• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat bagian Selatan yang terletak pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang 2. Timur : Kabupaten Tasikmalaya

3. Selatan : Samudera Indonesia

4. Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

(2)

30

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung serta berperan dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.

Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan Agustus 2010 dengan rincian penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan Alokasi waktu dalam bulan (tahun 2010) April Mei Juni Juli Agustus 1 Pra penelitian a. Studi literatur b. Observasi 2 Penelitian a. Studi literatur b. Wawancara c. Observasi 3 Penyusunan Laporan Sumber: Diolah Peneliti Tahun 2010

B. Desain Penelitian

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian” (Moh. Nazir PH. D, 1988: 99). “Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisa data saja” (E. A. Suchman, 1967).

Proses desain penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian atau proses oprasional penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesa serta kaitannya dengan teori dan

(3)

31

kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakan tahap oprasional dari penelitian (Moh. Nazir PH. D, 1988: 100).

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif kuantitatif. Berikut ini adalah beberapa teori yang berhubungan dengan desain penelitian yang ditentukan:

Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam desain studi deskriptif ini, termasuk desain untuk formulatif dan eksploratif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi deskriptif juga termasuk: Studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu; Studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas (Moh. Nazir PH. D, 1988: 105).

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998: 15).

Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa ‘metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati’ (Moleong, 2007: 3).

Penelitian kuantitaif menurut Dean Winchester dalam buku yang ditulis oleh Indrayanto adalah ‘penelitian yang ilmiah dan sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungannya dengan bertujuan untuk menggunakan model-model sistematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena alam’ (Dean Winchester, tth). “Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang berpijak pada pandangan positivisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata” (Uep Tatang Sontanin, 2010: 9).

(4)

32

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini tidak menggunakan variabel penelitian seperti halnya penelitian-penelitian kuantitatif lainnya melainkan mengunakan indikator karena hanya memiliki variabel tunggal yaitu pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Garut. “Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai” (Moh. Nazir, 1988: 149). “variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan” (Ating Somantri, 2006: 27). “Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 430). Indikator merupakan alat untuk mengukur kegiatan yang sudah dilakukan atau mengukur variabel yang mau dijelaskan (Uep Tatang Sontanin, 2010: 95). Indikator tersebut didukung oleh beberapa komponen, sub komponen, dan sub indikator penelitian sebagaimana tertera pada tabel berikut ini:

(5)

33

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Indikator komponen Sub komponen Keterangan

Pembangunan kepariwisataan

Kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan kepariwisataan

RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)

Studi dokumenter

Peran instansi pemerintah daerah dan pihak terkait

Koordinasi pembangunan Wawancara dan studi dokumenter Kerja sama pembangunan Wawancara dan studi dokumenter

Kendala pembangunan Praperencanaan Wawancara dan studi dokumenter

Pasca perencanaan Wawancara dan studi dokumenter

Komponen pembangunan Aksesibilitas Observasi dan wawancara

Fasilitas pelayanan Observasi dan wawancara Atraksi/Objek wisata Observasi dan wawancara

Perizinan usaha Wawancara dan studi dokumenter

Informasi dan promosi Observasi dan wawancara Pengendalian dan pengarahan wawancara

(6)

D. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa tape recorder untuk merekam pembicaraan pada saat wawancara dengan responden, kamera untuk memvisualisasikan objek-objek yang dibutuhkan seperti objek wisata, jalan, fasilitas wisata, dan lain-lain serta seperangkat alat tulis untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.

Untuk meningkatkan ketepatan pengamatan, maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh, antara lain: Peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan; Peneliti menggunakan kamera; Pengamat bukan terdiri dari satu orang saja, tetapi terdiri lebih dari satu orang. Dalam hal ini masing-masing pengamat mencatat fenomena, dan nanti catataan masing-masing-masing-masing dibandingkan (Moh. Nazir Ph. D, 1988: 218)

E. Populasi dan Sampel

‘Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian’ (Kuncoro, 2003). Sedangkan Cooper dan Emory (1997) mengungkapkan bahwa ‘populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan. Elemen adalah subjek di mana pengukuran tersebut dilakukan’. Sedangkan sampel adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Moh. Nazir PH. D, 1988: 325).

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua instansi pemerintah daerah Kabupaten Garut. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling. “Teknik non-probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel” (Moh. Nazir PH. D, 1988).

(7)

Sampling nonprobabilitas (non-probability sampling) merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling non-probability ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 82).

Berikut ini adalah sampel untuk wawancara dengan instansi pemerintah derah yang diambil berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) pemerintah daerah Kabupaten Garut yang berhubungan dengan pembangunan kepariwisataan:

1. Dinas-dinas

a. Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Cipta Karya

b. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM c. Dinas Perhubungan

d. Dinas Kehutanan

e. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

f. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan g. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan h. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

2. Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat dan Lembaga Lainnya

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah b. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

c. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik observasi, wawancara, dan studi dokumenter. Teknik tersebut berdasar pada teori yang diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:

(8)

Teknik observasi, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti; Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dari responden atas dasar inisiatif pewawancara dengan menggunakan alat berupa pedoman atau

schedule wawancara, yang dilakukan secara tatap muka (personal, face to interview) maupun melalui telepon (telephone interview); Pemeriksaan

dokumentasi/studi dokumenter, dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006: 32, 33).

G. Prosedur dan Teknik Analisis Pengolahan Data

Semua data dan informasi yang terkumpul sesuai dengan kebutuhan pemecahan rumusan masalah kemudian dianalisis menggunakan SWOT untuk menghasilkan beberapa strategi dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Garut. Adapun beberapa pengertian analisis SWOT menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Analisis SWOT dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi, sehingga strategi kebijakan dapat dirumuskan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2000: 18-20).

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) adalah suatu metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu kegiatan atau organisasi. Berikut ini adalah penjelasan satu persatu untuk analisis SWOT:

1. Strength (kekuatan) merupakan kondisi internal yang menunjang suatu

organisasi untuk mencapai objektif yang diinginkan.

2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi internal yang menghambat suatu

(9)

3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi eksternal yang menunjang suatu

organisasi untuk mencapai objektifnya.

4. Threats (ancaman) merupakan kondisi eksternal yang menghambat suatu

organisasi untuk mencapai objektifnya.

Pendekatan dalam analisis SWOT terdiri dari dua pendekatan, yaitu Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT dan Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua pendekatan tersebut:

1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Berikut ini adalah matriks SWOT yang dimaksud:

Tabel 3.3 Matriks SWOT Internal

Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) S/O W/O

Ancaman (T) S/T W/T

Sumber: Rangkuti Tahun 2000

Penjelasan untuk matriks tersebut adalah sebagai berikut:

a. Comparative Advantages (SO). Sel ini merupakan pertemuan dua elemen

kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

(10)

b. Mobilization (ST). Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan

kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

c. Divestment/Investment (WO). Sel ini merupakan interaksi antara

kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.

d. Damage Control (WT). Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah

dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi.

2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data kualitatif SWOT di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) yang bertujuan untuk mengetahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan tersebut dilakukan melalui lima tahap, yaitu:

a. Menentukan bobot (a) dan rating (b) dan skor (c = a x b) pada setiap faktor SWOT.

b. Menentukan jumlah bobot, rating dan skor pada setiap faktor SWOT.

c. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai

(11)

atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

d. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (X,Y) di kuadran SWOT.

e. Menentukan strategi dari masing-masing tiga peringkat tertinggi key

internal factor SWOT.

Berikut ini adalah gambar kuadran positioning matriks SWOT.

Gambar 3.2. Positioning Kuadran SWOT

Arti dari masing-masing kuadran tersebut, diuraikan sebagai berikut:

1. Kuadran I (positif, positif). Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang ditawarkan adalah “Progresif,” artinya organisasi dalam kondisi prima sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secar secara maksimal.

Peluang (O) Kekuatan (S) Kelemahan (W) Ancaman (T)

1. Strategi Bertumbuh Agresif 3. Strategi Stabil Pertumbuhan

(12)

2. Kuadran II (positif, negatif). Meskipun menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah “Diversifikasi Strategi,” artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

3. Kuadran III (negatif, positif). Menghadapi peluang yang sangat besar tetapi di lain pihak masih menghadapi beberapa kelemahan internal. Strategi yang dapat diambil adalah meminimalkan kelemahan yang ada sehingga peluang dapat dimanfaatkan. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah “Ubah Strategi,” artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. 4. Kuadran IV (negatif, negatif). Ini merupakan situasi yang sangat tidak

menguntungkan. Di satu sisi menghadapi ancaman eksternal dan di sisi lain menghadapi kelemahan internal. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang

(13)

diberikan adalah “Strategi Bertahan,” artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karena itu organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri. (Rangkuti, 2000: 20)

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Penelitian ini menghasilkan sintesa berupa strategi-strategi dan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam hal pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Garut. Strategi tersebut keluar berdasarkan analisis dari positioning di kuadran SWOT, apakah keberadaan instansi pemerintah daerah dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Garut berada pada situasi yang sangat menguntungkan, masih memiliki kekuatan dari segi internal, menghadapi beberapa kelemahan internal, atau merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan.

Penelitian ini menggunakan analisis penggabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif SWOT dengan tahapan sebagai berikut:

1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta

(14)

data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi.

Adapun tahapan kerjanya yaitu sebagai berikut:

a. Membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal yang mencakup perihal opportunities (peluang) dan threats (ancaman) bagi organisasi.

b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut: 0.05 = di bawah rata-rata

0.10 = rata-rata

0.15 = di atas rata-rata 0.20 = sangant kuat

Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.

c. Menentukan rating dari critical success factors antara 1 sampai 4, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = di bawah rata-rata, 2 = rata-rata,

3 = di atas rata-rata, 4 = sangat bagus.

Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi organisasi. Dengan

(15)

d. Mengalikan bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua

critical success factors.

e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi yang dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman yang diterimanya. Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.

2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal organisasi berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal organisasi dapat digali dari beberapa fungsional organisasi, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi. Adapun tahapan kerjanya adalah sebagai berikut:

a. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai:

1 = sangat lemah, 2 = tidak begitu lemah, 3 = cukup kuat,

4 = sangat kuat.

b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0 dengan keterangan sebagai berikut:

(16)

0.05 = di bawah rata-rata 0.10 = rata-rata

0.15 = di atas rata-rata 0.20 = sangat kuat

c. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

d. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi organisasi yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.

3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal (KAFI dan KAFE) Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal merupakan proses penyaringan dari sekian banyak point yang dianalisis sehingga menghasilkan tiga peringkat dengan skor terbesar sebagai sebuah setrategi organisasi. Seperti halnya Matriks IFE dan EFE tahapan kerja KAFI dan KAFE pun sama. Akan tetapi kriteria yang digunakannya berbeda, yaitu sebagai berikut:

a. Bobot menggunakan angka 1 – 20

b. Rating menggunakan angka 1 – 4

c. Skor merupakan hasil kali bobot dan rating d. Ranking menggunakan peringkat I – VII

(17)

Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis ini dilakukan dengan memasangkan faktor eksternal dan faktor internal sehingga dapat dirumuskan suatu kebijakan dan diambil dari Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan Eksternal (KAFI dan KAFE) sehingga hanya tiga point terbesar yang selanjutnya dikolaburasikan. (Fred R. David dalam Husein Umar 2005: 249-253).

Setiap analisis akan memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yang selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan bagi yang mempelajari hasil analisis tersebut, begitupun dengan analisis SWOT yang tidak terlepas dari kelemahan dan kelebihannya yaitu sebagai berikut:

1. Kelemahan Analisis SWOT

Analisis SWOT diperlukkan dalam penyususnan strategi organisasi agar dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Walaupun analisis SWOT dianggap sebagai suatu hal yang penting namun kadang dalam analisis ini akan menghadapi masalah yang meupakan kelemahan dari SWOT itu sendiri. Masalah-masalah tersebut diantaranya:

a. The Missing link Problem, masalah ini timbul karena hilangnya unsur

keterkaitan, yaitu gagalnya menghubungkan evaluasi terhadap faktor internal dan evaluasi terhadap faktor eksternal. Kegagalan tersebut akan berimbas pada lahirnya suatu keputusan yang salah yang mungkin saja untuk menghasilkannya sudah memakan biaya yang besar.

b. The Blue Sky Problem, masalah ini identik dengan langit biru dimana langit

yang biru selalu membawa kegembiraan karena cuaca yang cerah. Hal ini menyebabkan pengambil keputusan kadang terlalu cepat dalam menetapkan sesuatu keputusan tanpa mempertimbangkan ketidakcocokan antara faktor

(18)

internal dan faktor eksternal sehingga meremehkan kelemahan organisasi yang ada dan membesar-besarkan kekuatan dalam organisasi.

c. The Silver Lining Problem, masalah yang berkaitan dengan timbulnya suatu

harapan dalam kondisi yang kurang menggembirakan. Hal ini timbul karena pengambil keputusan mengharapkan sesuatu dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Masalah akan timbul apabila pengambil keputusan meremehkan pengaruh dari ancaman lingkungan tersebut.

d. The all Things to All People Problem, suatu falsafah yang dimana

pengambil keputusan cenderung untuk memusatkan perhatian pada kelemahan organisasinya. Sehingga banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk memeriksa kelemahan yang ada dalam organisasi tanpa melihat kekuatan yang ada dalam organisasi tersebut.

e. The Putting The Cart Before The Horse Problem, Mereka memulai untuk

menetapkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menguraikan secara jelas terhadap pilihan strateginya. Semua kendala di atas haruslah dihindari oleh semua organisasi sektor publik dalam melakukan analisis SWOT karena sebenarnya analisis SWOT apabila dilakukan dengan tepat sejak awal akan membantu organisasi sektor publik dalam mencapai visi, misi dan tujuan yang ditetapkan. (Tariuzsagy's Blog, 2010)

Selain itu, Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisis SWOT, bahwa analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu

(19)

memberikan jalan keluar yang instans bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

2. Kelebihan Analisis SWOT

Kelebihan analisis merupakan suatu pertimbangan positif yang bisa menguatkan hasilnya sehingga mudah untuk dibenarkan. Adapun kelebihan SWOT yang dimaksud adalah:

a. Peneliti memiliki kebebasan untuk menentukan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

b. Peneliti dapat memperoleh strategi dari hasil analisis SWOT

c. Meupakan sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan. d. Merupakan alat yang cukup baik, efektif, dan efesien serta sebagai alat yang

cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan pengembangan awal program-program inovasi baru.

e. Merupakan alat bantu untuk memperluas visi dan misi suatu organisasi, melalui pendekatan sistematik melalu proses instropeksi dan mawas diri kedalam, baik bersifat positif maupun negatif.

f. Merupakan sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh suatu organisasi.

g. Analisis SWOT berperan dalam melakukan penilaian kesesuaian konsep dan pelaksanaan program saat program berjalan maupun di akhir program sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan penilaian yang objektif.

Gambar

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Garut
Tabel 3.1  Waktu Penelitian
Tabel 3.3  Matriks SWOT  Internal
Gambar 3.2.  Positioning Kuadran SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal ada- lah prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang Pasar Modal berdasarkan Fatwa Dewan Sya- riah Nasional Majelis Ulama

[r]

Berdasarkan kategori kepraktisan, persentase aktivitas guru SMP Negeri 5 Tuban dalam pembelajaran menulis teks ulasan cerpen tersebut dikategorikan sangat baik.Aktivitas

Pada gambar 3.14 ditunjukkan potongan kode sumber yang berisi konstanta lineinput dengan tipe data array yang digunakan sebagai konstanta untuk menampung 1

Rajah 10 menunjukkan omboh yang ditolak dengan daya yang tetap ke dalam kelalang yang berlubang.. Diagram 10 /

Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang ditelitih tidak memiliki kadar Glukosa dan Fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu Nasional dimana

[r]

tugas yang telah diberikan oleh guru. Analisis Peran kepala sekolah danGuru Dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar