• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yaitu usia 10-24 tahun (Killbourne et.al , 2000).

Pada masa peralihan tersebut, terjadi perubahan fisik yang cepat pada remaja termasuk perubahan dan perkembangan organ-organ seks yang sering tidak seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini kerap membuat remaja bingung dan mengalami masalah-masalah dalam kehidupan seksnya, terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004).

Menurut Fauziah dikutip Sungadi 2007, pergaulan bebas atau free sex menjadi trend pada kalangan remaja masa kini. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, salah satu yang menjadi faktornya adalah masuknya budaya barat ke Indonesia, derasnya informasi-informasi termasuk free seks melalui beberapa media informasi, seperti TV dan Internet. Budaya barat membidik remaja tuntutan kebebasan remaja yang bergeser menjadi liar tak terkendali. Beberapa kebebasan yang ditiru oleh remaja terhadap budaya barat adalah : Pertama, free thinker atau bebas berfikir. Dimana remaja merasa punya hak untuk berfikir sebebas-bebasnya tanpa dibatasi oleh norma-norma agama. Terutama dalam upaya mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi atau cara untuk meraih keinginannya, sehingga untuk

(2)

mengeluarkannya dari masalah yang terjadi, sering kali remaja mengambil jalan pintas dengan melakukan hal-hal nekad, seperti memakai narkoba, meminum-minuman keras, menjadi perilaku kriminilitas atau yang paling parah bunuh diri. Yang kedua, Permissif bebas berbuat. Mau melakukan apa saja, di mana saja menjadi prinsip remaja dalam berbuat. Mulai dari cara berbusana, berdandan, berbicara, bergaul atau berperilaku. Para remaja di kota-kota terutama kota terbesar, kini dinilai cenderung lebih premissif dalam urusan seks. Ketiga, Free sex atau pergaulan bebas. Saat ini, pergaulan bebas antar lawan jenis yang banyak dilakukan remaja sangat mudah terkontaminasi unsur cinta dan seks. Pergaulan bebas pun sangat membuka peluang bagi remaja untuk aktif melakukan aktifitas seks. Pemicunya bisa saja karena nonton vcd porno yang dijual bebas ataupun menonton tayangan erotis yang di TV. Kurangnya kontrol orang tua, sekolah atau masyarakat membuat mereka enjoy berpetualang menikmati kepuasan sesaat.

Ketidaktahuan remaja mengenai seks tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Synovate sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan pemasaran atas nama DKT Indonesia, pada tahun 2004 terhadap 450 remaja dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan membuktikan remaja tersebut tidak mempunyai pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Sebesar (35%) informasi di peroleh dari teman,(22%) dari film porno,(11%) dari buku, (8%) dari orang tua dan selebihnya dari pacar, televisi, sekolah, pengalaman maupun film di bioskop dan tentang perilaku seks remaja (15 - 24 tahun), 44% responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16%

(3)

lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun (BKKBN, 2004) dikutip Apulina 2008.

Hasil beberapa survay (dikutip dari Ahmad 2007), seperti pada tahun 2002 dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun menyebutkan 39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum nikah. Bahkan menurut survei yang pernah dimuat di detik.com tahun 2007 sebanyak 22,6 % remaja Indonesia penganut seks bebas.

Menurut Saparie (2005) yang menunjukan data dari WHO lebih dari 500 juta remaja usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang dan pernah melakukan hubungan seks pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60 % kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah kehamilan yang tidak diinginkan dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Survey yang dilakukan Wilopo (2004) di dua belas kota menunjukan bahwa responden yang telah melakukan hubungan seks (di luar nikah) disebabkan karena ketidak tahuan mereka tentang seks. Akibat buruk dari hubungan seksual pra-nikah dengan segala akibatnya, antara lain terjadi kehamilan remaja putri di luar nikah, infeksi organ reproduksi, perdarahan, pengguguran kandungan yang tidak aman, resiko tertuar penyakit seksual dan meningkatkan angka remaja putus sekolah (Djaja, 2002).

Medan sebagai Ibukota propinsi Sumatera Uara termasuk kota nomor tiga terbesar di Indonesia, bahkan sudah menjasi kota metropolitan. Sangat tinggi berpotensi budaya free sex sama seperti kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya ( Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2005 )

(4)

Hasil monitoring sebuah Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di Medan, diperkirakan 1500 remaja di Medan terlibat bisnis pelacuran, baik karena kemauan sendiri maupun paksaan. Dari jumlah tersebut yang tergolong profesional 45%, kemudian untuk kesenangan tidak dalam kerangka profesionalitas sebanyak 20% dan yang ikut-ikutan sebanyak 35%. (Ikhwan ,2007 dalam Apulina 2008).

Dari penelusuran Tim Pusat Kajian dan Perlidungan Anak (PKPA) terhadap anak sekolah di Medan, di satu sekolah sudah terdapat rata-rata 10-15 anak per kelas yang sudah membisniskan diri dan selanjutnya “membantu” temannya membisniskan keperawanannya. Ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu karena dia sudah terlanjur tidak perawan lagi, desakan ekonomi, untuk bayar uang sekolah, pengaruh narkoba, dan akibat menonton VCD porno.

Menurut penelitian yang dilakukan Helga (2008) di SMU Methodist 1 Medan terhadap 100 orang siswa, diketahui bahwa 5 orang siswa (5%) menyatakan pernah melakukan hubungan seks di luar nikah, dan Wahyuni (2007) di SMK negeri 8 Medan yang meneliti dengan responden sebanyak 102 orang siswa, diketahui 8 orang siswa (8%) telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Untuk mengurangi tingginya angka perilaku seks di luar nikah pada remaja perlu adanya pendidikan seks . Namun pelaksanaannya, terkendala karena pengaruh budaya masyarakat Indonesia yang masih menganggap seks itu adalah hal alamiah yang akan diketahui dengan sendirinya setelah remaja menikah sehingga dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka (Mu’tadin, 2002, dikutip Apulina, 2008).

(5)

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kecamatan Medan Belawan, kelurahan bahagia ditemukan sekitar 26% dari 14.482 penduduk merupakan pasangan suami istrinya yang masih remaja (14-18 tahun). Sebagian dari mereka memutuskan untuk menikah karena telah hamil di luar nikah, selain itu juga untuk meringankan beban orang tua yang tidak mampu lagi menyekolahkan mereka lagi.

SMU Hang Tuah Belawan adalah salah satu sekolah terbesar yang berada di Kota Pelabuhan Belawan, yang jika dilihat dari sisi geografisnya letak sekolah itu sangat berdekatan dengan daerah lokasi para PSK di Belawan. ” ...Letak lokasi di Belawan yang di beri nama Tembok Berlin tepatnya di belakang SMA Hang Tuah atau di depan SMP Hang Tuah diantaranya ada jalan menuju tembok...” (Sungadi, 2007), selain itu kondisi kota belawan yang rawan dengan media yang bisa menginformasikan info tentang sex yang salah, baik dari DVD ataupun VCD dan juga majalah porno maupun media HP yang semakin canggih sekarang ini sangat berpotensi mengarahkan siswa SMU tersebut kearah pengetahuan seks yang salah.

Dari observasi dan wawancara peneliti di SMU Hang Tuah belawan pada bulan Februari 2009 kepada Kepala Sekolah, Guru BP, Wakil kepala sekolah 1 dan 2, serta Satpam, didapat bahwa di sekolah mereka kasus kehamilan diluar nikah selalu terjadi setiap tahun dengan persentase yang berbeda setiap tahunnya. Menurut WKS 1, kasus kehamilan diluar nikah yang terjadi di sekolah mereka selalu terjadi setiap tahun, namun beliau tidak bisa mengatakan berapa persentase kejadiannya, dikarenakan kasus tersebut baru bisa diketahui ketika salah satu siswi mereka yang harus keluar karena hamil di luar nikah ataupun telah keluar dari sekolah, itupun kebanyakan berasal dari teman siswinya yang lain, namun selalu ada. Pihak sekolah

(6)

langsung menindak tegas kejadian kehamilan di luar nikah yang terjadi pada siswi mereka, karena itu dianggap kejadian yang dapat mencemari nama baik sekolah tanpa peduli efeknya kepada mantan siswi mereka nantinya setelah dikeluarkan. Namun, sebegitu kerasnya peraturan yang dibuat sekolah untuk mengatasi hal itu, tetap tidak dapat mengurangi frekuensi kejadian kehamilan diluar nikah yang kerap terjadi setiap tahun.

Adapun peran guru dalam upaya untuk mencegah angka kehamilan di luar nikah para siswa, adalah dengan hanya sebatas mengingatkan untuk tidak berpacar-pacaran dahulu apabila masih sekolah. Dan menurut guru BP, yang biasa dipanggil ”Madam” disekolah tersebut, mengatakan kalau beliau sangat sepakat seandainya ada penelitian yang akan menggambarkan pengetahuan ataupun sikap siswanya seputaran seks, agar nantinya dapat diputuskan rantai kejadian kehamilan di luar nikah.

Sementara itu, hasil observasi komparasi yang dilakukan peneliti di sekolah lain di Belawan, SMU negeri 20 yang terletak di jalan Besar Bagan Deli dengan melakukan wawancara kepada penjaga sekolah (Bang Is), diketahui bahwa kelakuan menyimpang para siswa tidak terletak kepada perilaku seks tetapi lebih mengarah ke kasus bolos sekolah, rokok dan narkoba. Sedangkan hasil observsi di sekolah lain yaitu di SMK Pelayaran yang terletak di jalan Hanafiah no.80, didapat bahwa siswa jarang sekali terlibat kenakalan atau kasus-kasus yang mengarah kepada kenakalan remaja.

(7)

Beranjak dari pemaparan diatas, peneliti menganggap perlu untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perilaku siswa di SMU HANG TUAH Belawan tentang hubungan seks pra-nikah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah di SMU Hang Tuah Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan siswa tentang hubungan seks pra-nikah.

1.3.2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang hubungan seks pra-nikah. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang hubungan seks pra-nikah.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa tentang hubungan seks pra-nikah 1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar dapat mengenalkan pendidikan seks pada siswa dan siswinya.

(8)

2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis dan peneliti.

3. Sebagai masukan bagi pelaksana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik.

4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di FKM-USU.

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi tanaman dengan pemberian air irigasi sistem sprinkler (Tabel 3) menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibandingkan penyiraman secara konvensional pada awal (2 MST)

Pada tingkat kabupaten/kota, perencanaan air minum dan sanitasi disusun dalam Rencana Aksi Daerah bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL). RAD AMPL adalah

Sampel ini digunakan adalah perusahaan perbankan dalam hal ini peneliti lebih mengkhususkan sampel pada jenis perusahaan homogen yaitu emiten

Zona atraksi wisata yang bersifat terbuka pada tapak diletakkan di sebelah selatan untuk memaksimalkan view dari tapak sungai, serta view dari jalan ke dalam

Hasil Angket Respon Peserta Didik Aspek yang Ditinjau Persentase Rata-rata (%) Kriteria Isi Kebahasaan Penyajian 98,61 98,76 96,30 Sangat kuat Sangat kuat Sangat kuat

Oleh karena itu, peneliti dapat mengetahui bahwa besar pengaruh kompetensi Sumber daya Manusia terhadap implementasi kebijakan perpustakaan desa adalah sebesar

Sertifikasi produk pakan ternak dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian - Persyaratan untuk LSPro, Proses,

Pada mode 1 dan 2; Port C dibagi atas dua bagian yang masing - masing mempunyai lebar 4 bit yang dioperasikan dengan Port A dan B dikhususkan sebagai sinyal kontrol output atau