• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Puslitbang Perkebunan tahun anggaran 2014 dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran yang didasarkan pada perencanaan stratejik yang telah ditetapkan oleh Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang Perkebunan selama periode Renstra 2010-2014 berdasarkan tingkat pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Ungkapan terima kasih disampaikan Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya terutama dalam perbaikan maupun peningkatan kinerja di masa yang akan datang.

Bogor, 31 Januari 2015 Kepala Pusat,

Dr. M. Syakir

(3)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 DAFTAR ISI Halaman Kata pengantar ... 1 Daftar Isi ... 2 Daftar Tabel ... 3 Daftar Gambar ... 4 Ikhtisar Eksekutif ... 6 Bab I. PENDAHULUAN ... 9

Bab II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ... 15

2.1. Perencanaan Strategis ... 15

2.2. Indikator Kinerja Utama ... 17

2.3. Rencana Kinerja Tahunan TA 2014 ... 18

2.4. Penetapan Kinerja TA 2014 ... 19

Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 21

3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ... 21

3.2. Analisis Capaian Kinerja ... 23

3.3. Akuntabilitas Keuangan ... 63

Bab IV. PENUTUP ... 69

(4)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut

pendidikan pada tahun 2014 ... 10

Tabel 2 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya pada tahun 2014 ... 11

Tabel 3 Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang Perkebunan 2014 ... 11

Tabel 4 Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 (Dalam Juta Rupiah) ... 13

Tabel 5 Sub Kegiatan Utama dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 ... 18

Tabel 6 RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 ... 19

Tabel 7 Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2014.. 20

Tabel 8 Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2014 ... 23

Tabel 9 Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2014 29 Tabel 10 Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2014 ... 50

Tabel 11 Kerjasama peneitian dengan mitra swasta ... 60

Tabel 12 Kerjasama penelitian dengan mitra pemda ... 61

Tabel 13 Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah ... 61

Tabel 14 Realisasi anggaran lingkup puslitbang perkebunan berdasarkan sasaran output utama TA 2014 ... 67

(5)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Keragaan Agribun Orsina 1 (A), Agribun Orsina 2 (B) dan

Agribun Orsina 3 (C) ... 24

Gambar 2 Keragaan lempuyang Ziarina 1 Agribun (A) dan Ziarina 2 Agribun (B) ... 25

Gambar 3 Keragaan Kapas Agri Kanesia 16 – Agri Kanesia 20 ... 26

Gambar 4 Keragaan Aren Dalam Tomohon ... 26

Gambar 5 Keragaan Sagu Baruk ... 27

Gambar 6 Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 ... 28

Gambar 7 Tanaman tebu dengan Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP 50/170 ... 30

Gambar 8 Teknologi bahan pembenah tanah untuk budidaya karet pada tanah bekas tambang ... 36

Gambar 9 Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 ... 46

Gambar 10 Pupuk K berbentuk Granul dan tablet ... 47

Gambar 11 a. Bahan baku dan b. Edible film bioselulosa/nata ... 48

Gambar 12 Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2010-2014 ... 50

Gambar 13 Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 51 Gambar 14 Capaian Benih Sumber Tebu TA 2010-2014 ... 51

Gambar 15 Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA 2010-2014 ... 57

Gambar 16 Capaian publikasi hasil litbang tanaman perkebunan TA 2010-2014 ... 59

Gambar 17 Capaian kerjasama penelitian perkebunan TA 2010-2014.... 62

Gambar 18 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jenis Belanja TA 2014 ... 64

Gambar 19 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkanSatker TA 2014 ... 64

Gambar 20 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Output TA 2014 ... 65

(6)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Halaman Gambar 21 Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2010-2014

(dalam juta rupiah) ... 65 Gambar 22 Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Satker TA 2014 (dalam juta rupiah) ... 66 Gambar 23 Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014

(dalam juta rupiah) ... 66 Gambar 24 Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang

(7)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

IKHTISAR EKSEKUTIF

Puslitbang Perkebunan telah menetapkan Renstra 2010 – 2014 dengan mengemban visi dan misi yang futuristik dan partisipatif. Visi Puslitbang Perkebunan selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian, karena perkebunan merupakan komponen dari pertanian. Di samping itu, beberapa komoditas perkebunan telah menjadi anjuran bagi lembaga-lembaga internasonal. Berdasarkan hal tersebut, maka visi Puslitbang Perkebunan 2014 adalah : "Menjadi pusat keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia". Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun misi sebagai berikut : (1) Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan dan kebijakan di bidang perkebunan, (2) Meningkatkan kualitas dan optimasi pemanfaatan sumberdaya penelitian dan pengembangan perkebunan dan (3) Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek di tingkat nasional dan internasional.

Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2010-2014 adalah : (1) mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya a) varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) produk olahan dan teknologi peningkatan nilai tambah (diversifikasi), d) benih unggul; (2) menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan; dan (3) meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna yang sasarannya adalah: a) meningkatnya publikasi hasil penelitian, b) meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna, c) terjalinnya kerjasama dengan pihak lain.

Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu pada Renstra Litbang Pertanian 2010-2014 dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya penelitian yang ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan

(8)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang Perkebunan didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas perkebunan. Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya. Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas 100% (sangat berhasil). Capaian sasaran varietas diatas 140%; sasaran teknologi produktivitas mencapai 102%, sasaran teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah/produk olahan mencapai 143%, sasaran benih sumber mencapai 101 %, sasaran galur359 %; sasaran rekomendasi kebijakan mencapai 100%.

Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 tercermin dari hasil litbang perkebunan berupa : (1)Teknologi mendukung Bioindustri; berupa teknologi Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi Bioavtur dari kemiri Sunan ; (2) Varietas mendukung bioenergi, berupa varietas kemiri Sunan Kermindo 1 dan 2; (3) Teknologi mendukung bioenergi berupa teknologi kompresi biomethane cair berbasis limbah tanaman perkebunan (Biomethane), Teknologi gasifikasi limbah sawit TKS, Bioenergi untuk pengolahan teh putih, pupuk dari limbah tebu; (4) Formula pestisida nabati yang ramah lingkungan; (5) Teknologi budidaya pendukung peningkatan produktivitas komoditas perkebunan utama; (6) Teknologi perbanyakan kuljar beberapa tanaman perkebunan; (7) Penyediaan benih sumber (tebu kuljar dan tanaman perkebunan lainnya); dan (8) Pengkayaan plasma nutfah pendukung kegiatan pemuliaan;

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3) Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4) Monitoring dan evaluasi yang intensif;

Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan

(9)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP. Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi kelemahan tersebut dimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ; 92) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan penerapan teknologi litbangbun.

(10)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

I. PENDAHULUAN

Tugas dan fungsi Puslitbang Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan program, serta pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan, sedangkan fungsinya adalah :

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pemantauan dan evaluasi penelitian dan pengembangan perkebunan;

b. Pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan perkebunan;

c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan; dan

d. Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki dua bidang dan satu bagian yaitu Bidang Program dan Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, dan Bagian Tata Usaha, Kelompok Fungsional Peneliti, serta didukung oleh empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani komoditas yang menjadi mandatnya, yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri).

Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian No. 62-65/ Permentan/ OT.140/10/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Lingkup Puslitbangbun,tugas dari masing-masing UPT tersebut adalah melaksanakan penelitian tanaman rempah dan obat; tanaman palma; tanaman pemanis dan serat, serta tanaman industri dan penyegar. Masing-masing Balai menyelenggarakan fungsi sesuai komoditas penelitiannya sebagai berikut: a. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan

plasma nutfah;

b. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi;

(11)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

c. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis; d. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian;

e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian;

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan persyaratan kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM Balitbangtan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga handal dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan sumber daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2014, disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Sampai dengan TA 2014 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 740pegawai yang terdiri dari 55 orang S3, 80 orang S2 dan 196 orang S1, 28 orang SM/D3, 6 orang D2, 2 orang D1 serta 373 orang SLTA ke bawah.Berdasarkan jabatannya sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan diklasifikasikanmenjadi6(enam) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa, (3) Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, dan (6) Pranata Humas, dan Fungsional Umum.

Tabel 1. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut Pendidikan pada tahun 2014

Unit Kerja S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah

Kantor Pusat 10 5 18 6 3 1 41 84 Balittro 20 19 62 12 2 0 154 269 Balittas 11 25 63 6 0 0 77 182 Balit Palma 9 16 24 1 1 0 54 105 Balittri 5 15 29 3 0 1 47 100 Jumlah 55 80 196 28 6 2 373 740

(12)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Jumlah pegawai berdasarkan jabatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya pada tahun 2014 Unit Kerja Peneliti Tek. Litkayasa Pustaka-wan Pranata komputer Ar- siparis Pranata humas dan fungsional umum Jumlah Kantor Pusat 15 0 4 1 2 62 84 Balittro 61 46 2 0 1 158 269 Balittas 50 26 0 0 1 105 182 Balit Palma 26 10 0 0 0 69 105 Balittri 39 21 1 0 1 38 100 Jumlah 191 103 7 1 5 433 740

Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 433 orang. Jumlah tersebut cukup besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi, litkayasadan fungsional lainnya). Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai motor penggerak untukmencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan dengantenaga penunjangnya sehingga perencanaan SDM kedepan akan mempertimbangkan komposisi tersebut.

Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang Perkebunan 2014

No BidangKeahlian Kantor

Pusat Balittro Balittas Palma Balit Balittri JML

1 Budidaya Tanaman 3 18 13 5 11 50

2 Ekonomi Pertanian 2 3 2 1 3 11

3 Fisiologi Tanaman 0 3 2 0 4 9

4 Hama dan Penyakit

Tanaman 5 20 14 6 8 53

5 Pemuliaan dan Genetika

Tanaman 3 13 14 9 9 48

6 Teknologi Pasca Panen 0 4 4 3 3 14

7 Teknologi Pertanian dan

Mekanisasi 1 0 1 1 0 3

8 Ekonomi Sumberdaya 0 0 0 0 0 0

9 Kesuburan Tanah dan

Biologi Tanah 0 0 0 0 0 0

10 Kimia Analitik Lainnya 1 0 0 0 0 1

11 Bioteknologi Pertanian 0 0 0 0 0 0

(13)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Bidang keahlian yang terbanyak di lingkup Puslitbadalah hama dan penyakit tanaman (53), disusul oleh budidaya tanaman (50), pemuliaan dan genetika tanaman (48) serta teknologi pasca panen (14) dan ekonomi pertanian (11). Bidang kepakaran yang paling sedikit adalah sistem usahatani pertanian (2). Hal ini karena sistem usahatani petanian lebih banyak dilaksanakan di BPTP karena sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kedepan dalam pengusulan sekolah (S1 dan S3) hendaknya mengikuti bidang kepakaran yang diperlukan di masing-masing bali penelitian.

Pada tahun 2014, peneliti yang masih sekolah berjumlah 26 orang dengan bidang ilmu: manajemen sumberdaya lahan dan lingkungan; entomologi;

microbial biotechnology; phytopathology; pemuliaan tanaman; ilmu tanah; teknologi hasil penelitian; plant biotechnology; socio environment energy, teknologi benih; dan agro teknologi, sehingga apabila telah selesai mengikuti tugas belajar akan dapat memenuhi kebutuhan kepakaran.

Sumberdaya Sarana dan Prasarana. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga penelitian adalah Kebun Percobaan, Laboratorium, dan Rumah Kaca.

Laboratorium. Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium sudah terakreditasi dan dua laboratorium sedang dalam proses akreditasi

Kebun Percobaan. Kebun percobaan lingkupPuslitbang Perkebunan tersebar di 18 lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan tersebut, terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut yaitu KP Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani, yaitu KP Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas). Status kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP yang pinjam pakai.

Rumah Kaca. Puslitbangbun mempunyai 23 Rumah Kaca (Masing-masing 4 RK di Balitro, Balittas dan Balitka, dan 1 RK di Balitri).

Sumber Daya Keuangan. Anggaran pembangunan Badan Litbang Pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya dukungan

(14)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

positif pemerintah terhadap kegiatan litbang yang dituntut untuk menghasilkan inovasi teknologi yang lebih berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun demikian, masih diperlukan dukungan pendanaan yang lebih besar untuk peningkatan hasil penelitian berupa inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing yang bersifat untuk kepentingan petani. Perkembangan penganggaran lingkup Puslitbang Perkebunan lima tahun terakhir seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 (Dalam Juta Rupiah)

Tahun Anggaran Jenis Belanja Total

pegawai Barang Modal

2010 36.908 47.271 18.635 102.814

2011 39.830 41.681 38.657 120.168

2012 43.630 48.849 5.209 98.688

2013 48.771 51.242 33.660 135.674

2014 49.891 47.034 14.311 111.236

Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek berupa unified budgeting, performance based budgeting, dan medium term expenditure frame work.

Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak); (2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI;(3) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI; dan (4) Penyusunan Laporan Pelaksanaan SPI.

(15)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan Monitoring dan Evaluasi secara berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien. Dokumen pelaksanaan Monev dituangkan dalam LAKIP, SIMMONEV dan Laporan Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2010-2014 mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3) Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan setiap UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap triwulan.

(16)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

BAB II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2. 1. Perencanaan Strategis 2010-2014

Untuk mengantisipasi perubahan paradigma dan dinamika lingkungan strategis yang dihadapi Puslitbang Perkebunan di masa mendatang, khususnya periode 2010 – 2014, Puslibang Perkebunan membutuhkan strategi khusus agar kiprah dan eksistensinya sebagai lembaga penelitian di bidang perkebunan dapat terwujud, terutama dalam mendukung pembangunan pertanian. Dengan penetapan Rencana Strategis (Renstra) Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatannya, diharapkan kegiatan penelitian perkebunan dapat dilakukan secara efektif dan efisien,menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif, sesuai kebutuhan pengguna, dan berkelanjutan.

Selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian pada TA 2014, maka Puslitbang Perkebunan telah menetapkan visi pada Tahun 2014 : "Menjadi pusat keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia". Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslitbang Perkebunan menyusun misisebagai berikut:

1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan dan kebijakan di bidang perkebunan

2. Meningkatkan kualitas dan optimalisasi sumberdaya penelitian dan pengembangan perkebunan

3. Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek ditingkat nasional dan internasional

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya: a) varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) teknologi peningkatan nilai tambah (diversifikasi)/bio-industri, dan d) benih ungul tanaman perkebunan.

2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan

(17)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

3. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada penggunayang sasarannya adalah: a) meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, b) meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna, c) terjalinnya kerjasama dengan pihak lain.

Kebijakan Litbang Perkebunan

Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Arah kebijakan litbang perkebunan, perkebunan harus fokus pada penciptaan teknologi benih, teknologi budidaya, teknologi diversifikasi dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah yang berdaya saing. Penelitian ditujukan untuk meningkatkan daya saing komoditas dengan karakteristik yang sesuai keinginan konsumen, baik pasar domestik, maupun pasar ekspor. Penelitian kebijakan tetap diperlukan baik dalam rangka evaluasi kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan antisipatif. Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.

Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui upaya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi program, output serta peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian nasional secara sinergis dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian.

Kegiatan Penelitian Tanaman Perkebunan

Secara umum orientasi Litbang Perkebunan adalah mendukung pencapaian target sukses kementerian pertanian serta peningkatan produktivitas dan produksi Perkebunan. Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan, prioritas penelitian komoditas lingkup Puslitbang Perkebunan adalah sebagai berikut: (1) Tanaman rempah dan obat: lada, vanili, jambu mete, jahe, temu lawak, nilam,

(18)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

seraiwangi dan kina; (2) Tanaman pemanis dan serat: kapas, tembakau, jarak pagar, kenaf dan tebu (3) Tanaman Industri dan Penyegar : kopi, karet, kakao dan teh; (4) Tanaman Palma: kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah dan aren. Swasembada gula tahun 2014 menjadi salah satu target sukses kementerian pertanian. Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula akan menjadi prioritas utama untuk mendukung pencapaian target tersebut. Penanganan aspek perbenihan (perbanyakan massal) dan teknik budidaya sesuai GAP dan GMP secara terintegrasi sangat diperlukan.

Dari hasil penelitian, beberapa tanaman (seperti kelapa sawit, tebu, jarak pagar, kemiri minyak, sagu, aren dan kelapa) dan limbah perkebunan (seperti sabut kelapa, tandan kosong sawit, ampas tebu, kulit buah, bungkil jarak pagar dan daging buah kakao) dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati dan limbah ini dapat dikembangkan masyarakat terutama di perdesaan maka akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pengembangan bahan bakar nabati, Litbang Perkebunan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan tanaman dan limbah tersebut diatas secara efisien dengan sasaran ongkos produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.

2.2. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Untuk mendukung Program Penciptaan Teknologi Varietas Unggul Berdaya Saing yang dijalankan Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Perkebunan mempunyai Kegiatan utama yaitu Kegiatan Penelitian dan pengembangan perkebunan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran Puslitbang Perkebunan telah disusun beberapa sub Kegiatan 2010 – 2014 dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) seperti disajikan pada Tabel 5 berikut ini:

(19)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Tabel 5. Sub Kegiatan Utama dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014

2.3. Rencana Kinerja Tahunan

Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Puslitbang Perkebunan Tahun Anggaran 2014, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai pada TA 2014, sebagai berikut:

Sub Kegiatan Utama Indikator Kinerja Utama Target 2010 2011 2012 2013 2014 Perakitan

Varietas Jumlah varietas unggul yang dihasilkan (varietas) 6 10 6 10 10 Perakitan Teknologi Budidaya Jumlah teknologi budidaya yang dihasilkan (teknologi) 15 25 19 17 14 Perakitan Produk Olahan' Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan nilai tambah (teknologi) 12 13 11 12 12 Sintesa

Kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan (rekomendasi) 5 6 6 6 6 Produksi Benih Sumber Jumlah benih sumber yang dihasilkan (ton) 260 263 340 341 343

Bibit Tebu Jumlah bibit tebu yang dihasilkan (budset) - 300 plantlet (x 1000) 2.500 budset (x 1000) 5.000 budset (x 1000) 2.500 budset (x 1000) Pelestarian Plasma Nutfah Jumlah aksesi SDG yang terkonservasi dan terkarakterisasi (aksesi) 4.040 4.370 4.490 4.610 4730

Diseminasi Jumlah publikasi

(terbitan) 8 8 8 32 32

Kerjasama Jumlah Mou

(20)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Tabel 6. RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan

Jumah varietas unggul 10 varietas 2. Tersedianya inovasi teknologi

budidaya,

Jumlah teknologi budidaya yang dihasilkan

21 Teknologi

3. Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah

Jumlah teknologi olahan yang dihasilkan

12 Produk 4. Tersedianya rekomendasi kebijakan Jumlah kebijakan 6 kebijakan 5. Tersedianya sumberdaya genetik Jumlah plasma Nutfah 4.879 aksesi 6. Tersedianya benih sumber Jumlah benih 375 ton 7. Tersedianya bibt tebu Jumlah benih tebu 5 juta budset 8. Terselenggaranya diseminasi Jumlah jurnal/publikasi 32 Terbitan 9. Terwujudnya kerjasama penelitian Jumlah MOU kerjasama 20 MOU

RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 disusun dengan mengacu IKU yang tercantum pada Renstra Puslitbang Perkebunan 2010-2014. Target-target IKU teknologi dan benih sumber dalam RKT lebih tinggi dibandingkan IKU yang sama dalam Renstra. Hal ini terkait dengan penyesuaian dengan perkiraan alokasi dana dan kemampuan UPT dan UK Puslitbang Perkebunan.

2.4. Penetapan Kinerja TA 2014

Dalam dokumen Penetapan Kinerja Puslitbang Perkebunan Tahun Anggaran 2014, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai dan jumlah anggaran pada TA 2014, sebagai berikut (Tabel 7).

PK Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 disusun dengan mengacu IKU yang tercantum pada Renstra Puslitbang Perkebunan 2010-2014 dan RKT 2014. Ada perubahan target PK dari RKT yang diacunya. Perubahan target terjadi pada IKU teknologi budidaya, teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah, dan Plasma Nutfah. Perubahan tersebut karena penyesuaian dengan perkiraan alokasi dana dan kemampuan UPT dan UK Puslitbang Perkebunan. Pada PK, IKU Plasma Nutfah diganti dengan IKU galur, karena plasma nutfah dikategorikan dengan kegiatan rutin sehingga dianggap tidak perlu menjadi IKU walaupun merupakan salah satu indikator kegiatan di Puslitbang Perkebunan. Sedangkan

(21)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

galur masuk dalam kategori IKU dalam PK karena merupakan output antara yang lebih utama dalam kegiatan perakitan varietas.

Tabel 7. Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2014

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Terciptanya varietas dan galur/klon unggul dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swa sembada berkelanjutan

a. Jumlah varietas unggul

b. Jumlah galur unggul c. Jumlah benih sumber d. Jumlah benih sumber tebu hasil kuljar (G2)

10 varietas 22 galur 422 ton 2.500.000 budset 2. Terciptanya inovasi teknologi

budidaya , pengendalian OPT dan Produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman perkebunan a. Jumlah Teknologi budidaya b. Jumlah teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah 45 teknologi 7 Formula 3. Terciptanya bahan rekomendasi

kebijakan perkebunan di Indonesia Jumlah rekomendasi kebijakan perkebunan 6 rekomendasi

Jumlah anggaran semula yang tercantum didalam PK Puslitbang Perkebunan yang telah ditandatangai adalah sebesar Rp. 110.979.742.000,-. Setelah mengalami revisi jumlahnya menjadi Rp. 111.236.000.000,-.

(22)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil :>100 persen; (2) berhasil : 80 – 100 persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan tidak berhasil : 0 – 59 persen. Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal.

3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Pengukuran kinerja adalah bagian dari sistem AKIP yang merupakan proses pengukuran (assessment) yaitu dengan membandingkan antara rencana/target sasaran dengan realisasi serta menilai kinerja yang telah dihasilkan. Fokus pengukuran pencapaian kinerja adalah pada pengukuran pencapaian target kinerja seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan (PK).

Hasil pengukuran kinerja yang diuraikan dibawah ini merupakan hasil pengukuran yang dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi yang rutin dan intensif dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga target output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai. Evaluasi melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan maupun dari luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup Badan Litbang Pertanian seperti Perguruan Tinggi,

2. Mewajibkan kepada seluruh penanggung jawab kegiatan untuk menyampaikan laporan secara berkala melalui laporan bulanan, triwulan,

(23)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

semester dan laporan akhir kegiatan sehingga dapat diketahui kemajuan setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta masalah-masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Jika ditemukan ada permasalahan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran, dapat langsung dicari upaya-upaya penyelesaian agar pencapaian tujuan dan sasaran tidak terganggu.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi langsung pelaksanaan kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

4. Melakukan seminar proposal dan laporan hasil kegiatan sehingga terjadi proses cek dan ricek terhadap dokumen perencanaan dan pelaporan.

5. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup Puslitbang Perkebunan, disusun laporan kegiatan utama, laporan output penting, laporan Pelaksanaan Rencana Aksi yang selanjutnya disampaikan ke Badan Litbang Pertanian setiap triwulan.

6. Pemantauan dan evaluasi secara intensif juga dilakukan terhadap realisasi anggaran secara mingguan melalui I-Monev dan secara bulanan melalui PMK 259 (memfasilitasi kewajiban laporan kinerja yang diamanatkan PP 39 Tahun 2009)

7. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) juga dilakukan sebagai suatu sistem untuk menjamin/memberi keyakinan memadai agar penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara handal, mengamankan asset negara mendorong ketaatan terhadap peraturan peraturan perundang-undangan.

Pada TA 2014, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan berdasarkan Penetapan Kinerja yang ditandatangani tanggal 18 Juli 2014 (merupakan PK perbaikan) mempunyai 3 sasaran strategis dengan 7 indikator kinerja utama (IKU) yang ingin dicapai.

Secara rinci pencapaian IKU sasaran tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 8 dan uraian berikut:

(24)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Tabel 8. Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2014

Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja Target Capaian %

Terciptanya varietas dan galur/klon unggul dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swa sembada berkelanjutan e. Jumlah varietas unggul f. Jumlah galur unggul g. Jumlah benih sumber h. Jumlah benih sumber tebu hasil kuljar (G2) 10 varietas 22 galur 422 ton 2.500.000 budset 14 varietas 79 galur 422 ton 3.000.000 budset 140 359 101 120 Terciptanya inovasi teknologi budidaya , pengendalian OPT dan Produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman perkebunan c. Jumlah Teknologi budidaya d. Jumlah teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah 45 teknologi 7 Formula 46 teknologi 7 Formula 102 100 Terciptanya bahan rekomendasi kebijakan perkebunan di Indonesia Jumlah rekomendasi kebijakan perkebunan 6 rekomendasi 6 rekomendasi 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 7 indikator kinerja sasaran Puslitbang Perkebunan,semua indikator kinerja telah mencapai dan ada yang melebihi target yang telah ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil).

3.1. 3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan adalah sebagai berikut :

Sasaran 1:

Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang berdaya saing

Pada TA 2014, Puslitbang Perkebunan mentargetkan dapat melepaskan 10 varietas unggul baru tanaman perkebunan. Sampai dengan akhir TA 2014 telah terealisasi pelepasan 14 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 140%). Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2014 berdasarkan jenis komoditas beserta keunggulannya adalah sebagai berikut:

(25)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

KUMIS KUCING

Varietas Agribun ORSINA-1. Produksi 39,94 ton herba segar/ha/2x panen. Spesifik lokasi dataran rendah sampai menengah, beriklim basah.

Varietas Agribun ORSINA-2. Produksi 38,43 ton herba segar/ha/2x panen. Spesifik lokasi dataran rendah sampai menengah beriklim basah sampai agak kering.

Varietas Agribun ORSINA-3. Kadar sinensetin tertinggi (0,094%), dan produksi terna 24,69 ton herba segar/ha/2x panen.

Gambar 1. Keragaan Agribun Orsina 1 (A), Agribun Orsina 2 (B) dan Agribun Orsina 3 (C)

LEMPUYANG

Ziarina 1 Agribun. Produksi 16,74 ton/ha; diameter daging rimpang agak besar, aroma wangi lembut manis enak; kadar linalool 7,47-10,0% kadar zerumbone 47,51-52,69%, kadar zerumbone 42,58 – 50,28%. Sesuai dengan agroklimat di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Ziarina 2 Agribun.Produksi 19,19 ton/ha; aroma rimpang wangi lembut; linalool dalam ekstrak rimpang 7,26-10,29% dan dalam minyak atsiri rimpang 16,74 – 17,05%; kadar zerumbone 36,26 – 51,46% Kadar minyak atsiri rimpang 1,15%: Sesuai ditanam pada kondisi agroklimat di Karanganyar, Jawa Tengah.

(26)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Gambar 2. Keragaan lempuyang Ziarina 1 Agribun (A) dan Ziarina 2 Agribun (B) KAPAS

Agri Kanesia 16. Potensi Produksi : 3836.20 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas rata-rata : tanpa pengendalian 1309.0 – 3836.20 kg kapas berbiji/ha dan dengan pengendalian hama : 1007.6 – 3006.8 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap

A. biguttula.Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F

Agri Kanesia 17. Potensi Produksi : 3891.70 kg kapas berbiji/ha dengan produktivitas rata-rata tanpa pengendalian hama 1342.0 – 3891.70 kg kapas berbiji/ha dan dengan pengendalian hama 1060.4 – 3036.6 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan A. biguttula. Sesuai dikembangkan di wilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan, Vertisol dan Tipe iklim C, D, E, F

Agri Kanesia 18. Potensi Produksi : 3990.80 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas rata-rata : tanpa pengendalian 1369.10 – 3990.5 kg kapas berbiji/ha dan dengan pengendalian hama : 1165.80 – 3056.5kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap

A. biguttula.Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F.

Agri Kanesia 19. Potensi Produksi : 4395.70 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas rata-rata : tanpa pengendalian 1277.90 – 4395.70 kg kapas berbiji/ha dan dengan pengendalian hama : 746.60 – 1614.10 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan

(27)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

terhadap A. biguttula. Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F

Agri Kanesia 20. Potensi Produksi : 4051.30 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas rata-rata : tanpa pengendalian 1300.1 – 4051.3 kg kapas berbiji/ha dan dengan pengendalian hama 961.3 – 2872.3 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap A. biguttula .Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F

Gambar 3. Keragaan Kapas Agri Kanesia 16 – Agri Kanesia 20 AREN

Aren Dalam Tomohon. Produksi nira tinggi rata-rata >30 liter per mayang per hari; Masa sadap panjang > 3 bulan;Jumlah mayang jantan yang dapat disadap banyak;Potensi produksi benih tinggi, produksi benih per pohon dapat digunakan untuk pengembangan aren Dalam seluas 136 hektar.

(28)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

SAGU

Sagu Baruk. Persentase kandungan karbohidrat dan pati hampir sama dengan sagu metroxylon yaitu kadar karbohidrat 86,9 % dan kadar pati 80,6 %; Memiliki batang kecil, sehingga dapat diusahakan sebagai tanaman pekarangan/ornamen; Pengolahan sagu baruk lebih mudah dibandingkan dengan sagu metroxylon; Memiliki perakaran yang kuat dan menyerap air serta dapat tumbuh pada lahan-lahan yang curam sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi serta pemulihan lahan kritis (lahan bekas tambang batubara).

Gambar 5. Keragaan Sagu Baruk KEMIRI SUNAN

Kermindo 1. Produksi lebih tinggi daripada Kemiri Sunan 1 (KS1) dan Kemiri Sunan 2 (KS2); Potensi biodiesel lebih tinggi daripada KS1 dan KS2; Toleran terhadap hama dan penyakit; Minyak lebih jernih dibandingkan KS1 dan KS2 ; Proses pengolahan sampai biodiesel jauh lebih efisien.

Kermindo 2. Produksi dan potensi menghasilkan biodiesel lebih tinggi daripada KS1 dan KS2; Toleran terhadap hama dan penyakit; Minyak lebih jernih dibandingkan KS1, KS2 dan Kermindo 2; Proses pengolahan sampai biodiesel jauh lebih efisien

Trend capaian varietas unggul baru tanaman perkebunan ber fluktuasi selama lima tahun terakhir, yaitu mencapai 133, 130, 100, 90, dan 140% sejak tahun 2010 - 2014. Tidak tercapainya target varietas pada tahun 2013 dikarenakan tidak lulusnya pelepasan varietas tembakau, karena terkendala kebijakan pemerintah untuk tidak menambah varietas unggul baru tembakau (Gambar 6).

(29)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Gambar 6. Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 Sebelum menjadi varietas tanaman yang sudah dilepas dan dikukuhkan menjadi varietas, dalam proses kegiatan pemulian akan menghasilkan galur. Galur dengan potensi sifat yang diinginkan harus menjalani proses selanjutnya untuk dikukuhkan sebagai varietas unggul baru. Proses tersebut mencakup karakterisasi, pengujian pada beberapa lokasi, diusulkan dan disidangkan pada Tim Pelepasan Varietas di Kementerian Pertanian.

Galur adalah calon varietas yang masih memerlukan beberapa pengujian lebih lanjut untuk menjadi varietas. Pada tahun 2014, dalam PK Puslitbang Perkebunan mentargetkan output galur sebanyak 22 galur. Dari target tersebut terealisasi 79 galur (realisasi 359 %). Pada tahun sebelumnya output galur tidak ditargetkan baik dalam IKU maupun dalam RKT dan PK. Galur yang dihasilkan Puslitbang Perkebunan pada tahun 2015 mencakup:

• 16 galur tebu dengan rendemen dan produksi tinggi

• 6 galur tembako besuki NO (cerutu) dengan indeks mutu dan indeks tanaman lebih baik dari populasi petani

• 6 galur tembakau Kesturi dengan indeks mutu dan indeks tanaman lebih baik dari dua varietas pembanding

• 30 galur somaklon Tebu varietas Bululawang hasil iradiasi sinar gamma yang mempunyai nilai brix lebih tinggi dibandingkan kontrol

• 21 galur asal PS 864 dengan produktivitas bervariasi antara 1478-3794 gram dan produksi gula/rumpun berkisar antara 151-424 gram

(30)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Untuk mendukung kegiatan pemulian tanaman, diperlukan materi genetik tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2014 Puslitbang Perkebunan telah memiliki sebanyak 10.799 aksesi yang secara rinci berdasarkan komoditas disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2014

NO. KOMODITAS JUMLAH AKSESI

1 Tanaman rempah dan obat 3.062

2 Tebu 772 3 Tembakau 1.360 4 Kapas 841 5 Kapok 156 6 Kenaf (danspesieslainnya) 1.559 7 Rosella 148 8 Jute 785 9 Agave 25 10 Abaka 73 11 Rami 83 12 Linum 25 13 KemiriSunan 52 14 BungaMatahari 75 15 JarakPagar 435 16 JarakKepyar 216 17 wijen 75 18 Kopi 265 19 Kakao 235 20 Karet 50 21 Teh 45 22 Kelapa 86 23 Kelapa sawit 204 24 sagu 20 25 pinang 38 26 aren 114 Jumlah 10.799 Sasaran 2:

Tersedianya teknologi budidaya tanaman perkebunan

Pada TA 2014 Puslitbang Perkebunan mentargetkan untuk menghasilkan teknologi budidaya tanaman perkebunan sebanyak 45 teknologi, dan telah terealisasi sebanyak 46 teknologi (tingkat keberhasilan 102%). Rincian teknologi yang dihasilkan Puslitbang Perkebunan berdasarkan komoditas Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

(31)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

TEBU

1. Komponen teknologi rawat ratoon tebu

Ratoon dibatasi sampai 3 kali (ratoon ketiga/RC-3), dan RC-4 harus dibongkar diganti dengan tanaman baru dalam bentuk bibit budset maupun budchip. Penggunaan paket teknologi rawat ratoon berupa kombinasi pedot oyot, sulam, serta pupuk organik dan anorganik menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman tebu yang paling baik.

2. Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP 50/170

Penerapan tata tanam dimaksudkan untuk memaksimalkan energi cahaya yang diterima pertanaman untuk dikonversi ke dalam bahan kering tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Penerapan sistem tanam juring ganda dengan PKP 50/170 menggunakan bibit ganda dan dosis pupuk dua kali dosis rekomendasi mampu menghasilkan produktivitas tanaman tebu 2,2 kali yang dihasilkan sistem tanam juring tunggal.

Gambar 7. Tanaman tebu dengan Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP 50/170

3. Teknologi pemupukan tebu pada tanah Alfisol

Pemupukan berimbang ditujukan untuk penyediaan hara yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berproduktivitas yang optimal. Pemupukan tanaman tebu didasarkan pada analisis tanah. Respon pemupukan berbeda untuk setiap jenis tanah. Pada tanah Alfisol P sangat respon dengan dosis P optimum 36-180 kg P2O5/ha dengan produktivitas tebu 144,3 ku/ha. Dosis pupuk N optimum berkisar antara 160-180 N kg/ha dengan produktivitas tebu 143 ku/ha. Sedangkan pemupukan K antara 90-120 kg K2O/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap produksi tebu, produksi tertinggi dicapai pada dosis pupuk K 120 kg K2O dengan

(32)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

produksi tebu 129,7 ku/ha. Rata-rata rendemen yang dicapai pada penelitian pemupukan ini adalah 7,8%.

4. Teknologi penentuan waktu tanam dan panen optimal pada tebu Dalam penataan varietas, pemilihan varietas yang sesuai dengan tipologi lahan pengembangan dapat memperoleh produktivitas dan rendemen yang optimal. Waktu tanam optimal Nop III-Des III untuk Muktiharjo.Waktu panen 9-10 bulan masak awal, 10-11 bulan masak tengah, 12-13 bulan masak lambat.

5. Teknik pendugaan produktivitas tanaman tebu varietas bululawang berdasarkan kadar lengas tanah

Kadar lengas memberi nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi dibandingkan Etc/Eta. Persamaan kuadratik model antara tinggi batang dengan kadar lengas adalah y: -14,932+0,212x – 2,668E-5 X² dengan R²: 0,997. Persamaan kurva kuadratik model antara diameter batang dengan kadar lengas adalah Y= -0.464+ 0.003x – (1.114 x 10-6) x2 dengan R² :

0,890. Persamaan kurva –S model jumlah anakan dengan kadar lengas adalah Ln (Y): 2.900 + (-356.118/x) dengan R² : 0,672. Model ini bersifat spesifik lokasi dan varietas.

6. Teknologi Hot Water Treatment untuk mengurangi resiko serangan HPT tebu

Perlakuan HWT dapat mengurang resiko tanaman tebu dari serangan Hama dan Penyakit. Dengan perlakuan HWT, Tebu varietas PSDK 923 memiliki persentase perubahan fisik mata tunas yang tertinggi (42%). Perubahan ini ditandai dengan mata tunas yang berwarna kecoklatan dan mengkerut. Varietas Kentung, PS 862 dan Kidang Kencana setelah perlakuan HWT memiliki persentase perkecambahan paling tinggi (42%) dan berbeda nyata dengan Bululawang, PS 851, PS 881, PSDK 923 dan VMC 76-16. Sementara itu, perlakuan perendaman benih berpengaruh tidak nyata pada perubahan fisik mata tunas.Varietas yang memiliki kecepatan berkecambah cepat adalah PS 862, PS 864, dan PSJT 941. Hubungan antara perubahan fisik mata tunas dengan persentase perkecambahan tidak ada. Perlakuan HWT dan perendaman benih dalam larutan fungisida memberikan persentase perkecambahan paling tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan perendaman benih di dalam larutan urea

.

(33)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

7. Teknologi pengukuran rendemen tebu secara tepat dan cepat dengan NIRS

Teknologi Pengukuraan Near Infra Red Spectroscopy (NIRS) dapat mengukur rendemen tebu dalam 1 – 2 menit untuk setiap contoh NPP (nira Perahan Pertama). Hasil pengukuran rendemen tebu dari 974 contoh NPP, menunjukkan rendemen tebu dengan pengukuran metode NIR (17,77% dan 14,07%) tidak berbeda dengan metode konvensional (17,70 dan 14,08 %). Apabila diaplikasikan untuk menghitung rendemen individu, nilai rerata rendemen metode NIR (8,56 %) tidak berbeda dengan metode konvensional (8,59%).

8. Teknologi produksi gula cair

Inovasi teknologi produksi gula cair dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu unit ekstraksi, unit filtrasi, unit evaporasi, dan unit packing. Unit ekstraksi atau pemerahan yang dikerjakan dengan alat roller mill. Untuk memaksimalkan hasil ekstraksi, air imbibisi bertemperatur 35 oC ditambahkan

pada ekstraksi tahap 2 dan 3.Dari unit pemerahan, nira dibersihkan kandungan padatan terlarutnya di unit klarifier. Di unit ini, bahan flokulan dicampurkan untuk memperbesar padatan terlarut dan melayang sehingga meningkatkan berat padatan hingga padatan dapat tenggelam dan dikeluarkan sebagai sludge. Sludge ini disaring oleh filter press untuk mendapatkan nira terikut yang dikembalikan lagi ke jalur proses. Padatan yang menjadi cake, atau disebut dengan blotong, dibuang. Selanjutnya nira bersih dipekatkan di unit evaporasi pada temperatur maksimum 70 oC dan

tekanan vakum. Di unit ini kandungan air dikurangi hingga brix 63 sehingga menjadi produk gula cair. Untuk menghilangkan warna, gula cair dimasukkan ke unit docolourization. Selanjutnya gula cair dipacking ke dalam botol.Gula cair dapat diproses lanjut menjadi gula semut melalui crystallizer (CS) kemudian dipacking sebagai gula semut.

KAKAO

9. Teknologi pemupukan pada kakao

Teknologi pemupukan yang berimbang dengan dosis 300 g NPK/pohon/tahun + 20 g Mikoriza/pohon/tahun (150 spora/100 g bahan/tahun) meningkatkan produktivitas kakao rakyat dari produksi buah rata-rata 20 buah

(34)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

gelondong/pohon/tahun (1.300 kg biji kering/ha/tahun) menjadi rata-rata 80 buah gelondong/pohon/tahun (2.860 kg biji kering/ha/tahun)

10. Teknologi pembuatan hidrolisat protein dari bungkil kakao dan ampas kopi

Hidrolisis bungkil kakao dan ampas kopi optimal dilakukan dengan menggunakan konsentrasi enzim papain sebesar 6% dengan waktu inkubasi selama 4 jam. Dari kondisi hidrolisis tersebut didapatkan kadar protein rendemen hidrolisat kakao adalah sebesar 10.42 mg/mL atau setara dengan 39.92% total protein bungkil kakao. Sedangkan kadar protein hidrolisat kopi yang didapatkan adalah maksimum 13.14 mg/mL atau setara dengan 67.38% total protein ampas kopi. Penggunaan enzim dengan konsentrasi tinggi dalam proses hidrolisis dapat menghasilkan kadar protein terukur yang tinggi karena tingkat hidrolisis yang intensif, namun mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih rendah. Sedangkan penggunaan enzim berkonsentrasi rendah menghasilkan kadar protein hidrolisat yang lebih sedikit, namun memiliki nilai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi karena tingkat hidrolisis yang tidak terlalu intensif.

11. Teknik imunodeteksi okratoksin pada kopi dan kakao

Teknik imunodeteksi yang akan dikembangkan adalah dalam bentuk kit uji (rapid assay) yang murah dan mudah digunakan sehingga terjangkau untuk sarana perbaikan mutu perkebunan rakyat dan sertifikasi mutu kopi ekspor oleh prosesor dan eksportir UKM. Antibodi poliklonal anti okratoksin telah diperoleh dari telur ayam hewan uji pada periode ke-4 (8 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti okratoksin dengan metode dot blot. Terdapat antibodi anti BSA yang harus dihilangkan terlebih dahulu untuk meningkatkan sensitivitas terhadap okratoksin. Pemisahan antibody anti BSA dapat dilakukan dengan penyerapan antibody tersebut dengan BSA. Kondisi pH optimum nano gold adalah 9 dan konsentrasi antibodi maksimum adalah pengenceran 1/5. Hasil pengujian awal test trip masih menunjukkan hasil pita dengan sinyal yang lemah. Masih diperlukan optimasi sintesis antibodi-nanopartikel emas, diantaranya variasi konsentrasi antibodi, variasi suhu dan waktu inkubasi, dan variasi metode sentrifugasi.

(35)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

KOPI

12. Metode aklimatisasi planlet kopi arabika hasil embriogenesis somatik

Proses optimasi aklimatisasi telah berhasil pada varietas Sigararutang menggunakan media tanam berupa campuran tanah, pasir, pupuk kandang yang ditambah dengan sekam, pada varietas AS2K proses aklimatisasi baru dilakukan.

13. Teknologi pengendalian nematoda parasit P.coffeae secara terpadu pada kopi robusta

Pengendalian nematoda dengan jamur Trichoderma dan pestisida tembakau belum tampak nyata hasilnya. Ada kecenderungan pada dosis tinggi, yaitu perlakuan jamur Trichoderma kepadatan spora (10.8x107)dan konsentrasi

ekstrak temabakau 1.0% terdapat penekanan populasi dibanding bibit yang diinokulasi nematode tetapi tidak diperlakukan. Hasil uji invitro, kedua metode pengendalian tersebut sangat efektif dalam membunuh P.coffeae.Hasil pengamatan ketahanan kopi robusta terhadap nematoda parasit P.coffeae yang dilakukan pada tiga kebun menunjukkan tingkat ketahanan yang kurang konsisten. Aksesi kopi robusta C dan D memiliki tingkat populasi nematode rata-rata paling rendah. Hasil pengamatan pola tanam kopi Robusta menunjukkan bahwa pada pola tanam kopi robusta dengan penaung gelap dan tanaman sela paling beragam tingkat serangan PBKo dan nematode paling rendah. Pada pola tanam ini diversitas arthropoda juga paling beragam dan populasinya paling tinggi.

14. Teknologi penanganan pasca panen kopi Arabika rakyat pada berbagai ketinggian

Dilakukan panen selektif, pengupasan kulit buah basah, fermentasi, pencucian, pengeringan, pengupasan kulit kering dan penyimpanan/penggudangan. Pengawalan dan pendampingan pengelolaan kebun yang baik sesuai GAP (Good Agricultural Practices), dan penanganan pasca panen yang tepat sesuai GMP (Good Manufacturing Practices) serta penguatan kelembagaan ditingkat kelompok tani.

(36)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

15. Teknologi pengendaliam nematoda pada tanaman kopi dengan bakteri endofit

Penggunaan agens hayati bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda potensial untuk dikembangkan sebagai agens pengendali nematode.Bakteri endofit diformula dalam bentuk powder, cair dan kompos, dengan bahan pembawa talk, molase dan kompos, dengan harapan dapat diaplikasikan dengan mudah di lapangan. Formula powder dibuat dengan bahan pembawa talk, untuk formula cair bahan pembawanya adalah molase sedangkan untuk formula kompos bahan pembawanya adalah rumput+pupuk kandang, masing-masing formula membawa bakteri endofit 1013 CFU/ml. Formula

bakteri endofit molase, talk dan kompos juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan diameter batang) tanaman kopi.

KARET

16. Teknologi pemupukan pada berbagai sistem peremajaan karet Pemupukan dengan dosis 125% dari rekomendasi ditambah mikoriza 100 g/tanaman (pemupukan ekstra) pada tanaman karet umur 1 tahun dapat menyamai pertumbuhan tanaman karet umur 2 tahun dengan dosis pupuk 100%.

17. Teknologi pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai pembenah tanah bekas tambang untuk budidaya tanaman karet

Pembenahan tanah bekas tambang dengan menambahkan 40% kompos atau 40% tanah liat atau kompos 20% + tanah liat 20% pada setiap lubang tanam karet, dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman karet yang baik. Pembenahan tanah akan berlanjut terus dengan dihasilkan biomasa dari tanaman sela yang ditanam di antara tanaman karet muda. Teknik pembenahan lahan bekas tambang ini dapat juga digunakan untuk membenah tanah pada peremajaan karet rakyat yang telah mengalami penurunan tingkat kesuburan, fisik tanah yang padat, rendah unsur hara dan mengandung sumber penyakit (jamur akar putih).

(37)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

18. Teknologi penyimpanan biofungisida

Trichoderma sp. hasil perbanyakan dengan media cair, kemudian masing-masing sebanyak 500 ml dengan kerapatan 108 spora/ml dicampurkan pada 1

kg talc steril pada loyang (1:2), selanjutnya dimasukkan pada oven suhu 40°C selama 1 minggu dan dikemas dalam plastik. Formula dengan bahan pembawa talc ini dapat disimpan sampai 4 bulan.

19. Teknik pengujian stabilitas genetik klon batang bawah karet yang diperbanyak dengan cara in vitro micro cutting

Kultur in vitro microcutting merupakan satu-satunya cara untuk perbanyakan batang bawah karet secara klonal. Penyediaan batang bawah klonal pada tanaman karet sudah sangat diperlukan mengingat berbagai keterbatasan batang bawah asal biji, baik dari variasi tanaman yang dihasilkan maupun dari keterbatasan penyediaannya. Peluang perbanyakan batang bawah klonal yang selama ini belum ada pada tanaman karet, terbuka dengan berhasilnya penerapan teknik in vitro micro cutting. Di samping itu, kemampuan melakukan perbanyakan dengan cara tersebut membuka peluang untuk melakukan seleksi terhadap batang bawah dengan karakter spesifik seperti toleran terhadap penyakit serta toleran terhadap kondisi lingkungan tanah yang ekstrim dan kemudian diperbanyak dengan teknik in vitro microcutting. Secara umum peningkatan kualitas batang bawah akan berdampak positif Gambar 8. Teknologi bahan pembenah tanah untuk budidaya karet pada

(38)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

terhadap batang atas sehingga diharapkan kombinasi bahan tanam yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding bahan tanam sebelumnya. Penggunaan bahan tanam karet dengan kualitas tinggi di berbagai perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun swasta, akan berpengaruh positif terhadap produksi karet nasional maupun terhadap kehidupan ekonomi maupun sosial pelaku industri tersebut. Penelitian tahap molekuler untuk mengetahui stabilitas genetik bahan tanam yang dihasilkan melalui kultur in vitro dapat memperkuat keyakinan penggunaannya, mengingat perubahan genetik merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan terjadi pada tanaman yang diperbanyak secara kultur in vitro. Perbanyakan eksplan pada tahap multiplikasi diatas subkultur ke-10 dapat dilakukan tanpa terjadinya variasi genetik pada planlet yang dihasilkan. Stabilitas genetik tidak berubah, baik pada tahap conditioning, tahap perakaran dan tahap pasca aklimatisasi (vitroplant).

SAWIT

20. Teknologi Gasifikasi tandan kosong kelapa sawit

Gas hasil gasifikasi setelah melalui tahapan pendinginan (cooling) dan pembersihan (filtering) dapat digunakan sebagai bahan bakar campuran motor diesel dengan mekanisme bahan bakar ganda (dual fuel). Untuk menghasilkan output daya yang sama pemanfaatan input gas gasifikasi yang semakin besar menyebaban putaran motor yang lebih tinggi.Semakin banyak gas gasifikasi dipakai sebagai substitusi solar, semakin besar prosentase solar yang tergantikan. Penggunaan gas gasifikasi daat menggantikan maksimum 56% solar yang dicapai pada bukaan katup gas gasifikasi ¾.

21. Teknologi produksi bio-etanol tandan kosong kelapa sawit

Pengecilan ukuran bahan menjadi dapat meningkatkan kadar bioetanol (alkohol) yang dihasilkan dari proses bionversi tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Penambahan NaOH 10% pada saat proses pretreatment menghasilkan kadar selulosa, xilosa dan kadar alkohol yang tinggi dibandingkan perlakuan penambahan NaOH dengan persentasi yang lainnya, serta menurunkan kadar lignin yang cukup besar.Melalui teknologi biokonversi yang dikembangkan, yaitu dengan skala pilot 50 liter, pengecilan ukuran bahan TKKS menjadi 100 mesh, penambahan NaOH 10 % saat pretreatment maka rendemen bioetanol yang dihasilkan selama proses produksi adalah

(39)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

14,85% pada kadar bioetanol sekitar 83,3 %. Dengan demikian diperlukan sekitar 6,73 kg tandan kosong kelapa sawit untuk menghasilkan satu liter bioetanol, atau meningkat hampir dua kali lipat dari penelitian sebelumnya yang memerlukan sekitar 12 kg TKKS.

KEMIRI SUNAN

22. Teknologi produksi bioavtur

Produksi Avtur dilakukan dengan peraralatan yang dilengkapi dengan distilator yang dapat memisahkan metanol untuk dapat digunakan kembali sebagai bahan pemroses sehingga dapat menghemat pemkaian bahan metanol. Di sisi lain, ekses metanol pada bioavtur tidak terjadi. Bioavtur diproduksi dalam suatu rangkaian peralatan pemroses yang terdiri dari: generator ozon, ozonizer, CSTR, dan distilator. Sistem ini dilengkapi dengan reboiler, ejector, kondenser, dan tangki metanol. Pembangkitan panas terjadi pada reboiler dan CSTR dengan cara mengonversi kalor pembakaran gas menjadi panas melalui peralatan burner. Pada CSTR panas ditransferkan ke air yang berperan sebagai jaket pemanas.

23. Teknologi pengolahan minyak kasar kemiri sunan dengan rendemen biodiesel > 80%.

Proses pengolahan minyak kasar kemiri sunan menjadi biodiesel dilakukan menggunakan metode transesterifikasi dua tahap dengan katalis KOH sebanyak 0,2% dari bobot minyak yang dilarutkan dalam metanol dan diaduk hingga terbentuk larutan, disebut dengan larutan metoksida. Biodiesel yang dihasilkan dari proses esterifikasi dua tahap menghasilkan rendemen 87,85% dari minyak kasar kemiri sunan dengan nilai sasam lemak bebas 5,6.

TEH

24. Teknologi bioenergi untuk pengolahan white tea

Melalui konversi biomassa limbah pada hanca petik teh menjadi energi termal dan listrik. Kapasitas sumber listrik mampu memenuhi kebutuhan energi untuk mengolah white tea sebesar 2.000 kg/tahun.

25. Teknologi pembuatan “wood pellets” dari biomasa pangkasan teh Peralatan mesin crusher dan wood pellets telah dapat berfungsi normal dengan output memenuhi syarat sebagai wood pellets. Keberhasilan dalam

(40)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

membuat wood pellets sangat ditentukan oleh ukuran serbuk kayu dan kadar air dari serbuk kayu yang akan dijadikan wood pellets. Penggunaan wood pellets memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi biaya pengolahan teh 31%, jika dibandingkan menggunakan kayu bakar.

26. Pengembangan teknologi irigasi „mobile fertigation system‟ di perkebunan

Aplikasi mobile fertigation system berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman dan jumlah pucuk peko maupun pucuk burung. Hasil produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan frtigasi pembahasan 21 mm (penyiraman 3 hari sekali) dan demikian juga hasil tertinggi untuk jumlah pucuk peko adalah pada perlakuan fertigasi 21 mm, sedang jumlah pucuk burung tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pucuk tanpa irigasi. Perlakuan fertigasi memberikan dampak yang baik untuk memperthankan hasil produksi maupun kesehatan tanaman dimusim kemarau.

KAPAS

27. Paket teknologi budidaya kapas dengan seed treatment Imidakhloprit

Teknologi tumpangsari kapas dan palawija, penggunaan varietas kapas Kanesia 10 dan 13, dengan seed treatment Imidakhloprit, pemupukan berimbang berdasarkan analisis tanah dan pengendalian hama dengan pemantauan mampu meningkatkan hasil kapas berbiji hingga 1.5 ton/ha dan palawija jagung/kacang hijau 1.2 ton/ha, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

JARAK PAGAR

28. Paket teknologi budidaya jarak pagar dengan teknik grafting

Paket teknologi budidaya tanaman jarak pagar dilakukan melalui penanaman tanaman baru dengan vrietas unggul atau melalui rehabilitasi/peremajaan tanaman dengan teknik penyambungan (grafting) menggunakan varietas unggul sebagai entres. Pembentukan kanopi dan arsitektur tanaman sangat diperlukan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan cabang-cabang produktif mendukung pembentukan bunga dan buah, selain untuk memudahkan operasional panen. Tanaman sela (kacang tanah, kacang hijau)

Gambar

Tabel  1.    Jumlah  pegawai  lingkup  Puslitbang  Perkebunan  menurut    Pendidikan  pada tahun 2014
Tabel  3.  Keragaan  Peneliti  berdasarkan  Kepakaran/bidang  ilmu  lingkup  Puslitbang Perkebunan 2014
Tabel  5.  Sub  Kegiatan  Utama  dan    Indikator  Kinerja  Utama  Puslitbang  Perkebunan TA 2010-2014
Tabel 6.  RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Penelitian Tanaman Hortikultura Provinsi D K I Jakarta (2009) menyatakan bahwa kemgian akibat penyakit dan patogen terbawa benih sering terjadi di lapangan dan di

Angina pectoris adalah sutu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan, penyebab diperkirakan berkurangnya

Huzaifah Nama sahabat nabi Muhammad SAW Huzaiman Nama sahabat nabi Muhammad SAW I'tishom Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat Ibad Rajin beribadah, hamba-hamba Allah. Ibkar

 Perlu menghafal bentuk-bentuk ini dengan baik, sebab dalam Leksikon ( Kamus ) Leksikon ( Kamus ) arti bagi kata-kata kerja tersebut di atas dalam bentuk Aorist Kedua

Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai

Oleh karena itu, Café Halaman dapat meningkatkan lagi tampilan dan konten dalam sosial media seperti meng-upload foto yang menarik, memberikan caption yang menarik di

Eksplorasi yang dilakukan di Propinsi Jawa Timur memberikan tambahan koleksi sebanyak 29 varietas lokal, sehingga seluruh koleksi yang berhasil dikumpulkan dari ketiga propinsi

Keterbukaan perdagangan yang didukung oleh tersedianya kualitas modal manusia memiliki dampak positif yang lebih besar di kelompok NSM terhadap pertumbuhan