• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori kepribadian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "teori kepribadian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DONALD WOODS WINNICOTT (TEORI RELASI OBJEK)

Teori relasi objek adalah teori psikodinamika dalam psikologi psikoanalitik. Teori ini menjelaskan proses pengembangan pikiran sebagai salah satu perkembangan dalam hubungannya dengan orang lain dalam lingkungan. Relasi objek pada awalnya terbentuk selama interaksi awal dengan pemberi perawatan primer. Pola-pola awal dapat diubah dengan pengalaman. Tetapi sering terus mengerahkan pengaruh yang kuat sepanjang hidup. Winnicott (1998) percaya bahwa kita lahir sebagai kumpulan emosi yang kacau balau dan di dominasi naluri-naluri kuat untuk menjalin keakraban, bersosialisasi dan membina hubungan dengan orang lain.

Teori relasi objek merupakan turunan dari teori insting dari Freud, namun terdapat 3 perbedaan :

a. Teori relasi objek memberi penekanan yang lebih kecil pada dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada pola-pola relasi interpersonal yang konsisten.

b. Teori Freud lebih bersifat paternalistik yang lebih menekankan power dan kontrol dari seorang ayah. Sementara teori relasi objek cenderung bersifat maternal atau menekankan pada peran ibu yang berelasi secara akrab dan mengasuh.

c. Para ahli dalam teori relasi objek memandang kontak dan relasi antar manusia – bukannya kenikmatan seksual – sebagai motif dasar perilaku manusia.

Jika saat bayi kita berhasil membina hubungan baik dengan ibu (pengasuh anak yang lain), maka dari emosi kita yang kacau balau itu terbentuk rasa diri (sense of self) atau ego. Jika tidak, maka akan dikuasai oleh pikiran bawah sadar. Winnicott percaya, pikiran bawah sadar terdiri dari jumlah seluruh waktu ketika kita kehilangan kebutuhan hubungan emosional saat bayi. Winnicott percaya bahwa jika kita mengembangkan ego yang sehat, maka pikiran bawah sadar hanya mempengaruhi kita secara minimal. Faktor utama yang menetukan apakah kita sudah mengembangkan ego yang sehat adalah kualitas hubungan yang pertama kali kita miliki dengan orang lain.

(2)

DIRI SEJATI DAN DIRI YANG PALSU

Kesejatian dan kepalsuan di dalam diri berkaitan dengan hubungan sejati, yang mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan dan gerak-gerak isyarat dari “diri” dengan keterlibatan dan pengenalan yang memadai akan realitas lain yang tidak memenuhi semua harapan atau keinginan. Paradigma relasional merupakan citra paradigmatik yang sangat berbeda dari citra yang ada pada psikolog-psikolog humanistik yang bahwa untuk bertumbuh ke arah manusia otonom yang mengaktualisasdikan diri sendiri, inti potensi, manusia hanya membutuhkan pemeliharaan dan pemuasan yang tepat.

Winnicott mempunyai konsep “diri sejati’ dan “diri yang palsu”. Konsep ini mengacu pada hubungan pengasuhan ibu dan bayi jika hubungan pengasuhan terhadap bayinya cukup baik, maka pada saat bayi itu berkembang melalui 3 tahapan : ketergantungan mutlak, ketergantungan relatif dan mandiri relatif, ia akan mampu mengembangkan pemahaman atau kesadaran sejati mengenai kekuasaan-kekuasaan dirinya di dalam relasinya dengan kekuasaan dan autoritas sejati dari dunia objek. Hasil akhir dalam diri palsu itu adalah orang-orang yang memakai “topeng” untuk memenuhi atau kebutuhan lingkungan sosialnya atau orang-orang penting di dalam hidupnya sedemikian rupa sehingga diri sejatinya yang seharusnya ada jika seseorang dibiarkan hidup sesuai dengan keinginannya tampaknya hilang atau tidak ada sama sekali.

DIRI PUSAT

Winnicott adalah penyumbang tulisan yang produktif dalam “kelompok Inggris” para teoritikus relasi objek. Spesialisasinya adalah anak-anak dan ibu mereka. Naluri-naluri, menurutnya, merupakan tenaga-tenaga yang mendesakkan energinya ke dalam diri pusat atau central self. Diri pusat itu dapat dikatakan sebagai potensi yang diturunkan (oleh orangtuanya) untuk mengalami kesinambungan keberadaan, dalam cara dan kecepatannya sendiri diri pusat mencapai realitas psikis pribadi dan skema tubuh pribadi. Diri pusat itu mengalami suatu psoses bertahap 3 dalam rangka membentuknya menjadi “diri” yang terpisah dari ibu, yakni: tahap ketergantungan mutlak, tahap ketergantungan relatif, dan tahap yang dinamakan Winnicott dalam rangka menuju kemandirian. Dalam tahap ketergantungan mutlak, bayi sama sekali tidak mengenal adanya pemeliharaan ibu ataupun ketiadaan pemeliharaan itu, ia hanya mengalami penderitaan atau kenikmatan. Tetapi dengan berlalunya waktu, bayi mulai sadar

(3)

sedikit demi sedikit, keping demi keping, akan perincian dalam pemeliharaan ibunya , dan mulai dalam batas-batas tertentu menghubungkan kesadaran akan perincian-perincian tersebut kepada apa yang diterima dan dialaminya.

Sejak periode awal, “garis kehidupan” si bayi sudah mulai terbentuk, dan garis ini akan terus berlanjut. Di dalam “garis” ini semua hal dialami si bayi akan di integrasikan meski ia masih berada dalam keadaan di antara integrasi-relatif dan belum-terintegrasi. Menurut dia, kualitas pengasuhan ibu, yang diberikan kepada si bayi selama awal munculnya kesadaran akan “diri”-nya sebagai diri yang terpisah dari dunia adalah hal yang penting. Khususnya kualitas yang sasngat penting dari ibu yang cukup “baik”. Ibu yang diharapkan disini bukan ibu yang sempurna secara teoritis. Sehingga mampu mengantisipasi setiap kebutuhan bayinya sedemikian rupa sehingga kecemasan yang menakutkan karena proses pemisahan tidak pernah dirasakan, melainkan ibu yang cukup baik adalah, tanggapannya terhadap si bayi cukup memadai di dalam menjamin rasa kehadirannya sementara secara perlahan-lahan menjalankan pemisahannya.

Rumusan Winnicott mengenai awal mula munculnya kesadaran “diri” itu. Pertama-tama memberikan garis dasar psikologis untuk suatu pemahaman hermeneutis di mana “diri” dipandang sebagai penafsir atas pengalamannya sendiri. Sejak awal sekali dalam proses pemisahan dari “aku-dunia objek” ke “aku” yang sadar-diri. Dasar psikologis kedua tentang proses penafsiran yang dilakukan “diri” tersebut. sejak semula, merupakan proses sosial. Kualitas penafsiran yang dilakukan “diri” bukan hanya hasil usaha sendirian saja. Si bayi dan ibunya bersama-sama membangun suatu lingkungan atau satuan sosial, suatu ekologi, yang membentuk situasi “aku dan engkau” tertentu.

Serentak dengan proses sosial dari pembedaan diri awal ini, dimulailah pula aspek lain, yakni munculnya ke-diri-an (self hood), “jiwa menetap dalam tubuh.” Tubuh menjadi tempat tinggal “diri”, dan kesadaran berada di dalam tubuh dan hidup bersama seseorang atau orang lain mulai mengambil bentuk. Objek pertengahan ini disebutnya “objek peralihan”. Perhatian khususnya terhadap kehidupan mental anak-anak kecil mendorongnya untuk memfokuskan perhatiannya pada fenomena umum kehidupan anak-anak itu, yaitu pada mainan kesukaan anak-anak, seperti boneka-boneka, dan “teman” hasil imaginasi si anak.

Konsep Winnicottt mengenai objek peralihan telah mengajukan pendapat bahwa salah satu aspek dari kehidupan mental peralihan yang berada di dalam diri seorang anak yang sedang tumbuh di dalam budaya Barat adalah pembentukan citra primitif mengenai Allah . bagaimana citra-citra Allah yang abru muncul itu terlibat secara erat di dalam pengalaman hidup si anak. Citra-citra tersebut juga

(4)

membantu si anak di dalam mengatasi tekanan-tekanan yang di alaminya dalam proses pengembangan dirinya. “Allah-Allah” peralihan itu adalah tafsiran-tafsiran yang didasarkan atas kualitas pengalaman awal relasi objek si anak. Citra-citraitu sebagai mitis pribadi yang sama seperti mitos –mitos budaya yang mendalam di mana atasnya agama-agama besar di dasarkan, muncul dari pengujian keras di dalam pengalaman hidup ini.

Donald winnicot menjelaskan tentang adanya daerah awal kehidupan, pertama daerah luar yaitu benda-benda yang di temui sehari-hari, kedua tempat bersemayamnya khayalan dan fikiran, ketiga bukan pengalaman di atas, atau disebut dunia tradisional atau dunia permain, kreativitas dan keseian. Dunia derivat atau hal-hal yang diinginkan dan realistas. Bayi pada sejak lahir di cintai dan tidak mampu menciptakan kesadaran.

TIGA RUMUSAN MENGENAI DAERAH PENGALAMAN PADA KEHIDUPAN AWAL

Donald Winnicott menjelaskan tentang adanya tiga daerah pengalaman pada kehidupan awal. Pertama, dunia luar yaitu dunia benda-benda, orang yang ditemui sehari-hari. Kedua, dunia batin tempat bersemayamnya khayalan dan pikiran. Sedangkan pengalaman ketiga adalah bukan pengalaman riil, juga bukan pengalaman khayalan. Dunia pengalaman ketiga ini sering disebut sebagai dunia transisional, yaitu dunia permainan, kreativitas dan kesenian.

Dunia ketiga ini merupakan derivat dari pengalaman bayi antara hal yang diingini dan realitas.Bayi yang sejak lahir tidak dicintai tidak mampu menciptakan kesadaran ‘ke-kita-an’, kesadaran dua orang menjadi satu. Wajar bila banyak orang yang mengartikan cinta sebagai jatuh cinta, yaitu proses penyatuan dua hati. Namun sayangnya persitiwa hebat tersebut tidak berlangsung lama, seperti mainan yang mulai membosankan ketika dimainkan berulang kali. Erich Fromm, menyebut cinta sebagai hasil pelajaran, dan cinta adalah inti eksistensi manusia. Cinta adalah relasi timbalik balik antara yang mencintai dan dicintai. Di dalam cinta terkandung rasa tanggung jawab, rasa hormat, dan keinginan mengetahui. Rasa tidak aman karena gagal mendapatkan cinta (dari ibu) merupakan sumber dari segala macam anxiety, termasuk berhubungan dengan rasa malu dan rasa salah.

Pengalaman negatif yang diperoleh pada awal kehidupan tersebut, ketika dewasa dikompensasikan menjadi upaya menghindar dari rasa mengalami

(5)

pengalaman negatif. Kegilaan merupakan satu bentuk corak tingkah laku yang bertujuan menghilangkan ‘rasa mengalami’ tersebut sehingga ketakutan bisa dihentikan. Jalan lain yang lebih konvensional adalah dengan cara menyibukkan diri dalam kegiatan pesta pora, kesenian, bermain musik, termasuk mengejar kekayaan dan gengsi.

Manakala saluran kompensasi tersebut tidak lagi mampu mengusir rasa takut akan kesendirian (terpisah dari yang lain), sebagaimana rasa kosong seorang pengarang karena kreativitasnya mulai mengering, maka simtom-simtom depresi mulai muncul. Bunuh diri bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan rasa takut selamanya.

DINAMIKA HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA SEBAGAI EXTERNAL OBJECT RELATION

Keluarga adalah suatu system yang berisi sejumlah relasi yang berfungsi secara unik. Definisi tentang keluarga tersebut menegaskan bahwa hakikat keluarga adalah relasi yang terjalin di antara individui-individu, yang merupakan komponen-komponennya. Jadi, setiap anggota keluarga terhubungkan satu sama lain dalam suatu matriks relasi yang kompleks.

a. Centered Relating

Centered relating adalah relasi yang paling mendalam di antara dua pribadi, yaitu suatu relasi psikologis dengan dasar fisik/biologis yang besar, yang didalamnya prototipenya adalah relasi antara ibu dan anak. Centered relating dibantu oleh fungsi mirroring ketika ibu mencerminkan pada bayi mood si bayi dan dampaknya pada ibu, sementara bayi mencerminkan kembali pada ibu apa pengalaman yang dirasakannya tentang mothering yang dilakukan ibu.

b. Centered Holding

Terciptanya transitional space dan terciptanya centered relating merupakan hasil kontribusi aktif ibu dan bayi. Namun demikian, ibulah yang memegang tanggung jawab atas perkembangannya. Kemampuan ibu menyediakan ruang dan materi untuk centered relating melalui physical handling dan mental preoccupation dengan bayi disebut centered holding.

(6)

c. Contextual Holding

Contextual holding memberikan perluasan lingkungan dari kehadiran ibu, memberikan bayi bertumbuhnya kesadaran akan perasaan otherness-nya, namun hanya centered relating yang memberikan rasa keunikan individunya. Contextual holding terjadi pada berbagai tingkatan. Pada lingkaran terluar, ada tetangga, kemudian di lingkaran lebih dekat ada kakek-nenek dan kemudian keluarga. Lebih dalam lagi ada contextual holding yang diberikan ayah untuk ibu dan bayi. Lingkaran terdalam adalah contextual holding yang diberikan/disediakan ibu untuk dirinya sendiri dan bayinya. Pada lingkaran ini adalah centered holding yang di dalamnya ibu dan bayi berkomunikasi dan berinteraksi, saling berbagi, membangun dan mengubah dunia internal mereka melalui centered relationship.

KONSEP HOLDING a. Tedensi anti sosial

Terhubung ke konsep holding perilaku pra-tunggakan, yang disebut Winnicott sebagai “kecenderungan anti-sosial”. Dia mengatakan ini bukan diagnosis. Hal ini dapat ditemukan dalam individu normal, atau dalam satu yang neurotik atau psikotik . Sebaliknya, Winnicott melihatnya sebagai sebuah tangisan untuk bantuan, sebagai pencarian untuk pegangan yang sebelumnya tidak ditemukan dalam keluarga itu sendiri. Kegiatan antisosial untuk Winnicott adalah ekspresi dari perasaan anak yang tidak mendapatkan rasa aman dari keluarga.

b. Rasa yang menjadi

Salah satu unsur Winnicott dianggap bisa hilang di masa kecil adalah apa yang disebut perasaan. Untuk Winnicott, rasa yang adalah yang utama, rasa melakukan merupakan hasil dari pengembangan fungsi-ego berarti melakukan terlalu banyak, terlalu sedikit, rasa diri palsu. Kapasitas untuk “menjadi”, merasa hidup sangat penting utuk bayi. Salah satu penangkal potensi kerugian menjadi adalah kemampuan anak untuk bermain.

(7)

Tema sentral berjalan melalui kerja Winnicott adalah gagasan bermain, salah satunya contoh kecil dari ini adalah permainan coretan dalam konsultasi (Winnicott 1958). Dia akan menggambarkan bentuk dan mengajak anak untuk membuat sesuatu,atau sebaliknya anak itu akan menggambarkan bentuk untuk melakukan sesuatu dengan analisis yang akan mengembangkan ide dalam arti menggunakan bentuk yang tidak lengkap dalam pekerjaan, daripada wawasan analis memonopoli dalam satu sesi.

Bermain juga dengan objek transisi untuk membantu dia mengatasi pemisahan. Menurut Winnicott bermain merupakan aspek penting dari perkembangan yang sehat didalam masa perkembangan anak-anak. Alternative yang dilihat adalah lompatan imitative kedepan untuk sebuah peniruan, pergabungan tersebut dari dengan yang lain yang dapat menjelaskan kedewasaan palsu yang sering kita temui pada anak.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN - Kelebihan

a Winnicott menawarkan gambarang fikiran manusia untuk membangun kreativitas, potensi diri sejati, dan memberikan cinta kepada bayi. Dan yang paling mencolok penekanan pada awal masa bayi kecil dan fantasi primitif atau gambaran mental dan hubungan anak dan ibu yang mendalam.

b Teorinya berfokus pada perkembangan anak-anak sebagai akibat atau refleksi dari masa kecilnya.

- Kekurangan

a. Teori Donald Winnicott susah dipahami. b. Terlalu fokus pada hubungan ibu dan anak.

REFERENSI

A. Pervin, Laurence dkk. (2010). Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta: Kencana.

(8)

Jarvis, Matt. (2012). Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan & Pikiran Manusia. Yogyakarta: Nusamedia

Monte, C.F. & Sollod, R.N. (2003). Beneath The Mask: An Introduction to Theories of Personality (7th Ed.). USA: John Wiley & Sons, Inc.

https://ahkammuhammad.wordpress.com/psikologi/teori/donald-winnicott/ http://wikansusanti.blogspot.co.id/2011/03/donald-winnicott.html

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Guided Discovery Learning, baik yang dipadu dengan CM ataupun tidak belum efektif memperbaiki pemahaman konsep siswa..

Pada penelitian ini hanya dibatasi pada tahapan implementasi basis data dengan menggunakan SQL Server 2008 dari diagram basis data sampai dengan melaukan uji query

Pendengar / User dapat mendengarkan siaran radio online dengan sebelumnya melakukan koneksi ke Internet, kemudian mengunjungi alamat website yang sudah ditentukan.. Website

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. dengan ini diumumkan Hasil

Psikoanalisis memiliki tiga penerapan: suatu metoda penelitian dari pikiran; suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia; dan suatu metoda perlakuan terhadap

Risiko atau risk merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Risiko dari suatu portofolio saham bergantung kepada

a) Menumbuhkembangkan keberanian pada Anak-anak; upaya yang dimaksud adalah untuk membiasakan pada anak-anak sejak diri untuk berani menolak apabila ada seseorang yang memperlakukannya

Jadi untuk seterusnya, perlu dikembangkan lebih lanjut, dengan mengunakan rancang bangun model sistem pendeteksian pelanggaran lampu merah ini membantu Polisi