MAKALAH PENGKAJIAN HOME INDUSTRY
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas IVTUTOR 2 : Fatia Huriati 220110090001 Irtanty Nur R 220110090013 Risma Rusmiatin 220110090025 Nonny Tentia M 220110090037 Taufik Nur R 220110090049 Shindy Yulia S 220110090061 Yani Sri Mulyani 220110090073 Tia Destianti 220110090085 Tiktik Tasrikah Y 220110090097 Yolanda Simatupang 220110090109 Apri Rahma Dewi 220110090121 Vidya Octianty S 220110090133
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap orang akan melakukan kegiatan dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada untuk pemenuhan kebutuhan ekonominya. Lahan pekerjaan sebagai sumber ekonomi masyarakat dewasa ini, terutama di kota-kota besar dipenuhi sektor-sektor industri baik formal maupun informal yang pertumbuhannya semakin pesat. Hal ini memicu perkembangan teknologi yang juga semakin canggih. Perkembangan teknologi ini tentunya diharapkan agar dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja dan sumber devisa negara. Walaupun perkembangan teknologi semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan resiko bahaya yang beragam bentuk dan jenisnya. Oleh karenanya perlu diadakan upaya untuk mengendalikan berbagai dampak negatif tersebut (Susilawati, 1993).
Menurut Rusman Heriawan selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, angkatan kerja Indonesia pada Februari 2009 bertambah 1,79 juta menjadi 113,74 juta orang, terjadi penambahan 1,79 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang atau 2,26 juta orang dibandingkan dengan Februari 2008 sebesar 111,48 orang.
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negaranegara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan hanya 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja di negara industri (dengan hanya beberapa pengecualian) mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai.
Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 ayat (2) menyebutkan bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus dikembangkan, diberikan perlindungan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja. Untuk
melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi secara aman dan efisien.
Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya (Silalahi, 1991).
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup, meningkatkan produksi serta produktivitas perusahaan, memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan efisien, serta menjamin keselamatan setiap tenaga kerja lain yang ada di tempat kerja (Suardi, 2005).
Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat meningkatkan pengetahuan karyawan tentang keselamatan kerja yang tinggi dan pengalaman kerja bahaya-bahaya kecelakaan mendapat perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat perlu dan penting, karena membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan (Mangkunegara, 2001)
1.2 Tujuan Pelaksanaan K3
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum yaitu :
Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan secara khusus antara lain :
Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.
Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian
1.3Sistematika Penulisan Makalah
Sistematika penulisan dalam bab ini dibagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang Latar belakang, Tujuan penelitian, dan Sistematika penulisan makalah.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi teori-teori mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan peran perawat dalam program K3
BAB III : TINJAUAN LAPANGAN
Menjelaskan deskriptif sejarah perusahaan dan tinjauan lapangan di tempat yang diteliti
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisa data dan Askep
BAB V : IMPLEMENTASI
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Menurut Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992, upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja ini adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.
Upaya kesehatan kerja merupakan kegiatan pokok Puskesmas yang ditujukan terutama pada masyarakat pekerja informal di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.
B. Tujuan
a. Tujuan umum :
Meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja melalui Upaya Kesehatan Kerja.
b. Tujuan khusus :
1) Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja
2) Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya yang belum terjangkau selama ini.
3) Meningkatnya keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat serta penerapan prinsip ergonomik.
C. Model Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Plan (Perencanaan)
Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai hasil sesuai dengan kebijakan K3 organisasi.
2. Do (Pelaksanaan)
Melaksanakan proses yang sudah dirancang. 3. Check (Pemeriksaan)
Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran, peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 Iainnya serta melaporkan hasilnya. 4. Act (Tindakan)
Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan.
Pada tahun 1990, silabus keperawatan kesehatan kerja dikembangkan dengan menggunakan kerangka model ‘Hanasaari’, Finlandia. Model ini dibuat untuk
memungkinkan keluwesan praktik keperawatan kesehatan kerja. Model ini disajikan dalam uraian berikut :
1. Konsep lingkungan total
Sistem lingkungan umjum yang mencapai aspek kesehatan dan keselamatan di tamoilkan oleh lingkaran luar besar atau satu konsep global. Didalam lingkaran luar tersebut, pengaruh yang memberikan efek global, yang selanjutnya memberikan efek pada kesehatan, mucul dalam bentuk faktor ekonomi, politik, sosial, ekologi, dan organisasi. 2. Konsep manusia, kerja, dan kesehatan
Diwakili oleh segitiga manusia, kerja dan kesehatan, dan berlangsung didalam lingkungan total, aspek- aspek lingkungan total yang mempunyai efek nyata pada kesehatan ditempat kerja. Sebagai contoh, kebijakan politik dan sosial akan memperluas atau mempersempit pengembangan kesehatan kerja. Budaya dan strategi organisasi dapat dipengaruhi segitiga manusia, pekerja, dan kesehatan secara langsung dan lebih kuat. 3. Interaksi keperawatan kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja, disajikan di tengah- tengah model tersebut. Interaksi dipakai untuk menggambarkan bidang- bidang yang dikenal oleh kelompok- kelompok sebagai peranan perawat kesehatan kerja.
D. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjana baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujan untuk:
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kaerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekarja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjan di dalam ekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan
Menempatlkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya (Efendi, 2009).
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam kesehatan kerja meliputi :
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan penkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha kesehatan kerja.
E. Penyakit yang disebabkan oleh Kesehatan, Keselamatan, Kerja
Penyakit Yang Timbul Akibat hubungan Kerja antara lain:
Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik.
Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.
Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan leh hubungan kerja dapat berupa :
Tidak mampu bekerja untuk sementara cacat sebagian untuk selama-lamanya cacat total untuk selama-lamanya cacat kekurangan fungsi organ meninggal dunia
F. Potensial Hazard
Hazard adalah sumber bahaya potensialyang dapat menyebabkan kecelakaan atau kerusakan. Hazard dapat berupa : bahan-bahan, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja.
Jenis-jenis potensi hazard :
1. Physical hazard
Meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara dan lain-lain.
2. Chemical hazard
Berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda-benda padat. 3. Electrical hazard
Semua potensi bahaya yang berhubungan dengan listrik (pembebanan lebih, kebocoran isolasi, dan lain-lain)
4. Mechanical hazard
Bahaya timbul dari konstruksi, alat-alat bergerak, mesin dan instalasi 5. Physiological hazard
Bahaya yang timbul karena waktu kerja yang lama, tekanan atasan, hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja, trauma.
Bahaya dari jazad renik, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga atau hewan lain di tempat kerja, berbagai macam penyakit yang timbul seperti, infeksi, alergi dan sengatan atau gigitan binatang yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. 7. Ergonomic
Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan kerja yang tidak sesuai dan tidak serasi dengan tenaga kerja, ruangan sempit, mengangkat, mendorong, dsb. sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi hal-hal ini karena ergonomi sebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara keseluruhan, namun karena istilah ergonomi mulai dikenal dari ranah postur kerja, beban kerja, MSD dan sejenisnya maka bisa dimaklumi jika hal-hal seperti ini lebih erat dengan istilah ergonomi.
8. Behavioral hazard
Tidak mematuhi peraturan, kurangnya keterampilan kerja 9. Environmental hazard
Cuaca buruk, api, bekerja di tempat tidak rata.
Segala macam potensial hazard tersebut harus diidentifikasi. Untuk
mempermudah pengidentifikasian, ada beberapa macam metode yang dapat digunakan seperti What-If Analysis, Energy Barrier Analysis, dan lainnya. Setelah hazard
teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap keselamatan karyawan dan keseluruhan operasi. Penilaian ini umumnya menggunakan dua parameter, yaitu : konsekuensi dari suatu hazard dan kemungkinan frekuensi kejadian.
Bahaya-bahaya (hazard) di tempat kerja tersebut harus ditangani dengan prinsip ergonomi yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau kapasitas manusia (fit the task to the worker). Misalnya kebisingan harus dikontrol karena manusia mempunyai batasan paparan, zat-zat kimia korosif harus dikontrol karena tubuh manusia tidak mampu kontak dengan zat tersebut.desain control dan display mesin harus disesuaikan dengan karakteristik kognitif manusia sehingga mengurangi eror, shift kerja disesuaikan dengan kapasitas beban kerja manusia. semua itu dilakukan melalui tiga cara yakni : engineering control, work practice control dan alat pelindung diri (APD).
G. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:
Safety helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang mengenai kepala secara langsung. Sabuk keselamatan
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika mengunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
Sepatu karet
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Sepatu pelindung
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Sarung tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Tali pengaman
berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
Penutup telinga
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. Kacamata pengaman
Berfungsi sebagai peindung mata ketika bekerja. Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk.
Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja. Jas hujan
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja
Semua APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja
H. Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention diseases) pada penyakit akibat kerja:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion) misalnya pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection), misalnya imunisasi, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
3. Diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment), misalnya diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.
I. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998)
a. Fungsi perawat
- Mengkaji masalah kesehatan.
- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.
- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja. - Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
b. Tugas perawat
- Mengawasi lingkungan pekerja.
- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan.
- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja. - Melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja.
- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan.
- Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja. - Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja.
- Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya.
- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja. - Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
BAB 3
TINJAUAN LAPANGAN
A. PENGKAJIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA HOME INDUSTRI
CORE
a. Nama industri : Pangestu
b. Alamat : Desa Cipacing, Jl Raya Cipacing no. 3
c. Pemilik : Ny. Neti
d. Bidang industri : Pembuatan kerajinan dari kayu.
e. Sejarah singkat : Usaha merupakan usaha yang diteruskan secara turun temurun. Lokasi industri di daerah cipacing merupakan daerah industri kerajinan kayu dan senapan yang sudah dikenal secara internasional.
DIMENSI BIOPSIKOSOSIAL
a. Komposisi pekerja
- Jumlah : 3-15 orang, sesuai banyaknya
pesananan.
- Umur : Usia pekerja berkisar dari 25 – 40 tahun.
- Jenis kelamin : Pekerja terdiri dari laki – laki dan perempuan.
- Suku bangsa pekerja : Mayoritas pekerja merupakan orang Sunda.
b. Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja?
: Tidak ada.
c. Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit?
: Tidak ada.
d. Apakah ada faktor predisposisi terjadinya penyakit?
: Faktor predisposisi penyakit diantaranya inhalasi dari serbuk kayu dan cat berbahan kimia.
f. Bagaimana tingkat ketidakhadiran?
: Tingkat absen pekerja rendah.
g. Apa jenis pekerjaannya? : Pengelolaan, pemotongan, amplas, cat pernis, jemur.
h. Bagaimana status imunisasinya? : Sebagian pekerja mendapatkan
imunisasi lengkap saat bayi sedangkan sebagian pekerja lain tidak
mendapatkan imunisasi.
i. Bagaimana hasil skrining testnya? : Hasil skiring menunjukan 2 pekerja berpotensi mengalami masalah kesehatan.
DIMENSI PSIKOLOGIS
kerjanya? seminggu, hari senin s/d sabtu.
b. Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya?
: Keindahan lingkungan kerja kurang menjadi perhatian dari pemilik dan pekerja.
c. Bagaimana hubungan antar pekerja?
: Hubungan antar pekerja cukup baik dan harmonis.
d. Bagaimana hubungan pekerja dengan atasan?
: Hubungan pekerja dengan pemilik usaha baik.
e. Bagaimana nilai dan sikap pekerja? : Pekerja memegang nilai – nilai budaya dan agama di lingkungan kerja.
f. Bagaimana gaya supervisi pimpinan?
: Gaya supervisi dilakukan secara demokratis (kekeluargaan).
g. Bagaimana evaluasi pekerjaan? : Tidak ada kegiatan khusus yang ditujukan untuk menilai evaluasi kinerja. Jika ada pekerjaan yang tidak sesuai evaluasi dilakukan pada pekerja yang bersangkutan melalui teguran fisik.
h. Bagaimana pembagian kerjanya? : Pembagian kerja disesuaikan dengan banyaknya pesanan.
i. Bagaimana kontrol kerjanya? : Kontrol kerja dilakukan langsung oleh pemilik usaha.
j. Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja?
k. Bagaimana tingkat konfliknya? : Tingkat konflik di lingkungan kerja rendah.
l. Apakah ada program manajemen stress di lingkungan kerja?
: Tidak ada.
DIMENSI FISIK
a. Bagaimana sistem transportasi pekerja?
: Pekerja menggunakan angkutan umum untuk sampai ke tempat kerja.
b. Bagaimana keamanan area parkir ? : Area parkir terbatas namun cukup aman.
c. Bagaimana penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja ?
: Penggunaan cat dan vernis berbahan kimia berpotensi menjadi racun bagi para pekerja.
d. Apakah ada polusi dalam lingkungan kerja ?
: Polusi di lingkungan kerja berasal dari limbah industri berupa sisa – sisa kayu dan debu sisa produksi.
e. Bagaimana sistem pemadam kebakaran ?
: Tidak ada sistem penanggulangan kebakaran di lingkungan kerja.
f. Apakah ada potensi terpapar substansi beracun?
: Potensi terpapar substansi beracun berasal dari penggunaan cat dan vernis berbahan kimia.
g. Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca?
: Lingkungan kerja berada di dalam ruangan sehingga resiko terpapar cuaca cukup rendah.
jatuh?
i. Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja?
: Tidak ada.
j. Apakah ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja?
: Tidak ada.
k. Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi?
: Suhu ruangan cukup panas,
penerangan memadai, ventilasi kurang memadai.
l. Bagaimana tingkat kebisingan? : Tingkat kebisingan cukup tinggi dari alat – alat yang digunakan untuk memotong kayu.
m. Bagaimana pengolahan makanan dan penyimpanannya?
: Tidak ada kegiatan pengolahan makanan di lingkungan kerja.
n. Bagaimana fasilitas toiletnya? : Toilet di lingkungan kerja kurang terawat.
o. Bagaimana fasilitas pembuangan limbah dan pengolahan sampah?
: Limbah diolah dengan cara dibakar atau diberikan ke pabrik kerupuk untuk dijadikan bahan bakar.
DIMENSI SOSIAL
a. Bagaimana kondisi ekonomi pekerja?
: Mayoritas pekerja berada pada kondisi ekonomi menengah ke bawah.
b. Bagaimana sistem penggajian pekerja?
: Gaji disesuaikan hasil produksi.
kesehatan yang ada? khusus diberikan kepada pekerja. Jika sakit, pekerja memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas masing – masing.
d. Bagaimana pengorganisasian antar pekerja?
: Pekerja diorganisasikan berdasarkan jenis pekerjaan yang dikerjakan.
e. Apakah ada potensi terjadi kekerasan di lingkungan kerja?
: Tidak ada.
f. Apakah ada konflik dalam organisasi?
: Tidak ada.
g. Bagaimana latar belakang budaya pekerja?
: Mayoritas pekerja berasal dari suku sunda dan sangat mengutamakan kekeluargaan.
h. Apakah bahasa yang digunakan? : Bahasa sunda dan bahasa Indonesia.
i. Bagaimana tingkat pendidikan pekerja?
: Tingkat pendidikan pekerja bervariasi dari yang tidak sekolah sampai SMP.
DIMENSI TINGKAH LAKU
a. Bagaimana pola komunikasi antar pekerja?
: Pola komunikasi cukup baik. Jika ada masalah yang berkaitan dengan pekerjaan para pekerja selalu berkoordinasi satu sama lain.
b. Bagaimana kualitas pemberian nutrisi?
: Pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan masing – masing individu.
d. Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi?
: Pengetahuan tentang nutrisi cukup.
e. Apakah ada kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat?
: Mayoritas pekerja merokok, kebiasaan merokok juga selalu dilakukan selama bekerja.
f. Bagaimana pola aktivitas pekerja? : Pola aktivitas pekerja sangat
bergantung pada banyaknya pesanan. Jika sedang banyak, pekerja sangat sibuk bahkan sampai lembur namun jika sedang sepi, pekerja hanya melakukan aktivitas kerja yang biasa.
g. Bagaimana istirahat pekerja? : Pekerja diberikan waktu istirahat yang cukup memadai.
DIMENSI SISTEM KESEHATAN a. Bagaimana pelayanan kesehatan
di lingkungan kerja?
: Pelayanan kesehatan terdekat yang dapat diakses para pekerja adalah Puskesmas.
b. Bagaimana kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan?
: Para pekerja dapat mengakses
pelayanan kesehatan dengan mudah.
c. Bagaimana penggunaan fasilitas kesehatan oleh pekerja?
: Pekerja datang ke Puskesmas atau dokter swasta ketika sakit.
d. Bagaimana tingkah laku pekerja dalam mencari pelayanan kesehatan ?
: Pekerja cukup memiliki pengetahuan dan kesadaran yang baik dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Namun karena kondisi ekonomi
sebagian besar pekerja memilih mengakses pelayanan kesehatan yang lebih murah.
e. Bagaimana kemudahan mendapatkan informasi kesehatan?
: Para pekerja kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan.
f. Bagaimana kontrol dan
monitoring terhadap pelayanan kesehatan?
: Tidak ada sistem khusus yang untuk memonitor kesehatan para pekerja. Pemantauan dari Puskesmas juga tidak pernah ada. Kontrol kesehatan masih menjadi tanggung jawab masing – masing pekerja.
B. PENGKAJIAN KESEHATAN INDIVIDU PEKERJA
Data 1 Biodata
Nama : Tn. An
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pekerjaan : Pembuat kerajinan dari kayu
Lama bekerja :
Anamnesa
Keluhan Utama : Tn. An mengatakan ia sering mengalami nyeri pinggang.
Riwayat Saat Ini : Nyeri pinggang dirasakan jika sedang melakukan aktivitas dan menghilang setelah diistirahatkan. Nyeri dirasakan seperti dihimpit benda berat. Sesekali nyeri pinggang disertai dengan pegal yang menjalar ke kaki.
Riwayat Masa lalu : Tn. An tidak memiliki keluhan kesehatan sebelumnya.
Pola Aktivitas : Tn. An bekerja setiap hari dari pukul 07.00 – 20.00 WIB. Aktivitas kerja sangat bergantung pada jumlah pesanan. Jika sedang sepi Tn. An hanya melakukan aktivitas ringan namun jika sedang ramai ia bisa bekerja seharian bahkan lembur. Selama bekerja, Tn.An lebih sering duduk dalam waktu yang lama dan jarang melakukan peregangan di sela – sela waktu kerja. Tn.An sesekali memakai APD saat bekerja tergantung dari pekerjaan yang ia lakukan.
Tn.An memiliki kebiasaan merokok saat bekerja, Tn.An biasa cuci tangan sebelum makan tapi tidak menggunakan sabun.
TTV : TD = 130 / 80 mmHg RR = 20 x/ mnt HR = 80 x/ mnt Suhu = afebris Antrometri : TB = ± 165 cm BB = 59 kg Pengkajian Fokus
Keadaan Umum : Compos mentis, Tn.An tampak bugar saat bekerja.
Sistem Respirasi : Tidak mengalami gangguan
Sistem Kardiovaskular : Tidak mengalami gangguan
Sistem Neurobehaviour : Tidak mengalami gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Tidak mengalami gangguan
Sistem Gastrointestinal : Pola BAB lancar
Sistem Genitaurinaria : Pola BAK lancar
Sistem Muskuloskeletal : Tidak mengalami gangguan
Sistem Integumen : Kulit tangan Tn.An tampak kasar dan menebal di beberapa jari tangan.
Integritas Ego : Tidak ada tanda – tanda stress, cemas, atau tertekan.
Data 2
Biodata
Nama : Ny. Netti
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pembuat kerajinan dari kayu
Alamat : Cipacing
Lama bekerja :
Anamnesa
Keluhan Utama : Ny.N mengatakan ia sering mengalami nyeri punggung.
Riwayat Saat Ini : Nyeri pinggang dirasakan jika terlalu lama duduk atau terlalu lama berdiri. Ny. N biasanya melakukan pijat untuk menghilangkan nyeri punggung. Nyeri dirasakan seperti dihimpit benda berat. Sesekali nyeri pinggang disertai dengan pegal di bagian leher, tangan, atau kaki.
Riwayat Masa lalu : Ny.N mengatakan ia sering terkena flu.
Pola Aktivitas : Ny.N bekerja setiap hari dari pukul 07.00 – 05.00 WIB. Ny.N lebih sering duduk dalam waktu yang lama dan jarang melakukan peregangan di sela – sela waktu kerja. Ny.N sesekali memakai APD
saat bekerja tergantung dari pekerjaan yang ia lakukan.
Ny.N biasanya makan makanan yang ia bawa dari rumah saat di tempat kerja. Ny.N biasa cuci tangan sebelum makan tapi tidak menggunakan sabun. Pemeriksaan Fisik TTV : TD = 120 / 90 mmHg RR = 13 x/ mnt HR = 60 x/ mnt Suhu = afebris Antrometri : TB = ± 155 cm BB = 60 kg Pengkajian Fokus
Keadaan Umum : Compos mentis, Ny.N tampak bugar saat bekerja.
Sistem Respirasi : Tidak mengalami gangguan
Sistem Kardiovaskular : Tidak mengalami gangguan
Sistem Neurobehaviour : Tidak mengalami gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Tidak mengalami gangguan
Sistem Genitaurinaria : Pola BAK lancar
Sistem Muskuloskeletal : Tidak mengalami gangguan
Sistem Integumen : Tidak mengalami gangguan
Integritas Ego : Tidak ada tanda – tanda stress, cemas, atau tertekan.
BAB 4
ANALISA DATA DAN ASKEP
Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
No. Data Masalah Penyebab
1. DS:
- Tn.An dan Ny. N sesekali memakai APD saat bekerja tergantung dari pekerjaan yang ia lakukan.
- Ny.N menggunakan satu masker secara berulang – ulang.
DO:
- Aktivitas kerja terdiri dari
pengelolaan, pemotongan, amplas, cat pernis , jemur.
- Ada potensi inhalasi serbuk kayu dan zat berbahaya dari cat dan vernis.
- Tidak ada sistem pemadam kebakaran di lingkungan kerja. - Limbah industri diolah dengan cara
dibakar atau dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik kerupuk. - Akses pekerja terhadap informasi
kesehatan masih kurang.
Resiko gangguan pernafasan Kurang pengetahuan terhadap pengolahan limbah dan penggunaan APD
No. Data Masalah Penyebab - Tn. An mengatakan ia sering
mengalami nyeri pinggang.
- Selama bekerja, Tn.An lebih sering duduk dalam waktu yang lama dan jarang melakukan peregangan di sela – sela waktu kerja.
- Ny.N mengatakan ia sering mengalami nyeri punggung.
- Ny.N lebih sering duduk dalam waktu yang lama dan jarang melakukan peregangan di sela – sela waktu kerja. DO:
muskuloskeletal yang tidak ergonomis
ASKEP (Lampiran)
BAB 5 IMPLEMENTASI
A. FORMULIR EVALUASI KESELAMATAN KERJA
Nama perusahaan : Pangestu.
Alamat : Desa Cipacing, Jl Raya Cipacing no. 3.
Lokasi Kerja : Perumahan/ pemukiman warga.
Evaluasi tempat kerja tunggal/proses
: Pengelolaan, pemotongan, amplas, cat pernis, jemur.
Jumlah pekerja yang terpajan : 3-15 orang, sesuai banyaknya pesananan. Daftar bahan yang dipergunaan : Kayu, Cat, Kardus, Tali, Kulit Kambing. Nama (dagang dan IUPAC) : -
Cara pemajanan (inhalasi, kulit) : Inhalasi dari serbuk kayu dan cat berbahan kimia.
Kelas toksisitas (sangat beracun, dll)
: Rendah.
Standar : -
Pemajanan pekerjaan : Serbuk kayu dan cat berbahan kimia.
Efek toksik masing-masing bahan : Serbuk kayu berbahaya pada paru- paru jika tidak memakai APD dan terinhalasi, begitu juga dengan cat yang digunakan, dapat berefek inhalasi dan keras terhadap kulit.
Diagram atau bagan alir proses :
Pemolaan Pemotongan Penghalusan Pengecatan
Penjemuran Vernish
EVALUASI SUMBER PEMAJANAN
Uraian Sumber Pemajanan : Serbuk kayu berbahaya pada paru- paru jika tidak memakai APD dan terinhalasi, begitu juga dengan cat yang digunakan, dapat berefek inhalasi dan keras terhadap kulit.
Bahan- bahan pembuatan kayu terpisah dengan toko disimpan secara aman.
Penyimpanan barang yang sudah jadi disimpan di toko dan toko bersatu dengan rumah pengelola, terkadang barang yang tidak cukup di toko disimpan di dapur rumah.
Kemungkinan bocor : Tidak ada.
Pengemasan dan pelabelan : Cat, tiner atau bahan kimia lain di tempatkan dalam botol – botol khusus namun tidak ada tempat khusus penyimpanan. Pelabelan jarang dilakukan.
EVALUASI BAHAYA TEMPAT KERJA
Alat pelindung : Para pekerja hanya memakai masker. Apakah alat pelindung itu cocok
dan berada dalam keadaan baik ?
: Cocok, tetapi kurang dalam keadaan baik, karena APD masker dipakai terus menerus hingga bolong, keadaan masker pun kotor sehingga kurang efektif
Apakah perlu dilakukan
dekontaminasi alat pelindung ?
: Ya, masker seharusnya dipakai untuk sekali pakai dan tidak merokok saat bekerja. Karena membuat masker tidak efektif penggunaannya. Cara pengendalian yang tidak
disebutkan di atas ?
: Cara pengendaliannya, disediakannya masker yang dapat dipakai berulang dan dicuci, dan gaya hidup merokok saat bekerja harus
dikurangi karena saat mengisap rokok, ditakutkan serbuk kayu pun ikut terisap Apakah cara-cara pengendalian
ini bekerja secara memuaskan ?
: Ya
PELATIHAN
Apakah semua cara kerja yang diuraikan itu memerlukan pelatihan khusus ?
: Ya, mulai dari pemolaan hingga penjemuran butuh keahlian khusus.
Apakah semua pelatihan yang diberikan memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan pekerjaan?
: Ya, ketika saat pemotongan dan pengecatan harus memakai masker dan sarung tangan. Bahkan kacamata untuk melindungi mata dari serbuk kayu. Pada saat bekerja pun posisi pekerja harus diperhatikan, karena posisi pekerja selalu terduduk, maka disarankan untuk merubah posisi atau berdiri setiap jamnya. Apakah pelatihan ini sudah
memadai untuk mengurangi risiko kesehatan?
: Belum memadai, karena pemakaian masker, sarung tangan dan kacamata butuh tambahan pengeluaran. Dan gaya hidup merokok sulit dirubah oleh para pekerja.
KESEJAHTERAAN DAN HIGIENE PEKERJA Buat daftar sarana kesejahteraan
dan higiene.
: Tempat cuci tangan beserta sabun
Apakah sarana ini memuaskan ? : Ya. LEMBAR KERJA DAN KESELAMATAN Apakah ada lembar kerja
kesehatan dan keselamatan yang diterbitkan ?
: Tidak ada.
EVALUASI
Dengan mempertimbangkan informasi yang diuraikan pada beberapa halaman sebelum ini, saya/kami berpendapat bahwa :
Risiko gangguan kesehatan ada dan pengendalian harus dilakukan diantaranya melalui pemberian promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada pekerja mengenai penggunaan APD dan posisi – posisi ergonomis ketika bekerja.
B. IMPLEMENTASI