• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN DAN ISSUE PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN BOJONEGARA

2.1 Kedudukan Wilayah Bojonegara

2.1.1 Kedudukan Administrasi Kawasan Bojonegara dalam Propinsi Banten Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Propinsi Banten terbagi menjadi empat wilayah kabupaten dan dua wilayah kota dengan total area 8.651.20 km2, yaitu: (Wilayah Administrasi Propinsi banten dapat dilihat pada peta 2.1)

• Kabupaten Serang, 1.643,72 km2 • Kabupaten Lebak, 2.941,40 km2 • Kabupaten Pandeglang, 2.595,35 km2 • Kabupaten Tangerang, 1.124,65 km2 • Kota Tangerang, 179,06 km2 • Kota Cilegon, 167,06 km 2

Jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 124, jumlah desa sebanyak 1.337 dan kelurahan sebanyak 144. Untuk jelasnya lihat tabel berikut

Tabel 2.1

Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa di Provinsi Banten 2001

Kabupaten / Kota Kabupaten

Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

Pandeglang 22 322 13 335 Lebak 19 295 5 300 Tangerang 26 325 - 325 Serang 32 349 20 369 Kota Tangerang 13 - 104 104 Cilegon 4 41 2 43 Jumlah 166 1330 146 1476

(2)

Gambar 2.1

(3)

Kawasan Bojonegara terletak di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Kawasan Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar 130 km) Ibukota DKI. Secara administratif Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel (merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare dan dihuni hampir 75.000 jiwa.

Saat ini diwilayah Bojonegara telah dibangun Pelabuhan internasional seluas 1100 Ha dengan pantai yang menghadap kelaut sepanjang 11,3 Km. Disekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan mencapai 1372 hektar meliputi sebagian desa Salira, Mangunreja, Sumureja, Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa dan rancang bangun. (Wilaah administrasi wilayah Bojonegara dapat dilihat pada peta 2.2)

2.1.2 Tinjauan Sejarah Banten Tempo Dulu dan Isue Pengembangan Wilayah Bojonegara erait dengan Lokasi dan Sejarah Banten

Perkembangan wilayah Banten memang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sejarah Jawa Barat. Awalnya Banten adalah salah satu pelabuhan kecil milik Kerajaan Padjajaran (salah satu kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat pada abad 14 masehi), yang pusat kerajaannya berada di Pakuan (di sekitar kota Bogor sekarang). Perkembangan wilayah Banten semakin pesat setelah seorang muslim bernama Hasanuddin pada tahun 1527 merebut Banten Girang dari tangan Kerajaan Padjajaran. Wilayah Banten Girang akhirnya menjadi wilayah vassal (bawahan) dari Kerajaan Demak. Namun pada tahun 1550, Banten melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Kerajaan Demak dan berdiri sendiri menjadi sebuah kesultanan yang independen. Hasanuddin diangkat menjadi sultan pertama yang memerintah wilayah tersebut.

Pada abad 16 hingga 17, Banten adalah kota terbesar di Asia Tenggara. Penduduknya mencapai 100.000 jiwa. Transportasi perdagangan menggunakan rakit dalam kanal-kanal buatan yang melintas di tengah kota. Banten pada saat itu sudah maju dan berkembang pesat seperti beberapa kota besar di eropa

(4)

Peta 2.2

(5)

Sebagai salah satu kota pelabuhan yang megah, Banten mempunyai dua buah pelabuhan yang besar. Pelabuhan pertama adalah pelabuhan yang menghubungkan Banten dengan para pedagang asing yang lokasinya terdapat di sebelah barat sungai Cibanten, sedangkan pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan perdagangan regional terdapat di sebelah timur sungai. Sedangkan pusat kota sekaligus pusat pemerintah terdapat di tengah tengah dua pelabuhan tersebut.

Sebagai salah satu pelabuhan besar di Asia Tenggara pada saat itu, Banten memiliki pelabuhan yang tidak hanya besar tetapi juga lengkap dengan prasarana pelabuhan lainnya seperti, dermaga yang panjang menjorok ke laut, dok kapal, hingga gudang-gudang penyimpanan. Gambaran tentang pelabuhan tersebut secara detail dilukiskan oleh seorang pelaut W Shouten"s yang sempat berkunjung ke Banten pada tahun 1670. Lukisan W Shouten"s kini tersimpan di National Library di Paris. Pelabuhan Banten saat itu terlihat sangat besar dan teratur. Sepanjang pelabuhan bersandar kapal kapal dagang asing berlayar tinggi berjajar dan merapat di sana. Seiring dengan makin pesatnya aktivitas perdagangan di Banten, wilayah ini kemudian berubah menjadi salah satu pusat perdagangan yang cukup besar, melibatkan banyak negara Eropa dan Asia Timur Jauh.

Bahkan Banten disebut sebut sebagai salah satu pelabuhan paling strategis yang menghubungkan Asia dengan bangsa Eropa pada saat itu. Selain mengandalkan aktivitas perdagangan melalui dua pelabuhannya, Banten juga mempunyai modal lain di bidang ekonomi yaitu perkebunan. Sedangkan jenis tanaman yang ditanam dan menjadi andalan ekonomi Banten adalah gula dan rempah- rempah (merica, lada dan kayu manis).

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara Terkait dengan Lokasi dan Sejarah Banten

Terdapat beberapa issue pengembangan wilayah Bojonegara terkait dengan lokasi dan sejarah, dianaranya :

1. Apakah Banten dapat mengembalikan citranya sebagai pusat pengembangan pelabuhan terbesar di Asia tenggara setelah dibangunnya Pelabuhan internasional di wilayah Bojonegara ?

(6)

2. Selain lokasi wilayah Banten yang strategis dibutuhkan pendukung Aspek-aspek ekonomi andalan untuk mendukung keberadaan pelabuhan internasional. Pengembangan kegiatan ekonomi saat ini (industri, listrik, kelautan, pertanian dan pariwisata) apakah dapat mendukung keberadaan IHP Bojonegara ?

3. Lokasi strategis Kawasan Bojonegara diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah Propinsi Banten. Strategi apa yang diperlukan

agar pengembangan wilayah Bojonegara dapat membantu

pengembangan wilayah sekitarnya di Propinsi Banten ?.

4. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan wilayah Banten umumnya serta Kawasan Bojonegara sebagai kawasan pelabuhan internasional agar dapat merebut kejayaannya sebagai yang terbesar di Asia Tenggara ?

2.2 Tinjauan Kebijaksanaan Penetapan Fungsi Wilayah Bojonegara 2.2.1 Tinjauan Kebijaksanaan Tata Ruang Nasional

Dalam kebijaksanaan mengenai tata ruang nasional Propinsi Banten ditetapkan :

• Sebagai penghubung antara Pulau Jawa bagian Barat dengan Pulau

Sumatera;

• Sebagai roda penentu perekonomian dari dan ke Pulau Sumatera;

• Menetapkan Banten sebagai Pintu Gerbang ke dunia luar/Internasional

(Bandara Soekarno - Hatta).

Dalam PP No. 47/1997 tentang RTRWN dan dalam konsep RTR Pulau Jawa-Bali telah ditetapkan bahwa pengembangan pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Bojonegara merupakan satu sistem yang saling melengkapi (komplementer) sebagai IHP (International Harbour Port).

Disamping itu Pelabuhan Bojonegara yang terletak dalam Kawasan Andalan Bojonegara - Merak - Cilegon diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu dalam pengembangan wilayah Bojonegara sehingga perlu di dukung prasarana dan sarana yang memadai. Kebijaksanaan Tata Ruang Nasional Pengembanan

(7)

Gambar 2.3

(8)

Kawasan Andalan Bojonegara memiliki aksesibiitas yang tinggi karena didukung keberadaan Pelabuhan Udara Sukarno Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Bojonegara dan akses jalan Tol menuju Wilayah Kawasan Andalan Bojonegara. Aksesibilitas Kawasan Andalan Bojonegara dapat dilihat pada gambar 2.4.

2.2.2 Kebijaksanaan Wilayah JABODETABEK

Menurut Kebijaksanaan Wilayah JABODETABEK Wilayah Propinsi Banten ditetapkan sebagai :

• Megacity yang kompetitif dalam mewujudkan sistem kota-kota,

pengelolaan tata ruang, dan transportasi yang efesien dan efektif;

• Untuk mengurangi tekanan penduduk di wilayah DKI Jakarta melalui

pengembangan industri, perdagangan, dan permukiman di daerah perbatasan untuk mempermudah iklim investasi;

• Mendorong pengembangan pusat permukiman/perkotaan baru dengan

pengembangan pusat industri dalam kerangka peningkatan kemandirian ekonomi kota-kota baru khususnya di Kabupaten/Kota Tangerang;

• Sebagai kawasan penyangga Ibukota Negara yang berfungsi sebagai

mitra pembangunan agar melalui kemandirian ekonomi dapat berfungsi

sebagai counter magnet bagi Ibukota Negara.

2.2.3 Tinjauan Kebijaksanaan Tata Ruang Wilayah Propinsi

Direncanakan hingga 15 tahun mendatang, pembagian wilayah Propinsi Banten dibagi dalam 3 Wilayah Kerja Pembangunan, meliputi :

1. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I, meliputi: Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dengan kegiatan utama industri, perdagangan, jasa dan permukiman;

2. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II, meliputi: Kota Cilegon dan Kabupaten Serang dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian, pertambangan, industri, kehutanan dan pendidikan.

3. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III, meliputi: Kabupaten Pandeglang dan

Kabupaten Lebak dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian,

(9)

Gambar 2.4

(10)

2.2.4 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara Terkait dengan Penetapan Fungsi Wilayah

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan Penetapan Fungsi Wilayah diantaranya :

1. Dengan dibangunnya IHP Bojonegara, wilayah Bojonegara menjadi kawasan strategis karena menjadi salahsatu Pusat Kegiatan Nasional. 2. Kawasan Bojonegara dan sekitarnya (kawasan andalan Bojonegara -

Merak – Cilegon) diharapkan dapat berkembang menjadi Megacity yang dapat bersaing kompetitif dengan DKI Jakarta.

3. Wilayah Bojonegara dalam konstelasi pengembangan wilayah Propinsi Banten diharapkan dapat sebagai pendorong pengembagan Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II, meliputi: Kota Cilegon dan Kabupaten Serang dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian, pertambangan, industri, kehutanan dan pendidikan.

4. Pengembangan wilayah Bojonegara sebagai PKN, kawasan andalan dan pusat WKP II menuntut penyediaan sarana dan prasarana dengan tingkat pelayanan nasional, propinsi, kabupaen dan lokal.

2.3 Tinjauan Kebijaksanaan dan Isue pengaruh Kebijaksanaan terhadap Wilayah Bojonegara

2.3.1 Tinjauan Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Propinsi Banten A. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang

Didalam RTRWP Banten disebutkan bahwa kebijaksanaan pengembangan tata ruang adalah sebagai berikut :

• Penyebaran penduduk secara merata keseluruh wilayah di

Provinsi Banten terutama ke wilayah Banten Selatan, untuk mengimbangi penyebaran penduduk antar Wilayah Utara - Selatan;

• Menterpadukan ruang ekonomi, sosial budaya, dan biofisik

sebagai kesatuan ruang yang mampu mendorong perkembangan ekonomi wilayah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dunia usaha dan lingkungan hidup secara bekesinambungan;

• Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar

(11)

kawasan lindung dan budidaya secara serasi, selaras, dan seimbang;

• Penyediaan sarana dan prasarana transportasi dan fasilitas

perkotaan yang memungkinkan munculnya wilayah-wilayah yang memiliki potensi pertumbuhan;

• Merevitalisasi kawasan cepat tumbuh kembang dan memproteksi

kawasan lindung;

• Pengembangan jaringan transportasi terdiri jaringan jalan, jaringan

kereta api, terminal, antar Provinsi, Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP).

B. Kebijaksanaan Kawasan Lindung Budidaya

Kebijaksanaan mengenai pengelolaan kawasan lindung dan budidaya Propinsi Banten adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan fungsi dan kualitas kawasan lindung dan budidaya guna

mencegah kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup;

• Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar

wilayah dan sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya;

• Mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, menjaga ekosistem

antar wilayah guna pembangunan berkelanjutan;

• Tercapainya proporsi luas kawasan lindung dan budidaya;

• Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya;

• Menjaga keseimbangan lingkungan dan kesinambungan kegiatan

pembangunan yang memanfaatkan kawasan lindung dan budidaya.

C. Kebijaksanaan Prasarana Wilayah

Kebijaksanaan yang berkaitan dengan prasarana wilayah adalah :

• Pembangunan prasarana wilayah harus sesuai dengan fungsi dan

peranan kota;

• Prasarana wilayah dapat mengarahkan pembangunan pada

wilayah-wilayah yang akan didorong perkembangannya;

• Pemenuhan prasarana wilayah tidak hanya lingkup lokal juga

(12)

• Mengembangkan outlet yang berfungsi sebagai pintu masuk/keluar Banten;

• Pengembangan jaringan prasarana wilayah di Banten Selatan.

D. Kebijaksanaan Wilayah Kerja Pembangunan

Kebijaksanaan Wilayah Kerja Pembangunan Propinsi Banten tercermin dalam :

(a) Penetapan wilayah kerja pembangunan, dimana digariskan ketentuan penataan Wilayah Kerja Pembangunan

(b) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah, yang antara lain mencakup kebijaksanaan kewilayahan / keruangan mengenai

• Arahan pengelolaan kawasan budidaya dan kawasan lindung

• Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan

tertentu

• Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan,

pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya.

• Arahan pengembangan sistem pusat permukiman pedesaan dan

perkotaan.

• Arahan pengembangan sistem pusat prasarana wilayah yang

meliputi prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana pengelolaan lingkungan

• Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan

• Arahan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air dan tata guna

sumber alam lainnya yang memperhatikan keterpaduan dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan

2.3.2 Strategi Pengembangan Wilayah

Ada beberapa konsep dalam strategi pengembangan Wilayah Propinsi Banten yakni :

• Konsep 'ring' atau cincin yang dapat dilihat dari struktur prasarana

transportasi (jalan) yang bentuknya mengelilingi/ sebagai ring (cincin) bagi Provinsi Banten;

• Konsep 'radial' merupakan konsep pembangunan yang akan

(13)

dengan perkotaan, wilayah pinggiran dengan pusat melalui pembangunan prasarana jalan, baik untuk jalur jalan nasional, jalan Provinsi maupun jalan Kabupaten/Kota;

• Lingkaran paling luar sampai dengan pusat/lingkaran paling dalam,

saling bergradasi dari kawasan terbangun ke kawasan tidak terbangun;

• Pusat-pusat pengumpul dan distribusi di pedalaman yang merupakan

wilayah budidaya pertanian dan penunjangnya dengan memakai konsep agropolitan;

• Masing-masing cluster, secara faktual dan operasional, merupakan

aktivitas kegiatan-kegiatan campuran. Namun untuk selanjutnya, cluster-cluster tersebut akan diarahkan pemanfaatannya berdasarkan konsep 'flexible zone' yang memakai sistem 'dominasi orientasi'.

2.3.3 Rencana Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan strategi pengembangan wilayah, maka strategi pemanfaatan ruang yang dikembangkan adalah :

1. Ruang Propinsi sebagai ruang publik dapat dikembangkan untuk manampung berbagai kegiatan masyarakat dan diarahkan pada ruang yang boleh dibangun dan ruang publik yang tidak boleh dimanfaatkan

2. Ruang publik yang boleh dibangun diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan pemerintah. Pengaturan pemanfaatan ruang dilakukan dengan menetapkan ruang budi daya sebagai kawasan yang dikembangkan menurut karakteristik fisik dan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya didalam pemanfaatan ruang di kawasan budidaya selain menumbuhkan potensi yang ada namun juga perlu mempertimbangkan persyaratan teknis ruang yang berbeda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya.

3. Ruang publik yang tidak boleh dibangun diarahkan untuk mempertahankan ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup guna mewujudkan kesembangan yang selaras antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. Ruang publik ini terdiri dari kawasan lindung yang harus dihindari dari kerusakan dan penyusutan, maka pengaturan pemanfatan ruang sebagai pengisian daripada ruang publik diarahkan sebagai berikut :

(14)

(a) Mengembangkan kota kecil dan menengah yang mempunyai potensi untuk berlembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan keselarasan pertumbuhan kota besar

(b) Mengembangkan pusat–pusat pertumbuhan pada kota–kota kecil/ kota kecamatan yang berperan sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, guna mendukung keterkaitan antara pusat produksi, koleksi dan distribusi.

(c) Mensinergikan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan guna mendorong perkembangan ekonomi wilayah dengan meminimalkan kerusakan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. (d) Mengembangkan agribisnis pertanian guna mewujudkan perluasan

pasar yang kondusif serta memperkuat ketahanan pangan

(e) Mengembangkan industri perdagangan dan jasa sebagai sektor utama yang memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi skala besar, menengah, dan kecil yang keterkaitan antara satu dan lainnya

(f) Memberikan ruang gerak yang leluasa kepada prasarana dasar yang memiliki tingkat internasional dan nasional agar mampu memberikan efek ganda terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto serta menumbuhkan kegiatan usaha kecil menengah/koperasi.

(g) Menyediakan jaringan jalan dan utilitas (prasarana) sebagai elemen pengikat kegiatan ekonomi wilayah dan sekaligus memperkuatan keterkaiatan antara satu sektor, antar wilayah dan antar kawasan. (h) Memproteksi kawasan yang berfungsi lindung dan penyangga serta

peninggalan bersejarah/aset budaya yang bermanfaat selain untuk mempertahankan ekosistem dan nilai-nilai budaya namun juga dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Rencana pemanfaatan ruang Propinsi Banten dapat dilihat pada gambar 2.5.

Strategi pengembangan kawasan disesuaikan dengan paradigma baru saat ini yakni berdasarkan Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1999, mengenai kewenangan daerah propinsi. Untuk memudahkan operasional, sinkronisasi, koordinasi dan intergrasi maka Wilayah Propinsi Banten di rencanakan dengan sistem “ cluster” kawasan fungsional sebagai berikut:

(15)

Gambar 2.5

(16)

a. Kawasan Fungsional I (KF 1) : Tangerang - Bojonegara

Pola pemanfaatan lahannya didominasi oleh aktivitas pada sektor perkotaan yang dicirikan oleh pertumbuhan sektor-sektor jasa perkotaan (industri, pariwisata, permukiman).

b. Kawasan Fungsional II (KF 2): Bojonegara - Cilegon.

Karakteristik KF 2 tidak jauh berbeda dengan KF 1, perbedaannya terletak pada perbedaan proporsi pemanfaatan ruang, dimana fungsi permukiman pada KF 2 lebih dominan dibandingkan dengan KF 1 karena faktor perkembangan penduduk dan aktivitas pemerintahan.

c. Kawasan Fungsional III (KF 3): Cilegon - Labuan.

Wilayah KF 3 memiliki karakteristik terletak pada wilayah pantai, keberadaan potensi pariwisata potensial serta mempunyai pull factor besar terhadap gejala urbanisasi.

d. Kawasan Fungsional IV (KF 4): Muara Binuangeun - Bayah.

Kegiatan agroindustri yang dikembangkan pada KF 4 merupakan bagian dari bentuk industri pencemaran rendah yang dikembangkan pada wilayah Lebak; untuk kegiatan industri akan terjadi peningkatan kebutuhan ruang untuk

menampung pengembangan infrastruktur perhubungan darat dan

pengembangan pelabuhan; peruntukan ruang untuk fungsi permukiman disesuaikan dengan prediksi pertambahan kuantitas penduduk; kegiatan pariwisata yang dikembangkan didominasi oleh bentuk wisata pantai yang kebutuhan ruangnya relatif tidak signifikan; sementara alokasi ruang untuk kebutuhan konservasi terutama adalah wilayah sempadan sungai dan pantai.

e. Kawasan Fungsional V (KF 5): Bayah - Pelabuhan Ratu.

KF 5 secara dominan digunakan untuk menampung fungsi permukiman dan pariwisata.

f. Kawasan Fungsional VI (KF 6): Serpong - Serang.

Perkembangan aktivitas perkotaan dalam masa rencana pada KF 6 akan menyebabkan terjadinya penambahan jumlah dan kepadatan penduduk, peningkatan intensitas kegiatan perkotaan terutama pada sektor industri serta

(17)

perlunya ruang konservasi dalam jumlah memadai untuk mempertahankan daya dukung lingkungan.

g. Kawasan Fungsional VII (KF 7): Tigaraksa - Serang - Pandeglang - Malingping

Fungsi ruang pada KF 7 adalah menampung fungsi permukiman dan perkantoran dengan pertimbangan pertumbuhan penduduk, status pemerintahan dan aktivitas perkotaan lainnya.

h. Kawasan Fungsional VIII (KF 8): Tigaraksa - Rangkasbitung - Malingping - Bayah

Sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah

Tigaraksa-Rangkasbitung-Malingping-Bayah, maka ruang pada KF 8 digunakan untuk fungsi konservasi, permukiman, pengembangan agroindustri serta hutan produksi dan tanaman keras.

i. Kawasan Fungsional IX (KF 9): TN. Ujung Kulon dan sekitarnya serta Kawasan Gunung Halimun dan sekitarnya.

KF IX merupakan kawasan konservasi skala regional dan nasional sehingga fungsi lindung yang diperuntukkan pada KF 9 mencapai 80 % dari keseluruhan lahan.

j. Kawasan Fungsional Perairan 4 (empat) Mil.

Dominan kegiatan pada KF 4 mil adalah kegiatan penangkapan ikan yang dapat meliputi sebagian besar wilayah perairan pada kawasan, budidaya perikanan pada lokasi-lokasi tertentu disekitar garis pantai serta pengembangan kegiatan wisata pantai dan pengembangan infrastruktur transportasi laut.

k. Kawasan Fungsional Perairan 12 Mil dan Kepulauan.

Pada KF 12 mil, aktivitas penangkapan ikan merupakan aktivitas yang membutuhkan ruang dominan yang dapat dikembangkan, selain kegiatan pertambangan lepas pantai (terutama pada wilayah pantai utara) dan jasa-jasa lingkungan.

(18)

2.3.4 Sistem Pelayananan Perkotaan

Sistem pelayanan perkotaan di Provinsi Banten dibedakan atas 3 bagian yakni, pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal. Daerah – daerah yang termasuk dalam sistem pelayanan perkotaan adalah:

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Kota Tangerang, Cilegon, dan Serang

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : Serpong, Pandeglang, Rangkasbitung,

Teluknaga, Tigaraksa, Bayah, Anyer, Labuan, Malingping dan Cibaliung; 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Menes, Balaraja, Pasar Kemis, Cikupa,

Cikande, Ciomas, Muara Binuangeun dan Sumur;

2.3.5 Arahan Pengembangan Wilayah Propinsi Banten Arahan pengembangan wilayah Propinsi Banten, diantaranya : 1. Arahan Pengembangan Transportasi

a. Transportasi Darat

• Membentuk sistem jaringan jalan arteri penghubung antar PKN melalui

peningkatan ruas jalan arteri Serang - Cilegon;

• Penetapan jalan Teluk Naga - Mauk, Pontang - Kramatwatu sebagai jalan

arteri;

• Membentuk jaringan jalan kolektor antar PKN dengan PKW dan antar

PKW diantaranya jalan horizontal Banten Selatan;

• Pengembangan jalan Kereta Api Double Track Jakarta - Merak,

Pembangunan Cilegon - Bojonegara, Revitalisasi Lintas Rangkasbitung - Pandeglang - Labuan;

• Membangun Terminal Terpadu di Kota Tangerang, Teriminal Tipe A di

Merak (Cilegon) dan Malingping Tipe B;

• Penyempurnaan sistem jaringan jalan melingkar (jalan cincin).

• Terbangunnya jaringan Jalan Tol pendukung PKN (Cilegon - Labuan dan

Serpong - Rangkasbitung);

• Peningkatan jaringan jalan poros (Rangkasbitung - Malingping);

• Peningkatan aksesibilitas sistem transportasi ke Bandara

Soekarno-Hatta;

• Pembangunan jalur Warunggunung - Petir - Ciruas, Palima - Pakupatan;

• Pembangunan jembatan Selat Sunda penghubung wilayah Pulau Jawa -

Sumatera ± 35 Km.

(19)

b. Transportasi Laut

• Meningkatkan kapasitas pelayanan Pelabuhan Merak dan Ciwandan

sebagai Pelabuhan Utama (Cilegon);

• Rencana pengembangan Pelabuhan Internasional Bojonegara (Serang).

c. Transportasi Udara

• Meningkatkan fungsi pelayanan Bandara Soekarno-Hatta sebagai

Bandara Internasional dengan memperluas areal seluas 3.300 Ha;

• Meningkatkan kapasitas Bandara Gorda (Serang), Bandara Wisata

Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, Bandara Calon Penerbang Curug (Kab. Tangerang), dan Bandara Khusus Pondok Cabe (Tangerang)

Arahan pengembangan sistem transportasi Propinsi Banten dapat dilihat pada gambar 2.6

2. Arahan Pengembangan Industri

Berikut ini adalah arah pengembangan sektor industri untuk masing-masing kabupaten/ kota :

• Kabupatan Serang ditunjang oleh kelompok industri besar dan sedang,

industri kecil (formal), industri kerajinan, rumah tangga (non-formal). Industri tersebut di wilayah Serang Barat (Kecamatan Kragilan dan Kecamatan Cikande). Adapun industri yang termasuk pada zona industri baru terkonsentrasi di Kecamatan Cikande. Potensi industri besar dan sedang, industri kecil, serta industri kerajinan meliputi industri mesin, kimia, elektronik, tekstil, sepatu, aneka industri dan kawasan industri agro.

• Kabupaten Lebak lebih diarahkan pada industri kecil dan kerajinan.

Potensi industri kecil dan industri kerajinan yang meliputi industri pangan, industri sandang dan kulit, industri barang dari logam, kayu, bambu, pandan, serta aneka industri lainnya. Kabupaten Lebak berpotensi untuk pengembangan industri semen, namun perlu dilakukan usaha penanggulangan kendala yang menghambat pengembangannya.

• Di Kabupaten Pandeglang perkembangan industrinya lebih diarahkan

pada industri kecil dan kerajinan. Industri kerajinan (Kecamatan Menes dan Labuan) perlu lebih dikembangkan untuk mendukung industri pariwisata

(20)

Gambar 2.6

(21)

Potensi industri kecil dan industri kerajinan yang berkembang meliputi industri tekstil, gula aren, emping, kerupuk, kerajinan bordir, dan aneka industri lainnya.

• Kabupaten Tangerang pengembangannya meliputi kelompok industri

besar dan sedang, industri kecil dan kerajinan yang meliputi industri mesin, elektronika, tekstil, dan aneka industri lainnya. Wilayah pengembangannya diarahkan di sebelah Barat Tangerang (Kecamatan Pasarkemis, Cikupa dan Balaraja). Sedangkan industri yang termasuk pada zona industri dikonsentrasikan di Kecamatan Pasarkemis dan Cikupa.

• Kota Tangerang diarahkan pada kelompok industri sedang, industri

kecil, dan industri jasa pelayanan, meliputi industri mesin, elektronik, tekstil dan aneka industri lainnya. Pengembangan kegiatan industri ini difokuskan di Kecamatan Jatiuwung, Batuceper dan Tangerang. Untuk kegiatan industri yang berlokasi di dekat permukiman hanya untuk jenis industri kecil non-polutif teruteme di Kecamatan Batuceper, Cipondoh, Kecamatan Batu Pinang Karang Tengah, dan Kecamatan Pembantu Larangan.

3. Arahan Pengembangan Budidaya Perikanan Air Payau dan Air Laut Arahan lokasi budidaya air payau dan laut adalah kawasan pesisir sekitar Pulau Panaitan, Kawasan Pesisir Ujung Kulon, Kawasan Pesisir Labuhan – Penimbang. Pulau–pulau kecil di bagian selatan dan pulau–pulau yang terdapat pada kawasan Kepulauan Seribu. Komoditas potensial yang dikembangkan untuk usaha budidaya air payau dan laut meliputi udang windu, udang putih, bandeng, kakap putih, kerapu, beronang, tiram mutiara, dan rumput laut.

Arahan lokasi sentra pengembangan perikanan tangkap dan permukiman nelayan adalah Karangratu dan Anyer (Kabupaten Serang), Labuan, Cimanggu dan Penimbang (Kabupaten Pandegelang, serta bayah dan Malingping).

Untuk mendukung pengembangan kegiatan perikanan, khususnya perikanan laut perlu dilakukan pengembangan pelabuhan dan pangkalan pendaratan

(22)

ikan yang tingkat pemanfaatannya telah melebihi kapasitas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.2

Arahan Pengembangan Pelabuhan

Dan Pangkalan Pendaratan Ikan Di Produksi Banten

No Nama

Pelabuhan/PPI

Lokasi Pengembangan

1 PPI Karangratu Kab.Serang Ditingkatkan Menjadi PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara)

2 PPI Labuhan Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPP (Pelabuhan

Perikanan Pantai)

3 PPI Binuangeun Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi

4 PPI Dadap Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi

5 PPI Kronjo Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi

6 PPI Cituis Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi

7 PPI Tengkurak Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

8 PPI Pasuruang Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

9 PPI Penimbang Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe A

10 PPI Bayah Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi

11 PPI Ketapang Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi

12 PPI Lontar Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi

13 PPI Kemayungan Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

14 PPI Terate Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

15 PPI Wadas Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

16 PPI Merak Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

17 PPI Anyer Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

18 PPI Kepuh Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

19 PPI Cirata Kab.Serang Pengoptimalan fungsi

20 PPI P.Panjang Kab.Serang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe C

21 PPI Citeureup Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe C

22 PPI Sukanegara Kab.Pandeglang Pengoptimalan fungsi

23 PPI Sumur Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe C

24 PPI Taman Jaya Kab.Pandeglang Pengoptimalan fungsi

25 PPI Sukahujan Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi

26 PPI Sawarna Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi

Sumber RTRWP Banten, 2001

4. Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata

Pengembangan wisata secara khusus di Provinsi Banten mencakup 5 (lima) kawasan yaitu :

a . Kawasan Pantai Barat

Kawasan pantai barat meliputi wilayah Anyer, Labuan (Carita) dan Tanjung Lesung yang diarahkan untuk aktivitas rekreasi dan olahraga jetski, selancar, berlayar, snorkeling, memancing, perahu dayung, polo

(23)

air, voli pantai, menyelam, ekskursi, track hiking ke Gunung Krakatau dan Taman Nasional Ujung Kulon.

b . Kawasan Pantai Utara

Kawasan Pantai Utara meliputi Tanjung Pasir, Tanjung Kait dan Pulo Cangkir yang diarahkan untuk aktivitas rekreasi dan olahraga jetski, memancing, wisata pantai, wisata budaya wisata ziarah makam Pangeran Jaga Lautan dan bisa dilanjutkan ke wisata Kepulauan Seribu.

c . Kawasan Pantai Selatan dan Permukiman Masyarakat Baduy

Pengembangan obyek wisata di sepanjang pantai selatan dari Pantai Rancecet, Pantai Muarabinuangeun sampai Bayah serta di sekitar kawasan permukiman Suku Baduy.

d. Kawasan Wisata Sejarah/ Budaya

Kawasan wisata ziarah meliputi kompleks Banten Lama, Pelabuhan Karangantu, Makam Syekh Mansur di Cikadueun dan Syekh Asnawi di Caringin Kabupaten Pandeglang, Makam Syekh Nawawi di Tanara dan Pemakaman Gunung Santri di Bojonegoro Kabupaten Serang, dan Lebak Sibedug Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak.

e. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini tergabung dengan pulau-pulau kecil lainnya yang berdekatan yaitu Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang, Taman Jaya, Pantai Ciputih, dan Gunung Honje. Pengembangan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini bersifat eklusif dan terbatas yang mengharuskan adanya pembatasan wisatawan.

5. Arahan Pengembagan Kawasan Pertambangan

Untuk arahan pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan memperhatikan potensi bahan galian tambang yang tersebar hampir diseluruh Wilayah Banten, meliputi: Bahan Galian Industri Bangunan ( Andesit, Basalt, Sirtu, Marmer dan batu Apung, Aneka Industri (batu Gamping, Fosfat, Zeolit, Gips dan Bentonit), Industri Keramik (Lembung Residu, Toseki, Pasir Kuarsa, batu Mulia, Emas dan Bahan Galian Golongan A dan B Lainnya.

Arahan lokasi pengembangan sumber daya pertambangan adalah sebagai berikut:

(24)

• Bahan Galian Logam (emas, perak, tembaga, timbal, seng, besi/ limonit) di wilayah Kabupaten Lebak (Cibareno, Cihara, Cipicung, Ciawitali dan Cipurut)

• Batubara di wilayah Kabupaten lebak (Bojongmanik merupakan wilayah

paling potensial, Cimandiri dan Bayah) dan Kabupaten Pandeglang (belum diketahui secara pasti kwalitas dan besarnya sumber daya)

• Bahan galian Industri adalah bahan galian mineral industri dan batuan

yang mempunyai kegunaan langsung dalam industri seperti fosfat, zeolit, marmer, batu gamping. Arahan lokasinya adalah Kabupaten lebak dan Kabupaten Serang.

• Bahan galian tambang lainnya (lempung, toseki, pasir kuarsa, bondelay,

kalsedon dan agaat, opal, kayu tersikan yang mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi) lokasinya tersebar di Wilayah banten.

2.3.6 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan

Kebijaksanaan Pengembangan wilayah Propinsi Banten

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan pengembangan wilayah Propinsi Banten, diantaranya :

1. Keberadaan Pelabuhan Internasional Bojonegara diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah sekitarnya, diantaranya dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi bagi kegiatan perekonomian di kabupaten-kabupaten dalam wilayah Propinsi Banten.

2. Pengembanga Pelabuhan Bojonegara menuntut Kebutuhan

Operasional Pelabuhan, diantaranya :

- Penyediaan Air Bersih (Water Resources Development) melalui: * Water Drinkable kapasitas 100 ton / hari di Kaw. Bojonegara * Instalasi Pengolahan Air Bersih (20 lt/detik) di Kaw. Bojonegara * Perbaikan Bendung Pamarayan (Ciujung) dan inter-koneksi dengan

rencana DAM Karian sbg Persediaan Air Baku

- Pembangunan Jaringan Listrik melalui Gardu Induk Suralaya - Pembangunan Depo BBM di Kaw. Bojonegara V

(25)

3. Kebutuhan Prasarana Dasar Pendukung: - Pembangunan Jaringan Jalan:

* Serdang — Bojonegara (14 Km) * Bojonegara — Merak (20,85 Km) * Konsep Jalan Cincin / Ring Road

- Pembangunan Jalan Tol Cilegon - Bojonegara (14,5 Kin) - Pembangunan Lintasan KA Serdang - Bojonegara (15 Kin) - Peningkatan Rapasitas Terminal Penumpang Type A di Cilegon - Pembangunan Dermaga Alternatif Lintas Jawa - Sumatera di Kaw.

Bojonegara V

4. Tumbuhnya kawasan ekonomi produktif :

- Pembangunan terminal Agro sebagai pasar penampung hasil

pertanian regional berlokasi di Kawasan Industri PT Krakatau Steel

- Pembangunan Kawasan Industri Agro (Banten Agro Park) di

Kawasan Bojonegara (450 Ha) :

• Industri/ Pabrik pengolah hasil pertanian

• Pergudangan

• Laboratorium pengujian/ sertifikasi

• Riset & development

- Meningkatnya kegiatan & produktifitas pertanian lokal

5. Kebutuhan peningkatan SDM Banten yang profesional :

- Penyerapan tenaga kerja lokal, terutama di bidang :

• Kelautan

• Kepelabuhan

• Perikanan

- Pembangunan sekolah tinggi/ Institut dibidang :

• Perkapalan (mesin & konstruksi)

• Kepelabuhan

• Kelautan

- Pembagunan Balai Latihan kerja (BLK) sesuai kebutuhan

kepelabuhan

(26)

- Pembangunan BUMN / BUMD Sesuai Kebutuhan antara SWASTA - PEMERINTAH

- Peningkatan Investasi Lainnya dari kegiatan industri / pabrik pengolahan, perhubungan, pariwisata, perikanan

6. Adanya perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan ruang dengan Kota Cilegon, diantaranya :

- Kota Cilegon dengan Kecamatan Ampel (Kabupaten Serang)

dipisahkan oleh perbukitan. Pada RUTR Kecamatan Bojonegara Pulau Ampel, daerah perbukitan tersebut menjadi daerah konservasi yang dibatasi pemanfaatannya, sedangkan daerah perbukitan diwilayah Kota Cilegon pada saat ni telah dimanfaatkan menjadi daerah permukiman.

- Pemanfaatan daerah perbatasan pada kota Cilegon telah

menyebabkan banjir pada Kecamatan Bojonegara

7. Pengembangan kegiatan IHP Bojonegara akan berpengaruh terhadap sistem dan status jalan :

a. Terjadinya perubahan status jalan kabupaten dan jalan propinsi menjadi jalan nasional.

b. Terjadi perubahan sistem janingan jalan, dan perubahan moda transportasi.

8. Terjadinya konflik penggunaan perairan laut :

Mengingat banyaknya kepentingan baik pihak pusat, propinsi dan kabupaten dalam pengembangan wilayah laut akan mengakibatkan terjadingan konflik perairan laut. Kegiatan perairan penangkapan ikan nelayan akan terganggu dengan adanya aktifitas pelabuhan internasional. 9. Dampak Lainnya:

- Peningkatan Keamanan Wilayah Laut:

- Perubahan Status LANAL dari Type C (Wil. Selat Sunda) menjadi Type

B (Wil. Laut Propinsi)

- Peningkatan Eksport Banten

(27)

2.4 Tinjauan Wilayah Propinsi Banten dan Isue Pengembangan Wilayah Bojonegara

2.4.1 Tinjauan Kependudukan

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Propinsi Banten tidak mengalami lonjakan yang terlalu besar. Jumlah penduduk ter besar terdapat di Kabupaten tengareng dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa bahkan pada tahun 2000 sudah hampir mendekati 3 juta jiwa. Kecenderungan jumlah penduduk pada tiap kabupaten/kota di propinsi Banten dari tahun ke tahun mengalami kenakan, namun terdapat juga penurunan jumlah penduduk yaitu pada Kabupaten Serang tahun 1999. Untuk jelasnya lihat tabel 2.2.

Kepadatan penduduk tertinggi di Propinsi Banten terdapat di Kota Tangerang yang mencapai 77.193 jiwa/hektar pada tahun 2001, sedangkan kepadatan terendah di Kabupaten Pandeglang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2.776 jiwa / ha. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.3.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Propinsi Banten (jiwa) Dirinci Per Kabupaten/Kota Tahun 1996 – 2001

Tahun Kabupaten / Kota Wilayah Luas

(Ha) 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Kab. Serang 177.742 1.638.852 1.659.436 1.691.767 1.464.398 1.631.571 1.669.119 Kab.Lebak 259.905 963.307 983.900 988.585 1.010.470 1.072.053 1.034.710 Kab.Pandeglang 369.308 926.316 956.637 972.373 984.369 1.010.741 1.025.088 Kab. Tangerang 102.784 2.548.200 2.680.100 2.817.300 2.959.600 2.975.435 2.873.256 Kota Tangerang 16.545 1.138.584 1.180.930 1.223.922 1.267.547 1.311.746 1.354.657 Kota Cilegon 17.549 - - - 278.452 295.766 301.225 Jumlah 943.833 7.215.259 7.461.003 7.693.947 7.964.846 8.252.312 8.258.055

(28)

Tabel 2.4.

Kepadatan Penduduk Propinsi Banten

Dirinci per Kabupaten/Kota Tahun 1996 – 2001 (jiwa/ha) Tahun

Kabupaten / Kota Luas Wilayah

(Ha) 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Kab. Serang 177.742 9.220 9.336 9.518 8.239 9.179 9.391 Kab.Lebak 259.905 3.706 3.786 3.804 3.888 3.952 3.981 Kab.Pandegelang 369.308 2.508 2.590 2.633 2.665 2.737 2.776 Kab. Tangerang 102.784 24.792 26.075 27.410 28.794 28.948 27.954 Kota Tangerang 16.545 68.817 71.377 73.975 76.612 79.284 77.193 Kota Cilegon 17.549 0.000 0.000 0.000 15.868 16.854 18.206 Jumlah 943.833 7.645 7.905 8.152 8.439 8.743 8.749

Sumber : BPS Kab/Kota dan Banten Dalam Angka, 2001

B. Laju Petumbuhan Penduduk

Perkembangan laju pertumbuhan rata–rata selama 10 tahun terakhir (1990 – 2000) Propinsi Banten sebesar 2,90% / tahun. Pada beberapa daerah memiliki pertumbuhan yang pesat seperti di Kabupaten Tangerang, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata mencapai 4,35%, akan tetapi pada periode tahun 1990 – 2000 terjadi penurunan pertumbuhan penduduk hampir di setiap Kabupaten/ Kota. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya pertumbuhan rata–rata Propinsi Banten mengingat Kabupaten Tangerang, Serang, Kota Tangerang dan Cilegon merupakan kawasan industri dimana penduduknya sebagian besar adalah pendatang.

Beberapa kondisi menarik antara lain terjadinya penurunan laju pertumbuhan penduduk pada Kabupaten/ Kota yang sudah berorientasi pada sektor sekunder dalam pembangunannya pada awal krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1997 – 1998. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini terjadi di Kota dan Kabupaten Tangerang yaitu pada tahun 1998 – 1999 dengan penurunan sebesar 0,07% dan 0,08% masing–masing untuk Kabupaten dan Kota Tangerang. Untuk jelasnya lihat tabel berikut :

(29)

Tabel 2.5

Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi Banten Dirinci Per Kabupaten / Kota

Tahun Kabupaten / Kota 1961 – 1971 1971 – 1980 1981 – 1990 1991 – 2000 Kab.Pandegelang 2,66 2,17 2,14 1,71 Kab.Lebak 2,48 2,51 2,49 7,72 Kab. Tangerang 4,07 4,07 5,00 4,35 Kab.Serang 2,69 2,63 2,54 2,98 Kota Tangerang 2,96 4,11 8,77 3,83 Kota Cilegon 2,59 4,71 4,85 2,79 Rata-rata Propinsi 2,91 3,37 4,30 2,90

Sumber : Banten Dalam Angka, 2001 C. Komposisi Penduduk

Penduduk Propinsi Banten sebagain besar 780.217 jiwa (25,37%) bekerja pada sektor pertanian, sedangkan yang paling kecil adalah yang bekerja pada sektor listrik, gas dan air. Penduduk yang berkerja pada sektor pertanian sebagian besar terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten lebak dan Kabupaten Pandegelang. Adapun daerah yang sudah berorientasi pada kegiatan industri seperti Kabupaten dan Kota tangerang memiliki jumlah penduduk yang umumnya bekerja pada sektor industri.

Penduduk yang bekerja pada pertambangan dan penggalian paling banyak terdapat di Kabupaten Lebak dengan jenis pertambangan berupa emas, batu, pasir dan lainnya. Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, bank dan jasa dibandingkan daerah lainnya.

Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kualitas sumber daya manusianya juga akan bertambah begitu juga sebaliknya. Data tahun 2000 menunjukan bahwa penduduk yang tamat SD/ MI adalah yang paling besar yaitu 2.031.418 orang dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, sedangkan penduduk dengan pendidikan S2 / S3 mencapai 4.794 jiwa

Daerah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi tingkat pendidikannya adalah Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten Serang.

(30)

Mengenai jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pendidikan tiap kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut lapangan pekerjaan Utama

Dirinci Per Kabupaten / Kota Di Propinsi Banten Tahun 2001

Kabupaten / Kota Pertania n Pertambanga n & Penggalian

Industri Listrik,Gas, dan Air Bangunan

Perdagang ahotel & restoran Angkuta n Bank & Lemb. keuanga n Jasa - Jasa Kab.Serang 200.997 4.534 110.326 436 20.383 135.264 53.517 2.611 52.807 Kab. Lebak 263.228 159 19.739 200 12.428 46.731 24.858 1.968 15.245 Kab.Pandeglang 202.236 174 48.428 248 16.621 73.104 21.322 1.850 29.995 Kab.Tangerang 95.084 4.620 305.516 2.772 51.140 265.292 102.120 57.820 177.948 Kota Tangerang 9.110 3.644 191.310 4.639 32.824 130.273 37.351 30.063 112.852 Kota Cilegon 93.562 415 28.864 458 8.211 28.366 9.164 2.018 14.206 Jumlah 864.217 9.388 704.183 8.753 141.607 679.030 248.332 96.330 403.053

Sumber: Banten Dalam Angka, 2001

Tabel 2.7

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Propinsi Banten Tiap Kabupaten / Kota Tahun 2000

No Pendidikan Kab. Serang Kab. Pandegelang Kab. Lebak Kab. Tangerang Kota Tangerang Jumlah 1 Tidak/belum Sekolah 79.080 42.549 95.603 148.836 67.144 433.212 2 Tidak Tamat SD 403.361 258.252 244.342 472.263 16.149 1.394.367 3 Tamat SD / MI 508.859 324.013 318.274 625.826 254.446 2.031.418 4 Tamat SLTP 237.474 72.256 82.231 352.673 208.880 953.514 5 Tamat SMU 130.409 57.936 23.109 314.667 238.011 764.132 6 Tamat SMK 59.949 14.440 14.252 121.613 76.372 286.626 7 D1 / D2 7.221 4.393 1.752 183175 13.423 44.964 8 D3 8.922 3.714 1.098 20.616 6673 60.538 9 D4 / S1 21.647 4.805 2.942 39.633 27.787 133.505 10 S2 / S3 1.434 546 1.425 1.389 4.794 Jumlah 1.458.356 782.904 839.812 2.115.724 910.274 6.107.070 Sumber : Susenas, 2000

Struktur umur penduduk disuatu daerah akan dapat menentukan tingkat produkstifitas penduduk pada daerah tersebut. Hal ini dikarenakan analisis struktur umur penduduk akan berkaitan dengan banyaknya penduduk di usia produktif di suatu daerah. Penduduk usia produktif berkisar antara usia 15 - 64 tahun. Jika dilihat dari data yang ada, penduduk Propinsi Banten secara keseluruhan paling banyak berada pada usia anak – anak dan remaja antara 44 – 19 tahun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

(31)

Tabel 2.8

Struktur Umur Penduduk Propinsi Banten Berdasarkan Kabupaten / Kota Tahun 2000 Kelompok Umur Kabupaten Serang Kabupaten Pandegelang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kota Tangerang 0 – 4 94.004 93.422 101.788 308.704 103.723 4 – 9 258.758 128.003 138.418 315.270 128.276 10 – 14 251.783 138.937 131.185 275.304 129.661 15 – 19 204.805 113.690 109.143 297.924 161.139 20 – 24 177.682 73.680 72.900 287.174 141.693 25 – 29 156.038 75.051 93.200 306.688 125.014 30 – 34 128.477 69.587 75.105 227.909 124.571 35 – 39 137.418 77.380 79.106 242.675 104.860 40 – 44 120.148 65.585 59.862 160.544 87.975 45 – 49 88.679 44.650 46.926 105.416 68.994 50 – 54 58.157 39.956 33.713 67.639 35.194 55 – 59 39.028 31.393 26.609 53.026 25.006 60 + 78.157 54.067 53.617 113.401 58.800 Sumber : Susenas, 2000

Berdasarkan pembagian antara jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) dengan usia non produktif akan didapatkan rasio ketergantungan penduduk di suatu daerah. Jika dilihat dari hasil data diatas, terlihat bahwa penduduk usia produktif di Propinsi Banten baik secara keseluruhan maupun dirinci tiap daerah lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktifnya. Ini menunjukan bahwa penduduk Propinsi Banten memiliki peluang untuk dikembangkan. Rasio ketergantungan yang paling besar terdapat di Kabupaten Lebak yang mencapai 33,01%, sedangkan yang paling kecil di Kota Tangerang yaitu 23,11%. Untuk jelasnya lihat tabel 2.8.

Tabel 2.9

Rasio Ketergantungan Penduduk Propinsi Banten Tahun 2000

Kelompok Usia Kab. Serang Kab. Pandegelang Kab.Lebak Kab. Tangerang Kota Tangerang Usia Produktif 1.362.215 729.909 727.749 2.024.299 1.004.107

Usia Non Produktif 352.762 721.425 240.206 623.974 231.999

Rasio Ketergantungan 25,89% 30,33% 33,01% 30,82% 23,11%

(32)

D. Sebaran Penduduk Antar Wilayah

Perkembangan persebaran penduduk di Propinsi Banten dirinci tiap Kabupaten / Kota dari tahun ke tahun proporsinya masih sama. Sebaran penduduk terbesar berada di Kabupaten Tangerang sekitar 34 – 37%, sedangkan yang terkecil terdapat adalah Kabupaten Lebak dan Pandegelang sekitar 12 – 13%. Untuk jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.10

Sebaran Penduduk Antar Kabupaten / Kota Propinsi Banten 1995 – 2000 (%) Kab / Kota 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Kab. Serang 22,23 23,71 22,24 21,99 18,39 19,77 Kab.Lebak 13,76 13,35 13,19 12,85 12,69 12,45 Kab.Pandegelang 13,29 12,84 12,82 12,64 12,36 12,25 Kab. Tangerang 34,91 35,32 35,92 36,62 37,16 36,06 Kota Tangerang 15,81 15,78 15,83 15,91 15,91 15,90 Kota Cilegon 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 3,58 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: RTRWP Propinsi Banten, 2001

E. Jumlah Penduduk Miskin

Besarnya jumlah keluarga miskin di Propinsi Banten merupakan permasalahan tersendiri yang harus segara diatasi. Keluarga miskin yang terbesarterdapat di Kabupaten Tangerang yang mencapai 124.051 keluarga, sedangkan yang terkecil terdapat di Kota tangerang sebanyak 9.237 keluarga. Untuk jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.11

Jumlah Keluarga Miskin Propinsi Banten Tahun 2000

Kabupaten / Kota Jumlah Keluarga Keluarga Miskin Sekali Keluarga Miskin Jumlah Kab. Serang 82.819 35.455 63.907 182.181 Kab. Pandegelang 271.299 41.476 41.343 354.118 Kab.Lebak 99.874 34.792 65.082 199.748 Kab. Tangerang 134.051 67.351 66.700 268.102 Kota Tangerang 33.595 1.311 7.926 42.832 Kota Cilegon 30.148 19.236 26.572 75.956 Jumlah 651.786 199.621 271.530 1.122.937

Sumber: Rekapitulasi Pendapatan Keluarga dan keluarga Miskin Prop. Jabar dan Banten Tahun 2000

Banyaknya jumlah keluarga yang belum sejahtera diharapkan menjadi salah satu perhatian dalam usaha pengentasan kemiskinan di Propinsi Banten. Jika dilihat

(33)

dari tabel tingkat kesejahteraan di bawah ini, ternyata keluarga pra sejahtera lebih banyak dibandingkan dengan keluarga sejahtera. Keluarga pra sejahtera terbanyak terdapat di Kabupaten Tangerang, yaitu sebanyak 99.340 keluarga, sedangkan jumlah keluarga prasejahtera yang paling sedikit terdapat di Kota Tangerang.

Tabel 2.12

Tingkat Kesejahteraan Keluarga Propinsi BantenTahun 2000

Kabupaten / Kota Sejahtera Pra Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III

Keluarga Sejahtera III + Kab. Serang 65.822 12.768 98.601 50.927 10.558 Kab. Pandegelang 55.706 88.662 42.501 36.914 8.028 Kab.Lebak 53.089 101.824 54.593 29.821 4.930 Kab. Tangerang 99.340 151.052 187.304 116.572 45.884 Kota Tangerang 16.442 61.263 65.517 75.040 29.468 Kota Cilegon 3.817 16.869 16.992 18.398 6.495 Jumlah 887.276 432.438 462.508 327.672 105.363

Sumber: Rekapitulasi Pendapatan Keluarga dan keluarga Miskin Prop. Jabar dan Banten Tahun 2000

F. Proyeksi Jumlah Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk ini akan dapat menggambarkan peramalan jumlah penduduk pada masa yang akan datang, dalam hal ini antara tahun 2002 sampai tahun 2017. Perhitungan dilakukan dengan metoda bunga berganda dengan menggunakan tahun dasar 1995. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi yang telah dilakukan, penduduk Propinsi Banten akan mencapai lebih dari 9 juta jiwa pada tahun 2007, dan akan mencapai lebih dari 11 juta jiwa pada tahun 2017. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 2.13 Proyeksi Penduduk Kab / Kota 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2007 2012 2017 Kab.Serang 1,638,852 1,659,436 1,691,767 1,464,398 1,631,571 1,669,119 1,680,742 1,717,523 1,767,597 1,819,340 Kab.Lebak 963,307 983,900 988,585 1,010,470 1,027,053 1,034,710 1,049,639 1,097,827 1,165,083 1,236,478 Kab.Pandegelang 926,316 956,637 972,373 984,369 1,010,741 1,025,088 1,046,103 1,115,296 1,213,704 1,321,338 Kab.Tangerang 2,548,200 2,680,100 2,817,300 2,959,600 2,975,435 2,873,256 2,944,785 3,183,568 3,525,485 3,904,755 Kota Tangerang 1,138,584 1,180,930 1,223,922 1,267,547 1,311,746 1,354,657 1,402,564 1,565,983 1,811,176 2,094,300 Kota Cilegon 0 0 0 278,462 295,766 301,225 313,364 403,642 541,301 725,952 Jumlah 7,215,259 7,461,003 7,693,947 7,964,846 8,252,312 8,258,055 8,437,197 9,083,839 10,024,346 11,102,163 Sumber: BPS, Banten Dalam Angka dan Hasil Analisis, 2001

(34)

2.4.2 Tinjauan Perekonomian A. Potensi Pertanian

1. Produkstivitas Pertanian

Berdasarkan jumlah produksi dan luas panen setiap komoditas, maka dapat dilhat bahwa komoditas yang memiliki produktivitas terbesar adalah ubi kayu yaitu 131,89 kw / ha dan ubi jalar yaitu 108,89 kw / ha sedangkan padi sawah yaitu 45,25 kw / ha dan padi ladang yaitu 21,37 kw / ha. Pada tahun 2001 menunjukan adanya penurunan produktivitas padi sawah sebesar 2,83% dan padi ladang 3,12%.

2. Komoditas Pertanian Unggulan

Berdasarkan data tahun 2001 dapat diketahui komoditas pertanian unggulan untuk Propinsi Banten adalah ubi kayu, ubi jalar, padi sawah, dan padi ladang. Komoditas ini lebih dominan berada didaerah di Kabupaten Pandeglang dan untuk komoditas sayuran yang menjadi unggulan Propinsi Banten adalah ketimun dan kacang panjang, masing masing produksinya adalah 41.550 ton dan 19.762 ton. Adapun buah–buahan yang menjadi unggulan adalah pisang, durian, dan mangga, masing–masing produksinya adalah 230.376 ton, 52.611 ton dan 31.145 ton.

3. Sentra Produksi Pertanian

Potensi sentra – sentra produksi pertanian dapat ditemukan di keempat wilayah kabupaten untuk komodytas padi secara umum relatif tersebar merata di keempat wilayah tersebut, namun sebaran untuk jenis komoditas tanaman buah buahan dan sayuran sangat ber variasi. Jenis komoditas tanaman buah – buahab paling banyak ditemui di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak. Untuk jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 2.14

Sentra Produksi Pertanian

Lokasi Komoditas

Kabupaten Serang Rambutan, durian, mangga, sawo, pisang, bawang

merah, cabe merah, kacang panjang, ketimun, sawi

Kabupaten Lebak Rambutan, durian, mangga, salak, sipukat dan

manggis

Kabupaten Pandegelang Durian, manggis, salak, rambutan dan kedelai

Kabupaten Tangerang Rambutan, mangga, kacang panjang, ketimun, sawi

dan cabe merah

(35)

2.4.3 Peluang Investasi

Sebagai realisasi dari adanya investasi, baik PMA maupun PMDN, di Banten terdapat beberapa industri yang memerlukan pasokan jagung dalam jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh : PT. Charoen Phokpan (PMA dari Thailand) memerlukan pasokan jagung 1000 ton/hari. Demikian juga PT. Suba Indah (PMDN) memerlukan pasokan jagung 1000 ton/hari.

Keberadaan industri-industri tersebut memerlukan jagung dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini menjadikan Banten sangat menarik dan terbuka bagi potensi investasi pertanian, khususnya jagung. Peluang potensi ini dimungkinkan mengingat :

• Masih luasnya lahan produktif yang belum dimanfaatkan tersebar di

Kabupaten Lebak, Serang, dan Pandeglang.

• Ketersediaan sumber daya air yang mencukupi.

• Jaringan transportasi yang baik.

Selain itu untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian di Propinsi Banten akan didirikan terminal Agribisnis di Balaraja Kabupaten Tanggerang dan ditetapkannya Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang sebagai kota pertanian.

2.4.4. Potensi Industri

Sektor Industri merupakan sektor unggulan bagi Propinsi Banten. Hal ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan sektor industri terhadap PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Propinsi Banten.

Upaya pengembangan potensi industri di Propinsi Banten diarahkan pada kegiatan yang berskala nasional, mengingat adanya sumberdaya yang cukup banyak dan sesuai dengan RTRWN (PP No.47/1997).

Banten memiliki 17 kawasan industri strategis yang menampung sejumlah besar investasi dari banyak negara. Diantaranya Krakatau Industrial Estate Cilegon yang mengembangkan industri baja terbesar di Asia Tenggara dan merupakan aset nasional.

Kawasan ini memiliki total luas lahan 550 ha dan yang sudah terbangun 205 ha. Dengan demikian masih ada lahan yang tersedia untuk industri umum dan

(36)

perdagangan. Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai infrastruktur, termasuk pelabuhan laut dan mempunyai posisi geografis yang strategis.

Kawasan Industri di Kabupaten Tangerang diantaranya terdiri dari Balaraja Industrial Park, Taman Tekno Bumi Serpong Damai, Pasar Kemis Industrial Park, West Tangerang Industrial Estate Cikupa, Graha Balaraja Sentra Produksi dan Distribusi, Kawasan Industri dan Pergudangan Cikupa Mas, dan Balaraja Industrial Estate. Total luas lahan yang dialokasikan sebesar 1.726 ha. Sedangkan yang sudah dimanfaatkan seluas 504 ha.

Semua kawasan berlokasi di wilayah strategis. Dekat dengan jalan bebas hambatan Jakarta - Merak. Dilengkapi berbagai fasilitas telekomunikasi, sumber air, tenaga listrik dan lain sebagainya.Kawasan potensi industri dikelola dengan tujuan memenuhi kebutuhan ruang serta pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.

Tabel 2.15

Kawasan Industri Propinsi Banten

Luas (Ha)

No Nama Kawasan

Rencana Terbangun

1 Balaraja Industrial Park 300 0

2 Taman Tekno Bumi Serpong Damai 200 80

3 Balaraja Industrial Estate 300 21

4 West Tangerang Industrial Estate Cikupa 500 150

5 Graha Balaraja Sentra Prod & Distribusi 76 53

6 Jababeka Cilegon Industrial Estate 1800 0

7 Krakatau Industrial Estate Cilegon 550 205

8 Langgeng Sahabat Industri Estate 500 40

9 Kawasan Ind & Pergudangan Cikupa Mas 250 100

10 Nikomas Gemilang Industrial Estate 165 89

11 Petrochemical Industri Estate Pancapuri 500 0

12 Pancatama Industrial Estate 100 12

13 Modern Cikande Industrial Estate 900 414

14 Pasar Kemis Industrial Park 100 100

15 Samanda Perdana Industrial Estate 150 0

16 Saur Industrial Estate 250 200

17 Kawasan Industri Terpadu MGM 662 0

Jumlah 7303 1464

Sumber: BKPMD Propinsi Banten 2001

2.4.5 Potensi Perikanan dan Kelautan

Banten memiliki garis pantai sepanjang 501 km dengan tiga muka pantai yaitu sebeleh utara yang berhadapan dengan laut Jawa, sebelah barat dengan selat sunda dan sebelah selatan dengan samudra Hindia. Dari kondisi ini Banten

(37)

memiliki sumber daya laut yang besar yang masih belum tergali potensinya secara maksimal.

Produksi perikanan pada tahun 2001 tercatat sebesar 79.331,80 ton dimana 58.805 ton (74,13%) diantaranya berasal dari produksi ikan laut. Sedangkan untuk produksi perikanan darat berasal dari budi daya tambak seluas 9.208,20 Ha dan kolam seluas 3.903,45 Ha dengan kapasitas produksi 20.526,80 ton. Potensi perikanan dan kelautan dibedakan atas:

a. Perikanan Tangkap

Sentra pengembangan perikanan tangkap di Karangantu, Anyer (Kabupaten Serang), Labuan Panimbang, (Kabupaten Pandeglang), Cimanggu, dan Malimping (Kabupaten Lebak). Jenis ikan yang paling potensial untuk dikembangkan ialah jenis ikan palagis besar, palagis kecil, demersal, udang lobster dan cumi-cumi. Perairan selatan lebih potensial dibandingkan dengan perairan utara untuk jeis palagis besar.

b. Budidaya Air Laut

Perikanan laut dikembangkan melalui budidaya rumput laut, kerapu, mutiara, udang, dan peningkatan produksi perikanan laut. Pengembangan diarahkan pada kawasan perairan laut yang cukup potensial seperti Teluk Banten (Kabupaten Serang ), Kepulauan Seribu (Kabupaten Ttangerang) dan perairan laut Kecamatan Sumur (Kabupaten Pandeglang).

c. Budidaya Air Payau

Pengembangan budidaya ikan payau dengan mengembangkan areal tambak di daerah Pandeglang dan Lebak. Areal untuk mengembangkan budidaya ikan ini masih sangat luas, ditunjang oleh kondisi topografi yang memiliki elevasi lebih besar, kisaran pasang surut lebih tinggi serta kualitas air yang relatif lebih baik dibanding di kawasan pantai utara.

d. Budidaya Air Tawar

Budidaya ikan mas (cypinus carpio), gurame (osphronemu goramy), lele (claria sp), dan Nila (oreochronomis niloticus) dilakukan secara komersial oleh masyarakat. Ikan mas asal Kabupaten Pandeglang mempunyai ciri khas yang disebut "sinyonya kadegendong". Strain ini telah direlease oleh menteri pertanian dan dikembangkan sebagai plasma nutfah yang khas.

Berdasarkan data satelit TOPEX, potensi tangkapan ikan di wilayah perairan pantai dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Kabupaten Lebak, jauh lebih besar dari produksi yang ada, diperkirakan 10.557,24 ton/tahun yaitu:

(38)

1. Perairan pantai 3.712,40 ton/tahun, meliputi : a. Ikan Pelagis 1.836,12 ton/tahun

b. Ikan Demersial 1.674,68 ton/tahun c. Udang 201,6 ton/tahun

2. Perairan ZEE 6.884,84 ton/tahun, meliputi : a. Ikan Tuna 259,85 ton/tahun

b. Ikan Cakalang 124,55 ton/tahun c. Ikan Pelagis 3.589,24 ton/tahun d. Ikan Demersial 2.871,30 ton/tahun

Tidak tergarapnya produksi ikan tersebut disebabkan belum adanya fasilitas pelabuhan perikanan untuk menampung kapal besar.

2.4.6. Potensi Kehutanan dan Perkebunan

Perkebunan di Propinsi Banten dikelola oleh Pemerintah dalam bentuk perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta serta perkebunan rakyat. Luas keseluruhan areal perkebunan di Propinsi Banten meliputi 176.733,03 Ha, yang terdiri atas :

a. Perkebunan rakyat 169.889,83 Ha,

b. Perkebunan besar swasta : 7.443,82 Ha, dan c. Perkebunan negara : 9.744,87 Ha

Dibawah ini terdapat luas areal dan kapasitas produksi komoditas unggulan perkebunan Propinsi Banten, meliputi :

A. Kelapa

Potensi terbesar perkebunan kelapa terletak di Kecamatan Ciomas, Kramatwatu, Cinangka dan Padarincang, Kabupaten Serang. Areal perkebunan (berupa tanah milik rakyat) seluas 17.358 ha dan kapasitas produksi 88.063 ton pertahun. Kapasitas produksi seluruh Banten 41.854,66 ton dengan luas areal 100.221 ha.

B. Kelapa Sawit

Kapasitas produksi 48.226,33 ton, luas areal 11.360,82 Ha. Perkebunan Kelapa Sawit tumbuh di lahan dataran rendah lahan kering di Kecamatan Angsana dan Munjul, Pandeglang.

(39)

C. Kakao

Kapasitas produksi kakao dari perkebunan seluruh wilayah Banten mencapai 996,26 ton dengan luas areal 12.591a,50 ha. Tersebar dilahan subur daerah tropis yang mempunyai kemiringan 30 derajat di lereng pegunungan di Kecamatan Malimping, Cigeles, Cijaku, Bojongmanik dan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

D. Karet

Kapasitas produksi 12.438,43 ton, luas areal 24.719,37 Ha. Tersebar diantaranya di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Luas areal yang tersedia di daerah ini 396,161 Ha, kapasitas produksi karet 302,662 ton per tahun.

E. Rambutan

Asal Kabupaten Lebak memiliki ciri khas yang disebut 'tangkue'. Lokasi untuk pengembangan komoditas rambutan terdapat di Kecamatan Maja, Sajira, Rangkasbitung, Cibadak dan Cimarga, Kabupaten Lebak serta Kecamatan Legok, Curug, Panonga, Pagedangan, Cisauk, Serpong, Tigaraksa, Jambe, Pondok Aren, Ciputat dan Pamulang, Kabupaten Tangerang.

F. Aren

Aren asal Banten dikenal ke berbagai penjuru Indonesia. Kapasitas porduksi aren mencapai 183.02 ton dengan areal 404 ha, yang berkembang di Kecamatan Muncang, Cijaku, Bojongmanik, Panggarangan, Leuwidamar dan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak. Luas lahan yang masih potensial untuk menjadi perkebunan aren 1.189 ha dengan jumlah kapsitas produksi bisa mencapai 997,35 ton.

G. Kopi

Kapasitas produksi kopi asal Banten sebanyak 2.171 ton dengan luas areal 8.889,50. Potensi paling banyak diareal perkebunan milik rakyat di Kecamatan Mancak, Kramat Watu, Baros, dan Ciomas, Kabupaten Serang dengan luas areal perkebunan 4.075 ha dan kapasitas produksi 528.08 ton pertahun.

(40)

H. Melinjo

Banten penghasil melino paling besar dengan kapasitas produksi 6.489,13 ton dengan luas areal 6,830 ha, berkembang di Kecamatan Labuan, Cadasari, Mandalawangi, Menes, Jiput Cibaliung dan Cimanggu Kabupaten Pandeglang. Selain sebagai bahan sayuran juga menjadi bahan baku pembuatan kerupuk emping.

I. Produk Olahan

Sektor perkebunan menghasilkan sejumlah olahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, diantaranya produksi minyak cengkeh, gula semut, teh mengkudu, kerajinan tempurung kelapa yang mempunyai potensi pasar cukup besar didalam dan luar negeri

Di Propinsi Banten terdapat potensi lahan untuk pengembangan kebun kelapa sawit dengan dukungan pabrik pengolahan CPO yang sudah ada di Kabupaten Lebak. Selain itu terdapat kebun kelapa rakyat yang cukup berpotensi untuk dikembangkan dan dikelola secara profesional.

2.4.7. Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait Potensi Wilayah Propinsi Banten

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait potensi Wilayah Propinsi

Bantendiantaranya :

a. Tingginya pertumbuhan penduduk Propinsi Banten dan Kabupaten Serang merupakan potensi dalam penyediaan lapangan kerja untuk mendukung pengembangan wilayah Bojonegara

b. Masih rendahnya tingkat pendidikan merupakan ancaman bagi pengembangan wilayah Bojonegara

c. Masih belum optimalnya pengolahan produk hasil peranian, perkebunan dan kelautan yang mengakibatkan nilai tambah PDRB pertanian pertumbuhannya rendah.

d. Pelabuhan Internasional Bojonegara dapat dijadikan pendukung eksport dan import bagi wilayah belakangnya/ Propinsi Banten.

e. Pengembangan kegiatan industri di wilayah Bojonegara diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan produksi pertanian, perkebunan, hasil kelautan sebagai bahan baku kegiatan industri.

(41)

2.5. Tinjauan Sarana dan Prasarana 2.5.1 Transportasi

a. Transportasi Darat

Banten sebagai jalur perekonomian bagi mayoritas penduduk di negeri ini memiliki jaringan kereta api yang menghubungkan Jakarta - Serpong - Rangkasbitung - Merak. Selain itu, jalan bebas hambatan terbentang antara Jakarta - Merak sepanjang 100 km serta berbagai sarana angkutan darat lainnya. b.Transportasi Laut

Banten mempunyai Pelabuhan Merak yang berperan ganda. Selain sebagai penunjang kegiatan sektor industri, juga sebagai sarana penyeberangan darat dari Pulau Jawa menuju Sumatera. Terdapat juga Pelabuhan Ciwandan yang dikelola oleh PT Pelindo II dan 19 buah pelabuhan lain yang terdiri dari pelabuhan khusus, pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan perikanan.

Termasuk dermaga khusus (Dersus) di daerah Anyer sebanyak lima buah. Satu diantaranya dikelola langsung oleh pemerintah dan empat dikelola pihak swasta. Dua buah Dersus lain di daerah Karangantu dikelola Pemerintah Kabupaten Serang. Sedangkan Pelabuhan khusus tersebar di wilayah administratif Kota Cilegon dan merupakan pelabuhan Samudera Nusantara yang melayani kapal-kapal niaga dan non niaga.

c. Transportasi Udara

Keberadaan Bandara Soekarno - Hatta di Cengkareng Tangerang yang merupakan Bandara Internasional terbesar dan tersibuk di Indonesia telah menjadikn Banten sebagai pintu gerbang dunia untuk setiap kegiatan usaha. Selain itu terdapat taksi udara yang siap memberikan layanan penerbangan dari Karawaci - Tangerang ke Jakarta, Anyer, Tanjung Lesung dan ke beberapa kota lainnya.

2.5.2 Energi

PLTU Suralaya yang terdapat di Cilegon, merupakan sumber energi listrik bagi Pulau Jawa dan Bali dengan kapasitas 3.400 MW. Banten juga memiliki delapan gardu induk dengan kapasitas 150 MW yang tersebar di lima wilayah. Tiga di Kabupaten Serang, satu di Kabupaten Lebak, tiga di Kabupaten Tangerang dan satu lagi di Kota Tangerang.

(42)

2.5.3 Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi yang tersedia di propinsi ini telah menjangkau sebagian besar wilayah Banten sehingga kegiatan masyarakat dan dunia usaha yang memerlukan fasilitas telekomunikasi dapat terpenuhi secara baik.

2.5.4 Air Baku

Pesatnya perkembangan beragam aktivitas industri, sangat membutuhkan adanya pasokan air baku. Menyadari hal itu, pemerintah dengan berbagai kebijakan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan air baku. Selain menjaga dan melestarikan berbagai sumber air baku yang ada seperti Rawadano, sungai Ciujung, Ciliman, Cisadeg, Kuningan, Cisadane dan Ciliwung, pemerintah juga akan membangun Waduk Karian di Kabupaten Lebak.

2.5.5 Issue Pengembangan wilayah Bojonegara terkait Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Issue Pengembangan wilayah Bojonegara terkait ketersediaan sarana dan prasarana, diantaranya :

a. Tersedianya sarana dan prasarana transport, energi, dan telekomunikasi yang cukup memadai untuk mendorong pengembangan wilayah Bojonegara

b. Ancaman bagi ketersediaan bahan baku air untuk mendorong pengembangan wilayah Bojonegara mengingat semakin meningkatnya permintaan dan terus berkurangnya pasokan air akibat mulai berkurangnya hutan/ kawasan resapan air.

c. Tuntutan peningkatan aksesibilitas jalan menuju ke Pelabuhan Bojonegara

2.6 Tinjauan Kawasan Pelabuhan Bojonegara 2.6.1 Latar Belakang Pembangunan IHP Bojonegara

Beberapa Hal yang melatar belakangi pengembangan Pelabuhan Bojonegara sebagai IHP ( Internasional Hub Port ) adalah sebagai berikut:

1) Menurunnya tingkat pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan

multifungsi primer, terutama terkait dengan isu–isu kecepatan “ cargo transit

time ” karena tingginya tingkat gangguan lalu– lintas pada kawasan.

2) Berdasarkan studi yang dilakukan oleh JICA dan Ditjen Perhubungan Laut, pada tahun 2002 arus bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

Referensi

Dokumen terkait

Pasar yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Rupa (FSR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta,. dan dimuat dalam

 Random Decision Trees pada game “Ninja Heroes" akan bekerja dengan beberapa pilihan  Jika karakter sedang tidak melakukan kegiatan. maka random decision trees akan

Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tepatnya kelas 9, siswa akan belajar mengenai hal-hal berikut ini:1. Mencermati Ekonomi, Pasar,

[r]

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan selisih rerata pH saliva yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua strains selama tujuh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui efektivitas ion kalsium dan pH saliva sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul

Sistem Pengolahan Data Surat Masuk Dan Surat Keluar Pada Kantor Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (Bpkp) Perwakilan Provinsi Aceh Berbasis Web.. Banda