DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI PERINGATAN HUT KE-65 MPR/DPR-RIDAN LAPORAN KINERJADPR-RI TAHUN SIDANG 2009-2010
SENIN,30AGUSTUS2010
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,
Yang terhormat,
• Pimpinan MPR, DPR, dan DPD Rl, • Mantan Ketua dan Wakil Ketua DPR Rl, • Para Anggota DPR Rl,
•
Sekretaris
Jenderal
MPR,
DPR,
DPD
Rl,
dan
jajarannya,• Para Undangan yang kami muliakan, • Hadirin yang berbahagia,
Maha Kuasa, Allah Subhanahu wata'ala, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan Insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur, pada pagi hari ini kita dapat menghadiri Rapat Paripurna DPR-RI untuk bersama-sama memperingati Hari Ulang Tahun MPR/DPR-RI ke-65. Tema Peringatan Hari Ulang Tahun MPR/DPR-RI tahun ini adalah "Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia di Tengah Agenda Reformasi Bangsa".
Sidang Paripurna Peringatan HUT MPR/DPR-RI yang dilakukan setiap tahun, hari ini diperingati oleh para Anggota DPR hasil Pemilu 2009 yang sebagian besar adalah anggota-anggota baru. Oleh karena itu, ada baiknya, selintas kami akan menguraikan perjalanan Parlemen kita sejak tahun 1945 sampai dengan saat ini.
Kalangan DPR, para akademisi dan pengamat, membagi perjalanan sejarah parlemen kita ke dalam tiga (3) periode, yaitu periode [1] setelah Proklamasi dengan
dinamika demokrasinya yang silih berganti; [2] Periode Orde
Baru yang dimulai dengan Pemilihan Umum Tahun 1971; dan[3] Periode Reformasi yang dimulai dengan Pemilihan Umum Tahun 1999 sampai dengan sekarang.
Sejarah pembentukan lembaga perwakilan di Indonesia, diperkenalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk Voolksraad (Dewan Rakyat) sebagai bagian dari kebijakan Politik Etis. Fungsi lembaga ini hanya sekedar
memberikan pertimbangan kepada Guberriur Jenderal,
anggota-anggotanya diangkat dari * kelompok-kelompok masyarakat.Pada masa pendudukan Jepang, menjelang Perang Dunia II, Jepang membentuk badan perwakilan dengan nama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selanjutnya, BPUPKI menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), menetapkan Undang Undang Dasar Negara dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta.
Sesuai dengan amanat UUD tersebut, terbentuklah lembaga perwakilan yang bersifat sementara, yang diatur dalam aturan peralihan Pasal 4 UUD 1945 yang berbunyi; "Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menunjt UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan Komite Nasional". Ketentuan inilah
yang menjadi dasar hukum bagi pembentukan lembaga legislatif di Indonesia. Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dilantik oleh Presiden Soekarno pada 29 Agustus 1945 di Gedung Theater Schouwburg Weltevredenyang sekarang disebut Gedung Kesenian Jakarta. Hari
pelantikan inilah yang dianggap sebagai hari jadi lembaga
perwakilan di Indonesia.Dinamika perubahan yang terjadi paska-Proklamasi
Kemerdekaan Rl, memberikan pengaruh terhadap pasang-surut dan dinamika peran lembaga-lembaga perwakilan. Ini merupakan periode pertama kiprah Dewan Perwakilan rakyat Rl dalam percaturan politik nasional.Dewan Perwakilan Rakyat mengalami perubahan bentuk, fungsi dan kewenangannya, seirama dengan perubahan bentuk ketatanegaraan dan sistem pemerintahan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi
Negara Serikat, lembaga legislatif menjadi dua kamar, yaitu
Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Pada Agustus 1950dibentuknya DPR Sementara (DPRS). DPR-GR terbentuk pada tahun 1960 yang beranggotakan 283 orang, dan mengalami perubahan setelah peristiwa G30S/PKI.
Satu hal yang perlu diketahui, bahwa peran lembaga perwakilan rakyat pada era ini tidak menunjukkan jati diri sebagai lembaga perwakilan rakyat. Fungsinya makin lemah, dalam kapasitasnya sebagai lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan.
Periode kedua, diawali dengan beralihnya kekuasaan pemerintahan kepada Presiden Soeharto. Keberadaan
lembaga perwakilan pada era Orde Baru, tidak mengalami
perubahan secara substansial.Pada masa ini, prioritas pembangunan lebih
ditekankan
pada
pembangunan
ekonomi.
Kondisi
ini
berdampak pada dinamika peran lembaga perwakilan di
Indonesia. Pada masa ini, lembaga perwakilan "didorong"
sebagai sumber legitimasi bagi kebijakan Pemerintah. DPR
sebagai lembaga legislatif tidak sepenuhnya mampumelaksanakan fungsi-fungsi konstitusionalnya dengan baik,
sehingga dikesankan sebagai "stempel pemerintah", sebagai
pembenar
hampir
semua
kebijakan
yang
ditetapkan
Pemerintah. Kekuasaan Presiden yang terlalu besar telah mematikan proses demokratisasi bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif yang diharapkan mampu menjalankan fungsi penyeimbang, dalam prakteknya hanya sebagai pelengkap struktur ketatanegaraan yang ditujukan untuk memperkuat posisi Presiden.
Memasuki era Reformasi, yang merupakan periode ketiga dalam perjalanan kehidupan keparlemenan di Indonesia, empat kali perubahan UUD 1945 oleh MPR-RI mempengaruhi bangunan struktur ketatanegaraan kita. Susunan dan kedudukan DPR serta hubungan dengan lembaga lain, khususnya dengan lembaga eksekutif, mengalami perubahan. Pergeseran struktur ketatanegaraan ini mengarah kepada terciptanya mekanisme checks and balances antar lembaga negara, khususnya lembaga eksekutif dan legislatif.
Kecenderungan perubahan struktur ketatanegaraan nampak dengan makin tegasnya posisi dan kedudukan masing-masing lembaga negara yang melaksanakan 3 (tiga) kekuasaan dalam penyelenggaraan negara yaitu, kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pada sisi kekuasaan legislatif, ditandai dengan
penegasan DPR sebagai pemegang kekuasaan membentuk
UU (amandemen UUD 1945 pasal 20 ayat 1), serta
terbentuknya lembaga baru Dewan Perwakilan Daerah
(DPD-Rl). Kekuasaan dan wewenang DPR juga dipertegas dalam fungsi pengawasan dan fungsi anggaran. Perlu disampaikanpula bahwa mulai tahun 2010, DPR dan DPD Rl telah
melaksanakan Sidang Bersama sebagaimana diatur dalam
UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD,
sebagai upaya yang berkelanjutan atas agenda reformasi
1998 dan proses penataan sistem ketatanegaraan, serta lebih
spesifik lagi, sistem keparlemenan Indonesia.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Lebih dari satu dasawarsa perjalanan reformasi di
Indonesia, proses demokratisasi makin berkembang dengan
adanya
kebebasan
berpendapat,
keterbukaan,
dan
transparansi, yang memungkinkan warga masyarakat untuk
menyampaikan pendapat, kritik, dan bahkan unjuk rasa
secara terbuka. Dinamika tersebut seringkali membawa
persoalan sekaligus peluang, yang harus dicermati dan diikuti
oleh pengambilan kebijakan, agar clapat ditransformasikan bagi kepentingan dan kemajuan bangsa.
Berkaitan dengan hal tersebut, izinkanlah dalam rangkaian HUT MPR/DPR ke-65, saya menggambarkan mengenai kinerja Dewan dalam kurun waktu Oktober 2009 sejak kita diambil sumpah sebagai anggota Dewan, sampai dengan Agustus 2010 dalam mengemban tiga fungsi Dewan.
Perlu kami beritahukan bahwa Laporan Kinerja DPR yang akan kami sampaikan adalah intisari dari buku Laporan Kinerja seluruh Alat-alat Kelengkapan DPR tahun I, yang akan disampaikan pada seluruh anggota DPR. Selain itu, executive summary atas laporan kinerja akan disampaikan kepada publik, yang telah melalui tahapan konsultasi dengan Pimpinan Dewan, Pimpinan Fraksi-Fraksi, dan Pimpinan Alat-alat Kelengkapan Dewan sesuai ketentuan Pasal 31 ayat (10) huruf a dan b. Adapun intisari Laporan Kinerja adalah sebagai berikut:
• Pelaksanaan Fungsi Legislasi
Di bidang legislasi, DPR-RI bersama Pemerintah, pada bulan Desember 2009 telah menetapkan sejumlah 248 RUU menjadi Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
2009-2014, 70 (tujuh puluh) RUU diantaranya menjadi prioritas Tahun 2010. Dari 70 RUU yang telah ditetapkan, sebanyak 36 (tiga puluh enam) RUU berasal dari DPR, dan 34 (tiga puluh empat) RUU berasal dari Pemerintah. Dari segi jumlah, memang cukup besar, terlebih bila dikaitkan dengan kesibukan Anggota DPR dalam menjalankan fungsi-fungsi Dewan lainnya, namun demikian Dewan telah berusaha mengakomodir usulan - para pemangku kepentingan.
Dewan sangat memahami banyaknya kritik masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi legislasi karena masih rendahnya produk RUU yang telah dihasilkan. Oleh
karena itu,
berbagai langkah telah ditempuh untuk
mengatasi kendala-kendala dan mencari terobosan baru,termasuk dilakukannya konsultasi dengan Presiden Rl,
khususnya bagi percepatan pembahasan RUU yangberasal dari Pemerintah, yang baru sebagian kecil
disampaikan ke DPR.Strategi
untuk memaksimalkan target legislasi,
antara lain dilakukan dengan penentuan batas maksimal
penyusunan sebuah RUU usul inisiatif DPR yang dilakukan
oleh Komisi dan Badan Legislasi; kerja sama denganakademisi atau perguruan tinggi dan LSM; serta penambahan jadwal legislasi dalam rapat-rapat DPR; penyesuaian manajemen waktu rapat; dan menambahkan tenaga fungsional keahlian untuk meningkatkan dukungan dalam pelaksanaan fungsi legislasi. JugS kepada para Anggota, Pimpinan Dewan meminta atensi untuk fokus dalam pelaksanaan fungsi legislasi ini.
Dengan berpindahnya kekuasaan membuat Undang-undang dari Pemerintah kepada DPR, sesuai dengan amandemen konstiusi, secara bertahap DPR akan melengkapi unit kerja pendukung untuk persiapan perancangan Undang-undang sebagaimana yang dimiliki Pemerintah pada saat kekuasaan tersebut berada ditangan Pemerintah.
Dalam kaitan dengan penyusunan RUU, masyarakat perlu memahami bahwa proses pembentukan RUU dari DPR ini dimulai dari penyusunan naskah akademik dan draf RUU oleh Komisi-komisi pengusul dan Badan Legislasi.
Selanjutnya dilakukan pengharmonisasian, pembulatan dan
pemantapan konsepsi oleh Badan Legislasi agar RUUtersebut tidak bertentangan dengan konstitusi maupun UU
10
lainnya. Proses berikutnya pengambilan keputusan sebagai RUU Usul DPR oleh Rapat Paripurna Dewan.
Selanjutnya RUU Usul DPR disampaikan kepada Presiden untuk mendapatkan penunjukan Menteri yang
akan membahas RUU bersama DPR. Sesudah proses ini
dilalui, segera dilakukan pembahasan antara Dewan danPemerintah dalam Pembicaraan Tingkat L dan tingkat
selanjutnya. Begitu juga RUU yang berasal dari Pemerintah, semua hams melalui tahapan-tahapan prosedural yang berlaku.Hingga bulan Agustus 2010, Dewan teiah berusaha
menyelesaikan RUU-RUU Usul DPR untuk segera memasuki pembahasan dengan Pemerintah. Dewanoptimis bahwa capaian sebanyak 50% dari target 70 RUU
dapat diselesaikan pada akhir tahun 2010 ini, sedangkan
sisanya setidaknya sudah diselesaikan Naskah Akademik
serta draft RUU-nya untuk diproses lebih lanjut.
Dalam
pembahasan
RUU,
DPR
membuka
kesempatan bagi masyarakat, pemangku kepentingan
maupun para pakar untuk memberikan masukan agar
substansi RUU lebih komprehensif. Proses pembahasan
seringkali memakan waktu terutama pada materi-materi yang sangat strategis dan substansial.
Dalam rangka meminimalisir UU yang diajukan publik
ke Mahkamah Konstitusi untuk diuji materiil, maka setiap
RUU yang diajukan dan dibahas, hams juga didasarkankepada konstitusi UUD 1945. Dewan berharap produk
legislasi yang merupakan keputusan bersama antara Dewan dan Pemerintah merupakan produk legislasi yangberkualitas, berjangka panjang dan diterima oleh semua
pihak.
• Pelaksanaan Fungsi Pengawasan
Dalam implementasi fungsi pengawasan, DPR-RI
telah melakukan beberapa hal penting, terkait dengankepentingan
perbaikan
kehidupan
berbangsa
dan
bemegara. Pelaksanaan fungsi pengawasan ini samapentingnya dengan fungsi legislasi dan fungsi anggaran.
Bahkan, dalam persidangan-persidangan yang lalu fungsi
pengawasan dilaksanakan dengan intensitas yang tinggi.
Tahun
Sidang
2009-2010
Dewan
banyak
mengakomodir aspirasi atau keluhan yang muncul di
masyarakat.
Berbagai
permasalahan
yang
ada
di
masyarakat, menjadikan DPR-RI lebih terdorong untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kebijakan atau persoalan bangsa yang terjadi dan berkembang di masyarakat.
Beberapa hasil temuan pada kunjungan kerja komisi yang menonjol antara lain temuan berkaitan dengan masalah kesehatan, tenaga kerja, kemiskinan, kerawanan daerah perbatasan, pendidikan, pembangunan infrastruktur dan berbagai masalah kesejahteraan masyarakat.
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, ditemui beberapa kendala yang dapat menjadi penghambat bagi efektifitas fungsi ini. Antara lain belum fokusnya materi/substansi pengawasan terhadap suatu permasalahan tertentu, dan berbagai temuan pada saat kunjungan kerja yang harus diselesaikan melalui lintas
komisi. Temuan-temuan di lapangan yang ditindaklanjuti
melalui rapat-rapat kerja/rapat dengar pendapat, seringkali
disikapi lamban oleh Pemerintah. Oleh karena itu, tindak
lanjut fungsi ini tidak dapat segera diselesaikan secaratuntas dan komprehensif. Hal ini menyebabkan banyaknya
DPR-RI juga telah membentuk antara lain Tim Pengawas Pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Hal ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa aspirasi masyarakat Aceh yang esensinya diperjuangkan melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tersebut dapat betul-betul terlaksana.
Selain itu, terhadap pelaksanaan Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua, DPR-RI juga telah membentuk Tim Pengawas Pelaksanaan Undang-Undang ini. Hal ini dimaksudkan agar penataan kehidupan di Provinsi Papua sesuai dengan aspirasi masyarakat Papua, dan tetap berada pada kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hal pelaksanaan fungsi pengawasan, Dewan
telah berhasil menurunkan biaya ongkos haji tahun 2010
sebesar US$80 atau sekitar Rp.700.000,- dibandingkantahun lalu, melalui pembahasan yang cukup intensif.
Meskipun terdapat penurunan ongkos naik haji, Dewan mengharapkan adanya peningkatan pelayanan jemaah haji Indonesia serta adanya peningkatan kuota yang ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi.14
Masalah kesejahteraan rakyat terutama yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat, Dewan telah proaktif dengan merespon berbagai masalah antara lain: berkaitan dengan kebijakan pemerintah tentang konversi minyak tanah ke LPG. Dampak kebijakan ini sangat serius dengan banyaknya terjadi ledakan tabung gas 3 kg yang telah membawa korban jiwa. Komisi VII terus memantau melalui Panja konversi minyak tanah ke LPG.
Hubungan Indonesia - Malaysia yang akhir-akhir ini terganggu sebagai akibat insiden penangkapan Petugas KKP, masalah perbatasan dan TKI yang terancam hukuman mati, telah di bahas dalam rapat dengar pendapat umum dan rapat kerja dengan pemerintah. Dewan meminta Pemerintah bersikap tegas. Kita tidak perlu merasa inferior terhadap Malaysia dengan menunjukan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Masyarakat
diminta tidak perlu melakukan reaksi secara emosional
yang dapat berdampak negatif terhadap citra Indonesia.Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
DPR-RI telah membentuk Pansus Angket tentang pengusutan Kasus Bank Century berdasar Keputusan DPR-RI No. 42/DPR-RI/2009-2010. Pembentukan Pansus tersebut merupakan kelanjutan dari pelaksanaan fungsi pengawasan DPR-RI Periode 2004-2009.
Ketika itu, muncul kebijakan pemerintah dalam rangka mencegah dampak krisis global pada tahun 2008. Setelah melakukan rapat-rapat secara marathon dengan intensitas tinggi, diliput luas oleh media massa dan diikuti secara cermat oleh berbagai kalangan masyarakat, pada 1 Maret 2010 Panitia Angket menghasilkan dua opsi yang diputuskan dalam Rapat Paripurna DPR-RL
Melalui pengambilan keputusan dengan suara terbanyak atas kesimpulan dan rekomendasi Panitia Angket, pada tanggal 3 Maret 2010, rapat Paripurna DPR
memutuskan
untuk
menerima
Opsi
C.
Opsi
C
merekomendasikan seluruh penyimpangan yang berindikasi perbuatan melawan hukum merupakan tindak pidana korupsi, tindak pidana perbankan, dan tindak pidana umum berikut pihak-pihak yang diduga bertanggung jawab agardiserahkan kepada lembaga penegak hukum, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, dan Komisi Pemberantasan Korupsi, sesuai dengan kewenangannya.
DPR bersama Pemerintah diminta untuk segera membentuk dan merevisi berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan sektor moneter dan fiskal. Opsi C merekomendasikan "kepada DPR-RI agar membentuk Tim Pengawas tindak lanjut rekomendasi Panitia Angket Bank Century. Tim Pengawas ini sampai sekarang masih terus bekerja.
• Pelaksanaan Fungsi Anggaran
Dalam kaitan dengan tugas dan fungsi Dewan di bidang anggaran, sejak bulan Oktober 2009 sampai Masa
Persidangan IV Tahun Sidang 2010-2011, Komisi-komisi
Dewan dan Badan Anggaran melakukan kegiatan cukup intensif. Baik dalam proses pembahasan RUU Pertanggungjawaban APBN Tahun 2008, pembahasan RUU tentang Perubahan atas UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN Tahun 2010, maupun pada saatpembahasan dalam tahap Pembicaraan Pendahuluan
RAPBNTahun2011.
Paska amandemen UUD Tahun 1945, pelaksanaan fungsi anggaran tidak hanya sebatas pembahasan dan penetapan APBN, namun mempunyai korelasi dengan hal keuangan negara. Dasar hukum dari perluasan tugas tersebut, berasal dari berbagai UU yang berhubungan
dengan APBN seperti UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara; UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pelaksanaan fungsi anggaran DPR-RI dilakukan oleh Komisi I sampai dengan XI dan Badan Anggaran DPR-RI.Dalam konteks tugas penyusunan anggaran negara, Dewan secara langsung dan tidak langsung sudah melakukan pengawasan terhadap anggaran sejak perencanaannya. Sedangkan dalam konteks pembahasan dan penetapan anggaran negara, Dewan senantiasa menggunakan 'hak budget-nya' sesuai dpngan amanat Undang-Undang Dasar 1945.
18
Pembahasan RUU yang berkaitan dengan anggaran, Dewan senantiasa memperhatikan Pertimbangan dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI) dan memperhatikan telaahan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN).
Kedepan, kinerja Dewan dalam pelaksanaan fungsi anggaran diharapkan semakin baik, selain dengan telah dibentuknya Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR-RI, juga karena ketelitian, kecermatan-dalam pembahasan terhadap angka-angka APBN, diharapkan semakin berkualitas, didukung oleh tenaga ahli yang profesional.
Sekarang ini, Dewan sedang dalam proses pembahasan RAPBN Tahun 2011. Penyelesaian pembahasan terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah merupakan salah satu bentuk performa atau kinerja Dewan di bidang anggaran. Oleh karena itu, Dewan akan menyelesaikan RUU APBN Tahun 2011 tersebut sebelum Masa Persidangan I DPR-RI berakhir atau paling lama dua bulan sebelum anggaran negara tersebut dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2011 mendatang.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Anggota DPR-RI Periode 2009-2014 merupakan hasil pemilihan langsung dengan menggunakan sistem suara terbanyak. Dengan demikian, secara demokratis, proses pelaksanaan Pemilu 2009 merupakan suatu langkah maju yang wajib kita syukuri. Seiring dengan kemajuan itu, tingkat keterwakilan semakin kuat , dan hams dipertanggungjawabkan.
Anggota Dewan harus memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah yang diwakilinya untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Repubiik Indonesia. Oleh karena itu, para Anggota Dewan dituntut untuk semakin memperhatikan aspirasi dan menindaklanjutinya. Berbagai aspirasi rakyat yang disampaikan ke DPR antara lain dilakukan dalam bentuk pengaduan masyarakat.
Bentuk pengaduan masyarakat disampaikan melalui surat, berkunjung langsung, melalui website, dan mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi-kdmisi terkait.
Pada Tahun Sidang 2009-2010, tercatat sebanyak 186 surat pengaduan, terbanyak mengenai pertanahan dan bangunan sebanyak 75 pengaduan. Sementara pengaduan dalam bidang lain di antaranya adalah masalah aparatur negara, masalah perburuhan, masalah politik dan hukum, masalah ekonomi atau keuangan, masalah sosial budaya, pendidikan, kesehatan, agama, kehutanan dan lingkungan hidup.
Permasalahan tanah yang banyak diadukan oleh masyarakat makin menyadarkan kita semua bahwa permasalahan ini sangat sensitif, diperlukan suatu kejelasan dan kepastian hukum, diusahakan agar dapat mengakomodir nilai-nilai keadilan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat. Menanggapi masalah ini, Dewan sangat berhati-hati. Setiap keputusan mengenai masalah pertanahan diharapkan memperoleh solusi dan tidak menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, dalam menangani masalah ini diperlukan transparansi dan sosialisasi.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang DPR-RI dalam proses pengajuan, pemberian persetujuan atau pertimbangan pejabat publik, pada kurun waktu 2009 sampai pertengahan 2010 ini, DPR-RI sudah melakukan proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper tesf) terhadap calon Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), keanggotaan Dewan Pengawas Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPPRRI), penetapan keanggotaan KPU yang baru, Deputi Gubemur dan Gubemur Bank Indonesia, Kantor Akuntan Publik untuk Pemeriksaan Keuangan BPK-R! tahun 2009, pemberian pertimbangan terhadap Calon Duta Besar Rl untuk Negara Sahabat dan Duta Besar Negara Sahabat untuk Rl.
Dewan juga akan melakukan fit and proper test
terhadap calon Ketua KPK yang akan diajukan oleh
Presiden. Dewan berharap mendapatkan figur Ketua KPK
terbaik, jujur, kredibel, berani dan profesional, yang mampu menjalankan tugasnya dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia.22
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Sebagai bagian dari masyarakat internasional, sudah
seharusnya kita juga berupaya mengembangkan dan
meningkatkan hubungan persahabatan dengan
negara-negara lain di dunia dan menaruh perhatian terhadapberbagai isu yang berkembang baik di tingkat regional
maupun internasional. Sebagai lembaga parlemen,sesungguhnya DPR-pun dapat memainkan peran penting
dalam pergaulan antar-bangsa melalui kegiatan diplomasi
parlemen yang berkualitas dan bermartabat. Diplomasi
dilakukan, baik pada saat menghadiri sidang-sidang
asosiasi parlemen tingkat regional maupun internasional
ataupun pada saat delegasi parlemen luar negeri menjadi tamu resmi DPR-RI.Untuk mendukung upaya peningkatan hubungan
persahabatan dan kerja sama antar-bangsa, dalam Tahun
Sidang 2009-2010 Dewan telah membentuk sejumlah Grup
Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR-RI dengan parlemen
negara-negara sahabat. Kegiatan diplomasi parlemen tidaksaja diarahkan untuk meningkatkan hubungan kerja sama
antara Indonesia dengan negara-negara sahabat, tetapi
juga dapat digunakan untuk merespons berbagai isu yang berkembang yang terjadi di berbagai kawasan dunia.
Pada bulan Desember 2009, DPR-RI telah menjadi Tuan Rumah penyelenggaraan Sidang Pleno ke-4 Asian Parliamentary Assembly (APA). Sidang yang berlangsung di Bandung tersebut menghasilkan 15 butir Deklarasi Bandung, dan 11 Resolusi APA. Deklarasi Bandung dan 11 resolusi yang dihasilkan sidang ini memperlihatkan sikap politik Parlemen Asia terhadap beragam persoalan dan isu di kawasan Asia, termasuk potensi ekonomi.
Dalam Sidang Umum ke-122 Inter-Pariiamentary Union (IPU) di Bangkok, Thailand pada akhir Maret 2010, DPR-RI telah berperan aktif, antara lain menyampaikan pemyataan tentang perlunya reformasi dan demokratisasi PBB, dan menyarankan agar IPU lebih serius lagi menyelesaikan masalah Palestina dan pelanggaran Israel terhadap tanah Palestina dan Masjid Al Aqsa. Dalam Sidang IPU itu juga, Delegasi DPR-RI aktif dudukdi drafting committee untuk pembahasan resolusi di Emergency Item Committee, dan juga berhasil menempatkan 2 (dua) Anggota DPR-RI dalam jabatan-jabatan strategis di IPU, yakni Dr. Nurhayati Ali Assegaf sebagai First Vice President
of Coordinating Committee of Women Pariiamentarians dan Andi Anzhar Cakra Wijaya, SH sebagai anggota tetap Committee on Promoting the International Humanitarians Law.
Dalam sidang-sidang Pariiamentary Union of OIC Member States (PUIC)t yang dibuka oleh Ketua DPR-RI selaku Wakil Presiden PUIC 2010 - 2011/Presiden PUIC 2012 2014 hasil sidang umum PUIC di Kampala -Uganda, telah diusulkan penguatan demokratisasi melalui pertemuan di Executive Committee Meeting di Dubai, dan usulan untuk menghadirkan Asosiasi Parlemen Perempuan di organisasi ini.
Di forum regional Asia Tenggara, DPR-RI telah menjadi pionir dalam penguatan peran Asosiasi Parlemen Asia Tenggara yang disetujui dalam forum Asean Inter Pariiamentary Assembly (AIPA) di Vietnam. Diusulkan pula penggunaan Bahasa Melayu pada pertemuan-pertemuan parlemen di Asia Tenggara, disamping bahasa resmi yang sudah ditentukan.
Suatu hal penting yang juga perlu disampaikan di sini adalah kunjungan DPR-RI ke Jalur Gaza Palestina, yang
merupakan kunjungan bersejarah dan dapat dikatakan sebagai peristiwa monumental, mengingat bahwa sebelumnya upaya serupa hampir selalu menemui kegagalan, baik dari kalangan Pemerintah dan Parlemen maupun kalangan lembaga swadaya masyarakat. Kunjungan ini merupakan bentuk dukungan nyata Indonesia, khususnya DPR-RI, terhadap upaya pembebasan blokade Jalur Gaza dari Israel dan perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina.
Kunjungan DPR ke Gaza ini ditindaklanjuti dengan usulan kepada negara negara anggota OKI untuk membangun kembali gedung parlemen Palestina yang telah
hancur, dan pembangunan rumah sakit Indonesia di Jalur
Gaza yang telah mendapat bantuan dari Pemerintah Indonesia.Melalui diplomasi Parlemen, Indonesia dapat membantu masuknya sukarelawan Indonesia ke Gaza dan di izinkannya 10 (sepuluh) warga Palestina penerima
beasiswa S-2 dari berbagai perguruan Tinggi di Indonesia
keluar Gaza meialui Mesir. Dekatnya hubungan antara Ketua DPR Rl dengan Ketua Parlemen Mesir dalam Troika26
Meeting APA, sangat membantu diplomasi Parlemen yang dilakukan Parlemen Indonesia.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Fokus DPR-RI tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah strategis di lingkup nasional, tetapi juga berkaitan dengan masalah internal kedewanan. Telah disahkannya Rencana Strategis (Renstra) DPR-RI 2010-2014 yang merupakan dokumen memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan DPR-RI untuk periode 5 tahun (2010-2014), memberikan arah dan pedoman bagi segenap unsur yang ada di lingkungan DPR-RI untuk menyusun rencana kerja dan rencana anggaran bagi pelaksanaan kegiatannya. Dengan adanya Renstra DPR-RI 2010-2014 diharapkan terbangun kerja sama yang makin baik, melalui dukungan secara terencana bagi penguatan kelembagaan DPR-RI dan keterpaduan program DPR-RI dengan program Pemerintah.
Dalam kaitan dengan kinerja Dewan dan Sekretariat Jenderal, ada beberapa hal yang perlu kami informasikan:
1. Dewan telah menerima Piagam Penghargaan sebagai Badan Publik yang pro-aktif dalam persiapan pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Penghargaan ini diberikan oleh Komisi Informasi Pusat sebagai bentuk apresiasi.
2. Sekretariat Jenderal menerima penghargaan sebagai Pengelola Arsip Terbaik Instansi Pemerintah Tahun 2008 atas upaya dan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan pengelolaan dan penyelamatan arsip negara. Piagam penghargaan diberikan oleh Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia atas dasar UU No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan.
3. Ketua DPR-RI telah melakukan launching Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik
(LPSE)le-procurement melalui
Sekretariat
Jenderal
DPR-RI. Layanan tersebut bertujuan untuk melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa secara transparan dan cepat bagi publik dan diharapkan mampu menegakkan nilai akuntabilitas terkait birokrasi proses pengadaan barang dan jasa.4. Sekretariat Jenderal DPR Rl juga telah menyelesaikan
Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009 dan telah
diaudit oleh BPK Rl. Terhadap Laporan Keuangan
Dewan Tahun Anggaran 2009, BPK Rl memberikanopini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hal ini
menunjukkan
bahwa
Dewan
sudah
melakukan
pengelolaan anggaran negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan tentang keuangan negara. Namundemikian disadari, masih terdapat kekurangan dan
kelemahan yang harus diperbaiki di masa datang.
5. Dalam
upaya
meningkatkan
tranparansi
dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan, anggaran Satuan
Kerja Dewan diserahkan langsung kepada
masing-masing alat kelengkapan Dewan. Dengan demikian
pengendalian
pelaksanaan
anggaran
tersebut
merupakan tanggung jawab masing - masing alat
kelengkapan. Disamping itu, sebagai wujud akuntabilitas
pelaksanaan
anggaran
yang
dilaksanakan
oleh
Kesekjenan, BURT telah bekerja sama dengan BPKP
untuk melakukan Audit. Dimasa yang akan datang,
fungsi Audit ini akan dilaksanakan oleh
Badan
dengan Sekretaris Jenderal dan bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Dewan.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Mengakhiri Rapat Paripurna Peringatan HUT MPR/DPR Rl ke-65, izinkan saya. menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada jajaran pers, baik media cetak maupun elektronik yang telah memberikan kontribusi besar dalam mensosialisasikan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat kepada masyarakat, serta turut melakukan pengawasan terhadap kinerja DPR-RI.
Kita berharap kerja sama antara Dewan dan insan pers dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan, terutama dalam memberikan informasi yang konstruktif dan proporsional kepada masyarakat.
Kepada Sekretaris Jenderal dan segenap jajarannya, Pimpinan berharap agar terus menerus meningkatkan
kinerja dan kemampuan profesional serta keahlian di dalam
memberikan dukungan terhadap kinerja Dewan.30
Demikianlah Pidato Ketua DPR Rl dalam rangka Peringatan HUT MPR/DPR Rl ke-65 sekaligus menyampaikan Laporan Kinerja DPR-RI dalam kurun waktu Oktober 2009-Agustus 2010.
Selanjutnya kami mempersilahkan Saudara H. Iksan Qolba Lubis, M.A dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera untuk membacakan doa. Saya persilakan;
DOA OLEH ANGGOTA DEWAN
Terima kasih saya sampaikan kepada Saudara H. Iksan Qolba Lubis, M.A yang telah membacakan doa, kiranya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, mengabulkan doa kita bersama. Amien.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat,
Dengan selesainya pembacaan doa, maka selesailah seluruh rangkaian acara Pidato Ketua DPR-RI pada Rapat Paripurna DPR-RI Peringatan HUT MPR/DPR-RI Ke-65 dan
Laporan Kinerja DPR-RI Oktober 2009-Agustus 2010 hari
ini.Kami ucapkan terima kasih atas semua perhatian yang telah diberikan sehingga sidang ini dapat berlangsung
dengan lancar dan tertib. Izinkankah kami menutup sidang
ini dengan ucapan AlhamdulillahirobH'alamin.DIRGAHAYU MPR/DPR RI
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Jakarta, 30 Agustus 2010 KETUA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,