• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MODEL DAKWAH MUHAMMADIYAH DALAM UPAYA MITIGASI POTENSI BENCANA KEKERINGAN DI KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MODEL DAKWAH MUHAMMADIYAH DALAM UPAYA MITIGASI POTENSI BENCANA KEKERINGAN DI KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MODEL DAKWAH MUHAMMADIYAH DALAM UPAYA

MITIGASI POTENSI BENCANA KEKERINGAN DI KECAMATAN

BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

Sri Rahayu Ayuba (Universitas Muhammadiyah Gorontalo) Suharia Sarif (Universitas Muhammadiyah Gorontalo)

Laporan Akhir

(2)
(3)

RINGKASAN PENELITIAN

Kekeringan adalah salahsatu bencana terdahsyat yang akan dialami manusia pada akhir zaman. Tingkat kekeringan di DAS Limboto (secara administrasi terletak di Kabupaten Gorontalo) berada pada kategori rentan (Ayuba, 2018) sehingga diperlukan penanganan khusus sebagai upaya memitigasi bencana ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui model dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo (2) mengetahui pemahaman masyarakat mengenai dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dan (3) menghasilkan opsional terkait penanganan kekeringan oleh pemerintah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

Penggunaan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) menjadi dasar dalam penelitian ini. Pada metode kualitatif dilakukan pengumpulan data model dakwah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk data kuantitatif dilakukan melalui penyebaran angket. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya kaitan antara tingginya kekeringan dan tingkat pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama islam dan pendakwah muhammadiyah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh rata-rata 1,75 yang artinya tingkat pemahaman masyarakat masih berada di kategori buruk. Adapun untuk tingkat penguasaan materi dakwah tentang kekeringan maka diperoleh nilai yang hampir sama yakni 1,85 yang artinya sangat sedikit materi dakwah oleh pendakwah muhammadiyah berisi tentang bencana kekeringan.

Luaran yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah jurnal terakreditasi atau masuk dalam kategori sinta 3. Jurnal Cakrawala: Jurnal Studi Islam dengan Nomor pISSN: 1829-8931|eISSN: 2550-0880 jurnal mempunyai waktu terbit Juni dan Desember 2020.

(4)

DAFTAR ISI Sampul Penelitian... 1 Halaman Pengesahan... 2 Ringkasan... 3 Daftar Isi ... 4 Daftar Tabel ... 5 Daftar Gambar ... 6 Bab I Pendahuluan ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka ... 9

Bab III Tujuan dan Mafaat Penelitian ... 10

Bab IV Metode Penelitian ... 12

Bab V Hasil dan Luaran Yang Dicapai... 15

Bab VI Kesimpulan... 33 Daftar Pustaka ... 34 Laporan Keuangan... 35 Draft Wawancara... 36 Surat Penelitian... 38 Dokumentasi... 39

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Tingkat Kekeringan DAS Batulayar Kecamatan Bongomeme... 19 Gambar 2. Peta Tingkat Keterjangkauan Dakwah Muhammadiyah... 19

(7)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama pembawa rahmat bagi alam semesta. Dalam islam sumber kebenaran adalah Al- Quran dan as sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah merupakan salahsatu penggerak akan pentingnya beri’tiba pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah melihat pentingnya agama dan sains, dan meyakini bahwa pendidikan adalah sarana untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan iman dan sains menjadi pembeda martabat manusia di mata Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran (Elhady, 2015). Adanya peran muhammadiyah dalam pendidikan diharapkan akan menciptakan perubahan pola pikir yang lebih sustain terhadap lingkungannya (Amirudin, 2016).

Sebelum kemunculan Dajjal bumi akan mengalami kekeringan selama tiga tahun. Bencana dalam Al-Quran telah banyak dijelaskan. Namun demikian hadis Nabi Muhammad sebagai otoritas tertinggi setelah Al Qur'an, yang berfungsi sebagai penjelas (al-bayan), menggambarkan bagaimana bencana tersebut terjadi, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana seharusnya manusia berperilaku menghadapi bencana (Suryadilaga, 2013). Dakwah adalah upaya atau kegiatan yang dilaksanakan oleh umat atau pun jamaa’ah muslim, untuk mengajak umat manusia ke jalan Allah (Islam) sehingga terwujud khoiru ummah (Alfiyah,2014).

Ayuba (2018) menyatakan bahwa pasokan air pada DAS Limboto secara keseluruhan berada pada indeks -3,00 sd -3,99 atau termasuk dalam kategori “Rentan” terhadap kekeringan. DAS Limboto secara administrasi termasuk daerah Kabupaten Gorontalo yang dapat dibagi pada beberapa fungsi kawasan (hulu, tengah dan hilir). Adapun Kecamatan Bongomeme merupakan salahsatu kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang secara ekologis berada pada DAS Kecil Batulayar. Aktivitas manusia dapat secara langsung memicu kekeringan, seperti irigasi besar-besaran dan intensifikasi pertanian dalam skala luas, pembalakan hutan dan erosi yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kemampuan lahan untuk menangkap dan menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya korelasi ataupun hubungan antara model dakwah muhammadiyah dengan potensi bencana kekeringan di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

Penggunaan angket yang mengekstraksi hadits dan isi quran (terkait penggunaan/pengelolaan air) diharapkan mampu menggambarkan model (materi/kandungan) dakwah muhammadiyah serta pemahaman masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan ketersediaan air, yang kemudian akan dilakukan rekomendasi model dakwah yang diharapkan akan mampu mengendalikan tingginya kekeringan yang terjadi di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Kebijakan penanganan bencana dan pelestarian lingkungan, akan lebih efektif dan tepat sasaran dapat diukur dari berubahnya pola pikir masyarakat sebagai kemampuan memitigasi bencana kekeringan di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diuraikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana model dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo ?

b. Bagaimana pemahaman masyarakat mengenai dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo ?

c. Bagaimana opsional terkait penanganan kekeringan oleh pemerintah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo ?

(9)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Dakwah Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-47 Tahun 1436/2015)

Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan sebagai persambungan dari gerakan pembaruan yang dilakukan pada abad pertama. Gerakan pencerahan merupakan aktualisasi misi dakwah dan tajdid yang bersifat transformatif, yaitu strategi perubahan dinamis yang menekankan pada proses gerakan yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan masyarakat. Gerakan pencerahan tersebut harus diwujudkan dalam seluruh bidang dan lapangan usaha Muhammadiyah, sehingga tidak behenti dalam pemikiran semata tetapi membumi menjadi gerakan praksis yang mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Dalam pengembangan dakwah, gerakan pencerahan diaktualisasikan melalui model dakwah pencerahan berbasis komunitas untuk menggarap berbagai kelompok sosial yang heterogen dan berkembang pesat dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid mampu bertahan dan berkiprah satu abad lebih antara lain karena bergerak aktif dalam membangun masyarakat di basis jamaah atau komunitas. Keberadaan Muhammadiyah di ranah komunitas (jamaah) menjadi kuat karena membawa misi dakwah dan tajdid yang menyebarluaskan usaha-usaha kemajuan yang dirasakan langsung masyarakat. Pada awal kehadirannya Muhammasiyah ditentang oleh sebagian kalangan umat karena dianggap membawa paham baru, tetapi lama kelamaan dapat diterima luas sehingga menyebar ke seluruh Indonesia. Muhammadiyah akhinrya berkembang menjadi gerakan Islam pembaruan yang terbesar bukan hanya di lingkup nasional tetapi juga di ranah global.

2.2 Lingkungan Hidup dalam Al-Quran (Harahap, 2015)

Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak disakiti, lingkungan memiliki nilai terhadap dirinya sendiri. Integritas ini menyebabkan setiap perilaku manusia dapat berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki tanggung jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya. Kerusakan alam diakibatkan dari sudut pandang manusia yang anthroposentris,

(10)

memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Sehingga alam dipandang sebagai objek yang dapat dieksploitasi hanya untuk memuaskan keinginan manusia.

Hal itu digambarkan oleh Allah dalam surat al-Rum ayat 41;

ْلا ِرْحَبْلا َو اَمِب ْتَبَسَك يِد َْْيأ ِساَّنلا ْمه َقيِذ يِل َضْعَب ي َِِّْذلا او لِمَع ْمه ََّْلعَل َنو ع ِج ْْ َري َرَهَظ داَسَفْلا ِيف َْ ِر ب

Artinya: telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Dalam perspektif Islam Manusia dan lingkungan memiliki hubungan relasi yang sangat erat karena Allah Swt menciptakan alam ini termasuk di dalamnya manusia dan lingkungan dalam keseimbangan dan keserasian. Keseimbangan dan keserasian ini harus dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Kelangsusungan kehidupan di alam ini pun saling terkait yang jika salah satu komponen mengalami gangguan luar biasa maka akan berpengaruh terhadap komponen yang lain.

Dalam perspektif etika lingkungan (etics of environment), komponen paling penting hubungan antara manusia dan lingkungan adalah pengawan manusia. Tujuan agama adalah melindungi, menjaga serta merawat agama, kehidupan, akal budi dan akal pikir, anak cucu serta sifat juga merawat persamaan serta kebebasan. Melindungi, menjaga dan merawat lingkungan adalah tujuan utama dari hubungan dimaksud. Jika situasi lingkungan semakin terus memburuk maka pada akhirnya kehidupan tidak akan ada lagi tentu saja agama pun tidak akan ada lagi.

2.3 Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang Kekeringan (Adnani, 2017)

Beberapa bencana kekeringan dan kelaparan yang terjadi di Cina, India, Ukaraina, Rusia dan Irlandia dari tahun 1876 samapai tahun 1901 sudah menewaskan jutaan manusia. Padahal bencana pada saat itu hanya melanda beberapa kota atau propinsi semata. Pada saat yang sama propinsi dan kota-kota yang ada tidak mengalami bencana yang sama. Lebih dari itu seluruh dunia juga selamat dari bencana dan mempunyai peluang untuk memberikan bantuan pangan dan obat-obatan.

Kekeringan dan kelaparan tersebut jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kekeringan total yang akan melanda dunia di akhir zaman. Sebelum kemunculan Dajjal bumi akan mengalami kekeringan selama tiga tahun. Hal itu sebagaimana di sabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal adalah tempo waktu tiga tahun yang sangat sulit, pada waktu itu manusia akan di timpa oleh kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertamadarinya untuk

(11)

menahan 1/3 dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Kemudian Allah memerintahkan pada langit pada tahun kedua darinya agar menahan 2/3 dari hujannya dan memerintahkan bumi untuk menahan 2/3 dari tanamannya. Kemudian pada tahun ketiga darinya Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, sehingga ia tidak meneteskan setitik airpun dan memerintahkan bumi agar menahan seluruh tanamannya, maka setelah itu tidak tumbuh satu tanaman hijau pun dan semua binatang berkuku akan mati kecuali yang tidak di kehendaki oleh Allah. Para Sahabat bertanya, “Dengan apa manusia akan hidup pada masa itu?” Beliau menjawab, “Tahlil, Takbir, Tasbih dan Tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan. (H.R Ibnu Majah, Al-Hakim dan Adh-Dhiya Al-Maqdisi di shahihkan oleh Al-Albani).

Hadits ini mejelaskan proses kekeringan dan kelaparan dahsyat yang akan terjadi selama tiga tahun berturut-turut sebelum keluarnya Dajjal. Kekeringan tersebut terjadi secara bertahap. Pada tahun pertama kadar hujan berkurang sepertiga dari biasanya, sehingga berakibat anjloknya hasil pertanian hingga sepertiga dari biasanya. Manusia tentu berharap kesusahan tersebut segera berakhir dan keadaan berangsur-angsur membaik. Namun harapan tinggal harapan. Pada tahun berikutnya curah hujan justru semakin berkurang, susut hingga dua pertiga dari curah hujan biasanya. Dampak langsung terasa, produksi pertanian merosot tajam hingga dua pertiga. Alih-alih membaik, pada tahun ke tiga bencana justru semakin menggila air hujan seratus persen tidak turun, dan bencana kekeringan pun menjadi sempurna. Kekeringan ekstrim tersebut memang terjadi berdasarkan kehendak Allah. Ia adalah ujian dari Allah untuk melihat siapa yang tetap beriman dan siapa yang kufur, siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar. Saat ini memang belum di alami oleh ummat manusia. Namun, tanda-tanda ke arah itu sudah mulai bisa di raba-raba pada zaman ini. Para ilmuwan, peneliti dewasa ini menyoroti fenomena yang mereka sebut kenaikan suhu bumi (global warming, atau pemanasan global) pemanasan global di pengaruhi oleh tindakan manusia. Kenaikan suhu bumi ratarata 0,8 derajat celcius dalam seabad terakhir terutama di sebabkan penggunaan bahan bakar fosil mulai tahun 1920-an atau pasca revolusi Industri.

Kondisi cuaca ekstrim akan menjadi peristiwa rutin. Badai tropis akan lebih sering terjadi dan semakin besar intensitasnya. Gelombang panas dan hujan lebat akan melanda area yang lebih luas. Resiko terjadinya kebakaran hutan dan penyebaran penyakit meningkat. Sementara itu, kekeringan akan menurunkan produktivitas lahan dan kualitas air. Kenaikan muka air laut akan memicu banjir lebih luas, mengasinkan air tawar dan menggerus kawasan pesisir.

(12)

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan diatas maka dapat disusun tujuan akan pentingnya dilakukan penelitian ini, antara lain:

d. Untuk mendeskripsikan model dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

e. Untuk mendeskripsikan pemahaman masyarakat mengenai dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

f. Mampu menggambarkan opsional terkait penanganan kekeringan oleh pemerintah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

3.2Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan tujuan maka dapat disusun manfaat dilakukannya penelitian ini, antara lain:

a. Dapat menjadi referensi PWM untuk mengolah materi dakwah pada PCM Bongomeme.

b. Mampu menggambarkan pemahaman masyarakat mengenai dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

c. Menghasilkan rumusan penanganan kekeringan oleh pemerintah setempat berbasis keagamaan.

(13)

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penggunaan metode campuran (kuantitatif dan kualitatif) menjadi dasar dalam pengumpulan data ini. Rancangan konvergen digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini, yakni pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif secara simultan kemudian menggabungkan, membandingkan hasil dan menjelaskan semua deskripsi dalam hasil. Peneliti menggunakan rancangan ini untuk menjelaskan hasil kuantitatif dengan data kualitatif apakah berkonvergensi dan memberikan hasil serupa ataukah tidak.

4.2 Tahapan Penelitian

Pemahaman agama dapat dilihat dalam kehidupan keluarga yang masih awam dengan kehidupan tradisional, baik dari segi aspek intensitas keberagamaan yang dimiliki masih awam, cara atau metode dalam beragama lebih menekankan pada aspek emosional, serta pola perilaku beragamanya cenderung pada kelakuan lahiriyah (eksoteris) dan sikap dalam beragama kental dengan nuansa trandisional (Djamal, 2017). Penelitian ini, selain mengkaji model dakwah juga akan mengkaji pengetahuan masyarakat hulu, tengah dan hilir terhadap agama islam khususnya yang memuat pengelolaan air dan cara bercocok tanam. Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain:

a) Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data menggunakan kuesioner, peneliti terlebih dahulu melakukan perumusan pertanyaan yang disusun menggunakan ayat-ayat quran dan kutipan hadits yang menggambarkan tentang bencana kekeringan. Jenis data yang dicari adalah segala pernyataan subyek dan obyek penelitian yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peneliti. Jenis data yang dimaksud adalah semua data yang berkaitan dengan dakwah muhammadiyah yang dilakukan oleh pimpinan daerah muhammadiyah, majelis dan lembaga-lembaga yang ada di bawah pimpinan daerah muhammadiyah yang meliputi strategi dakwah, metode dakwah, media dakwah, pelaksanaan dakwah dan respon atau tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan dakwah Muhammadiyah (Fajrie, 2012).

Data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam beberapa kategoi, yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1. Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data dan Sumbernya

(14)

1 Administrasi batas wilayah BPS Data pendakwah PWM/PDM 2 Sebaran Kekeringan Hasil Penelitian Ketua Peneliti Penggunaan Air Masyarakat, Pemahaman Keagamaan Angket 3 Peta administrasi

BPS/Bappeda Model Dakwah Wawancara PCM dan jajarannya (terlampir)

b) Pengolahan/analisis Data

Pada metode kualitatif penggunaan pendekatan sosiologis dalam penelitian ini berisi tentang cara pandang atau paradigma dalam memahami agama melalui wawancara yang diekstraksi dari kandungan quran dan as sunnah yang secara general menggambarkan tentang materi dakwah pendakwah di Kabupaten Gorontalo. Adapun untuk data penggunaan air oleh masyarakat diperoleh melalui angket/quesioner sebagai bagian dari pendekatan kuantitatif.

c) Output Penelitian

Hasil analisis data model dakwah dan penggunaan air masyarakat menjadi dasar dalam menyusun penaggulangan masalah kekeringan yang telah ada di Kabupaten Gorontalo. Dari hasil ini kemudian akan dirumuskan rekomendasi model dakwah yang mampu mengubah pola pikir masyarakat dalam penggunaan air ataupun mengelola lahan pertanian khususnya pada kawasan hulu.

mendasi model dakwah yang mampu mengubah pola pikir masyarakat dalam penggunaan air ataupun mengelola lahan pertanian khususnya pada kawasan hulu.

4.3 Rencana Penelitian

Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan peneliti (Hibah Dikti), dimana tingkat kekeringan yang tinggi di DAS Limboto (merupakan daerah administrasi Kabupaten Gorontalo) menjadikan lokasi ini membutuhkan penanganan khusus. Kondisi Kecamatan Bongomeme (DAS Kecil Batulayar) adalah DAS terparah yakni dengan debit air terkecil diantara DAS Kecil lainnya dalam DAS Limboto. Dalam perspektif peneliti ini merupakan hal yang memprihatinkan dan tantangan sulit. Dimana tidak mudah untuk merubah kebiasaan masyarakat dalam bersikap semena-mena menuju pada sikap arif terhadap

(15)

penggunaan air. Melalui pendekatan keagamaan dimana dakwah merupakan salahsatu aspek kultural yang diharapkan akan mampu merubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat, peneliti berharap akan adanya keberlanjutan lingkungan khususnya di daerah penelitian.

(16)

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 HASIL

A. Model Dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dalam Upaya Mitigasi Bencana Kekeringan.

Desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah desa dengan berbagai fungsi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada kawasan hulu desa yang menjadi sampel adalah Desa Batuloreng, Molanihu dan Tohupo sedangkan kawasan tengah adalah Desa Upomela dan Desa Molopatodu sedangkan untuk kawasan hilir desa yang menjadi sampel adalah Desa Dulamayo. Berdasarkan data pendakwah yang diperoleh dari PDM Kabupaten Gorontalo maka terdapat 4 pendakwah yang aktif di Kecamatan Bongomeme yang menjadi lokasi penelitian ini (Lihat Grafik 1- Grafik 4).

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu 0 0,51 1,5 2 Ay at Q u ra n Al -B aq ar ah 2 2 Al B aq ar ah 1 64 Al Imr an 9 9 Al Ha jj 5 Ha d its B u kh ar i n o . 1 9 8 M u sl im n o . 3 2 5 H. R Ib n u M aj ah Al -Ha ki m Ad h -D h iy a Al -M aq d is i

Pendakwah 1

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

Grafik 1. Pendakwah 1 Muhammadiyah

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu 0 0,51 1,52 Ay at Q u ra n Al -B aq ar ah 2 2 Al B aq ar ah 1 64 Al Imr an 9 9 Al Ha jj 5 Ha d its B u kh ar i n o .… M u sl im n o . 3 2 5 H. R Ib n u M aj ah Al -Ha ki m Ad h -D h iy a Al -M aq d is i

Pendakwah 2

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

(17)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan diperoleh tingkat pemahaman pendakwah tentang materi terkait kekeringan berdasarkan dalil quran dan hadits yakni rata-rata berada tingkat “tidak tahu” merupakan presentasi tertinggi dan tingkat “cukup tahu” pada nilai terkecil. Adapun tidak terdapatnya tingkat “tahu” mengindikasikan bahwa materi dakwah muhammadiyah memang tidak menekankan pada nilai-nilai penghamatan air. Mengingat akan pentingnya pola pikir masyarakat kawasan hulu utamanya, maka pendakwah seharusnya bisa mengekstraksi quran dan hadit guna merespon bencana kekeringan yang telah ada di kecamatan ini.

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu 0 0,5 1 Al -B aq ar ah 2 2 Al B aq ar ah 1 64 Al Imr an 9 9 Al Ha jj 5 Ha d its B u kh ar i n o . 1 9 8 M u sl im n o . 3 2 5 H. R Ib n u M aj ah Al -Ha ki m Ad h -D h iy a Al -M aq d is i

Pendakwah 3

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Pendakwah 4

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

Grafik 3. Pendakwah 3 Muhammadiyah

(18)

B. Tingkat Kesadaran Masyarakat Mengenai Agamanya dan Dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

a. Tingkat Kesadaran Masyarakat Mengenai Agamanya

Desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah desa dengan berbagai fungsi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada kawasan hulu desa yang menjadi sampel adalah Desa Batuloreng, Molanihu dan Tohupo sedangkan kawasan tengah adalah Desa Upomela dan Desa Molopatodu sedangkan untuk kawasan hilir desa yang menjadi sampel adalah Desa Dulamayo. Berdasarkan data angket yang diperoleh diperoleh minimnya tingkat pengetahuan dan penerapan nilai-nilai agama islam dalam kehidupan sehari-hari terutama pada daerah-daerah hulu (dataran tinggi).

Berdasarkan Grafik 5 dapat diketahui bahwa desa yang berada pada tingkat pemahaman tertinggi mengenai kesadaran akan kewajiban muslim/muslimah atau yang memperoleh nilai 4 adalah 1 desa yang berada pada kawasan hulu dan desa lainnya yang termasuk dalam kawasan tengah dan hilir DAS. Desa ini terdiri dari Desa Dulamayo, Molopatodu dan Tohupo dan Upomela sedangkan pada tingkat terendah atau nilai 1 atau kesadaran akan kewajiban muslim/muslimah kategori “buruk” adalah desa Batuloreng dan Desa Molanihu dimana desa ini merupakan kawasan hulu terluas dalam daerah penelitian.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Tohupo Upomela Molopatodu Dulamayo Batuloreng Molanihu

Tingkat Kesadaran Masyarakat

Perlakuan terhadap Lahan Pertaniannya Aktif Dalam Kegiatan Keagamaan Kesadaran Kewajiban Muslim/Muslimah

(19)

b. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Dakwah Muhammadiyah

Berdasarkan hasil yang diperoleh, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap dakwah muhammadiyah berbanding lurus dengan tersedianya pendakwah pada masing-masing desa, yakni 2 orang di desa Dulamayo dan Desa Batuloreng (Lihat Lampiran 1). Data ini disajikan dalam grafik berikut.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 4 desa yang termasuk dalam kategori terendah atau masyarakat tidak tahu akan adanya kajian yang dilakukan oleh pendakwah muhammadiyah terutama pada desa yang tidak adanya pendakwah.

C. Analisis Keterkaitan Antara Tingkat Kekeringan dan Model Dakwah Muhammadiyah

Tingkat kekeringan pada penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian peneliti sebelumnya. Dimana DAS Batulayar merupakan salah satu DAS Kecil dalam DAS Limboto yang mempunyai debit air terkecil. Pada penelitian ini tingkat kekeringan dikelompokkan berdasarkan ketersediaan air permukaan dan bawah permukaan tanah. Data yang ada menunjukkan ketersediaan air terkecil terdapat pada sub basin atau das kecil nomor 32. Lokasi ini secara administrasi terletak di Desa Dulamayo. Melihat hasil angket masyarakat dan pendakwah maka dapat dikatakan daerah ini tidak mendapatkan pengetahuan agama (dakwah muhammadiyah) yang mencukupi yakni berdasarkan nilai yang diperoleh masyarakat dan 2 pendakwah yang ada di Desa Dulamayo. Data ini disajikan pada gambar 1 dan 2, dimana tingkat kekeringan turut dipengaruhi oleh tersediannya pendakwah muhammadiyah dan penguasaan materi tentang kekeringan yang masih rendah.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Dakwah Muhammadiyah

Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap

Dakwah Muhammadiyah

Tohupo Upomela Molopatodu Dulamayo Batuloreng Molanihu

(20)

Gambar 1. Peta Tingkat Kekeringan DAS Batulayar Kecamatan Bongomeme

(21)

5.2 LUARAN YANG DICAPAI

Penelitian ini akan disempurnakan hingga Bulan Desember 2019 dan TELAH di submit pada jurnal sinta 3 dan insya Allah akan diterbitkan pada bulan Juni 2020. Jurnal cakrawala dikelola oleh Universitas Muhammadiyah Magelang. Berikut kami lampirkan bukti submit jurnal dan naskah .

(22)

B. Naskah

KAJIAN MODEL DAKWAH MUHAMMADIYAH BERDASARKAN TINGKAT KEKERINGAN DI KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Sri Rahayu Ayuba1*, Suharia Sarif 1 .

1 Geografi dan Sastra Arab/ Fakultas Sains dan Teknologi dan Ilmu Budaya, Universitas

Muhammadiyah Gorontalo, Indonesia *email: srirahayu@umgo.ac.id DOI: https://doi.org/10.31603/cakrawala.v14i1.2679 ABSTRACT Kata Kunci: (Model Dakwah; Pemahaman Masyarakat; Tingkat Kekeringan) Keywords: (Da'wah model; Community Understanding; Drought Level)

Drought is one of the greatest disasters that will be experienced by humans at the end of time. The level of drought in the Limboto watershed (administratively located in Gorontalo District) is in the vulnerable category (Ayuba, 2018) so special handling is needed as an effort to mitigate this disaster. This study aims to (1) determine the Muhammadiyah propaganda model in the District of Bongomeme, Gorontalo Regency (2) determine the community's understanding of the Muhammadiyah propaganda in the District of Bongomeme, Gorontalo District. The use of mixed methods (qualitative and quantitative) forms the basis of this research. In the qualitative method, the data collection of da'wah models is done through observation, interviews and documentation. Whereas quantitative data is carried out through questionnaires. Based on the results of the study obtained a link between the high drought and the level of understanding and application of Islamic religious values and preachers of Muhammadiyah. This is indicated by the value obtained on average 1.75, which means the level of public understanding is still in the bad category. As for the level of mastery of preaching material on drought, a similar value is obtained, which is 1.85, which means that very little material preaching by Muhammadiyah preachers contains about the drought.

ABSTRAK Article Info: Submitted: 19/02/2020 Revised: 10/06/2019 Published: 03/07/2019

Kekeringan adalah salahsatu bencana terdahsyat yang akan dialami manusia pada akhir zaman. Tingkat kekeringan di DAS Limboto (secara administrasi terletak di Kabupaten Gorontalo) berada pada kategori rentan (Ayuba, 2018) sehingga diperlukan penanganan khusus sebagai upaya memitigasi bencana ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui model dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo (2) mengetahui pemahaman masyarakat mengenai dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Penggunaan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) menjadi dasar dalam penelitian ini. Pada metode kualitatif dilakukan pengumpulan data model dakwah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk data kuantitatif dilakukan melalui penyebaran angket. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya kaitan antara tingginya kekeringan dan tingkat pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama islam dan pendakwah muhammadiyah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh rata-rata 1,75 yang artinya tingkat pemahaman masyarakat masih berada di kategori buruk. Adapun untuk tingkat penguasaan materi dakwah tentang kekeringan maka diperoleh nilai yang hampir sama yakni 1,85 yang artinya sangat

(23)

sedikit materi dakwah oleh pendakwah muhammadiyah berisi tentang bencana kekeringan.

PENDAHULUAN

Islam adalah agama pembawa rahmat bagi alam semesta. Dalam islam sumber kebenaran adalah Al- Quran dan as sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah merupakan salahsatu penggerak akan pentingnya beri’tiba pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah melihat pentingnya agama dan sains, dan meyakini bahwa pendidikan adalah sarana untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan iman dan sains menjadi pembeda martabat manusia di mata Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran (Elhady, 2015). Adanya peran muhammadiyah dalam pendidikan diharapkan akan menciptakan perubahan pola pikir yang lebih sustain terhadap lingkungannya (Amirudin, 2016).

Sebelum kemunculan Dajjal bumi akan mengalami kekeringan selama tiga tahun. Bencana dalam Al-Quran telah banyak dijelaskan. Namun demikian hadis Nabi Muhammad sebagai otoritas tertinggi setelah Al Qur'an, yang berfungsi sebagai penjelas (al-bayan), menggambarkan bagaimana bencana tersebut terjadi, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana seharusnya manusia berperilaku menghadapi bencana (Suryadilaga, 2013). Dakwah adalah upaya atau kegiatan yang dilaksanakan oleh umat atau pun jamaa’ah muslim, untuk mengajak umat manusia ke jalan Allah (Islam) sehingga terwujud khoiru ummah (Alfiyah,2014).

Ayuba (2018) menyatakan bahwa pasokan air pada DAS Limboto secara keseluruhan berada pada indeks -3,00 sd -3,99 atau termasuk dalam kategori “Rentan” terhadap kekeringan. DAS Limboto secara administrasi termasuk daerah Kabupaten Gorontalo yang dapat dibagi pada beberapa fungsi kawasan (hulu, tengah dan hilir). Adapun Kecamatan Bongomeme merupakan salahsatu kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang secara ekologis berada pada DAS Kecil Batulayar. Aktivitas manusia dapat secara langsung memicu kekeringan, seperti irigasi besar-besaran dan intensifikasi pertanian dalam skala luas, pembalakan hutan dan erosi yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kemampuan lahan untuk menangkap dan menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya korelasi ataupun hubungan antara model dakwah muhammadiyah dengan potensi bencana kekeringan di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

Penggunaan angket yang mengekstraksi hadits dan isi quran (terkait penggunaan/pengelolaan air) diharapkan mampu menggambarkan model (materi/kandungan) dakwah muhammadiyah serta pemahaman masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan ketersediaan air, yang kemudian akan dilakukan rekomendasi model dakwah yang diharapkan akan mampu mengendalikan tingginya kekeringan yang terjadi di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Kebijakan penanganan bencana dan pelestarian lingkungan, akan lebih efektif dan tepat sasaran dapat diukur dari berubahnya pola pikir masyarakat sebagai kemampuan memitigasi bencana kekeringan di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

(24)

METODE

Desain Penelitian

Penggunaan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) menjadi dasar dalam pengumpulan data ini. Pada metode kualitatif dilakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk data kuantitatif dilakukan melalui penyebaran angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pendekatan sosiologis yang kemudian akan dibandingkan dengan tingkat kekeringan yang telah ada pada masing-masing daerah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo berdasarkan data angket dan wawancara yang diperoleh.

Tahapan Penelitian

Pemahaman agama dapat dilihat dalam kehidupan keluarga yang masih awam dengan kehidupan tradisional, baik dari segi aspek intensitas keberagamaan yang dimiliki masih awam, cara atau metode dalam beragama lebih menekankan pada aspek emosional, serta pola perilaku beragamanya cenderung pada kelakuan lahiriyah (eksoteris) dan sikap dalam beragama kental dengan nuansa trandisional (Djamal, 2017). Penelitian ini, selain mengkaji model dakwah juga akan mengkaji pengetahuan masyarakat hulu, tengah dan hilir terhadap agama islam khususnya yang memuat pengelolaan air dan cara bercocok tanam. Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain:

d) Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data menggunakan kuesioner, peneliti terlebih dahulu melakukan perumusan pertanyaan yang disusun menggunakan ayat-ayat quran dan kutipan hadits yang menggambarkan tentang bencana kekeringan. Jenis data yang dicari adalah segala pernyataan subyek dan obyek penelitian yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peneliti. Jenis data yang dimaksud adalah semua data yang berkaitan dengan dakwah muhammadiyah yang dilakukan oleh pimpinan daerah muhammadiyah, majelis dan lembaga-lembaga yang ada di bawah pimpinan daerah muhammadiyah yang meliputi strategi dakwah, metode dakwah, media dakwah, pelaksanaan dakwah dan respon atau tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan dakwah Muhammadiyah (Fajrie, 2012).

Data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam beberapa kategoi, yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data dan Sumbernya

(25)

1 Administrasi batas wilayah BPS Data pendakwah PWM/PDM 2 Sebaran Kekeringan Hasil Penelitian Ketua Peneliti Penggunaan Air Masyarakat, Pemahaman Keagamaan Angket 3 Peta administrasi

BPS/Bappeda Model Dakwah Wawancara PCM dan jajarannya (terlampir)

e) Pengolahan/analisis Data

Pada metode kualitatif penggunaan pendekatan sosiologis dalam penelitian ini berisi tentang cara pandang atau paradigma dalam memahami agama melalui wawancara yang diekstraksi dari kandungan quran dan as sunnah yang secara general menggambarkan tentang materi dakwah pendakwah di Kabupaten Gorontalo. Adapun untuk data penggunaan air oleh masyarakat diperoleh melalui angket/quesioner sebagai bagian dari pendekatan kuantitatif.

f) Output Penelitian

Hasil analisis data model dakwah dan penggunaan air masyarakat menjadi dasar dalam menyusun penaggulangan masalah kekeringan yang telah ada di Kabupaten Gorontalo. Dari hasil ini kemudian akan dirumuskan rekomendasi model dakwah yang mampu mengubah pola pikir masyarakat dalam penggunaan air ataupun mengelola lahan pertanian khususnya pada kawasan hulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(26)

Desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah desa dengan berbagai fungsi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada kawasan hulu desa yang menjadi sampel adalah Desa Batuloreng, Molanihu dan Tohupo sedangkan kawasan tengah adalah Desa Upomela dan Desa Molopatodu sedangkan untuk kawasan hilir desa yang menjadi sampel adalah Desa Dulamayo. Berdasarkan data pendakwah yang diperoleh dari PDM Kabupaten Gorontalo maka terdapat 4 pendakwah yang aktif di Kecamatan Bongomeme yang menjadi lokasi penelitian ini (Lihat Grafik 1- Grafik 4).

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu 0 0,51 1,5 2 Ay at Q u ra n Al -B aq ar ah 2 2 Al B aq ar ah 1 64 Al Imr an 9 9 Al Ha jj 5 Ha d its B u kh ar i n o . 1 9 8 M u sl im n o . 3 2 5 H. R Ib n u M aj ah Al -Ha ki m Ad h -D h iy a Al -M aq d is i

Pendakwah 1

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu 0 0,51 1,5 2 Ay at Q u ra n Al -B aq ar ah 2 2 Al B aq ar ah 1 64 Al Imr an 9 9 Al Ha jj 5 Ha d its B u kh ar i n o . 1 9 8 M u sl im n o . 3 2 5 H. R Ib n u M aj ah Al -Ha ki m Ad h -D h iy a Al -M aq d is i

Pendakwah 2

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

Grafik 2. Pendakwah 2 Muhammadiyah Grafik 1. Pendakwah 1 Muhammadiyah

(27)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan diperoleh tingkat pemahaman pendakwah tentang materi terkait kekeringan berdasarkan dalil quran dan hadits yakni rata-rata berada tingkat “tidak tahu” merupakan presentasi tertinggi dan tingkat “cukup tahu” pada nilai terkecil. Adapun tidak terdapatnya tingkat “tahu” mengindikasikan bahwa materi dakwah muhammadiyah memang tidak menekankan pada nilai-nilai penghamatan air. Mengingat akan pentingnya pola pikir masyarakat kawasan hulu utamanya, maka pendakwah seharusnya bisa mengekstraksi quran dan hadit guna merespon bencana kekeringan yang telah ada di Kecamatan Bongomeme.

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu 0 0,5 1 Al -B aq ar ah 2 2 Al B aq ar ah 1 64 Al Imr an 9 9 Al Ha jj 5 Ha d its B u kh ar i n o . 19 8 M u sl im n o . 3 2 5 H. R Ib n u M aj ah Al -Ha ki m Ad h -D h iy a Al -M aq d is i

Pendakwah 3

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Pendakwah 4

Tingkat Pemahaman Tahu Tingkat Pemahaman Cukup Tahu Tingkat Pemahaman Tidak Tahu

Grafik 3. Pendakwah 3 Muhammadiyah

(28)

b. Tingkat Kesadaran Masyarakat Mengenai Agamanya dan Dakwah Muhammadiyah di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo.

Desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah desa dengan berbagai fungsi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada kawasan hulu desa yang menjadi sampel adalah Desa Batuloreng, Molanihu dan Tohupo sedangkan kawasan tengah adalah Desa Upomela dan Desa Molopatodu sedangkan untuk kawasan hilir desa yang menjadi sampel adalah Desa Dulamayo. Berdasarkan data angket yang diperoleh diperoleh minimnya tingkat pengetahuan dan penerapan nilai-nilai agama islam dalam kehidupan sehari-hari terutama pada daerah-daerah hulu (dataran tinggi).

Berdasarkan Grafik 5 dapat diketahui bahwa desa yang berada pada tingkat pemahaman tertinggi mengenai kesadaran akan kewajiban muslim/muslimah atau yang memperoleh nilai 4 adalah 1 desa yang berada pada kawasan hulu dan desa lainnya yang termasuk dalam kawasan tengah dan hilir DAS. Desa ini terdiri dari Desa Dulamayo, Molopatodu dan Tohupo dan Upomela sedangkan pada tingkat terendah atau nilai 1 atau kesadaran akan kewajiban muslim/muslimah kategori “buruk” adalah desa Batuloreng dan Desa Molanihu dimana desa ini merupakan kawasan hulu terluas dalam daerah penelitian.

Grafik 5. Tingkat Kesadaran Masyarakat akan penerapan agamanya 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Tohupo Upomela Molopatodu Dulamayo Batuloreng Molanihu

Tingkat Kesadaran Masyarakat

Perlakuan terhadap Lahan Pertaniannya Aktif Dalam Kegiatan Keagamaan Kesadaran Kewajiban Muslim/Muslimah

(29)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap dakwah muhammadiyah berbanding lurus dengan tersedianya pendakwah pada masing-masing desa, yakni 2 orang di desa Dulamayo dan Desa Batuloreng (Lihat Lampiran 1). Data ini disajikan dalam grafik 6.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 4 desa yang termasuk dalam kategori terendah atau masyarakat tidak tahu akan adanya kajian yang dilakukan oleh pendakwah muhammadiyah terutama pada desa yang tidak adanya pendakwah.

c. Analisis Keterkaitan Antara Tingkat Kekeringan dan Model Dakwah Muhammadiyah Tingkat kekeringan pada penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian peneliti sebelumnya. Dimana DAS Batulayar merupakan salah satu DAS Kecil dalam DAS Limboto yang mempunyai debit air terkecil. Pada penelitian ini tingkat kekeringan dikelompokkan berdasarkan ketersediaan air permukaan dan bawah permukaan tanah. Data yang ada menunjukkan ketersediaan air terkecil terdapat pada sub basin atau das kecil nomor 32. Lokasi ini secara administrasi terletak di Desa Dulamayo. Melihat hasil angket masyarakat dan pendakwah maka dapat dikatakan daerah ini tidak mendapatkan pengetahuan agama (dakwah muhammadiyah) yang mencukupi yakni berdasarkan nilai yang diperoleh masyarakat dan 2 pendakwah yang ada di Desa Dulamayo. Data ini disajikan pada gambar 1 dan 2, dimana tingkat kekeringan turut dipengaruhi oleh tersediannya pendakwah muhammadiyah dan penguasaan materi tentang kekeringan yang masih rendah.

Grafik 6. Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap dakwah Muhammadiyah 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Dakwah Muhammadiyah

Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap

Dakwah Muhammadiyah

(30)

Gambar 1. Peta Tingkat Kekeringan DAS Batulayar Kecamatan Bongomeme

(31)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya kaitan antara tingginya kekeringan dan tingkat pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama islam oleh masyarakat dan pendakwah muhammadiyah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh rata-rata 1,75 yang artinya tingkat pemahaman masyarakat masih berada di kategori buruk. Adapun untuk tingkat penguasaan materi dakwah tentang kekeringan maka diperoleh nilai yang hampir sama yakni 1,85 yang artinya sangat sedikit materi dakwah oleh pendakwah muhammadiyah berisi tentang bencana kekeringan. Melalui model dakwah yang berbeda atau materi dakwah berdasarkan fungsi kawasan daerah aliran sungai, diharapkan mampu memperkecil potensi kekeringan yang sudah ada. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola pikir masyarakat melalui pendekatan dakwah muhammadiyah pada masyarakat hulu, tengah dan hilir. Misalnya materi dakwah akan. Data ini akan menjadi dasar atau pembanding untuk memperoleh tingkat efektifitas model dakwah yang akan direkomendasikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyatakan terimakasih pada litbang PP Muhammadiyah sebagai sumber pendanaan penelitian 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, 2017. Kekeringan Ekstrim Selama Tiga Tahun Sebelum Kemunculan Dajjal. Ensiklopedi Akhir Zaman. Di download dari: Al Islamu.Com.

Alfiyah, S. 2014. Strategi Dakwah Muhammadiyah Daerah Banyumas. Skripsi. Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Purwokerto

Amirudin, N. 2016. Peran pendidikan al-islam dan kemuhammadiyahan dalam

meningkatkan perilaku keberagamaan Mahasiswa universitas muhammadiyah gresik. Jurnal Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016

Ayuba, S. R. 2018 & Tisen. Klasifikasi Tingkat Kekeringan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto. Jurnal Sains dan Informasi Geografis Vol 1, No 2 (2018). http://dx.doi.org/10.31314/jsig.v1i2.174.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Gorontalo Dalam Angka 2018. ISSN: 0215-6644 No. Publikasi/Publication Number: 75020.1803. Penerbit: BPS Kabupaten Gorontalo Djamal, M.S. 2017. Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan Masyarakat Di Desa

Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Jurnal Adabiyah Vol. 17 Nomor 2/2017

(32)

Elhady, A 2015. Muhammadiyah: A Reform Movement For Empowerment And Enlightenment. Sultan Zainal Abidin, Malaysia Proceedings of ICIC2015

– International Conference on Empowering Islamic Civilization in the 21st Century

e-ISBN: 978-967-13705-0-6

Fajrie, M. 2012. Metode dan Strategi Dakwah Muhammadiyah Di Kabupaten Demak. Tesis. Program Magister Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Harahap, Z.R. 2015. Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup. Jurnal EduTech Vol .1 No 1 Maret 2015 ISSN: 2442-6024 e-ISSN : 2442-706.

Immawani. 2014. Prinsip-Prinsip Muhammadiyah Dalam Mengamalkan Ajaran Islam. Didownload dari:https://immawaniand.wordpress.com/

2014/11/24/prinsip-prinsip-muhammadiyah-dalam-mengamalkan ajaran-islam/. Kodoatie, J. R. dan Sjarief, R. 2010. Tata Ruang Air. ANDI: Yogyakarta Muktamar

Muhammadiyah Ke-47. 2015. Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas. Disampaikan pada Muktamar Muhammadiyah ke-47. Makassar.

Muhammad Alfatih Suryadilaga. 2013. PEMAHAMAN HADIS TENTANG BENCANA

(Sebuah Kajian Teologis terhadap Hadis-hadis

tentang Bencana). https://www.researchgate.net/publication/292436991.

DOI:10.14421/esensia.v14i1. 751.

Narasimhan, B., & Srinivasan, R. (2005). Development and evaluation of Soil Moisture Deficit Index (SMDI) and Evapotranspiration Deficit Index (ETDI) for agricultural drought monitoring. Agricultural and Forest Meteorology,133(14),69 88.

https://doi.org/10.1016/j.agrformet.2005. 07.012

Rohmansyah (bikin). 2017. Kuliah Kemuhammadiyahan. ISBN: 978-602-5450-06- 8UMY083 132385501. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M). Penerbit: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Suhandini, P. 2008. Perilaku masyarakat terhadap penggunaan Dan pelestarian air di lingkungannya. Jurnal Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008.

Tarigan, S. and Junaidi, E. (2015) ‘Accuracy Of Mapwindow and Swat Watershed Model in Simulating Hydrologic Characteristics of Cisadane Watershed, Accuracy of Mapwindow and Swat Watershed Model in Simulating Hydrologic Characteristics of Cisadane Watershed, West Java Indonesia’, Vol. 8 No (February 2015), pp. 155– 176.

(33)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

BAB VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya kaitan antara tingginya kekeringan dan tingkat pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama islam dan pendakwah muhammadiyah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh rata-rata 1,75 yang artinya tingkat pemahaman masyarakat masih berada di kategori buruk. Adapun untuk tingkat penguasaan materi dakwah tentang kekeringan maka diperoleh nilai yang hampir sama yakni 1,85 yang artinya sangat sedikit materi dakwah oleh pendakwah muhammadiyah berisi tentang bencana kekeringan. Berdasarkan hal ini maka peneliti mencoba memberi masukan (dalam diskusi ringan) pada PCM Bongomeme dan jajarannya terkait pentingnya air dan memberikan informasi tentang ayat-ayat quran dan hadits yang berisi tentang pentingnya bijak dalam mengelola dan memanfaatkan air terutama pada masyarakat yang berada di hulu Sub DAS Batuayar. Melalui model dakwah yang berbeda atau materi dakwah berdasarkan fungsi kawasan daerah aliran sungai, diharapkan mampu memperkecil potensi kekeringan yang sudah ada. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola pikir masyarakat melalui pendekatan dakwah muhammadiyah pada masyarakat hulu, tengah dan hilir.

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, 2017. Kekeringan Ekstrim Selama Tiga Tahun Sebelum Kemunculan Dajjal. Ensiklopedi Akhir Zaman. Di download dari: Al Islamu.Com.

Alfiyah, S. 2014. Strategi Dakwah Muhammadiyah Daerah Banyumas. Skripsi. Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Purwokerto

Amirudin, N. 2016. Peran pendidikan al-islam dan kemuhammadiyahan dalam

meningkatkan perilaku keberagamaan Mahasiswa universitas muhammadiyah gresik. Jurnal Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016

Ayuba, S. R. 2018 & Tisen. Klasifikasi Tingkat Kekeringan Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto. Jurnal Sains dan Informasi Geografis Vol 1, No 2 (2018). http://dx.doi.org/10.31314/jsig.v1i2.174.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Gorontalo Dalam Angka 2018. ISSN: 0215-6644 No. Publikasi/Publication Number: 75020.1803. Penerbit: BPS Kabupaten Gorontalo

(34)

Djamal, M.S. 2017. Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan Masyarakat Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Jurnal Adabiyah Vol. 17 Nomor 2/2017

Elhady, A 2015. Muhammadiyah: A Reform Movement For Empowerment And Enlightenment. Sultan Zainal Abidin, Malaysia Proceedings of ICIC2015

– International Conference on Empowering Islamic Civilization in the 21st Century

e-ISBN: 978-967-13705-0-6

Fajrie, M. 2012. Metode dan Strategi Dakwah Muhammadiyah Di Kabupaten Demak. Tesis. Program Magister Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Harahap, Z.R. 2015. Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup. Jurnal EduTech Vol .1 No 1 Maret 2015 ISSN: 2442-6024 e-ISSN : 2442-706.

Immawani. 2014. Prinsip-Prinsip Muhammadiyah Dalam Mengamalkan Ajaran Islam. Didownload dari:https://immawaniand.wordpress.com/

2014/11/24/prinsip-prinsip-muhammadiyah-dalam-mengamalkan ajaran-islam/. Kodoatie, J. R. dan Sjarief, R. 2010. Tata Ruang Air. ANDI: Yogyakarta Muktamar

Muhammadiyah Ke-47. 2015. Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas. Disampaikan pada Muktamar Muhammadiyah ke-47. Makassar.

Muhammad Alfatih Suryadilaga. 2013. PEMAHAMAN HADIS TENTANG BENCANA (Sebuah Kajian Teologis terhadap Hadis-hadis tentang Bencana). https://

www.researchgate.net/publication/292436991. DOI:10.14421/esensia.v14i1. 751. Narasimhan, B., & Srinivasan, R. (2005). Development and evaluation of Soil Moisture Deficit

Index (SMDI) and Evapotranspiration Deficit Index (ETDI) for agricultural drought monitoring. Agricultural and Forest Meteorology,133(14),69 88.

https://doi.org/10.1016/j.agrformet.2005. 07.012

Rohmansyah (bikin). 2017. Kuliah Kemuhammadiyahan. ISBN: 978-602-5450-06- 8UMY083 132385501. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M). Penerbit: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Suhandini, P. 2008. Perilaku masyarakat terhadap penggunaan Dan pelestarian air di lingkungannya. Jurnal Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008.

Tarigan, S. and Junaidi, E. (2015) ‘Accuracy Of Mapwindow and Swat Watershed Model in Simulating Hydrologic Characteristics of Cisadane Watershed, Accuracy of Mapwindow and Swat Watershed Model in Simulating Hydrologic Characteristics

(35)

of Cisadane Watershed, West Java Indonesia’, Vol. 8 No (February 2015), pp. 155– 176.

(36)
(37)
(38)

Draft Wawancara

Hasil Wawancara Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Jajarannya DAS Batulayar Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo

Identitas : Penelitian Dasar Hibah Riset Muh 2019

Peneliti : Sri Rahayu Ayuba, Suharia Sarif

Narasumber 1 : Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kec. Bongomeme

Nama : Abd.M

Alamat : Jl. Nani Hasan Dusun Loiyo Desa Dulamayo Kec Bongomeme

Pendidikan Terakhir : Sarjana

Lama Kerja (Pendakwah) : 12 Tahun

Media Dakwah : WA (80%), FB dan IG (20%)

Materi Dakwah : Mayoritas Tentang Pernikahan

Sumber/Dalil

Tingkat Pemahaman

Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu

Ayat Quran Al-Baqarah 22 2 Al Baqarah 164 2 Al Imran 99 1 Al Hajj 5 1 Hadits Bukhari no. 198 2 Muslim no. 325 1 H.R Ibnu Majah 1 Al-Hakim 1 Adh-Dhiya 1 Al-Maqdisi 1 Narasumber 2 : Pembantu PCM

Nama : AMA (inisial)

Alamat : Desa Batu loreng

Pendidikan Terakhir : S1

Lama Kerja (Pendakwah) : 3 thn

Media Dakwah : Sekitaran desa mjlis tklim, hri2 besar

Materi Dakwah : Narkoba Khamr

Sumber/Dalil

Tingkat Pemahaman

Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu

(39)

Al-Baqarah 22 2 Al Baqarah 164 1 Al Imran 99 1 Al Hajj 5 1 Hadits Bukhari no. 198 1 Muslim no. 325 1 H.R Ibnu Majah 1 Al-Hakim 1 Adh-Dhiya 1 Al-Maqdisi 1 Narasumber 3 : Pembantu PCM Nama : SR Alamat : Ds. Bongohulawa Pendidikan Terakhir : S1

Lama Kerja (Pendakwah) : 3 thun

Media Dakwah : taklim, WA,

Materi Dakwah : radikalisme dn aliran simpangan

Sumber/Dalil

Tingkat Pemahaman

Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu

Ayat Quran Al-Baqarah 22 1 Al Baqarah 164 1 Al Imran 99 1 Al Hajj 5 1 Hadits Bukhari no. 198 1 Muslim no. 325 1 H.R Ibnu Majah 1 Al-Hakim 1 Adh-Dhiya 1 Al-Maqdisi 1 Narasumber 4 : Pembantu PCM Nama : IY

Alamat : Desa Dulamayo

(40)

Lama Kerja (Pendakwah) : ± 3 Tahun

Media Dakwah : Konvensional, WA

Materi Dakwah : Makna Kehidupan

Sumber/Dalil

Tingkat Pemahaman

Tahu Cukup Tahu Tidak Tahu

Ayat Quran Al-Baqarah 22 1 Al Baqarah 164 1 Al Imran 99 1 Al Hajj 5 1 Hadits Bukhari no. 198 1 Muslim no. 325 1 H.R Ibnu Majah 1 Al-Hakim 1 Adh-Dhiya 1 Al-Maqdisi 1

(41)
(42)
(43)
(44)

Gambar

Grafik 1. Pendakwah 1 Muhammadiyah
Grafik 3. Pendakwah 3 Muhammadiyah
Grafik 5. Tingkat Kesadaran Masyarakat akan penerapan agamanya
Grafik 5. Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap dakwah Muhammadiyah
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Peta kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan • Peta kelompok rentan per kecamatan di kabupaten/ kota •

w Tentukan kerabat keluarga atau teman di luar wilayah tempat tinggal anda sebagai pihak yang dapat dihubungi atau dimintai bantuan ketika terjadi bencana dan bicarakan kepada

Setelah mengikuti mata kuliah Nirmana ini, mahasiswa akan dapat membuat disain dan mempresentasikannya ke dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi baik secara konsep tual

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan guru dalam mengembangkan kedisiplinan pada anak usia 3-4 tahun di PAUD Rumah Kita

Laporan keuangan (financial statement) menurut Arif (2008: VII) adalah “informasi yang merangkum seluruh kegiatan atau aktivitas Perusahaan.” Laporan keuangan merupakan

- Setelah Disnaker menerima pencatatan maka Disnaker menawarkan penyelesaian melalui Konsiliasi, Mediasi, atau Arbitrase dengan mengingat kewenangan terhadap bentuk

Melalui PMR (Pendidikan Matematika Realistik) yang berbasis ethnomathematics, siswa diharapkan dapat lebih mengembangkan kreativitasnya dengan memahami implementasi matematika