• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Intoxicasi / Keracunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Intoxicasi / Keracunan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KASUS INTOXICASI/KERACUNAN

I. PENGERTIAN

Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dialirkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia racun mengganggu sistem kardiovaskular, pernapasan sistem saraf pusat, hati, pencernaan (GI), dan ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013).

Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia (Arisman, 2008).

II. ETIOLOGI & KLASIFIKASI

A. KLASIFIKASI

Menurut Arisman, 2008 keracunan dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Keracunan Hidrokarbon

2. Keracunan Makanan 3. Keracunan Bahan Kimia

B. ETIOLOGI

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat.

1. Keracunan Hidrokarbon

Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah, bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api (Arisman, 2008).

(2)

a. Keracunan Jamur

Keracunan setelah memakan jamur belakangan ini sering terjadi. Ada jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin dimana muskarin merupakan zat alkaloid beracun yang menyebebkan paralisis otot dan bereaksi sangat cepat.

b. Keracunan Makanan Kaleng

Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum, terdapat dalam makanan kaleng yang diawetkan dan dikalengkan secara tidak sempurna sehingga tercemar kuman tersebut.

c. Keracunan Jengkol

Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam pada tubuli, ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol. d. Keracunan Ketela Pohon

Dapat terjadi karena ada ketela pohon yang mengandung asam sianida (HCN) atau sianogenik glikosida. Ketela pohon pahit mengandung lebih dari 50mg HCN per 100gr ketela pohon segar.

e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi

Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan keracunan bahan makanan ialah Staphilococcus, Salmonella, Clostridium Botulinum, E. Coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk kedalam makanan cepat memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan tergantung dari virulensi dan banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas (Arisman, 2008).

3. Keracunan Bahan Kimia a. Keracunan Arsen

Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun roma untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan

(3)

sebagai hasil sampingan dari peleburan timah, seng, dan logam lainnya (Arisman, 2008).

b. Keracunan Asam Basa

Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH, NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun untuk memasak seperti cuka bibit (Arisman, 2008).

c. Keracunan Insektisida (Pestisida)

Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh manusia. Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos. Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak maupun inhalasi dan minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida tidak mudah karena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama (Prijanto, 2009).

III. MANIFESTASI KLINIK

1. Gejala Yang Paling Menonjol

Menurut Nurarif & Kusuma 2013, dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC gejala yang paling menonjol pada keracunan meliputi :

a. Kelainan visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat c. Gangguan saluran pencernaan

d. Kerusakan bernafas.

(4)

a. Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.

b. Iritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.

c. Depresi CNS (Central Nervous System) / SSP (Sistem Saraf Pusat) : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma, kadang-kadang disertai kejang.

d. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare (Arisman, 2008). 3. Keracunan Makanan

a. Keracunan Jamur

Gejala klinik : Rasa mual, Muntah, Sakit perut, Mengeluarkan banyak ludah dan keringat, Miosis, Diplopia, Bradikardi sampai konfusi (Kejang).

b. Keracunan Makanan Kaleng

Gejala klinik : Penglihatan kabur, refleks cahaya menurun atau negatif, midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata, Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik, dysphagia, dysarthria, kelumpuhan (general paralyse).

c. Keracunan Jengkol

Gejala klinik : Sakit pinggang, nyeri perut, muntah, hematuria, oliguria sampai anuria dan urin berbau jengkol, dapat terjadi gagal ginjal akut.

d. Keracunan Ketela Pohon

Gejala klinis : Tergantung pada kandungan asam sianida (HCN), kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat, penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak, kejang, lemas, berkeringat, mata menonjol, midriasis, mulut berbusa bercampur darah, warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis.

e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi

Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas (Arisman, 2008).

4. Keracunan Bahan Kimia a. Keracunan Arsen

(5)

Gejala klinis keracunan akut : Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul : Rasa tidak enak dalam perut, bibir terasa terbakar, sukar menelan kemudian disusul sakit pada lambung dengan muntah-muntah dan diare berat, adakalanya terdapat pula : oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus.

Gejala klinis keracunan kronis : Otot-otot lemah, gatal-gatal, pigmentasi, keratosis kulit dan edema (Arisman, 2008).

b. Keracunan Asam Basa

Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena, seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup, saluran pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.

Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang akan menyebabkan stiktura (peradangan pada esofagus karena akumulasi jaringan parut) dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan tepat sangatlah penting (Arisman, 2008).

c. Keracunan Insektisida

Gejala keracunan organofosfat akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan / pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine. Adapun 3 gejala keracunan pestisida golongan organofosfat yaitu :

1) Gejala awal

Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit kepala dan gangguan penglihatan.

2) Gejala Lanjutan

Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.

3) Gejala Sentral

Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma.

4) Kematian, apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan (Prijanto, 2009).

(6)

Masuknya insektisida organofosfat ke gastrointestinalIntoksikasi insektisida organofosfat IV. PATOFISIOLOGI

Organofosfat adalah persenyawaan yang tergolong antikholinesterase. Dampak organofosfat terhadap kesehatan bervariasi, antara lain tergantung dari golongan, intensitas pemaparan, jalan masuk dan bentuk sediaan. Dalam tubuh manusia diproduksi asetikolin dan enzim kholinesterase. Enzim kholinesterase berfungsi memecah asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat. Asetilkolin dikeluarkan oleh ujung-ujung syaraf ke ujung syaraf berikutnya, kemudian diolah dalam Central nervous system (CNS) dan akhirnya terjadi gerakan-gerakan tertentu yang dikoordinasikan oleh otak. Apabila tubuh terpapar organofosfat, maka mekanisme kerja enzim kholinesterase terganggu, dengan akibat adanya ganguan pada sistem syaraf. Ketika pestisida organofosfat memasuki tubuh manusia atau hewan, pestisida menempel pada enzim kholinesterase. Karena kholinesterase tidak dapat memecahkan asetilkholin, impuls syaraf mengalir terus (konstan) menyebabkan suatu twiching yang cepat dari otot-otot dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Pada saat otot-otot pada sistem pernafasan tidak berfungsi terjadilah kematian.

Hadirnya pestisida golongan organofosfat di dalam tubuh juga akan menghambat aktifitas enzim asetilkholinesterase, sehingga terjadi akumulasi substrat (asetilkholin) pada sel efektor. Keadaan tersebut diatas akan menyebabkan gangguan sistem syaraf, baik sistem saraf pusat, sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat asetilkholin yang tidak dihidrolisis. Gangguan ini selanjutnya akan dikenal sebagai tanda-tanda atau gejala keracunan (Prijanto, 2009).

PATH-WAY 6 Penurunan asupan makanan Hambatan aktivikasi enzim asetilkolinesterase (Ache) Respon Psikologis

(7)

Sumber : Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC 2013

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea, kreatinin, glukosa, transaminase hati). EKG, untuk melihat dan memantau kerja dari jantung, Foto toraks/abdomen, untuk melihat apakah terjadi perubahan pada organ pernafasan dan organ pencernaan, Tes toksikologi kuantitatif (Boswick, 1997).

Koping individu tidak efektif kecemasan

pemenuhan informasi Ketidakseimbangannutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Akumulasi asetilkolin

pada ujung saraf

Efek stimulasi nikotinik pada sistem saraf

simpatis

Bronkospasme, hipotensi, bradikardi, miosis, muntah,

berkeringat, diare, sering kencing dan hipersaliva.

Agitasi, gagal nafas, penurunan tingkat kesadaran dan koma Efek stimulasi

muskarinik pada saraf parasimpatis

Efek stimulasi nikotinik muskarinik pada sistem

saraf pusat

Takikardi, Hipertensi, Midriasis

Ketidakefektifan pola nafas Resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan otak

Penurunan aliran udara, hipoksia, penurunan aliran darah sistemik, peningkatan

hilangnya cairan tubuh

Gangguan tidak dapat dikoreksi Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Ketidakseimbangan elektrolit Gagal kardiorespirasi

Kematian Efek akumulasi asetilkolin

pada neuromuskular junction

Kelelahan, Kelemahan

(8)

VI. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala : a. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP b. Gangguan sistem susunan saraf pusat :

1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital 2) Odem otak : beri manitol atau dexametason

c. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang. Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar.

Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.

Pada usia < 12 tahun pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kgBB, IV perlahan dilanjutkan dengan 0,02-0,05mg/kgBB setiap 5-20 menit sampai atropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila :

1) Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan 2) Pupil dilatasi (melebar)

3) Mukosa mulut kering 4) Heart rate meningkat

Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita, atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (kelumpuhan otot) organofosfat

d. Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah.

Obat antiemetik adalah : Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan ini adalah : Domperidon, Ondansentron, Dolasetron (Boswick, 1997).

2. Pengobatan Supportif

Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap dan untuk mencegah serta mengobati 8

(9)

komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru, pneumonia, rhabdomiolisis (kumpulan gejala yang ditimbulkan karena gangguan dalam sel-sel otot), gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan. Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5-1g /kgBB IV, Kejang : diazepam 0,2-0,3mg /kgBB IV (Boswick, 1997).

3. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara : a. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di

tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.

b. Bilas lambung :

1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.

2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.

3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.

4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang (Arisman, 2009).

VII.KEMUNGKINAN DATA FOKUS A. IDENTITAS

a). Identitas Klien

b). Identitas Penanggung Jawab

B. PENGKAJIAN c). Primer Survey

(10)

1).Airway (A) : Kaji apakah terdapat sumbatan karena edema (inflamasi) saluran pernapasan akibat dari keracunan gas (inhalasi) atau reaksi alergi berat.

2). Breathing (B) : Nafas cepat atau lambat, keracunan asetaminofen dapat menyebabkan depresi pusat nafas.

3). Circulation (C) : Kaji jika ada reaksi perdarahan lambung karena keracunan zat korosif atau zat racun lain yang teringesti, kaji jika ada mual-muntah, tanda dehidrasi, diare/GE.

4).Disability (D) : Kaji GCS, penurunan kesadaran akibat racun, reaksi pupil terhadap cahaya, dan dilatasi pupil.

d). Secondary Survey

1). Exposure (E) : Kaji apakah terdapat luka atau lesi luar akibat terpapar racun (tersiram zat kimia).

2). Fluid, Farenheit (F) : Observasi output urine jika terdapat dehidrasi atau tanda-tanda syok (urine output : 1-2cc/kgBB/jam).

3). Get Vital Sign (G) : Kaji tanda-tanda vital, dan perubahanya secara teratur. Lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun.

4). Head To toe, History (H) : Monitoring kerja jantung jika keracunan asetominopen.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/231779366/Askep-Keracunan-Gadar

VIII. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Data Subjuektif :

1. Klien menyatakan sulit untuk bernafas

2. Klien menyatakan merasa

Intoksikasi intektisida organofosfat

Hambatan aktivasi enzim asetilkolinesterase

Ketidakefektifan pola nafas

(11)

seperti tercekik

Data Objektif :

1. Perubahan kedalaman pernafasan

2. Takipnea

3. Suara nafas abnormal

Akumulasi asetilkolin pada ujung saraf

Efek stimulasi nikotinik muskarinik pada sistem saraf

pusat

Agitasi, gagal nafas. Data Subjektif :

1. Klien mengatakan penglihatanya kabur

Data Objektif :

1. pH darah arteri abnormal 2. Dispnea 3. Hipoksia 4. Takikardi 5. Somnolen Intoksikasi intektisida organofosfat

Hambatan aktivasi enzim asetilkolinesterase

Akumulasi asetilkolin pada ujung saraf

Efek stimulasi nikotinik muskarinik pada sistem saraf

simpatis

Takikardi, Hipertensi, Midriasis

Gangguan Pertukaran Gas Data Subjektif : 1. Klien menyatakan kawatir karena perubahan dalam peristiwa hidup. Data Objektif :

1. Perilaku : gelisah, agitasi 2. Affektive: ketakutan, 3. Fisiologis: suara

bergetar, gemetar, peningkatan keringat, 4. Respirasi meningkat, nadi

Masuknya insektisida organofosfat ke GI Intoksikasi insektisida organofosfat Respon psikologis Ansietas

(12)

meningkat, tekanan darah meningkat

Data Subjektif :

1. Klien menyatakan merasa letih,

2. Klien menyatakan mersa lemah,

Data Objektif :

1. Respon terkanan darah abnormal terhadap aktivitas,

2. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas,

Intoksikasi insektisida organofosfat

Efek akumulasi asetilkolin pada neuromuskular junction

Kelelahan, kelemahan fisik

Intoleran aktivitas

IX. Diagnosa Keperawatan (NANDA 2012-2014 & Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC 2013)

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, Ansietas. (00032) Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)

Kelas 4 (Respon Kardiovaskular/Pulmonal)

2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ventilasi-Perfusi. (00030) Domain 3 (Eliminasi dan Pertukaran)

Kelas 4 (Fungsi Pernapasan)

3. Ansietas berhubungan dengan pemajanan toksin. (00146) Domain 9 (Koping/Toleransi Stres)

Kelas 2 (Respon Koping)

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. (00092) Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)

Kelas 4 (Respon Kardiovaskular/Pulmonal)

(13)

X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NIC-NOC)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana TindakanIntervensi Rasional

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, ansietas. Batasan karakteristik : Data Subjuektif :

1. Klien menyatakan sulit untuk bernafas

2. Klien menyatakan merasa seperti tercekik

Data Objektif :

1. perubahan kedalaman pernafasan

2. takipnea

3. suara nafas abnormal

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam pola nafas klien teratur

Kriteria Hasil :

1. Menunjukkan jalan nafas yang paten (Klien tidak merasa tercekik, irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, perafasan, suhu).

1. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. 2. Identifikasi klien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan.

3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.

4. Berikan bronkodilator bila perlu.

5. Monitor TTV.

6. Berikan Terapi oksigen sesuai indikasi.

1. Posisi setengah duduk dapat meringankan kerja dari otot-otot pernafasan,

2. Mengetahui tindakan selanjutnya yang perlu untuk mempermudah klien bernafas,

3. Mengetahui kondisi saluran pernapasan klien,

4. Bronkodilator untuk melebarkan saluran pernapasan untuk pemenuhan O2 yang adekuat, 5. Menunjukkan keadaan / respon

klien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya

6. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh klien.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi.

Batasan Karakteristik : Data Subjektif :

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam pertukaran gas klien kembali normal

1. Monitor TTV

2. Atur posisi klien menjadi semi-fowler

1. Menunjukkan keadaan / respon klien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya

2. Posisi semi-fowler dapat memaksimalkan ventilasi dan meringankan kerja otot-otot

(14)

1. Klien mengatakan penglihatanya kabur

Data Objektif :

1. pH darah arteri abnormal 2. Dispnea

3. Hipoksia 4. Takikardi 5. Somnolen

Kriteria Hasil :

1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal,

2. Tidak ada Sianosis dan Dispnea

3. Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

3.Auskultasi suara nafas. 4. Identifikasi klien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan.

5. Monitor respirasi dan status O2.

6. Kolaborasi untuk pemberian O2 sesuai indikasi.

pernafasan

3. Untuk mengetahui adanya sumbatan jalan nafas atau tidak. 4. Hasil identifikasi dapat

mempermudah klien dalam memenuhi oksigenasinya. 5. Melihat perkembangan status O2

serta untuk menentukan tindakan selanjutnya.

6. Untuk pemenuhan kebutuhan oksigenasi klien.

3. Ansietas berhubungan dengan pemajanan toksin Batasan Karakteristik : Data Subjektif : 1. Klien menyatakan kawatir karena perubahan dalam peristiwa hidup. Data Objektif :

1. Perilaku : gelisah, agitasi 2. Affektive: ketakutan, 3. Fisiologis: suara bergetar,

gemetar, peningkatan keringat,

4. Respirasi meningkat, nadi meningkat, tekanan darah

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam ansietas klien berkurang.

Kriteria hasil :

1. Vital sign dalam batas normal.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.

3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

1. Identifikasi tingkat kecemasan.

2. Monitor TTV

3. Bantu klien mengenal situasi yang menyebabkan kecemasan.

4. Dorong klien untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

5. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi.

1. Untuk menentukan tingkat kecemasan klien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2. Menunjukkan keadaan / respon klien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya

3. Klien dapat melakukan latihan nafas dalam agar perasaan cemas berkurang.

4. Dengan mengungkapkan apa yang sedang dirasakan dapat menurunkan tingkat kecemasan. 5. Teknik nafas dalam dapat

memberikan rasa tenang kepada

(15)

meningkat. aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

6. berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

klien

6. kandungan obat langsung berkerja pada otak sehingga mengurangi rasa cemas klien. 4. Intoleran aktivitas berhubungan

dengan kelemahan umum Batasan karakteristik : Data Subjektif :

1. Klien menyatakan merasa letih,

2. Klien menyatakan mersa lemah,

Data Objektif :

1. Respon terkanan darah abnormal terhadap aktivitas. 2. Respon frekuensi jantung

abnormal terhadap aktivitas,

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat kembali beraktivitas Kriteria hasil :

1. Vital sign normal

2. Mampu berpindah dengan atau tanpa alat

3. Status kardiopulmonari adekuat

4. Sirkulasi baik

5. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.

1. Monitor TTV

2. Bantu klien

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu klien untuk

mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek.

4. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifiasi kekurangan dalam berkativitas.

5. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.

1. Menunjukkan keadaan / respon klien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya

2. Untuk mengetahui apa saja yang masih mampu dilakukan klien secara mandiri.

3. Mempermudah klien melakukan aktivitas dengan aman.

4. Untuk menapatkan evaluasi mengenai kegiatan apa yang memerlukan bantuan dan untuk menentukan tindakan yang lebih lanjut.

5. Respon fisik, emosi, sosial dan spiritual yang belum baik harus diperbaiki agar klien memiliki semangat untuk beraktivitas.

(16)

XI. DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2008. Keracunan Makanan:Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta Boswick, J. 1997. Perawatan Gawat Darurat. EGC. Jakarta

Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnose Definition & Clasification, 2012-2014. Oxford. Wiley-Blackwell

Nurarif, H.N & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing. Yogyakarta.

Prijanto, B.T. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

https://www.scribd.com/doc/231779366/Askep-Keracunan-Gadar, diakses tanggal : 16 Februari 2015, Pukul 20.15 WITA.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku pekerja penyemprot pestisida yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan dan gejala keracunan yang ditimbulkan

Jika terbiasa kontak dengan racun dalam jumlah kecil mungkin dapat terjadi toleransi terhadap racun yang sama dalam jumlah relatif besar tanpa menimbulkan gejala keracunan..

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh pasien akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, timbulnya

Hasil penelitian pada petani penyemprot hama membuktikan bahwa terdapat gejala keracunan pestisida yang dilihat dari kadar serum kolinesterase dalam darah petani

Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DENGAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI DESA PEMATANG CERMAI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” ini beserta seluruh

Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup..

HUBUNGAN KETAATAN ATURAN PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP GEJALA KERACUNAN PADA PETANI PADI DI DESA BANDUNGHARJO KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN DELYANA SUKAHAR- 25000118140268