• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyakit trofoblas ganas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "penyakit trofoblas ganas"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Yang disebut sebagai penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai sel – sel trofoblas. Di dalam tubuh wanita, sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang dapat terjadi pada berbagai tahap, tergantung pada tahap gangguan mana itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Demikian pula dengan penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi.

Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna melainkan menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu – minggu pertama kehamilan berupa degenerasi hidropik dari jonjot jorion sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada umumnya penderita akan menjadi baik kembali, tetapi diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari penyakit trofoblas ganas? 1.2.2 Apakah etiologi dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.3 Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit trofoblas ganas? 1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari penyakit trofoblas ganas? 1.2.5 Bagaimana deteksi dini dari penyakit trofoblas ganas? 1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit trofoblas ganas? 1.2.7 Apakah definisi dari kemotrapi?

1.2.8 Apakah tujuan dari kemotrapi? 1.2.9 Apa saja macam macam kemotrapi? 1.2.10 Apa saja syarat keomotrapi?

1.2.11 bagaimana efek samping kempotrapi? 1.2.12 bagaimana cara pemberian kemotrapi?

(2)

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tentang penyakit Trofoblas ganas

1.4 Manfaat

(3)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Penyakit trofoblas ganas adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan sinsiotrofoblas yang menginvasi myometrium, merusak jaringan di sekitarnya dan pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan.

Tumor ganas yang berasal dari jaringan yang mengandung trofoblas, seperti: lapisan trofoblas ovum yang sedang tumbuh, vili dari plasenta, gelembung mola, dan emboli sel-sel trofoblas dimanapun di dalam tubuh.

Keganasan yang terjadi paskakehamilan mola atau non mola, ditandai dengan adanya sel sito dan sel sinsitiotrofoblas yang atipik, tanpa vili korialis di uterus atau jaringan lain.

2.2 Etiologi

Etiologi terjadinya penyakit trofoblas ganas belum jelas diketahui, namun bentuk keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel korion meskipun pertumbuhan dan metastasenya menyerrupai sarcoma.

Namun ada beberapa factor resiko yang berpotensi sebagai etiologi mola hidatidosa parsial dan komplit telah dievaluasi. Dua factor resiko yang telah di tetapkan adalah usia maternal yang ekstrim dan kehamilan mola sebelum nya. Usia maternal yang lanjut atau sangat muda berkolerasi dengan peningkatan kejadian mola hidatidosa. Di bandingkan dengan wanita usia 21-35 tahun, risiko mola komplit 1,9 kali lebih tinggi pada wanita usia >21-35 tahun dan <21 tahun serta 7,5 kali lebih tinggi pada wanita usia >40 tahun. Kehamilan mola sebelumnya merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kehamilan mola berikutnya. Risiko pengulangan kehamilan mola setelah satu kali mola adalah 1%, atau sekitar 10-20 kali pada populasi umum.

2.3 Tanda dan Gejala

1) Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan 2) Terdapat subinvolosio uteri yang dapat juga perdarahan terus menerus 3) Ditemukan uterus membesar dan lembek

(4)

5) Lesi metastase di vagina atau organ lain. 6) Nyeri perut

7) Batuk darah 8) Melena

9) Peninggian tekanan intracranial berupa sakit kepala, kejang, hemiplegia

2.4 Patofisiologi

Kehamilan mola dan neoplasma trofoblastik gestasional semuanya berasal dari trofoblas plasenta. Trofoblas normal tersusun dari sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas, dan trofoblas intermediet. Sinsitiotrofoblas menginvasi stroma endometrium dengan implantasi dari blastokista dan merupakan sebuah tipe sel yang memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG). Fungsi sitotrofoblas adalah untuk menyuplai sinsitium dengan sel-sel sebagai tambahan untuk pembentukan kantong luar yang menjadi vili korion sebagai pelindung kantung korion. Vili korion berbatasan dengan endometrium dan lamina basalis dari endometrium membentuk plasenta fungsional untuk nutrisi fetal-maternal dan membuang sisa-sisa metabolisme. Trofoblas intermediet terletak di dalam vili, tempat implantasi, dan kantong korion. Semua tipe dari trofoblas dapat mengakibatkan penyakit trofoblas gestasional ketika mereka berproliferasi.

Koriokarsinoma

Koriokarsinoma adalah suatu penyakit keganasan yang ditandai dengan hiperplasia trofoblastik abnormal dan anaplasia, ketidakadaan vili korion, perdarahan, dan nekrosis, dengan invasi langsung ke miometrium dan invasi vaskular yang mengakibatkan penyebaran ke tempat-tempat yang jauh, paling sering ke paru, otak, hati, pelvis dan vagina, ginjal, usus, dan limpa. Koriokarsinoma telah dilaporkan berhubungan dengan setiap kejadian kehamilan, Sekitar 25% dari kasus diikuti aborsi atau kehamilan tuba. 25% berhubungan dengan kehamilan preterm atau aterm, dan 50% lainnya timbul

(5)

dari mola hidatidosa, meskipun hanya 2-3% dari mola hidatidosa yang berkembang menjadi koriokarsinoma.

2.5 Klasifikasi

1) Gestasional choriocarcinoma

Adalah karsinoma yang terjadi dari sel sel trofoblas dengan melibatkan sitotrofoblas dan sinsitotrofoblas. Hal ini terjadi dari hasil konsepsi yang berakhir dengan lahir hidup, lahir mati, abortus,kehamilan ektopik, molahidatidosa atau mungkin juga oleh sebab yang tidak diketahui.

2) Non Gestasional choricarsinoma

Suatu tumor ganas trofoblas yang terjadi tanpa di dahului oleh suatu fertilisasi, tetapi berasal dari germ sell ovarium.

2.6 Penatalaksanaan

1) Operatif

Operasi bukanlah terapi utama koriokarsinoma, melainkan hanya sebagai tindakan adjuvant. Pada prinsipnya, fungsi reproduksi haruslah dipertahankan. Namun bila bersifat life saving, maka operasi tidak bisa dihindari.

a. Histerektomi

Dibagi oleh Soper menjadi histerektomi primer (bila dilakukan sebelum pemberian kemoterapi) dan histerektomi sekunder (bila kemoterapi pertama dianggap gagal).

a) Histerektomi dilakukan berdasarkan: 1. indikasi absolut

a. perdarahan per vagina yang tidak terkontrol dengan obat b. perforasi uterus, terutama jika disertai acute abdomen.

2. indikasi relative

a. kegagalan kemoterapi

b. ancaman perforasi uterus, berdasarkan gambaran USG c. uterus lebih besar dari 14 minggu

d. jumlah anak cukup b) Reseksi parsial uterus

(6)

Dilakukan jika massa tumor di uterus tidak terlalu besar, soliter, jelas berkapsul dan penderita masih menginginkan fungsi reproduksinya.

c. Ekstirpasi pada metastasis vulva atau vagina

Teknik yang umum dilakukan adalah dengan membuat pullstring ligation pada dasar tangkai, lalu memotong tangkai di atas ikatan tadi. Teknik ini efektif pada tangkai yang tidak terlalu besar namun sukar dilakukan pada metastasis vagina yang berdasar lebar.

d. Lobektomi atau kraniotomi

dilakukan jika telah bermetastasis ke paru-paru dan otak yang resisten terhadap kemoterapi.

2) Kemotrapi

Adapun indikasi dari dilakukanya kemotrapi : a. Meningkatnya kadar βhCG setelah evakuasi b. Titer βhCG sangat tinggi setelah evakuasi

c. βhCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi

d. Meningginya βhCG setelah 6 bulan setelah evakuasi atau turun tetapi lambat

e. Metastase ke paru paru, vulva,vagina kecuali jika kadar βhCG nya turun

f. Metastase kebagian organ lainya (hepar,otak)

g. Perdarahan vaginal yang berat atau adanya perdarahan gastrointestinal

h. Gambaran histology koriokarsinoma i. besar uterus di bawah 14 minggu

j. tidak ada tanda-tanda perforasi atau ancaman perforasi.

k. wanita muda dengan paritas (kelahiran) rendah, atau yang masih menginginkan anak

l. protokol terapi disesuaikan menurut skor faktor risiko FIGO 3) Radiasi

Setelah diagnosis ditegakkan, whole brain irradiation dengan dosis 3000 cGy haruslah segera diberikan, dalam 10 kali fraksi.

2.7 Definisi Kemotrapi

salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan cara mengganggu fungsi reproduksi sel. dan Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan cara memberikan sesuatu zat atau obat yang berfungsi dan mempunyai khasiat untuk membunuh sel-sel kanker.

(7)

Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker dengan obat kanker dengan cara menghambat proliferasi sel. (Munir, 2005). Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika (zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. Obat-obatan kemoterapi biasanya diberikan melalui suntikan atau infus. Kemoterapi lebih sering diberikan setelah operasi untuk menghilangkan kanker atau menurunkan kemungkinan munculnya kanker kembali.

2.8 Tujuan Kemotrapi

1) Sebagai pengobatan kanker

2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.

3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hiduppasien. 4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.

2.9 Macam macam Kemotrapi

1) Kemoterapi Induksi

Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.

2) Kemoterapi Adjuvan

Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

3) Kemoterapi Primer

Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.

4) Kemoterapi Neo-Adjuvan

Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

(8)

2.10 Syarat Kemotrapi

1) Keadaan umum harus cukup baik, Usia <70 tahun 2) Memahami tujuan dan efek samping yang terjadi

3) Semua hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang normal

4) Mendapat persetujuan baik dari pasien maupun dari keluarga. Hal ini sangat penting, karena kemoterapi merupakan salah satu pengobatan pada kanker yang membutuhkan biaya yang mahal, memiliki efek samping yang sangat besar pada kondisi pasien nantinya, dan termasuk obat yang berbahaya.

2.11 Efek samping

2.11.1 Mual Muntah.

Penyebab mual dan muntah yang diakibatkan dan juga merupakan efek dari pemberian kemoterapi ini adalah karena pengaruh obat kemoterapi yang digunakan tersebut terhadap dinding lambung dan juga bagian otak yang mengontrol muntah.

Cara perawatan kanker atau cara mengatasi efek samping dari mual muntah ini bisa dilakukan dengan :

1. Makan dalam porsi kecil (namun sering).

2. Menghindari makanan yang berlemak dan juga berbau tajam. 3. Minum air yang banyak agar tubuh tidak kekurangan cairan. 4. Jika keadaan bertambah berat, mintalah dokter untukmemberikan

obat untuk mengatasi mual dan muntah tersebut. 2.11.2 Mencret (Diare) dan Sulit BAB.

Tanda gejala penyakit kanker atau lebih tepatnya diare atau mencret akibat kemoterapi ini disebabkan oleh karena pengaruh kemoterapi terhadap sel pelapis usus. Tips mengatasi efek samping kemo ini adalah sebagai berikut:

a. Bila terjadi diare :

Minum banyak air dan juga makan makanan yang lunak seperti halnya pisang, bubur atau pun roti.

b. Bila sulit BAB (sembelit) :

Cara mengatasi sembelit adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah-buahan.

(9)

2.11.3 Rambut Rontok.

Akibat kemoterapi yang mudah dan sering kali kita jumpai pada pasien tekait kanker yang sedang menjalani metode pengobatan kemoterapi ini adalah rambut yang rontok dan mudah rontok. Karena memang kemo bisa menyebabkan terjadinya kerontokan rambut. Dan ini pada umumnya akan bisa tumbuh lagi rambutnya setelah selesai menjalani terapi kemoterapi itu sendiri.

Cara mengatasi rambut rontok adalah dengan :

a. Memilih model rambut yang pendek sehingga kerontokannya tidak terlalu mencolok.

b. Bila pada pasien penyakit kanker wanita bisa juga dengan menggunakan kerudung, selendang. Pada laki-laki bisa dengan memakai topi, sorban atau juga alternatif lainnya dengan memakai rambut palsu untuk dalam rangka menutupi kerontokan rambut tersebut.

2.11.4 Sariawan

Obat kemo bisa juga merusak sel-sel pelapis rongga mulut sehingga menimbulkan sariawan. Cara mengatasi sariawan karena kemo adalah bisa dengan kita melakukan hal-hal seperti :

a. Gosok gigi setiap selesai makan menggunakan sikat gigi berbulu halus.

b. Setelah menggosok gigi berkumurlah dengan 1/2 sendok teh soda kue atau garam yang dicampur dengan satu gelas air.

c. Jangan menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol. d. Memilih makanan lunak atau lembek yang tidak terlalu

merangsang mulut. 2.11.5 Kekurangan Darah

Pengobatan kanker juga bisa mengurangi sel darah merah (sel darah yang mempunyai tugas dan fungsi menghantarkan oksigen keseluruh tubuh). Sehingga efek samping yang dirasakan oleh para pasien yang menjalani pengobatan dan perawatan kanker adalah letih, lesu, lemah, berkunang-kunang sesak dan tanda gejala lainnya. Untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan cara cukup istirahat (karena manfaa tidur adalah besar bagi tubuh manusia), dan juga mengkonsumsi makanan yang bergizi agar mampu melawan keletihan dan kelemahan akibat dari kekurangan darah.

(10)

Karena pengaruh dalam terapi kemo ini akan bisa mengakibatkan penurunan sel darah putih sehingga tubuh akan lebih mudah untuk terserang infeksi dan juga kuman penyakit. Berikut beberapa cara tips mencegah infeksi adalah dengan :

a. Cuci tangan sesering mungkin.

b. Menghindari mereka yang sedang sakit agar tidak tertular.

c. Memakai masker untuk menghindari tertular penyakit pernafasan. 2.11.7 Kelelahan

Perasaan letih akan terjadi karena beberapa sebab diantaranya yaitu karena penyakit kanker itu sendiri, penanganan penyakit, aspek emosional yang terkait dengan kanker dan nyeri kanker, serta karenaanemia (kurang darah). Mengatasi rasa letih tersebut dapat dilakukan dengan cara :

a. Lakukan istirahat di kursi yang nyaman b. Lakukan olahraga ringan seperti berjalan

c. Cobalah melakukan aktifitas ringan yang menyenangkan Mintalah teman atau keluarga untuk membantu melakukan pekerjaan yang berat

d. Hemat tenaga yang dimiliki 2.11.8 Perubahan pada Kulit dan Kuku

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat menyebabkan perubahan pada kulit dan kuku. Kulit mungkin akan berubah menjadi lecet, kering, kemerahan atau adanya rasa nyeri yang tidak nyaman dan mengakibatkan hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi adalah berubahnya warna kulit menjadi lebih gelap daripada sebelumnya. Hal tersebut biasanya terjadi setelah tiga minggu dimulainya pengobatan. Hiperpigmentasi ini akan berkurang setelah 10-12 minggu obat dihentikan. Kuku mungkin akan berubah menjadi kehitaman, kuning atau pecah-pecah.

a. Masalah ringan pada kulit dapat diatasi dengan : a) Gunakan sabun yang lembut untuk kulit

b) Gunakan lotion atau krim kulit yang lembut

c) Hindari penggunaan produk untuk kulit yang mengandung alcohol atau parfum

d) Hindari terkena sinar matahari dalam waktu yang lama

e) Jika berada di luar, gunakan pelembab bibir, krim pencegah sinar matahari (sunblock), pakaian yang panjang dan penutup kepala.

(11)

b. Masalah pada kuku akibat efek samping kemoterapi dapat dikurangi dengan :

a) Kuku dalam keadaan bersih dan pendek

b) Gunakan sarung tangan untuk mencuci, berkebun atau membersihkan rumah

c) Jika masalah kulitdan kuku terus berkembang, konsultasikan dengan dokter

2.11.9 Bengkak

Bengkak dapat disebabkan oleh kemoterapi. Beberapa jenis kanker atau akibat adanya perubahan hormon dapat menyebabkan bengkak baik pada wajah, lengan, tangan, kaki atau perut. Hal-hal yang dapat mengurangi bengkak yaitu :

1) Gunakan stocking atau kaus kaki khusus dapat didiskusikan dengan dokter atau perawat

2) Gunakan pakaian yang tidak ketat

3) Hindari pemakaian alas kaki dengan hak tinggi

4) Tinggikan kaki dengan bantal atau ganjalan lainnya saat duduk atau berbaring Tidak berdiri atau berjalan terlalu lama

5) Hindari makanan dengan kandungan garam tinggi

6) Cek label makanan, jika makanan tersebut mengandung sodium lebih baik dihindari.

2.11.10 Gangguan pada Saraf

Beberapa pasien yang mendapatkan kemoterapi kemungkinan pernah mengalami mati rasa atau lemas pada tangan atau kaki. Gejala yang berhubungan dengan adanya masalah dengan persarafan, diantaranya :

1) Kesulitan fokus terhadap objek, misalnya kesulitan mengancingkan baju

2) Gangguan keseimbangan pada tubuh 3) Kesulitan berjalan

4) Nyeri pada rahang 5) Kehilangan pendengaran

6) Segera konsultasi ke dokter apabila mengalami gangguan tersebut.

2.12 Cara Pemberian kemotrapi

(12)

1) Intra vena (IV)

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.

2) Intra tekal (IT)

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C. 3) Radiosensitizer

yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.

4) Oral

Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.

5) Subkutan dan intramuscular

Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.

6) Topikal 7) intra arterial 8) Intracavity

9) Intraperitoneal/Intrapleural

Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.

2.13 Konsep Teori

Teori manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan masalah-masalah ibu dan anak serta keluarga berencana yang khususnya diberikan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan baik secara individu, keluarga

(13)

maupun masyarakat. Dimana didalam melaksanakan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney (Varney, 2007)

Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney, Penerapan manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan 7 langkah Varney meliputi: a. Langkah I (Tahap Pengumpulan Data Dasar)

Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelviks sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan perawatan saat ini atau dengan meninjau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu (Varney, 2007). Data yang terkumpul bisa berupa data subyektif dan data obyektif

1) Data Subyektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh melalui tanya jawab dengan klien atau anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, alasan dirawat, data kebidanan, data kebiasaan sehari-hari, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan klien (Soepardan, 2008).

a) Identitas (biodata)

Nama : nama pasien harus jelas dan lengkap untuk menghindari kesalahan dalam pemberian terapi. Umur : sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang ditanyakan

untuk mengantisipasi diagnosis masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.

Suku atau bangsa: Merupakan kemungkinan adanya adat dan kebiasaan yang berpengaruh dalam kesehatan.

Agama : berisi mengenai kayakinan ibu yang digunakan untuk mempermudah dalam memberi support mental kepada ibu dan keluarga.

Nama suami : harus ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama.

Pendidikan dan pekerjaan : selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan pekerjaan, baik istri maupun suami, dapat menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis.

Alamat : tempat tinggal pasien harus ditulis dengan lengkap dan jelas. Kejelasan alamat ini diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi.

b) Keluhan Utama

ibu mengeluh nyeri perut yang hebat disertai pusing kepala dan keluar darah.

(14)

Keluhan yang dirasakan klien diperlukan untuk menentukan tindak lanjut dalam memberikan asuhan kebidanan. Keluhan yang biasanya muncul dalam kasus perdarahan uterus disfungsional dapat berupa perdarahan akut dan banyak, perdarahan irreguler dan menoragia (Robe, 2002). c) Data Kebidanan

1) Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi.

2) Status perkawinan ditanyakan untuk mengetahui ibu kawin atau tidak kawin, usia menikah pertama, sudah berapa lama ibu menikah dan berapa kali ibu menikah.

3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu disajikan dalam bentuk table yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur kehamilan selama hamil, tanggal lahir bayi, jenis persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi mengenai jenis kelamin putra putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan anak sekarang, riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas.

4) Riwayat keluarga berencana yang perlu ditanyakan adalah jenis kontrasepsi apa yang pernah dipakai ibu, alasan pemberhentian, lama dan keluhan. Hal tersebut untuk mengetahui apakah perdarahan yang diderita pasien sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi hormonal atau bukan (Hestiantoro, 2007).

d) Data Kesehatan

1). Data kesehatan sekarang adalah keadaan yang dirasakan ibu sekarang dan riwayat penyakit kronis yang sedang diderita ibu, misalnya ibu sedang menderita asma, DM, hipertensi, TBC, hepatitis dan lain-lain.

2). Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya, misalnya DM, hipertensi, jantung, asma, TBC, hepatitis dan lain-lain. 3). Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui

penyakit yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit menular.

4). Riwayat penyakit keturunan dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat penyakit menurun atau memiliki keturunan kembar baik dari keluarga ibu maupun suami.

e) Data Kebiasaan Sehari – hari

1). Nutrisi dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama sakit apakah mengalami perubahan, frekuensi makan dan minum, jenis makanan dan minuman, apakah

(15)

punya makanan pantangan, apakah ibu alergi terhadap suatu makanan.

2). Eliminasi yang meliputi kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna urin, bau urin, konsistensi feses dan keluhan misalnya obstipasi.

3). Istirahat dan tidur perlu ditanyakan frekuensi tidur dalam sehari apakah ada keluhan atau tidak.

4). Personal hygiene ditanyakan untuk mengetahui kebersihan tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas, dan cara membersihkan alat genetalianya.

5). Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual dalam seminggu dan ada atau tidaknya keluhan.

2) Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan lingkungan (Syahlan JH, 2006). Data yang dikaji pada ibu dengan Perdarahan Uterus Disfungsional adalah :

a. Keadaan umum

Pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan umum seperti pemeriksaan status kesadaran dan keadaan umum ibu meliputi pemeriksaan vital sign (Nadi, Suhu, Respirasi dan Tekanan Darah) dan tinggi badan ibu, berat badan ibu serta lingkar lengan atas ibu.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dengan melihat, meraba dan mendengar dimulai dari ujung rambut sampai kaki.

a) Rambut : pola rambut, kerontokan, ada tidaknya infeksi kulit kepala, ketombe, kutu rambut, lesi, bagian yang botak dan karakter umum (misal : kering, berminyak). b) Muka : bentuk, kontur, kesimetrisan, kondisi (pucat, lesu,

segar), ada tidaknya ruam atau lesi dan kelengkapan organ.

c) Mata : ukuran, bentuk dan kesamaan ukuran pupil, warna konjungtiva merah jika tidak anemi dan putih jika anemi, warna sklera putih pada batas normal.

d) Hidung : ada tidaknya sumbatan pada hidung atau polip (kesulitan nafas), perdarahan melalui hidung, kesimetrisan bentuk, dan cedera.

e) Mulut dan gigi : ada tidaknya perdarahan gusi, lesi, nyeri, kesimetrisan bibir, kelengkapan bibir, caries gigi, dan posisi lidah.

f) Telinga : evaluasi pasien tentang ketajaman pendengarannya dan perubahan terbaru terhadap pendengaran, bentuk, kesimetrisan telinga,benjolan dan kebersihan telinga.

(16)

g). Leher : ada tidaknya nyeri atau kekakuan pada leher, pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening, pemebesaran tyroid.

h). Dada : pemeriksaan payudara mengenai bentuk, kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri tekan, menonjol atau tidaknya putting dan hiperpigmentasi areola.

i). Abdomen : kesimetrisan, ukuran, kontur, ada tidaknya lesi, pigmentasi, memar, bekas luka, massa, nyeri tekan, pembesaran organ dalam, kekakuan, dan aktivitas peristaltik.

j). Genetalia : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau, jumlah dan karakter) dan ada tidaknya lesi. Pemeriksaan dalam (vagina toucher dan inspekulo) dikaji untuk mengetahui kondisi vagina urethra, dinding vagina, portio, Orifisium urethra eksterna, korpus uteri, pengeluaran,dan discharge. Pemeriksaan panggul dan kemaluan dengan spekulum, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya trauma atau benda asing (Rayburn, 2001).

c. Data Penunjang

1). Pap Smear, biopsi endometrium, quantitative beta human chorionic gonadotropin (QBHCG), hitung darah lengkap, uji koagulasi, TSH, dan DHEAS bila ada maskulinisasi 2). Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ultrasonografi pelvis

dapat menemukan adanya pembesaran satu atau kedua ovarium.

3). Tes Kehamilan terhadap HCG Suatu tes negativ membantu dalam menyingkirkan kemungkinan kehamilan.

b. Langkah II (Tahap Interpretasi Data)

Interpretasi data menjadi masalah atau diagnosa yang teridentifikasi secara spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnose tetapi dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif kepada pasien (Varney, 2007).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Salmah, 2006). Ditulis secara lengkap berdasarkan anamnesa, data subyektif, pemeriksaan fisik dan diagnosa penunjang.

2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Salmah, 2006)

(17)

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Salmah, 2006). Kebutuhan muncul setelah dilakukan pengkajian (Varney, 2007).

c. Langkah III (Tahap Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah

Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya) Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru adalah suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, pengawasan penuh dan persiapan untuk kejadian apapun. Langkah ini vital untuk perawatan apapun (Varney, 2007).

d. Langkah IV (Tahap Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera) Langkah keempat menggambarkan sifat berkelanjutan dari manajemen proses tidak hanya selama perawatan primer tetapi selama para bidan terus-menerus bersama pasien tersebut. Beberapa data mengindikasikan situasi darurat dimana bidan harus bertindak secepatnya untuk keselamatan ibu, data lain mengindikasikan situasi yang membutuhkan tindakan segera sambil menunggu bantuan dokter, situasi lain tidaklah darurat tapi mungkin membutuhkan konsultasi atau manajemen kolaborasi dengan dokter (Varney, 2007).

e. Langkah V (Tahap Menyusun Rencana Tindakan)

Langkah kelima mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Suatu rencana perawatan yang komprehensif meliputi hal-hal yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang berkaitan. Apapun yang berkaitan dengan aspek apapun dari perawatan harus disetujui oleh kedua pihak baik oleh bidan atau wanita tersebut agar bersifat efektif (Varney, 2007).

f. Langkah VI (Tahap Implementasi)

Langkah keenam adalah pelaksanaan perawatan yang komprehensif. Hal ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atauwanita yang bersangkutan, bidan atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, dia bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaannya. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab mengimplementasikan rencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara berkala, akurat, dan menyeluruh (Varney, 2007).

g. Langkah VII (Tahap Evaluasi)

Langkah terakhir evaluasi adalah salah satu langkah pemeriksaan dari rencana perawatan, apakah kebutuhan ”butuh-bantuan” yang

(18)

teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Rencana dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak terlaksana (Varney, 2007). Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien

Dari hasil evaluasi sebelumnya dapat dilakukan asuhan kebidanan menggunakan langkah SOAP. 7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planing). SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien. Menurut KepMenKes RI No:936/MenKes/SK/VII/2007 adalah sebagai berikut: a. S: Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien, melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

b. O: Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

c. A: Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosa atau masalah.

2) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2,3 dan 4 Varney.

d. P: Planing

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanan berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney.

(19)

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Gestational Trophoblastic Neoplasia High Risk dalam Kemoterapi EMACO II

Nomor Register : 12413454

MRS (Ruang Kandungan) : 27 Mei 2015 jam 11.00 WIB Tanggal pengkajian : 28 Mei 2015 jam 09.00 WIB

Tempat : Ruang Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Oleh : Maulidha Faiqotul Azizah

I. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata/Identitas

Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. A

Umur : 30 tahun Umur : 29 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : wiraswasta Alamat : Takerharjo Solokuro Lamongan

2. keluhan utama

Keluhan utama : Saat ini ibu mengatakan tidak ada keluhan. 3. Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : 30 hari

Banyaknya : sedikit, 2-3x ganti softek tidak penuh

Lamanya : 6-7 hari

Sifat darah : encer

Warna : merah kehitaman

(20)

Fluor albus : -4. Riwayat perkawinan

Berapa kali menikah : 1x Usia pertama menikah : 25 tahun Lamanya pernikahan : 6 tahun 5. Riwayat Obstetri :

1. Hamil anggur, kuret 2x

2. Aterm, normal, rumah sakit, 2800, perempuan, 16 bulan. 6. Riwayat Kesehatan Ibu

Riwayat Kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan tidak mempunyai sakit Hipertensi, Jantung, DM, Hepatitis, Asma, TBC, dan tidak pernah sakit tumor. Ibu mengaku tidak pernah sakit parah hingga harus MRS sebelum hamil anggurnya ini. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pada tahun 2011 ibu merasa hamil muda lalu mengeluh keluar darah dari kemaluan, ibu di periksa ke bidan lalu disarankan untuk ke Dokter kandungan, di dapatkan ibu hamil anggur, dilakukan kuretase pertama, seminggu setelah itu dilakukan kuretase lagi karena dari hasil usg masih ada sisa. Setelah di lakukan kuret kedua ibu sudah dinyatakan bersih dan dapat merencanakan kehamilan lagi setelah satu tahun kemudian.

Bulan april 2015 ibu merasakan nyeri perut yang berkelanjutan, akhirnya ibu memeriksakan diri ke bidan di dapatkan gejala usus buntu, lalu beberapa hari kemudian ibu memeriksakan diri ke klinik di lamongan di dapatkan gejala usus buntu, karna di tambah dengan nyeri kepala juga akhirnya ibu memeriksakan diri ke rumah sakit muhammadiyah lamongan di dapatkan bahwa penyakit yang dulu pernah di alami ibu tumbuh kembali dan menjadi ganas. Akhir nya ibu di rujuk k Poli Rs dr. Soetomo Surabaya ibu disarankan untuk melakukan kemotrapi. Kemotrapi pertama tanggal 3 – 4 – 2015

(21)

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang sakit TBC, HT, Jantung, Asma, Hepatitis, DM, serta tidak ada keturunan gemelli, tidak ada di keluarga ibu yang pernah hamil anggur.

8. Pola Kehidupan sehari-hari

Pola Di Rumah Di Rumah Sakit

Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang, menu sayur, lauk, nasi dan buah. Minum air putih 6-8 gelas/hari .

Nafsu makan ibu menurun, mual (+), muntah (-). Ibu makan dengan diet TKTP 3 x/sehari kadang makan makanan selain porsi dari luar RS. Ibu menghabiskan porsi yang dihidangkan kadang hanya ¾ porsi, minum ± 5-6 gelas sehari.

Aktivitas Ibu tidak bekerja, ibu rumah tangga mengurus pekerjaan rumah dan anak. Ibu tidak pernah bekerja berat.

Ibu beristirahat di tempat tidur.

Istirahat Ibu jarang tidur siang, tidur malam selama 7- 8 jam.

Sejak masuk Rumah Sakit Ibu bisa tidur siang, tidur malam selama 7-8 jam. Eliminasi Ibu BAB 1x/hari lancar,

konsistensi lembek, warna kuning

BAK 4-5x/hari, lancar, warna jernih tidak ada keluhan

BAB 1x/hari lancar, konsistensi lembek, warna kuning

BAK 3-4x/hari, lancar, warna jernih tidak ada keluhan

Personal

Hygiene Ibu mandi 2x/hari, menggosok gigi tiap kali mandi, keramas 2 hari sekali, ganti baju tiap kali kotor .

Ibu mandi 2x/hari, menggosok gigi tiap kali mandi, ganti baju tiap kali kotor.

9. Perilaku yang dapat Mempengaruhi Kesehatan

Ibu mengatakan tidak memiliki binatang peliharaan di rumah, ibu tidak suka minum jamu tradisional dan tidak ada yang merokok di rumah ibu.

10. Psikologis

Ibu mengaku saat ini sudah bisa menerima kondisinya, ibu hanya berharap, dirinya cepat sembuh setelah menjalani kemoterapi.

(22)

1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis Berat Badan : 43,5 kg Tinggi Badan : 147 cm

Luas Permukaan Tubuh (BSA) : 1,333 m2

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 36,4 o C

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

o Kepala

Kulit kepala cukup bersih, rambut tipis/rontok, warna hitam, kebersihan cukup.

o Wajah

Wajah tidak oedem dan tidak pucat, kelopak mata tidak cekung, conjungtiva merah muda, sklera putih.

o Mulut dan gigi

Keadaan mulut bersih, bibir tidak pucat dan tidak kering, tidak ada tanda-tanda infeksi, gigi tidak terdapat caries.

o Leher

Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe, dan tidak ada pembesaran kelenjer tiroid.

o Dada

Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, wheezing (-), ronchi (-), tidak ada retraksi dinding dada, jantung S1/S2 normal, tunggal, murmur (-), gallop (-).

o Abdomen

Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada kembung, tidak ada teraba massa dan tidak ada rasa nyeri di bagian bawah perut di atas shymphisis..

(23)

Vulva dan vagina berwarna kemerahan, kebersihan cukup, tidak ada varises, tidak ada oedem, fluxus (±), fluor (-), tidak ada condiloma lata/acuminate, serta tidak tampak adanya metastase ke vagina.

o Anus

Tidak ada hemoroid

o Ekstrimitas

Atas : Tidak oedem, sudah terpasang fenflon sebelah kanan. Bawah : Tidak oedem, tidak ada varises.

3. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pada tanggal 26 Mei 2015, Hasil Terlampir 4. Advice Dokter : - EMACO II hari 1 - Etoposid 133,23 mg - MTX bolus 133,29 mg - MTX iv drip 266,55 mg - ACT D 0,5 mg - Diet TKTP ANALISA DATA

Ny ’’N’’ P10011 GTN HR dalam kemotrapi EMACO II hari 1

PENATALAKSANAAN

Tanggal 28 Mei 2015

JAM TINDAKAN DAN EVALUASI

09.30 Menginformasikan pada ibu tentang asuhan yang diberikan, ibu mengerti

09.35 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu diet TKTP, 1 porsi habis 09.40 Menjelaskan kepada ibu bahwa kemotrapi ibu kan diberikan

siang nanti pukul 10.40 wib. Ibu mengerti Catatan Perkembangan

(24)

S : Ibu tidak ada keluhan O : KU : baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital : Tensi : 110/70 mmHg Suhu : 36,6°C RR : 20 x/menit Nadi : 82x/menit Konjungtiva merah muda

Mual muntah tidak ada

Advis dokter : EMACO II hri-2

- Etoposide 133,28 mg

- ACT D 0,5 mg

- Pro Injeksi Leucovurin 30/5 jam (02.00)

A : P10011 GTN HR dalam kemotrapi EMACO II hari ke 2

P :

JAM TINDAKAN DAN EVALUASI

22.00 Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi pasien baik, ibu memahami

22.05 Memfasilitasi kebutuhan istirahat ibu, ibu istirahat 30 – 05 -2015

02.00

Memberikan ibu injeksi leucovurin , injeksi telah diberikan

Tanggal 30 mei 2015

S : ibu mengatakan tidak ada keluhan O : ku : baik

TTV : T : 110/80 mmHg N : 84x/menit

S : 37°C RR : 21x/menit

Konjungtiva merah muda Mual Muntah tidak ada Advice Dokter :

EMACO II hari 3

Injeksi leucovurin 15 mg

A : P10011 GTN HR dalam EMACO II hari 3 P :

Jam Tindakan dan Evaluasi

(25)

mengerti.

13. 35 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi pasien diet TKTP, 1 porsi habis. 13.45 Memberikan kemotrapi leucovurin 15 mg secara IM, reaksi tidak

ada

Tanggal : 31 mei 2015

S : ibu mengatakan tidak ada keluhan O : ku : baik

Kesadaran : composmentis

TTV : TD : 110/80 mmHg S : 36,6 °C Nadi : 82x/menit RR : 21x/menit Konjungtiva merah muda

Mual muntah tidak ada Advice dokter :

EMACO I hari 4 Injeksi leucovusin

A : P10011 GTN HR dalam kemotapi EMACO hari ke 4 P :

Jam Tindakan dan Evaluasi

13.45 Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik, ibu mengerti

13. 50 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu diet TKTP , 1 porsi habis 14.00 Memberikan kemotrapi Leucovusin 15 mg secara IM, tidak ada

reaksi Tanggal 01 juni 2015

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun O : ku : baik

Kesadaran : composmentis

TTV : TD : 110/70mmHg S : 37 °C Nadi : 84x/menit RR : 21x/menit Konjungtiva merah muda

Advice dokter :

(26)

Diet TKTP

A : P10011 GTN HR dalam kemotrapi EMACO I hari 5 istirahat P :

Jam Tindakan dan Evaluasi

17.00 Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik, ibu mengerti

17.05 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu diet TKTP, 3/4 porsi habis 17.10 Menjelaskan kepada ibu bahwa kemotrapi hari ini di istirahatkan, ibu

mengerti

17.15 Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi yang tinggi kalori dan tinggi protein untuk ibu, ibu mengerti

(27)

HASIL LABORATURIUM β HCG : 6,70

(28)

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Penyakit Trofoblas Gestasional High Risk dalam Kemoterapi EAMACO II

Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktik dan pembimbing akademik di Ruang Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, Juni 2015 Mahasiswa Maulidha F.A NIM. 1202300006 Mengetahui,

Pembimbing Akademik/ Pembimbing Klinik/ RSUD dr. Soetomo Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya peneliti dalam memberikan motivasi pada siswa, menyampaikan tujuan, membimbing siswa secara sistematis, menyimpulkn materi, memberi evaluasi untuk

Pada penelitian ini hanya menggunakan sumber isolat E.coli, sebaiknya dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan spesies lain yang diisolasi dari air bersih perpipaan

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komitmen organisasi dan budaya organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, dan dari hasil penelitian dapat digunakan

 If only time data that differs from the work schedule is recorded for an employee, this is negative time management.  False 

Kawasan kota tua Jakarta merupakan salah satu kawasan kota tua di Indonesia yang telah melalui tahapan pembangunan dan memiliki sejumlah bagian kawasan kota bersejarah,

Pada laporan ini, yang dimaksud dengan Last Paradise adalah pemahaman yang ingin ditanamkan kepada target sasaran bahwa Kabupaten Raja Ampat merupakan surga terakhir yang ada

Untuk mendapatkan informasi hotel yang tersebar di Indonesia khususnya di wilayah Jakarta, salah satunya melalui media Internet, yang merupakan media informasi yang interaktif

Jadi lingkungan sungai adalah lingkungan atau area di sekitar sungai yang menjadi sebuah pemandangan untuk warga, yang terdapat berbagai jenis.. kekayaan alam lain. Lingkungan