PROPOSAL PENELITIAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)
UJI AKTIVITAS AFRODISIAKA FRAKSI DARI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L). Merr)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sparague dawley
Tim Pengusul :
Numlil Khaira Rusdi, M.Si., Apt. NIDN 04251081.01 (Ketua) Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm. NIDN 03.090789.01 (Anggota)
Maifitrianti, M.Farm., Apt. NIDN 03.040588.02 (Anggota)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA TAHUN 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM...v
RINGKASAN ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 3
1.3 Tujuan penelitian ... 3
1.4 Urgensi Penelitian ... 3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 4
2.1. Sauropus androgynus (L). Merr (katuk) ... 4
2.2 Aprodisiaka ... 5
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 7
3.1.Rancangan Penelitian ... 7
3.2 Lokasi penelitian ... 7
3.3 Alat dan Bahan ... 7
3.4 Pembuatan bahan uji ... 8
3.5. Karakteristik fraksi ... 9
3.6. Persiapan hewan coba ... 9
3.7. Pengujian Efek Afrodisiaka ... 9
3.8. Analisa hasil ... 11
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ... 12
4.1. Anggaran Biaya ... 12
4.2. Jadwal Penelitian ... 12
DAFTAR PUSTAKA ... 13
LAMPIRAN... 16
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ... 16
Lampiran 2. Dukungan sarana dan prasarana penelitian ... 19
Lampiran 3. Susunan organisasi tim pengusul dan pembagian tugas ... 20 Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota tim pengusul ... 21 Lampiran 5. Surat pernyataan ketua pengusul ... 27
IDENTITAS USULAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Uji Aktivitas Afrodisiaka Fraksi Dari Ekstrak Etanol 70% Daun Katuk (Sauropus androgynus (L). Merr) Pada Tikus Putih Jantan Galur Sparague dawley
2. Tim Peneliti : Numlil Khaira Rusdi, MSi, Apt Maifitrianti, M
Ni Putu Ermi Hikmawanti
No Nama Jabatan Bidang Keahlian
Instansi Asal Alokasi Waktu (jam/minggu) 1 Numlil
Khaira Rusdi
Lektor Farmakologi dan Farmasi Klinis
UHAMKA 12 jam/minggu
2 Maifitrianti Asisten Ahli
Farmakologi dan Farmasi Klinis
UHAMKA 12 jam/minggu
3 Ni Putu Ermi Hikmawanti
- Farmakognosi
dan Fitokimia
UHAMKA 12 jam/minggu
3. Objek Penelitian : Pengembangan Senyawa obat Afrodisiaka 4. Masa Pelaksanaan : 6 bulan
Mulai : Bulan Januari tahun 2017 Berakhir : : Bulan Januari tahun 2018
5. Usulan Biaya Dana Hibah UHAMKA : Rp 19.650.000
6. Lokasi Penelitian : Laboratorium Terpadu FFS UHAMKA, Jakarta.
7. Instansi lain yang terlibat :
a. Tanaman diperoleh dari BALITTRO, Bogor.
b. Determinasi tanaman dilakukan di LIPI Cibinong.
c. Sampel tikus diperoleh dari IPB.
8. Temuan yang ditargetkan :
Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi kelompok senyawa spesifik pada fraksi efektif dari ekstrak etanol 70% daun katuk yang dapat dijadikan kandidat bahan afrodisiaka. Informasi ini selanjutnya akan dipublikasi dalam bentuk jurnal ilmiah.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu :
Pada bidang Farmakognosi dan Fitokimia, penelitian ini mendukung pengembangan Iptek yaitu dengan mencari senyawa spesifik pada fraksi efektif dari ekstrak etanol 70% daun katuk sehingga bisa dijadikan tanaman obat untuk afrodisik. Selanjutnya, pada bidang farmakologi, penelitian ini mendukung pengembangan iptek tanaman obat untuk indikasi afrodisiak.
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran :
a. Jurnal Ilmiah International bereputasi : Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
b. Jurnal nasional terakreditas : Indonesian Journal of Pharmacy
11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun rencana perolehan atau penyelesaiannya : 2017
RINGKASAN
Disfungsi seksual dapat mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang karena dapat menyebabkan turunnya harga diri dan frustasi termasuk menurunkan performa dalam bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Gangguan seksual pada pria dapat berupa rendahnya dorongan seksual (libido), disfungsi ereksi (impotensi), ejakulasi dini, ejakulasi retrogade (terlambat) dan nyeri saat intercourse. Penurunan libido digambarkan dengan ketidaktertarikan dalam melakukan aktivitas seksual yang disebabkan karena disfungsi ereksi, impoten dan infertilitas Penurunan libido dapat diatasi dengan obat-obatan yang dapat meningkatkan gairah seksual (afrodisiaka).
Beberapa contoh afrodisiaka adalah obat yang bekerja menghambat fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) seperti sildenafil, agonis reseptor dopamin seperti apomorfin dan alprostadil. Namun terdapat beberapa efek yang tidak diinginkan dalam penggunaan obat-obat ini.
Di Indonesia terdapat banyak bahan tanaman obat herbal alami yang dapat digunakan sebagai obat. Salah satunya adalah Sauropus androgynus L Merr atau yang lebih dikenal dengan daun katuk. Tanaman ini diketahui berpotensi sebagai afrodisiaka. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh kelompok senyawa yang lebih spesifik dan diharapkan dapat mengarahkan pada informasi kelompok senyawa mana dari tanaman Sauropus androgynus L Merr yang diduga efektif meningkatkan libido.
Penelitian diawali dengan mengekstraksi rimpang jahe dengan metode maserasi. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi menggunakan tiga pelarut yaitu n-heksan, etil asetat dan air. Ketiga larutan yang diperoleh dievaporasi sehingga didapatkan fraksi dari masing-masing pelarut. Fraksi dari masing-masing pelarut ini kemudian dilakukan uji aktivitasnya sebagai afrodisiaka. Sampel yang digunakan tikus putih jantan galur wistar sebanyak 25 ekor dan tikus putih betina sebanyak 25 ekor untuk melihat aktivitas seksual tikus jantan. Sebanyak 25 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 merupakan kontrol normal, kelompok 2 diberikan X-gra® sebagai kontrol positif, kelompok 3 diberikan fraksi n-heksan daun katuk, kelompok 4 diberikan fraksi etil asetat dan kelompok 5 diberikan fraksi air. Pemberian fraksi diberikan pada hari ke 0,1,3,5 secara peroral. Satu ekor tikus jantan yang telah diberikan dosis peroral di letakan ke dalam aquarium berisi 3 tikus betina yang telah diberi estradiol valerate 48 jam sebelum pengamatan secara oral dan dibiarkan hingga terjadi introduction dan climbing. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam pada 4 kali pengamatan yaitu pada hari ke-0, 1, 2, 3 dan 5. Kemudian dilihat berapa kali terjadinya climbing dan introduction. Data jumlah climbing dan introduction diamati dalam 1 jam selama 4 kali pengamatan kemudian dianalisa secara statistic menggunakan (ANOVA) two way dilanjutkan dengan uji post hoc LSD untuk melihat perbedaan yang bermakna dari setiap perlakuan.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kelompok senyawa spesifik pada fraksi efektif dari ekstrak etanol 70% daun katuk yang dapat dijadikan kandidat bahan afrodisiaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seksualitas merupakan hal yang jarang dibicarakan secara terbuka karena membuat banyak orang canggung. Keadaan ini menyebabkan informasi yang terkait dengan seksualitas lebih sering dibicarakan secara sembunyi-sembunyi (Kemenkes RI, 2009). Disfungsi seksual dapat mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang karena dapat menyebabkan turunnya harga diri dan frustasi termasuk menurunkan performa dalam bekerja dan berinteraksi dengan orang lain (Avasti dan Biswas 2004).
Penurunan libido selalu digambarkan dengan ketidaktertarikan dalam melakukan aktivitas seksual yang disebabkan karena disfungsi ereksi, impoten dan infertilitas.
Laki-laki yang dilaporkan mengalami disfungsi seksual memiliki dorongan seks secara normal namun tidak bisa melakukan hubungan seksual (Steel et al. 2011). Disfungsi seksual diperkirakan terjadi sekitar 15% pada pasangan suami istri dan sekitar separuh dari kasus tersebut dapat dikaitkan dengan faktor pada pria melalui rendahnya presentase motilitas sperma atau jumlah sperma yang sedikit (Hadi 2011).
Penurunan libido dapat diatasi dengan obat-obatan yang berfungsi sebagai agen afrodisiaka salah satunya adalah obat yang bekerja menghambat fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) yang terdiri dari sildenafil, tadalafil dan verdenafil juga agonis reseptor dopamin seperti apomorfin (Pfaus dan Skepkowski 2005). Verdenafil adalah obat yang sangat tinggi selektifitasnya terhadap reseptor PDE5 - inhibitor sedangkan tadalafil secara signifikan dapat meningkatkan fungsi ereksi. Namun terdapat beberapa efek yang tidak diinginkan dalam penggunaan obat-obat penghambat PDE5 seperti sildenafil yaitu flushing, hidung tersumbat, gangguan pengelihatan seperti pengelihatan kabur dan meningkatkan sensitivitas terhadap cahaya (Lue 2000). Ada pula alprostadil merupakan sintesa dari prostaglandin E1 yang sekarang digunakan sebagai obat pilihan yang digunakan dengan cara injeksi intracovernosum. Sering pula digunakan kombinasi antara fentolamin + papaverin + prostaglandin E1. Efek samping yang
sering terjadi adalah priapismus (Avasti dan Biswas 2004). Efek samping lainnya adalah rasa sakit pada penis dan rasa sakit saat ereksi yang terjadi pada 34% pria (Lue 2000).
Afrodisiaka didefinisikan sebagai agen (makanan atau obat) untuk meningkatkan gairah seksual. Afrodisiaka digambarkan sebagai suatu zat yang dapat meningkatkan gairah seksual. Banyak sekali agen afrodisiaka bioaktif yang berasal dari tanaman, hewan, mineral yang sudah banyak dikenal sepanjang sejarah umat manusia (Singh et al. 2012). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai afrodisiaka adalah Sauropus androgynus L Merr atau yang lebih dikenal dengan daun katuk. Penelitian yang dilakukan oleh Arifien (2013) menyimpulkan bahwa tikus jantan dewasa (Rattus novergicus) yang diberi seduhan daun katuk secara oral selama 14 hari efektif meningkatkan libido pada dosis 100 mg/Kg BB. Penelitian lain yang dilakukan oleh Harmusyanto (2013) menyimpulkan bahwa seduhan daun katuk 5 g/Kg BB yang diberikan secara, per oral selama 14 hari dapat meningkatkan libido terhadap kelinci jantan. Penelitian oleh Maulita dkk (2016) menyimpulkan daun katuk berpengaruh signifikan terhadap kualitas spermatozoa mencit yang dipaparkan asap rokok dengan dosis 6 mg/ml. Kandungan kimia dari daun katuk itu sendiri terdiri dari sterol, resin, tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, glikosida dan fenol (Selvi dan Basker 2012). Saponin, flavonoid, alkaloid dan steroid pada daun katuk merupakan senyawa aktif yang memiliki potensi sebagai afrodisiaka (Andini 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian untuk meningkatkan libido tikus putih jantan galur Sprague Dawley menggunakan fraksi dari ekstrak etanol 70% daun katuk dengan metode fraksinasi. Fraksinasi dapat memisahkan kelompok senyawa aktif berdasarkan tingkat kepolarannya (kurang polar, semi polar, dan polar). Dengan demikian akan diperoleh kelompok senyawa yang lebih spesifik dan diharapkan dapat mengarahkan pada informasi kelompok senyawa mana yang diduga efektif meningkatkan libido tikus putih jantan.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di latar belakang, peneliti merasa perlu mengevaluasi aktivitas fraksi mana dari ekstrak etanol 70% daun katuk yang dapat menjadi kandidat bahan afrodisiaka.
1.3. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi kelompok senyawa spesifik pada fraksi efektif dari ekstrak etanol 70% daun katuk yang dapat dijadikan kandidat bahan afrodisiaka. Informasi ini selanjutnya akan dipublikasi dalam bentuk jurnal ilmiah.
1.4. Urgensi Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan karena dapat memberikan informasi tanaman obat Indonesia yang dapat digunakan untuk indikasi Afrodisiaka. Upaya pengembangan bahan obat yang berasal dari tanaman Indonesia sangat perlu dilakukan. Tingginya prevalensi disfungsi seksual menyebabkan semakin tinggi penggunaaan obat-obat afrodisiak. Penggunaan obat-obat kimia afrodisiaka seperti Sildenafil, masih menimbulkan beberapa masalah, antara lain dapat menimbulkan efek samping yang serius, ketidaksediian obat dengan segera, dan harganya yang mahal. Diharapkan dengan pengembangan obat-obat tradisonal yang berasal dari tanaman asli Indonesia dapat memberikan kontribusi untuk dunia kesehatan dan memberikan pengobatan yang efek sampingnya lebih rendah, ketersediaan obat dengan segera, dan harganya yang relative lebih murah atau cost effective.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sauropus Androgynus (L.) Merr. (Katuk)
Daun katuk memiliki kandungan tannin, saponin, alkaloid, glikosida dan fenol.
Daun katuk memiliki kadar provitamin A karoten yang tinggi, begitu juga dengan kadar vitamin B,C, protein dan mineral. Daun katuk kaya akan klorofil yaitu sebesar 8% dari bobot kering (Andini 2004).
Daun katuk mengandung tujuh senyawa aktif yaitu lima kelompok senyawa polyunsaturated fatty acid yang merupakan kelompok senyawa eikosanoid antara lain octadenocanoid acid, 9-eicosine, 5,8,11-heptadecatrienoic acid, 9,12,15- octadecatrinoic acid, 11,14,17-eicosatrienoic acid yang berperan dalam prekusor dan terlibat dalam biosintesis senyawa eikosanoid (prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, lipoksin dan leukotrin). Selain itu terdapat juga senyawa dari biosintesis steroid hormon yaitu Androstan-17-one dan 3-ethyl-3-hydroxy-5alpha yang berperan sebagai prekursor dalam sintesis senyawa hormon steroid (progesteron, estradiol,testosteron dan glukokortikoid) (Andini 2004).
Daun katuk memiliki kandungan isoflavon yang mirip dengan esterogen yang dapat memperlambat berkurangnya masa tulang. Daun katuk juga mengandung saponin yang bermanfaat sebagai anti kanker, antimikroba dan meningkatkan sistem imun tubuh. Kandungan lain yang terdapat dalam daun katuk adalah berbagai kandungan fitokimia yang sangat bermanfaat sebagai obat seperti progesteron, estradiol, testosteron dan glukokortikoid (Andini 2004).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifien (2013) disimpulkan bahwa tikus jantan dewasa (Rattus novergicus) yang diberi seduhan daun katuk secara oral selama 14 hari efektif meningkatkan libido pada dosis 100 mg/Kg BB. Penelitian lain yang dilakukan oleh Harmusyanto (2013) disimpulkan bahwa seduhan daun katuk 5 g/Kg BB yang diberikan secara, per oral selama 14 hari dapat meningkatkan libido terhadap kelinci jantan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Maulita dkk (2016) daun
katuk berpengaruh signifikan terhadap kualitas spermatozoa mencit yang dipaparkan asap rokok dengan dosis 6 mg/ml. Kandungan kimia dari daun katuk itu sendiri terdiri dari sterol, resin, tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, glikosida dan fenol (Selvi dan Basker 2012). Saponin, flavonoid, alkaloid dan steroid pada daun katuk merupakan senyawa aktif yang memiliki potensi sebagai afrodisiaka (Andini 2014).
2.2. Afrodisiaka
Afrodisiaka adalah turuanan kata dari afrosidiate yang merupakan dewi cinta dari Yunani. Afrodisiaka di definisikan sebagai agen (makanan atau obat) yang dapat meningkatkan gairah seksual (Singh et al. 2012). Afrodisiaka adalah berbagai stimulan atau perangsang yang dapat meningkatkan libido atau nafsu seks. Afrodisiaka dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama yang dapat mempengaruhi fisik dan psikis, misalnya melalui pengelihatan, pengecap, pembauan dan kesan seperti parfum. Kedua, yang mempengaruhi dari dalam tubuh misalnya makanan, minuman, obat-obatan, atau rempah-rempah. Berabad-abad lamanya telah ada anggapan bahwa makanan tertentu telah mempunyai efek membangkitkan nafsu seks namun belum ada bukti ilmiah tentang ini (Yuwanti 2010).
Efek afrodisiaka dapat diamati melalui parameter climbing dan introduction.
Aktivitas menunggang (climbing) dengan batasan perilaku tikus jantan pada saat menaiki betina dari belakang. Aktivitas kawin dengan batasan perilaku tikus pada saat bersenggama atau berhubungan. Climbing pada tikus dipengeruhi oleh libido tikus jantan dan kesediaan oleh tikus betina untuk disetubuhi tikus jantan. Libido tikus jantan dapat muncul karena faktor hormonal dari dalam tikus itu sendiri, kondisi fisik, umur, suhu ruangan, keadaan lingkungan, kondisi cahaya, luas kandang dan faktor tikus betina, yaitu faktor hormonal dan aroma tubuh. Aroma tubuh tikus betina berhubungan dengan siklus estrusnya, dimana pada stadium estrus tikus betina lebih siap kawin (Arifien 2013).
Batasan parameter uji yang diteliti dilihat dari aktivitas pendekatan (introduction) dengan batasan perilaku tikus jantan dalam melakukan ciuman pada bagian mulut sampai bagian leher dan melakukan penjilatan pada bagian kelamin tikus betina, aroma
yang dikeluarkan tikus betina pada saat masa estrus menyebabkan tikus jantan untuk mendekat pada bagian tubuh betina (Arifien 2013).
Gambar 2.1. Peta perjalanan penelitian
Simplisia daun katuk
- Standarisasi mutu (kadar air, susut pengeringan, rendemen) - Analisis kandungan kimia
(screening) dengan metode KLT
Pengujian efek afrodisiaka pada tikus jantan Ekstrak dan fraksi daun
katuk - Autentikal tanaman
- Uji organoleptik simplisia
Hasil penelitian
Publikasi ilmiah
Laporan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Diagram rancangan penelitian 3.2. Lokasi penelitian
a. Tanaman diperoleh dari BALLITRO, Bogor.
b. Determinasi tanaman dilakukan di LIPI Cibinong.
c. Sampel tikus diperoleh dari IPB.
d. Pembuatan ekstrak, fraksi, identifikasi kandungan senyawa kimia, dan pengujian standarisasi mutu akan dilakukan di Laboratorium Terpadu FFS UHAMKA, Jakarta.
e. Pengujian efek afrodisiaka akan dilakukan di Laboratorium Terpadu FFS UHAMKA, Jakarta.
3.3. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : toples, kertas coklat, rotary evaporator, beker gelas, labu ukur, corong gelas, batang pengaduk, pipet tetes, corong
TAHAPAN 1 - Determinasi tanaman dan pembuatan
simplisia daun katuk
- Proses ekstraksi simplisia daun katuk - Proses fraksinasi ekstrak etanol daun katuk FRAKSI DARI
EKSTRAK ETANOL DAUN
KATUK
1
2
POTENSI SEBAGAI CALON
PRODUK AFRODISIAKA - Uji efek afrodisiaka pada tikus jantan
3
- Standarisasi mutu fraksi
- Identifikasi kandungan senyawa kimia fraksi
4
TAHAPAN 2
pisah, pipa kapiler, chamber, neraca analitik, kandang aquarium, tempat pakan dan minum tikus, termometer, kamera, vial, spuit peroral.
Simplisia yang digunakan adalah daun katuk segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 70%, pelarut untuk fraksinasi adalah n-heksana, etil asetat dan air. Na CMC 0,5% sebagai pembawa, kapsul X-gra® sebagai kelompok positif, Progynova® sebagai penginduksi hormon esterogen bagi tikus betina. Pereaksi yang diguanakan untuk penapisan fitokimia fraksi daun katuk adalah amonia, Liebermann Bourchard, Dragendorff, ferri klorida. Eluen yang digunakan adalah butanol, asam asetat, kloroform, metanol, n-heksana, etil asetat.
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley dengan berat 150-250 gram dan umur lebih dari 2-3 bulan.
3.4. Pembuatan bahan uji
Daun katuk segar diambil lalu dibersihkan dari pengotornya, kemudian dicuci dengan air hingga bersih, ditiriskan dan dirajang halus, keringkan dibawah sinar matahari, setelah kering kemudian diserbukkan, selanjutanya diayak dengan ayakan nomor 40. serbuk yang diperoleh kemudian ditimbang. (Suprayogi dkk 2009).
Ekstrasi daun katuk dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 1 kg simplisia direndam dengan 6 L pelarut etanol 70% di dalam maserator. Campuran tersebut diaduk secara manual dengan pengaduk selama 30 menit dan kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain flanel dan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan ini merupakan ekstrak etanol daun katuk. Kemudian metode yang sama diulang sampai larutan ekstrak etanol yang relatif jernih. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian di evaporasi menggunakan rotary-evaporator dengan pengaturan suhu 40oC. Hasil evaporasi ini berupa ekstrak etanol yang kental (Suprayogi dkk 2009).
Ekstrak etanol 70% daun katuk dilarutkan dalam 500 ml pelarut air, lalu dimasukkan ke dalam corong pisah. Kedalam larutan tersebut dimasukkan pelarut n-
heksana 500 ml. Setelah itu, larutan tersebut di kocok lalu didiamkan beberapa saat sampai terjadi pemisahan antara kedua larutan yaitu fraksi n-heksana pada bagian atas dan fraksi air pada bagian bawah. Kedua larutan tersebut kemudian dikeluarkan dan diletakkan dalam erlenmayer yang berbeda. Penambahan pelarut dan pengocokan dilakukan berulang hingga larutan menggunakan pelarut n-heksana tampak jernih.
Filtrat yang didapat merupakan larutan ekstrak etanol yang telah bebas senyawa non polarnya dan larutan fraksi heksan. Kedua larutan yang diperoleh kemudian dievaporasi sehingga diperoleh fraksi etanol yang telah bebas dari senyawa nonpolarnya dan fraksi n-heksana dalam bentuk kental. Metode yang sama seperti diatas dilakukan pula terhadap pelarut etil asetat untuk mendapatkan fraksi etil asetat (Suprayogi dkk 2009).
3.5. Karakterisasi fraksi
Karakterisasi fraksi meliputi pemeriksaan organoleptis; identifikasi kandungan senyawa kimia (Screening) secara kualitatif dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terhadap kandungan senyawa yang mungkin terdapat di dalamnya, diantaranya yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan triterpenoid; penetapan kadar air;
penetapan susut pengeringan; dan perhitungan rendemen.
3.6. Persiapan hewan coba
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL).
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor tikus dalam satu kelompok.
Tikus dikarantina selama satu minggu dengan tujuan mengadaptasikan tikus pada lingkungan dan perlakuan yang baru. Pada proses adaptasi tikus diberi pakan standart berupa pellet dan aqua destillata. Pada tahap ini dilakukan pengamatan umum dan penimbangan berat badan setiap hari agar diperoleh tikus yang sehat.
3.7. Pengujian efek afrodisiaka
Pada hari ke 0,1,3 dan 5 tikus jantan diberi perlakuan peroral dan dimasukan ke dalam aquarium yang berisikan tiga tikus betina yang telah diberi estradiol valerate 48 jam sebelum pengamatan secara oral dan dibiarkan hingga terjadi indtroduction dan
climbing. Batasan aktivitas climbing yang diamati pada penelitian ini adalah saat tikus jantan menunggangi tikus betina dari belakang dan batasan introduction yang diamati pada penelitian ini adalah saat tikus jantan mecium atau menjital alat kelamin tikus betina. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam pada 4 kali pengamatan yaitu pada hari ke-0, 1, 2, 3 dan 5. Kemudian dilihat berapa kali terjadinya climbing dan introduction.
Gambar 3.2. Skema Prosedur Perlakuan Hewan Uji
Tikus putih jantan galur SD terdiri dari 25 ekor tikus yang terbagi dalam 5 kelompok
Tikus diaklimatisasi, diberi pakan dan minum standart dan dilakukan pemeriksaan berat badan tikus
Hari ke- 0, 1, 3, 5 diberikan dosis peroral pada tikus jantan
Kelompok kontrol Normal
Kelompok Kontrol
Positif
Kelompok Fraksi n-heksana
Kelompok Fraksi Etil Asetat
Kelompok Fraksi
Air
Satu ekor tikus jantan yang telah diberikan dosis peroral di letakan ke dalam aquarium berisi 3 tikus betina
Satu ekor tikus jantan yang telah diberikan dosis peroral di letakan ke dalam aquarium berisi 1 tikus betina
Hari ke 0, 1, 3 dan 5. dilakukan pengamatan Climbing dan introduction dilakukan setiap 1 jam dalam 1 hari
Analisis Data
3.8. Analisa hasil
Data yang diperoleh adalah jumlah climbing dan introduction dalam 1 jam selama 4 kali pengamatan yang dianalisa secara statistik. Mula-mula diuji normalitas dan homogenitasnya. Setelah itu dilakukan uji analysis of variance (ANOVA) two way dengan taraf signifikan 95% (α 0,05), kemudian untuk melihat adanya pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji post hoc LSD untuk melihat perbedaan yang bermakna (Harmusyanto 2013).
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)
1 Honorarium pelaksana 4.500.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan
10.950.000
3 Perjalanan 700.000
4 Lain-lain: publikasi, seminar, laporan,
pengolahan data, dan lain- lain
3.500.000
Jumlah 19.650.000
4.2 Jadwal Penelitian Tabel 4.2. Jadwal Penelitian
NO JENIS
KEGIATAN
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Penyusunan proposal
2 Persiapan bahan dan alat
3 Penelitian
4 Evaluasi hasil
5 Publikasi ilmiah
6 Pembuatan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Budi. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta. Adabia Press UIN. Hlm : 4-5, 11
Andini Diah. 2014. Potential of Katul Leaf (Sauropus androgynus L Merr) As Aphrodisiac. Dalam: J Majority Vol 3 No 7. Universitas Lampung. Lampung.
Hlm : 17-22
Anonim. 2011. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Volume 46. Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Hlm 368.
Arifien Artantya. 2013. Uji Efek Seduhan Daun Katuk (Sauropus androgynus) Terhadap Libido Tikus Jantan (Rattus novergicus) Dalam Penggunaannya Sebagai Afrodisiaka Dengan Alat Libidometer. Dalam: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 2 No 1. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Avasti Ajith dan Parthasarathy Biswas. 2004. Pharmacotherapy Of Sexual Dysfunction: Current Status. Dalam: Indian Journal of Pscyhiatry. Institute of Medical & Research. India. Hlm: 213-216
BPOM RI. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeurep.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm : 84 BPOM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume Ke Lima Edisi I. Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Jakarta
BPOM RI. 2012. Acuan Sediaan Herbal Volume Ke Tujuh Edisi I. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm : 3, 11-12, 14, 17
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm : 169
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta.
Hanani E. 2014. Analisis Fitokimia. Jakarta. EGC
Hayati Ari, dkk. 2016. Local Knowladge of Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr.) in East Java Indonesia. Dalam : International Journal of Current Pharmaceutical Review and Research. Universitas Brawijaya, Malang. Indonesia. Hlm : 210-215 Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Cetakan kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro.
Bandung: Penerbit ITB.
Harmusyanto Rhanuga. 2013. Studi Mengenai Efek Daun Katuk (Sauropus androgynus L Merr) Terhadap Libido Kelinci Jantan (Oryctolagus cuniculus) Sebagai Afrodisiaka. Dalam: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 2 No 1. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Hlm: 12
Kemenkes RI. 2009. Modul Perubahan Intervensi Perilaku Seks Seksualitas dan Jender. Kementrian Kesehatan Republik Indonesi. Jakarta. Hlm : 1
Larasaty widya. 2013. Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropa curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Lue F Tom. 2000. Erectil Dysfunction. Dalam: The New England Journal Of Medicine.
University Of California School Of Medicine. San Francisco. Hlm: 1803-1813 Malvia N, Sanjay J, Vipin B dan Savita V. 2011. Recent Studies of Aphrodiciac Herbs
for Management of Male Sexual Dysfunction. Dalam: Drug Research Vol 68 No 1. Polish Pharmaceutical Society. India. Hlm : 3-5
Maulita wening, dkk. 2016. Pengaruh Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Terhadap Viabilitas, Motilitas Dan Konsentrasi Spermatozoa Mencit Jantan Balb/c Yang Diberi Paparan Asap Rokok. Dalam : Proceeding book
“Scientifict Annual Meeting”, Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI).
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. Semarang. Hlm : 2-6 Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Dalam: Jurnal Kesehatan Vol VII No. 2/2014. Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Allaudin Makassar. Makassar. Hlm : 361-367
Nuning R dan Ikayanti. 2011. Efek Afrodisiaka Ramuan Cabe Jawa (Piper retrofractum L), Pegagan (Centella asiatica) dan Temu Lawak (Curcuma domestica) Terhadap Libido Tikus Jantan. Dalam: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Tawangmangu. Hlm : 19-22
Pfaus James G dan Lisa Skepkowski. 2005. The Biologic Basic for Libido. Dalam:
Center of Studies in Behavioral Neurobilogy Departmen of Psychology Concordia Univesity. Concordia University. Canada. Hlm: 96
Rowe, R C, Sheskey, P.J, dan Weller, P.J. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi IV. London. Publisher-Science and Practice Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Sari I. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Jamur Pleurotus ostreatus Dengan Metode DPPH Dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi Aktif.
Dalam: Skripsi Universitas Indonesia.Jakarta.
Selvi Senthamarai dan Anusha Basker. 2012. Phytocemical Analysis and GC-MS Profiling in the Leave of Saurpus androgynus (L) Merr. Dalam: International Journal Of Drug Development and Research. PRIST University. India. Hlm : 162 Shaw SR, Nihal M, Amad N. 2007. Dose Translation Form Animal to Human Studies
Revisited. FASEB J.22. Hlm : 2
Singh Ramandeep, Sarabjeet Singh, G. Jeyabalan, Ashraf Ali. 2012. An Overview On Traditional Medicine Plants as Aphrodisiac Agent. Dalam: IC Journal No 8192.
Himachal Institute of Pharmacy. India. Hlm : 43-44
Sinko P. 2006. Physical Chemical and Biopharmaceutical Principles in The Pharmaceutical Science. Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia. Hlm : 234
Steels Elizabeth, Amando R, dan Luis Vitetta. 2011. Phsycological Aspects of Male Libido Enhanced by Standardized Trigonella foenum-graecum Extract and
Formulation. Dalam: Phytotherapy Research. University of Quensland, School of Medicine. Australia.
Suprayogi A, Kusumorini N, Setiadi MA, Murti YB. 2009. Produksi fraksi daun katuk terstandar sebagai bahan baku obat perbaikan gizi, fungsi reproduksi, dan laktasi.
Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IPB.
Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wilkinson, J.M., S. Halley, and P.A. Tower. 2000. Comparison of male reproductive parameter in three rat strains: Dark Agouti, Sprague-Dawley, and Wistar. School of Biomedical Sciences, Charles Sturt University. Australia
Yuwanti Rafi’ah. 2010. Uji Afrodisiaka Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol 70% Kuncup Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum L Merr & Perry) Terhadap Libido Tikus Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
Honorarium Peneliti
Honor Honor/jam (Rp)
Waktu (jam/
minggu)
Minggu
Honor per tahun (Rp) Tahun I Tahun II
Ketua 12
jam/minggu
16 minggu/
Tahun
1.500.000
Anggota 1 12
jam/minggu
16 minggu/
tahun
1.500.000
Anggota 2 12
jam/minggu
16 minggu/
Tahun
1.500.000 SUB TOTAL 4.500.000 Peralatan penunjang
Alat Justifikasi
pemakaian Kuantitas
Harga satuan (Rp)
Biaya pertahun (Rp) Tahun I Tahun II Sewa lab dan alat
di Labkesda
Pengujian standarisasi ekstrak
1 1.000.000 1.000.000
Kandang tikus Kandang hewan
8 100.000 800.000
SUB TOTAL 1.800.000 Bahan Habis Pakai
Bahan Justifikasi
pemakaian Kuantitas
Harga satuan (Rp)
Biaya per tahun (Rp) Tahun I
Daun katuk Bahan baku ekstrak
3 kg 100.000 300.000
Tikus Hewan
Percobaan
50 30.000 1.500.000
Pakan tikus Makanan tikus 60 Kg 12.000 720.000
Aquadest Pelarut 25 L 20.000 500.000
Na CMC Pensuspensi 20 gram 5.000 100.000
Tablet X-gra Kontrol positif 10 tablet 30.000 30.000 Etanol 70% Pelarut
pengekstraksi
5 L 100.000 500.000
n-heksana Pelarut pengekstraksi
5 L 100.000 500.000
Etil asetat Pelarut pengekstraksi
5 L 100.000 500.000
Kloroform Eluen 1 L 550.000 550.000
Asam asetat Eluen 1 L 250.000 250.000
Amonia pa Eluen 1 L 550.000 550.000
Metanol Eluen 1 L 1.400.000 1.400.000
Silica gel 60 F254 20x20 cm
Plat KLT 1 box (isi 25 pcs)
1.000.000 1.000.000
Sonde Pemberian oral 5 buah 50.000 250.000
Spuit injeksi 1 cc Pengambilan darah
1 box (100 buah)
5000 500.000
SUB TOTAL 9.150.000
1.5. Perjalanan
Kegiatan Justifikasi
perjalanan Kuantitas Harga satuan (Rp)
Biaya per tahun (Rp) Tahun I Tahun II Transport asi ke
IPB, Bogor
Pembelian hewan coba
2 50.000 100.000
Transport asi ke LIPI
Uji determinasi tanaman
2 50.000 100.000
Transport asi ke BALITTRO, Bogor
Melakukan ekstraksi dan kering beku ekstrak dengan alat freeze dryer
2 50.000 100.000
Transport asi ke Labkesda
Pengujian standarisasi
8 50.000 400.000
SUBTOTAL 700.000
Lain-lain
Kegiatan Justifikasi
Kegiatan Kuantitas
Harga satuan (Rp)
Biaya per tahun (Rp) Tahun I Tahun II Pencetakan
dan penjilidan laporan
Dokumentasi laporan dan penyusunan laporan
5 100.000 500.000
Publikasi jurnal
Biaya submit naskah di jurnal ilimiah nasional terakreditasi
1 500.000 500.000
Seminar dalam negeri
Biaya pendaftaran seminar nasional
2 1.000.000 2.000.000
Uji Etik Hewan di FKUI
Melakukan Uji etik hewan di FKUI
1 500.000 500.000
SUB TOTAL 3.500.000 TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN PER TAHUN
(Rp)
19.650.000 TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH TAHUN (Rp)
Lampiran 2. Dukungan sarana dan prasarana penelitian
No Sarana dan Prasarana Penelitian Penyedia Fasilitas 1 Laboratorium Instrumen
Kimia
Laboratorium Terpadu FFS UHAMKA, Jakarta
2 Laboratorium Fitokimia Laboratorium Terpadu FFS UHAMKA, Jakarta
2 Laboratorium Farmakologi Laboratorium Terpadu FFS UHAMKA, Jakarta
5 Laboratorium morfologi anatomi tumbuhan
LIPI, Cibinong
Lampiran 3. Susunan organisasi tim pengusul dan pembagian tugas
No. Nama/NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu
Alokasi Waktu
Uraian tugas 1 Numlil Khaira
Rusdi
UHAMKA Farmakologi dan Farmasi Klinis
12 jam Ketua Peneliti:
-Mengawasi
tatalaksana pengujian efek afrodisiaka -analisis hasil uji.
- Penyusunan laporan.
2 Maifitrianti, M.Farm, Apt
UHAMKA Farmakologi dan Farmasi Klinis
12 Jam -Uji Afrodisiaka -Penyusunan laporan 3 Ni Putu Ermi
Hikmawanti, M.Farm
UHAMKA Farmakogno
si dan Fitokimia
12 jam Peneliti Anggota:
-Mengawasi tatalaksana pembuatan, karakterisasi, pengujian kandungan senyawa, dan standarisasi ekstrak, - analisis hasil uji.
-Penyusunan laporan.
Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota tim pengusul A. Biodata Ketua Peneliti
B. Biodata Anggota1 Peneliti
C. Boidata Anggota2 Peneliti
Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Pengusul