ANALISIS RIIL I
Disusun oleh
Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si.
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
KATA PENGANTAR
Buku ini ditulis dalam rangka pengadaan buku ajar mata kuliah Analisis I, yang merupakan mata kuliah wajib. Buku ini berisi materi yang diperuntukan bagi mahasiswa yang telah mengambil mata Kalkulus I dan Kalkulus II. Topik-topik dalam buku ini sebenarnya sudah dikenal oleh mahasiswa yang telah mengambil kedua mata kuliah tersebut. Hanya saja, materi pada buku ini lebih abstrak, teoritis, dan mendalam. Materi pada buku ini merupakan materi dasar analisis real. Analisis real merupakan alat yang esensial, baik di dalam berbagai cabang dari matematika maupun bidang ilmu-ilmu lain, seperti fisika, kimia, dan ekonomi. Mata kuliah Analisis I adalah gerbang menuju mata kuliah yang lebih lanjut, baik di dalam maupun di luar jurusan Matematika. Jika mata kuliah ini dapat dipahami dengan baik maka mahasiswa mempunyai modal yang sangat berharga untuk memahami mata kuliah lain. Diharapkan, setelah mempelajari materi pada buku ini, mahasiswa mempunyai kedewasaan dalam bermatematika, yang meliputi antara lain kemampuan berpikir secara deduktif, logis, dan runtut, serta memiliki kemampuan menganalisis masalah dan mengomunikasikan penyelesaiannya secara akurat dan rigorous.
Buku ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang himpunan bilangan real. Di dalamnya, dibicarakan tentang sifat aljabar (lapangan), sifat terurut, dan sifat kelengkapan dari himpunan bilangan real. Kemudian, dibahas tentang himpunan bagian dari himpunan bilangan real yang dikonstruksi berdasarkan sifat terurutnya, yang disebut sebagai interval. Dijelaskan pula tentang representasi desimal dari bilangan real dan menggunakannya untuk membuktikan Teorema Cantor. Selanjutnya, bab II berisi tentang barisan bilangan real, yang meliputi definisi dan sifat-sifat barisan, Teorema Bolzano-Weierstrass, kriteria Cauchy, barisan divergen, dan sekilas tentang deret tak hingga. Kemudian, bab III mendiskusikan tentang definisi limit fungsi (termasuk limit sepihak, limit di tak hingga, dan limit tak hingga) dan sifat-sifatnya. Lalu, bab IV membahas kekontinuan fungsi, yang meliputi definisi fungsi kontinu dan sifat-sifatnya, fungsi kontinu pada interval, kekontinuan seragam, serta fungsi monoton dan fungsi invers.
Buku ini masih dalam proses pengembangan dan tentunya masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis membuka diri terhadap saran dan kritik dari pembaca, demi semakin baiknya buku ini sebagai buku ajar mata kuliah wajib Analisis I.
Purwokerto, 29 Juli 2006 Penulis,
Bambang Hendriya Guswanto, S.Si., M.Si. Siti Rahmah Nurshiami, S.Si., M.Si.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I HIMPUNAN BILANGAN REAL 1.1 Sifat Aljabar dari
R
1.2 Sifat Terurut dari
R
1.3. Sifat Kelengkapan dari
R
1.4. Interval
1.5 Representasi Desimal dari Bilangan Real
BAB II BARISAN BILANGAN REAL 2.1 Definisi Barisan Bilangan real 2.2 Sifat-Sifat Barisan Bilangan Real 2.3 Teorema Bolzano-Weierstrass 2.4 Kriteria Cauchy
2.5 Barisan Divergen 2.6 Deret Tak Hingga
BAB III LIMIT FUNGSI 3.1 Titik Timbun
3.2 Definisi Limit Fungsi 3.2 Sifat-Sifat Limit Fungsi
BAB IV KEKONTINUAN FUNGSI 4.1 Definisi Fungsi Kontinu 4.2 Sifat-Sifat Fungsi Kontinu 4.3 Fungsi Kontinu pada Interval 4.4 Kekontinuan Seragam
4.5 Fungsi Monoton 4.6 Fungsi Invers
BAB I
HIMPUNAN BILANGAN REAL
Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dengan sistem bilangan real sebagai suatu sistem matematika yang memiliki sifat-sifat sebagai suatu lapangan yang terurut dan lengkap. Yang dimaksud dengan sistem bilangan real sebagai suatu lapangan di sini adalah bahwa pada himpunan semua bilangan real
R
yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian berlaku sifat-sifat aljabar dari lapangan. Sifat terurut dariR
berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan real, sedangkan sifatnya yang lengkap berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas terkecil. Teorema-teorema dasar dalam kalkulus elementer, seperti Teorema Eksistensi Titik Maksimum dan Minimum, Teorema Nilai Tengah, Teorema Rolle, Teorema Nilai Rata-Rata, dan sebagainya, didasarkan atas sifat kelengkapan dariR
ini. Sifat ini berkaitan erat dengan konsep limit dan kekontinuan. Dapat dikatakan bahwa sifat kelengkapan dariR
mempunyai peran yang sangat besar di dalam analisis real.Bab ini terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab 1.1 membahas sifat lapangan dari
R
. Sub bab 1.2 menjelaskan sifat terurut dariR
, dan di dalamnya dibahas juga tentang konsep nilai mutlak. Pada sub bab 1.3 didiskusikan tentang sifat kelengkapan dariR
. Pada sub bab ini dibahas mengenai sifat Archimedean dan sifat kerapatan dari himpunan bilangan rasional. Selanjutnya, sub bab 1.4, menjelaskan tentang interval, sebagai suatu himpunan bagian dariR
yang dikonstruksi berdasarkan sifat terurut dariR
. Yang terakhir, sub bab 1.5 membahas tentang representasi desimal dari bilangan real. Pada sub bab ini, juga dipaparkan bagaimana membuktikan Teorema Cantor dengan menggunakan konsep representasi desimal dari bilangan real ini. Teorema Cantor mengatakan bahwa himpunanR
merupakan himpunan yang tak terhitung (uncountable).Sifat 1.1 (Sifat Aljabar dari
R
). Pada himpunan bilangan realR
yang dilengkapi operasi penjumlahan (+
) dan operasi perkalian (⋅
) berlaku sifat-sifat, terhadap operasi penjumlahan :T1.
a b
+ = +
b a
untuk setiap a,b∈RT2.
(
a b
+
)
+ = +
c
a
(
b c
+
)
untuk setiap a,b,c∈RT3. Terdapat elemen
0
∈
R
sedemikian sehingga0
+ = + =
a
a
0
a
untuk setiapR
∈
a
T4. Terdapat elemen
− a
∈
R
sedemikian sehingga− + = + −
a a
a
( )
a
=
0
untuk setiapa
∈
R
terhadap operasi perkalian :
K1.
a b
⋅ = ⋅
b a
untuk setiap a,b∈RK2.
(
a b c
⋅
)
⋅ = ⋅
a b c
(
⋅
)
untuk setiap a,b,c∈RK3. Terdapat elemen
1
∈
R
sedemikian sehingga1
⋅ = ⋅ =
a
a
1
a
untuk setiapa
∈
K4. Terdapat elemen
1
/
a
∈
R
sedemikian sehingga(
1/
a a
)
⋅ = ⋅
a
(
1/
a
)
=
1
untuk setiapa
∈
R
,dan
D.
a b c
⋅
(
+
)
= ⋅ + ⋅
a b a c
dan(
b c
+
)
⋅ = ⋅ + ⋅
a
b a c a
untuk setiap a,b,c∈R.Sifat T1 dan K1 merupakan sifat komutatif, sifat T2 dan K2 merupakan sifat asosiatif, sifat T3 dan K3 menunjukkan eksistensi elemen identitas, dan sifat T4 dan K4 menunjukkan eksistensi elemen invers, berturut-turut masing-masing terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Yang terakhir, sifat D merupakan sifat distributif perkalian atas penjumlahan. Sifat T1-T4, K1-K4, dan D yang dipenuhi oleh semua elemen di
R
, menjadikanR
dipandang sebagai suatu lapangan.Terkait dengan elemen identitas 0 (terhadap operasi penjumlahan) dan 1 (terhadap operasi perkalian), kita memiliki fakta bahwa kedua elemen ini merupakan elemen yang unik atau tunggal. Selain itu, perkalian setiap elemen di
R
dengan elemen 0 hasilnya adalah 0. Fakta-fakta ini, secara formal matematis, dapat direpresentasikan dalam teorema berikut ini.Teorema 1.2.
a. Jika z,a∈R dan
z
+ =
a
a
makaz
=
0
.b. Jika
u b
⋅ =
b
dengan u,b∈R danb
≠
0
makau
=
1.
c.a
⋅ =
0
0
untuk setiapa
∈
R
.Bukti.
a. Berdasarkan sifat T3, T4, T2, dan hipotesis
z
+ =
a
a
,( )
(
)
(
) ( )
( )
0
0
z
= + = +
z
z
a
+ −
a
=
z
+
a
+ −
a
= + −
a
a
=
. b. Berdasarkan sifat K1, K2, K3, dan hipotesisu b
⋅ =
b
,b
≠
0
,(
)
(
)
(
) (
)
(
)
1
1/
1/
1/
1
u
= ⋅ = ⋅
u
u b
⋅
b
=
u b
⋅
⋅
b
= ⋅
b
b
=
. c. Berdasarkan sifat K3, D, dan T3,(
)
0
1
0
1 0
1
a
+ ⋅ = ⋅ + ⋅ = ⋅
a
a
a
a
+
= ⋅ =
a
a
.Berdasarkan a., diperoleh bahwa
a
⋅ =
0
0
. ■Selain fakta di atas, kita juga memiliki fakta berikut ini.
Teorema 1.3.
a. Jika a,b∈R,
a
≠
0
, dana b
⋅ =
1
makab
=
1/
a
. b. Jikaa b
⋅ =
0
makaa
=
0
ataub
=
0
.Bukti.
a. Berdasarkan sifat K3, K4, K2, dan hipotesis
a
≠
0
, dana b
⋅ =
1
,(
)
(
)
(
) (
)
(
)
1
1/
1/
1 1/
1/
b
= ⋅ = ⋅
b
b
a
⋅
a
=
b a
⋅
⋅
a
= ⋅
a
=
a
.b. Andaikan
a
≠
0
danb
≠
0
. Akibatnya,(
a b
⋅
)
⋅
(
1/
(
a b
⋅
)
)
=
1
. Berdasarkan hipotesis, yaitua b
⋅ =
0
, dan Teorema 1.2.c., kita memiliki bahwa(
a b
⋅
)
⋅
(
1/
(
a b
⋅
)
)
= ⋅
0 1/
(
(
a b
⋅
)
)
=
0
,Terjadi kontradiksi di sini, yaitu antara pernyataan
(
a b
⋅
)
⋅
(
1/
(
a b
⋅
)
)
=
1
dan(
a b
⋅
)
⋅
(
1/
(
a b
⋅
)
)
=
0
. Dengan demikian, haruslah bahwaa
=
0
ataub
=
0
.■Teorema 1.3.a. mengatakan bahwa eksistensi invers dari suatu elemen di
R
adalah unik. Sedangkan Teorema 1.3.b. mengandung arti bahwa perkalian dua elemen tak nol di
R
tidaklah mungkin menghasilkan elemen nol.Di dalam himpunan bilangan real
R
dikenal pula operasi lain, yaitu operasi pengurangan (−
) dan pembagian (:
). Jika a,b∈R maka operasi pengurangan didefinisikan dengana b
−
:
= + −
a
( )
b
sedangkan operasi pembagian didefinisikan dengana b
: :
= ⋅
a
(
1/
b
)
,b
≠
0
.1.2 SIFAT TERURUT DARI
R
Seperti yang telah disinggung pada pendahuluan bab ini, sifat terurut dari
R
berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan real. Seperti apa kedua konsep tersebut? Di sini, kita akan membahasnya. Terlebih dahulu kita akan membahas konsep kepositifannya.
Sifat 1.4 (Sifat Kepositifan). Terdapat himpunan bagian tak kosong dari
R
, yang dinamakan himpunan bilangan real positifR
+, yang memenuhi sifat-sifat : a. Jikaa
,
b
∈ R
+ maka a+b∈R+.b. Jika
a
,
b
∈ R
+ maka a⋅b∈R+.c. Jika
a
∈
R
maka salah satu diantara tiga hal, yaitu a∈ R+ ,a
=
0
, dan +∈
−a R , pasti terpenuhi.
Sifat 1.4.c. disebut juga sebagai sifat Trichotomy. Sifat ini mengatakan bahwa
R
dibangun oleh tiga buah himpunan yang disjoin. Tiga buah himpunan tersebut adalah himpunan
{
−
a
:
a
∈
R
+}
yang merupakan himpunan bilangan real negatif, himpunan{ }
0
, dan himpunan bilangan real positifR
+. Himpunan{
−
a
:
a
∈
R
+}
bisa juga dituliskan dengan
R
− . Jika a∈ R+ makaa
>
0
dana
dikatakan sebagai bilangan real positif. Jikaa
∈ R
+U
{ }
0
makaa
≥
0
dana
dikatakansebagai bilangan real nonnegatif. Jika a∈ R− maka
a
<
0
dana
dikatakan sebagai bilangan real negatif. Jika −U
{ }
0
∈ R
a
makaa
≤
0
dana
dikatakan sebagai bilangan real nonpositif.Penjumlahan
k
buah suku elemen 1 menghasilkan bilangank
. Himpunan bilangank
yang dikonstruksi dengan cara demikian disebut sebagai himpunan bilangan asli, dinotasikan denganN
. HimpunanN
ini merupakan himpunan bagian dari himpunanR
+. Himpunan ini memiliki sifat fundamental, yakni bahwa setiap himpunan bagian tak kosong dariN
memiliki elemen terkecil. Sifat yang demikian disebut sebagai sifat well-ordering dariN
.Selanjutnya, jika kita ambil sembarang
k
∈
N
maka − ∈k N− . Gabungan himpunanN
,{ }
0
, dan{
−
k k
:
∈
N
}
membentuk suatu himpunan yang disebut sebagai himpunan bilangan bulat, dinotasikan denganZ
. Himpunan bilangan asliN
disebut juga sebagai himpunan bilangan bulat positif, dinotasikan denganZ
+, sedangkan himpunan
{
−
k k
:
∈
Z
}
disebut juga himpunan bilangan bulat negatif, dinotasikan denganZ
−.
Dari himpunan
Z
, kita bisa mengonstruksi bilangan dalam bentukm n
/
, dengan0
n
≠
. Bilangan real yang dapat direpresentasikan dalam bentuk yang demikian disebut sebagai bilangan rasional. Sebaliknya, bilangan real yang tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk itu disebut sebagai bilangan irasional. Himpunan bilangan rasional dinotasikan denganQ
. Dapat dikatakan bahwa himpunan bilangan realR
merupakan gabungan dua himpunan disjoin, himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional. Bilangan 2 dan 0 merupakan contoh bilangan-bilangan rasional, dan dapat ditunjukkan bahwa2
, akar dari persamaan x2=2, merupakan contoh bilangan irasional (lihat Bartle-Sherbert [1]).Sekarang, kita sampai kepada penjelasan tentang konsep ketidaksamaan antara dua bilangan real, sebagai salah satu konsep yang berkaitan dengan sifat terurut dari
R
.Definisi 1.5. Misalkan a,b∈R.
a. Jika a−b∈R+ maka
a
>
b
ataub
<
a
. b. Jika +U
{ }
0
∈
−
b
R
a
makaa
≥
b
ataub
≤
a
.Sifat Trichotomy dari
R
mengakibatkan bahwa untuk sembarang a,b∈R berlaku salah satu daria
>
b
,a
=
b
, ataua
<
b
. Selain itu, dapat ditunjukkan bahwa jikaa
≥
b
dana
≤
b
makaa
=
b
. Dari sifat terurut, dapat juga diperoleh fakta-fakta berikut ini.Teorema 1.6. Misalkan a,b,c∈R. a. Jika
a
>
b
danb
>
c
makaa
>
c
. b. Jikaa
>
b
makaa c
+ > +
b c
.c. Jika
a
>
b
danc
>
0
makaac
>
bc
. Jikaa
>
b
danc
<
0
makaac
<
bc
. d. Jikaab
>
0
makaa
>
0
danb
>
0
, ataua
<
0
danb
<
0
.e. Jika
ab
<
0
makaa
>
0
danb
<
0
, ataua
<
0
danb
>
0
.Bukti Teorema 1.6.a-1.6.b menggunakan definisi 1.5 dan Teorema 1.6.d-1.6.e menggunakan sifat Trichotomy. Bukti Teorema tersebut ditinggalkan sebagai latihan bagi para pembaca.
Jika kita mengambil sembarang
a
>
0
maka 12
a
>
0
dan 1 20
<
a
<
a
. Hal ini mengandung arti setiap kita mengambil bilangan positif pasti selalu didapat bilangan positif lain yang lebih kecil daripadanya. Dengan kata lain, tidak terdapat bilangan positif yang terkecil. Pernyataan ini merupakan maksud dari teorema berikut ini.Teorema 1.7. Jika
a
∈
R
dan0
≤ <
a
ε
untuk setiapε
>
0
makaa
=
0
. Bukti. Andaikana
>
0
. Pilih 12
a
ε
=
. Kita peroleh0
< <
ε
a
. Pernyataan ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa0
≤ <
a
ε
untuk setiapε
>
0
. Dengan demikian, haruslah bahwaa
=
0
. ■Sebelumnya kita telah dikenalkan dengan bilangan real nonnegatif, yaitu elemen dari himpunan +
U
{ }
0
R
. Jikaa
>
0
ataua
=
0
maka jelas bahwa +U
{ }
0
∈ R
a
.Jika
a
<
0
tentunya− >
a
0
, sehingga +U
{ }
0
∈
−
a
R
. Berdasarkan hal tersebut, akan didefinisikan apa yang disebut sebagai nilai mutlak dari suatu bilangan real. Nilai mutlak ini akan “me-nonnegatif-kan” bilangan-bilangan real.Definisi 1.8 (Nilai Mutlak). Nilai mutlak dari bilangan real
a
, dinotasikan dengana
, didefinisikan dengan,
0
:
,
0.
a a
a
a a
≥
=
−
<
Dari Definisi 1.8 tersebut tampak bahwa
a
≥
0
ataua
adalah bilangan nonnegatif untuk setiap bilangan reala
. Sebagai contoh,− =
1
1
,0
=
0
, dan2
=
2
.Nilai mutlak dari bilangan-bilangan real ini memiliki sifat-sifat tertentu, di antaranya seperti yang tertuang dalam fakta berikut ini.
Teorema 1.9.
a.
ab
=
a b
untuk setiap a,b∈R.b. Misalkan
c
≥
0
dana
∈
R
,a
≤
c
jika dan hanya jika− ≤ ≤
c
a
c
.c. Misalkan
c
≥
0
dana
∈
R
,a
≥
c
jika dan hanya jikaa
≥
c
ataua
≤ −
c
. Bukti.a. Jika
a
=
0
ataub
=
0
makaab
=
0
=
0
dana b
=
0
. Jika a b, >0 maka0
ab
>
,a
=
a
, danb
=
b
, sehinggaab
=
ab
dana b
=
ab
. Jikaa
>
0
danb
<
0
makaab
<
0
,a
=
a
, danb
= −
b
, sehinggaab
= −
ab
dan( )
a b
=
a
−
b
= −
ab
. Untuk kasusa
<
0
danb
>
0
, penyelesaiannya serupa dengan kasus sebelumnya.b. Misalkan
a
≤
c
. Untuka
≥
0
, kita peroleha
= ≤
a
c
, sehingga didapat0
≤ ≤
a
c
. Untuka
≤
0
, kita peroleha
= − ≤
a
c
ataua
≥ −
c
, sehingga didapat− ≤ ≤
c
a
0
. Dengan menggabungkan hasil dari kedua kasus tersebut, kita peroleh− ≤ ≤
c
a
c
.Untuk sebaliknya, misalkan
− ≤ ≤
c
a
c
. Hal tersebut mengandung arti− ≤
c
a
dan
a
≤
c
. Dengan kata lain,− ≤
a
c
dana
≤
c
. Lebih sederhana, yang demikian dapat dituliskan sebagaia
≤
c
.c. Misalkan
a
≥
c
. Untuka
≥
0
, kita peroleha
= ≥
a
c
. Untuka
≤
0
, kita peroleha
= − ≥
a
c
ataua
≤ −
c
. Dengan menggabungkan hasil dari kedua kasus tersebut, kita peroleha
≥
c
ataua
≤ −
c
.Untuk sebaliknya, jika
a
≥
c
ataua
≤ −
c
makaa
≥
c
atau− ≥
a
c
. Dengan kata lain,a
≥
c
. ■Perhatikan kembali sifat nilai mutlak yang terdapat pada Teorema 1.9. Untuk yang bagian a., jika
a
=
b
makaa a
=
a
2=
a
2 . Untuk bagian b., jikac
=
a
maka
−
a
≤ ≤
a
a
.Selanjutnya, kita sampai kepada sifat nilai mutlak yang lain, yang dinamakan dengan Ketidaksamaan Segitiga. Ketidaksamaan ini mempunyai kegunaan yang sangat luas di dalam matematika, khususnya di dalam kajian analisis dan aljabar.
Teorema 1.10 (Ketidaksamaan Segitiga). Jika a,b∈R maka
a b
+
≤
a
+
b
dan kesamaan terjadi atau
a b
+
=
a
+
b
jikaa
=
kb
, dengank
>
0
.Bukti. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, jika a,b∈R maka dapat diperoleh bahwa
−
a
≤ ≤
a
a
dan−
b
≤ ≤
b
b
. Jika kedua ketidaksamaan ini kita jumlahkan maka−
(
a
+
b
)
≤ + ≤
a b
a
+
b
ataua b
+
≤
a
+
b
. Bukti untuk pernyataan berikutnya ditinggalkan sebagai latihan bagi para pembaca. ■Lebih jauh, sebagai konsekuensi dari Teorema 1.10, kita memiliki akibat berikut ini.
Akibat 1.11. Jika a,b∈R maka
a
−
b
≤
a b
−
dana b
−
≤
a
+
b
.Bukti. Perhatikan bahwa
a
= − +
a b b
. Dengan menggunakan ketidaksamaan segitiga,a
=
(
a b
−
)
+
b
≤
a b
− +
b
ataua
−
b
≤
a b
−
. Dengan cara yang serupa dapat kita peroleh bahwab
=
(
b a
−
)
+
a
≤
a b
− +
a
. Akibatnya,b
−
a
≤
a b
−
ataua
−
b
≥ − −
a b
. Akhirnya, kita memilikia b
a
b
a b
− − ≤
−
≤
−
ataua
−
b
≤
a b
−
.Selanjutnya, perhatikan bahwa
a b
−
=
a
+ −
( )
b
≤
a
+ − =
b
a
+
b
, berdasarkan ketidaksamaan segitiga. ■Selanjutnya, kita akan melihat bagaimana konsep terurut dari
R
ini diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah ketidaksamaan.Contoh 1.12. Tentukan himpunan penyelesaian dari ketidaksamaan
4
x
− ≥
2
6
. Penyelesaian. Perhatikan bahwa( )
( )
4
x
− =
2
4
x
+ −
2
≥ ⇔
6
4
x
+ −
2
+ ≥ + ⇔
2
6 2
4
x
≥ ⇔ ≥
8
x
2
.Tampak bahwa ketidaksamaan
4
x
− ≥
2
6
dipenuhi oleh semua{
:
2
}
Contoh 1.13. Cari semua penyelesaian dari ketidaksamaan 2
6
x − <x . Penyelesaian. Perhatikan bahwa
(
)(
)
2 2
6
6
0
2
3
0
x
− < ⇔
x
x
− − < ⇔
x
x
+
x
−
<
.Darinya kita peroleh bahwa
x
+ >
2
0
danx
− <
3 0
, ataux
+ <
2
0
danx
− >
3 0
. Untuk kasus yang pertama kita dapatkanx
> −
2
danx
<
3
, atau dengan kata lain− < <
2
x
3
. Untuk kasus yang kedua kita peroleh bahwax
< −
2
danx
>
3
. Perhatikan bahwa pada kasus kedua tersebut tidak ada nilaix
yang memenuhinya. Dengan demikian, ketidaksamaan x2− <x 6 dipenuhi oleh semuax
∈
{
x
∈
R
:
−
2
<
x
<
3
}
. ■Contoh 1.14. Selidiki apakah ketidaksamaan
2
2
2
3
x
x
−
>
+
memiliki penyelesaian.Penyelesaian. Perhatikan bahwa
(
)
2 2 2
3
2
3
8
2
0
0
2
3
2
3
2
3
x
x
x
x
x
x
x
− −
+
−
−
−
> ⇔
> ⇔
>
+
+
+
.Yang demikian berarti
−
3
x
− >
8
0
dan2
x
+ >
3
0
, atau−
3
x
− <
8
0
dan2
x
+ <
3
0
. Untuk kasus yang pertama kita perolehx
< −
8 / 3
danx
> −
3 / 2
. Namun hal itu tidak mungkin terjadi, artinya tidak adax
yang memenuhi. Untuk kasus yang kedua kita perolehx
> −
8 / 3
danx
< −
3/ 2
, atau dengan kata lai n8 / 3
x
3 / 2
−
< < −
. Jadi ketidaksamaan2
2
2
3
x
x
−
>
+
memiliki penyelesaian, dan himpunan semua penyelesaiannya adalah
{
x
∈
R
:
−
8
/
3
<
x
<
−
3
/
2
}
. ■Penyelesaian. Berdasarkan Teorema 1.9.b.,
− <
5
2
x
+ <
1 5
atau− <
6
2
x
<
4
. Darinya kita peroleh− < <
3
x
2
. Jadi himpunan penyelesaiannya adalah{
x
∈
R
:
−
3
<
x
<
2
}
Bisa juga ketidaksamaan tersebut diselesaikan dengan cara lain. Perhatikan bahwa
(
)
2
1,
1/ 2
2
1
2
1 ,
1/ 2.
x
x
x
x
x
+
≥ −
+ =
−
+
< −
jika
jika
Penyelesaiannya dibagi menjadi dua kasus, yaitu :
Kasus I,
x
≥ −
≥ −
≥ −
≥ −
1 2
/
.Kita peroleh
2
x
+ =
1
2
x
+ <
1 5
. Akibatnya,2
x
<
4
ataux
<
2
. Pada kasus ini, himpunan penyelesaian dari2
x
+ <
1
5
adalah{
x
∈
R
:
x
≥
−
1
/
2
} {
I
x
∈
R
:
x
<
2
} {
=
x
∈
R
:
−
1
/
2
≤
x
<
2
}
l. Kasus II,x
< −
< −
< −
< −1 2
/
.Kita peroleh
2
x
+ = −
1
(
2
x
+
1
)
= −
2
x
− <
1 5
. Akibatnya,−
2
x
<
6
ataux
> −
3
. Pada kasus ini, himpunan penyelesaian dari2
x
+ <
1
5
adalah{
x
∈
R
:
x
<
−
1
/
2
} {
I
x
∈
R
:
x
>
−
3
} {
=
x
∈
R
:
−
3
<
x
<
−
1
/
2
}
.Penyelesaian seluruhnya dari
2
x
+ <
1
5
adalah himpunan penyelesaian kasus I digabung dengan himpunan penyelesaian kasus II. Akibatnya, kita dapatkan himpunan penyelesaian keseluruhan dari2
x
+ <
1
5
adalah{
x
∈
R
:
−
3
<
x
<
2
}
. ■Contoh 1.17. Tentukan himpunan penyelesaian dari
x
+
x
+ <
1
2
.Penyelesaian. Sebelum melangkah jauh di dalam menyelesaikan ketidaksamaan tersebut, perhatikan bahwa
,
0
,
0
jika
jika
x
x
x
x
x
≥
=
−
<
dan(
)
1,
1
1
1 ,
1.
jika
jika
x
x
x
x
x
+
≥ −
+ =
−
+
< −
Kasus I,
x
< −
< −
< −
< −1
.Kita peroleh
x
= −
x
danx
+ = −
1
(
x
+
1
)
= − −
x
1
. Akibatnya,(
)
1
1
2
x
+
x
+ = − + − −
x
x
<
atau−
2
x
<
3
ataux
> −
3 / 2
. Pada kasus ini, himpunan penyelesaian darix
+
x
+ <
1
2
adalah{
x
∈
R
:
x
>
−
3
/
2
} {
I
x
∈
R
:
x
<
−
1
} {
=
x
∈
R
:
−
3
/
2
<
x
<
−
1
}
. Kasus II,− ≤
− ≤
− ≤
− ≤
1
x
<
<
<
<
0
.Kita peroleh
x
= −
x
danx
+ = +
1
x
1
. Akibatnya,x
+
x
+ = − +
1
x
(
x
+
1
)
<
2
atau1 2
<
. Ketidaksamaan1 2
<
dipenuhi oleh semuax
∈
R
. Untuk kasus II, himpunan penyelesaian darix
+
x
+ <
1
2
adalah{
x
∈
R
:
−
1
≤
x
<
0
} {
I
x
∈
R
} {
=
x
∈
R
:
−
1
≤
x
<
0
}
. Kasus III,x
≥
≥ 0
≥
≥
.Kita peroleh
x
=
x
danx
+ = +
1
x
1
. Akibatnya,x
+
x
+ = +
1
x
(
x
+
1
)
<
2
atau2
x
<
1
ataux
<
1/ 2
. Untuk kasus III, himpunan penyelesaian darix
+
x
+ <
1
2
adalah{
x
∈
R
:
x
≥
0
} {
I
x
∈
R
:
x
<
1
/
2
} {
=
x
∈
R
:
0
≤
x
<
1
/
2
}
.Dengan menggabungkan himpunan penyelesaian untuk kasus I, kasus II, dan kasus III, diperoleh seluruh nilai
x
∈
R
yang memenuhi ketidaksamaan1
2.
x
+
x
+ <
, yaitu{
x
∈
R
:
−
3
/
2
<
x
<
1
/
2
}
. ■Contoh 1.18. Selidiki apakah ketidaksamaan
x
− +
3
x
+
2
≤
4
memiliki penyelesaian.Penyelesaian. Sebelum melangkah jauh di dalam menyelesaikan ketidaksamaan tersebut, perhatikan bahwa
(
)
3,
3
3
3 ,
3.
jika
jika
x
x
x
x
x
−
≥
− =
−
−
<
dan(
)
2,
2
2
2 ,
2.
jika
jika
x
x
x
x
x
+
≥ −
+ =
−
+
< −
Kasus I,
x
< −
< −
< −
< −2
.Kita peroleh
x
−
3
= −
(
x
−
3
)
= − +
x
3
danx
+
2
= −
(
x
+
2
)
= − −
x
2
. Akibatnya,(
) (
)
3
2
3
2
4
x
− +
x
+
= − +
x
+ − −
x
≤
atau−
2
x
≤
3
ataux
≥ −
3/ 2
. Untuk kasus ini, kita tidak mempunyai penyelesaian darix
− +
3
x
+
2
≤
4
karena{
x
∈
R
:
x
≥
−
3
/
2
} {
I
x
∈
R
:
x
<
−
2
} { }
=
.Kasus II,
− ≤
− ≤
− ≤
− ≤
2
x
<
<
<
<
3
.Kita peroleh
x
−
3
= −
(
x
−
3
)
= − +
x
3
danx
+
2
= +
x
2
. Akibatnya,(
) (
)
3
2
3
2
4
x
− +
x
+
= − +
x
+
x
+
≤
atau5
≤
4
. Pernyataan ini merupakan sesuatu yang mustahil. Jadi untuk kasus ini, kita tidak mempunyai penyelesaian.Kasus III,
x
≥
≥ 3
≥
≥
.Kita peroleh
x
−
3
= −
x
3
danx
+
2
= +
x
2
. Akibatnya,(
) (
)
3
2
3
2
4
x
− +
x
+
=
x
−
+
x
+
≤
atau2
x
≤
5
ataux
≤
5 / 2
. Untuk kasus ini, kita tidak mempunyai penyelesaian darix
− +
3
x
+
2
≤
4
karena{
x
∈
R
:
x
≥
3
} {
I
x
∈
R
:
x
≤
5
/
2
} { }
=
.Secara keseluruhan, kita tidak memiliki solusi untuk ketidaksamaan
3
2
4
x
− +
x
+
≤
. ■1.3 SIFAT KELENGKAPAN DARI
R
Pada subbab ini kita akan membahas sifat ketiga dari
R
, yaitu sifat kelengkapan. Seperti yang telah dikatakan pada pendahuluan bab ini, sifat kelengkapan berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas terkecil. Untuk itu, kita akan bahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan batas atas dari suatu himpunan bilangan real, dan kebalikannya, yaitu batas bawahnya.Definisi 1.19. Misalkan
X
adalah himpunan bagian tak kosong dariR
.a. Himpunan
X
dikatakan terbatas atas jika terdapata
∈
R
sedemikian sehinggaa
≥
x
, untuk setiapx
∈
X
. Bilangan reala
yang demikian disebut sebagai batas atas dariX
.b. Himpunan
X
dikatakan terbatas bawah jika terdapatb
∈
R
sedemikian sehinggab
≤
x
, untuk setiapx
∈
X
. Bilangan realb
yang demikian disebut sebagai batas bawah dariX
.c. Himpunan
X
dikatakan terbatas jikaX
terbatas atas dan terbatas bawah. HimpunanX
dikatakan tidak terbatas jikaX
tidak terbatas atas atau tidak terbatas bawah.Sebagai contoh, perhatikan himpunan
{
x
∈
R
:
x
>
0
}
. Setiap elemen pada himpunan{
b
∈
R
:
b
≤
0
}
merupakan batas bawah dari{
x
∈
R
:
x
>
0
}
. Setiap kita mengambil elemenx
∈
{
x
∈
R
:
x
>
0
}
maka selalu kita dapatkan bahwa1
x
< +
x
, sedangkanx
+
1
∈
{
x
∈
R
:
x
>
0
}
. Yang demikian mengandung arti bahwa tidak adaa
∈
R
sedemikian sehinggaa
≥
x
, untuk setiap{
∈
:
>
0
}
∈
x
x
x
R
. Jadi himpunan{
x
∈
R
:
x
>
0
}
terbatas bawah tetapi tidak terbatas atas, atau juga dapat dikatakan bahwa himpunan tersebut tidak terbatas.Contoh lain, pandang himpunan
{
x
∈
R
:
x
<
1
}
. Himpunan{
a
∈
R
:
a
≥
1
}
merupakan koleksi semua batas atas dari{
x
∈
R
:
x
<
1
}
. Tidak adab
∈
R
sedemikian sehingga
b
≤
x
, untuk semuax
∈
{
x
∈
R
:
x
<
1
}
, karena setiap kita mengambilx
∈
{
x
∈
R
:
x
<
1
}
maka selalu dapat kita peroleh bahwax
− <
1
x
, sedangkanx
−
1
∈
{
x
∈
R
:
x
<
1
}
. Akibatnya, himpunan{
x
∈
R
:
x
<
1
}
tidak mempunyai batas bawah. Jadi himpunan{
x
∈
R
:
x
<
1
}
terbatas atas tetapi tidak terbatas bawah, atau juga dapat dikatakan bahwa himpunan tersebut tidak terbatas.Berdasarkan paparan sebelumnya, himpunan
{
x
∈
R
:
0
<
x
<
1
}
memiliki batas atas dan batas bawah, atau dengan kata lain himpunan tersebut merupakan himpunan terbatas. Dari batas-batas bawahnya, kita dapat memilih batas bawah yang terbesar, yaitu elemen 0. Sedangkan dari batas-batas atasnya, kita dapat memilih batas atas yang terkecil, yaitu elemen 1. Berikut ini adalah definisi secara formal dari batas atas terkecil, disebut supremum, dan batas bawah terbesar, disebut infimum, dari suatu himpunan bilangan real.Definisi 1.20. Misalkan
X
adalah himpunan bagian tak kosong dariR
.a. Misalkan
X
terbatas atas. Elemena
∈
R
dikatakan supremum dariX
jika memenuhi syarat-syarat :(1)
a
adalah batas atas dariX
(2)
a
≤
v
, untuk setiapv
, batas atas dariX
.b. Misalkan
X
terbatas bawah. Elemenb
∈
R
dikatakan infimum dariX
jika memenuhi syarat-syarat :(1)
b
adalah batas bawah dariX
(2)
b
≥
w
, untuk setiapw
, batas bawah dariX
.Selanjutnya, mungkin timbul pertanyaan, apakah perbedaan antara supremum (infimum) dengan maksimum (minimum)? Contoh sebelumnya tentang himpunan
{
x
∈
R
:
0
<
x
<
1
}
, bisa menjadi ilustrasi untuk menjelaskan hal ini. Himpunan{
x
∈
R
:
0
<
x
<
1
}
tidaklah mempunyai minimum dan maksimum, karena tidak adam
,
M
∈
{
x
∈
R
:
0
<
x
<
1
}
sedemikian sehinggam
≤
x
danM
≥
x
, untuk setiapx
∈
{
x
∈
R
:
0
<
x
<
1
}
. Sedangkan untuk supremum dan infimum, himpunan{
x
∈
R
:
0
<
x
<
1
}
memilikinya, yaitu 1 dan 0, masing-masing secara berurutan. Elemen minimum dan maksimum haruslah elemen dari himpunan yang bersangkutan, tetapi elemen infimum dan supremum tidaklah harus demikian. Jadi elemen infimum dan supremum bisa termasuk atau tidak termasuk ke dalam himpunan yang bersangkutan. Himpunan{
x
∈
R
:
0
≤
x
≤
1
}
memiliki infimum dan supremum, yaitu elemen 1 dan 0, yang termasuk ke dalam himpunan{
x
∈
R
:
0
≤
x
≤
1
}
.Selanjutnya, kita akan memberikan formulasi lain dari definisi supremum dan infimum pada definisi 1.20. Kita mulai dengan definisi supremum. Elemen
a
adalah batas atas dari
X
ekuivalen dengana
≥
x
, untuk setiapx
∈
X
. Pernyataana
≤
v
, untuk setiapv
, batas atas dariX
, mengandung arti bahwa jikaz
<
a
makaz
adalah bukan batas atas dariX
. Jikaz
adalah bukan batas atas dariX
maka terdapatx
z∈
X
sedemikian sehinggax
z>
z
. Jadi kita mempunyai fakta bahwa jikaz
<
a
maka terdapatz
x
∈
X
sedemikian sehinggax
z>
z
. Selanjutnya, jika diberikanε
>
0
makaa
− <
ε
a
. Dengan menggunakan fakta sebelumnya, maka terdapatx
ε∈
X
sedemikian sehinggax
ε> −
a
ε
. Jadi kita memperoleh fakta baru, yang ekuivalen dengan fakta sebelumnya, yaitu untuk setiapε
>
> 0
>
>
terdapatx
ε∈
X
sedemikian sehinggax
ε> −
> −
> −
> −
a
ε
. Dengan demikian kita memperoleh fakta-fakta yang ekuivalen dengan definisi 1.20.Teorema 1.21. Elemen
a
∈
R
, batas atas dariX
, himpunan bagian tak kosong dariR
, adalah supremum dariX
jika dan hanya jika apabilaz
<
a
maka terdapatx
z∈
X
sedemikian sehinggax
z>
z
.Teorema 1.22. Elemen
a
∈
R
, batas atas dariX
, himpunan bagian tak kosong dariR
, adalah supremum dariX
jika dan hanya jika untuk setiapε
>
0
terdapatx
ε∈
X
sedemikian sehinggax
ε> −
a
ε
.Fakta-fakta serupa yang berkaitan dengan elemen infimum adalah sebagai berikut.
Teorema 1.23. Elemen
b
∈
R
, batas bawah dariX
, himpunan bagian tak kosong dariR
, adalah infimum dariX
jika dan hanya jika apabilaz
>
b
maka terdapatx
z∈
X
sedemikian sehinggax
z<
z
.Teorema 1.24. Elemen
b
∈
R
, batas bawah dariX
, himpunan bagian tak kosong dariR
, adalah infimum dariX
jika dan hanya jika untuk setiapε
>
0
terdapatx
ε∈
X
sedemikian sehinggax
ε< +
b
ε
.Bukti Teorema 1.23 dan Teorema 1.24 ditinggalkan sebagai latihan bagi para pembaca.
Selanjutnya, mungkin kita mempertanyakan apakah elemen supremum atau infimum tunggal atau tidak. Mari kita kaji masalah ini. Misalkan u,v∈R adalah supremum dari himpunan yang terbatas atas
U
. Untuk menunjukkan bahwa supremum dariU
adalah tunggal, berarti kita harus menunjukkan bahwau
=
v
. Untuk menunjukkannya, perhatikan bahwau
≤
w
danv
≤
w
, untuk setiapw
, batas atas dariU
. Karenau
danv
juga batas atas dariU
, kita memilikiu
≤
v
dan
v
≤
u
. Yang demikian berartiu
=
v
atau supremum dariU
adalah tunggal. Dengan mudah, dapat pula kita tunjukkan bahwa infimum dari suatu himpunan yang terbatas bawah juga tunggal.Berdasarkan semua penjelasan pada subbab ini, kita mempunyai suatu aksioma yang sangat esensial. Aksioma inilah yang dimaksud dengan sifat Kelengkapan dari
R
, atau biasa juga disebut sifat supremum dari .Aksioma 1.25 (Sifat Kelengkapan dari
R
). Setiap himpunan bagian dariR
yang terbatas atas memiliki supremum di
R
.Aksioma tersebut mengatakan bahwa
R
, digambarkan sebagai himpunan titik-titik pada suatu garis, tidaklah “berlubang”. Sedangkan himpunan bilangan-bilangan rasionalQ
, sebagai himpunan bagian dariR
yang juga memenuhi sifat aljabar (lapangan) dan terurut, memiliki “lubang”. Inilah yang membedakanR
dengan
Q
. Karena tidak “berlubang” inilah,R
, selain merupakan lapangan terurut, juga mempunyai sifat lengkap. Oleh karena itu,R
disebut sebagai lapangan terurut yang lengkap. Penentuan supremum dari himpunan{
:
0
,
2
}
:
=
t
∈
t
≥
t
2<
T
Q
bisa dijadikan ilustrasi untuk menjelaskan terminologiakar dari persamaan 2 2
x = , bukanlah bilangan rasional. Bilangan
2
ini merupakan salah satu “lubang” padaQ
. Maksudnya, supremum dariT
∈
Q
adalah
2
yang bukan merupakan elemen dariQ
. Sehingga dapat dikatakan bahwa aksioma kelengkapan tidak berlaku padaQ
. Tetapi jika kita bekerja padaR
, yang demikian tidak akan terjadi.Sekarang, misalkan
V
adalah himpunan yang terbatas bawah, artinya terdapatR
∈
l
sedemikian sehinggal
≤
x
, untuk setiapx V
∈
. Darinya, kita memperoleh bahwa− ≥ −
l
x
, untuk setiapx V
∈
. Dengan demikian, himpunan{
−
x x V
:
∈
}
terbatas atas. Menurut Aksioma 1.25., himpunan{
−
x x V
:
∈
}
memiliki supremum. Misalkans
adalah supremum dari{
−
x x V
:
∈
}
. Yang demikian berartis
≥ −
x
, untuk setiapx V
∈
, dans
≤
r
, untuk setiapr
, batas atas dari{
−
x x V
:
∈
}
. Darinya, kita memiliki− ≤
s
x
, untuk setiapx V
∈
, dan− ≥ −
s
r
, untuk setiapr
, batas atas dari{
−
x x V
:
∈
}
. Dapat ditunjukkan bahwar
batas atas dari{
−
x x V
:
∈
}
jika dan hanya jika−
r
adalah batas bawah dariV
. Jadi kita memiliki− ≤
s
x
, untuk setiapx V
∈
, dan− ≥
s
t
, untuk setiapt
, batas bawah dariV
, atau dengan kata lain,−
s
adalah infimum dari himpunanV
. Berdasarkan penjelasan tersebut, kita memiliki hal yang serupa dengan Aksioma 1.25, yaitu bahwa setiap himpunan bagian dariR
yang terbatas bawah memiliki infimum diR
.Contoh 1.26. Tentukan supremum dari himpunan
S
=
{
x
∈
R
:
x
<
1
}
.Penyelesaian. Kita klaim terlebih dahulu bahwa sup
S
, supremum dariS
, adalah 1. Klaim kita benar jika dapat ditunjukkan bahwa :1. Batas atas dari
S
adalah 1, ataux
≤
1
, untuk setiapx
∈
S
. 2.v
≥
1
, untuk setiapv
, batas atas dariS
.Jelas bahwa 1 adalah batas atas dari
S
. Selanjutnya, misalkanv
<
1
. Perhatikan elemen1/ 2
+
v
/ 2
. Dapat ditunjukkan bahwav
<
1/ 2
+
v
/ 2 1
<
. Artinya, setiap elemenv
<
1
bukanlah batas atas dariS
. Jelas bahwav
batas atas dariS
jikadan hanya jika
v
≥
1
. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa 1 merupakan batas atas terkecil dariS
. Dengan demikian, 1 merupakan supremum dariS
.Selanjutnya, kita akan menggunakan Teorema 1.21 untuk menunjukkan 1 adalah supremum dari
S
. Jikav
<
1
, berdasarkan pembahasan tadi, dengan memilih1/ 2
/ 2
v
s
=
+
v
, kita peroleh bahwas
v∈
S
danv
<
s
v . Jadi 1 merupakansupremum dari
S
.Kita akan coba cara lain untuk menunjukkan bahwa 1 merupakan supremum dari
S
, seperti yang tertulis pada Teorema 1.22. Diberikanε
>
0
. Di sini kita akan memilih apakah adas
ε∈
S
sedemikian sehingga1
− <
ε
s
ε (pemilihans
ε yang demikian tidaklah unik). Jika kita memilihs
ε= −
1
ε
/ 2
maka kita memperoleh apa yang kita harapkan, karena jelas bahwas
ε= −
1
ε
/ 2 1
<
, atau dengan kata lains
ε∈
S
dan1
− <
ε
s
ε= −
1
ε
/ 2
. Yang demikian selalu mungkin untuk sembarang0
ε
>
yang diberikan. Jadi memang 1 adalah supremum dariS
. ■Contoh 1.27. Tentukan infimum dari
I
=
{
x
∈
R
:
x
>
0
}
.Penyelesaian. Kita klaim terlebih dahulu bahwa inf
I
, infimum dariI
, adalah 0. Klaim kita benar jika dapat ditunjukkan bahwa :1. Batas bawah dari
I
adalah 0, atau0
≤
x
, untuk setiapx
∈
I
. 2.w
≤
0
, untuk setiapw
, batas bawah dariI
.Jelas 0 merupakan batas bawah dari
I
. Berikutnya, misalkanw
>
0
. Perhatikan bahwa0
<
w
/ 2
<
w
. Di siniw
/ 2
∈
I
. Artinya, jikaw
>
0
makaw
bukan batas bawah dariI
. Jelas bahwaw
≤
0
jika dan hanya jikaw
adalah batas bawah dariI
. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa 0 adalah batas bawah terbesar dariI
.Berikutnya, kita akan menggunakan Teorema 1.23 untuk menunjukkan 0 adalah infimum dari