode pengukuran kualitas lingkungan yang lebih mudah dipahami. Salah satu metode pengukuran kualitas lingkungan tersebut adalah menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan (IKL).
Pada tahun 2009, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mengembangkan alat ukur sederhana yang disebut dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup atau yang biasa disebut dengan IKLH. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) adalah penilaian kualitas lingkungan hidup yang dinyatakan dalam angka. Oleh karena itu, diharapkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dapat memberi pemahaman akan kualitas lingkungan hidup dan mendorong semua pemangku kepentingan (stakeholder) melakukan aksi nyata dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
1.2 Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan dari Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) adalah dapat mempermudah masyarakat dan stakeholder dalam pengukuran kualitas lingkungan. Selain itu, mendorong masyarakat untuk melakukan aksi nyata dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan memberikan informasi kepada masyarakat dan para pengambil keputusan tentang kondisi lingkungan.
1.3 Manfaat indeks kualitas lingkungan
Manfaat Indeks Kualitaa Lingkungan (IKL) adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kualitas lingkungan yang dinyatakan dalam angka.
2. Bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
3. Mengidentifikasi sumber permasalahan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
4. Alat penggerak kesadaran masyarakat dalam pengelolaan kualitas lingkungan hidup.
BAB II
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN
2.1 Pengertian umum
Indeks Kualitas Lingkungan (Environmental Quality Index) dikembangkan oleh Virginia Commonwealth University (VCU) pada dasarnya mengukur kecenderungan kualitas atau kondisi lingkungan dari media air, udara, dan lahan, beban pencemar toksik, perkembangbiakan burung (keanekaragaman hayati), dan pertumbuhan penduduk. EQI merupakan gabungan 7 indikator, dan beberapa indikator terdiri dari parameter-parameter sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: (KLHK RI, 2014)
Tabel 2.1 Indikator dan Parameter Environmental Quality Index (EQI)
Sumber : KLHK RI, 2014
Konsep Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator kualitas lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan. Berbeda dengan BPS, IKLH dihitung pada tingkat provinsi sehingga akan didapat indeks tingkat nasional. Perbedaan lain dari konsep yang dikembangkan oleh BPS adalah setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya, seperti:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara penghitungan indeks pencemaran air (IPA).
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemar Udara Penetapan parameter berdasarkan pada ketersediaan data dalam selang waktu tahun 2006 – 2009.
3 Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) dilakukan sejak tahun 2009, namun hingga saat ini telah mengalami beberapa kali penyesuaian. Perbedaan terletak pada cara perhitungan dan parameter yang digunakan. Indeks Tutupan Hutan/Lahan semula dihitung menggunakan data luas hutan primer, luas hutan sekunder dan luas hutan menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan, tetapi sejak tahun 2012 perhitungan berubah menggunakan data luas hutan dibagi luas wilayah administrasi yang dikonversi ke dalam rumus yang tersedia. (DLH Grobogan, 2016)
Pada IKLH 2012, struktur IKLH relatif sama dengan yang sebelumnya yaitu terdiri dari 3 (tiga) indikator, namun ada perubahan dalam pembobotan. Hal ini mengingat perlu adanya keseimbangan antara indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat). Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspek-aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya memiliki kontribusi yang sama terhadap IKLH, namun karena hanya diwakili 1 (satu) indikator yaitu tutupan hutan, maka bobotnya lebih besar dibanding indikator lainnya. Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Indikator udara dan air yang mewakili isu coklat memiliki bobot yang sama. Berikut ini adalah tabel indikator dan parameter Indeks Kualitas Lingkungan Hidup:
Tabel 2.2 Indikator dan Parameter Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Sumber : KLHK RI, 2014
Perhitungan kualitas udara tetap menggunakan indeks pencemaran udara. Khusus untuk parameter kualitas air, karena akan diperbandingkan dengan indeks tahun 2009 dan 2010 maka yang akan dihitung tetap tiga parameter, yaitu TSS, DO dan COD. Perhitungan IKLH untuk setiap provinsi dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
IKLH Provinsi = (IPA x 30%) + (IPU x 30%) + (ITH x 40%)
dimana : IKLH Provinsi = Indeks Kualitas Lingkungan provinsi
IPA = Indeks Pencemaran Air
IPU = Indeks Pencemaran Udara
ITH = Indeks Tutupan Lahan
Setelah didapatkan nilai indeks provinsi, kemudian dihitung indeks nasional dengan menggunakan formula sebagai berikut:
𝑰𝑲𝑳𝑯 𝑵𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 = ∑ 𝑰𝑲𝑳𝑯𝑷𝒓𝒐𝒗𝒊𝒏𝒔𝒊 𝒙 {
𝑷𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒓𝒐𝒗𝒊𝒏𝒔𝒊
𝑷𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝑰𝒏𝒅𝒐𝒏𝒆𝒔𝒊𝒂+ 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑰𝒏𝒅𝒐𝒏𝒆𝒔𝒊𝒂𝑷𝒓𝒐𝒗𝒊𝒏𝒔𝒊
𝟐 }
𝟑𝟑 𝒊=𝟏
Perhitungan nilai indeks kualitas air mengacu pada baku mutu atau standar yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (baku mutu air). Indeks Kualitas Udara mengacu kepada referensi standar internasional, yaitu WHO dan European Union. Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan menggunakan standar ideal tutupan hutan (KLHK RI, 2014).
2.2 Jenis dan prinsip indeks kualitas lingkungan
Jenis Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) terdiri dari beberapa indeks yaitu sebagai berikut:
1. Indeks Pencemaran Udara
Pengukuran kualitas udara mewakili kualitas udara tahunan untuk masing-masing parameter yaitu SO2 dan NO2. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi per triwulan. Selanjutnya nilai konsentrasi rata- Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut:
𝑰𝑷𝑼 = 𝑰𝑷𝑵𝑶𝟐+ 𝑰𝑷𝑺𝑶𝟐 𝟐
dimana : IPU = Indeks Pencemaran Udara IPNO2 = Indeks Pencemar NO2
IPSO2 = Indeks Pencemar SO2
Prinsip indeks pencemaran udara adalah melakukan pemantauan empat kali per tahun pada wilayah pemukiman, industri, dan padat lalu lintas kendaraan bermotor dan parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi per triwulan. Selanjutnya nilai konsentrasi rata-rata tersebut dikonversikan menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100.
2. Indeks Pencemaran Air
Air sungai juga menjadi sumber air baku untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian dan pembangkit tenaga listrik di lain pihak sungai juga dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah sehingga tercemar dan kualitasnya semakin menurun. Karena peranannya tersebut, maka sangat layak jika kualitas air sungai dijadikan indikator kualitas lingkungan hidup. Selain kualitasnya, sebenarnya ketersediaan air sungai (debit air) juga perlu dijadikan indikator. Namun karena data yang tidak tersedia, maka debit air untuk sementara tidak dimasukkan sebagai indikator. Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (PI) adalah sebagai berikut:
5 𝑷𝑰𝒋= √(𝑪𝒊/𝑳𝒊𝒋)𝑴𝟐 + (𝑪𝒊/𝑳𝒊𝒋)𝑹𝟐
𝟐
dimana : (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij
(Ci/Lij)R adalah nilai rata rata dari Ci/Lij
Prinsip indeks pencemaran air adalah setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel dan menghitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform.
3. Indeks Mutu Hidup dan Indeks Biologi
Indeks mutu hidup (IMH) merupakan salah satu indikator komposit yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator komposit adalah suatu indikator tunggal yang merupakan gabungan dari beberapa indikator kesejahteraan rakyat sektoral. Oleh karena itu indikator ini sangat bermanfaat dalam mengukur hasil kebijakan umum yang bersifat lintas sektoral. Indeks mutu hidup ini merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR), Angka Harapan Hidup satu tahun (Life Expectancy/LE) dan Angka Melek Huruf (Literacy Rate/Lit).
Indeks Mutu Hidup (IMH) secara keseluruhan menurut Moris dan MC Alpin (1982) dapat mencakup keseluruhan hasil pembangunan sosial ekonomi. Angka kematian Bayi dan angka harapan hidup satu tahun secara bersama-sama dapat merupakan indikator bagi aspek kemajuan sosial antara lain dampak dari keadaan gizi, kesehatan, pendapatan dan lingkungan masyarakat. Dan secara terpisah kedua indikator tersebut merefleksikan aspek –aspek interaksi sosial yang cukup berbeda. Angka kematian bayi secara peka menggambarkan taraf ketersediaan air bersih, kondisi dalam rumah dan kesejahteraan ibu.
Sementara angka harapan hidup satu tahu merefleksikan taraf gizi dan keadaan lingkungan luas di luar rumah. Sedangkan angka Melek Huruf merupakan indikator yang menggambarkan taraf keterampilan dan kualitas masyarakat. (BPS Kota Bekasi, 2001)
Indeks biologi adalah nilai-nilai yang dicari untuk melihat faktor biologi dari plankton, yaitu indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi. Perhitungan kuantitatif ketiga indeks biologis tersebut mengacu pada Odum (1971) sebagai berikut:
a. Indeks Keanekaragaman (H’) 𝑯′ = ∑ 𝑷𝒊 𝒍𝒏 𝑷𝒊
𝑺 𝒊=𝟏
𝑷𝒊 = 𝒏𝒊
𝑵
Dimana : ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah taksa
Kriteria nilai indeks :
H’ < 1 = Komunitas tidak stabil, perairan tercemar berat 1 < H’< 3 = Stabilitas komunitas sedang, perairan tercemar sedang H’ > 3 = Komunitas stabil, perairan tidak tercemar
b. Indeks Keseragaman (E) 𝑬 = 𝑯′
𝑯𝒎𝒂𝒌𝒔
Dimana : Hmaks = ln s
s = jumlah taksa Kriteria nilai indeks :
0 – 1 = keseragaman rendah – tinggi c. Indeks Dominansi (D)
𝑫 = ∑ (𝒏𝒊 𝑵)
𝒔 𝟐 𝒊=𝟏
Dimana : ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu s = jumlah taksa
Kriteria nilai indeks :
0 – 1 = Tidak ada dominansi, komunitas stabil – ada dominansi, komunitas labil (Erlania, dkk, 2014)
4. Indeks Kualitas Lahan
Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem. Selain berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga mempunyai fungsi mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan hutan terbagi atas hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan, peternakan, dan pertanian menetap. Nilai Indeks Tutupan Hutan (ITH) didapatkan dengan formula:
𝑰𝑻𝑯 = 𝑳𝑻𝑯 𝑳𝑾𝑷
dimana : ITH = Indeks Tutupan Hutan LTH = Luas Tutupan Hutan LWP = Luas Wilayah Provinsi