• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisa Kebijakan Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Analisa Kebijakan Kesehatan"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Kesehatan

(2)

Jargon :

• Actor (pelaku): istilah sementara yang digunakan untuk merujuk ke individu, organisasi atau bahkan negara, beserta tindakan mereka yang mempengaruhi kebijakan.

• Content (isi): subtansi dari suatu kebijakan yang memperinci bagian-bagian dalam kebijakan.

• Context (konteks): faktor-faktor sistematis – politik, ekonomi, sosial atau budaya, baik nasional maupun internasional – yang dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan

• Policy (kebijakan): pernyataan yang luas tentang maksud, tujuan dan cara yang membentuk kerangka kegiatan.

• Policy Elites (elit kebijakan): kelompok khusus yang terdiri dari penyusun kebijakan yang menduduki posisi tinggi dalam suatu organisasi, dan

memiliki akses khusus kepada sesama anggota terhormat dari organisasi yang sama atau berbeda.

• Policy makers (penyusun kebijakan): mereka yang menyusun kebijakan dalam organisasi seperti pemerintah pusat atau daerah, perusahaan multi-nasional atau lokal, lembaga pendidikan atau rumah sakit.

• Policy process (proses kebijakan): cara mengawali kebijakan, mengembang atau menyusun kebijakan, bernegosiasi, mengkomunikasikan ,

(3)

Apa kebijakan kesehatan itu?

•Kebijakan (Policy): Sejumlah keputusan yang dibuat

oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu

•Kebijakan Publik (Public Policy): kebijakan –kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah atau negara

•Kebijakan Kesehatan (Health Policy): Segala sesuatu

untuk mempengaruhi faktor –faktor penentu di

sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan bagi seorang dokter

kebijakan merupakan segala sesuatu yang

berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt, 1994)

(4)

Analisis kebijakan kesehatan :

pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan

memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat

dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan

(5)

Mengapa kebijakan kesehatan penting?

• sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara.

• sektor kesehatan seperti spons, menyerap banyak sumber daya nasional untuk membiayai banyak tenaga kesehatan.

• sektor kesehatan seperti pembangkit

perekonomian, melalui inovasi dan investasi

dibidang teknologi bio-medis atau produksi dan penjualan obat-obatan, atau dengan menjamin adanya populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi.

(6)

 pengambilan keputusan kesehatan juga

berkaitan dengan hal kematian dan keselamatan, kesehatan diletakkan dalam kedudukan yang

lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.

 Kesehatan juga dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya dengan

layanan kesehatan: kemiskinan mempengaruhi kesehatan masyarakat, sama halnya dengan

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

 Kebijakan ekonomi, seperti pajak merokok, atau alkohol dapat pula mempengaruhi

perilaku masyarakat

 Penyebab mutakhir meningkatnya obesitas ditengah masyarakat mencakup kesediaan

makanan cepat saji yang murah namun tinggi kalori, penjualan soft drinks disekolah, juga menurunnya kebiasaan berolah raga.

(13)
(14)
(15)
(16)

Kebijakan kesehatan memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan yang akan

dikembangkan dan digunakan, mengelola dan membiayai layanan kesehatan, atau jenis obat yang dapat dibeli bebas.

Untuk memahami hal tersebut, perlu

mengartikan apa yang dimaksud dengan kebijakan kesehatan.

(17)

Kebijakan :

• keseluruhan aktivitas pemerintah, yang dilakukan oleh badan/kantor pemerintah,

secara langsung ataupun tidak langsung, dan berpengaruh pada masyarakat/ind/kelompok. • sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka

yang bertanggung jawab dalam bidang

kebijakan tertentu : kes, lingk, pendidikan atau perdagangan.

(18)

Kebijakan dapat disusun di semua tingkatan pemerintah pusat atau daerah, perusahan

multinasional atau daerah, sekolah atau rumah sakit.

Orang-orang ini kadang disebut pula sebagai elit

Kebijakan – satu kelompok khusus dari para pmbuat kebijakan yang berkedudukan tinggi dalam suatu

organisasi dan sering memiliki hubungan istimewa dengan para petinggi dari organisasi yang sama atau berbeda.

(19)

Misal: elit kebijakan di pemerintahan dapat beranggotakan para menteri dalam kabinet, yang semuanya dapat berhubungan dan

bertemu dengan para petinggi perusahaan multi nasional atau badan internasional, seperti

(20)

• kebijakan adalah segala sesuatu yang dipilih

oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau tidak. • kegagalan untuk membuat keputusan atau

bertindak atas suatu permasalahan juga

(21)

Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta tentang kesehatan.

kebijakan kesehatan dimaksudkan untuk merangkum segala arah tindakan (dan

dilaksanakan) yang mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan pembiayaan dalam sistem kesehatan.

Kebijakan ini mencakup sektor publik (pemerintah) dan sektor swasta.

(22)

Contoh : Kebijakan pembiayaan layanan kesehatan, • Kebijakan mana yang lebih baik – menetapkan

tarif bagi pengguna atau sistem asuransi sosial? • Layanan kesehatan umum yang mana yang

seharusnya dikontrakkan kepada sektor swasta? Layanan kebersihan di rumah sakit? Bank darah? • Alat kebijakan apa yang diperlukan untuk

menghadapi perubahan besar sperti itu? Legislatif? Regulasi? Insentif?

(23)

Karakteristik masalah kebijakan,

adalah:

1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu

kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan).

Kondisi ini menunjukkan adanya sistem

masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.

(24)

2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,

diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif.

Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan

penafsiran yang beragam (a.l. gang-guan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu

(25)

3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat

menimbulkan masalah kebijakan.

4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang

membutuhkan pemecahan masalah lanjutan. 5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di

luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah kebijakan

(26)

Model Segitiga Kebijakan

(Walt and Gilson,1994)

(27)

Model Segitiga Kebijakan Gill Walt

Content

Contex Proses

(28)

Segitiga kebijakan kesehatan

• merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks antara Content, Contex, Process dan Actors.

 Content :

 Objective and aims  Assumption  Valus  Distributional impact  Context :  Situational factors  Structural factors  Cultural factors  Global factors

(29)

• Process :

• Why do issues reach the agenda • Who formulate policy

• How is policy implemented • What makes polician changes • Actors :

• The state • Market

(30)

Content :

• sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik yang dibuat oleh lembaga dan pejabat pemerintah.

• respon berbagai masalah publik yang mencakup berbagai bidang kehidupan.

Standar content :

• Pernyataan tujuan, mengapa kebijakan tsb dibuat dan apa dampak yang diharapkan

• Ruang lingkup; menerangkan siapa saja yang tercakup dalam kebijakan dan tindakan-tindakan apa yang dipengaruhi oleh kebijakan

• Durasi waktu yang efektif, mengindikasikan kapan kebijakan mulai diberlakukan

(31)

• Bagian pertanggungjawaban, mengindikasikan dimana individu/organisasi bertanggungjawab dalam melaksanakan kebijakan

• Pernyataan kebijakan, mengindikasikan aturan-aturan khusus atau modifikasi aturan-aturan terhadap perilaku organisasi yang membuat kebijakan tsb.

• Latar belakang, mengindikasikan alasan dan sejarah pembuatan kebijakan tsb,

• Definisi, menjelaskan secara jelas dan tidak ambigu istilah dan konsep dalam kebijakan.

(32)

Context

• Lingkungan atau situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian

• Serangkaian keadaan yang berkaiatan dengan proses dan isi, yang mengacu pada faktor-faktor sistemik; • Faktor situasional : bersifat sementara atau tidak

permanen namun memiliki dampak terhadap kebijakan,

• Faktor global yang menyebabkan ketergantungan dan transfer kebjakan antar negara, contoh :

(33)

Process

• Mengacu pada cara-cara memprakarsai, mengembangkan atau memformulasikan, menegosiasikan, mengkomunikasikan,

(34)

actors

• Individu atau kelompok yang berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh keputusan atau kebijakan tsb

• Para stakeholders : sekelompok warga, organisasi buruh, pkl, komunitas wartawan, parpol, lsm.

• Para stakehaolders memberi respon yang berbeda terhadap suatu kebijakan

• Merupakan kunci dalam kerangka analisis kebijakan. • Pembuatan kebijakan tidak murni proses yang rasional

tp merupakan proses yang berulang-ulang dan

(35)

Manfaat Analisis Kebijakan

•Kaya penjelasan mengenai apa dan bagaimana hasil (outcome) kebijakan akan dicapai

•Piranti untuk membuat model kebijakan di masa depan dan mengimplementasikan dengan lebih efektif

(36)

Analisis kebijakan

(37)

analysis of policy : retrospektif

(berhubungan dengan waktu lampau) dan

deksriptif

• lebih melihat ke belakang dan merenungkan kembali

mengapa dan bagaimana kebijakan menemukan bentuknya sehingga agenda dan muatannya bisa mencapai

tujuan‐tujuan tertentu (evaluasi sumatif)

analysis for policy: cenderung prospektif (diharapkan terjadi di masa mendatang)

• memberikan informasi rinci tentang formulasi kebijakan

(evaluasi formatif) atau mengantisipasi bagaimana kebijakan akan berjalan bila diterapkan

(38)

Contoh Analisa Kebijakan

dengan

(39)

Kasus: Tarif untuk meningkatkan efisiensi di pelayanan kesehatan

Konteks: kondisi ekonomi, ideologi, dan budaya Konten/ Isi:

•Apa tujuan yang ingin dicapai •Apakah ada pengecualian? Aktor/ Pelaku

•Siapa yang mendukung dan menolak kebijakan tarif? Proses

• •Pendekatan Top-Down?

(40)

Kebijakan Pengendalian Tembakau

Isi Kebijakan (content)

• Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan hingga saat ini masih menimbulkan pro dan kontra.

Konteks (context)

Kebijakan ini dikhawatirkan dapat mematikan industri

tembakau yang merupakan penyumbang devisa besar bagi negara. Disisi lain merokok menimbulkan beban biaya

kesehatan yang tinggi. Ironisnya, merokok justru sudah

(41)

Masalah Kebijakan

• Pemerintah bersifat mendua dalam menghadapi RPP Tembakau karena adanya tekanan politik

yang kuat dari industri rokok. Hal ini

dikhawatirkan akan membuat RPP Tembakau

dapat terhambat dalam proses pengesahan dan implementasinya. Sementara dampak merokok akan menjadi beban biaya kesehatan dalam

jangka panjang.

• Apakah devisa yang diterima dari indutri tembakau sebanding dengan beban biaya

(42)

Aktor Kebijakan

Kebijakan ini menyangkut berbagai pelaku seperti pemerintah baik pusat maupun

daerah, pelayanan kesehatan, lembaga

asuransi, petani tembakau, industry rokok serta masyarakat, LSM sampai ke profesi kesehatan. Berbagai aktor ini perlu

dipertimbangkan perannya dalam proses pengesahan RPP ini.

(43)

Usulan Solusi (Rekomendasi Kebijakan)

• Berbagai kendala yang dihadapi di tingkat pusat memungkinkan keputusan RPP ini berjalan lambat. Dengan adanya

desentralisasi, masing-masing pemerintah daerah dapat membuat kebijakan

pengendalian tembakau pada tingkat daerah. Beberapa daerah yang telah membuat perda terkait dengan pengendalian tembakau adalah DKI Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, dan

(44)

PROSES PEMBUATAN

KEBIJAKAN KESEHATAN

(45)

Kebijakan publik dapat dilihat dari dua

sudut pandang :

• Pra : melihat dari proses pembentukan

• Pasca : memandang dari setelah

menjadi produk kebijakan, berupa

(46)

PRA

• identifikasi terhadap problematika yang muncul di ranah publik,

• pihak tertentu yang berpekentingan kemudian mengupayakan permasalahan tersebut

dikemukakan ke hadapan publik sehingga

diketahui dan disadari bahwa persoalan yang muncul terkait dengan kepentingan publik

(47)

• Ketika semakin banyak yang menaruh perhatian (concerned), maka isu publik beranjak menjadi agenda publik,

• Biasanya ditindak-lanjuti dengan berbagai aksi-reaksi antara pemangku kepentingan dengan lembaga publik yang berwenang menerbitkan kebijakan.

Pada tahap ini acap timbul pro dan kontra, adu argumentasi, saling mempengaruhi,

(48)

PASCA

• Jika tercapai konklusi, hasil akhir produk kebijakan publik berupa perundangan dan atau peraturan publik.

(49)
(50)

Siklus kebijakan (Dunn, 1994)

1) Perumusan masalah

2) Formulasi atau penyusunan kebijakan 3) Adopsi kebijakan

4) Implementasi 5) Evaluasi

(51)

Nilai-nilai dalam kebijakan publik

1) Transparansi 2) Akuntabilitas 3) Partisipasi

(52)

Siklus Kebijakan (James & Stewart)

1) Agenda setting 2) Formulasi kebijakan 3) Implementasi kebijakan 4) Evaluasi kebijakan 5) Perubahan kebijakan 6) Penghentian kebijakan

(53)

Tahapan-Tahapan dalam

(54)

Problem Identification

(Identifikasi Masalah)

(55)

Problem Identification (Identifikasi Masalah)

A. Tahap Identifikasi :

1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan:

• Tahap pertama dalam perumusan kebijakan sosial adalah mengumpul-kan data mengenai permasalahan sosial yang dialami masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi (unmet needs).

(56)

2. Analisis Masalah dan Kebutuhan:

• Tahap berikutnya adalah mengolah, memilah dan memilih data mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan

ditransformasikan ke dalam laporan yang terorganisasi.

Informasi yang perlu diketahui antara lain: • apa penyebab masalah dan apa kebutuhan

masyarakat?

• Dampak apa yang mungkin timbul apabila masalah tidak dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? • Siapa dan kelompok mana yang terkena masalah?

(57)

3. Penginformasian Rencana Kebijakan:

• Berdasarkan laporan hasil analisis disusunlah rencana kebijakan. Rencana ini kemudian

disampaikan kepada berbagai sub-sistem masyarakat yang terkait dengan isu-isu

kebijakan sosial untuk memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana ini dapat pula

diajukan kepada lembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan disetujui.

(58)

4. Perumusan Tujuan Kebijakan:

• Setelah mendapat berbagai saran dari

masyarakat dilakukanlah berbagai diskusi dan pembahasan untuk memperoleh

alternatif-alternatif kebijakan. Beberapa alternatif-alternatif

kemudian dianalisis kembali dan dipertajam menjadi tujuan-tujuan kebijakan

(59)

5. Pemilihan Model Kebijakan:

• Pemilihan model kebijakan dilakukan

terutama untuk menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling efektif dan efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan.

Pemilihan model ini juga dimaksudkan untuk memperoleh basis ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan sosial yang logis, sistematis dan

(60)

6. Penentuan Indikator Sosial:

• Agar pencapaian tujuan dan pemilihan model kebijakan dapat terukur secara objektif, maka perlu dirumuskan indikator-indikator sosial yang berfungsi sebagai acuan, ukuran atau standar bagi rencana tindak dan hasil-hasil yang akan dicapai.

(61)

7. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik: • Tugas pada tahap ini adalah

menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah disempurnakan. Selanjutnya

melibatkan berbagai pihak yang relevan

dengan kebijakan, melakukan lobi, negosiasi dan koalisi dengan berbagai

kelompok-kelompok masyarakat agar tercapai konsensus dan kesepakatan mengenai kebijakan sosial

(62)
(63)

• Agenda : catatan yang berisi berbagai hal /kegiatan yang dianggap penting dan layak mendapat prioritas oleh si pemilik agenda

• Agenda setting : proses dimana si pemilik agenda tersebut menyusun berbagai hal dan kegiatan dalam skala prioritas yang didasarkan pada kepentingan si pemilik agenda.

Agenda setting :

 Proses mengedepankan masalah untuk ditangani pemerintah

 Proses seleksi permasalahan untuk ditangani pemerintah  Pencarian dan penyaringan isu

(64)

agenda setting merupakan suatu tahapan yang amat sulit

dalam proses kebijakan publik.

 Karena banyaknya aktor yang saling berinteraksi, dan memiliki kepentingan yang bervariasi.

 isu-isu yang ada utk dijadikan agenda pemerintah membutuhkan waktu lama.

 Perlu dipahami bahwa tidak semua masalah masuk dalam Agenda Kebijakan

 hanya masalah-masalah tertentu saja yang akan menang dan masuk ke dalam agenda kebijakan.

(65)

BENTUK AGENDA

SETTING

Systemic Agenda  isu-isu yang dipandang pantas

pendapat perhatian pemerintah. Ada tiga prasyarat : (a) memperoleh perhatian yang luas.

(b) perlu dilakukan beberapa tindakan.

(c) kewajiban dan tanggungjawab pemerintah.

Governmental Agenda  masalah yang secara eksplisit perlu pertimbangan yang aktif & serius dari policy maker.

(66)

The Agenda Setting Process

Private

Problem Problem Public Issue

Institutional

Agenda Systemic Agenda

(67)
(68)

Isu akan mendapat perhatian bila memenuhi beberapa kriteria, yakni :

• Bila suatu isu telah melampaui proporsi suatu krisis dan tidak dapat terlalu lama didiamkan. Misalnya, kebakaran hutan. • Suatu isu akan mendapat perhatian bial isu tersebut memiliki

sifat partikularitas, dimana isu tersebut menunjukkan dan mendramatisir isu yang lebih besar. Misalnya, isu mengenai kebocoran lapisan ozon dan pemanasan global.

• Mempunyai aspek emosional dan mendapat perhatian media massa karena faktor human interest.

• Mendorong munculnya pertanyaan menyangkut kekuasaan dan legitimasi, dan masyarakat.

• Isu tersebut sedang menjadi trend atau sedang diminati oleh banyak orang.

(69)

Isu akan diabaikan :

• Isu dianggap sebagai bagian dari rutinitas • Isu tidak dianggap sebagai masalahnya

pemerinta

(70)

MASALAH PUBLIK

Masalah adalah suatu kondisi atau keadaan yang tidak diinginkan atau menimbulkan ketidakpuasan baik pada individu, kelompok atau keseluruhan masyarakat.

Masalah publik adalah masalah-masalah yang

memiliki dampak sangat luas bagi masyarakat dan mencakup konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi orang-orang yang tidak secara langsung terlibat dengan masalah tersebut.

(71)

Beberapa Karakteristik Masalah Kebijakan

(Muhadjir Darwin, 1993) Menyangkut masyarakat luas

Serius

Potensial menjadi serius

(72)
(73)

Contoh masalah kebijakan :

AIDS Epidemic Update di Dunia Desember 2007

1. Jumlah Pengidap HIV :

 Total 33.2 juta  Dewasa 30.8 juta  Wanita 15.4 juta  Anak < 15 tahun 2.5 juta 2. Jumlah Infeksi HIV Terbaru :

 Total 2.5 juta  Dewasa 2.1 juta  Anak < 15 tahun 420.000

3. Jumlah Meninggal Dunia Akibat AIDS :  Total 2.1 juta

 Dewasa 1.7 juta  Anak < 15 tahun 330.000

(74)
(75)
(76)
(77)

PENGANGGUR MENURUT PENDIDIKAN

(KOMPAS, 22 Agustus 2008, hal. 1)

(dalam ribu)

EDUC. 2003 2004

2005 2006 2007 2008 Feb Nov Feb Agt Feb Agt Feb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) • Tidak/belum pernah sekolah 352,5 336,0 342,7 264,5 234,5 170,7 145,8 94,3 79,8 • Belum/tidak tamat sekolah 710,4 668,3 670,1 673,5 615,0 611,3 520,3 438,58 448,4 • SD 2.495,9 2.275,3 2.541,0 2.729,9 2.675,5 2.589,7 2.753,5 2.179,8 2.216,7 • SLTP 2.458,9 2.690,9 2.680,8 3.151,2 2.860,0 2.730,0 2.643,1 2.264,2 2.166,6 • SLTA Umum 2.435,8 2.441,2 2.680,8 3.069,3 2.842,9 2.851,5 2.630,4 2.532,2 2.204,4 • SLTA Kejuruan 1.037,1 1.254,3 1.230,8 2.037,6 1.204,1 1.305,2 1.114,7 1.538,3 1.165,6 • Diploma I, II, III /Akademi 202,8 237,3 332,8 308,5 297,2 278,1 330,3 397,2 519,9 • Universitas 245,9 348,1 384,4 395,5 375,6 395,6 409,9 566,6 626,2 J u m l a h 9.939,3 10.251,4 10.854,3 11.899,3 11.104,7 10.932,0 10.547,9 10.011,1 9.427,6 Sumber : BPS, 2008

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)

Contoh issues :

1. Angka penderita HIV/AIDs di Indonesia semakin tinggi.

2. Angka pengangguran terbuka sarjana di Indonesia semakin tinggi

3. Jumlah penduduk miskin yang semakin bertambah.

4. Tingkat korupsi (birokrasi, legislatif, yudikatif) yang mengkhawatirkan.

5. Human trafficking, ayla, PSK, dll…

(88)

Policy Formulation

(Formulasi Kebijakan)

(89)

1. The stage of the policy process where

pertinent and acceptable courses of action for dealing with some particular public problem are identified and enacted into a law (Lester and Stewart,2000).

2. Formulation is a derivative of formula and

means simply to develop a plan, a method, a prescription, in this chase for alleviating some need, for acting on a problem (Jones, 1984).

(90)

Formulasi kebijakan mengisyaratkan

diperlukannya tindakan yang lebih teknis

dengan cara menerapkan metode penelitian guna mengumpulkan informasi yang

diperlukan untuk merumuskan permasalahan kebijakan dan mencari berbagai alternatif

(91)

Asumsi-asumsi tentang Formulasi

• Sering tidak diawali dengan rumusan permasalahan yang jelas

• Tidak dimonopoli oleh suatu institusi pemerintah

• Formulasi dan reformulasi dapat terjadi secara terus menerus dalam jangka panjang

• Karena bersifat kompetisi antar aktor maka

formulasi menimbulkan situasi ada yang kalah dan menang

(92)

Metode Formulasi

• Rasional

• Inkremental/tambal sulam (berdasarkan kebijakan/keputusan yang sudah ada

kemudian diperbaiki/disempurnakan untuk memecahkan masalah yang baru tersebut). • Model system

(93)

Langkah-langkah dalam model rasional

• Pengambil kebijakan dihadapkan pada suatu masalah

• Tujuan dan nilai2 yang ingin dicapai dapat dirangking

• Alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah dirumuskan

• Analisa biaya dan manfaat dilakukan untuk masing-masing alternatif

• Membandingkan masing-masing alternatif • Memilih alternatif yang terbaik

(94)

Model incremental

Establishment of complete set of operational goals with weights Preparation of complete set of alternative policies Preparation of complete set of predictions of benefits and costs for each alternatives

Calculation of net expectation of each alternative

Comparison of net expectations and identification of alternative (s) with highest net expectation

Establishment of complete inventory of other values and of resources with weight All resources needed for

pure-rationally process

All data needed for pure-rationally process

INPUT

OUTPUT Pure-rationality Policy (ies)

(95)

Model system

Inputs A Political System Outputs Demans Support Decisions Or policies Environment Envinronment

(96)
(97)

• Legitimasi adalah proses pengesahan suatu keputusan menjadi sebuah undang-undang dan hukum tertulis lainnya.

• Bentuk-bentuk legitimasi kebijakan publik • UUD • UU • PP • KEPRES • KEPMEN • PERDA

(98)

UNDANG-UNDANG

• Undang-undang merupakan peraturan tinggi setelah undang-undang dasar yang diangkat sebagai konstitusi negara Indonesia. Undang-undang mengatur urusan-urusan yang bersifat spesifik. Misalnya masalah pertanian, lalu

(99)

PERPU ( peraturan pemerintah pengganti

Undang-undang)

• Perpu baru bisa diputusan oleh presiden disaat yang genting. Misalnya dalam hal

penanganan masalah bencana alam ataupun perang. Sebab harus dibahas DPR pada

kesempatan pertama untuk dijadikan UU. Dalam konteks ini, DPR cuma punya dua pilihan: menolak atau menyetujui

(100)

Peraturan Pemerintah (PP)

• adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi

muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana

mestinya.di dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang

teknik pembuatan undang-undang, bahwa Peraturan Pemrintah sebagai aturan organik daripada Undang-Undang menururt hirarkinya tidak boleh

(101)

• PP diterbitkan untuk memeberikan penjelasan terhadap undang-uandang agar tidak terjadi salah tafsir bagi masing-masaing penafsir

kebijakan.

• PERATURAN PRESIDEN

• Peraturan presiden merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh presiden untuk menajalankan implementasi kebijakan kepada pemerintahan.

(102)

PERATURAN DAERAH

• Peraturan Daerah adalah Naskah Dinas yang berbentuk peraturan perundang-undangan, yang mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk mewujudkan kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan menetapkan sesuatu organisasi dalam

lingkungan Pemerintah daerah yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(103)

Policy Implementation

(104)

Apa itu implementasi ?

• Jones (1987) ; those activities directed toward putting a program into effect (proses mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya)

• Van Horn dan Van meter (1975) : those actions by public and private individual (or groups) that are the achievement or objectives set forth in prior policy ( tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas kebijakan)

(105)

• Secara lebih konkrit Mazmanian & Sabatier menyatakan bahwa fokus perhatian dalam

implementasi yaitu memahami apa yg senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku, diantaranya adalah :

Kejadian dan kegiatan yg timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan yg mencakup usaha mengadministrasikan maupun usaha menimbulkan dampak yang nyata pada masyarakat.

(106)

Kesimpulan umum

• Implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan

• Implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan

• Tujuan kebijakan adalah melakukan intervensi, dan implementasi adalah tindakan intervensi itu sendiri. • Implementasi melibatkan usaha dari policy makers

untuk mempengaruhi street level bureaucracy

(Lipsky) untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku target group.

(107)

Mengapa implementasi penting ?

• Implementasi merupakan proses yg penting dalam proses kebijakan, dan tak terpisahkan dari proses formulasi kebijakan (Jones, 1987) • Implementasi bahkan jauh lebih penting dari

pembuatan kebijakan. Kebijakan hanya berupa impian atau rencana yg bagus dan tersimpan dalam arsip kalau tak diimplementasikan

(108)

• Tanpa implementasi kebijakan tak akan bisa mewujudkan hasilnya.

• Implementasi bukanlah proses yang sederhana, tetapi sangat kompleks dan rumit.

• Benturan kepentingan antar aktor baik administrator, petugas lapangan, maupun sasaran sering terjadi

• Selama implementasi sering terjadi beragam

interprestasi atas tujuan, target maupun strateginya • Implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel,

(109)

• Dalam prakteknya sering terjadi kegagalan dalam implementasi

• Banyaknya kegagalan dalam implementasi kebijakan telah memunculkan kajian baru dalam studi kebijakan yaitu studi

implementasi kebijakan

• Guna menilai keberhasilan atau kinerja sebuah kebijakan maka dilakukan evaluasi kebijakan

(110)

Bagaimana melakukan intervensi dalam implementasi?

Mazmanian dan Sabatier (1983); memberikan langkah-langkah sbb :

1. Mengidentifikasi masalah yang harus diintervensi

2. Menegaskan tujuan yang hendak dicapai 3. Merancang struktur proses implementasi

Dg demikian program harus disusun secara jelas dan harus dioperasionalkan dalam bentuk

(111)

Lineberry (1984) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam implementasi :

1. Pembentukan unit organisasi atau staf pelaksana

2. penjabaran tujuan dalam berbagai aturan pelaksana (Standard operating procedures/SOP)

3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran pada kelompok sasaran serta pembagian tugas diantara badan pelaksana

4. pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan

(112)

Faktor -faktor yang mempengaruhi

implementasi kebijakan

• komunikasi, yaitu bagaimana

menginformasikan semudah mungkin dapat dipahami oleh masyarakat sasaran maksud dan tujuan dari kebijakan y ang diambil.

• struktur birokrasi, yaitu didukung institusi pelaksana yang tidak berbelit -belit dan

(113)

• sumber sumber, yaitu tersedia sumber

-sumber dana, daya dan sarana yang cukup. • disposisi, yaitu kecenderungan dari

implementor yakni pemerintah pelaksanan

kebijakan dengan melihat kepentingannya mudah dilaksanakn atau sebaliknya.

(114)

Menurut Anderson 1979) ada 4 aspek dalam implementasi kebijakan :

1. Who is involved policy implementation ?

2. The nature of administrative process (hakekat dari proses administrasi)

3. Compliance with policy (kepatuhan pada kebijakan)

4. The effect of implementation (dampak dari pelaksanaan kebijakan)

(115)

Ada dua fokus dalam melakukan implementasi :

1. Compliance (kepatuhan) : apakah implementor patuh pada aturan, juklak, jadwal dsb ?

2. What happening ? : mempertanyakan bagimana kinerja

implementasi, apa yang dicapai dsb. Dalam hal ini beberapa hal yang penting :

a. Banyaknya aktor yang terlibat b. Kejelasan tujuan

c. Partsipasi semua unit pemerintahan

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

(116)

Kesimpulan umum aktivitas

implementasi meliputi :

1. Siapa pelaksananya

2. Berapa besar dana dan darimana diperoleh ? 3. Siapa sasarannya

4. Bagaimana manajemennya

5. Bagaimana kinerja dan keberhasilannya diukur

(117)

Faktor penentu keberhasilan

implementasi

1. Logika kebijakan itu sendiri

2. Kemampuan pelaksana dan ketersediaan sumber

3. Manajemen yang baik

4. Lingkungan dimana kebijakan diimplementasikan

(118)

implementasi kebijakan dipengaruhi oleh 4 variable

1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk melaksanakannya

2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan, maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan yang telah dirumuskan

3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

(119)

• Sering terjadi suatu program tidak mampu

mewujudkan tujuannya( kegagalan implementasi) • Ketidakmampuan program mewujudkan tujuan

disebut oleh Andrew Dunsire sebagai implementation gap yaitu suatu kondisi dimana dalam proses

kebijakan terjadi perbedaan antara apa yang diharapkan pembuat kebijakan dengan apa yg senyatanya terjadi.

• Implementation gap ini sangat dipengaruhi oleh

implementation capacity dari orgs pelaksana (Goggin, 1990)

(120)

1. Interprestasi : Kebijakan lebih bersifat strategis, sehingga Birokrat perlu

menginterprestasikan atau

mengoperasionalkan kebijakan tersebut 2. Pendayagunaan resources

3. Manajemen program

(121)

Prasarat keberhasilan implementasi :

• 1. Tiadanya hambatan eksternal

• 2. Tersedianya resources yg memadai • 3. Good policy

• 4. Hubungan ketergantungan yg minimum • 5. Pemahaman & kesepakatan thd tujuan • 6. Tugas ditetapkan dengan urutan yg tepat • 7. Komunikasi dan koordinasi lancar

(122)

Kegagalan implementasi

A. Tak bisa diimplementasikan B. Unsucsessfull implementation

Penyebab kegagalan sebuah kebijakan :

1. Bad policy : perumusannya asal-asalan, kondisi

internal belum siap, kondisi eksternal tak memungkinkan dsb

2. Bad implementation : pelaksana tak memahami

juklak, terjadi implementation gap dsb)

(123)

Faktor lain penyebab publik tak mau

melaksanakan kebijakan (Anderson, 1979)

• Kebijakan bertentangan dg sistem nilai

masyarakat

• Adanya konsep ketidakpatuhan selektif thd hukum

• Keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi/ kelompok

• Tidak adanya kepastian hukum (terjadi pertentangan antara kebijakan satu dg lainnya)

(124)

Studi implementasi ;

• Mrpk studi untuk mengetahui proses implementasi

• Tujuan utamanya adalah untuk memberi umpan balik pada pelaksana kebijakan

• Untuk mengetahui apakah proses pelaksanaan telah sesuai dengan rencana atau standard yg ditetapkan

• Untuk mengetahui hambatan dan problem yg muncul dalam proses implementasi

(125)

• Beberapa pakar beranggapan bahwa studi

implementasi perlu melihat output kebijakan, shg sering disebut juga evaluasi implementasi

• Dalam evaluasi implementasi dilihat dampak jangka pendek akibat proses implementasi tersebut

• Biasanya bersifat deskriptif kualitatif

• Metode pengumpulan data = metode penelitian sosial lainnya

• Karena bertujuan untuk memberikan umpan balik maka biasanya digunakan metode yg lain spt, FGD, rapat, brainstorming dsb. Juga catatan-catatan

harian pribadi dapat dijadikan sumber data yang akurat (Bryan & White, 1987)

(126)

Perkembangan studi (penelitian)

implementasi (Gogin dkk (1990)

1. Penelitian generasi pertama, fokus :

a. Bagaimana suatu aturan diujudkan sebagai hukum dan bagaimana suatu hukum dijadikan program b. Upaya menunjuukkan sifat kekomplekan dan

dinamika implementasi

c. menekankan pentingnya subsistem kebijakan d. Mengidentifikasi faktor yg berhub dg hasil suatu

program

e. mendiagnosis bbrp penyakit yg sering mengganggu pelaksana

(127)

Penelitian generasi kedua, Fokus :

1. Jenis dan isi kebijakan

2. organisasi pelaksana dan sumberdaya

3. pelaksana kebijakan : sikap, motivasi, hub antar pribadi, komunikasi dsb

4. Hasil : pengakuan bahwa implementasi bisa berubah setiap saat, identifikasi faktor

penentu keberhasilan, berbagai persoalan yg muncul dsb

(128)

Penelitian generasi ketiga, fokus :

• 1. Komunikasi antar lembaga pemerintahan • 2. penyusunan desain penelitian

• 3. Mengkaji variabel-variabel prediktor dalam implementasi

(129)

Pendekatan dalam studi implementasi

1. Pendekatan strukural (peran organisasi) 2. Pendekatan prosedural dan manajemen

(Misal : Network planning and Controll/ NPC, Program Evaluation and Review Tehnique / PERT dsb)

3. Pendekatan Perilaku (komunikasi, informasi, sikap dsb)

4. Pendekatan politis (aspek-aspek antar departemental/ politik)

(130)

Beberapa model Implementasi

(Parsons, 1997)

• 1. Model analisis kegagalan (implementasi sbg proses

interaksi antara tujuan dan tindakan( Pressman & Wildavsky, 1973), implementasi sebagai politik adaptasi saling

menguntungkan ( Mc Laughin, 1975)

• 2. model Top down (mengidentifikasi faktor yang

menyebabkan keberhasilan implementasi (Van Meter van Hoirn (1975), Grindle (1980), Sabatier & Mazmanian (1979) dsb

• 3. model Bottom up (mengidentifikasi faktor lain dan interaksi organisasi antara Pemerintah dg warga negara (lipsky, 1971), Implementasi sebagai proses yg disusun melalui konflik dan bergaining (Wetherly, 1977), Implementasi sebagai proses alur (Smith, 1973)

• 4. model sintesis (Ripley & Franklin (1985), Nakamura & Smallwood (1986) dsb

(131)

Policy Evaluation

(Evaluasi Kebijakan)

(132)

Evaluasi kebijakan

• Kegiatan untuk menilai sejauhmana kefektifan sebuah kebijakan publik guna

dipertanggungjawabkan pada konstituennya dan sejauhmana tujuan tercapai

• Kegiatan yang bertujuan menilai “manfaat” suatu kebijakan (Jones ,1984)

• Kegiatan yang ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan meraih dampak yg diinginkan

(133)

Apa itu evaluasi ?

• Anderson (1979) : Evaluasi adalah the appraisal of

assesstment of policy including its content implementation and impact (penilaian atau pengukuran kebijakan termasuk

isi, implementasi dan dampaknya)

• Jones (1987) Evaluasi : an activity designed to judges the

merits of government programs which varies significancy in the spesificationof objects, the techniques measurement and methods of analysis (suatu aktivitas yg dirancang untuk

menilai keberhasilan program- program yg berbeda secara

tajam dalam spesifikasi obyeknya, tehnik pengukurannya serta metode analisanya).

(134)

Mengapa evaluasi diperlukan ?

• 1. Merupakan satu tahapan dalam siklusKebijakan

• 2. mengetahui keberhasilan/ kegagalan atau kebijakan

• 3. mengetahui penyebab kegagalan

• 4. mengetahui apakah dampak kebijakan publik sesuai dg yang diharapkan

(135)

Manfaat Evaluasi kebijakan :

• 1. Memperoleh informasi tentang kinerja kebijakan • 2. Mendorong seseorang untuk lebih memahami

maksud, kualitas dan dampak kebijakan

• 3. Umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan/ penyempurnaan implementasi

• 4. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan

(136)

Fungsi Evaluasi (Dunn; Ripley)

• Eksplanasi : Menjelaskan realitas pelaksanaan

program

• Kepatuhan : Melihat apakah pelaksanaan sesuai

standar dan prosedur)

• Auditing: Melihat apakah output sampai ke sasaran.

Adakah kebocoran dan penyimpangan

• Akunting : Apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan.

Misal seberapa jauh mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat, adakah dampak yang ditimbulkan

(137)

Tujuan evaluasi kebijakan :

• 1. Mengukur efek suatu program

• 2. Bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program di masa datang

• 3. Menilai kesesuaian dan perubahan program • 4. Alasan memenuhi akuntabilitas

(138)

Implikasi dari tujuan evaluasi tsb :

• Mengukur efek: hal ini menunjuk pada perlunya metodologi penelitian

• Membandingakan efek dgn tujuan: menunjuk pada penggunaan kriteria untuk mengukur

keberhasilan

• Memberikan sumbangan pada pembuatan kebijakan berikutnya

(139)

Keputusan yg dapat diambil dari hasil evaluasi (Weis dalam Shafritz and Hyde, 1987)

• 1. Meneruskan atau mengakhiri program • 2. Memperbaiki praktek & prosedur adm

• 3. Menambah atau mengurangi strategi dan tehnik implementasi

• 4. Melembagakan program ke tempat lain

• 5. Mengalokasikan sumber daya ke program lain • 6. Menolak atau menerima pendekatan/ teori yg

(140)

Persoalan yg ingin dijawab dalam evaluasi

(Ripley, 1985)

• 1. Kelompok dan kepetingan mana yg memiliki akses dalam pembuatan kebijakan?

• 2. Apakah pembuatan cukup rinci, terbuka dan memnuhi prosedur? • 3. Apakah program didesain secara logis ?

• 4. Apakah sumber daya yg menjadiinput program telah memadai untuk menc tuj ?

• 5. Apa standar implementai yg baik bagi kebijakan tsb ?

• 6.Apakah program dilaks sesuai standar efisiensi ekonomi? Apakah uang digunakan dg tepat dan jujur?

• 7. Apakah kel sasaran memeproleh pelayanan seperti yg didesain dalam program ?

• 8. Apakah program memberikandampak pada kelompok non sasaran? Apa jenis dampaknya ?

• 9. Apa dampak yg diharapkan dan tak diharapakan pada masyarakat ? • 10. Kapan tindakan program dilaksanakan dan dampaknya diterima oleh

masyarakat ?

(141)

Kasley dan Kumar (1987)

3 pertanyaan yg perlu dijawab dalam evaluasi : 1. Siapa yg memperoleh akses dari input dan output program ?

2. Bagaimana mereka bereaksi thd program tersebut ?

3. Bagaimana program tsb mempengaruhi perilaku sasaran kebijakan ?

(142)

Aspek kajian evaluasi kebijakan

• 1. Proses pembuatan kebijakan • 2. Proses implementasi kebijakan • 3. Konsekwensi kebijakan

• 4. Efektivitas dampak kebijakan

• Evaluasi dapat dilakukan sebelum (evaluasi sumatif), pada saat (evaluasi implementasi) dan sesudah kebijakan diimplementasikan (evaluasi formatif)

(143)

Pengelompokkan evaluasi yg lain:

• 1. Evaluasi administratif : Biasanya dilakukan

dg aspek finansial dan prosedur (dilakukan dalam lingkup pemerintahan)

• 2. Evaluasi Yudisial : Evaluasi yang berkaitan

dengan obyek-obyek hukum

• 3. Evaluasi Politik: Evaluasi yg dilakukan oleh

(144)

Evaluasi Administratif terdiri atas :

• Effort evaluation: Mengevaluasi input program

• Performance evaluation: Mengkaji output

dibandingkan dengan input program

• Effectiveness evaluation: Mengkaji apakah

pelaksanaanya sesuai dg sasaran & tujuan

• Effeciency evaluaiton: Membandingkan biaya dengan

output yang dicapai

• Process evaluation: Mengkaji metode pelaksanaan,

(145)

Evaluasi jika dikaitkan dg tujuan :

• Evaluasi kecocokan : Apakah kebijakan tb diteruskan

dan bagaimana prospek kebijakan

• Evaluasi efektifitas: Apakah dampaknya sesuai dgn

yang diinginkan, serta biaya dan manfaatnya sebanding?

• Evaluasi efisiensi: Apakah sumber daya yang

digunakan efisien dan mampu menc. hasil yang optimal

• Meta evaluasi: Menguji dan menilai proses evaluasi

itu sendiri, apakah telah dilakukan dgn benar, profesional dan obyektif?

(146)

Model-model evaluasi

• Dari sisi kualitas hasilnya : 1. Single program after only 2. Single program before after

3. Comparative program after only

(147)

Bagaimana melakukan evaluasi ?

• Berbagai hal yg harus diperhatikan sebelum melakukan evaluasi :

1. Mengamati, memahami tujuan evaluasi 2. Mengamati, melilih kriteria

3. Mengamati senitivitas metode 4. memperhatikan efektivitas biaya

5. memperhatikan kendala yg berhub dg anggaran, yakni SDM dan juga data

(148)

• Kegiatan evaluasi mencakup 3 macam kegiatan :

1. Specification : menyangkut obyek yg dinilai

2. Measurement : memilih tehnik pengukuran

yang tepat untuk menilai

3. Analysis : Melakukan analisa informasi yg

(149)

Kriteria yg harus dipenuhi dalam

melakukan evaluasi :

• 1. Relevansi : mampu memberikan inf yg tepat pada pembuat dan pelaku kebijakan, menjawab scr benar pertanyaan dalam waktu yg tepat

• 2. Signifikan : mampu memberikan inf yg baru dan penting melebih yg sudah ada

• 3. Validitas : mampu memberikan pertimbangan yg persuasif & seimbang tentang hasil nyata kebijakan • 4. Reliabilitas : dapat membuktikan bahwa hasilnya

diperoleh dengan penelitian yg teliti • 5. Obyektif : tidak memihak /bias • 6. Tepat waktu

• 7. Daya guna : bisa dimengerti & dimanfaatkan oleh pelaku dan pembuat kebijakan

(150)

Kecenderungan evaluasi saat ini:

• 1. Sering tidak sungguh-sungguh karena evaluatornya dari Pemerintah

• 2. Hasil evaluasi tak konklusif, membahas banyak persoalan tetapi tanpa arah yang jelas, shg tak ada rekomendasi yg argumentatif

• 3. Karena dilakukan secara rutin maka hailnya kurang tajam. Hanya formalitas, membaca data dan

(151)

Evaluasi Implementasi :

• Evaluasi atas pelaksanaan sebuah program • Merupakan evaluasi terhadap proses

• Menilai tingkat kepatuhan pelaksana atas standard aturan

• Menggunakan model-model dalam implementasi • Biasanya bersifat kualitiatif

• Melihat dampak jangka pendek dari pelaksanaan kebijakan/ program

(152)

Evaluasi Dampak

Memberikan perhatian besar pada output & dampak kebijakan Evaluasi dilakukan untuk melihat berbagai hal:

1. Menentukan apakah program telah membawa dampak yang diinginkan terhadap individu, rumah tangga dan lembaga

2. Menilai apakah dampak tersebut berkaitan dengan intervensi program

3. Mengeksplore akibat yg tidak diperkirakan baik positif maupun negatifnya

4. Permasalahan yang disoroti pd bgmn program mempengaruhi peserta program dan apakah perbaikan kondisi peserta program betul- betul disebabkan oleh program ataukah faktor lain

Evaluasi dampak bisa dilakukan sebelum diimplementasikan (sering disebut analisis, asessment, estimasi, prediksi atau perkiraan) atau sesudah diimplementasikan

(153)

Apa itu Dampak ?

• Dampak adalah perubahan kondisi fisik maupun sosial sebagai akibat dari output kebijakan

• Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran ( baik akibat yang diharapkan atau tidak diharapkan), dan akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok

sasaran (impact)

• Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran, baik yg sesuai dg yg

diharapkan atau tidak dan akibat tersebut tidak

mampu menimbulkan perilaku baru pada kelompok

(154)

Dampak kebijakan publik dapat berupa

(dimensi dampak), Dye:

• 1. Dampak pada masalah publik (pada kelompok sasaran) yg diharapakan atau tidak

• 2. Dampak pada kelompok diluar sasaran sering disebut eksternalitas / dampak melimpah(spillover effects)

• 3. Dampak sekarang dan yg akan datang

• 4. Dampak biaya langsung dikeluarkan untuk membiayai program dan tak langsung (yg dikeluarkan publik akibat suatu kebijakan.

(155)

Hal-hal yg perlu diperhatikan dalam

melaks Evaluasi Dampak :

• 1. Dimensi- dimensi dampak

• 2. persoalan yg berkaitan dengan program • 3. unit-unit pendampak

• 4. Karakteristik evaluasi

(156)

Dimensi dampak (Langbein, 1980):

• 1. Waktu

Dimensi ini penting karena :

- Kebij dpt memberikan dampak sekarang dan yang akan datang - Semakiin lama periode waktu semakin sulit mengukur

dampak. Ini disebabkan :

(a) hub kausalitas semakin kabur, (b)faktor lain yg akan

dijelaskan semakin banyak, (c)jika efek thd individu dipelajari terlalu lama maka akan kesulitan menjaga track record

individu dalam waktu yg sama

- Semakin terlambat sebuah evaluasi dilakukan akan semakin sulit mencari data dan menganalisis pengaruh program yg diamati.

(157)

Dimensi dampak (lanjutan)

• 2. Selisih antara dampak aktual dengan yang

diharapkan.

Evaluator selain memperhatikan efektivitas tujuan perlu pula memperhatikan (a) berbagai dampak yang tak diinginkan, (b) dampak yang hanya sebagian saja dari yg diharapkan dan (c) juga dampak yang bertentangan dari yg diharapkan

• 3. Tingkat agregasi dampak

Dampak juga bersifat agregatif artinya bahwa dampak yg dirasakan secara individual akan dapat merembes pada perubahan di masyarakat secara keseluruhan

(158)

Dimensi dampak (lanjutan)

4. Tipe dampak

Ada 4 tipe utama dampak program :

1. Dampak pada kehidupan ekonomi : penghasilan, nilai tambah dsb

2. Dampak pada proses pembuatan kebijakan: apa yg akan dilakukan pada kebijakan berikutnya

3. Dampak pada sikap publik : dukungan pada pemerintah, pada program dsb

4. Dampak pada kualitas kehidupan individu, kelompok dan masyarakt yg bersifat non ekonomis

(159)

Persoalan yg berkaitan dg program:

Weiss (1972) menyatakan adanya beberapa persoalan yaitu :

• 1. Wilayah (scope) program: Nasional, provinsi, lokal

dsb

• 2. ukuran program : Berapa individu yang dilayani

untuk setiap satuan wilayah program

• 3. Kebaruan program : apakah dampak yang

(160)

Unit-unit pendampak :

• Unit sosial yg dapat terkena dampak kebijakan :

• 1. Dampak individual : biologis (penyakit, cacat fisik dsb), fisiologis (stress, depresi, cinta, emosi dsb), lingkungan hidup (tergusur, pindah rumah dsb), ekonomis (naik turunnya

penghasilan, harga, keuntungan dsb), sosial serta personal • 2. Dampak organisasional : langsung (terganggu atau

terbantunya penc tujuan organisasi), tak langsung (peningkatan semangat kerja, disiplin)

• 3. Dampak pada masyarakat

(161)

Karakteristik Evaluasi kebijakan :

• 1. Evaluasi harus empirik tdk spekulatif hipotetik atau asumtif teoritik

• 2. Tidak bias pada satu alternatif atau dampak tertentu

• 3. Rasional, harus sistematis dan dapat

dipertanggungjawabkan dihadapan pakar • 4. Kajian harus dilakukan dari berbagai aspek

• 5. Handal dan sahih baik dalam analisis, ketersediaan data dan reliabilitas datanya

(162)

Respon/ reaksi thd dampak :

1. Skeptis (tak yakin akan apa yg dicapai oleh kebijakan tersebut) 2. Kritis (mempertanyakan dukungandan hambatan pelaksanaannya) 3. Analitis (memberikan sumbangsaran agar pelaksanaan lebih baik) 4. Reaktif konfrontatif. Ini dikelompokkan kedalam beberapa jenis :

(a) Apatis (tak mau tahu dan menolak kebijakan. Ini bisa menyebabkan upaya memobilisasi massa dan mengarah pada perilaku anarkhis

(b) Melakukan lobbidan membentuk opini publik melalui media massa untuk menyalurkan responnya

(c) Demonstrasi dan propaganda

(d) Melakuakn tindakan politik yang kasar spt teror, kudeta dsb 5. Adaptif kopromistis, dapat berupa

(a) Perilaku meneliti scr kritis (b) Merubah pola perilaku (c) Melakukan kegiatan baru (d) Meminta pelayanan baru

(163)

Faktor penyebab kebijakan tak

memperoleh dampak yg diinginkan:

• 1. Sumber daya tak memadai • 2. Cara implementasi tak tepat

• 3. Masalah publik sering disebabkan banyak faktor ttp kebijakan yg dibuat hanya mengatasi atu faktor saja

• 4. Cara menanggapi kebijakan yang justru dapat emngurangi dampak yg diinginkan

• 5. Tujuan-tujuan kebijakan tak sebanding bahkan bertentangan satu sama lain

• 6. Biaya yng dikeluarkan jauh lebih besar dari masalahnya

• 7. Banyak masalah publik yng tak mungkin dapat diselesaikan • 8. Timbulnya maslaah baru shg mendorong pengalihan

perhatian dan tindakan

(164)

Masalah yang timbul dalam evaluasi

(anderson)

• 1. Ketidakpastian dan ketidakjelasan tujuan kebijakan • 2. Menguji kausalitas bahwa dampak memang

disebabkan oleh kebijakan tsb

• 3. Dampak kebijakan biasanya menyebar diluar sasaran kebijakan

• 4. Kesulitan dalam memperoleh data • 5. Resistensi pejabat

• 6. Evaluasi cenderung kurang melihat dampak (kurang valid)

(165)

• Untuk melakukan evaluasi kebijakan agar

sistematis maka diperlukan studi evaluasi atau penelitian evaluasi

(166)

Contoh : Kebijakan penggusuran • Ratusan warga Kampung Baru Cengkareng

kehilangan tempat tinggal karena lahan yang dipakai diambil pemiliknya Perum Perumnas.

• Penggusuran adalah teror bagi masyarakat korban karena sendi kehidupan mereka tercabut dari

akarnya. Penggusuran adalah teror yang mencekam . Akses masyarakat korban untuk mendapatkan hak-hak hidup mereka, tertutup. Mereka tidak bisa lagi memikirkan pekerjaan dan anak-anak tidak bisa lagi bersekolah (pemerhati masalh perkotaan).

(167)

Diskusi :

• Benarkah penggusuran adalah sesuatu yang merugikan?

• Bukankah tujuan penggusuran demi kepentingan orang banyak.

(168)

Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

• Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

• Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda

• Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

(169)

Kebijakan program lingkungan sehat

• Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar

• Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan

• Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan

(170)

Kebijakan program upaya kesehatan

• Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya

• Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya

• Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial

• Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang

mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana

(171)

Kebijakan program pelayanan

kesehatan

• Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya

• Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya

• Pengadaan peralatan dan perbekalan

kesehatan termasuk obat generik esensial • Penyediaan biaya operasional dan

(172)

Kebijakan program upaya kesehatan

perorangan

• Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS

• Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif

• Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit • Pengadaan obat dan perbekalan RS

• Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan

• Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga • Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

(173)

Kebijakan program pencegahan dan

pemberantasan penyakit

• Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko • Peningkatan imunisasi

• Penemuan dan tatalaksana penderita • Peningkatan surveilans epidemologi • Peningkatan KIE pencegahan dan

(174)

Kebijakan program perbaikan gizi

masyarakat

• Peningkatan pendidikan gizi

• Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat gizi mikro lainnya

• Penanggulangan gizi lebih • Peningkatan surveilans gizi

• Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

(175)

Kebijakan program sumber daya

kesehatan

• Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

• Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk

penduduk miskin

• Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

(176)

Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

• Pengkajian dan penyusunan kebijakan • Pengembangan sistem perencanaan dan

pengangaran, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan

• Pengembangan sistem informasi kesehatan • Pengembangan sistem kesehatan daerah

(177)

Kebijakan program penelitian dan

pengembagan kesehatan

• Penelitian dan pengembangan

• Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian

• Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan

(178)

ISU DALAM KEBIJAKAN PUBLIK :

1. Isu etika kebijakan

• Semua proses dan tahapan dalam penentuan kebijakan harus memperhatikan etika

• Herbert Simon mengatakan kecenderungan para analis kebijakan akan berusaha untuk mengoptimalkan hasil pilihannya yaitu

memilih kebijakan yang menguntungkan secara ekonomis tetapi yang cenderung terjadi kebijakan dipilih hanya untuk

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman dengan ini mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada pertemuan yang akan diselenggarakan pada:.. hari, tanggal :

JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN TUGAS MANDIRI DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR PTK

Adapun besarnya sumbangan pengaruh yang diberikan variabel point of purchase, discount dan store atmosphere secara bersama-sama terhadap impulse buying konsumen

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Orang tidak begitu saja mau memahami dan menerima apa yang kita pikirkan karena mereka bisa menilai apakah kepentingan diri mereka terakomodasi atau tidak dalam sebuah usulan..

Hasil persen hidup, jumlah tunas dan panjang akar yang tidak terpengaruh nyata terhadap perlakuan ZPT yang diaplikasikan pada penelitian ini menunjukkan bahwa

yang sangat erat, masing-masing konstrak tersebut mencerminkan satu konstrak yang lain Frawley dalam (Forrester, 1996). 222) pendapat yang ada tentang keberhubungan antara bahasa

Siswa yang tidak suka bermain, akan lulus dengan nilai baikd. Ana lulus dengan