i
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009.
xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm ISBN 978-979-799-447-1
1. Konservasi 2. Keanekaragaman Hayati 2. Flora Indonesia 4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah : Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa
Setting dan Layout : I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul : Gede Wawan Setiadi
Penerbit : LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051 E-mail: kebunrayabali.yahoo.com
ii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia
Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global”
Bali, 14 Juli 2009
ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah :
Bayu Adjie
Dedy Darnaedi
Sutrisno
Joko R. Witono
Pande Ketut Sutara
Enik Kriswiyanti
Teguh Triyono
Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting :
Agung Kurniawan
Ni Kadek Erosi Undaharta
I Putu Agus Hendra Wibawa
I Gede Tirta
Wawan Sujarwo
Penyelenggara :
UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali - LIPI
bekerja sama dengan
iii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia
Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global”
Bali, 14 Juli 2009
Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini kemudian mendistribusikannya, tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh :
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191
website : www.kebunrayabali.com e-mail : kebunrayabali@yahoo.com cetakan 2009©
ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah :
Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting :
Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo
Setting & Layout :
I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul :
iv
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global telah diselenggarakan pada tanggal 14 Juli 2009 di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI. Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” - LIPI dengan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Seminar ini diikuti oleh 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pelaksana dan seluruh pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselenggaranya seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global yang terus berlangsung.
Ir. I Nyoman Lugrayasa Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv REKOMENDASI ... xv SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN
KEBUN RAYA “EKA KARYA BALI” LIPI ... xvi
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI – LIPI ... xix
MAKALAH KUNCI
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Endang Sukara ... 1 MAKALAH UTAMA
Pembangunan Kebun Raya Daerah dan Peran Strategisnya dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Global
Mustaid Siregar, Hendrian dan Sutrisno ... 7 Kedalaman Informasi dan Kelembagaan Taksonomi Menghadapi Perubahan
Iklim Global
Dedy Darnaedi ... 14
Pemanasan Global Sebagai Akibat Ulah Manusia Diplanet Bumi
I Wayan Kasa ... 15 Bali dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim
Ketut Suryadarmadi ... 22 MAKALAH ORAL
Impact of Climate Change on Distribution of Elatostema (Urticaceae) In Indonesia
Barry J. Conn dan Julisasi T. Hadiah ... 31 Menyusun Prioritas Koleksi Bagi Kebun Raya Baru di Indonesia
Irawati ... 40 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Indonesia; Dampaknya terhadap
Kondisi Biogeofisik
Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom ... 45 Peran Hutan Masyarakat Adat dalam Menjaga Stabilitas Iklim Satu Kajian
Perspektif Deep Ecology (Kasus Masyarakat Desa Adat Tenganan, Bali)
I.G.P.Suryadarma ... 50 New cpDNA Sequences Of The Tree Fern Dicksonia From Indonesia
vi
MAKALAH PENUNJANG
Inventarisasi dan Eksplorasi Anggrek di Wamena-Papua
I Gede Tirta dan I Nyoman Peneng ... 61
Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Sungai Busang, Kalimantan Tengah
Dwi Murti Puspitaningtyas ... 66 Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Komara oleh Kebun Raya Purwodadi
Esti Endah Ariyanti ... 75
Konservasi Tumbuhan Secara Ex Situ Langkah Awal Domestikasi
Subekti Purwantoro ... 81
Beberapa Jenis Pohon yang Menjadi Inang Anggrek Pteroceras javanicum (J.J.Sm.) Bakh.F. di Twa Lejja Kab. Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan
Suhartono ... 85
Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack) di Hutan Lindung Sungai Wain Kabupaten Balikpapan Propinsi Kalimantan Timur
Suhartono ... 88
Peranan Konservasi Tumbuhan Warna Alam di Kab. Gianyar dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Pande Ketut Sutara ... 91
Konservasi Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Alternatif Desa Banjarasem dalam Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global
I Gusti Ngurah Puger ... 99
Eksplorasi Begonia di Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Propinsi Papua Barat
I Made Ardaka, I Wayan Mudarsa dan I Nyoman Sudiatna ... 110
Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon pada Perbedaan Status Kepemilikan Lahan Garapan di Lampung Barat
Indriani Ekasari ... 119
Anggrek Epifit di Twa Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat
Pa’i Dan Esti Endah Ariyanti ... 128
Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi
Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ... 133
Identifikasi Dendrobium Spp Daun Pipih dari Seksi Aporum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi
vii
Eksplorasi dan Penelitian Tanaman Upacara Agama Hindu di Kecamatan Kintamani, Bangli – Bali
I Made Sudi ... 145
Eksplorasi Flora di Bukit Silangjana Singaraja-Bali
I Made Sudi, I Gusti Putu Wendra dan Ketut Sandi ... 149
Taman Begonia Kebun Raya “Eka Karya” Bali : dalam Tinjauan Analisis
I Made Ardaka dan I Dewa Putu Darma ... 154
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Percobaan Kultur Invitro Rafflesia patma dan R. meijerii .
Sofi Mursidawati dan Elizabeth Handini ... 158
Studi Pertumbuhan Anthurium x. ferriense dan Philodendron wendlandii Schott di Dalam Ruangan pada Intensitas Cahaya yang Berbeda
Siti Fatimah Hanum ... 162
Manipulasi Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla) dengan Pengaturan pH Tanah
Made Ria Defiani dan Ni Luh Suriani ... 170
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Epidendrum (Epidendrum radicans Pav.)”
Gede Lemes ... 175
Studi Penyimpanan Biji Anggrek Cymbidium finlaysonianum
Elizabeth Handini dan Dwi Murti Puspitaningtyas ... 183
Pelestarian Majegau (Dysoxylum caulostachyum) Flora Identitas Propinsi Bali
Yunita Hardini dan Hartutiningsih M. Siregar ... 191
Masa Berbunga Beberapa Jenis Rhododendron spp. (Sub Sect. Vireya) Koleksi Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali
Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 196
Kultur Daun Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. Asal Kalimantan Barat
Elizabeth Handini dan Yupi Isnaini ... 206
Isolasi Bakteri Dari Bunga Bangkai (Amorphophalus titanium Becc.) di Kebun Raya Bogor
Sri Hartin Rahaju, Novik Nurhidayat dan Yuzammi ... 211
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kelompok Pseudomonas “Fluoresens” dari Bunga Bangkai Amorphophalus paeoniifolius
viii
Keanekaragaman Isolat Bakteri dari Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc. di Kebun Raya Cibodas
Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat ... 220
Perbanyakan Baccaurea dulcis dengan Cara Cangkok dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
Reni Lestari ... 227
Aplikasi Bahan Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan Populasi Cacing Tanah di Sumberjaya Lampung Barat
Agus Karyanto, Sri Murwani, Rusdi Evizal dan Sugiatno ... 232
Perkecambahan Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Berpotensi
Tri Handayani dan Melani Kurnia Riswati ... 240
Daya Hidup Biji Majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq) dan Rijasa (Elaeocarpus grandiflorus JE.Smith).
Dewi Lestari ... 244
Kajian Tumbuhan Endemik Kalimantan: Osmoxylon borneense Seem.
Hary Wawangningrum dan Dwi Murti Puspitaningtyas ... 249
Manfaat Aren, Arenga pinnata Wurmb. Merr. dan Potensinya Sebagai Tanaman Reintroduksi di Daerah Aliran Sungai (DAS)
I Made R. Pendit, Ni Putu Sriasih, dan I Made Sumerta ... 254
Pemanfaatan Gatep (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosb.) Sebagai Penghijauan Lahan Marginal
I Made Sumerta, I Made R. Pendit dan I Made Suja ... 258
Averrhoa spp. di Kebun Raya Bogor dan Upaya Konservasinya
Inggit Puji Astuti dan Rugayah ... 261
Keanekaragaman Flora di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar - Danau Bawah - Jamrud, Riau.
Esti Munawaroh ... 265
Studi Populasi Jenis-Jenis Bambu Alam di Kawasan Hutan Palungan Batu, Kabupaten Jembrana-Bali.
Ida Bagus Ketut Arinasa ... 271
Reintroduksi Palem Nyabah (Pinanga arinasae J.R. Witono) Jenis Endemik di Bali
Ida Bagus Ketut Arinasa ... 276
Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kepulauan Togean
ix
Analisa Kromosom dan DNA Serta Diversifikasi Morfologi; Studi Kasus pada Salvia spp. (Lamiaceae)
Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ... 295
Kumis Kucing (Orthosiphon spp.; Lamiaceae) di Indonesia dan Indikasi Jenis Baru dari Pulau Waigeo, Papua Barat
Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ... 303
Studi Pendahuluan Deteksi Keragaman Populasi Jati (Tectona grandis L.) dengan Marka RAPD
Made Pharmawati ... 307
Taman Panca Yadnya Kebun Raya ”Eka Karya” Bali Suatu Konsep Konservasi dan Budaya Dalam Harmoni
I Dewa Putu Darma ... 312
50 Tahun Peran Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Konservasi Tumbuhan
Siti Fatimah Hanum dan Wenni Setyo Lestari ... 316
Inventarisasi Jenis Tanaman Pekarangan yang Berpotensi Obat di Desa Sukajadi Kabupaten Bogor
Siti Fatimah Hanum ... 328
Potensi Ficus benjamina L. sebagai Tanaman Konservasi di Bali
I Nyoman Peneng ... 337
Peranan Ecopark dalam Pengembangan dan Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berpotensi di Indonesia
Tri Handayani, Sugiarti dan Ika Sartika ... 344
Keanekaragaman Jenis Araliaceae di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera Barat
Hary Wawangningrum ... 353
Kekayaan Sumber Daya Alam di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara
Rismita Sari ... 359
Keanekaragaman Spesies Burung dan Habitatnya di Kebun Raya Eka Karya Bali
Sudaryanto ... 365
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Buah di Kalimantan Tengah dan Habitat Tumbuhnya
Reni Lestari, Rismita Sari, Didit Okta Pribadi dan Andy Bhermana ... 370
Potensi dan Konservasi Genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum) di Bali
x
Eksplorasi Tumbuhan di Kawasan Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara
Agung Kurniawan dan I Made Raharja Pendit ... 386
Pematahan Dormansi Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) dengan Larutan H2SO4
Sri Wahyuni dan Syamsul Hidayat ... 396
Perkecambahan Palem Endemik Sulawesi Pigafetta elata (Giseke) Becc. Kebun Raya Purwodadi
Rony Irawanto ... 404
Biji dan Perkecambahan Typhonodorum lindleyanum Schott Kebun Raya Purwodadi
Rony Irawanto dan Abban Putri Fiqa ... 410
Studi Perilaku Perkecambahan Biji Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.)
Abban Putri Fiqa dan Dewi Ayu Lestari ... 416
Teknik Perbanyakan Konvensional dengan Spliting Batang pada Beberapa Media Tanam Anggrek Dendrobium macrophyllum A. RICH.
I Gede Tirta ... 420
Efektivitas Media Tanam dan Perlakuan Pratanam pada Perkecambahan Biji Tanjung (Mimusops elengi L.) dan Trengguli (Cassia fistula L.) sebagai Tumbuhan Penyerap Karbondioksida
Winda Utami Putri ... 424
Analisis Kandungan Klorofil Caulerpa lentillifera J. Agardh Ditinjau dari Aspek Fisiologis dan Ekologis
Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari dan Ni Putu Adriani Astiti ... 430
Palem Marquesas (Pelagodoxa henryana Becc.;Arecaceae), Salah Satu Koleksi Kritis di Kebun Raya Bogor dan Perbanyakannya
Sumanto ... 433
Induksi Pembentukan Kantong Tanaman Nepenthes rafflesiana Jack pada Berbagai Konsentrasi Media dan Ukuran Wadah Kultur
Eka Martha Della Rahayu dan Yupi Isnaini ... 436
Perbanyakan Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum di Kebun Raya Purwodadi
Deden Mudiana ... 442
Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Kebun Raya Purwodadi
xi
Variasi Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Planlet Dendrobium conanthum Secara In Vitro
Destario Metusala dan Fajar Nurrachman ... 451
Efektifitas Beberapa Tanaman Penyerap Timbal (Pb) pada Kawasan Pabrik dan Padat Lalu Lintas di Kawasan Singosari, Kabupaten Malang
Agung Sri Darmayanti dan Siti Sofiah ... 456
Kondisi Fisiologis Daun Puring (Codiaeum variegatum) pada Tingkat Cemaran Timbal (Pb) yang Berbeda
Agung Sri Darmayanti ... 461
Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.) pada Berbagai Media In Vitro dan di Rumah Kaca
Yupi Isnaini ... 465
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Inokulasi Biji Rafflesia patma Secara In-Vivo
Sofi Mursidawati dan Melani Kurnia Riswati ... 472
Pemekaran Bunga Hibiscus Di Kebun Raya Cibodas
Sumanto ... 476
Sempupu Island Nature Reserve : A Contribution To Small Island’s Plant Diversity And Karst Ecosystem Conservation As A Potential Investment In Climate Change Mitigation And Adaptation Activity
Rosniati A. Risna and Dwi Narko ... 481
Keberadaan Pulai (Alstonia spp.) di Taman Nasional Ujung Kulon dan Upaya Perbanyakannya untuk Bahan Baku Kerajinan Maupun Obat Tradisional
Syamsul Hidayat dan Sutrisno ... 491
Kebun Raya “Eka Karya” Bali dan Begonia Sewindu Perjalanan Konservasi, Penelitian dan Pengembangan Begonia
Hartutiningsih - M. Siregar, I.M. Ardaka, G. W. Setiadi, I.N. Lugrayasa dan
Mustaid Siregar ... 497
Konservasi Tanaman Upacara Agama Hindu Bali dari Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali
Agung Kurniawan, I Gusti Putu Wendra dan I Ketut Sandi ... 505
Pembuatan Arang Aktif dari Limbah Kulit Suren (Toona sureni Merr.) dalam Upaya Konservasi Bahan
xii
Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Memperbaiki Kualitas Air
Wawan Sujarwo ... 517
Potensi Obat Tumbuhan Benalu di Taman Wisata Alam (TWA) Cani Sirenreng Dusun Maningo Desa Tellu Boccoe Kecamatan Ponre Kabupaten Bone
Sulawesi Selatan
Sri Wuryanti dan Deden Mudiana ... 521
Inventarisasi Tumbuhan Obat di Beberapa Daerah di Kabupaten Banyuwangi
Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ... 527
Potensi Baccaurea spp. : Studi Kasus di Kebun Raya Bogor
Popi Aprilianti, Reni Lestari dan Winda Utami Putri ... 534
Pemanfaatan Bahan Tumbuhan dalam Tradisi Nginang Sirih pada Perayaan Sekaten di Keraton Kasultanan Jogjakarta
Destario Metusala ... 545
Studi Potensi Beberapa Jenis Bulbophyllum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi sebagai Tumbuhan Epifit Penyerap CO2
Destario Metusala ... 550
Pendugaan Nilai Keindahan Tanaman Palem Koleksi Kebun Raya Purwodadi
Dendik Subekti dan Rony Irawanto ... 554
Etnobotani Sirih ( Piper betle.L.) sebagai Pelengkap Canang untuk Sarana Upacara Yadnya
Cornelius Sri Murdo dan Pande Kadek Ayu Suarsini ... 557
Skrining Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan Untuk Meminimalisir Penyebab Pemanasan Global
I Putu Agus Hendra Wibawa ... 562
Pemanfaatan Gleditsia assamica Bor. Sebagai Tanaman Reboisasi
I Nyoman Peneng dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 569
Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mengurangi Pemanasan Global
Joko Ridho Witono dan Yuzammi ... 573
Fenologi Empat Jenis Tumbuhan Akumulator Merkuri
Syamsul Hidayat, Titi Juhaeti dan Nuril Hidayati ... 579
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Pemilihan Lahan Tanam
xiii
Murraya sp. dari Cyclops : Karakteristik Morfologi dan Persebarannya
I Nyoman Lugrayasa, Inggit Puji Astuti dan Sutrisno ... 590
Beberapa Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi
Dewi Ayu Lestari dan Siti Sofiah ... 595
Kadar Karbon Pohon Manii (Maesopsis eminii Engl.) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY
Wawan Sujarwo ... 600
Studi Habitat Dan Populasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr di Kabupaten Malang
Pa’i, Siti Nurfadilah dan Nina Dwi Yulia ... 603
Ki Calung (Diospyros macrophylla Blume) di Taman Nasional Ujung Kulon Banten
Dodo ... 608
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk Menciptakan Kenyamanan Klimatik di Jakarta Pusat
Imawan Wahyu Hidayat ... 612
Estimasi Stok Karbon Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi
Siti Sofiah dan Dewi Ayu Lestari ... 621
Peran Masyarakat dalam Penurunan Efek Global Warming: Studi Kasus Pada 5 Desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali
Ni Luh Watiniasih, N. L. P. Eswaryanti K., I. A. Astarini, Retno Kawuri dan Ni
Made Suartini ... 626
Analisis Pemanfaatan Digital Library: Hubungannya dengan Konservasi Tumbuhan dan Isu GlobalWarming
Diah Harnoni Apriyanti, Patmiati ... 630
Digitalisasi Data Keragaman dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi
Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ... 634
Keragaman Vegetasi di Plot Permanen Cibogo, Kawasan Hutan Kebun Raya Cibodas: Studi Awal Dinamika Populasi
Anggun R. Gumilang ... 640
Potensi Hutan Pinus Sebagai Penyimpan Karbon di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
xiv
Estimasi Sumbangan Karbon, Serasah, dan Hubungannya dengan Keberadaan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri
Amir Hamzah dan Rossyda Priyadarshini ... 650 Persebaran dan Pemanfaatan Ketak [Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.] di
Gunung Pusuk, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
I Dewa Putu Darma dan Ida Bbagus Ketut Arinasa ... 658 Peranan Pertanian Organik dalam Mencegah Pemanasan Global
Solikin ... 664 Sistem Bertanam untuk Meningkatkan Penyerapan CO2 dan Cadangan Karbon
: Kajian Pada Pekarangan
Solikin ... 670 Evaluasi Kualitas Visual Arsitektur Pohon untuk Desain Lansekap
Dwi Setyanti dan Aris Munandar ... 675
Peranan Kawasan Hutan Mangrove Perapat Benoa sebagai Kawasan Konservasi Flora di Daerah Kota Denpasar
A. A. Ketut Darmadi ... 684 Penurunan Keragaman Pohon dan Nematoda Akibat Alih Guna Hutan Menjadi
Lahan Pertanian Memacu Munculnya Masalah Nematoda
I G. Swibawa, R. Evizal, F.K. Aini, F.X. Susilo, K. Hairiah dan D. Suprayogo ... 688
Could The Antagonistic Plants In Rubber Plantation Save The Natural Carbon Dioxide Sequestration?
Joko Prasetyo and F.X. Susilo ... 698 Jenis-jenis Lygodium dari Cagar Alam Bukit Bungkuk, Riau dan
Pertumbuhannya di Kebun Raya Bogor
Sri Hartini ... 702
Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan: Potensi Pemanfaatan, Keberadaan di Alam dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor
Sri Hartini ... 707
Konservasi dan Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering
I Gede Tirta ... 711 Cadangan Karbon pada Sistem Penggunaan Lahan Kopi : Apakah Umur
Tegakan Mempengaruhi Besarnya Karbon Tersimpan?
Rossyda Priyadarshini, Titut Yulistyarini dan Enny Dyah Yuniwati ... 716
Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Melalui Kearifan Lokal Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali
Nyoman Wijana ... 724
xv
REKOMENDASI
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Peserta seminar lebih lanjut menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Konservasi ex situ flora dalam bentuk kebun raya mempunyai peluang untuk
dijadikan model mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global.
2. Konservasi harus diimbangi dengan kegiatan riset mendasar baik untuk menggali nilai ekonomi tumbuhan maupun untuk mempelajari sifat tumbuhan dalam kaitannya dengan adaptasi dan mitigasi terhadap pemanasan global
3. Penerapan hasil riset diharapkan dapat menekan laju kepunahan jenis akibat dampak pemanasan global sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis sumber daya keanekaragaman hayati.
4. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan, menanam dan memelihara tumbuhan untuk mengatasi pemanasan global tanpa mengabaikan kearifan lokal.
5. Pendirian kebun raya daerah membuka kesempatan pemanfaatan tumbuhan lokal untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, pembangunan ekonomi serta perbaikan lingkungan hidup.
Tim Perumus
Ketua : Ir. Mustaid Siregar, M.Si (Kebun Raya Bogor - LIPI)
Sekretaris : Wawan Sujarwo, M.P (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) Anggota : Ir. I Nyoman Lugrayasa (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI)
: Dr. Irawati (Kebun Raya Bogor - LIPI)
: Prof. Dr. I Wayan Kasa (FMIPA - Universitas Udayana) : Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si (FMIPA - Universitas Udayana)
xvi
SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA” BALI - LIPI
Ir. I Nyoman Lugrayasa
Om Swastiastu
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua
Yth. Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI
Yth. Bapak Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Yth. Para Pemakalah Utama dan seluruh peserta seminar
Serta para undangan yang Saya hormati
Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah - Nya sehingga di pagi ini kita dapat bersama-sama kembali di Gedung Serba Guna “Nayaka Loka” ini untuk mengikuti Seminar Nasional “Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.”
Para hadirin yang saya hormati,
Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan.
Sebelumnya, tiga seminar dan simposium yang pernah diselenggarakan oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali : yaitu yang pertama di tahun 2004, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Mahasaraswati, menyelenggarakan seminar khusus tentang “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu”.
Yang ke dua, di tahun 2005, bekerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Bali, untuk menyelenggarakan Simposium “Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan.”
Dan yang ke tiga, di tahun 2007 melalui kerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Hindu Indonesia - Denpasar menyelenggarakan seminar tentang tumbuhan usada dengan tema “Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya dalam Mendukung Ekowisata”.
Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.”
Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan
xvii
terhadap perubahan iklim. Naiknya permukaan air laut sebagai salah satu dampak perubahan iklim menyebabkan terancamnya jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap perubahan iklim. Dampak dari pemanasan global terhadap flora yang ada di dalam kawasan hutan, beberapa juga akan diperkirakan punah karena tidak mampu beradaptasi, sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali. Kebakaran hutan juga punya andil besar terhadap hilangnya berbagai keanekaragaman hayati terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diperkirakan setiap tahunnya telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia seluas 5 juta Ha.
Para hadirin yang saya hormati,
Kita menyadari bahwa mengkonservasi tumbuhan bukanlah pekerjaan mudah, tidak cukup dikerjakan oleh satu instansi dan sekelompok orang. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dan kerja sama semua instansi dan lapisan masyarakat harus terlibat aktif berperan. Hal ini tidak mudah kita lakukan apalagi harus mengubah suatu kebiasaan. Ini tantangan untuk kita bersama ke depannya, bagaimana tumbuhan di muka bumi tidak mudah habis akibat penggunaan yang berlebihan dan akibat degradasi habitat. Sebuah sumber yang saya kutip dari hasil Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado yang diselenggarakan pada tanggal 11 - 15 Mei 2009, yang mengkaji secara ilmiah tentang potensi laut dalam menyerap dan melepas karbon, turunnya produksi pangan serta meningkatnya banjir dan badai karena perubahan iklim. Iklim sudah mengalami perubahan ekstrim dan jika dibiarkan akan membuat bumi hancur atau bumi tetap ada tetapi manusia tidak ada/punah. Sebuah peringatan bagi perusak lingkungan, usia bumi diramalkan tinggal 100 th lagi terhitung sejak terjadinya pemanasan bumi akibat ulah manusia pada kurun 1990 - 2000 (Sek. Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Arief Yuono, M.A, 16/5, dalam seminar Nasional bertajuk “Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim” yang disampaikan di Universitas Kristen Surabaya).
Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI yang saya hormati,
Pada kesempatan ini dapat kami laporkan bahwa target peserta seminar ini adalah 150 orang. Kini jumlah peserta yang terdaftar di sekretariat adalah 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster.
Kami selaku penyelenggara berharap, semoga seminar ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai ajang diskusi dan tukar menukar informasi, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global, khususnya mengenai peran serta konservasi flora dalam mengatasi dampaknya.
Dalam kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI atas kehadirannya, dan nantinya kami mohonkan pula untuk dapat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara seminar ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana, Ketua Penggalang Taksonomi Tumbuhan dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali atas kerjasamanya. Semoga kerja sama ini dapat terus kita jalin.
xviii
Akhirnya, adalah karena keuletan dan kegigihan dari seluruh panitia, seminar ini dapat terlaksana. Tiada kata yang lebih tepat dalam menggambarkan dedikasi dan jerih payah Saudara. Dari hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya. Akhirnya, kepada seluruh peserta seminar saya ucapkan selamat datang dan selamat berdiskusi.
Om Shanti Shanti Shanti Om Wassalamualikum Wr. Wb.
xix
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI - LIPI
Prof. Dr. Endang Sukara
Ass. wr. wb. Selamat pagi Salam sejahtera Om swastiastu
Yth. Bapak Prof. Dr. Suparka Yth. Bapak Dr. Deddy Darnaedi Yth. Ibu Dr. Irawati
Yth. Saudara Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor,
Yth. Saudara Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya Bali, Para tamu undangan dan sdr peserta seminar yang berbahagia
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang atas ridhoNYA, kita dapat hadir dalam keadaan sehat walafiat.
Saudara sekalian, kebun raya sebagai mana kita maklumi, memiliki posisi strategis. Kebun raya adalah tempat untuk konservasi tumbuh-tumbuhan. Di Kebu Raya pula, tumbuhan diteliti secara mendasar agar potesi tumbuhan cepat terungkap. Melalui Kebun Raya ini pula pengetahuan tentang tumbuhan ini dapat dikomuniksikan kepada masyarakat. Kebun Raya mempunyai peran sebagai sarana pendidikan. Karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamanannya, kebun raya merupakan tempat rekreasi.
Saudara sekalian yang berbahagia,
Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran publik tentang arti pentingnya tumbuhan untuk menjaga keutuhan bumi shg dapat dihuni manusia lebih lama lagi.
Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan Kebun Raya Bali menggalang kemitraan menyelenggarakan berbagai kegiatan produktif termasuk menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar melalui kerjasama strategis dengan berbagai pihak seperti Universitas, pemerintah daerah dan Departemen Sektor.
Aksi nyata untuk merespon isu strategis dapat segera dilakukan dengan penghijauan untuk menekan laju pendangkalan danau, dengan melaksanakan pelestarian adat dan tradisi kedekatan masyarakat dg tumbuhan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan hayati Bali mulai ecotourism industry (keindahan landskap ekosistem dan budaya) sampai ke industri pharmaceutical berbasis usada.
Saya yakin, melalui usaha positif kita untuk melindungi tumbuhan dan memanfaatkan tumbuhan akan memberikan sumbangan terhadap penurunan laju pemanasan global.
xx
Dalam kesempatan, perkenankanlah, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras dan tekun sehingga acara ini berlangsung dengan baik. Saudara sekalian, demikian sambutan saya,
Dengan mengucapkan
bimillahirrokhmanirrohim, Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Dibuka dengan resmi.
Selamat berseminar Ass. wr. wb.
675
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
EVALUASI KUALITAS VISUAL ARSITEKTUR POHON UNTUK DESAIN LANSEKAP
Dwi Setyanti1 dan Aris Munandar2
1
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI. Jl. H. Juanda 13 Bogor, No Telp. (0251) 8322220; 8322187 2Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT - Tree architectural model affects landscape design and function, crop productivity and water conservation or canopy interception function. A survey valuating perception of park users on four landscape trees and their performance in the landscape was conducted. Good perception can generate good preferences that may be expected to result in a movement of planting trees to contribute in reducing the risk of global warming. In this research, respondents were asked to judge eight pictures of four tree botanical architecture models. Each model was represented by one species in single and mass planting. The models are Aubreville (Terminalia catappa Linn.), Attim (Casuarina equisetifolia L.), Leeuwenberg (Plumeria rubra L.) and Troll (Delonix regia [Boj. ex Hook.] Raf.). A semantic differential rating was used to measure respondent perception on the trees in detail. Respondents were also asked to determine their preference on the tree models. Respondents’ responds varied.The Troll model was most preferred by respondents because of the terminal inflorescence exposures, high visibility, brightness, openness and clearance of structure. The Attim model was judged as the model with high density by its continuous branches, finest texture, formal line, significance of silhouette and coolness, that may beneficial for water conservation. The moderately preferred Leeuwenberg model show the sense of significance structure, opening, brightness, horizontal and high visibility of interesting part. Although the Aubreville model is less preferred, this model were judge with sense of coarse texture, low visibility of interesting part, simple, high, vertical, strong, cool, clearance of structure and formal line. With those characteristics, in the landscape design point of view, the four models are potential for accent, focal point, shading and foreground. This characteristics of tree architecture models should be carried across the concept of landscape design in order to create the desired landscape that is beautiful in appearance and optimal in function while to promote global warming effects’ reduction with optimal productivity on carbon stock. Keyword : Tree architecture, visual quality, landscape design, water conservation, global warming
PENDAHULUAN
Tanaman yang menjadi elemen struktural dominan dalam lanskap adalah jenis pohon. Pemilihan penggunaan pohon dalam disain lanskap umumnya terbatas pada pertimbangan fungsi dan estetika dan seringkali tanpa dilandasi dengan pengetahuan yang lebih mendalam tentang karakter pohon yang dipilih sehingga ekspos bagian yang menarik kurang dapat ditampilkan. Ilmu tentang arsitektur pohon memang belum banyak berkembang dan diterapkan dalam lanskap. Menurut Halle et al. (1978) karakteristik struktur pohon mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan yang disebut model arsitektur atau sering disingkat dengan model saja. Selain dapat menjelaskan tentang variasi ukuran, bentuk tajuk dan percabangan, ilmu ini juga berkaitan dengan fungsi ekspos bagian tanaman yang menarik. Arsitektur botanis pohon dapat mempengaruhi desain dan fungsi suatu lansekap, produktivitas
tanaman dan konservasi air atau fungsi intersepsi kanopi.
Kualitas visual objek lanskap, dapat diukur berdasarkan reaksi pengamatnya (Eckbo, 1964). Evaluasi kualitas visual lanskap, menurut Daniel dan Booster (1976), dapat dilakukan salah satunya melalui pendekatan preferensi berdasarkan persepsi. Persepsi sebagai reaksi terhadap suatu objek secara berulang-ulang membentuk preferensi yaitu suatu bentuk keputusan mental untuk lebih menyenangi, tertarik dan memilih sesuatu dengan membandingkannya dengan objek lain (Porteous, 1977). Pendugaan berdasarkan persepsi untuk mengevaluasi model arsitektur pohon dilakukan dengan menghitung penilaian pengamat berdasarkan persepsi dan preferensi terhadap suatu objek pohon secara terpisah sebagai salah satu penentu keindahan lanskap. Persepsi yang baik terhadap objek pohon akan membentuk preferensi yang tinggi, yang nantinya akan dapat mendorong orang untuk melakukan gerakan
676
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
menanam pohon yang bermanfaat untuk membantu mengurangi resiko pemanasan global. Pengetahuan yang memadai tentang kualitas visual arsitektur pohon memungkinkan aplikasi secara tepat dalam proses disain lanskap guna memperoleh keindahan visual melalui kehadiran pohon. Oleh karena itu, penelitian tentang kualitas visual arsitektur pohon sangat diperlukan untuk menyediakan informasi yang relevan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan, merancang, maupun mengelola suatu lanskap.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan terhadap empat model arsitektur botanis pohon dalam dua cara penyusunan penanaman yang mewakili struktur perkembangan batang pokok simpodial dan monopodial. Model pohon monopodial diwakili oleh Model Aubreville dan Attim. Sedangkan Model Leeuwenberg dan Troll dipilih sebagai wakil model pohon simpodial. Dengan demikian secara keseluruhan terdapat 8 objek penilaian kualitas visual seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Data tentang penilaian kualitas visual pohon dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner dengan responden yang terdiri dari pengamat lanskap yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang disain dan tanaman lanskap. Kuisioner terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) Identitas responden, (2) Penilaian Semantik Diferensial, dan (3) Preferensi terhadap empat model arsitektur pohon. Data identitas responden ditabulasikan dalam satuan persen untuk mengetahui keragamannya. Sedangkan untuk mengetahui kualitas visual model arsitektur pohon dilakukan pengolahan data persepsi responden dan pembobotan.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik model arsitektur pohon
Model Aubreville merupakan model pohon poliaksial dengan sumbu vegetatif homogen yang berdiferensiasi menjadi batang utama dan cabang (Gambar 2A). Batang utama monopodial dengan pertumbuhan ritmik dan letak daun yang
spiral. Cabang muncul secara ritmik mengikuti batang utama, arah pertumbuhan plagiotropik dan membentuk modul yang berulang. Karena pembungaan yang lateral, tiap modul tumbuh tidak terbatas. Karakteristrik seperti ini merupakan model yang umum bagi genus
Terminalia sehingga sering juga disebut sebagai Terminalia-branching. Adapun jenis yang dipilih
untuk merepresentasikan model ini adalah
Terminalia catappa Linn. (ketapang, sea almond).
Model Attim yang terekspresikan dengan jelas pada Casuarina equisetifolia L. (cemara angin, whistling pine) mempunyai ciri-ciri batang utama monopodial seperti terlihat pada Gambar 2B. Cabang yang juga monopodial tumbuh ortotropik dan tersusun secara kontinu pada batang utamanya. Pembungaan muncul pada bagian lateral sehingga tidak mempengaruhi pembentukan cabang.
Model Leeuwenberg (Gambar 3A) yang diwakili oleh Plumeria rubra L. (kamboja,
frangipani) dicirikan oleh percabangannya yang
khas. Pohon simpodial ini mempunyai struktur cabang bertingkat yang dibentuk oleh munculnya dua atau lebih anak cabang aksilar menggarpu setelah gugurnya pembungaan yang terminal pada cabang sebelumnya. Pembentukan percabangan simpodial demikian secara terus-menerus menyebabkan model ini memiliki modul-modul ortotropik yang tersusun setara secara tiga dimensi sehingga membentuk tajuk yang menyerupai kubah.
Model simpodial lainnya adalah model Troll yang tergambar dengan jelas pada Delonix regia (Boj. ex Hook.) Raf. (flamboyant, flamboyant). Model Troll mempunyai struktur utama yang dibentuk oleh setengah batang utama dan setengah cabang karena batang utama dan cabang yang plagiotropik tumbuh saling bergantian (Gambar 3B). Bagian basal batang utama dan cabang yang menyusun kerangka utama pohon akan menjadi tegak setelah daun gugur. Sedangkan bagian ujung dari tiap sumbu akan membentuk percabangan dengan pembungaan terminal maupun lateral dan seringkali tidak membentuk bagian basal yang tegak.
Tabel 1. Rancangan obyek pengamatan dalam penelitian kualitas visual arsitektur pohon MODEL
POHON JENIS SOLITER KELOMPOK
Aubreville Terminalia catappa Linn. (Ketapang) U1 U2
Attim Casuarina equisetifolia L. (Cemara Angin) A1 A2
Leeuwenberg Plumeria rubra L. (Kamboja) L1 L2
677
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
b. Kualitas visual model arsitektur pohon Model Aubreville
Model Aubreville mempunyai struktur yang khas dan jelas serta menjadi kerangka utama pohon dengan bentuk tajuk piramidal. Penilaian responden pada kriteria penilaian visual botanis yang sesuai dengan karakteristiknya menunjukkan bahwa model ini paling mudah dikenali (Gambar 4).
Model pohon yang menampilkan percabangan bertingkat menyerupai piramid ini secara visual dinilai indah, bertekstur kasar ,dengan visibilitas bagian yang menarik rendah,
plain, tinggi, vertikal, densitas tinggi, besar,
struktur jelas, formal, sederhana, dingin, rindang dan kuat.
Model ini dinilai indah oleh responden kemungkinan disebabkan keunikan bentuk tajuk yang terdiri dari serangkaian cabang yang horizontal, secara ritmis membentuk piringan. Tekstur yang kasar berhubungan dengan ukuran daunnya yang lebar. Daun yang lebar, tersusun melingkar dan rapat membentuk roset di pucuk cabang memberi kesan densitas tinggi, dingin, rindang dan enclosure. Perbandingan antara tinggi dan lebar tajuk menimbulkan persepsi fisik model yang tinggi, berskala vertikal dan ukuran yang besar. Percabangan plagiotropik dengan struktur yang dinilai jelas terlihat dan sederhana turut menghadirkan kesan formal dan kuat. Sedangkan kesan plain yang timbul disebabkan oleh pembungaan yang terletak lateral dan tidak mempunyai warna yang mencolok. Untuk genus
Terminalia, efek yang paling menarik justru
diperoleh pada saat dedaunan pohon deciduous ini berubah warna menjadi merah sebelum gugur.
Model Attim
Profil penilaian visual model Attim ini menunjukkan karakter yang menonjol pada beberapa kriteria (Gambar 4). Karakter visual yang menonjol pada model ini adalah indah, bertekstur halus, tinggi, vertikal, densitas sangat tinggi, besar, enclosure, dingin, formal dan sangat rindang.
Walaupun munculnya pembungaan lateral dan warnanya tidak mencolok, model ini ternyata dinilai indah. Dengan percabangan yang ortotropik, persepsi yang timbul adalah tinggi, besar dan skala vertikal. Penilaian responden dipengaruhi oleh penampilan jenis C.
equisetifolia yang memiliki daun jarum yang
halus, kecil dan rapat sehingga memberi kesan tekstur yang halus, densitas yang tinggi, dingin dan rindang serta dapat memberi enclosure yang penuh. Kesan enclosure yang lebih kuat pada penanaman jenis tersebut terjadi karena ruang berkanopi terbentuk akibat penutupan tajuk di atas kepala dan bukaan di sisi sampingnya. Ruang ini memberi kesan skala vertikal yang kuat dengan membatasi ketinggian spasial. Model Leeuwenberg
Penampilan stuktur percabangan yang unik dan jelas terlihat pada P. rubra dapat memberi efek visual yang menarik. Pembungaan yang terletak di ujung cabang menyebabkan penampakan visual spasial bunga terlihat menyebar memenuhi permukaan tajuk pohon. Berdasarkan profil penilaian persepsi terhadap model pohon Leeuwenberg (Gambar 5), kesan yang timbul adalah indah, tekstur sedang, kenampakan bagian yang menarik tinggi, tetapi kurang colorful, dinamis, rendah, horisontal,
A B A B.
Gambar 2. Model arsitektur pohon monopodial. A= Model Aubreville dan B = Model Attim. Sumber: Halle et al. (1978)
Gambar 3. Model Arsitektur Pohon Simpodial. A = Model Leeuwenberg dan B = Model Troll. Halle et al. (1978)
678
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
dekat, kecil, opening, struktur jelas, informal, terang dan gersang. Perbedaan penyusunan penanaman menimbulkan pebedaan kesan pada beberapa kriteria penilaian. Penanaman berkelompok lebih menonjolkan kesan dingin, tekstur lebih halus karena densitas yang tinggi, jarak yang lebih menjauhi pengamat, rindang, kuat dan rumit.
Berdasarkan profil penilaian persepsi terhadap model pohon Leeuwenberg (Gambar 5), kesan yang timbul adalah indah, tekstur sedang, kenampakan bagian yang menarik tinggi, tetapi kurang colorful, dinamis, rendah, horisontal, dekat, kecil, opening, struktur jelas, informal, terang dan gersang. Perbedaan penyusunan penanaman menimbulkan pebedaan kesan pada beberapa kriteria penilaian. Penanaman berkelompok lebih menonjolkan kesan dingin,
tekstur lebih halus karena densitas yang tinggi, jarak yang lebih menjauhi pengamat, rindang, kuat dan rumit.
Keindahan model ini disebabkan oleh kenampakan bagian yang menarik tinggi, yaitu pembungaannya yang terminal maupun lateral. Perpaduan warna daun dan bunga yang kontras menimbulkan efek colorful dan dinamis. Percabangan yang cenderung membentuk tajuk yang terbuka kemungkinan menyebabkan responden menilai model ini panas, terang,
opening, lemah dan gersang. Sedangkan
perbandingan tinggi dan lebar tajuknya memunculkan kesan tinggi, namun horisontal. Penampilan struktur yang tidak terlalu jelas terlihat rumit dan informal.
Gambar 4. Profil Penilaian Kualitas Visual Model Arsitektur Pohon Monopodial. A. Model arsitektur pohon Aubreville (jenis: Terminalia catappa Linn.) dalam penyusunan penanaman soliter (U1) dan dalam penyusunan penanaman kelompok (U2). B. Model arsitektur pohon Attim (jenis: Casuarina equisetifolia L.) dalam penyusunan penanaman soliter (A1) dan dalam penyusunan penanaman kelompok (A2).
679
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Gambar 5. Profil Penilaian Kualitas Visual Model Arsitektur Pohon Simpodial. A. Model arsitektur pohon Leeuwenberg (jenis: Plumeria rubra L.) dalam penyusunan penanaman soliter (L1) dan dalam penyusunan penanaman kelompok (L2). B. Model arsitektur pohon Troll (jenis: Delonix regia (Boj. ex Hook.) Raf.) dalam penyusunan penanaman soliter (T1) dan dalam penyusunan penanaman kelompok (T2)
c. Pengaruh Penyusunan Penanaman
Pada kriteria penilaian visual botanis maupun estetis terlihat bahwa penyusunan penanaman untuk tiap model sebagian besar tidak berpengaruh terhadap persepsi responden karena hampir seluruh rataan bobot penilaian tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata kecuali pada beberapa kriteria. Perbedaan penyusunan penanaman pada C. equisetifolia menimbulkan perbedaan pada tiga kriteria penilaian yang berbeda nyata yaitu intensitas terang dan efek opening-nya. Penyusunan penanaman D. regia menimbulkan perbedaan kesan pada kriteria densitas dan kejelasan struktur.
Sebagian besar penilaian responden terhadap kriteria penilaian kualitas visual botanis sesuai dengan karakteristik tiap model yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa responden dapat dengan jelas menginterpretasikan model yang ada.
d. Preferensi
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa model Troll adalah model yang paling disukai responden dibandingkan model yang lain dengan preferensi terhadap penanaman berkelompok (T2 = 94 %) lebih tinggi daripada penanaman soliter (T1 = 90 %). Model pohon Leeuwenberg dengan sumbu simpodial dalam penanaman kelompok (L2) adalah model yang paling tidak disukai responden (56 %). Lebih dari separuh responden (54 %) juga tidak menyukai Model Aubreville dengan penanaman berkelompok (U2).
Perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang dalam memberikan penilaian visual karena hal yang paling mempengaruhi adalah keindahan dari objek itu
680
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
sendiri (Nasar, 1988). Pada tabel di atas, kedua golongan responden, laki-laki dan perempuan, mempunyai preferensi yang sama terhadap visualisasi model pohon sehingga tidak terlihat adanya pengaruh latar belakang gender pada responden.
Pola penanaman secara soliter cenderung lebih disukai daripada berkelompok kecuali pada flamboyan (D. regia) yang mewakili Model Troll. Preferensi terhadap penanaman soliter yang lebih tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh karakter pohon yang terlihat lebih menonjol dan potensinya sebagai pohon specimen dalam lanskap. Sedangkan penanaman pohon secara berkelompok akan memperkuat efek yang dimiliki oleh pohon, seperti pada penanaman pohon flamboyan secara berkelompok yang akan lebih menonjolkan warna bunga.
e. Unsur penarik perhatian
Pada kuesioner bagian penilaian preferensi, responden menentukan bagian yang menarik perhatian dari masing-masing gambar yang ditampilkan. Hasil dari penilaian responden tersebut disajikan dalam Gambar 6.Responden tertarik pada pembungaan yang mencolok pada jenis D. regia terutama pada penanaman berkelompok. Pembungaan yang terletak terminal dan berwarna kontras, sangat berpotensi menjadi unsur penarik perhatian karena lebih mudah terlihat tanpa tertutupi oleh daun sehingga struktur percabangan unik yang menjadi ciri khas Model Troll menjadi tidak begitu menarik perhatian. Jenis tersebut sangat berpotensi sebagai aksen dimana perancang dapat menarik perhatian pengguna. Walaupun hanya sedikit responden menyukai pohon dengan model Leeuwenberg dan Aubreville pada jenis T.
catappa dan P. rubra, struktur percabangannya
yang unik dan jelas ternyata menarik perhatian dan terlihat lebih menonjol jika pohon ditanam secara berkelompok.
Karakter daun dan efek tekstur halus yang ditampilkan pada jenis C. equisetifolia ternyata juga menarik perhatian responden. Daun yang sempit dan tersusun rapat mengurangi ketertarikan responden pada struktur pohon. Letak pembungaan yang lateral dan tidak berwarna mencolok, tidak terlihat sebagai bagian yang menarik dari pohon tersebut.
f. Aplikasi Model Arsitektur Pohon dalam Disain Lanskap
Dalam sebuah rancangan, fungsi estetika tanaman erat kaitannya dengan kualitas visual yang dihasilkan. Seperti yang telah diuraikan oleh Kalmbach dan Kielbaso dalam Miller (1988) bahwa kehadiran pohon dapat meningkatkan kualitas visual lanskap perkotaan. Hasil penilaian masyarakat dengan teknik semantik diferensial terhadap efek penanaman pohon pada lanskap perkotaan menunjukkan bahwa lanskap dengan pepohonan bersifat unik, emosional, lembab, indah, menarik, hangat, lembut, nyaman, bervariasi, stimulating, memuaskan, dinamis, tidak menekan, segar, damai, harmonis, simetris, kuat, menyenangkan dan teratur. Kualitas visual lanskap bervegetasi tersebut tentu juga dipengaruhi karakter pohon yang ada.
Menurut Booth (1983) ada empat karakteristik visual tanaman yang perlu diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Bentuk tanaman, individu maupun kelompok adalah bentuk keseluruhan dan sifat pertumbuhan atau bentuk kerangkanya.
Semua pohon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pohon peneduh yang mempunyai tinggi di atas kepala manusia, sehingga menciptakan ruang berkanopi di bawahnya dan tidak tertutup di bagian sampingnya. Ruang demikian memberi kesan skala manusia, mempengaruhi skala vertikal dan memberi enclosure spasial (Gambar 7).
Tabel 2. Preferensi Responden Terhadap Visualisasi Model Arsitektur Pohon No. Gbr
Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%)
Suka Tdk Suka Suka Tdk Suka Suka Tdk Suka
U1 50 50 60 40 55,10 44,90 U2 45,83 54,17 46,15 53,85 46 54 A1 91,67 8,33 92,31 7,69 92 8 A2 83,33 16,67 92,31 7,69 88 12 L1 66,67 33,33 65,38 34,62 66 34 L2 33,33 66,67 53,85 46,15 44 56 T1 91,67 8,33 88,46 11,54 90 10 T2 91,67 8,33 96,15 3,85 94 6
681
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
0 10 20 30 40 50 60 70 80 U1 U2 A 1 A 2 L1 L2 T1 T2 G A M B A R Rindang Bentuk Tajuk St rukt ur Warna Bunga Tekst ur Daun
Gambar 6. Unsur penarik perhatian model arsitektur pohon
Gambar 7. Ruang berkanopi dengan bidang atas yang dibentuk oleh tajuk pohon. Sumber: Booth (1983)
Bentuk tanaman merupakan faktor kunci dalam menciptakan struktur komposisi tanaman, mempengaruhi kesatuan dan variasi, berfungsi sebagi aksen atau latar belakang dan mempersatukan vegetasi dengan bentukan padat elemen lain dalam disain lanskap. Jenis T.
catappa mempunyai bentuk tajuk luar piramidal
dan memberi kesan tinggi. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai aksen visual dalam disain,
terutama jika ditempatkan di antara bentuk tanaman lain yang lebih rendah (Gambar 8).
Menurut Booth (1983), dibandingkan tanaman jenis lain, tanaman berdaun jarum jika ditanam berkelompok memiliki intensitas warna hijau yang lebih gelap. Sifat ini nampak pada jenis C. equisetifolia yang menimbulkan kesan masif, memberi bobot secara visual dan kepadatan pada disain sehingga harus ditempatkan secara berkelompok pada beberapa lokasi agar menciptakan keseimbangan dalam disain (Gambar 9).
Pohon yang bersifat ornamental juga sangat menarik jika ditanam pada akhir ruang linear seperti halnya sebuah sculpture atau petunjuk abstrak seperti pada Gambar 10, untuk memandu dan mengarahkan orang pada ruang yang dituju. Bentuk model pohon Leeuwenberg dan model Troll, yang cenderung membentuk tajuk terbuka dan menyebar, menimbulkan kesan horisontal. Tanaman dengan bentuk demikian dapat digunakan dalam disain untuk memberi kesan lebar dan panjang (Booth, 1983).
682
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Gambar 9. Penempatan Tanaman Berdaun Jarum secara Berkelompok. Sumber: Booth (1983)
Kesan horisontal dapat menciptakan repetisi visual yang harmonis apabila disejajarkan dengan bentuk yang serupa. Misalnya diapilkasikan pada topografi yang datar, garis memanjang pada horison, atau di sisi bangunan yang rendah (Gambar 11). Di sisi lain, pohon dengan bentuk horisontal dapat dikombinasikan dengan bentuk lain yang berlawanan seperti bentuk piramidal atau kolumnar sebagi kontras.
Gambar 10. Penempatan Pohon Ornamental pada Pintu Masuk dan Pusat Pandang . Sumber: Booth (1983)
Tekstur sangat dipengaruhi ukuran daun, ukuran cabang dan ranting, konfigurasi cabang, keseluruhan pertumbuhan dan jarak pandang pengamat. Pada jarak dekat, ukuran, bentuk,permukaan dan letak daun pada batang
adalah faktor yang menentukan tekstur visual, sedangkan kerapatan cabang dan sifat pertumbuhan merupakan variabel utama yang mempengaruhi tekstur tanaman dari jarak jauh.
Tekstur kasar dimiliki oleh jenis T. catappa dan P. rubra terutama karena ukuran daunnya. Tekstur kasar mempengaruhi komposisi penanaman, termasuk kesatuan dan variasi, persepsi jarak, gelap terang warna, ketertarikan visual dan suasana disain yang diinginkan. Tekstur kasar biasanya dihasilkan oleh daun yang lebar, tebal, ukuran cabang yang besar dan tajuk yang terbuka. Tekstur kasar merupakan penarik perhatian dan memberi kesan kuat sehingga tepat digunakan dalam disain sebagai
focal point untuk menarik perhatian. Kesan
mendekati pengamat mempersempit ruang pada kedua jenis tersebut tidak tertangkap oleh responden. Tekstur kasar lebih tepat digunakan dalam penataan informal karena bentuk tajuk terlihat lebih terbuka, terpisah-pisah dan tidak menampilkan garis yang tegas, berlawanan dengan pola penataan formal.
D. regia mempunyai daun kecil yang
majemuk sehingga menimbulkan kesan tekstur yang sedang. Tekstur sedang digunakan untuk mempersatukan komposisi karena tekstur tersebut merupakan tekstur dasar yang menjadi elemen transisi antara tekstur halus dan kasar.
Tekstur halus dihasilkan oleh daun yang kecil, cabang dan ranting yang tipis dan sifat pertumbuhan yang rapat. Dalam disain, tekstur ini sangat tepat digunakan sebagai latar belakang dengan karakter yang halus dan rapat. Disain yang bertema formal dan berkesan rapi dapat dibangkitkan dari penggunaan tanaman bertekstur halus.
Percabangan yang rendah karena ketinggian kaulomer awal yang rendah dapat diaplikasikan pada disain sebagai latar depan sebuah focal
point (Gambar 12). Penempatan demikian
memberikan penglihatan semitransparan pada objek utama dan menambahkan efek misteri. Dimensi kaulomer demikian ditemukan pada jenis C. equisetifolia, P. rubra dan D. regia.
683
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Gambar 12. Percabangan yang rendah sebagai latar depan suatu focal point. Sumber: Booth (1983)
Kesan yang diinginkan dari penataan tanaman adalah yang menimbulkan perasaan teduh, tetapi terang serta menimbulkan kesan luas dan monumental. Dengan mempertimbangkan persepsi dan preferensi pengguna lanskap terhadap keempat pohon yang telah diuraikan di atas diharapkan tercipta suatu disain lanskap yang apabila diaplikasikan dapat memenuhi kebutuhan pengguna akan keindahan dan fungsinya.
KESIMPULAN
Pada penelitian kualitas visual arsitektur pohon, sebagian besar responden menyukai pohon dengan karakter pembungaan terminal, visibilitas tinggi, terang, terbuka dan stuktur yang terlihat jelas, yang dimiliki oleh model Troll. Model Attim yang juga disukai responden memiliki karakter tekstur halus, formal, siluet signifilkan dari jarak jauh dan rindang. Sedangkan model dengan preferensi sedang, model Leeuwenberg, menimbulkan kesan terbuka, struktur yang signifikan dari jarak jauh, horizontal, kenampakan bagian yang menarik jelas dan dinamis . Model Aubreville yang memiliki preferensi lebih rendah terlihat berkesan rindang, formal, struktur yang jelas, kuat dengan tekstur kasar
Karakter visual tanaman yang dipengaruhi arsitektur pohon perlu diperhitungkan dan ditingkatkan fungsi eksposnya dalam usaha untuk menciptakan nuansa ruang yang menarik, baik dari segi keindahan secara visual maupun optimalisasi fungsinya dalam membantu mengurangi efek pemanasan global dengan produktivitas persediaan karbon yang optimal. Berdasar karakter yang berhubungan dengan arsitektur pohon tersebut, keempat model pohon berpotensi sebagai aksen, focal point, peneduh dan latar depan dalam aplikasi disain lanskap.
DAFTAR PUSTAKA
Booth, N. K.1990. Basic Element of Landscape Architecture Design.Waveland Press Inc. USA.
Daniel, T. C. and R. S. Booster. 1976. Measuring Landscape Aesthetics: The Scenic Beauty Estimation Method. For.,Serv., Res. USA. 66 p
Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. Mc. Graw-Hill Book Co. Inc. New York.
Halle, F., R. A. A. Oldeman and P. B. Thomlinson. 1978. Tropical Trees and Forest; an Architectural Analysis. Springer-Verlag. Germany.
Kalmbach, A. B. dan Kielbaso, C. D.1979. Resident Attitudes toward Selected Characteristics of street Tree Planting. Dalam : Miller, J. W. 1988. Urban Forestry: Planning and Managing Urban Greenspace. Prentice Hall. New Jersey.
Porteous, J. D. 1977. Environment and Behaviour. Planning and Everyday Urban Life. Addison Wesley Publ. Co. Reading. UK.