LAPORAN ANALISIS JURNAL LAPORAN ANALISIS JURNAL
Tugas Individu Tugas Individu
Stase Keperawatan Maternitas Tahap Profesi Stase Keperawatan Maternitas Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Disusun Oleh: Disusun Oleh: Ristia Anggarini Ristia Anggarini 13/359170/KU/16493 13/359170/KU/16493
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UGM FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA YOGYAKARTA
ii ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR ISI ... ii BAB BAB I I PENDAHULUAN PENDAHULUAN ... ... ... 11 A. A. LATAR BELAKANG ... 1LATAR BELAKANG ... 1
B. B. PERTANYAAN KLINIS ... 1PERTANYAAN KLINIS ... 1
C. C. PICO ... 1PICO ... 1
D. D. PROSES PENCARIAN LITERATUR ... 2PROSES PENCARIAN LITERATUR ... 2
E. E. TUJUAN ... 2TUJUAN ... 2
F. F. MANFAAT ... 2MANFAAT ... 2
BAB BAB II II TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA...PUSTAKA... ... 33 BAB II BAB III I ANALISIS ANALISIS JURNAL JURNAL ... ... ... 8... 8
BAB IV PENUTUP ... 17 BAB IV PENUTUP ... 17 A. A. KESIMPULAN ... 17KESIMPULAN ... 17 B. B. SARAN ... 17SARAN ... 17 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua wanita hamil mempunyai pengalaman peristiwa kecemasan. Cemas terhadap perubahan fisik, kesukaran persalinan dan kesehatan janin yang dikandungnya. Kadang-kadang kecemasan itu menjadi berlebihan dan merugikan sehingga timbul gangguan cemas seperti fobia, perilaku menghindar serta kecemasan yang berulang.
Antenatal depressive dan/atau anxiety symptom adalah factor risiko terjadinya postpartum depressive disorder dan gangguan perkembangan pada anak. Gangguan
afektif yang tidak ditangani dan komplikasinya dapat menimbulkan mengakibatkan kerugian materi yang bermakna. Oleh karena itu pencegahan kejadian gangguan afektif selama kehamilan sangat penting untuk ibu, bayi, dan masyarakat secara umum.
Intervensi berbasis internet diharapkan dapat mengatasi hambatan yang berkaitan dengan intervensi yang bersifat face to face. Dengan intervensi berbasis internet, ibu hamil tidak harus keluar rumah untuk memperoleh konsultasi terkait gejala deresi atau gejala kecemasan yang sedang dialaminya. Intervensi berbasis internet mudah diterima, home-based, dan dapat diikuti sewaktu -waktu, tidak ada daftar tunggu serta mengurangi biaya serta waktu yang dibutuhkan terapis.
B. PERTANYAAN KLINIS
Bagaimana efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap gejala afektif dan perinatal outcome pada ibu hamil?
C. PICO
P:wanita hamil dengan gejala afektif I:intervensi online
C:terapi seperti biasa
2 D. PROSES PENCARIAN LITERATUR
Situs : Medline www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Keyword:online, anxiety, pregnancy
Limitation:
Full text : free fulltext only Language : English
Subjects : all Pub type : all Pub date : 2 years E. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap gejala afektif dan perinatal outcome pada ibu hamil?
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap gejaladepresi
Untuk mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap gejala kecemasan
Untuk mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap kecenderungan bunuh diri
Untuk mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap perinatal outcome
F. MANFAAT
mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap gejaladepresi
mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap gejala kecemasan
mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap kecenderungan bunuh diri
mengetahui efektivitas intervensi online dibanding terapi biasa terhadap perinatal outcome
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GANGGUAN KECEMASAN
Melahirkan memang suatu proses yang alami dan menimbulkan rasa sakit. Namun banyak wanita yang merasakan sakit tersebut lebih parah dari seharusnya karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan stress. Hal ini disebut fear-tension-pain concept (takut-tegang-sakit), dimana rasa takut menimbulkan ketegangan atau kepanikan yang menyebabkan otot - otot menjadi kaku dan akhirnya menyebabkan rasa sakit (Hypno- birthing, 2006).
Priest (1994) menyatakan bahwa “Salah satu sumber kecemasan adalah kehamilan”. Kehamilan merupakan suatu periode kritis dalam kehidupan seorang wanita. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “Salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang wanita adalah saat ia hamil” (Dagun, 1990). Menurut Mochtar, R (1998:179) (dalam Anggra, 2008) ketakutan ibu menghadapi persalinan terutama primigravida, berkaitan dengan emosi ibu yang berpengaruh pada proses persalinan.
Kecemasan persalinan pertama merupakan perasaan atau kondisi psikologis yang tidak menyenangkan dikarenakan adanya perubahan fisiologis yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi psikologis. Hal ini berkaitan dengan pengalaman baru yang dialami ibu hamil serta masih terbatasnya pengetahuan tentang kehamilan.
1. Gangguan cemas menyeluruh
Gambaran utama gangguan ini kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan tentang kehidupankehamilan, misalnya komplikasi kehamilan, sekalipun kehamilan itu normal, yang ditandai dengan keteganga motorik dan hiperaktifitas motorik dan otonom misalnya: gemetar, gugup, gelisah, cepat lelah; gejala hiperaktifitas otonom misalnya nafas: nafas pendek, palpitasi, keringat, kaki dan tangan dingin pusing, mual, gangguan menelan.Kewaspadaan yang berlebihan perasaan terancam,iritabel, insomnia.
2. Gangguan Panik
Bermanifestasi dengan ciri-ciri utama adanya periode kekhawatiran yang mendalam atau perasaan tidak enak yang berlangsung beberapa menit dan sifatnya berulang secara tak terduga. Serangan panik terjadinya mendadak dengan
You're Reading a Preview Unlock full access with a free trial.
seperti marah-marah, takut, perasaan tidak menentu, serta ketidakmampuan mengendalikan pikiran buruk. Ada dua hal yang menyebabkan kecemasan pada ibu hamil yaitu perasaan takut dan penolakan ibu terhadap kehamilannya. Perasaan takut yang dirasakan oleh ibu hamil lebih didasarkan pada perubahan besar yang terjadi pada tubuhnya. Penolakan ibu terhadap kehamilannya lebih didasarkan pada calon ibu tersebut tidak menikah atau karena kesulitan ekonomi sehingga dengan hadirnya anak dapat memberatkan ekonomi keluarga (Sastrawinata, 1983).
Kecemasan dalam ruang lingkup sosial dapat dilihat dari situasi, kondisi dan obyek tertentu misalnya individu cemas ketika memperlihatkan diri di depan umum. Keadaan ini terutama terjadi pada individu yang pemalu, penakut, merasa tidak tentram, dan cemas bila berkumpul dengan orang-orang yang masih asing dengannya. Pada ibu hamil biasanya kepercayaan tradisional yang dianut dalam suatu daerah akan berpengaruh terhadap pola pikirnya sehingga akan menimbulkan kecemasan tersendiri.
Sikap yang kurang menyenangkan di pihak orang-orang yang berarti sikap yang kurang menyenangkan dari lingkungan juga menimbulkan efek yang mendalam bagi kondisi mental ibu hamil. Misalnya orang tua yang tidak menghendaki kelahiran karena takut mengganggu program pendidikan dan pekerjaan. Hasil studi tentang psikologi kehamilan membuktikan bahwa fenomena kecemasan yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan beban ekstra yang dapat berasal dari dalam tubuh sendiri maupun dari kejadian diluar tubuh. Menurut Notosoedirjo (1996) (dalam Mulyata, 1999) apabila ibu hamil tidak mampu beradaptasi dengan beban ekstra tersebut, akan mengalami kecemasan.
Berikut disajikan beberapa faktor yang dikumpulkan oleh Niven (1992) (dalam Mulyata, 1999) yang mempunyai pengaruh negatif terhadap kehamilan, sebagai berikut: 1. Stresfull life events, termasuk suami kehilangan pekerjaan, suami menganggur, masalah
perumahan, suami selingkuh, adanya anggota keluarga yang sakit keras.
2. Adanya masalah dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari seperti masalah finansial, hilangnya aset keluarga, kegagalan dalam business, hilangnya dukungan sosial dari pihak tertentu.
3. Pengalaman keguguran, bayi lahir mati, bayi lahir imatur, prematur, bayi lahir cacat, pernah mengalami kondisi yang mengancam jiwa.
6
4. Adanya riwayat infertilitas disertai berbagai usaha sehingga berhasil hamil. 5. Pernah menderita penyakit jiwa
B. GANGGUAN DEPRESI
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Tanda depresi kehamilan:
1. Tidak bisa berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan. 2. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu
3. hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu 4. Kondisi ibu mengancam keselamatan janin
Kehamilan seharusnya menjadi saat-saat yang paling membahagiakan bagi seorang Ibu. Namun terkadang, sebagai seorang calon Ibu (apalagi karena baru pertama kali menghadapi kehamilan) ada saja rasa kekhawatiran yang berlebihan sehubungan dengan semakin dekatnya proses kelahiran. Sekitar 10-20% wanita berusaha untuk melawan gejala depresi dan seperempat sampai setengahnya terkena depresi yang berat. Pada suatu studi terhadap 360 ibu hamil, maka 10% dari mereka mengalami depresi
saat kehamilan dan hanya 6,8% yang mengalami depresi pasca kehamilan.
Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil dan hal ini bukan sesuatu yang istimewa. Penyakit ini selalu melanda mereka yang sedang hamil, tetapi sering dari mereka tidak pernah menyadari depresi ini karena mereka menganggap kejadian ini merupakan hal yang lumrah terjadi pada Ibu hamil, padahal jika tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi bayi yang dikandung Ibu.
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti halnya pada depresi yang terjadi pada orang awam secara umum, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Depresi juga dapat dikarenakan adanya perubahan hormon yang berdampak mempengaruhi mood Ibu sehingga Ibu merasa kesal, jenuh atau sedih. Selain itu, gangguan tidur yang kerap terjadi menjelang proses kelahiran juga mempengaruhi Ibu karena letih dan kulit muka menjadi kusam.
Selain itu, adanya kekhawatiran akan kandungan, sering muntah pada awal trimester pertama, dan masalah-masalah lain juga dapat menyebabkan Ibu depresi. Ibu akan
terus-menerus mengkhawatirkan keadaan bayinya dan ini akan membuat Ibu merasa tertekan.
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan susana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.
8 BAB III
ANALISIS JURNAL
A. Latar Belakang
Perempuan dalam masa kehamilan dan post partum kerentanan untuk berkembangnya depresi atau axiety disorder yang meningkat. Prevalensi terjadinya depresi selama kehamilan adalah 12% dan anxiety disorder selama kehamilan sebesar 11%. Prevalensi rata-rata gejala afektif diperkirakan mencapai 17%.
Gangguan afektif dikaitkan dengan dengan outcome perinatal yang merugikan, seperti peningkatan risiko prematuritas, dysmaturitas, penurunan inisiasi mnyusui. Selain itu antenatal depressive dan/atau anxiety symptom adalah factor risiko terjadinya postpartum depressive disorder dan gangguan perkembangan pada anak. Gangguan afektif yang tidak ditangani dan komplikasinya dapat menimbulkan mengakibatkan kerugian materi yang bermakna. Oleh karena itu pencegahan kejadian gangguan afektif selama kehamilan sangat penting untuk ibu, bayi, dan masyarakat secara umum.
Penelitian meta analisis baru-batu ini, yang mengikutsertakan 28 penelitian RCT, menunjukkan intervensi psikologis pre dan postpartum menurunkan angka wanita yang terkena postpartum depression. Intervensi yang paling efektif adalah postpartum (dibandingkan antenatal) yang ditujukan kepada wanita dengan factor risiko kompleks.
Hal ini dimungkinkan karena selama kehamilan wanita mempunyai banyak halangan untuk menghadiri sesi yang diadakan di luar rumah mereka. Intervensi berikutnya muncul dengan menjanjikan penurunan gejala depresi antenatal dan pencegahan postpartum depressive disorder berikutnya: memasang dukungan tepelon, kunjungan rumah oleh perawat, dan interpersonal terapi (IPT).
Intervensi internet-based self-help mungkin dapat mengatasi hambatan yang berkaitan dengan intervensi yang bersifat face to face. Intervensi berbasis internet mudah diterima, home-based, dan dapat diikuti sewaktu waktu, tidak ada daftar tunggu serta mengurangi biaya serta waktu yang dibutuhkan terapis.
Beberapa tahun terakhir, self-help internet program menjadi popular dalam perawatan kesehatan jiwa. Beberapa penelitian RCT telah menunjukkan keefektivan intervensi internet-based self-help untuk beberapa gangguan jiwa seperti depresi, kecemasan, alcohol, dan
insomnia. Berbagai terapi modalitas diaplikasikan dalam penelitian tersebut, sebagai contoh Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dan problem solving therapy (PST).
Penelitian ini akan menguji keefektivan intervensi internet-based self-help versi PST dibandingkan dengan kontrol dalam daftar tunggu (waiting list control ) dalam:
1. Penurunan gejala kecemasan dan depresi post intervensi, akhir kehamilan, 6 minggu postpartum
2. Peningkatan perinatal outcome(sebagai contoh: pre-term birth, growth restriction and breastfeeding initiation)
3. Menentukan cost effectiveness menggunakan perspektif masyarakat B. Metode dan design
Design penelitian
Penelitian ini menggunakan design randomised control trial dengan intervensi aktif dan waiting list control condition. Intervensi berdasarkan pada treatment pemecahan masalah dan akan ditawarkan melalui internet. Ini akan dipandu oleh seorang pelatih yang terlatih. Partisipan yang termasuk dalam kondisi control ditawarkan untuk mengakses intervensi yang sama setelah follow-up terakhir (6 minggu postpartum). Kedua kelompok diperbolehkan menggunakan secara bersamaan treatment biasa (perawatan seperti biasa).
Kriteria inklusi dan eksklusi
Penelitian ini mengikutsertakan partisipan yang berisiko terjadinya depresi postpartum. Lebih spesifik lagi, partisipan yang akan diikutsertakan adalah yang berusia 18
tahun atau lebih, sedang hamil dan minimal 10 minggu sebelum HPL, serta setidaknya memiliki gejala ringan depresi atau kecemasan. Gejala depresi diukur dengan Center for Epidemiological Studies Depression scale (CES-D) dan gejala kecemasan diukur dengan Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety subscale (HADS-A). Pasien memenuhi syarat jika skor CESD minimal 16 dan/atau HADS-A minimal 8. Partisipan yang terindikasi ada kemungkinan untuk melukai diri sendiri atau ingin bunuh diri (yang dikaji memalui pertanyaan dalam Web Screening Questionnaire (WSQ)) akan dieksklusikan. Mereka akan
dirujuk untuk konsultasi dengan petugas kesehatan untuk mendapat perawatan yang lebih. Partisipan diperbolehkan untuk mendapat treatmen psikiatrik termasuk psikoterapi atau penggunaan obat psikofarmakologi seperti antidepresan. Tambahan treaten akan dimonitor
10 Recruitment;
Partisipan akan dimbil dari populasi umum warga Belanda yaitu dengan iklan di website internet dan iklan di Koran dan majalah untuk wanita hamil. Di dalam website tersedia informasi umum mengenai penelitian dan para wanita dapat mendaftar secara online. Semua wanita yang terdaftar akan diberi informasi secara lebih detail. Mereka akan mendapat informed consent, melengkapi kuesioner dasar online, memenuhi criteria inklusi dan akan dilakukan pengacakan. Partisipan dengan skor depresi atau kecemasan yang sangat
tinggi (CESD ≥ 25 atau HADS-A ≥ 12) akan dianjurkan untuk menghubungi tenaga
treatmen. Mereka tidak akan dieksklusi karena terdapat bukti bahwa intervensi juga berguna pada kasus gejala depresi berat.
Randomisasi
Partisipan akan diacak dengan rasio 1:1. Peneliti akan membuat rencana pengacakan dengan menggunakan computer. Prosedur ini akan mayakinkan pembagian secara blind. Semua partisipan akan diinformasikan melalui email.
Intervensi
Peneliti menyesuaikan PST versi internet yang digunakan untuk wanita hamil. Peneliti menambahkan psikoedukasi dalam kehamilan dan gejala afektif dan disesuaikan dengan contoh pasien dalam program. Peneliti menamakan intervensi ini sebagai “MamaKits online”. Inti asumsi dari PST adalah gejala-gejala afektif dihasilkan ketika orang menjadi kewalahan oleh masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika orang-orang mampu membuat daftar dari kekhawatiran dan masalah mereka, dan belajar cara-cara yang terstruktur untuk menyelesaikannya, mereka merasa kewalahannya berkurang. Maka mereka lebih mampu mengatasi dan pada gilirannya akan meringankan suasana hati mereka.
Sesi ini memakan waktu 6 minggu, dengan satu pelajaran setiap minggu. Setiap pelajaran terdiri dari: informasi, contoh dan tugas pekerjaan rumah. Intervensi ini terdiri dari
tiga langkah:
1. peserta menjelaskan apa benar-benar bermasalah bagi mereka
2. peserta menuliskan saat ini kekhawatiran dan masalah mereka dan mengkategorikan mereka ke dalam tiga jenis:
a. masalah tidak penting (masalah tidak terkait dengan hal-hal yang penting kepada mereka)
b. masalah yang dapat dipecahkan
c. masalah yang tidak dapat diselesaikan (misalnya kehilangan orang yang dicintai) 3. peserta membuat rencana untuk masa depan dengan menggambarkan bagaimana mereka
akan mencoba untuk menyelesaikan hal-hal yang paling penting bagi mereka.
Inti dari intervensi terdiri dari pendekatan terstruktur untuk memecahkan masalah-masalah yang berpotensi untuk dipecahkan. Intervensi ini terdiri dari enam langkah:
12 2. menghasilkan beberapa solusi untuk masalah 3. memilih solusi terbaik
4. mencoba rencana yang sistematis untuk memecahkan masalah 5. melaksanakan solusi
6. mengevaluasi untuk apakah solusi tersebut telah menyelesaikan masalahnya.
Pemandu yang terlatih akan memberikan umpan balik mingguan terhadap tugas melalui e-mail. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dengan menggunakan e-mail peneliti memperkirakan coaching akan memekan waktu 15-30 menit per partisipan per pelajaran. Umpan balik ini bertujuan mendukung para peserta dapat bekerja melalui intervensi dan tugas-tugas, tidak untuk mengembangkan hubungan terapeutik. Peneliti utama, psikiatri yang berpengalaman, akan memeriksa integritas dari feedback yang diberikan.
Grup Kontrol
Partisipan dari grup control diperbolehkan untuk mendapatkan “terapi seperti biasa” jika dibutuhkan. “terapi seperti biasa” akandikaji melalui laporan pasien dengan kuesioner.
Enam minggu postpartum akan ditawarkan sebagai intervensi kepada grup kontrol. Instrument
Tujuan Utama 1. Gejala depresi
Peneliti menggunakan CES-D versi Belanda untuk mengukur gejala depresi. Kuesioner ini memiliki 20 self-rated item, masing-masing skor 0-3. Total skor berkisar antara 0 (tidak ada gejala depresi) hingga 60 (nilai tinggi gejala depresi). Validitas telah diuji dalam populasi yang berbeda. Skor dari 16 ke atas mewakili tingkat gejala depresi klinis yang signifikan dengan sensitivitas 0.82-1,00 dan spesifisitas 0,69-0.88 dan terpilih sebagai kriteria inklusi.
2. Kecenderungan bunuh diri
Peneliti akan menggunakan satu pertanyaan dari WSQ untuk mengkaji kecenderungan bunuh diri. Peneliti akan menghubungi peserta dengan skor 3 melalui telepon untuk memberi mereka nasihat tentang cara mendapatkan perawatan/ treatment tambahan. Jika diperlukan peneliti akan juga menghubungi dokter umum mereka. Untuk alasan itu, kami juga akan meminta nomor telepon partisipan dan nama dokter umum.
3. Gejala Kecemasan
Untuk menilai gejala kecemasan digunakan HADS A versi Belanda. Ini adalah subscale kecemasan 7 item dari HADS dengan jawaban pada skala 0-3. Total Skor rentang adalah 0-21. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan yang lebih banyak. Kuesioner telah dinyatakan reliable dalam versi paper-pencil serta dalam versi internet. HADS A memiliki optimal cut-off≥8 dengan sensitivitas 0.89 dan spesifisitas 0,75.
4. Perinatal outcome
Enam minggu setelah melahirkan peneliti akan menilai komplikasi perinatal seperti kelahiran prematur (kelahiran bayi kurang dari usia kehamilan 37 minggu), berat badan lahir rendah, inisiasi menyusui dan komplikasi obstetri seperti SC yang tidak direncanakan, ekstraksi vakum atau durasi mondok yang lebih lama di rumah sakit. Informasi ini akan diperoleh dari pertisipan.
Tujuan Sekunder 1. Gejala Depresi
Gejala depresi The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah skala depresi dengan 10 item yang dikembangkan untuk perempuan dalam periode postpartum. Jawaban item bervariasi dari 0 hingga 3. Total Skor rentang adalah 0-30.
2. Pemanfaatan perawatan kesehatan
Peneliti akan memantau penggunaan perawatan kesehatan, selama seluruh masa penelitian dengan TiC-P. Peneliti akan mencakup semua pemanfaatan perawatan kesehatan ibu (misalnya kunjungan ke dokter umum, perawatan kesehatan mental, ginekologi, rawat inap rumah sakit dll), juga untuk baru lahir (misalnya tambahan kunjungan dari bidan atau ke Pusat Kesehatan Anak, dokter umum dan/atau Pediatri) terlepas dari penyebab atau alasan untuk menggunakan layanan kesehatan tersebut.
3. hilangnya produktivitas
peneliti juga akan memantau kemungkinan penurunan produktivitas. Peneliti akan mencatat durasi cuti, frekuensi dan durasi ketidakhadiran kerja karena sakit dan sejauh mana seorang wanita bekerja tetapi kurang efisien. Hal ini akan diukur dengan SF-HLQ yang digabungkan dalam TIC-P.
14
4. Kualitas Hidup
Kualitas hidup dinilai dengan Euroqol. Ini adalah kuesioner self-report yang
mengukur kualitas hidup dan terdiri dari 5 dimensi kesehatan (sakit /ketidaknyamanan, depresi /kecemasan, mobilitas, perawatan diri dan kegiatan biasa) memberikan indikasi tingkat kesehatan diri sendiri. Nilai diperoleh individu menempatkan pada keadaan kesehatan tertentu dinyatakan dalam nilai utilitas. Skor utilitas ini bervariasi dengan angka antara 0 (kondisi terburuk yang dibayangkan: kematian) dan 1 (kesehatan sempurna).
5. Demografi
Peneliti akan mengkaji gender, usia, status pernikahan, jumlah dan usia anak, pendidikan, profesi, serta suku.
Pengkajian
Semua pengkajian berdasarkan self-report dan akan dilakukan secara online. Peneliti
akan mengukur baseline (T0), 10 minggu kemudian (walaupun kemungkinan intervensi
selesai dalam 6 minggu tetapi ada kemungkinan bahwa beberapa orang membutuhkan waktu yang lebih. Untuk itu posttest akan dilakukan setelah 10 minggu) setelah intervensi kelompo selesai (T1), 4 minggu sebelum HPL (dalam rangka untuk mencatat apakah ada gejala relaps) (T2), dan 6 minggu setelah kelahiran (T3). Partisipan yang memulai intervensi setelah usia kehamilan 24 minggu tidak akan dikaji T2 karena jarak waktuT1 dan T2 yang terlalu sempit.
Besar Sampel dan Analisis Statistik
Analisis akan dilakukan sesuai dengan tujuan untuk mengobati serta sesuai prinsip protokol. Untuk mempelajari perbedaan antar kondisi, peneliti akan menggunakan model
linier-mixed dengan gejala depresi dan kecemasan sebagai variabel dependen, indikator waktu dan treatment perlakuan sebagai prediktor, karena model seperti ini dapat drop-out sewaktu-waktu. Peneliti akan menghitungeffect size dalam kelompok dan antara kelompok.
Effect size di dalam kelompok akan dihitung dengan skor yang diperoleh dengan skor baseline. Effect size antar-kelompok akan membandingkan perbedaan yang diperoleh antar kelompok tersebut. Peneliti berasumsi bahwa effect size antar kelompok di akhir penelitian minimal 0,40, karena hal ini telah dibuktikan sebelumnya dalam studi meta analisis dalam treatment umum.
Uji statistic menggunakan sebuah alpha dari 0,05 (two-tailed) , statistical power ( 1- beta ) 0.80, dan attrition rate 30 % peneliti memerlukan masing-masing 143 responden. Semua analisis akan dilakukan dengan menggunakan spss untuk windows, versi 20 dan STATA 10,0.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan dari perspektif masyarakat, mengambil jumlah biaya intervensi, biaya medis langsung, biaya non-medis langsung dan biaya tidak langsung selama masa penelitian. Biaya tidak langsung mengacu pada sumber daya dan kesempatan yang hilang yang disebabkan dari penyakit. peneliti akan menilai penggunaan layanan kesehatan dan production losses di T0, T1, T2 dan T3 berdasarkan TIC-P. Biaya intervensi menyangkut biaya yang terkait dengan aplikasi internet, iklan dan pelatihan/gaji para pelatih.
C. Diskusi
Tujuan dari studi ini adalah untuk menyelidiki efektivitas dari intervensi berbasis internet self-help pada gejala depresi dan kecemasan dalam kehamilan. Selain itu penelitimenyelidika efek pada outcome kehamilan. Melalui perhitungan biaya dan kualitas
hidup, indikasi keuntungan dapat diberikan pada efektivitas biaya intervensi. Studi ini memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama tidak semua perempuan memiliki akses ke internet. Ini mungkin terutama berlaku untuk orang-orang dengan kerentanan peningkatan symptomatologi afektif selama
16
kehamilan seperti ketidakberuntungan secara sosial khususnya mereka yang buta huruf, tingkat pendidikan rendah dan pendapatan yang rendah. Namun terutama di negara-negara Barat internet telah tersedia secara luas dan oleh karena itu, intervensi ini dapat diakses secara lua selama kehamilan.
Kedua, angka drop out mungkin tinggi di kelompok non-intervensi karena kurangnya motivasi. Untuk mengatasinya, terapi ditawarkan pada tahap selanjutnya yaitu 6 minggu post persalinan. Keterbatasan ketiga adalah hanya menggunakna instrument self-rating. Namun karena intervensi ini ditujukan pada gejala afektif dan bukan pada gangguan afektif, diagnosis formal tampaknya tidak diperlukan.
Kekuatan penelitian adalah bahwa kita meneliti intervensi pendek yang praktis untuk kelompok tertentu dengan gejala afektif ringan sampai parah, yang terbukti efektif (biaya) dalam populasi lainnya. Masuknya penggunaan internet secara luas akan memungkinkan kita untuk membuat validitas external yang tinggi. Selanjutnya studi ini tidak hanya ditujukan pada gejala depresi, gejala kecemasan yang umum , tetapi juga gejala yang sering diabaikan
dalam kehamilan dan pasca melahirkan.
Dalam kasus efektivitas terbukti kita akan mampu memberikan perawatan yang efektif terhadap gejala afektif dalam kehamilan dan komplikasinya, mencapai banyak wanita dan membuat terapi lebih mudah diakses.
D. Implikasi Keperawatan
Jika intervensi berbasis internet ini terbukti efektif, perawat dapat mengaplikasikan intervensi ini untuk mempermudah akses ibu hamil terhadap layanan kesehatan. Internet bagi ibu-ibu muda sudah bukan hal yang asing lagi dan dengan intervensi berbasis internet ini ibu hamil akan semakin dipermudah karena konsultasi dapat dilakukan melalui internet. Kinerja perawat akan lebih mudah karena dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun tidak terbatas
waktu dan tempat. Jaringan internet di berbagai daerah di Indonesiajuga telah mendukung untuk diaplikasikannya intervensi berbasis internet ini.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan afektif biasanya dikaitkan dengan dengan outcome perinatal yang merugikan, seperti peningkatan risiko prematuritas, dysmaturitas, penurunan inisiasi mnyusui. Selain itu antenatal depressive dan/atau anxiety symptom adalah factor risiko terjadinya postpartum depressive disorder dan gangguan perkembangan pada anak. Gangguan afektif yang tidak ditangani dan komplikasinya dapat menimbulkan mengakibatkan kerugian materi yang bermakna. Oleh karena itu pencegahan kejadian gangguan afektif selama kehamilan sangat penting untuk ibu, bayi, dan masyarakat secara umum.
Intervensi internet-based self-help diharapkan dapat mengatasi hambatan yang berkaitan dengan intervensi yang bersifat face to face. Intervensi berbasis internet mudah diterima, home-based, dan dapat diikuti sewaktu waktu, tidak ada daftar tunggu serta mengurangi biaya serta waktu yang dibutuhkan terapis.
B. SARAN
1. Harapannya peneliti mulai dilakukan penelitian dengan mengadopsi intervensi yang serupa untuk wanita hamil di Indonesia.
2. Pemerintah dan pihak terkait mendukung koneksi internet hingga ke pelosok sehingga jika intervensi ini terbukti efektif, intervensi ini dapat menjembatani keterbatasan tenaga kesehatan di pelosok dan dapat mempermudah akses konsultasi di daerah-daerah yang memiliki tenaga medis terbatas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III , Jakarta, 1996 : 65
Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I , Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 777-832
Dietz PM, Williams SB, Callaghan WM, Bachman DJ, Whitlock EP, Hornbrook MC. Clinically identified maternal depression before, during, and after pregnancies ending in live births. Am J Psychiatry 2007;164:1515-20.