• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelainan Mammae Masa Nifas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelainan Mammae Masa Nifas"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut peurperium, yaitu dari kata peur yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.1

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu: 1

1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.

2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium, yaitu wktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulanan atau tahunan.

Dalam studi Grampian 33% dari semua wanita mengalami masalah payudara di 2 minggu pertama post partum, dan 28% di minggu sesudahnya. Hal ini mungkin diremehkan, karena beberapa wanita berpikir bahwa mungkin masalah ini hanya masalah makan bayi. Terlepas dari mastitis yang jelas, kondisi relatif jarang, ini masalah mungkin terdiri pembengkakan, dan sakit, luka atau lecet, perdarahan atau retraksi puting. Masalah payudara sering disebut-sebut sebagai alasan untuk berhenti menyusui, dan tingkat menyusui dapat meningkatkan jika perawatan yang efektif bisa diberikan untuk masalah ini. Mayoritas masalah tersebut dapat dicegah dengan rutinitas dan praktek yang mendukung menyusui, dan bantuan keterampil untuk menyusui pada periode awal postpartum.2

Berdasarkan masalah yang sering terjadi pada masa nifas pada ibu banyak disebabkan karena pembengkakan payudara atau bendungan ASI. Bendungan ASI

(2)

(Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan, penyebabnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembengkakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Jika payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis. Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses. Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan meluasnya peradangan dan harus diinsisi untuk mengeluarkannya.3

Manajemen dan perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil dan masa puerperium dini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.3

Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya perhatian dalam proses laktasi agar terlaksana dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.3

BAB II

(3)

A. ANATOMI

Payudara berukuran besar, terdiri dari kelenjar sebaceous dalam fasia superfisial dinding dada anterior. Proyeksi lateral jaringan kelenjar memanjang dari atas, bagian terluar payudara menuju ketiak dan disebut ekor ketiak dari Spence. Berat rata-rata payudara dewasa adalah 200 sampai 300 gr selama masa menstruasi. Payudara dewasa terdiri dari sekitar 20% jaringan kelenjar dan 80% lemak dan jaringan ikat. Bagian perifer jaringan payudara sebagian besar adalah lemak, dan daerah pusat mengandung lebih banyak jaringan kelenjar.4

Gambar 1: struktur dari payudara4

Bagian kelenjar payudara terdiri dari 12 sampai 15 sistem duktal tersendiri yang masing-masing mengalir sekitar 40 lobulus. Setiap lobulus terdiri dari 10 sampai 100 asinus penghasil susu yang mengalir ke saluran terminal kecil. Saluran terminal mengalir ke saluran pengumpul yang lebih besar yang bergabung

(4)

menjadi saluran yang lebih besar, yang memperlihatkan pelebaran saccular tepat di bawah puting yang disebut sinus laktiferus. Secara umum, hanya enam sampai delapan celah yang terlihat di permukaan puting. Yang mengalir ke sistem duktus yang dominan, mencapai sekitar 80 persen dari volume kelenjar payudara. Saluran kecil juga berakhir tepat di bawah permukaan puting atau terbuka pada areola dekat pangkal puting. Areola sendiri mengandung banyak pelumas kelenjar sebaceous, yang disebut kelenjar Montgomery yang sering terlihat sebagai tonjolan pungtata.5

Gambar 2: anatomi payudara5

Setiap lobus berbentuk segitiga dan memiliki satu saluran ekskretoris pusat yang terbuka ke luar di puting. Susu berasal dari sel-sel sekretori alveoli. Hal ini kemudian ditransfer oleh percabangan yang dikumpulkan dalam saluran

(5)

dari lobulus ke dalam sinus laktiferus dan kemudian ke dalam saluran ekskretoris setiap lobus masing-masing payudara. Kelenjar Montgomery adalah acces-sory kelenjar yang terletak di sekitar tepi areola. Karena secara struktural perantara antara mammae dan kelenjar sebasea, bisa mengeluarkan susu. Septa fibrosa, ligamen Cooper, membentang dari kulit ke dasar fascia pectoralis. Hal tersebut, diyakini dapat mendukung payudara. Invasi ligamen ini oleh sel-sel ganas menghasilkan retraksi kulit, yang merupakan tanda dari kanker payudara stadium lanjut.4

B. FISIOLOGI

Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus di dalam mammae atau payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh proses menyusui.1

Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan ekspulsi paksa susu dari lumen alveolus melalui duktus-duktus. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masingberperan yaitu refleks prolaktin dan refleks let down (milk ejection reflex).6

a) Refleks prolaktin

Setelah partus, berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara,

(6)

akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsang ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktorfaktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti: stres atau pengaruh psikis, anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, dan konsumsi obat-obatan tranqulizer hipotalamus. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah: gizi ibu yang jelek serta konsumsi obat-obatan seperti ergot dan l-dopa.6

b) Refleks let down (milk ejection reflex)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofisis (hipofisis posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui dukus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor yang meningkatkan refleks let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, serta memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah: stres seperti keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, dan cemas.6

Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks let down. Ini disebabkan oleh adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokonstriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin susah untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya refleks let down, maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam

(7)

alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi seorang ibu sehingga stres akan bertambah. Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui.1

Gambar 3: Fisiologi Laktasi (Menyusui)1

Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung campuran yang lebih kaya protein, mineral dan antibodi dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi, dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi

(8)

lahir dan bayi diperbolehkan sering menyusu, proses pembentukan ASI akan meningkat.1

C. KELAINAN MAMMAE MASA NIFAS 1. Mastitis

1.1 Definisi

Mastitis merupakan proses infeksi payudara yang ditandai dengan demam tinggi (39 ° sampai 40 ° C), eritema lokal, nyeri, indurasi, dan panas yang teraba pada daerah tersebut. Seringkali, tanda-tanda ini berhubungan dengan mual, muntah, malaise, dan gejala seperti flu lainnya. Mastitis paling sering terjadi pada 2 sampai 4 minggu pertama postpartum dan pada saat berkurangnya frekuensi menyusui. Mastitis sering dibagi dalam mastitis gravidarum dan mastitis puerperalis karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul waktu hamil atau laktasi.7

1.2 Patofisiologi

Pada umumnya dianggap port d’entree dari kuman penyebab pada puting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktus-duktus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus adalah stafilokokkus aureus. Organisme yang paling umum yang terkait dengan mastitis adalah S. aureus, S. epidermidis, streptokokus dan, kadang-kadang, basil gram negatif. Insiden mastitis sporadis adalah 2-10% pada saat menyusui dan kurang dari 1% pada ibu yang tidak menyusui. 3,7

1.3 Penyebab

Ada dua penyebab utama mastitis. Non infeksi yaitu saluran air susu yang terhambat menyebabkan air susu tertahan, infeksi mastitis oleh bakteri yang paling sering masuk melalui puting susu yang lecet. Hal ini dapat terjadi jika air susu tertahan. Faktor risikonya termasuk kelelahan ibu, teknik perawatan yang buruk, trauma pada puting, dan epidemi S. aureus.4

(9)

Mastitis lebih sering disebabkan karena ASI yang terjebak di dalam saluran susu. ASI yang terjebak akan mengiritasi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit pada payudara. Mastitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri di dalam jaringan payudara. Bakteri yang menyebabkan infeksi dapat masuk ke payudara melalui saluran susu atau kulit di sekitar puting susu yang retak atau pecah-pecah. Mastitis lebih sering mengenai wanita menyusui, tetapi tidak menutup kemungkinan mastitis juga terjadi di luar periode menyusui.3

1.4 Faktor Resiko

Faktor risiko mastitis meliputi:3 1. Pernah mastitis sebelumnya

2. Abrasi atau retak pada puting payudara

3. Mengenakan bra atau pakaian yang terlalu ketat 4. Tidak menyusui

5. Pemberian ASI tidak teratur

6. Tekanan pada payudara, yang disebabkan oleh: a. Tidur dengan payudara tertekan

b. Terlalu kuat memegang payudara saat menyusui c. Bayi tidur di payudara

d. Berolahraga (khususnya berlari) tanpa memakai bra.

(10)

a. Karena puting digigit bayi b. Penggunaan dot atau empeng

c. Posisi bayi yang salah saat menyusui

d. Menyapih secara mendadak, sedangkan produksi ASI masih banyak.

8. Infeksi jamur pada payudara

9. Rentan terhadap infeksi atau gangguan defisiensi imun

10. Psoriasis atau kondisi kulit lainnya yang mempengaruhi puting 11. Diabetes mellitus

12. Rheumatoid arthritis

13. Pengunaan obat-obat kortison

14. Sebelumnya pernah menjalani operasi atau implan payudara 15. Merokok.

(11)

Gambar 4: Gejala dan tanda Mastitis8 Gejala mastitis antara lain:3

a) Demam

b) Lemah dan lesu c) Mual dan muntah

d) Pegal-pegal, menggigil atau gejala lain seperti gejala flu e) Payudara bengkak, merah dan nyeri

f) Perasaan panas/terbakar pada payudara

g) Terasa benjolan lunak atau keras pada payudara h) Nanah mengalir dari puting

i) Kelenjar getah bening di ketiak atau di atas tulang clavicula (selangka) membengkak.

(12)

1.6 Komplikasi

Bila penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara tidak sempurna, maka infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses dengan tanda payudara berwarna merah mengkilat dari sebelumnya saaat baru terjadi radang ibu merasa lebih sakit, benjolan lebih lunak karena berisi nanah.3

Abses payudara terjadi pada sekitar 10 persen wanita yang dirawat dengan mastitis. Tanda-tandanya termasuk demam tinggi (39 ° sampai 40 ° C), dan daerah eritema lokal, nyeri, dan indurasi. Di tengah, daerah yang berfluktuasi mungkin sulit untuk diraba. Pasien merasa nyeri. Abses biasanya terjadi di luar kuadran atas dan S. aureus biasanya berkembang dari rongga abses.4

Pengobatan abses payudara serupa dengan mastitis, kecuali bahwa (1) drainase abses yang nampak dan (2) menyusui harus dibatasi pada sisi yang tidak terlibat selama terapi awal. Payudara yang terinfeksi harus dipompa secara mekanik setiap 2 jam. Serial aspirasi jarum perkutan dengan bantuan USG adalah yang terbaik dan metode standar untuk mengeringkan abses. Kadang-kadang, drainase bedah diperlukan. Sayatan kulit harus dibuat pada area yang berfluktuasi dengan cara yang searah dan sejauh mungkin dari tepi areolar. Meskipun sayatan kulit mengikuti garis kulit, ekstensi yang lebih dalam harus dilakukan dengan arah radial. Diseksi tajam tegak lurus dengan saluran laktasi meningkatkan kehilangan darah, risiko fistula, dan risiko oklusi duktal. Menyusui pada sisi yang terlibat dapat dilanjutkan jika eritema kulit dan selulitis yang mendasari telah diselesaikan, yang dapat terjadi dalam 4 sampai 7 hari.3,4

Infeksi C. albicans dianggap sebagai penyebab umum pada nyeri payudara. Infeksi Candida pada payudara menjadi diagnosis yang sering dengan presentasi klinis. Wanita mengeluh merasakan nyeri ketika merawat bayi. Pengobatan awal adalah dengan memijat menggunakan krim nistatin atau gel lisan miconazole ke kedua puting setelah setiap pemberian susu dan di mulut bayi tiga kali sehari selama 2 minggu. Mastitis candida berulang atau persisten dapat diobati dengan mengoles mulut bayi dengan cairan gentian violet (0,5 persen) dan segera

(13)

menempelkan mulut bayi ke payudara, dua kali sehari selama 3 hari. Kerugian utama dari terapi ini adalah pewarnaan permanen yang berhubungan dengan gentian violet. Sebuah terapi alternatif pada kasus yang berat yaitu flukonazol oral 200 mg dosis awal diikuti dengan 100 mg / hari selama 14 hari.4

1.7 Penatalaksanaan

Air hangat yang digunakan sebelum pemberian asi sangat membantu. Anti inflamasi seperti ibuprofen dapat membantu mengurangi temperatur jika ibu mengalami demam. Air dingin dapat membantu mengurangi edema. Pada mastitis infektif, diperlukan antibiotik. Biasanya flucloxacillin atau eritromisin efektif dalam mengobati infeksi dan mencegah kekambuhan atau pembentukan abses.3

Jika pada ASI menunjukkan lebih besar dari 106 leukosit/ml dan lebih besar dari 103 bakteri/ml, diagnosisnya adalah mastitis. Keterlambatan terapi mengakibatkan pembentukan abses yaitu 11%, dan hanya 15% menjadi laktasi normal. Seringnya pengosongan pada payudara yang terinfeksi dapat dirawat dengan menghilangkan pembentukan abses, tetapi hanya 51% menjadi laktasi normal. Terapi antibiotik tambahan meningkatkan laktasi normal yaitu 97% dengan resolusi gejala pada 2,1 hari.3

Singkatnya, pengobatan mastitis meliputi: (1) dukungan pada payudara; (2) cairan; (3) penilaian teknik perawatan; (4) perawatan dimulai pada sisi yang pertama tidak terinfeksi; (5) sisi yang terinfeksi dikosongkan dengan perawatan masing-masing pemberian (kadang-kadang, pompa payudara membantu untuk memastikan drainase lengkap); dan (6) dicloxacillin, 250 mg setiap 6 jam selama 7 hari. Eritromisin dapat digunakan pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Hal ini penting untuk melanjutkan antibiotik selama 7 hari penuh, karena pembentukan abses lebih mungkin cepat terjadi. Mencuci tangan setiap sebelum pemberian ASI dan dengan menyusui dapat mengurangi tingkat infeksi nosokomial. Perawatan dalam ruangan tidak mengurangi perolehan infeksi atau strain S. aureus di rumah sakit. Selama epidemi, cairan awal yang keluar dapat mengurangi tingkat infeksi.3

(14)

2. Cracked Niples (Puting Luka/Lecet)

2.1 Definisi

Puting menjadi luka dan nyeri pada dua kondisi. Kondisi pertama hilangnya epitel yang mentupi daerah puting, diamana pada daerah tersebut menjai sangat keras, kondisi lainnya yaitu adanya fissura kecil yang alam yaitu pada pinggir atau dasar puting, yang sangat nyeri. Dua kondisi ini dapat terjadi secara simultan yang disebut dengan cracked niples (puting luka/lecet).1

2.2 Patofisiologi

Puting dan payudara nyeri dimulai dengan menempelnya mulut bayi dan berkurang dengan dilepaskan. Wanita biasa mengeluh nyeri pada saat reflex melepaskan puting. Ini terjadi setelah menit pertama menghisap dan biasanya berlangsung hanya satu atau dua menit. Nyeri kontak menunjukkan trauma puting dan dapat bertahan selama puting dimanipulasi. Seluruh puting dan sebagian besar areola harus dimasukkan dalam mulut bayi. Bingung puting pada bayi yang mengunyah dengan ujung lidah pada puting susu. Nyeri yang terlokalisir, unilateral, dan terus-menerus pada payudara dapat disebabkan oleh mastitis.9

2.3 Penyebab

Kebanyakan puting nyeri atau lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu.1

Setelah melahirkan puting yang rata yang tidak dijaga kebersihannya dan kering biasanya menjadi luka, apabila air susu belum terdapt pada payudara dan bayi yang lapar akan menghisap puting secara kuat dapa menyebabkan abrasi epitel. Penyebab lain yaitu membiarkan bayi terlalu lama menyusu pada payudara akan tetapi pemberian ASI tidak terjadi sedemikian sering. Puting juga dapat terluka jika ibu tidak menekan payudara pada saat bayi menyusu, sehingga bayi

(15)

tidak bisa bernafas melalui hidungnya, akibatnya kuman dari hidung dan mulut bayi melekat pada puting ibu, dan menyebabkan moniliasis pada puting yang luka. 1

Adapun penyebab lain diantaranya yaitu, puting susu terpapar (ada sisa) bahan-bahan seperti sabun, krim, alkohol karena mencuci mencuci puting susu menggunakan bahan-bahan tersebut, frenulum lidah bayi pendek sehingga bayi susah menghisap sampai kalang payudara dan karenanya hisapan hanya sampai ke puting susu, serta dapat disebabkan karena teknik ibu menghentikan bayi menyusui kurang tepat.9

2.4 Gejala Klinis

Gambar 5: Puting Luka/Lecet1

Puting susu terasa nyeri karena lecet dan bahkan sampai mengeluarkan darah. Cracked niples menyebabkan keras dan nyeri pada saat menyusu, ada juga sebuah resiko pembentukan abses payudara, seperti duktus yang tidak dikosongkan oleh karena nyeri dan pembengkakan yang tidak berkurang dan kemungkinan karena daerah tersebut menjadi abses untuk infeksi mikroorganise.1

2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atau cara menangani puting susu lecet, antara lain:9 1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidiasis,

atau dermatitis)

2) Bila penyebab puting lecet karena posisi menyusui salah perhatikan posisi menyusui, ibu bisa terus memberikan ASI pada

(16)

puting yang tidak lecet terlebih dahulu, olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk)

3) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam dan akan sembuh dalam waktu 2x24 jam 4) Selama puting susu diistirahatkan anjurkan ibu untuk tetap

mengeluarkan ASI dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan pompa karena akan menambah nyeri.

Pengobatan terbaik adalah pencegahan. Elevasi yang tepat dari payudara penting. Ibu harus mengenakan sebuah bra dengan perawatan yang tepat, dengan tali yang tidak tipis atau lapisan plastik. Kompres air hangat, efektif. Sering menyusui (setiap 1 sampai 2 jam) adalah mekanisme yang paling efektif untuk meredakan pembengkakan; memompa asi dari masing-masing payudara dapat membantu. Dalam kasus tertentu, oksitosin intranasal dapat diberikan setiap sebelum pemberian asi jika sulit untuk melepaskan puting.9

Cracked niple akan sembuh secara spontan jika trauma pada putig berkurang. Pengobatan lain yaiu istirahat, dan bayi harus disusu pada payudara yang tidak luka sampai payudara yang luka telah sembuh. Pada saat luka pada paydara dalam masa penyembuhan, dengan mengosongkan melalui pompa secara manual atau dengan pompa elektrik payudara. Flafin pada cairan parafin merupakan satu dari antiseptik yang paling cocok dan tidak berbahaya dan dapat digunakan.9

3. Bendungan ASI 3.1 Definisi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.10

(17)

3.2 Etiologi

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan pengembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem lakteal oleh air susu.10

Bendungan saluran ASI disebabkan oleh:10 1) ASI tidak disusukan dengan adekuat 2) Kelainan puting susu

3) Penyempitan saluran payudara 3.3 PATOFISIOLOGI

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipotalamus. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.10

3.4 Gambaran Klinis

Selama 24 jam hingga 58 jam sudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan

(18)

limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lakteal oleh air susu. Tanda dan gejalanya berupa benjolan yang terlihat jelas dan perabaan lunak, terasa nyeri karena adanya pembengkakan yang terlokalisasi, payudara terasa panas, keras, namun suhu tubuh tidak naik.10

Gambar 6: pembengkakan pada payudara11 3.5 Penyebab Bendungan Saluran ASI

Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna terjadi pembendungan air susu. Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, suhu badan tidak naik. Puting susu bisa mendatar dan hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran susu juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe.10

3.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bendungan ASI adalah sebagai berikut:10 1) Memberikan dukungan moril pada ibu

2) Menganjurkan untuk menyusui sesering mungkin 3) Menganjurkan kedua payudara disusukan

(19)

4) Memberikan konseling bimbingan dan latihan tentang perawatan payudara.

5) Menganjurkan mengompres hangat payudara sebelum disusukan, ajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar dan anjurkan menggunakan BH yang menopang payudara

6) Mengobservasi tanda-tanda vital dan TFU 7) Memberikan Antalgin 500 mg per oral 3x1 4. Puting Susu Datar atau Terbenam

Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.12

4.1 Puting Susu Datar

Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.12

4.2. Puting Susu terpendam (tertarik ke dalam)

Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara

(20)

tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.12

Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-narik puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan :13,14

1) Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin

2) Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting biar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.

3) Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.

4) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.

5) Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.

(21)

Gambar 7: kelainan pada puting susu14 D. PERAWATAN PAYUDARA

Jenis-jenis Perawatan Payudara 1) Perawatan Puting Susu

Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada puting susu. Oleh karena itu, puting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik. Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu.9

a) Kompres kedua puting dengan kapas yang telah dibasahi dengan minyak selama lima menit agar kotoran disekitar puting mudah terangkat.

b) Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut: oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduanya pada puting susu. Lakukan gerakan memutar ke arah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu.

c) Jika puting susu datar atau masuk ke dalam. Lakukan tahap berikut:

1) Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian tekan dan hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan. 2) Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu, lalu tekan serta

(22)

Untuk mencegah puting susu agar tidak lecet (luka) adalah sebagai berikut:9 a) Olesi puting susu dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui

b) BH jangan terlalu keras atau ketat c) Posisi menyusui lakukan bervariasi

d) Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol dan obat-obatan yang dapat merangsang kulit atau puting susu.

e) Lepaskan hisapan bayi setelah menyusui dengan benar, yaitu dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking ibu ke sudut mulut bayi agar mulut bayi terbuka.

Jika terjadi lecet atau retak-retak, istirahatkan tidak menyusui selama 24 jam dan diberi salep di puting susu yang lecet, untuk mengurangi rasa sakit lakukan pengosongan ASI secara manual.

2). Perawatan Payudara

Langkah-langkah perawatan payudara antara lain:10 a) Alat-alat yang perlu disiapkan yaitu:

1) Minyak kelapa atau baby oil 2) Dua wadah berisi air hangat

3) Dua waslap, kapas, dan handuk bersih b) Lakukan langkah-langkah pengurutan

1) Tuangkan minyak secukupnya, sokong payudara kiri dengan tangan kiri, payudara kanan dengan tangan kanan, 3 jari dari tangan yang berlawanan membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu, setiap payudara minimal 2x gerakan.

2) Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara. Urutlah payudara dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 30x.

3) Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurutkan payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini 30x.

4) Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan kompres waslap dingin selama 1 menit.

(23)

Kompres bergantian selama 3x berturut-turut dengan kompres air

hangat.

(24)

BAB III KESIMPULAN

Masa nifas disebut juga masa post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim sampai enam minggu berikutnya, serta pulihnya kembali organ-organ kandungan. Salah satu infeksi pada ibu nifas adalah infeksi payudara. Infeksi ini terjadi akibat kurang perawatan sewaktu hamil sehingga dapat berakibat mastitis. Mastitis merupakan infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara yang infeksi dapat terjadi melalui luka pada puting susu. Biasanya muncul gejala pada ibu berupa demam, payudara bengkak, kemerahan dan terasa nyeri.

Apabila mastitis tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara. Selain itu kelainan yang terjadi pada masa nifas dapat berupa kelainan puting yaitu puting datar atau tenggelam yang dapat menyulitkan bayi untuk menyusu, sehingga apabila bayi tidak menyusu dengan baik, maka dapat terjadi pembengkakan payudara dan menghambat produksi ASI. Peran yang sangat penting yaitu untuk bayi bisa memberi kekebalan tubuh, serta sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan dan peran untuk ibu bisa mencegah terjadinya infeksi payudara.

Penanganan mastitis dilakukan dengan seseringnya menyusui dan mengosongkan payudara, memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat dibawahnya, perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat payudara, pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.

(25)

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui, terjadi hubungan yang erat antara ibu dan anak. Seorang ibu, tentu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui.

Manajemen dan perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil dan masa puerperium dini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya perhatian dalam proses laktasi agar terlaksana dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.

Gambar

Gambar 1: struktur dari payudara 4
Gambar 2: anatomi payudara 5
Gambar 3: Fisiologi Laktasi (Menyusui) 1
Gambar 4: Gejala dan tanda Mastitis 8
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Peringatan Kondisi Denyut Jantung Berbasis Mikrokontroller ATMega 8535 dengan Komunikasi Bluetooth ( Realized Heart Beat Warning System

Wawancara terhadap Informan pertama yang berinisial WS berlangsung pada tanggal 8 Desember 2016, WS adalah seorang istri yang mengalami tindak KDRT dari suami, umur

Penelitian ini adalah bertujuan untuk untuk mengetahui, menganalisis, dan membuktikan pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel bukti fisik

Proses ini sangat menguntungkan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dengan perendaman sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

Berdasarkan hasil validasi dan uji coba tersebut menunjukkan bahwa video pembelajaran fisika yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi guru dalam

Oleh karena itu, dalam tahap pelaksanaan pembelajaran peserta didik dilibatkan dalam pengembangan bahan (teks materi pembelajaran) yang cocok dengan kebutuhan

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu ada hubungan negatif yang sangat signifikan dapat dijelaskan bahwa semakin rendah