• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bcs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bcs"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN BODY CONDITION SCORE (BCS) SAPI PERAH PENILAIAN BODY CONDITION SCORE (BCS) SAPI PERAH

MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT TERNAK MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT TERNAK

Drh. Iswati, MP Drh. Iswati, MP

ARIEF REZA WAHYUDI ARIEF REZA WAHYUDI

PETERNAKA

PETERNAKAN N IIIAIIIA 07.2.2.16.2147 07.2.2.16.2147

KEMENTERIAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MALANG SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MALANG

2017 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penilaian Body Condition Score (BCS) Sapi Perah.

Laporan tersebut dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Produksi Bibit Ternak. Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Ir. Fathan A. Rasyid M.Ag Selaku Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang.

2. Ibu Drh. Iswati , MP selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Produksi Bibit Ternak yang telah memberikan tugas.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan “Laporan Penialaian Body Condition (BCS) Sapi Perah”.

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya jauh dari segi sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Malang, 12 Desember 2017

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang Penilaian BCS ... 1

1.2. Tujuan Penilaian BCS ... ...2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... ..3

2.1. Pengertian BCS ... ...3

2.2. BCS Sapi Perah ... 5

2.3. Manfaat Penialain BCS ... 9

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...10

3.1. Dokumentasi Foto Sapi Perah ... 10

3.2. Pembahasan ... 11

BAB IV. PENUTUP ...13

4.1. Kesimpulan ... 13

4.2. Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian BCS

Secara fisiologis, produksi susu merupakan sejumlah air susu yang disekresikan kelenjar ambing seekor induk. Selama laktasi, pola kurva produksi susu mengalami perubahan yang terlihat tidak tetap. Setelah beranak, produksi susu agak rendah, kemudian meningkat sampai mencapai puncaknya sekitar bulan kedua laktasi. Setelah itu, secara perlahan mengalami penurunan dan mencapai titik terendah pada bulan laktasi kedelapan sampai kesepuluh. Produksi susu berkaitan erat dengan kondisi tubuh. Untuk menilai kondisi tubuh dapat menggunakan sistem Body Condition Score (BCS). Diagram sistem BCS menggunakan angka skala 1 – 5 (1=sangat kurus, 3 =sedang, dan 5 =sangat gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantara selang itu. Body Condition Score (BCS) menggambarkan sejumlah energy metabolik yang tersimpan sebagai lemak subcutan dan otot pada ternak. Energi yang tersedia dalam tubuh tersebut digunakan untuk metabolisme, pertumbuhan, laktasi dan aktivitas. Untuk memelihara sapi laktasi agar dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya, maka sapi laktasi harus cukup sejumlah cadangan lemak tubuhnya.

Pola perubahan BCS bervariasi diantara laktasi dan mutu genetik ternak sapi perah. Perubahan BCS berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh sapi perah. Setelah beranak, sapi perah akan mengalami peningkatan konsumsi pakan yang lambat, peningkatan produksi susu yang cepat dan peningkatan mobilisasi cadangan lemak tubuh untuk melengkapi ketidakcukupan konsumsi pakan akibat peningkatan kebutuhan produksi susu tinggi saat awal laktasi. Untuk itu sejumlah cadangan lemak tubuh dimobilisasi saat awal laktasi yang menurunkan cadangan lemak tubuh selama satu sampai dua minggu setelah beranak, sampai pengembalian kondisi tubuh terjadi. Pola perubahan BCS secara umum akan menurun selama 2  – 3 bulan awal laktasi kemudian berlangsung pengembalian kondisi sampai dengan pertengahan laktasi. Pada saat periode kering diperlukan manajemen pemulihan. Deposit lemak tubuh diperlukan dalam pemulihan kondisi tubuh sapi setelah mengalami proses produksi, sehingga bisa digunakan sebagai

(5)

energi untuk produksi susu pada periode laktasi berikutnya. Saat 100 hari terakhir laktasi merupakan periode kritis untuk mengatur kondisi tubuh. Sebagai ilustrasi, jika sapi dalam kondisi tubuh kurus, persediaan energi berlebih penting untuk mengembalikan kondisi tubuh dan kehilangan bobot badan selama laktasi.

1.2 Tujuan Penilaian BCS

1. Mahasiswa mampu menilai BCS sapi perah berdasarkan pengamatan visual dan palpasi eksterior sapi perah berdasarkan 8 titik anatomi.

2. Mahasiswa mampu menganilisis BCS sapi perah untuk mengevaluasi status gizi, produksi dan reproduksi sapi perah sebagai bibit.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BCS

Body Condition Score (BCS) adalah nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul. BCS dapat digunakan untuk memprediksi dini status kesenjangan energi sapi perah selama awal laktasi. Penilaian kondisi tubuh ternak, terutama untuk sapi perah di Indonesia masih  jarang dilakukan sehingga untuk kondisi peternakan sapi perah rakyat sangat

penting (Hayati, dkk. 2002).

Skor 0-5 diberikan atas dasar lemak yang dapat didasarkan pada daerah pelvis dan sacralis. Skor 0 menggambarkan sapi yang sangat kurus, skor 5 untuk sapi yang sangat gemuk. Secara umum telah disetujui bahwa induk sapi perah mempunyai rata-rata BCS antara 2,5-3,5 saat melahirkan (Webster, 1987).

Penilaian BCS pada sapi perah dirancang untuk menaksir kondisi induk selama siklus produksi. Kondisi tubuh merupakan gambaran cadangan lemak tubuh yang ada pada ternak. Cadangan ini dapat dimanfaatkan oleh ternak pada saat ternak tidak mampu memenuhi kebutuhan energi. Pada sapi-sapi yang berproduksi tinggi hal ini normal terjadi selama awal laktasi, namun dapat juga terjadi pada saat sapi sakit, pakan dengan kualitas rendah, atau penyerapan zat makanan yang terbatas (Rodenburg, 2004).

Taufik, dkk (2103) yang melaporkan bahwa BCS dengan produksi susu pada laktasi pertama memiliki hubungan yang kuadratik antara BCS dan produksi susu 90 hari pertama laktasi. Produksi susu akan meningkat lebih cepat saat BCS meningkat dari angka 1 sampai 3 dan mencapai stabil saat 3,50; sedangkan BCS yang melebihi 3,50 menyebabkan penurunan produksi susu 90 hari laktasi pertama. Dinyatakan kondisi kegemukan pada sapi perah tidak akan meningkatkan produktivitas tetapi akan meningkatkan penyakit metabolisme dan gangguan reproduksi pada sapi perah.

Body condition score (BCS) berubah selama laktasi mengakibatkan perubahan keseimbangan energi. Oleh karena itu, BCS dapat digunakan untuk memonitoring sejumlah cadangan lemak tubuh selanjutnya dapat dipakai untuk menduga keseimbangan energi sapi laktasi (Mao, dkk. 2004).

(7)

Setelah beranak, sapi perah akan mengalami peningkatan konsumsi pakan yang lambat, peningkatan produksi susu yang cepat dan peningkatan cadangan lemak untuk melengkapi ketidak cukupan konsumsi pakan akibat peningkatan kebutuhan produksi susu awal laktasi. Puncak produksi susu dan kebutuhan energi berlebih akan meningkatkan lemak tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi. Proses ini dihubungkan dengan kurva produksi susu harian yang bertolak belakang dengan kurva keseimbangan energi dan BCS (Coffey, dkk. 2003).

Perubahan BCS berkaitan dengan perubahan komposisi tubuh sapi perah, peningkatan produksi susu yang cepat dan peningkatan cadangan lemak tubuh untuk melengkapi ketidak cukupan konsumsi pakan akibat peningkatan kebutuhan produksi susu tinggi saat awal laktasi. Untuk itu sejumlah cadangan lemak tubuh dikumpulkan saat awal laktasi yang menurunkan cadangan lemak tubuh selama satu sampai dua minggu setelah beranak, sampai pengembalian kondisi tubuh terjadi. Perubahan BCS akan mempengaruhi puncak produksi susu dan bentuk kurva laktasi (Domeq, dkk. 1997).

Kurva laktasi menggambarkan hasil susu setelah produksi hingga kering kandang (dry off). Dalam kurva ditunjukan tingkat produksi puncak (peak production level), persistensi, dan pengaruh tertentu terhadap produksi susu. Karena bentuk kurva pada umumnya konstan, produksi susu pada awal dapat digunakan untuk meramalkan produksi susu pada periode selanjutnya

Puncak produksi didefinisikan sebagai level tertinggi produksi susu pada 90 hari pertama masa laktasi. Puncak produksi menentukan tingkat kemiringan kurva laktasi dan hasil keseluruhan produksi susu. Jumlah dan waktu tercapainya puncak produksi mpengaruhi oleh umur dan musim pada saat partus (Singh, 2003).

Menurut Waldner (2002) puncak produksi susu biasanya tercapai pada 50-90 hari setelah partus. Sapi yang berproduksi tinggi mencapai puncak lebih lambat daripada sapi berproduksi rendah. Demikian juga dengan sapi laktasi pertama, lebih lambat dalam mencapai pencak produksi daripada sapi laktasi kedua dan berikutnya. Sapi yang mencapai puncak produksi kurang dari 50

(8)

hari atau lebih dari 90 hari setelah partus kemungkinan tidak dapat mencapai produksi potensialnya. (Denis 2003).

Produksi puncak antara laktasi pertama, kedua dan ketika memiliki perbedaan yang signifikan. Puncak produksi laktasi pertama terjadi pada range 36 sampai 71 hari. Produksi puncak pada sapi laktasi pertama (primipara) biasanya 75-78% dari sapi dewasa (multipara). Oleh karena itu kurva laktasi sapi pertama cenderung lebih datar daripada sapi dewasa (Mustafa. 2003).

Produksi tinggi selama masa laktasi membutuhkan puncak produksi yang tinggi dan persistensi. Puncak produksi memiliki korelasi yang lebih besar terhadap tinggi rendahnya produksi keseluruhan dari pada persistensi. Untuk setiap tambahan 1 kg susu pada tingkat produksi puncak, akan dapat diperkirakan adanya penambahan terhadap produksi keseluruhan sebesar 200-230kg (Mustafa. 2003).

Persistensi didefinisikan sebagai tingkat penurunan hasil susu seelah produksi puncak, merupakan persentase hasil susu pada bulan berjalan dengan produksi susu pada bulan sebelumnya. Pada jumlah keseluruhan total produksi yang sama, sapi dengan kurva laktasi yang lebih datar memiliki persistensi yang lebih tinggi. Sapi yang lebih persisten memiliki kemampuan konversi pakan yang lebih baik, lebih resisten terhadap stress pada puncak produksi dan lebih menguntungkan secara ekonomis. (Lin dan Togashi. 2002).

Persistensi yang baik berkisar antara 94-96%. Persistensi pada sapi dewasa lebih rendah dari sapi laktasi pertama. Setelah produksi puncak sapi laktasi pertama akan turun 0.2% per hari sedangkan pada sapi dewasa 0.3% per hari (Denis. 2003)

2.2 BCS Sapi Perah

Penilaian BCS pada sapi perah dirancang untuk menaksir kondisi induk selama siklus produksi. Skor 0-5 diberikan atas dasar lemak yang dapat didasarkan pada daerah pelvis dan sacralis. Skor 0 menggambarkan sapi yang sangat kurus, skor 5 untuk sapi yang sangat gemuk. Secara umum telah disetujui bahwa induk sapi perah mempunyai rata-rata BCS antara 2,5-3,5

(9)

saat melahirkan (Webster, 1987).

No Status Laktasi BCS

1 Masa Kering 3.5-4

2 Calving (sapi yang lebih Tua 3.5-4

3 Post Partum ( 1 bulan) 2.5-3

4 Pertengahan Masa Laktasi 3

5  Akhir Masa Laktasi 3.25-3.75

6 Calving ( Laktasi pertama) 3.5

Sumber : Drh N usdianto Triakoso MP, Universitas Airlangga Surabaya

Nilai Body Condition Score (BCS) dalam skala interval 5 menurut Sukandar, 2008, dapat uraian sebagai berikut:

Sumber : Petunjuk Pemeliharaan Sapi Perah

 Grade 1 (sangat kurus).

Pada level ini ciri yang mudah diamati adalah pangkal ekor / anus akan nampak sangat menyusut kedalam sedangkan Vulva akan nampak sangat menonjol keluar. Selanjutnya dapat diamati bahwa  prosessus spinosus pendek dapat diraba dan tuber coxae  serta tuber ischiadicus  sangat jelas terlihat.

(10)

Hook nampak angular Vulva nampak menonjol

Ruas – ruas diantara cincin tulang ekor terlihat jelas

 Grade 2 (Kurus)

Vulva tidak terlalu menonjol. Prosessus spinosus pendek dapat diraba, sedikit terlihat menonjol, tuber coxae dan tuber ischiadicus  menonjol tetapi bagian diantaranya tidak terlalu cekung.

 Apabila nampak lengkungan

cekungan antara rusuk pendek BCS 2.25

 Rusuk pendek masih dapat terlihat

dan hook berbentuk angular , serta terdapat lapisan lemak pada bagian  paha belakang (pin) maka BCS 2.75

  Namun apabila pada bagian pin

tidak terdapat lemak maka BCS = 2,5

 Grade 3 (sedang).

Vulva Nampak lebih rata, anus tertutup namun tidak terdapat deposit lemak, dan tulang ekor nampak membulat. Prosessus spinosus dapat terasa dengan perabaan yang diberikan tekanan.tuber coxae dan tuber ischiadicus nampak membulat dan lebih halus.

(11)

 Apabila ligament didaerah pangkal

ekor dan di daerah Bagian Hook

lumbal sacral masih

Nampak membulat

terlihat maka BCS 3.5 dan apabila

ligament didaerah Ruas-ruas tulang ekor

pangkal sudah ekor nampak berisi lemak

tidak terlihat namun sacral ligamen masih dapat terlihat maka

 Grade 4 (gemuk).

Prosessus spinosus hanya dapat terasa dengan tekanan yang kuat.Tuber coxae membulat halus. Area di sekitar tulang Tuber ischiadicus terlihat padat dan ada deposit lemak. Legok lapar nampak flat

 Legok lapar pada posisi flat maka BCS <

4

  Apabila tulang rusuk pendek

hampir tidang terlihat maka BCS = 4.25

  Apabila legok lapar pada posisi

datar dan tulang rusuk tidak naampak maka BCS = 4,50

  Apabila Bentukan Hook mulai

tidak nampak maka BCS = 4.75

 Grade 5 (sangat gemuk).

(12)

ekor , ruas tulang ekor tidak nampak, tulang bagian atas tuber coxae, tuber ischiadicus dan processus spinosus tidak terlihat .

Score ideal BCS sapi perah pada masa kering dan prepartum adalah 2,5  – 3, pada angka ini ternak berada dalam kondisi tubuh yang fit dan tanpa temak. Penambahan ataupun pengurangan score BCS pada sapi perah dapat memberikan arti pada berat badan ternak. Setiap penambahan 1 angka score berarti memberikan kenaikan berat badan sampai dengan 90 Kg pada Heifer dan 60 Kg pada sapi Induk, sedangkan apabila terjadi penurunan 1 angka score berarti terjadi penurunan berat badan sampai dengan 15 kg pada heifer dan pada induk dewasa. Dari sini dapat kita ketahui bahwa performa BCS merupakan salah satu cara untuk menunjukkan kecupakan pakan dan gizi pada ternak oleh karena itu melalui penilaian BCS yang tepat dan dan teratur akan memungkinkan untuk memaksimalkan efisiensi reproduksi dan ekonomi secara keseluruhan pada populasi. Umumnya BSC pada sapi perah akan dihitung pada masa kering ( dry off ), pre-partum dan sebelum dikawinkan

2.3 Manfaat Penilaian BCS

- Body condition score (BCS) berubah selama laktasi mengakibatkan perubahan keseimbangan 9etabo. Oleh karena itu, BCS dapat digunakan untuk memonitoring sejumlah cadangan lemak tubuh selanjutnya dapat dipakai untuk menduga keseimbangan 9etabo sapi laktasi.

- Body condition score (BCS) juga dijadikan sebagai alat untuk menjelaskan status nutrisi ternak melalui evaluasi dari cadangan lemak dari hasil 9etabolic9, pertumbuhan, laktasi, dan aktivitas.

- BCS mampu digunakan untuk mengukur sejumlah metabolic yang disimpan sebagai lemak subcutan dan otot pada ternak.

(13)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Dokumentasi Foto Sapi Perah

Dokumentasi dari hasil praktikum penilain BCS pada sapi perah menunjukkan 8 titik anatomi diantaranya :

Keterangan:

No. Titik Anatomi Penilaian BCS

1 Processus spinosus & transverses (tulang punggung/loin) 2 Ribs ( tulang rusuk)

3 Brisket / sternum ( tulang dada)

4 2 1 6 5 3 3 3

(14)

4 Sholdier ( tulang bahu) 5 Stiffle ( lipatan paha) 6 Hooks ( tulang panggul) 7 Pins (tulang duduk) 8 Tail head ( pangkal ekor)

3.2. Pembahasan

Sebelum melakukan kegiatan praktikum yaitu tentu terdapat prosedur atau langkah untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan praktikum. Prosedur tersebut antara lain :

1. Setiap mahasiswa memperoleh 1 (satu) ekor sapi perah sebagai materi penilaian BCS yang telah ditentukan.

2. Data rekording sapi yang diperlukan meliputi ; nama sapi, nomor tag, umur, status gizi, dan status reproduksi, serta data tambahan lainya (kesehatan dll) jika diperlukan.

3. Recording ternak diperlukan untuk membantu dalam analisis BCS

4. Penilaian dilakukan dengan pengamatan visual dan palpasi 8 titik anatomi. 5. Hasil pengamatan ditulis pada form penilaian.

6. Nilai akhir BCS merupakan nilai BCS sapi perah pada saat dilakukan penilaian.

Kegiatan praktikum yang dilakukan di Instalasi Ruminansia Besar pada tanggal 11 Desember 2017 yaitu melakukan penilaian Body Condition Score (BCS) sapi perah, dimana sapi perah tersebut sudah memiliki recording. Sapi perah yang diamati untuk melakukan penilaian BCS adalah sapi dengan nama YUKI, NT (Nomor Tag) AN 1013 yang lahir pada bulan Oktober 2013 dengan status PARTUS II. Sapi YUKI telah mengalami Partus II dengan rata-rata produksi susu yaitu 6,2 liter/hari. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput gajah odot seberat 60 kg dan konsentrat 6 kg untuk setiap harinya.

Pada saat melakukan praktikum yaitu diperoleh data penilaian Body Condition Score (BCS) pada sapi TINA antara lain pada bagian Processus spinosus & transversus ( Tulang Punggung / Loin ) jika diamati secara visual bagian tersebut menonjol dan apabila dilakukan palpasi ( Perabaan ) bagian Loin sedikit tertutup daging. Ribs ( Tulang Rusuk) jika diamati secara visual terlihat 2 tulang rusuk dari belakang, apabila di palpasi tulang rusuk tersebut tertutup oleh otot dan terdapat 4 tulang rusuk yang bisa diraba. Brisket /

(15)

sternum ( Tulang Dada) pada sapi TINA baik diraba mauapun dilihat secara visual memiliki gelambir yang menutupi tulang dada, namun gelambir tersebut pada saat diraba yaitu tipis sehingga tulang dada langsung teraba. Sholdier ( Tulang Bahu) pada bagian ini tulang menonjol apabila dimati secara visual dan apabila diraba tidak terdapat otot yang menutupi tulang bahu tersebut. Stiffle ( Lipatan Paha) dimana lipatan paha pada saat dilakukan palpasi yaitu terdapat lipatan agak tipis, terdapat sedikit lipatan dan lengkungan. Hooks (Tulang Panggul) terlihat menonjol dan tertutup oleh otot maupun daging yang tidak terlalu tebal. Pins (Tulang Duduk) terlihat sangat menonjol dan condong masuk kedalam pada kedua tulang pelvis tersebut, dan apabila diraba tidak terdapat otot. Tail Head ( Pangkal Ekor) tulang terlihat menonjol dan apabila diraba terdapat otot yang tipis. Dengan hasil pengamatan tersebut sehingga sapi perah Jessica memperoleh nilai BCS yaitu 3 dimana skala tersebut memiliki bentuk tubuh sedang.

(16)

PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Sapi dengan nama Yuki, nomor Tag AN 1013 tidak layak untuk dijadikan sebagai indukan dikarenakan niai BCS yaitu 3 dengan indikator memiliki bentuk tubuh yang sedang dan jumlah produksi sangat minim 6,2 liter untuk setiap harinya. Sapi Yuki saat ini mengalami Partus II, jumlah pakan yang diberikan berupa hijauan 60 kg dan konsentrat 6 kg yang sangat rugi bagi peternak dikarenakan berat badan Yuki hanya 400 kg sedangkan kebutuhan pakan hijauan 10%/ Berat Badan dan konsentrat 1-3%/ Berat Badan. Hal ini Yuki mengalami kelebihan dalam hal pemberian pakan, namun juga tidak mengalami kenaikan pada berat badan dan adanya peningkatan produksi susu sehingga bisa untuk dilakukannya pengafkiran karena apabila dalam kegiatan budidaya sapi perah tidak efektif maka peternak akan mengalami kerugian.

4.2. Saran

Kegiatan budidaya atau pemeliharaan khususnya pada sapi perah pakan sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi air susu yang dihasilkan oleh sapi, oleh karena itu dalam pemberian pakan juga harus diperhatikan apabila kekurangan protein kasar pada pakan akan menyebabkan nutrien tersebut hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan pertumbuhan fetus sehingga nilai BCS yang dihasilkan rendah. Apabila pemberian pakan yang berlebihan akan tidak efisien dalam biaya untuk pembelian pakan. Selain itu penambahan suplemen pakan yaitu mampu meningkatkan pencapaian puncak produksi dan persistensi ternak dalam menjaga tingginya produksi susu selama laktasi.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Partidihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.Mutiara Sumber Daya. Jakarta Sukandar, A., Purwanto, B. P., dan Anggraeni, A. 2008. Keragaan Body Condition

Score dan Produksi Susu Sapi Perah Friesian-Holstein Di Peternakan Rakyat KPSBU Lembang, Bandung. Seminar Nasional Teknologi Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Sukandar, A. 2009. Keragaan Body Condition Score dan Produksi Susu Sapi Perah Friesian-Holstein di Peternakan Rakyat KPSBU Lembang, Bandung.

Taylor, R.E. And T.G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production: An Introduction to Animal Science. Perason Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

(18)

LAMPIRAN

HARI/TANGGAL : Selasa, 02 Desember 2017

NAMA/SMT/KLS : Arief Reza Wahyudi/III/PeternakanA

NIRM : 07.2.2.16.2147

TANDA TANGAN :

1. RECORDING SAPI PERAH

NO. SAPI : MD 0514

NAMA SAPI : TINA

TANGGAL LAHIR/ UMUR : MEI 2014

STATUS REPRODUKSI : LAKTASI

LAKTASI KE : 2

BULAN LAKTASI :

RATA-RATA PRODUKSI SUSU : 5,2 liter

KONSUMSI PAKAN (HIJAUAN DAN KONSENTRAT) : 60 dan 6 kg 2. FORM PENILAIAN BCS

NO TITIK ANATOMI PENILAIAN BCS

Komentar tentang kondisi 1 Processus spinosus &

transverses (tulang punggung/loin)

Jika diamati secara visual bagian tersebut menonjol dan apabila dilakukan palpasi ( Perabaan ) bagian Loin tertutup sedikit daging 2 Ribs ( tulang rusuk) Jika diamati secara visual terlihat 2

tulang rusuk dari belakang, apabila di palpasi terasa 4 tulang rusuk yang tertutup oleh otot.

3 Brisket / sternum ( tulang dada)

Pada sapi Tina memiliki gelambir yang menutupi tulang dada, namun gelambir tersebut pada saat diraba yaitu tipis sehingga tulang dada langsung teraba.

4 Sholdier ( tulang bahu) Pada bagian ini tulang menonjol apabila dimati secara visual dan apabila diraba terdapat sedikit daging yang menutupi tulang. 5 Stiffle ( lipatan paha) Pada saat dilakukan palpasi yaitu

terdapat lipatan tipis dan terdapat sedikit lipatan dan lengkungan 6 Hooks ( tulang panggul) Terlihat menonjol dan tertutup oleh

otot.

7 Pins (tulang duduk) Terlihat menonjol pada kedua tulang pelvis tersebut, dan apabila diraba terdapat tipis lapisan otot.

(19)

8 Tail head ( pangkal ekor) Tulang terlihat menonjol dan

apabila diraba terdapat daging atau otot yang tipis.

Referensi

Dokumen terkait

Sir John Hershel, salah satu dari astronomer besar di Inggris, dan orang yang dianggap oleh banyak orang sebagai bapak astronomi modern, melaporkan bahwa ia telah

Jumlah nilai akhir Regu dari semua giat prestasi merupakan nilai akhir pada kegiatan Ajang Kreativitas Pramuka Bina Satuan (AKPIN) dalam Pekan Madaris MI Sultan Agung

Komunikasi merupakan kunci persaudaraan antara para pengangkut garam yang mana komunikasi ini terjalin dengan sesama pengangkut garam baik perempuan pengangkut

Edmodo dipilih untuk dijadikan sarana proses belajar dikarenakan siswa yang dapat mengakses untuk berbagi sumber belajar, hanya siswa yang memiliki password yang

Berdasarkan tabel 2 pada penelitian yang dilakukan di Pesantren modern didapatan hasil bahwa kebiasaan jajan cukup berada pada Pe- santren IMMIM Putra sebanyak

Ekspresi active caspase-3 pada kelompok I didapatkan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok II yang diinjeksi MT SPM yang menunjukkan kemampuan media

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pertumbuhan penjualan dalam meningkatkan laba pada Perum Perumnas Regional I Medan, dua variabel

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan yang berkaitan dengan struktur kepribadian tokoh Keke, Ayah, dan Andi berdasarkan tinjauan psikologi