PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
(Studi Pada Perguruan Tinggi di Bandar Lampung)
(Skripsi)
Oleh
ULIN NUHA ALFANI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
(Studi Pada Perguruan Tinggi di Bandar Lampung)
Oleh
ULIN NUHA ALFANI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi mahasiswa akuntansi terhadap niat melakukan whistleblowing. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Persepsi Tentang Norma Subyektif, Sikap Terhadap Perilaku, Persepsi Tentang Kontrol Perilaku, Jenis Kelamin, dan Tingkat Indeks Prestasi Kumulatif sebagai variabel independen dan Niat sebagai variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam pengumpulan data. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 330 sampel. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas Lampung, Universitas Bandar Lampung, Universitas Malahayati, Universitas Mitra Lampung, STIE Prasetya Mandiri A2L, dan STIE Gentiaras. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan SPSS 21.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa persepsi tentang norma subyektif dan tingkat indeks prestasi mahasiswa tidak berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing. Sedangkan variabel sikap terhadap perilaku, persepsi kontrol perilaku, dan jenis kelamin mahasiswa berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing.
Kata kunci: Persepsi, norma subyektif, sikap terhadap perilaku, kontrol perilaku, jenis kelamin, tingkat indeks prestasi, mahasiswa akuntansi, whistleblowing.
ABSTRACT
Perception Accounting Students Againts Intention To Do Whistleblowing (Study at Universities in the city Of Lampung)
By
ULIN NUHA ALFANI
This study aimed to analyze the perception of accounting students to do whistleblowing intention. This study used questionaire to gather to needed information. Variabel that used in this study were Perceived Subjective Norm, Attitude Toward, Perceived Behavioral Control, Gender, and Level of GPA as an Independent Variable and Intention as Dependent Variable.
This study used purposive sampling technique for collected the datas. The size of the sample in this study were 330 sample. Respondent in this study were accounting students Lampung of University, Bandar Lampung of University, Malahayati University, Mitra Lampung Unversity, STIE A2L, and STIE Gentiaras. Data analysis used analysis of multiple regression with SPSS 21. The study states that Perceived Subjective Norm and Level of GPA no significant effect on the intention accounting students do whistleblowing. Meanwhile, Attitude Toward, Perceived Behavioral Control and Gender has a positive impact on the intention accounting students do whistleblowing.
Keywords : Perception, subjective norm, attitude toward, behavioral control, gender, level of GPA, accounting student, whistleblowing.
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
(Studi Pada Perguruan Tinggi di Bandar Lampung)
Oleh
Ulin Nuha Alfani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Gunung Agung pada 07 Desember 1995
sebagai putri pertama dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1
Gunung Agung dan lulus tahun 2006. Selanjutnya penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 2
Metro yang diselesaikan pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan tingkat atas di SMAN 8 Bandar Lampung hingga lulus pada tahun
2012.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur PMPAP (Penerimaan
Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan). Selama menjadi mahasiswi, penulis
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, dukungan,
pengorbanan, dan segala sesuatunya yang telah diberikan.
Nenek, kakek, dan adikku, untuk semangat, doa, bantuan, keceriaan dan
dukungan yang selalu diberikan.
Seluruh keluarga besarku dan saudara-saudaraku, atas segala dukungan,
doa, nasihat, dan motivasi yang selalu diberikan.
Sahabat dan teman-temanku, untuk keceriaan, nasihat, dan dukungan yang
selalu diberikan.
MOTO
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing (Studi Pada Perguruan Tinggi di Bandar Lampung)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku sekretaris Jurusan Akuntansi. 4. Bapak Dr. Yuliansyah, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S,Ak., Akt., selaku Pembimbing Pendamping atas kesediannya dalam memberikan waktu, bimbingan, pengetahuan, nasihat, pengalaman serta pembelajaran diri selama proses penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama atas saran
dan kritik, serta nasihat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi maupun bagi diri penulis.
7. Ibu Ninuk Dewi K, S.E.,M.Sc., Akt., selaku Pembimbing Akademik atas segala saran dan nasihat yang diberikan selama masa perkuliahan.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta staf di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, atas ilmu, dukungan dan pembelajaran yang telah diberikan.
9. Kedua orang tuaku, Ayah tercinta Taufik Alpani dan Ibu ku tersayang Nailul Maghfiroh. Terima kasih atas limpahan kasih sayang, dukungan,
selalu membimbing setiap langkah penulis untuk mewujudkan mimpi dan cita penulis. Tiada kata yang dapat menggambarkan rasa syukur dan rasa terima kasih penulis atas segala hal yang telah diberikan.
10. Terimakasih untuk Alm.Pakde Yusron Fauzi atas segala nasehat dan support dalam segi apapun. Semoga pakde bahagia disana dan semoga pakde bangga dengan gelar yang sudah ku raih ini, karena ini semua juga berkat pakde. Semua yang sudah pakde perjuangkan untukku akan ku kenang selamanya dan semoga allah membalas semua kebaikan pakde. Thank you very much, I will always miss you pakde.
11. Adik ku satu satunya M.Rifqi Akbar Al-Hakim semoga kita bisa sukses dan membanggakan kedua orang tua. Nenek tercinta yang tak pernah lelah mendoakan cucunya. Aunty ku tersayang Nihayatun Adawiyah terimakasih untuk nasehat yang tak henti hentinya, terima kasih atas segala bantuannya selama ini, maaf karena keponakanmu ini terkadang selalu merepotkanmu, semoga allah membalas semua kebaikan aunty. Dan terima kasih untuk semua keluarga besar yang sudah selalu mensupport aku selama ini.
12. Terimakasih juga sepupu sepupu tercinta Mba Hanum, Faiz, Mba Riza, Mba Ila, Mas Syihab, Mba Dita, Rina, Farhan, Ipah. Now we’re all grown up (or grown old?), sis & bro. Thank you for growing up with me.
13. Sahabat sahabat ku tersayang Umi Atika Putri, Cindy Tania, Devy Cyntia, Ajeng Sukma Balqis, Eci Ritami, Titi Andara, Ade Maesyaputra
Oktofisansyah, Hata Johan. Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih atas kesediaannya menemani, menyemangati, menghibur, dan membantu proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk setiap tawa, canda, bahagia, air mata, dan haru. Thank you for every time we spend together. Semoga persahabatan kita berlanjut hingga maut menjelang.
14. Terimakasih teruntuk kakanda Arjun Eldi yang sudah sangat sabar
menasehati, menyemengati. Terima kasih telah menjadi pendengar yang baik, dan pemberi solusi untuk setiap masalah yang penulis hadapi. Semoga jarak tidak menghalangi kita untuk tetap saling support satu sama lain. Dan semoga kita bisa sukses bersama.
15. Untuk teman teman ku Ivo, Siska, Pipit, Nadia, Oni, Irma, Alvi, Elya, Wanda, Renta, Devi, Rani, Eva, Izqa, Indah. Yang sudah membuat hidupku lebih ceria. Love you girls.
16. Untuk kakak kakak tingkat dan mbak mbak tingkat yang luar biasa: Bang Satria, Bang Gery, Bang Izul, Bang Reza, Bang Bainal, Bang Lian, Kak Panggih, Kak Koro, Mbak Rere, Mbak Citra, Mbak Arum, Mbak Mita. Terimakasih atas semua nasehat dan saran selama di perkuliahan ini.
17. Teman-teman sejawat Akuntansi 2012. Terutama untuk Sakinah, Intan, Heni, Pipit, Dila, Eva, Sri, Evi, Dwi, Siti, Wayan, Abin, Ori, Robert atas semua bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk sudah bersama-sama berjuang di bangku perkuliahan. Segala jerih payah kita akan terbayar di masa mendatang, “karena hasil tidak pernah mengkhianati proses”. 18. Teman-teman KKN Aji Mesir Mbak Kinanti, Mbak Bene, Kausar, Yoga
terimakasih untuk semuanya, still keep in touch yes!
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga skripsi ini bermanfaat dikemudian hari.
Bandar Lampung, Agustus 2016 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1Landasan Teori ... 8
2.1.1 Persepsi ... 8
2.1.2 Theory of Planned Behavior (TPB) ... 10
2.1.3 Teori Soft Skill ... 12
2.1.4 Niat ... 13
2.1.5 Whistleblowing ... 14
2.2Penelitian Terdahulu ... 14
2.3Model Penelitian ... 19
2.4Pengembangan Hipotesis ... 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.1.2 Metode Pengumpulan Data ... ... 24
3.1.3 Populasi dan Sampel ... ... 25
3.1.4 Pengukuran Variabel ... ... 26
3.2Metode Analisis Data ... 28
3.2.1 Uji Kualitas Data ... 28
3.2.2 Statistik Deskriptif ... 29
3.2.3 Uji Asumsi Klasik ... ... 29
3.2.4 Model Regresi ... ... 32
3.2.5 Analisis Regresi ... ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ... 35
4.2Statistik Deskriptif ... 36
4.3Pengujian Validitas Data ... 45
4.4Pengujian Realibilitas Data ... 46
4.5Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 47
4.5.1 Uji Multikolinearitas ... 47
4.5.2 Uji Heteroskedastisitas ... 49
4.5.3 Uji Normalitas ... 50
4.5.4 Uji Auokorelasi ... 53
4.6Hasil Pengujian Hipotesis ... 54
4.6.1 Koefisien Determinasi ... 54
4.6.2 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ... 55
4.6.3 Uji Koefisien Regresi ... 56
4.7 Pembahasan ... ... 58
4.7.1 Pengaruh Norma Subyektif ... ... 58
4.7.2 Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku ... ... 59
4.7.3 Pengaruh Kontrol Perilaku ... .. 60
4.7.4 Pengaruh Jenis Kelamin ... ... 60
4.7.5 Pengaruh Tingkat Indeks Prestasi ... ... 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 62 5.2KeterbatasanPenelitian ... 63 5.3Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1.1 Penelitian Terdahulu ... 17
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 26
4.1 Data Responden ... 35
4.2 Statitiska Deskriptif Variabel Norma Subyektif ... 37
4.3 Statitiska Deskriptif Variabel Sikap Terhadap Perilaku ... 38
4.4 Statitiska Deskriptif Variabel Kontrol Perilaku ... 39
4.5 Statitiska Deskriptif Variabel Jenis Kelamin ... 41
4.6 Statitiska Deskriptif Variabel Tingkat IPK ... 43
4.7 Statitiska Deskriptif Variabel Niat ... 44
4.8 Realibilitas Data ... 46
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48
4.10 Hasil Uji Normalitas ... 52
4.11 Hasil Uji Autokorelasi... 53
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi... .... 54
4.13 Hasil Uji Signifikansi Simultan... 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1 Kerangka Pemikiran ... 19 2 Scatterplot ... 50 3 Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual ... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Tabulasi Data Responden Lampiran B Hasil Uji Validitas Lampiran C Cronbach’s Alpha Lampiran D Kuesioner
Lampiran E Surat IzinPenelitian
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kecurangan akuntansi dewasa ini menjadi suatu isu yang tidak bisa dipisahkan
dari dunia ekonomi baik pemerintahan maupun swasta. Dewasa ini kecurangan
akuntansi marak terungkap diberbagai media dan elemen ekonomi disetiap
negara. Seperti halnya yang pernah terjadi di Indoesia pada saat kasus manipulasi
laporan keuangan bank Century (2008). Disamping itu, berdasarkan data
Asia-Pacific Fraud Survey tahun 2013 oleh KAP Ernst & Young, sebanyak 79% dari
responden Indonesia menyatakan bahwa kasus kecurangan sudah tersebar luas,
terutama pada kasus penyuapan dan korupsi. Dari hasil survei tersebut, responden
menyatakan bahwa lemahnya pengendalian dan pengawasan juga turut
mendorong terjadinya tindakan kecurangan pada laporan keuangan. Sebanyak
29% dari responden menyatakan bahwa praktik yang paling umum dilakukan
adalah mendahulukan pengakuan pendapatan serta mengurangi biaya penyusutan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecurangan laporan keuangan di
Indonesia masih cukup marak serta memiliki tingkat kerawanan yang cukup
2
fraud) juga cukup bervariasi sehingga hal ini perlu diwaspadai oleh berbagai
pihak, terutama adalah perusahaan.
Sudah cukup banyak nama yang tercatat sebagai whistleblower atau orang yang
melaporkan kecurangan atau pelanggaran. Beberapa diantaranya adalah Cynthia
Cooper untuk kasus perusahaan Worldcom, Sherron Watkins untuk kasus
perusahaan Enron, dan Susno Duadji untuk kasus praktek mafia di jajaran
yudikatif di Indonesia. Sebenarnya para whistleblower telah mengetahui
risiko-risiko yang mungkin diterimanya (Malik, 2010). Risiko-risiko-risiko yang mungkin
diterima adalah karir pekerjaan, kehidupan pribadi maupun mental outlook
terhadap mereka. Sehingga dibutuhkan keberanian yang besar untuk
mengungkapkan kecurangan atau pelanggaran yang terjadi.
Menjadi seorang whistleblower bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan keberanian
dan keyakinan untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan seorang whistleblower
tidak menutup kemungkinan akan mendapatkan teror dari oknum-oknum yang
tidak menyukai keberadaannya. Seperti contoh kasus Agus Sugandhi yang bekerja
di Garut Government Watch (GGW) sebuah organisasi yang aktif mengawasi
tindak korupsi di Garut, Agus mendapat ancaman terhadap dia dan keluarga.
Namun saat ini pemerintah telah membuat kerjasama dengan berbagai pihak
untuk menjamin perlindungan dan keamanan bagi seorang whistleblower, bahkan
menteri keuangan mengeluarkan whistleblowing system. Sistem yang diberinama
WISE ini diluncurkan pada 5 Oktober 2011 di gedung Djuanda 1 kompleks
3
Akuntan dan auditor merupakan salah satu profesi yang membutuhkan etika
profesi dalam menjalankan pekerjaannya. Profesi ini merupakan profesi yang
cukup penting dalam dunia bisnis. Akuntan bertugas untuk menyediakan laporan
keuangan yang dapat diandalkan dan dibutuhkan, auditor eksternal memastikan
bahwa laporan keuangan yang dihasilkan sudah sesuai dengan akuntansi beterima
umum, dan auditor internal bertugas untuk memastikan organisasi yang di
auditnya sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan dewan direksi dan
juga memastikan keefektifan dan keefisienan organisasi atau perusahaan tersebut.
Dengan demikian, sebagai seorang akuntan ataupun auditor harus memiliki
keberanian yang besar untuk mengungkapkan kecurangan atau pelanggaran yang
terjadi dengan berbagai risikonya. Hal ini berarti bahwa budaya akan
mempengaruhi dan menentukan seseorang untuk berani bersikap dan mengambil
tindakan. Dengan begitu, akan terjadi perbedaan kecenderungan seorang akuntan
atau internal auditor untuk melakukan whistleblowing, karena hal tersebut akan
bergantung pada budaya dimana mereka berada.
Penelitian mengenai whistleblowing sudah banyak dilakukan di luar negeri.
Penelitian dengan topik whistleblowing pernah dilakukan oleh Elias (2008) yang
menguji sikap mahasiswa pengauditan di US perihal whistleblowing. Penelitian
whistleblowing juga pernah dilakuakn oleh Zhang, dkk (2008) dengan tujuan
untuk mengusulkan whistleblowing judgment, positive mood dan organizational
ethical culture sebagai perkiraan niat melakukan whistleblowing. Selain itu
penelitian whistleblowing pernah dilakukan oleh Hwang, dkk (2008) dengan
4
saat ini dan yang akan datang untuk menjadi whistleblower di sosial budaya cina.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan mayoritas dari responden percaya bahwa
makna moralitas secara umum adalah faktor terpenting untuk mendorong
whistleblowing, dengan menuruti aturan organisasi mereka. Selain itu, penelitian
ini juga menemukan bahwa guanxi, takut terhadap pembalasan dendam dan takut
terhadap liputan media yang mengecilkan hati whistleblowing di masyarakat cina.
Di Indonesia penelitian mengenai whistleblowing juga sudah pernah dilakukan
beberapa peneliti. Penelitian mengenai whistleblower sudah pernah dilakukan
Malik (2010) dengan tujuan untuk menguji perbedaan tingkat komitmen
professional dan sosialisasi antisipatif antara mahasiswa PPA dan Non-PPA pada
hubungannya dengan whistleblowing yang meliputi persepsi pentingnya
whistleblowing dan whistleblowing intention mereka. Selain itu penelitian
mengenai whistleblowing juga pernah dilakukan Fultanegara (2010) dengan
tujuan untuk menguji hubungan antara komitmen profesional dan sosialisasi
antisipatif mahasiswa PPA dengan whistleblowing. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif
berhubungan dengan persepsi dan rencana whistleblowing.
Meskipun penelitian mengenai whistleblowing sudah pernah dilakukan di
Indonesia, namun penelitian mengenai persepsi mahasiswa akuntansi terhadap
niat melakukan whistleblowing masih jarang dilakukan. Penelitian mengenai
persepsi dan pengaruhnya terhadap niat sudah sering dilakukan dengan topik
penelitian yang berbeda, seperti penelitian yang dilakukan oleh Amijaya (2010)
5
risiko dan fitur layanan terhadap minat ulang nasabah bank dalam menggunakan
internet banking. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan saat ini akan
meneliti persepsi mahasiswa akuntansi di Bandar Lampung terhadap
pengungkapan kecurangan. Berdasarkan uraian di atas, Maka penelitian ini
mengambil judul “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Niat Melakukan
Whistleblowing”.
1.2Rumusan Masalah
Dari rumusan permasalahan diatas, berikut adalah rumusan masalah dalam
penelitia ini.
1. Apakah persepsi tentang norma subyektif terhadap whistleblowing
mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
2. Apakah sikap terhadap perilaku whistleblowing mempengaruhi niat
mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
3. Apakah persepsi tentang kontrol perilaku mengenai whistleblowing
mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
4. Apakah jenis kelamin mahasiswa akuntansi memperngaruhi niat mahasiswa
akuntansi melakukan whistleblowing?
5. Apakah tingkat Indeks Prestasi Akademik (IPK) mahasiswa akuntansi
6
1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis apakah persepsi tentang norma subyektif terhadap
whistleblowing mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan
whistleblowing?
2. Menganalisis apakah sikap terhadap perilaku whistleblowing
mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
3. Menganalisis apakah persepsi tentang kontrol perilaku mengenai
whistleblowing mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan
whistleblowing?
4. Menganalisis apakah jenis kelamin mahasiswa akuntansi mempengeruhi niat
mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
5. Menganalisis apakah Tingkat IPK mahasiswa akuntansi mempengaruhi niat
mahasiswa melakukan whistleblowing.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor
yamng memengaruhi niat mahasiswa melakukan whistleblowing pada Perguruan
7
1.3.2.2Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a) Mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi terhadap niat melakukan
whistleblowing. Sehingga, dapat dilihat bagaimana persepsi mahasiswa
akuntansi mengenai whistleblowing yang dapat mempengaruhi niat
mahasiswa akuntansi menjadi whistleblowing.
b) Bagi Universitas Lampung, penelitian ini di harapkan dapat menambah
informasi sebagai masukan pada mata kuliah yang bersangkutan dan dapat
menambah literatur di perpustakaan Universitas Lampung. Selain itu juga
menjadi bahan referensi bagi mahasiswa-mahasiswi, khususnya untuk
program studi S1 Akuntansi.
c) Bagi pembaca, di harapkan penelitian ini dapat berguna dan bisa di gunakan
sebagai informasi bagi pihak yang memerlukan untuk menambah
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Persepsi
Menurut ilmu psikologi persepsi merupakan pengertian kita tentang situasi
sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu (Mahmud,
1990). Meskipun alat yang digunakan untuk menerima stimulus itu serupa pada
setiap individu yang ada, namun penafsirannya akan berbeda. Karena itu apa yang
kita persepsi pada suatu waktu tidak hanya tergantung pada stimulusnya tetapi
juga pada latar belakang beradanya stimulus tersebut, seperti
pengalaman-pengalaman sensoris terdahulu, perasaan individu pada saat itu, sikap, ataupun
tujuan dari individu tersebut.
Persepsi memiliki beberapa definisi. Siegel dan Marconi (1989) mengartikan
persepsi sebagai keadaan bagaimana seseorang menginterpretasikan kejadian,
objek, dan orang. Seseorang akan bertindak dengan dasar persepsi mereka tanpa
memperhatikan apakah persepsi tersebut tepat atau tidak tepat mencerminkan
realita yang ada. Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau
menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia (Lubis, 2010). Jadi, persepsi
9
berdasarkan rangsangan yang diterima oleh stimulus setiap individu dengan
dipengaruhi juga oleh pengalaman pengalaman masa lalu.
Persepsi yang dihasilkan oleh seorang individu akan bersifat subjektif dan
situasional. Hal ini dikarenakan persepsi tentang suatu objek akan bergantung
pada suatu kerangka ruang dan waktu. Sehingga suatu persepsi akan terbentuk
bukan dikarenakan jenis atau bentuk stimulinya, tetapi karakter dari orang yang
menerima stimuli tersebut.
Menurut Lubis (2010), persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor pada pemersepsi : a. Sikap
b. Motif
c. Kepentingan
d. Pengalaman
e. Pengharapan
2. Faktor dalam situasi: a. Waktu
b. Keadaan/ tempat kerja
c. Keadaan sosial
3. Faktor pada terget: a. Hal baru
b. Gerakan
c. Bunyi
10
e. Latar belakang
f. Kedekatan
2.1.2 Theory of Planned Behavior(TPB)
Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia hidup
berdampingan dengan manusia yang lain. Seseorang akan membutuhkan orang
lain dalam menjalankan kehidupannya. Perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
juga akan mempengaruhi perilaku orang lain.
Ajzen dan Fishben (1988) menyempurnakan Theory of Reasoned Action (TRA)
dan memberikan nama TPB. TPB menjelaskan mengenai perilaku yang dilakukan
individu timbul karena adanya niat dari individu tersebut untuk berperilaku dan
niat individu disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal dari individu
tersebut. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu
perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, Norma Subyektif,
kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh (Achmat, diakses 2011). Teori ini
didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional yang akan
memperhitungkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan
untuk melakukan suatu perilaku yang akan mereka lakukan.
TPB menjelaskan bahwa niat individu untuk berperilaku ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu:
1. Sikap terhadap perilaku
Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu kesiapsiagaan
11
melakukan sesuatu sesuai dengan sikap yang dimilikinya terhadap suatu
perilaku. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif yang nantinya akan
dipilih individu untuk berperilaku dalam kehidupannya. Oleh karena itu,sikap
merupakan suatu wahana dalam membimbing seorang individu untuk
berperilaku.
2. Persepsi kontrol perilaku
Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol sepenuhnya
perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat
sebaliknya dimana seorang individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah
kendali individu tersebut. Pengendalian seorang individu terhadap
perilakunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan juga
faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu tersebut
seperti keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-lain. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan yang ada disekeliling individu tersebut.
Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti
bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang
dilakukan oleh dirinya.
3. Norma Subyektif
Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya
dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam
kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya. Sehingga,
normative beliefes menghasilkan kesadaran akan tekanan dari lingkungan
12
2.1.3 Teori Soft skill
Soft skill adalah hal yang bersifat halus dan meliputi keterampilan
psikologis,emosional,dan spiritual. Secara umum, soft skill adalah keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam
mengatur dirinya sendiri yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara
maksimal. Soft skill ada bermacam-macam jenisnya yaitu :
1. Inisiatif, adalah satu tema pernyataan yang saat ini sedang saya alamatkan
kepada diri sendiri.
2. Kemauan, adalah kata kunci dari segala sukses. Keinginan harus di sertai
dengan tindakan untuk mewujudkannya.
3. Komitmen, adalah sesuatu yang melampaui segala bentuk perbedaan
,perselisihan, dan pertengkaran.
4. Motivasi, adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak.
5. Kreativitas, adalah proses mental yang melibatkan permunculan gagasan atau
konsep baru.
6. Komunikasi, adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke
pihak lain.
7. Berfikir Kritis, adalah suatu aktiifitas kognitif yang berkaitan dengan
penggunaan nalar.
8. Mandiri, adalah melakukan perencanaan hidup dengan baik, bertanggung
jawab, dengan sadar akan resiko setiap melakukan sesuatu dan tanpa campur
tangan orang lain.
9. Integritas Diri, adalah suatu pemahaman tentang terwujudnya perkembangan
13
10.Disiplin, adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah,
dan peraturan yang berlaku.
2.1.4 Niat
Niat adalah keinginan kuat untuk melakukan sesuatu yang muncul dari dalam diri
setiap individu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa, niat
adalah 1) maksud atau tujuan suatu perbuatan; 2) kehendak (keinginan dalam hati)
akan melakukan sesuatu. Niat erat hubungannya dengan motivasi seseorang untuk
melakukan suatu tindakan. Jika tindakan tersebut dilakukan terus menerus oleh
seseorang maka akan dapat menciptakan suatu pribadi dengan perilaku yang
dilakukannya secara terus menerus tersebut. Dalam TPB, niat timbul dikarenakan
tiga hal yaitu : 1) Norma Subyektif, yaitu norma yang timbul karena mendapatkan
pengaruh dari norma yang ada disekitar individu, 2) sikap terhadap perilaku, yaitu
sikap suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu, dan 3) persepsi kontrol
perilaku, yaitu: ketika suatu individu merasa yakin bahwa yang dilakukannya saat
ini merupakan persepsi yang dapat di kontrol oleh dirinya sendiri.
Dalam TPB, niat merupakan suatu proses seseorang untuk menunjukkan
perilakunya. Seseorang akan memiliki suatu niatan dalam dirinya untuk
melakukan suatu hal sebelum orang tersebut benar-benar menunjukkan perilaku
yang ingin ditunjukkannya. Sehingga, ketika seseorang memiliki perspesi positif,
sikap positif, memiliki keyakinan bahwa suatu perilaku dapat diterima
14
dirinya maka individu tersebut akan memiliki niat untuk menunjukkan suatu
perilaku.
2.1.5 Whistleblowing
Whistleblowing atau jika dibahasa indonesiakan adalah pengungkapan rahasia
merupakan suatu perilaku menceritakan keadaan atau rahasia suatu organisasi
kepada orang lain. Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing adalah
pelaporan oleh anggota dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu) terhadap
praktek ilegal, imoral, dan haram yang berada dibawah kontrol karyawan terhadap
orang atau organisasi yang mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan.
Sedangkan whistleblower adalah orang yang melaporkan tindakan di suatu
organisasi kepada orang lain. Seorang whistleblower bisa merupakan anggota dari
organisasi tersebut atau pihak diluar organisasi tersebut yang mengetahui keadaan
organisasi tersebut. Menurut PP No.71 Tahun 2000, whistleblower adalah orang
yang memberi suatu informasi kepada penegak hukum atau komisi mengenai
terjadinya suatu tindak pidana korupsi dan bukan pelapor.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Elias (2008) dengan judul “Auditing student’s
professional commitment and anticipatory socialization and their relationship to whistleblowing” bertujuan untuk meneliti sikap dari 128 mahasiswa pengauditan
terkait dengan whistleblowing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
15
mereka cenderung tidak ingin melakukan whistleblowing, kemungkinan karena
risiko besar yang harus mereka terima seperti pembalasan dendam dan kesulitan
untuk mencaripekerjaan dengan profesi yang sama kedepannya. Selain itu juga,
semakin memilikikomitmen mahasiswa akuntansi memiliki persepsi bahwa
whistleblowing merupakan kasus yang serius dan memiliki kecenderungan
melakukan whistleblowing yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
lain. Hubungan yang sama ditemukan terhadap mahasiswa akuntansi yang
mendapatkan sosialisasi dini pada profesi akuntansi.
Penelitian yang dilakukan Zhang, dkk (2008) bertujuan untuk mengusulkan
whistleblowing judgment, positive mood dan organizational ethicalculture sebagai
perkiraan niat untuk melakukan whistleblowing. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Zhang, dkk (2008) menunjukkan hasil bahwa whistleblowing judgment
menjelaskan varians yang tinggi pada whistleblowing intention, sedangkan
organizational ethical culture memiliki hubungan moderat. Selain itu, budaya
organisasi mempengaruhi positive mood secara kuat sebagai moderator.
Penelitian whistleblowing tentang whistleblowing pernah di lakukan oleh Park
and Blekinsopp dengan judul A survey of South Korean Police Officcers. Dengan
menguji 296 polisi Korea Selatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan persepsi kendali perilaku
berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat whistleblowing internal
sedangkan ada niat pada niat whisitleblowing eksternal hanya norma subyektif
16
Penelitian tentang whistleblowing pernah di lakukan oleh O’Lerry dan Cotter (2000) dengan judul “A Tri-National Study of Accountancy Students’ Ethical
Attitudes”. Dengan menguji mahasiswa tingkat akhir di Malaysia, Irlandia, dan
Australia. Hasil dari penelitian tersebut adalah rata-rata siswa di Malaysia,
Irlandia, dan Australia memiliki sikap etis dalam pengungkapan rahasia yang
berbeda-beda. Namun, lebih dominan Malaysia yang memiliki sifat etis lebih
dominan dalam informasi kepada penegak hukum atau komisi mengenai
terjadinya suatu tindak pidana korupsi dan bukan pelapor.
Penelitian juga pernah dilakukan di Indonesia oleh Akmal Sulistomo tahun 2012. Penelitian dengan judul “Persepsi mahasswa akuntansi terhadap pengungkapan
kecurangan”, yang menguji mahasiswa UGM dan UNDIP. Hasil dari penelitian
tersebut diperoleh bahwa persepsi norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan
kontrol perilaku memiliki hubungan yang positif terhadap niat melakukan
whistleblowing.
Penelitian yang pernah di lakukan oleh Nurul Hidayati Samudera (2014) yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Tindakan Whistleblowing” yang menguji
mahasiswa UNDIP dan Universitas Dian Nuswantoro. Hasil dari penelitiannya
adalah variabel tingkat keseriusan masalah, jenis kelamin, dan kinerja akademik
17
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Elias dan Rekan (2008) Auditing student’s professional commitment and anticipatory socialization and their relationship to whistleblowing X1 : Komitmen Proffesional X2 : Sosialisasi Antisipatif Y : Kecenderungan Melakukan Whistleblowing
Hasil dari penelitian adalah Whistleblowing adalah hal yang penting dalam kasus kecurangan. Semakin memiliki komitmen mahasiswa akuntansi memiliki persepsi bahwa
whistleblowing merupakan kasus yang serius.
Hubungan yang sama ditemukan terhadap mahsiswa akuntansi yang mendapatkan sosialisasi dini pada profesi
akuntansi. 2 Zhang dan rekan (2008) Whistleblowing judgment, positive mood dan organizational ethicalculture sebagai perkiraan niat untuk melakukan whistleblowing X1 : penghakiman whistleblowing X2 : mood positif X3 : budaya etis organisasi Y : Niat melakukan whistleblowing
Hasil dari penelitian tersebut whistleblowing judgment menjelaskan varians yang tinggi pada whistleblowing intention, sedangkan organizational ethical culture memiliki hubungan moderat. Selain itu, budaya organisasi memengaruhi positive mood secara kuat sebagai moderator 3 Park dan Blekinsopp (2009) A survey of South Korean Police Officcers X1 : Kendali Perilaku X2 : Norma Subyektif X3 : Sikap Perilaku Y : Niat Melakukan Whistleblowing
Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa variabel kendali
perilaku,norma subyektif dan sikap perilaku berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat whistleblowing internal sedangkan ada niat whistleblowing eksternal hanya variabel norma subyektif yang
berpengaruh positif dan signifikan. 5 Akmal Sulistomo (2012) Persepsi mahasiswa akuntansi X1 : Norma Subyektif X2 : Sikap
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa semua hipotesis di
18 terhadap pengungkapan kecurangan Terhadap Perilaku X3 : Kontrol Perilaku Y : Niat melakukan whistleblowing terima.Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi tentang norma subyektif,sikap ,dan persepsi tentang kontrol perilaku berpengaruh signifikan positif terhadap niat mahasiswa akuntansi melakukan pengungkapan kecurangan. 4 O’lerry dan Cotter (2000) ” A Tri-National Study of Accountancy Students’ Ethical Attitudes X1 : Sikap Etis X2 : Jenis Kelamin Y : Pengungkapan Rahasia
Hasil dari penelitian tersebut adalah rata-rata siswa di Malaysia,Irlandia dan Australia sikap etis dalam pengungkapan rahasianya berbeda-beda. Lebih dominan Malaysia yang memiliki sikap etis lebih dominan dalam pengungkapan rahasia. Dari ketiga negara tersebut juga dihasilkan variabel jenis kelamin, perempuan lebih dominan melakukan pengungkapan rahasia dibandingkan laki-laki. 6 Nurul Hidayati Samudera (2014) Persepsi Mahasiwa Terhadap Tindakan Whistleblowing X1 : Tingkat Keseriusan Masalah X2 : Jenis Kelamin X3 : Kinerja Akademik Y : Niat melakukan whistleblowing
Hasil dari penelitiannya adalah variabel tingkat keseriusan masalah,jenis kelamin, dan kinerja akademik berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing.
19
2.3 Model Penelitian
Gambar 1 Kerangka Penelitian
(H1) (H2) (H3) (H4) (H5) 2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh persepsi tentang norma subyektif pada whistleblower terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing
Menurut Siegel dan Marconi (1989) mengartikan persepsi sebagai keadaan
bagaimana seseorang menginterprestasikan kejadian, objek, dan orang. Seseorang
akan bertindak menurut persepsi yang mereka miliki, tanpa memperhatikan
apakah persepsi tersebut tepat atau tidak tepat mencerminkan realita yang ada.
Jadi, persepsi adalah keadaan dimana seseorang, menafsirkan suatu perilaku yang
ada.
Persepsi tentang norma subyektif (X1)
Sikap pada prilaku (X2)
Persepsi tentang kontrol prilaku (X3)
Niat (Y)
Tingkat IPK (X5) Jenis Kelamin (X4)
20
Menurut Ajzen (1991), persepsi norma subyektif adalah keadaan lingkungan
seorang individu yang menerima atau tidak menerima suatu perilaku yang
ditunjukkan.
Sehingga seseorang akan menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh
orang-orang atau lingkungan yang berada disekitar individu tersebut. Seorang-orang individu
akan menghindari dirinya menunjukkan suatu perilaku jika lingkungan sekitarnya
tidak mendukung perilaku tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persepsi memiliki pengaruh positif
terhadap niat dan perilaku melakukan suatu tindakan. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan Amijaya (2010) menunjukkan bahwa persepsi memiliki
pengaruh terhadap minat ulang nasabah. Sehingga, hipotesis dari penelitian ini
adalah
H1: Persepsi tentang norma subyektif pada whistleblower berpengaruh positif
terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing.
2.4.2 Pengaruh sikap terhadap perilaku whistleblower untuk melakukan whistleblowing
Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang dapat menggerakkan manusia
tersebut untuk bertindak atau tidak bertindak. Sikap bukanlah perilaku namun
sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku, dimana sikap akan
memunculkan niat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan yang pada
akhirnya manusia tersebut dapat memilih apakah akan berperilaku atau tidak. Jadi,
seseorang akan memiliki niat untuk berperilaku sesuai dengan sikapnya terhadap
21
(2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara sikap dengan intensi
kepatuhan pelanggan. Sehingga hipotesis pada penelitian ini adalah
H2: Sikap pada perilaku whistleblower berpengaruh positif terhadap niat
responden untuk melakukan whistleblowing.
2.4.3 Pengaruh persepsi tentang kontrol perilaku pada whistleblower terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing
Ajzen (1991) mengatakan Consistent with an emphasis on factors that are directly
linked to a particular behaviour,perceived behavioural. I control refers to people’s perceptions og the ease or difficulty of performing the behaviour of interest. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa persepsi kontrol perilaku
ditunjukkan kepada persepsi orang-orang terhadap kemudahan atau kesulitan
untuk menunjukkan sikap yang diamati. Jadi, seseorang akan memiliki niat untuk
melakukan suatu perilaku ketika memiliki persepsi bahwa perilaku tersebut
mudah untuk ditunjukkan atau dilakukan, karena adanya hal-hal yang mendukung
perilaku tersebut.
Penelitian yang dilakukan Maradona (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan
positif antara kontrol perilaku dengan intensitas kepatuhan pelanggan. Sehingga
hipotesis pada penelitian ini adalah
H3: Persepsi tentang kontrol perilaku pada whistleblower berpengaruh positif
22
2.4.4 Pengaruh jenis kelamin whistleblower terhadap niat melakukan whistleblowing
Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan
Perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan
upaya meneruskan garis keturunan. Lebih 2000 tahun yang lalu, seorang filsuf
Yunani, Aristoteles, menyatakan bahwa perempuan lebih lemah dan pasif
daripada laki-laki karena jenis kelamin perempuan adalah “suatu ketidaksempurnaan”.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh O’Lerry dan Cotter (2000) menunjukkan
bahwa jenis kelamin memengaruhi sikap etis dalam pengungkapan rahasia.
Sehingga hipotesis pada penelitian ini adalah :
H4: Jenis Kelamin berpengaruh terhadap niat responden untuk melakukan
whistleblowing.
2.4.5 Pengaruh tingkat IPK whistleblower terhadap niat melakukan whistleblowing
Menurut Chaplin (2006) prestasi adalah suatu tingkatan khusus dari kesuksesan
karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan/keahlian
dalam tugas-tugas sekolah atau akademis. Secara pendidikan atau akademis,
prestasi merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya
akademis yang dinilai oleh guru-guru melalui test-test yang sudah dibakukan atau
23
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul Hidayati Samudera (2014) bahwa
kinerja Akademik rendah memengaruhi tindak melakukan kecurangan dan kinerja
akademik tinggi memengaruhi tindak pengungkapan kecurangan.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini
H5: Tingkat IPK berpengaruh terhadap niat responden untuk melakukan
24
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1Teknik pengumpulan Data
3.1.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang di
dapatkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden. Kuesioner adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2008). Data diperoleh dari jawaban mahasiswa akuntansi yang ada dikota
Bandarlampung mengenai pernyataan yang merupakan faktor-faktor mahasiswa
akuntansi melakukan pengungkapan kecurangan dalam suatu perusahaan.
3.1.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh
fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 1997). Pada penelitian ini data yang
dikumpulkan merupakan hasil dari jawaban responden terhadap pernyataan yang
diajukan dalam kuesioner.
Kuesioner penelitian ini disebar ke pada mahasiswa akuntansi yang ada dikota
25
yang diajukan pada kuesioner yang diberikan. Kuesioner menggunakan skala
likert satu sampai dengan tujuh. Satu untuk jawaban sangat tidak setuju dan tujuh
untuk jawaban sangat setuju.
3.1.3 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang ada di kota
Bandar Lampung. Sampel yang akan digunakan adalah mahasiswa akuntansi yang
ada di kota Bandar Lampung. Alasan pemilihan subyek penelitian dari mahasiswa
akuntansi yang ada di kota Bandar Lampung karena mahasiswa akuntansi
merupakan calon orang-orang yang nantinya memiliki kemungkinan bekerja pada
bidang akuntansi, auditor internal, dan auditor eksternal yang harus memiliki
keberanian untuk mengungkap suatu tindak kecurangan yang dilakukan suatu
perusahaan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
purposive sampling, yaitu dengan kriteria : 1) Mahasiswa S1 Akuntansi angkatan
2012 , 2) Mahasiswa yang telah mengambil matakuliah audit II. Dalam penelitian
ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa akuntansi yang ada di 6 Perguruan
Tinggi di Bandar Lampung yaitu : Universitas Lampung, Universitas Bandar
Lampung, STIE Prasetya Mandiri A2L, Universitas Malahayati, STIE Gentiaras,
26
3.1.4 Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan enam variabel yang terdiri dari lima variabel bebas
(independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel terikatnya adalah niat
untuk melakukan whistleblowing, sedangkan variabel bebasnya adalah : 1)
persepsi norma subyektif, 2) sikap terhadap perilaku, 3) persepsi kontrol perilaku,
4) jenis kelamin, dan 5) tingkat indeks prestasi kumulatif. Adapun definisi dari
masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran Persepsi Norma Subyektif Persepsi mahasiswa tentang pandangan lingkungannya mengenai whistleblowing X1: Persepsi pandangan orang yang penting bagi mahasiswa terhadap whistleblowing.
X2: Persepsi pandangan keluarga yang penting bagi mahasiswa terhadap whistleblowing. X3: Persepsi lingkungan pergaulan mahasiswa terhadap whistleblowing. X4 : Persepsi pandangan dosen terhadap whistleblowing Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju Sikap Terhadap Prilaku Penilaian mahasiswa mengenai perilaku whistleblowing X1: Anggapan bahwa whistleblowing adalah hal positif X2: Anggapan bahwa whistleblowing tindakan beretika X3: Kebanggaaan menjadi Whistleblowing X4: Anggapan bahwa whitsleblower adalah perilaku positif Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju
27 Persepsi Kontrol Prilaku Persepsi mahasiswa bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil dari kontrol dirinya sendiri
X1: Persepsi
kemungkinan menjadi whistleblower.
X2: Tingkat kontorl diri mahasiswa menjadi whistleblower. X3: Keinginan mahasiswa menjadi whitsleblower tanpa menghiraukan pendapat orang lain. X4: Keinginan mahasiswa menjadi whistleblower karena dirinya. X5: Tingkat tanggung jawab mahasiswa terhadap perilakunya. X6: Kemampuan mahasiswa mempengaruhi orang lain. X7: Kemudahan mahasiswa bercerita mengenai suatu kejadian yang diketahui.
X8: Kontrol mahasiswa terhadap pemilihan jalan hidup. X9: Kontrol mahasiswa terhadap pendapatnya. X10: Kontrol diri mahasiswa melakukan hal yang benar. Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju
Niat Suatu keadaan
dimana seseorang ingin melakukan suatu perilaku X1: Tingak niat mahasiswa menjadi whistleblower. X2: Rencana mahasiswa menjadi whistleblower. X3: Usaha mahasiswa menjadi whistleblower. Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju
28
3.2 Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linear berganda.
Analisis linear berganda merupakan cara yang digunakan untuk melihat hubungan
beberapa variabel bebas terhadap satu variabel tetap. Beberapa langkah yang
dilakuakn dalam melakukan analisis linear berganda adalah :
3.2.1 Uji Kualitas Data
Uji kualitas data digunakan untuk mendapatkan kepastian mengenai apakah
instrumen yang digunakan sudah mengukur hal yang tepat dan apakah hasil yang
ada dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Untuk mengukur hal
tersebut digunakan Uji Reliabilitas dan Uji Validitas. Masing-masing akan
dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1.1Uji Realibilitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila jawaban dari responden
konsisten dan stabil. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
cronbach alpha > 0,70 (Nunnally 1994, dalam Ghozali 2013).
3.2.1.2Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk melihat apakah masing-masing pernyataan dari
setiap indikator valid atau tidak. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk sesuatu yang akan diukur kuesioner
tersebut. Kuesioner penelitian dikatakan valid jika nilai signifikansi > 0,05
29
3.2.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan
partisipan dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi.
Pada tabel tersebut ditunjukkan, mean, median, maksimal, minimal.
3.2.3 Uji Asumsi Klasik
3.2.3.1Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah antara variabel independen
terdapat hubungan satu sama lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada
hubungan antara variabel independen satu dengan yang lain. Jika diantara variabel
independen memiliki hubungan satu sama lain, maka variabel-variabel tersebut
dikatakan tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah varibel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
dapat dilihat dari:
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, namun secara individual variabel-variabel independen banyak yang
tidak siginifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Selain itu kita dapat juga menganalisis matrik korelasi variabel-variabel
independen. Apabila antar variabel independen ada korelasi yang cukup
tinggi dimana pada umumnya diatas 0.90, maka hal ini merupakan suatu
indikasi adanya multikolonieritas.
c. Selain melihat R2 dan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel
30
variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi,
nilai tolerance yang rendah sama saja dengan nilai VIF yang tinggi. Hal ini
dikarenakan VIF=1/Tolerance. Nilai cutoff yang umumnya biasa dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama saja dengan nilai VIF ≥ 10. Sehingga setiap peneliti harus dapat
menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir.
3.2.3.2Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya heteroskedastisitas maka digunakan uji glejser dan uji grafik scatter plot.
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedesitas menggunakan uji glejser dan uji grafik scatter plot. Uji glejser
dilakukan dengan cara meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen dengan persamaan regresi (Gujarati 2003, dalam Ghozali 2013).
Selain itu, uji yang digunakan adalah grafik scatter plot dengan cara melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedesitas dapat dilakukan dengan
cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
31
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
3.2.3.3Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk menilai apakah
variabel pengganggu memiliki distribusi normal atau tidak, yaitu dengan cara
analisis grafik atau uji statistik (Ghozali, 2013). Untuk menilai normalitas dari
setiap variabel dapat digunakan dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar
pengambilan keputusan (Ghozali 2013):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain menggunakan
analisis grafik untuk menilai normalitas dapat juga menggunakan analisis
statistik. Uji statistik dapat dilakukan dengan cara melihat nilai kurtosis dan
non-32
parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji ini dilakukan dengan membuat
hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
3.2.3.4Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
atau sebelumnya (ghozali 2013). Dalam penelitian ini mendeteksi autokorelasi
dengan uji Run test. Pada metode ini, jika tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Jika nilai tes signifikannya >
0,05 maka tidak terdapat autokorelasi.
3.2.4 Model Regresi
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda, yaitu
melihat pengaruh Persepsi Norma Subyektif terhadap pengungkap kecurangan,
sikap terhadap pengungkap kecurangan, dan persepsi kontrol perilaku terhadap
pengungkap kecurangan terhadap pada niat menjadi pengungkap kecurangan.
Model regresi yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Y = Niat menjadi pengungkap kecurangan Α = Bilangan konstanta
β1-βn = Koefisien arah regresi
X1 = Persepsi Norma Subyektif terhadap pengungkap kecurangan X2 = Sikap terhadap pengungkap kecurangan
X3 = Persepsi kontrol perilaku terhadap pengungkap kecurangan X4 = Jenis kelamin terhadap pengungkapan kecurangan
33
X5 = Tingkat IPK
e = Kesalahan pengganggu
3.2.5 Analisis Regresi (Pengujian Hipotesis)
Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah hubungan antara varibel
dependen dengan variabel independen. Analisis ini menggunakan tiga penngujian,
yaitu uji koefisien determinasi, uji statistik F, dan uji statistik t. Dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3.2.5.1Koefisien Determinasi
Pada intinya koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika nilai R2 kecil maka
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu memiliki arti bahwa
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar dalam penggunaan
koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan kedalam model.
R2 akan meningkat jika ada tambahan satu variabel independen tanpa
memeprdulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Sehingga banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunanakan nilai Adjusted R2 ketika mengevaluasi model regresi terbaik.
Dalam kenyataannya nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, meskipun yang
34
jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol.
3.2.5.2Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan kedalam model memiliki pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
3.2.5.3Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya akan menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi dari
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan software SPSS 21 ini
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Persepsi norma subyektif tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa
melakukan whistleblowing.Hal diduga karena keyakinan normatif atas orang
orang yang disekitar menjadi panutan atau referensi bagi dirinya tidak
memengaruhi tindakan yang akan di lakukan seseorang. Bila orang
berpersepsi bahwa seseorang atau kelompok orang yang menjadi panutannya
menganggap whistleblowing itu perbuatan yang bermanfaat ataupun
merugikan, maka tidak memengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh
orang tersebut. (Suryono,2014).
b. Sikap terhadap perilaku berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa
melakukan whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan seseorang
tentang perilaku yang akan di lakukannya berdampak baik atau pun buruk
mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan seseorang tersebut.
c. Kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan
63
yang memiliki kontrol perilaku yang baik akan cenderung memiliki niat
melakukan tindakan whistleblowing. Hal ini juga sesuai dengan Theory of
Planned Behaviour bahwa seseorang akan semakin yakin dalam berperilaku
ketika orang tersebut memiliki keyakinan yang muncul dalam dirinya.
d. Jenis kelamin berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan
whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin seseorang baik
pria maupun wanita sama-sama memiliki niat melakukan tindakan
whistleblowing meskipun yang lebih dominan adalah wanita. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa laki laki juga memiliki niat yang sama untuk
melakukan tindakan whistleblowing.
e. Tingkat IPK tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa melakukan
whistleblowing. Jenis kelamin yang tidak berpengaruh terhadap niat
melakukan whistleblowing diduga karena tidak menutup kemungkinan
mahasiswa ber-IPK rendah akan melakukan tindakan whistleblowing dan
mahasiswa ber-IPK tinggi juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan
kecurangan tergantung situasi dan kondisi.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah Penelitian ini hanya di lakukan di Perguruan
Tinggi di Bandar Lampung. Hal ini karena keterbatasan waktu dan biaya yang
dimiliki peneliti. Kemudian metode yang diginakan dalam penelitian ini
64
terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan
yang sesungguhnya.
5.3 Saran
Adapun saran-saran dari penelitian ini adalah:
a. Diharapkan penelitan selanjutnya dapat menggunakan independen lain. Hal
ini dilakukan untuk memperkaya topik penelitian ataupun menyempurnakan
variabel independen ini di penelitian selanjutnya.
b. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel yang
diteliti dengan memperluas lokasi penelitian sehingga hasil penelitian
memiliki daya generalisasi yang lebih tinggi.
c. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan jumlah sampel yang
seimbang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
d. Diharapkan penelitian sebelumnya memberikan pertanyaan negatif pada
kuesioner untuk mengetahui tingkat keseriusan responden dalam menjawab
DAFTAR PUSTAKA
Achmat, Zakaria. “Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan?”.
http://zakaria.staff,umm.ac.id/files/2010/12/Theory-of-Planned-Behavior-masihkah-relevan1.pdf. Diakses tanggal 21 Desember 2011.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. “Organizational Behavior and Human Decision Processes Article,” Vol.50, h.179-211.
Amijaya, Gilang Rizky. 2010. Pengaruh Persepsi Teknologi Informasi, Kemudahan, Resiko dan Fitur Layanan Tehadap Minat Ulang Nasabah Bank Dalam Menggunakan Internet Banking (Studi Pada Nasabah Bank BCA). Skripsi S1 Manajemen Universitas Diponegoro Semarang.
Albrecht, W. Steve, et al. 2012. Fraud Examination, 4th Edition, E-Book. USA: South Western Cengage Learning.
Azwar, S. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin. J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.\
Crimastuti. Mustapa dan Siaw. 2012. Fraud Awareness in a Small Business. The National Public Accountant, (Online), Volume 45 Issue 6, Hal. 40, (http://www.proquest.com/, diakses 17 Februari 2012).
Elias, Rafik. 2008. Auditing Students’ Proffesional Commitment and Anticipatory Socialization and Their Relationship To Whistleblowing. “Managerial Auditing Jornal, Vol. 23, No.3, h.283-294.
Fishbein,M and Ajzen,I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior. Reading, MA :Addison-Wesley.
Fultanegara, Ridhona. 2010. Analisis Hubungan Antara Komitmen Professional dan Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa PPA dengan Whistleblowing. Skripsi S1 Akuntansi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21. Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Undip.
Gibson, James L. Ivancevich, John M. dan Donnely Jr, James H. 1982. Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses, Edisi 4. Terjemahan Djoerban Wahid. 1997. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hwang, Dennis., Blair Staley., Ying Te Chen., Jyh-Shan Lan. 2008. Confucian Culture and Whistle-blowing By Professional Accountans: An Exploratory Study. “Managerial Auditing Journal, Vol.23, No.5, h. 504-526
Kusumawati, Armadyani. 2013. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Undang-Undang No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keprilakuan. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Malik, Rahadian. 2010. Analisis Perbedaan Komitmen Professional dan Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa PPA dan Non-PPA Pada Hubungannya Dengan Whistleblowing. Skripsi S1 Akuntansi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.
Maradona, Khilmi. 2009. Hubungan Sikap Pelanggan, Persepsi Norma Subyektif Pelanggan, dan Kontrol Perilaku Pelanggan Dengan Intensi Kepatuhan Pelanggan Dalam Membayar Tagihan Jasa Telepon Rumah Di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Malang (Penerapan Theory of Planned Behavior). Skripsi S1 Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. O’Lerry, Conor and Mohamad, Shafi. 2006. “The Ethics of Final Year Accountancy Students.
A tri-national Compration. Malaysian Accounting Review, 5(1), pp. 139-157.
Park, H. and Blenkinsopp,J. 2009. Whistleblowing as planned behavior-A survey of South Korean police officers, Journal of Bussiness Ethics, 85(4), pp.79-99.
Samudera, Nurul Hidayati. 2014. Persepsi Mahasiswa Terhadap Tindakan Whistleblowing. Jurnal. Semarang. Universitas Diponegoro.
Sekaran, Uma. 2003. Reseach Method for Business. Fourth Edition. New York: John Willey &Sons, Inc.
Setiawati, Dewi. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa atas Pelanggaran Etika Akuntan Publik (Studi Empiris Mahasiswa Program Akuntansi Universitas Brawijaya). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.
Siegel, Gary dan Helen M. Marconi. 1989. Accounting Behavioral. South Western Publishing.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sulistomo, Akmal. 2012. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UGM dan UNDIP). Jurnal. Universitas Diponegoro. Semarang.
Suryono. 2014. Peran Audit Forensik dalam Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Instans Pemerintah: Suatu Tinjauan Teoritis, (Online), (http://www.bppk.depkeu.go.id/, diakses 7 Maret 2014).
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Usman, Anwar, dan A.M Mujahidin. Artikel Whistleblower Dalam Perdebatan Tindak Pidana Korupsi.
Zhang, Julia, Randi Ciau, dan Li-Qun Wei. 2009. On Whistleblowing Judgment an Intention. “Journal of Managerial Psycology, Vol. 24. No. 7, h.627-649.