• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Agenda penanggulangan kemiskinan telah disepakati oleh Perserikatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Agenda penanggulangan kemiskinan telah disepakati oleh Perserikatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agenda penanggulangan kemiskinan telah disepakati oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan masyarakat Internasional untuk dimuatkan dalam

sasaran tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG’s).

MDG’s menekankan pencapaiannya tujuan dan target pembangunan utama periode tahun 2000-2015 yaitu menurunkan setengah dari jumlah angka kemiskinan. Tujuan utama penanggulangan kemiskinan meliputi penghapusan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, penghapusan diskrimimasi gender dalam pendidikan dasar, peningkatan kesehatan ibu dan anak, penanganan HIV AIDS/Malaria dan penyakit lainnya yang menular karena infeksi.

Tahun 2002 Indonesia bersama 180 negara lainnya telah mencanangkan tujuan dan target ini serta secara resmi menyatakan keikut-sertaannya dengan mengawali melalui proses penyusunan Dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Pada kabinet ‘Indonesia Bersatu’, strategi dan rencana aksi penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 – 2009 dan menempati Bab tersendiri dalam dokumen RPJMN. Sehingga Dokumen SNPK menjadi arah dalam melakukan pengarustamaan berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan pada SNPK ini sejalan dengan Pembukaan UUD 1945 dan komitmen masyarakat global dalam tujuan pembangunan millenium untuk mewujudkan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progressif agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat. Target pada RPJMN untuk

(2)

penanggulangan kemiskinan adalah menurunkan setengah angka kemiskinan tahun 2004 sebesar 16,6% menjadi 8,3% pada tahun 2009.

Dalam upaya percepatan upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 54 Tahun 2005 dengan membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). TKPK ini merupakan pengganti dan penyempurnaan dari Keputusan Presiden Republik Indonesia No 124 Tahun 2001 dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No 34 Tahun 2002, tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK).

Dalam melaksanakan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2005 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 412.6/2179/SJ mengintruksikan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten) untuk menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), membentuk kelembagaan koordinasi (TKPK) yang berfungsi untuk memperkuat koordinasi dan sinergitas kegiatan lintas pelaku. Pendekatan utama penanggulangan kemiskinan adalah meningkatkan produktivitas/pendapatan masyarakat dan mengurangi beban dasar masyarakat miskin serta melanjutkan program beras bagi rumah tangga miskin (Raskin). Kebijakan ini diperkuat kembali dengan Surat Keputusan Menteri Kooordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan surat Keputusan Nomor 05/KEP/MENKO/KESRA/II/2006 tentang pedoman umum dan kelompok kerja TKPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang dibantu oleh kelompok kerja diantaranya kelompok tugas kebijakan dan perencanaan, kelembagaan, pendanaan dan pendataan.

Menindak-lanjuti keputusan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Riau, melalui Surat Keputusan Gubernur Riau, Nomor KPTS. 592/IX/2004 tanggal 30

(3)

September 2004 membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) dan direvisi menjadi TKPK Provinsi Riau melalui Keputusan Gubernur Riau Nomor KPTS. 62/II/06 tanggal 20 Februari 2006. Target penurunan angka kemiskinan Provinsi Riau, sesuai dengan kesepakatan Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Riau adalah menurunkan jumlah penduduk miskin dari 22,19%, pada Tahun 2004 menjadi separuh (11,10%) pada Tahun 2009.

Kabupaten Bengkalis sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Riau juga membentuk TKPK-Daerah (TKPKD) melalui Surat Keputusan Bupati Nomor: 246 /KPTS/VIII/2007, sebagai penyempurnaan KPK yang terbentuk melalui Surat Keputusan Bupati Bengkalis Nomor: 400 tahun 2005. Kelembagaan TKPK Kabupaten Bengkalis ini diketuai Sekretaris Daerah dengan Ketua Pelaksana adalah Kepala Dinas pemberdayaan Masyarakat Desa.

Kelembagaan TKPK Kabupaten Bengkalis merupakan kelembagaan forum lintas pelaku dan lintas sektor sebagai wadah koordinasi penanggulangan kemiskinan. Tugasnya pada hakekatnya adalah melakukan langkah-langkah kongkrit untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin melalui koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan, serta pemantauan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan sesuai karakteristik dan potensi di Kabupaten Bengkalis. Berkenaan dengan hal di atas, kajian ini akan mengangkat tema ’Strategi Pengembangan Kelembagaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bengkalis’.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau yang kaya akan sumberdaya alam terutama minyak bumi. Produksi minyak bumi

(4)

Provinsi Riau sebesar 600.000 barrel per hari atau sekitar 50% dari produksi minyak bumi Indonesia, sebahagian besar berasal dari Kabupaten Bengkalis. Hal ini dilihat dengan besarnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang diterima kabupaten Bengkalis dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 sebesar Rp 1,3 triliyun dan meningkat menjadi Rp 2,4 triliyun pada tahun 2005. Pada tahun 2006, APBD Bengkalis kembali meningkat menjadi Rp 2.707 Triliun. APBD Kabupaten Bengkalis merupakan APBD yang terbesar dibandingkan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau.

Kekayaan sumber daya alam dan semakin besarnya APBD Kabupaten Bengkalis paradoks dengan besarnya jumlah rumah tangga (Ruta) miskinnya. Pada tahun 2004, dari total Ruta di Kabupaten Bengkalis yaitu sebanyak 126.081 Ruta, sebanyak 29.617 Ruta atau 23,49% terkategori keluarga miskin. Besarnya jumlah Ruta miskin di Kabupaten Bengkalis ini sekaligus menempatkan Kabupaten Bengkalis sebagai kantong kemiskinan kedua terbesar di Provinsi Riau setelah Kabupaten Indragiri Hilir sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.

0 50000 100000 150000 200000 250000

Kuansing Inhu Inhil Pelalalwan Siak Kampar Rohul Bengkalis Rohil Pekanbaru Dumai

Kabupaten/Kota Ju m la h ( K el u ar g a & J iw a) Ruta Miskin Penduduk Miskin

Sumber: Balitbang Provinsi Riau (2004)

Gambar 1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Miskin Provinsi Riau Per Kabupaten/Kota Tahun 2004.

(5)

Pada tahun 2005, berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi (PSE 2005) untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) menunjukkan bahwa jumlah Ruta miskin mengalami peningkatan. Bila pada tahun 2004 jumlah Ruta miskin sebanyak 29.617 Ruta maka pada tahun 2005 hasil Pendataan Sosial Ekonomi, Ruta yang diduga miskin mencapai 37.088 Ruta (25,90%) atau meningkat sebesar 2,41% dibandingkan tahun 2004. Bahkan, hasil verifikasi data PSE pada tahun 2006, jumlah penerima BLT meningkat menjadi 44.147 Ruta (40,83%) atau meningkat sebesar 7,34% dibandingkan tahun 2004.

Tingginya jumlah Ruta miskin di Kabupaten Bengkalis ini tidak terlepas dari kebijakan pada masa lalu. Kebijakan yang dilakukan pemerintah belum mampu memberdayakan dan memperkokoh ekonomi masyarakat. Kondisi ketertinggalan ekonomi masyarakat di Kabupaten Bengkalis ini juga diikuti dengan, rendahnya tingkat pendidikan, dan ketertinggalan ketersediaan infrastruktur dasar pendidikan dan kesehatan sehingga berujung pada kemiskinan yang semakin parah. Dengan kondisi ini, daya saing penduduk miskin untuk merebut peluang kerja dan berusaha menjadi rendah sehingga peluang tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk pendatang.

Meski penanggulangan kemiskinan telah menjadi bagian dari program pembangunan Pemerintah Kabupaten Bengkalis, bahkan kebijakan tersebut merupakan pilar utama yang akan dilaksanakan dan terus dikembangkan. Salah satu langkah yang diambil memang adalah melakukan pengembangan kelembagaan dan penguatan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Persoalannya adalah (i) apakah kelembagaan TKPK Kabupaten

(6)

Bengkalis yang sudah dibentuk tersebut telah berjalan secara efektif untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bengkalis? (ii) Sudahkah kemiskinan yang telah diidentifikasi tersebut ditanggulangi dengan basis pemberdayaan masyarakat? Bila belum efektif, (iii) strategi apa yang harus diterapkan untuk pengembangan kelembagaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bengkalis?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Kajian

Tujuan umum dari kajian ini adalah menilai dan menyusun langkah penyempurnaan kerja kelembagaan TKPK Kabupaten Bengkalis agar dapat lebih berfungsi secara optimal dan efisien dalam menanggulangi dan mengurangi kemiskinan di Kabupaten Bengkalis dengan memadukan sistem kelembagaan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah:

a) Mengetahui pelaksanaan tugas dan fungsi kelembagaan TKPK Kabupaten

Bengkalis dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bengkalis.

b) Menganalisis kebijakan-kebijakan pembangunan dan penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Bengkalis.

c) Memformulasikan strategi dan program pengembangan kelembagaan TKPK

Kabupaten Bengkalis.

Diharapkan kajian ini berguna untuk dijadikan landasan penyusunan konsepsi dan kelembagaan yang mampu mempunyai sistem data akurat kemiskinan yang dapat menjadi landasan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bengkalis. Selain itu, diharapkan Kelembagaan TKPK

(7)

Kabupaten Bengkalis yang ada dapat mempunyai rancangan dalam kerangka melakukan inisiasi sinergi perencanaan proyek-proyek dan program penanggulangan kemiskinan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat kepada penanggung jawab program melalui diskusi-diskusi intensif. Dengan demikian, kajian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi acuan dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan satu pintu yang menangani perencanaan yang sesuai untuk pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bengkalis dari beragam pihak baik yang datang dari pusat, provinsi dan kabupaten.

Gambar

Gambar 1.   Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Miskin Provinsi Riau  Per Kabupaten/Kota Tahun 2004

Referensi

Dokumen terkait

Izin Penyelenggaraan Pelelangan Ikan yang selanjutnya disebut Izin adalah surat izin menyelenggarakan pelelangan ikan di TPI yang diberikan kepada organisasi

Kinerja jaringan umumnya ditentukan dari berapa rata-rata dan persentase terjadinya tundaan (delay) terhadap aplikasi, jenis pembawa (carriers), laju bit

Berdasarkan uraian masalah yang telah dijelaskan maka perlu dibuat suatu aplikasi yang dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut dengan cara membuat sebuah

Oleh karena itu penulis melihat, apakah manajemen konflik yang dikatakan baik tersebut hanya sebatas pada perwujudan perdamaian saja, bagaimana terkait manajemen

Indikator Kinerja konsumsi ikan pada tahun 2019 sebesar 31,11 kg/kapita/thn atau mencapai 165,30% dari target RPJMD tahun 2019, capaian tersebut sudah mencapai

Recovery Cu (II) dengan Teknik Ekstraksi Fasa Padat Menggunakan Adsorben Silika dari Abu Sekam Padi – Kitosan.. Nanang Tri Widodo 1)* , Ani Mulyasuryani 1) , Akhmad

Prinsip dari metode biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005)..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang tanah di lahan kering Desa