• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1.5.4 Pedoman Reagen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "8.1.5.4 Pedoman Reagen"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PENYIMPANAN REAGENSIA

1. Pendahuluan

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan mengembalikan alat ke tempatnya. Alat yang berat atau bahan yang berbahaya diletakkan di tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak paling bawah.

Peralatan disimpan di tempat tersendiri yang tidak lembab, tidak panas dan dihindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat korosi. Penyimpanan alat dan bahan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan bahaya dari masing-masing alat/bahan kimia. Kekerapan pemakaian juga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai diletakkan di dalam ruang laboratorium/bengkel kerja.

2. Penyimpanan di laboratorium terdiri dari : A. Bahan Habis Pakai

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan habis pakai adalah sebagai sebagai berikut :

1. Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan sifat dan bahan penyusunnya seperti kayu, besi/ logam, kertas, plastik, kain, karet, tanah liat dan sebagainya.

2. Tempat penyimpanan harus aman, dan bebas dari penyebab kerusakan.

3. Cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau jenisnya, misalnya : peralatan disimpan ditempat yang sesuai, dengan memperhatikan syarat-syarat penyimpanan. 4. Penyimpanan bahan habis pakai, disesuaikan dengan sifat kimia zat tersebut.

5. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, (mudah terbakar, mudah meledak, dan beracun) harus diberi label peringatan yang tidak mudah lepas.

B. Peralatan Bahan Kimia

1. Peralatan Laboratorium Kimia

Peralatan yang sering digunakan sebaiknya disimpan sedemikian hingga mudah diambil dan dikembalikan. alat laboratorium kimia sebagian besar terbuat dari gelas. Alat-alat seperti ini disimpan berkelompok berdasarkan jenis Alat-alat, seperti tabung reaksi, gelas kimia, labu (seperti Erlenmeyer dan labu didih), corong, buret dan pipet, termometer, cawan porselein, dan gelas ukur. Klem, pinset yang terbuat dari logam, dan instrumen yang memiliki komponen-komponen dari logam yang sangat halus, seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakan arus listrik disimpan di tempat terpisah, jauh dari zat-zat

(2)

kimia, terutama zat-zat kimia yang korosif. Alat-alat seperti ini harus disimpan di tempat yang kering dan bebas dari zat atau uap korosif serta bebas goncangan. Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi nama agar mudah mencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret sebaiknya disimpan dalam keadan berdiri. Oleh karena itu, pipet dan buret perlu diletakkan pada tempat yang khusus.

2. Bahan Kimia

Penyimpanan bahan kimia harus mendapat perhatian khusus, sebab setiap bahan kimia dapat menimbulkan bahaya seperti terjadinya kebakaran, keracunan, gangguan pernapasan, kerusakan kulit atau gangguan kesehatan lainnya.

Penyimpanan zat kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Penyimpanan bahan kimia diatur berdasarkan tingkat bahayanya dan ditata secara alfabetis.

b) Zat/bahan kimia disimpan jauh dari sumber panas dan ditempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.

c) Pada label botol diberi catatan tentang tanggal zat di dalam botol tersebut diterima dan tanggal botol tersebut pertama kali dibuka. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tanggal bahan kimia tersebut kadaluarsa.

d) Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS ; Material Safety Data Sheet) untuk informasi lebih lengkap mengenai bahan kimia tersebut.

e) Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan kimia yang terbuat dari gelas di lantai . f) Botol berisi bahan kimia harus diambil dan diangkat dengan cara memegang badan

botol dan bukan pada bagian lehernya.

g) Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat yang terlalu tinggi.

h) Jangan menyimpan bahan kimia secara berlebihan di laboratorium/bengkel kerja. i) Botol yang berisi asam atau basa kuat, terutama asam perklorat, jangan ditempatkan

berdekatan.

Penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengelompokkan bahan-bahan tersebut, seperti berikut ini:

a) Bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia yang mudah terbakar seperti aceton, ethanol, ether, dan chloroform ditempatkan pada rak paling bawah dan terpisah dari bahan kimia yang mudah teroksidasi.

b) Pelarut yang tidak mudah terbakar, pelarut yang tidak mudah terbakar seperti karbon tetraklorida dan glikol dapat ditempatkan dekat dengan bahan kimia lain kecuali bahan kimia yang mudah teroksidasi.

(3)

c) Bahan Kimia asam, bahan kimia asam seperti asam nitrat, asam klorat, asam sulfat ditempatkan dengan kondisi seperti berikut:

(1) Ditempatkan pada lemari atau rak khusus yang tidak mudah terbakar.

(2) Wadah bahan kimia asam yang sudah dibuka disimpan di lemari khusus seperti lemari asam, bila perlu diberi alas seperti nampan plastik.

(3) Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan terlebih dahulu pada nampan plastic.

(4) Asam pengoksidasi dipisahkan dari asam organik dan dari bahan kimia yang mudah teroksidasi.

d) Bahan kimia kaustik, bahan-bahan kimia kaustik seperti amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida :

(1) ditempatkan pada daerah yang kering; (2) dipisahkan dari asam;

(3) botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan terlebih dahulu pada nampan (baki) plastik.

e) Bahan Kimia yang reaktif dengan air, bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air seperti natrium, kalium, dan litium ditempatkan di tempat yang dingin dan kering. f) Pelarut yang tidak reaktif dan tidak mudah terbakar, pelarut yang tidak reaktif dan

tidak mudah terbakar seperti natrium klorida, natrium bikarbonat, dan minyak ditempatkan di dalam lemari atau rak terbuka yang dilengkapi sisi pengaman.

C. Cara Penyimpanan dan Pewadahan Reagensia 1. Cara penyimpanan reagensia :

a. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).

b. Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya: flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.

c. Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu.

d. Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yg baik. Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25oC, pantau suhu ruangan maksimal 30oC.

(4)

e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Disamping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Pada penataan bahan kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.

f. Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau dengan air kran.

g. Buat sistem administrasi: daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang perhatian APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.

h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS). Informasi MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus muncul pada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut.

Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus, antara lain :

a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat dan prosedur penanganannya.

b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.

c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya

karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak memenuhi

spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun.

(5)

Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.

f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan secara berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, dengan maksud untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat/senyawa kimia berbahaya dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.

g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus keadaan darurat (emergency).

Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada suhu 100-110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen

yang bersifat hidrat disimpan pada eksikator. 2. Cara pewadahan reagen

Untuk mejaga keamanan dan kualitas reagen perlu dilakukan pewadahan. a. Kriteria wadah reagen yang baik antara lain :

1. Botol yang gelap / berwarna coklat, hal ini dilakukan agar dapat terhindar dari sinar matahari.

2. Wadah reagen tidak bocor.

3. Wadah reagen harus bermulut kecil, dan tertutup rapat. 4. Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca.

5. Wadah reagen harus steril.

6. Tidak bereaksi dengan bahan kimia dari reagen yang diwadahkan.

Untuk reagen cair, diwadahkan pada botol yang memenuhi kriteria seperti di atas. Reagen yang bervolume kecil, diwadahkan pada botol berukuran kecil. Sedangkan pada reagen yang bervolume besar, diwadahkan pada botol ukuran besar atau jerigen yang berbahan kaca.

Untuk reagen serbuk, jika berisi banyak, dapat diwadahkan pada botol dengan mulut agak lebar, hal ini bertujuan agar mudah dalam waktu pengambilan reagen pada waktu penimbangan.

(6)

Hal penting yang harus selalu di ingat pada saat pewadahan reagen yaitu, pemberian label yang berisi, nama reagen, tanggal pembuatan, paraf pembuat reagen, tanggal penerimaan, konsentrasi dan pelarut pada botol/ wadah reagen.

Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah. label bahan flammable label bahan oksidator label bahan toksik label bahan korosif label bahan dengan tingkat bahaya rendah.

Reagen harus dibeli dalam wadah yang ukurannya tepat sehingga isinya dapat digunakan semua dalam beberapa bulan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya deteriorasi mutu.

Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai.

b. Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu wadah agar dapat berfungsi dengan baik : 1. Harus dapat melindungi reagen dari kotoran dan kontaminasi

sehingga reagen tetap bersih.

2. Harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air , gas, dan penyinaran (cahaya).

3. Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah dalam pengangkutan dan distribusi.

4. Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada.

5. Dapat menunjukkan identitas, informasi dan penampilan reagen yang jelas.

(7)

3. Penutup

Diharapkan dengan adanya Panduan Penyimpanan Reagensia Laboratorium Puskesmas Cipondoh ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk pedoman penyimpanan reagen yang baik dan benar sehingga mutu dan kulaitas reagen dapat terjamin dengan baik dan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi Buku Pedoman.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan akademik & Kegiatan Mahasiswa, 2005.Prosedur Operasi Standar (SOP, Standard Operating Procedures) Laboratorium.Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan, 2005. Standar Minimum Laboratorium Matematika.Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Kurikulum 19 Jenis Inti Pendidikan Tenaga kesehatan.Jakarta. Depkes BPPSDM. (2008). Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Politeknik Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

(9)
(10)

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS DTP CIRUAS

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang akan digunakan dalam proses delignifikasi jerami padi adalah.. set neraca analitik, gelas kimia 600 mL, corong Buchner, labu

Erlenmeyer, gelas ukur, lumpang dan stamper, batang pengaduk, corong, kertas saring, tabung reaksi, spatel, plat tetes, botol reagen, pipet tetes, timbangan analitik (ADAM

6. Lima buah erlenmeyer 100 ml dan gelas arloji 7. Pipet tetes, pipet volum dan gelas ukur 9. Sediakan 4 buah tabung reaksi dan isi masing-masing tabung tersebut dengan

Daftar alat yang akan di pelajari dan dijelaskan yaitu : spektofotometer, inkubator, hot plate , lemari pendingin, beaker glass, tabung reaksi, gelas ukur, buret, pipet volume, pipet

Alat yang digunakan adalah saringan bertingkat, refrigerator, neraca analitik, cawan Petri, labu Erlenmeyer, inkubator, gelas ukur, sendok pengaduk, pipet, pinset

Alat Tabung sentrifugasi, timbangan analitik, mortar, stamper sonde oral, alat sentrifugasi, spektrofotometer UV-Visible, kertas tisu, gelas kimia, corong gelas, Erlenmeyer ,batang

Alat Erlenmeyer, satu set alat maserasi, corong pisah, tabung reaksi, rak tabung reaksi, mortar dan stamper, pipet ukur, krus, pipet tetes, jarum jara, pisau silet, pipa kapiler, kaca

Alat yang digunakan yaitu inkubator, autoklaf, timbangan, pipet tetes, botol sampel, erlenmeyer, tabung reaksi, tabung durham, gelas kimia, kapas, rak tabung dan lampu spirtus,