• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS FISIOLOGIS

N/A
N/A
Febielle Devna Suryahasilaga

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS FISIOLOGIS"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

FEBIELLE DEVNA 9103020002 ANGELINA LEONI 9103020006 MEISYA SALSABILAH 9103020008

YURIS DIANTO 9103020010

ELISASMITHA DASILVA 9103020020

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Fisiologis” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah keperawatan maternitas. Selain itu, asuhan keperawatan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai penulis dalam menyusun asuhan keperawatan pada ibu nifas fisiologis.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Linda Juwita., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada mata kuliah keperawatan anak telah membimbing dan membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni saat ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak. Sehingga, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun penulis.

Surabaya, 4 Oktober 2022

Kelompok 1

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...I

BAB 1... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Definisi Masa Nifas...1

1.2 Tahap Masa Nifas... 1

1.3 WOC MASA NIFAS FISIOLOGIS ... 2

1.4 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas...5

1.5 Adaptasi Psikologis Normal Pada Ibu Nifas...9

1.5.1 Fase Taking in...9

1.5.2 Fase Taking Hold... 9

1.5.3 Fase Letting Go...9

1.6 Perubahan Emosi Pada Masa Nifas...9

1.7 Komplikasi Pada Ibu Nifas Fisiologis ...10

1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas... 11

1.9 Penatalaksanaan Ibu Nifas Fisiologis...13

BAB 2... 14

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ... 14

2.1 Pengkajian Keperawatan Ibu Nifas...14

2.2 Analisa Data...19

2.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan... 27

2.4 Intervensi Keperawatan...30

2.5 Telaah Jurnal... 40

BAB 3... 42

KESIMPULAN DAN SARAN...42

3.1 Kesimpulan... 42

3.2 Saran...42

DAFTAR PUSTAKA ...43

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Definisi Masa Nifas

Masa nifas disebut juga puerperium adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil. Secara normal masa nifas berlangsung selama 40 hari atau 6 minggu (Yuliana & Hakim, 2020)

1.2 Tahap Masa Nifas

Masa nifas menurut Mansyur dan Dahlan (2014) dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu puerperium dini, puerperium intermedian dan remote puerperium.

1.2.1 Puerperium Dini (Immediatepost Partum Periode)

Tahap ini merupakan masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia

1.2.2 Puerperium Intermedial (Early Post Partum Periode)

Tahap ini merupakan masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu). Pada periode ini perlu dipastikan tidak ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk, ibu tidak demam, mendapat cukup makanan dan cairan, menyusui dengan baik serta melakukan perawatan ibu dan bayinya sehari-hari. Masa ini disebut juga sebagai masa pemulihan dari organ-organ

1.2.3 Remote Puerperium (Latepost Partum Periode)

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang masanya 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Pada periode ini tetap perlu melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta memberikan konseling KB.

Tahap ini menjadi waktu yang diperlukan bagi ibu hamil untuk pulih terutama jika selama halim atau persalinna mempunyai komplikasi

(5)

WOC MASA NIFAS FISIOLOGIS

Kontraksi uterus (his persalinan)

Serviks menjadi lunak, hipermukus dan hipervaskolarisasi

Serviks menjadi tipis

Daya tarikan otot uterus ke atas secara terus menerus

Serviks membuka dan terjadi pembukaan lengkap

Adanya his kontraksi secara terus menerus

Keinginan mengejan meningkat

Anus membuka dan vulva menonjol

Endometrium menipis Pecah ketuban

Lahir ubun-ubun sampai seluruh badan

Rongga uterus menyusut sehingga perlekatan plasenta lepas dan

terdorong oleh darah

Plasenta keluar melalui serviks

MASA NIFAS

Puerperium dini (1-2 hari post partum)

Puerperium intermedial (3-10 hari post partum)

(6)

FISIOLOGIS

SISTEM REPRODUKSI Involusi uterus

Kontraksi dan retraksi uteri

Penghancuran diri sendiri di dalam otot

uteri

Atrofi jaringan dan pelepasan jaringan

endometrium Jaringan yang berproliferasi dengan

adanya ekstrogen

Pelepasan lochea

Adanya luka laserasi

Rasa nyeri Tampak meringis,

gelisah Frekuensi nadi

meningkat

Rooting reflex

Air susu mengalir ke putting susu Putting susu ditarik masuk ke dalam mulut

Gusi menjepit kalang payudara dan sinus

lakiferus Rahang menekan

kalang payudara

Lidah menekan putting susu pada

langit-langit Air susu keluar Reflek menelan (swallowing reflek)

MK : MENYUSUI EFEKTIF(D.0028)

Hal. 73

Perineum kendor

After pain

MK : GANGGUAN INTEGRIATS

KULIT DAN JARINGAN

(D.0129) Hal. 282 Kemerahan Luka epiosotomi pada

perineum

KETIDAKNYAMAMK : NAN PASCA PARTUM (D.0075)

Hal. 168

Perineum robek dan adanya bekas jahitan

Mengeluh tidak nyaman Tampak meringis

SISTEM PENCERNAAN Waktu persalinan yang lama, kurang cairan, makanan dan

aktivitas tubuh Motilitas menurun

MK : KONSTIPASI (D.0049) Hal. 113 Tidak defekasi lebih

dari 3 hari Sulit buang air besar

Tonus otot usus menurun

Penurunan sekresi kelenjar pencernaan

Memengaruhi perubahan sekresi Penurunan kebutuhan

kalori

SISTEM PERKEMIHAN

Nafsu makan menurun

Dilatasi ureter dan pyolum normal

MK : GANGGUAN ELIMINASI URINE

(D.0040) Hal. 96

Banyaknya pengeluaran darah Retensi air dalam

kehamilan dan sekarang dikeluarkan

SISTEM MUSKOLOSKELETAL

Urine berlebihan pada hari kedua dan kelima

SISTEM ENDOKRIN Kelebihan cairan

Nutrisi, protein, cairan dan elektrolit banyak

yang terbuang Tubuh kesulitan mengatur metabolsme

Memengaruhi suhu tubuh

Menjadi ciut dan pulih kembali

HIPERTERMIMK : (D.0130) Hal. 284 Ligamen dan diafragma pelvis

meregang saat persalinan

Ligamen rotundum kendor Uterus jatuh ke

belakang

Retrofleksi rahim Sakit saat berhubungan seks

(dyspareunia)

MK : DISFUNGSI SEKSUAL (D.0069)

Hal. 156

Hemoglobin, HCT, dan eritrosit jumlahnya bervariasi

Kehilangan darah 200-250 ml Leukositosis meningkat hingga

25000-30000 SISTEM HEMATOLOGI

Darah lebih mengental dengan peningkatan

viskositas Kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun

Dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi

Berpotensi pendarahan lebih dari nilai normal (500 ml)

MK : RISIKO PERDARAHAN Demam, suhu

meningkat

(7)

LETTING GO PSIKOLOGIS

Menerima tanggung jawab/peran Berlangsung 10 hari

setelah melahirkan Keinginan untuk

merawat bayi meningkat Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan

bayi

PENCAPAIANMK : PERAN MENJADI

ORANG TUA (D.0125) Hal. 273 LETTING GO

Berlangsung 3-10 hari post partum Adaptasi perubahan

peran Merasa khawatir tidak

mampu memenuhi taggung jawab dalam

merawat bayi Menjadi sensitif dan

mudah tersinggung Tampak tegang dan

gelisah

MK : ANSIETAS (D.0080) Hal. 180 TAKING IN

GO

Hari 1-2 post partum Ibu berfokus pada diri

sendiri Menceritakan kondisinya secara

berulang-ulang

Ibu cenderung menjadi pasif dan

tergantung Ketidaknyamanan fisik (mulas, nyeri pada jahitan dan

kelelahan)

Memengaruhi segmen pada payudara Peningkatan tekanan

intraduktal Adanya tekanan pada

saluran air susu

Aliran susu terhambat Perlunya istirahat

yang cukup Aliran vena dan

limfatik tersumbat

MK : DEFISIT PENGETAHUAN

TENTANG PERAWATAN BAYI (D.0111)

Hal. 246 ASI terkumpul di

sistem duktus

Tidak berani mempraktikan perawatan pada bayi

walaupun dalam pengawasan Pengeluaran ASI tidak

adekuat

MK : DEFISIT PERAWATAN DIRIMANDI

(D.0109) Hal. 240

Menunjukkan persepsi yang keliru Membatasi menyusui,

posisi menyusui salah, implan payudara

Minat melakukan perawatan diri kurang

Tidak mengetahui cara merawat bayi FISIOLOGIS

SISTEM REPRODUKSI

Tekanan pada seluruh payudara meningkat

Penurunan produksi ASI

Payudara terasa penuh, tegang dan nyeri

Intake bayi tidak adekuat

Perawatan episiotomi kurang bersih Kurang mobilisasi dini

MK : MENYUSUI TIDAK EFEKTIF

(D.0029) Hal. 75

Perbaikan sel menjadi terlambat Sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ke daerah luka

belum terpenuhi

Bakteri parogen masuk ke dalam Bakteri berkembang

MK : RISIKO JATUH (D.1043)

Hal. 306

(8)

1.3 Proses Laktasi dan Menyusui

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari masa produksi ASI hingga proses bayi menghisap dan menelan ASI. Proses laktasi timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon yang menghambat prolaktin sehingga pembentukan ASI juga terhambat. Jika ari-ari sudah lepas maka hormon tersebut tidak ada lagi sehingga air susu keluar

ASI keluar dua sampai tiga hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya payudara sudah terbentuk kolestrum yang bagus sekali untuk bayi karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman. Ketika bayi mengisap payudara, hormon oksitisin membuat ASI mengair dari dalam alveoli melalui saluran duktus atau milk canals menuju reservoir susu sacs yang berlokasi di belakang areola lalu ke dalam mulut bayi (Yuliana & Hakim, 2020).

1.4 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas 1.4.1 Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Perubahan berat pada uterus kira-kira 500 gram pad akhir minggu pertama post partum, 300-350 gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam dan mencapai berat biasa no hamil 70 gram pada akhir minggu ke delapan postpartum. Perubahan juga terjadi pada fundus di mana beberapa setelah kelahiran fundus tidak dapat dipalpasi lagi. (Syaiful & Fatmawati, 2020)

2) Involusi Tempat Plasenta

Segera setelah kelahiran tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua diameternya 3-4 cm. (Syaiful & Fatmawati, 2020)

3) Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik yang menganga seperti corong setelah bayi lahir. Serviks berwarna merah kehitam- hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak dan kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil karena robekan terjadi selama berdilatasi maka servik tidak akan pernah kembali keadaannya

(9)

seperti sebelum hamil. Pada minggu ke-6 serviks menutup kembali.

(Syaiful & Fatmawati, 2020) 4) Pembuluh Darah Uterus

Selain itu terjadi perubahan pada sebagian besar pembuluh darah di dalam uterus yang mengalami obliterasi dengan perubahan hialin dan pembuluh yang kecil tumbuh di tempat mereka. (Syaiful & Fatmawati, 2020)

5) Lochea

Cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.

Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya (Mansyur, 2014)

a. Lochia rubra/merah, keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, rambut bayi dan mekonium

b. Lochia saguinolenta, berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari keempat sampai hair ketujuh post partum

c. Lochia serosa, berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum leukosit dan robekan plasenta. Keluar pada hari ke 7-14

d. Lochia alba/putih, menngandung leukosit, sel desidua, epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Berlangsung selama 2-6 minggu post partum

6) Vagina dan Perineum

Segera setelah persalinan vagina dalam keadaan menegang dengan disertai adanya edema dan memar (keadaan masih terbuka). Dalam 1-2 hari edema vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus dengan ukuran yang lebih luas daripada biasanya. Ukurannya akan mengecil dan kembali terbentuk rugae setelah 3 minggu, akan tetapi vagina tersebut akan berukuran lebih besar daripada ukuran vagina sebelum melahirkan. (Hasta, 2020)

7) Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang

(10)

dibutuhkan agar hormon ini kemmbali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. (Hasta, 2020)

1.4.2 Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami keadaan konstipasi setelah persalinan. Pada saat persalinan, organ pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktivitas tubuh. Selain itu ibu juga bisa mengalami anoreksi akibat penurunan dari sekresi serta penurunan kebutuhan kalori sehingga nafus makan menurun (Yuliana & Hakim, 2020)

1.4.3 Perubahan Sistem Perkemihan

Ibu biasanya akan kesulitan buang air kecil. Dinding kandung kemih dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine. Urine biasanya berlebihan antara hari kedua dan kelima. (Yuliana & Hakim, 2020)

1.4.4 Perubahan Sistem Muskoloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. (Yuliana & Hakim, 2020)

1.4.5 Perubahan Sistem Endokrin

1) Hormon plasenta, biasanya menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap 19% dalam 3 jam hingga hari ke 7

2) Hormon pituitary, prolaktin darah meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke03 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi

3) Hipotalamik pituitary ovarium, untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan memengaruhi lamanya ia mendapatkan mesntruasi.

Seringkali menstruasi pertama bersifak anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron

1.4.6 Perubahan Tanda Vital 1) Suhu badan

(11)

Satu hari setelah postpartum, suhu tubuh akan naik sedikit sebagai akibat kerja keras melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.

Biasanya pada hari ketiga suhu akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Jika suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium

2) Nadi

Akan terjadi perubahan pada denyut nadi setelah melahirkan, denyut nadi akan lebih cepat/takikardi.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, jika tekanan darah menurun biasanya dikarenakan adanya perdarahan. Sebaliknya jika tekanan darah meningkat maka menjadi indikasi adanya preeklampsi postpartum.

4) Pernapasan

Keadaan pernapasan berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Jika suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan akan mengikutinya.

1.4.7 Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, voume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis terjadi yang mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba dan volume darah ibu relatif bertambah.

(Hasta, 2020)

1.4.8 Perubahan Sistem Hematologi

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi akibat dari perubahan volume darah dan volume plasentra.

Selama kelahiran dan masa post-partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-250 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan Hb pada hari ke 3-7 postpartum dan kembali normal pada 4-5 minggu postpartum. (Hasta, 2020)

(12)

1.5 Adaptasi Psikologis Normal Pada Ibu Nifas 1.5.1 Fase Taking in

Fase taking in merupakan periode ketergantungan, berlangsung dair hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus pada dirinya sendiri dan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampe akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialmai ibu pada fase ini adalah rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan. (Hasta, 2020)

1.5.2 Fase Taking Hold

Fase taking hold merupakan periode yang berlangsung selama 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu mulai merasakan kekhawatiran akan ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung dan marah. (Hasta, 2020)

1.5.3 Fase Letting Go

Faseletting go merupakan periode penerimaan tanggung jawab akan peran baru. Fase ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu memahami bahwa bayi butuh untuk disusui sehingga ibu siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. (Hasta, 2020)

1.6 Perubahan Emosi Pada Masa Nifas

Pada masa-masa setelah melahirkan ini, ibu baru cenderung mudah kesal dan sangat sensitif oleh karena perubahan psikologis yang dialami. Keseimbangan emosi sangat mudah hilang karena kemungkinan ibu merasa tertekan dan mudah marah oleh hal-hal atau kesalahan kecil. Emosi yang stabil akan kembali normal antara 6-12 minggu post partum. Perubahan emosi normal pada masa nifas bersifat pilihan dan komplek. (Hasta, 2020)

1) Perasaan kontradiktif dan bertentangan mulai dari kepuasan, kegembiraan, kebahagiaan hingga kelelahan

2) Kelegaan mungkin diungkapkan oleh sebagian besar ibu yang baru saja melahirkan. Terkadang juga ibu menanggapi secara dingin (cth : pada ibu persalinan lama)

(13)

3) Beberapa ibu mungkin merasakan kedekatan dengan pasangan dan bayinya sehingga ibu bersemangat untuk melakukan kontak kulit ke kulit

4) Perasaan tidak tertarik atau justru sangat perhatian terhadap bayinya

5) Takut terhadap hal yang tidak diketahui selama nifas dan terhadap tanggung jawab baru yang sangat berat dan mendadak

6) Kelelahan dan terjadinya peningkatan emosi

7) Ketidaknyamanan terhadap nyeri persalinan dan menyusui (nyeri perineum, nyeri putting susu)

8) Peningkatan kerentanan, tidak mampu memutuskan (misal menyusui), rasa kehilangan libido, gangguan tidur dll

9) Postnatal blues atau postpartum blues 1.7 Komplikasi Pada Ibu Nifas Fisiologis

Komplikasi pada ibu nifas menurut Walyani (2017) yaitu : 1) Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apa pun. Morbiditas puerpurelis adlaah kenaikan suhu badan sampai dengan 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari post partum.

2) Infeksi Saluran kemih

Trauma persalinan atau analgesia epidural/spinal menyebabkan sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun pada masa nifas dini. Setelah melahirkan, khususnya saat infus oksitosis dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Over distensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih

3) Pembengkakan Payudara

Disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan

4) Masitis(peradangan pada payudara)

Peradangan yang terjadi karena infeksi bakteri dan dapat menyebabkan demam dan peradangan di sekitar putting susu kuman terutama

(14)

Sraphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.

5) Infeksi Luka Perineum dan Luka Abdominal

Luka perineum adalah luka karena adanya robekan jalan lahir baik karena rupture maupun karena episiotomy pada waktu melahirkan janin. Rupture perineum adalah

6) Perdarahan Pervagina

Perdarahan pervagina atau post partum adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemoragi postpartum prime mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran

7) Endometritis(peradangan pada endometrium)

Peradangan pada rahim yang jinak dan didefinisikan oleh adanya jaringan endometrium extrauterine yang tergantung pada hormon estrogen

8) Post partum blues

Kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan yang dialami oleh ibu yang berkaitan dengan bayinya. Hal ini disebabkan perubahan perasaan yang dialami oleh ibu hamil sehingga sulit menerima keadaan bayinya.

9) Infeksi Puerperalis

Infeksi yang ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau sesudah persalinan

1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas 1.8.1 Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui

1) Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan 2) Protein

(15)

Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1.2 gram protein

1.8.2 Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil perawat melaksanakan observasi perkembangan pasien dari jam demi jam sampai hitungan hari. (Hasta, 2020)

1.8.3 Eliminasi 1) Miksi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam.

Diusahakan agar dapat buang air kecil sendiri namun bila tidak bisa dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien dan mengompres air hangat di atas sympisis (Hasta, 2020)

2) Defekasi

Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat (Hasta, 2020)

1.8.4 Kebersihan Diri

Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu pst partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Pada tahap awal, perawat dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu. Langkah penting dalam perawatan kebersihan dapat berupa jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah, membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari menyentuh daerah luka jika mempunyai luka episiotomy. (Mansyur, 2014)

1.8.5 Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan energi menyusui bayinya nanti.

(16)

1.8.6 Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanoa rasa nyeri

1.8.7 Senam Nifas

Senam kegel akan membantu penyembuhan post partum dengan jalan.

Jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul

1.9 Penatalaksanaan Ibu Nifas Fisiologis

1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

2) 5-8 jam pasca persalinan instirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan dan kiri

3) Hari ke 1-2 memberikan komunikasi informasi edukasi kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.

4) Hari kedua mengajari ibu nifas untuk duduk serta melakukan latihan 5) Hari ketiga diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

(17)

BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian Keperawatan Ibu Nifas

2.1.1 Identitas Klien

Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010), meliputi:

1) Nama: Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan 2) Umur: Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam post partum.

3) Agama: Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari.

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

5) Pendidikan: Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Bila pasien memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan luka maka luka akan sembuh pada hari ke tujuh setelah persalinan dan bila tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi infeksi pada pasien postpartum.

6) Pekerjaan: Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

7) Alamat: Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

(18)

2.1.2 Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan pada klien post partum adalah nyeri pada area genetalia, khususnya jika ada luka pada episiotomi.

2.1.3 Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa post partum ini.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post partum dan bayinya.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, mengetahui apakah ada riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, DM dan hipertensi dan penyakit menular seperti asma/ TBC (Prawirohardjo, 2008).

4) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/ tidak menstruasinya,sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani, 2008).

5) Riwayat Perkawinan

Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008).

6) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan,

(19)

dan cara melahirkan. Masalah / gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan (Estiwidani, 2008). Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena primipara mempunyai proses persalinan yang lama dan lebih melelahkan dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada klien primipara memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami peregangan karena pengaruh intensitas konstraksi lebih besar selama kala I persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara menunjukan peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeri selama persalinan.

7) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Anggraini, 2010).

8) Riwayat Kehamilan Sekarang Menurut Saifuddin (2007), meliputi : a. Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya b. Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.

c. Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.

d. Selama hamil berapa kali ibu periksa

e. Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan

f. Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa minggu

g. Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan imunisasi TT selama hamil.

9) Riwayat Persalinan Sekarang

Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini, 2010).

(20)

2.1.4 Tanda-Tanda Vital

1) Tekanan Darah, segera setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan diastolik dan sistolik.

2) Suhu, suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pasca partum.

Biasanya peningkatan suhu selama 24 jam sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

3) Nadi, denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan mengalami peningkatan.

Frekuensi di atas 100x/menit dapat menunjukkan adanya infeksi, hemoragi, nyeri atau kecemasan. Pada hari ke enam sampai sepuluh biasanya terjadi perubahan fisiologis berupa bradikardi yang merupakan hal normal dengan frekuensi 40-70x/menit.

4) Pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama post-partum. Napas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi seperti kelebihan cairan (eksaserbasi asma dan emboli paru)

2.1.5 Pemeriksaan Fisik 1) Sistem Reproduksi

a. Vulva dan vagina : bersih atau tidaknya vulva dan apakah ada tanda- tanda infeksi. Pada lochea kaji karakter dan jumlah lochea (secara tidak langsung menggambarkan keamjuan penyembuhan normal, jumlah lochea perlahan berkurang, terjadi perubahan warna yang khas.

b. Perineum : kaji apakah adanya hematoma, memar, edema, kemerahan dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka maka perlu dikaji keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda infeksi.

(21)

c. Payudara dan tungkai : kaji payudara meliputi bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan. Pada hari pertama dan kedua post partum akan ditemukan sekresi kolostrum yang banyak

2) Sistem Pencernaan

Kaji apakah ada keluhan konstipasi atau tidak. Biasanya ibu akan mengalami konstipasi karena waktu, alat pencernaan yang menyebabkan kolon kosong, pengeluaran cairan berlebih, serta kualitas aktivitas tubuh. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksi

3) Sistem Perkemihan

Kaji apakah ibu sering berkemih atau tidak. Pada 2 minggu post partum biasanya didapatkan urine berlebihan (poliuri) antara hari kedua dan kelima. Hal ini menyebabkan cairan sebagai retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan

4) Sistem Muskoloskeleral

Pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises, oedema, reflek patella, nyeri tekan atau panas pada beti. Adanya tanda homan, caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut, tanda Homan (+).

5) Sistem Hematologi

Periksa adanya perdarahan yang melebihi normal akibat penurunan fibrinogen. Kaji kondisi klinis, apakah ibu pucat, lemas dan tanda hipotensi

2.1.6 Pengkajian Psikososial

Pengkajian ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Perawat melihat status emosional dan respon ibu terhadap pengalaman kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi baru lahir, penyesuaian terhadap peran baru, hubungan baru dalam keluarga dan peningkatan pemahaman dalam perawatan diri

(22)

2.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN 1 DS : biasanya ibu nifas

akan mengeluh tidak nyaman pada bagian perineum, merasa kelelahan dan

DO :

a. Ibu nifas tampak meringis b. Luka episiotomi pada

perineum

c. Tekanan darah meningkat pada kondisi normal d. Frekuensi nadi meningkat

(>100x/menit atau meningkat dari nilai sebelumnya)

e. Menangis/merintih

Luka episiotomi pada perineum Afterpain

Tekanan darah meningkat

Mengeluh tidak nyaman dan meringis

(trauma perineum selama persalinan dan kelahiran)

Ketidaknyamanan Pasca Partum

(D.0075) Hal. 168

2 DS : biasanya ibu

mengatakan bahwa ibu nifas percaya diri selama proses menyusui

DO :

a. Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar

b. Ibu mampu

memposisikan bayi dengan benar

Rooting reflex

Putting susu ditarik masuk ke dalam mulut

Air susu mengalir ke putting susu

Lidah menekan susu pada langit-langit Air susu keluar

Menyusui Efektif (D.0028)

Hal. 73

(23)

c. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam

d. Berat badan bayi meningkat

e. ASI menetes/memancar f. Suplai ASI adekuat

g. Putting tidak lecet setelah minggu kedua

Reflek menelan (swallowing)

(tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi)

3 DS : biasanya ibu nifas mengungkapkan kepuasan dengan bayi. Ibu nifas juga mengatakan percaya diri dalam menjalani peran barunya. Ibu biasanya memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga ibu siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya

DO :

a.Bounding attachment optimal

b. Perilaku positif menjadi orang tua

c. Saling berinteraksi dalam merawat bayi

d. Melakukan stimulasi bisual, taktil atau pendengaran terhadap bayi

Fase letting go

Keinginan untuk merawat bayi meningkat

Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri

dan bayi

Pencapaian Peran Menjadi Orang

Tua (D.0125) Hal. 277

4 DS : biasanya ibu akan mengeluh merasa lelah dan

Membatasi menyusui, posisi menyusui salah,

(24)

cemas maternal dan pada payudara yang bengkak terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir.

DO :

a. Pada ibu yang kurus, terdapat benjolan yang terlihat dengan jelas

dna ludak pada

perabaan

b. Nyeri dan lecet terus menerus setelah minggu kedua

c. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu

d. ASI tidak

menetes/memancar e. BAK bayi kurang dari 8

kali dalam 24 jam f. Intake bayi tidak

adekuat

g. Bayi menangis saat disusui

h. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui

implan payudara

Pengeluaran ASI tidak adekuat

Aliran susu terhambat

Adanya tekanan pada saluran air susu

Peningkatan tekanan intraduktal

Tekanan pada seluruh payudara meningkat

ASI tidak menetes

Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

Hal. 75

5 DS : Ibu biasanya mengeluh nyeri dan gatal pada daerah perineum disertai bau. Ibu juga mengeluh lukanya

Kurang mobilisasi dini Sirkulasi nutrisi ke daerah

luka belum terpenuhi

(25)

tidak kunjung kering.

DO :

Adanya pus/nanah

Daerah perineum timbul bau Kemerahan

Perbaikan sel melambat

Perawatan episiotomi kurang bersih

Bakteri patogen masuk ke dalam dan berkembang

(peningkatan paparan organisme patogen

lingkungan)

Risiko Infeksi (D.0142) Hal. 305

6 DS : ibu biasanya mengeluh takut tidak mampu memenuhi tanggung jawab dalam merawat bayi dan tidak tahu cara merawat bayi

DO :

a. Tampak khawatir dan bingung

b. Kesulitan saat melakukan tindakan perawatan bayi

c. Menunjukkan persepsi yang salah

Adaptasi perubahan peran

Tidak mengetahui cara merawat bayi

Menunjukan persepsi yang keliru

Tidak berani mempraktikan perawatan bayi

(ketidaktahuan menemukan sumber informasi)

Defisit Pengetahuan Tentang Perawatan

Bayi (D.0111) Hal. 246

7 DS : ibu hamil biasanya mengeluh nyeri pada luka P : proses persalinan Q : seperti ditekan-tekan R : area perineum S : 3-5

Involusi uterus

Atrofi jaringan dan pelepasan endometrium Kontraksi dan retraksi uteri

(26)

T : tidak menentu, diperberat oleh pergerakan DO :

a. Ibu nifas tampak meringis b. Adanya luka setelah

pelepasan lochea

c. Frekuensi nadi meningkat (dari nilai rata-rata atau nilai normal >100x/menit) d. Tekanan darah meningkat

Pelepasan lochea Adanya luka laserasi

Rasa nyeri

Frekuensi nadi meningkat (agen pencedera fisik)

Nyeri Akut (D.0077) Hal. 172

8 DS : ibu mengatakan darah yang keluar secara terus menerus dan jumlahnya banyak

DO :

a. Perdarahan lebih dari 500 ml

b. Ibu tampak pucat

c. Perubahan pada denyut nadi (biasanya meningkat)

Perubahan jumlah HB, HCT dan eritrosit

Kadar fibrinogen dan plasma menurun

Darah lebih mengental dengan peningkatan

viskositas Leukositosis meningkat

Kehilangan darah 200-250 ml

Dipengaruhi oleh gizi dan hidrasi

Berpotensi perdarahan lebih dari 500 ml

(kurang terpapar informasi

Risiko Perdarahan (D.0012)

Hal. 42

(27)

tentang pencegahan perdarahan) 9 DS : ibu nifas biasanya

mengeluhkan suhu

badannya meningkat dan merasa hangat saat berkedip dan bernapas

DO :

a. Suhu tubuh di atas nilai normal (>37.5)

b. Kulit terasa hangat

Banyaknya pengeluaran darah

Nutrisi, protein, cairan dan elektrolit banyak yang

terbuang

Tubuh kesulitan mengatur metabolisme dna suhu

tubuh

Sinyal ditangkap oleh hipotalamus Peningkatan suhu tubuh

Demam (dehidrasi)

Hipertermi (D.0130) Hal. 284

10 DS : ibu nifas biasanya mengatakan defekasi kurang dari 2 kali seminggu dengan pengeluaran feses yang lama dan sulit

DO :

a. Peristaltik usus menurun (normalnya 5-30 menit sekali

b. Distensi abdomen

Waktu persalinan lama, kurang cairan dan makanan

serta aktivitas tubuh Motilitas menurun Tonus otot usus menurun

Tidak defekasi lebih dari 3 hari

(penurunan motilitas

Konstipasi (D.0049) Hal. 113

(28)

gastrointestinal) 11 DS :ibu nifas biasanya akan

mengatakan selama 2 minggu akan sering berkemih dan mengeluarkan urine berlebih pada hari kedua dan kelima

DO :

a. Volume residu urine meningkat

b. Ibu nifas sering berkemih

Dilatasi ureter dan pyolum normal

Retensi air dalam kehamilan dan sekarang

dikeluarkan Kelebihan cairan

Urine berlebihan pada hari kedua dan kelima Sering buang air kecil

Distensi kandung kemih (penurunan kapasitas

kandung kemih)

Gangguan Eliminasi Urine

(D.0040) Hal. 96

12 DS : ibu nifas biasanya mengeluh merasa nyeri saat berhubungan seks dan mengalami penurunan libido.

DO :

a. Pemeriksaan VT menunjukan adanya perubahan struktur uterus dan rahim

b. Masih adanya luka pada area perineum

Ligamen dan diafragma pelvis meregang saat

persalinan

Menjadi ciut dan kembali pulih

Ligamen rotundum kendor Uterus jatuh ke belakang

Retrofleksi rahim

Sakit saat berhubungan seks

Disfungsi Seksual (D.0069) Hal. 156

(29)

(perubahan struktur tubuh post partum) 13 DS : ibu nifas biasanya

mengatakan masih adanya bekas jahitan dan kemerahan pada area perineum

DO :

a. Adanya kerusakan jaringan dan lapisan kulit b. Kemerahan pada area

perineum dan jahitan

Luka epiosotomi pada perineum

Perineum robek dan adanya bekas jahitan

Kemerahan (faktor mekanis)

Gangguan Integritas Kulit

dan Jaringan (D.0129) Hal. 282

14 DS : ibu nifas biasanya mengeluh nafsu makan menurun dan malas untuk makan

DO :

a. Makanan tidak habis b. Berat badan menurun c. Membran mukosa tampak

pucat

Penurunan sekresi kelenjar pencernaan

Memengaruhi perubahan sekresi

Penurunan kebutuhan kalori Nafsu makan menurun

(ketidakmampuan mencerna makanan)

Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)

Hal. 81

15 DS : ibu nifas biasanya mengeluh malas untuk melakukan kegiatan akibat rasa nyeri pada jahitan dan kelemahan yang dirasakan.

DO :

Fase taking in

Ibu berfokus pada dirinya sendiri

Ketidaknyamanan fisik

(mulas, nyeri pada jahitan Defisit Perawatan

(30)

a. Minat melakukan perawatan diri berkurang, ibu nifas nampak pasif dan hanya diam

b. Ibu nifas biasanya akan mengambil banyak waktu untuk beristirahat pada masa-masa awal nifas c. Tidak mampu mandi

secara mandiri

dan kelelahan)

Perlunya istirahat yang cukup

Ibu cenderung pasif dan tergantung

Minat melakukan perawatan diri kurang

Diri Mandi (D.0109) Hal. 240

16 DS : Ibu nifas biasanya mengeluh khawatir jika ia tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya ketika merawat bayi

DO :

a. Ibu nifas tampak gelisah b. Ibu nifas tampak tegang c. Frekuensi nadi meningkat

dari kondisi biasanya atau lebih dari 100x/menit

Taking hold Adaptasi perubahan peran

Merasa khawatir tidak mampu memenuhi tanggunng jawab dalam

merawat bayi

Menjadi sensitif dan mudah tersinggung

Tampak tegang dan gelisah

(kekhawatiran mengalami kegagalan)

Ansietas (D.0080) Hal. 180

2.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan

1.Ketidaknyamanan Pasca Partum (D.0075) berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan dan kelahirandibuktikan denganbiasanya ibu nifas akan mengeluh tidak nyaman pada bagian perineum, merasa kelelahan. Ibu nifas tampak meringis . Luka episiotomi pada perineum. Tekanan darah

(31)

menurun pada kondisi normal. Frekuensi nadi meningkat (>100x/menit atau meningkat dari nilai sebelumnya) dan menangis/merintih

2.Menyusui Efektif (D.0028) berhubungan dengan tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi dibuktikan dengan biasanya ibu mengatakan bahwa ibu nifas percaya diri selama proses menyusui dan bayi dapat menyusui dengan baik.

Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar. Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Berat badan bayi meningkat. ASI menetes/memancar . Suplai ASI adekuat. Putting tidak lecet setelah minggu kedua

3.Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua (D.0125)dibuktikan denganbiasanya ibu nifas mengungkapkan kepuasan dengan bayi. Ibu nifas juga mengatakan percaya diri dalam menjalani peran barunya. Ibu biasanya memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga ibu siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Bounding attachment optimal. Perilaku positif menjadi orang tua.

Saling berinteraksi dalam merawat bayi. Melakukan stimulasi bisual, taktil atau pendengaran terhadap bayi.

4.Menyusui Tidak Efektif (D.0029) berhubungan dengan payudara bengkak dibuktikan dengan biasanya ibu akan mengeluh merasa lelah dan cemas maternal dan pada payudara yang bengkak terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir. Pada ibu yang kurus, terdapat benjolan yang terlihat dengan jelas dna ludak pada perabaan. Nyeri dan lecet terus menerus setelah minggu kedua.

Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu. ASI tidak menetes/memancar.

BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam . Intake bayi tidak adekuat. Bayi menangis saat disusui. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui

5.Risiko Infeksi (D.0142) berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan dibuktikan dengan ibu biasanya mengeluh nyeri dan gatal pada daerah perineum disertai bau. Ibu juga mengeluh lukanya tidak kunjung kering. Adanya pus/nanah. Daerah perineum timbul bau dan kemerahan

6.Defisit Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi (D.0111) berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan perawatan bayi dibuktikan dengan ibu biasanya mengeluh takut tidak mampu memenuhi tanggung jawab dalam merawat bayi dan tidak tahu cara merawat bayi. Tampak khawatir dan bingung.

(32)

Kesulitan saat melakukan tindakan perawatan bayi. Menunjukkan persepsi yang salah

7.Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan denganibu hamil biasanya mengeluh nyeri pada luka Ibu nifas tampak meringis.

P : proses persalinan, Q : seperti ditekan-tekan, R : area perineum, S : 3-5 dan T : tidak menentu, Adanya luka setelah pelepasan lochea. Frekuensi nadi meningkat (dari nilai rata-rata atau nilai normal >100x/menit. Tekanan darah meningkat

8.Risiko Perdarahan (D.0012) berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan dibuktikan dengan ibu mengatakan darah yang keluar secara terus menerus dan jumlahnya banyak Perdarahan lebih dari 500 ml. Ibu tampak pucat. Perubahan pada denyut nadi (biasanya meningkat)

9.Hipertermi (D.0130) berhubuangan dengan dehidrasi dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengeluhkan suhu badannya meningkat dan merasa hangat saat berkedip dan bernapas. Suhu tubuh di atas nilai normal (>37.5). Kulit terasa hangat

10.Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengatakan defekasi kurang dari 2 kali seminggu dengan pengeluaran feses yang lama dan sulit. Peristaltik usus menurun (normalnya 5-30 menit sekali. Distensi abdomen

11.Gangguan Eliminasi Urine (D.0040) berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih dibuktikan dengan ibu nifas biasanya akan mengatakan selama 2 minggu akan sering berkemih dan mengeluarkan urine berlebih pada hari kedua dan kelima. Volume residu urine meningkat. Ibu nifas sering berkemih

12.Disfungsi Seksual (D.0069) berhubungan dengan perubahan struktur tubuh post partum dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengeluh merasa nyeri saat berhubungan seks dan mengalami penurunan libido. Pemeriksaan VT menunjukan adanya perubahan struktur uterus dan rahim. Masih adanya luka pada area perineum

13.Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan (D.0129) berhubungan dengan faktor mekanis saat persalinan dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengatakan masih adanya bekas jahitan dan kemerahan pada area perineum.

(33)

Adanya kerusakan jaringan dan lapisan kulit. Kemerahan pada area perineum dan jahitan.

14.Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengeluh nafsu makan menurun dan malas untuk makan. Makanan tidak habis. Berat badan menurun. Membran mukosa tampak pucat

15.Defisit Perawatan Diri Mandi (D.0109) berhubungan dengan minat melakukan perawatan diri kurang dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengeluh malas untuk melakukan kegiatan akibat rasa nyeri pada jahitan dan kelemahan yang dirasakanMinat melakukan perawatan diri berkurang, ibu nifas nampak pasif dan hanya diam. Ibu nifas biasanya akan mengambil banyak waktu untuk beristirahat pada masa-masa awal nifas. Tidak mampu mandi secara mandiri

16.Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan dibuktikan dengan ibu nifas biasanya mengeluh khawatir jika ia tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya ketika merawat bayi. Ibu nifas tampak gelisah.

Ibu nifas tampak tegang. Frekuensi nadi meningkat dari kondisi biasanya atau lebih dari 100x/menit

(34)

2.4 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1 Ketidaknyamanan Pasca

Partum (D.0075)

berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan dan kelahiran dibuktikan dengan biasanya ibu nifas akan mengeluh tidak nyaman pada bagian perineum, merasa kelelahan. Ibu nifas tampak meringis. Luka episiotomi pada perineum. Tekanan darah menurun pada kondisi normal. Frekuensi nadi meningkat (>100x/menit atau meningkat dari nilai

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Status Kenyamanan

PascaPartum

(L.07061) meningkat dengan kriteria hasil : a. Meringis menurun

(rasa nyeri pada

bagian luka

episiotomi menurun sehingga respon non verbal klien yang berkurang)

Perawatan Kenyamanan (I.08245)

Observasi :

1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan 2. Identifikasi pemahaman

tentang kondisi, situasi dan perasaannya

3. Identifikasi masalah emosional dan spiritual

Terapeutik :

4. Berikan posisi yang nyaman

1. Gejala tidak nyaman yang dirasakan oleh ibu nifas fisiologis adalah rasa kelelahan, nyeri pada bagian genetalia, nyeri pada bagian luka episiotomi

2. Pemahaman kondisi, situasi dan perasaan ibu nifas menjadi salah satu data bagi perawat dalam memberikan intervensi yang sesuai. Ibu nifas yang memahami kondisi yang dialami (misalnya pada multigravida) sudah memiliki pengalaman dalam mengatasi masalah ketidaknyamanan yang dihadapi.

3. Emosional ibu nifas cenderung lebih sensitif. Ibu nifas mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani

(35)

sebelumnya) dan menangis/merintih

b. Luka episiotomi membaik (tidak terjadi infeksi dan luka cepat pulih) c. Tekanan darah

membaik (90/60 mmHg-120/80

mmHg)

d. Frekuensi nadi

membaik (60-

100x/menit)

5. Berikan kompres hangat 6. Ciptakan lingkungan

yang nyaman

7. Berikan terapi akupresur 8. Dukung keluarga dan

pengasuh terlihat dalam terapi/pengobatan

Edukasi :

9. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan

10. Ajarkan terapi relaksasi 11. Ajarkan teknik distraksi

dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi :

12. Kolaborasi pemberian analgesik

proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat melakukan hal-hal dalam perawatan bayinya. Sehingga, perubahan perilaku, emosional dan spiritual perlu dikaji merupakan hal yang wajar.

4. Posisi yang nyaman pada ibu dengan ketidaknyamanan pada area genetalia.

Posisi supinasi membantu mengurangi rasa nyeri karena bagian perut, vagina dan sayatan luka pada episiotomi tidak mendapat tekanan

5. Terapi akupresur meningkatkan produksi hormon endorfin yang mana dapat mengurangi rasa sakit dan menimbulkan perasaan positif dan rileks

6. Dukungan keluarga dalam proses pengobatan dan pemulihan dapat meningkatkan kefektivitasan intervensi yang diberikan. Karena emosional ibu

(36)

Intervensi Jurnal Pendukung

Pemberian aromaterapi lavender

nifas cenderung sensitif, dukungan keluarga akan sangat berarti bagi ibu nifas dan meningkatkan rasa aman dan nyaman pada ibu

7. Terapi/pengobatan pada ibu nifas yang mengalami ketidaknyamanan pada bagian perineum bisa menggunakan teknik non-farmakologi seperti teknik relaksasi, distraksi, kompres air hangat juga farmakologi seperti ibuprofen dan asetaminofen. Selain itu menjaga kebersihan area genetalia khususnya area luka mencegah munculnya infeksi 8. Terapi relaksasi memberikan rasa rileks

pada ibu nifas yang kemudian akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan CRF yang mana akan merangsang kelenjar bawah otak untuk menghasilkan endorfin sebagai neurotransmitter. Endorfine

(37)

memengaruhi impuls nyeri dengan cara menekan pelepasan neurotransmitter di presinap atau menghambat impuls nyeri dipostsina sheingga rangsangan nyeri tidak mencapai kesadaran dan sensorik nyeri tidak dialami. Contoh terapi relaksasi yang bisa digunakan adalah relaksasi benson (terapi pernapasan) 9. Teknik distraksi memberikan pengalihan

perhatian yang dapat meningkatkan stimulus rasa senang dari luar hingga merangsang sekresi endorfin sehingga stimulus nyeri, rasa tidak nyaman yang dialami klien berkurang. Terapi distraksi yang bisa digunakan adalah terapi lima jari yang mana terapi ini merupakan kegiatan individu membuat bayangan

yang menyenangkan dan

mengkonsentrasikan diri pada bayangan tersebut

(38)

10. Analgesia yang efektif dapat menggunakan asetaminofen dan ibuprofen (yang sudah terbukti aman).

Intervensi Jurnal Pendukung

Zat aktif pada aroma lavender akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi dan mengeluarkan endorpin (terjadi ketika aroma terapi dihisap). endorpin sebagai zat yang menimbulkan rasa tenang, relaks dan bahagia sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

2 Menyusui Efektif (D.0028) berhubungan dengan tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi dibuktikan dengan biasanya ibu mengatakan bahwa ibu nifas percaya diri selama proses menyusui dan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Status Nutrisi Bayi (L.03031) membaik dengan kriteria hasil :

Promosi ASI Ekslusif (I.03135)

Observasi :

1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu pada postnatal

1. Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin sehingga membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Laktasi juga dapat menjarangkan kehamilan dan memberikan ibu perasaan bangga

(39)

bayi dapat menyusui dengan baik. Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar.

Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Berat badan bayi

meningkat. ASI

menetes/memancar . Suplai ASI adekuat. Putting tidak lecet setelah minggu kedua

a. Berat badan meningkat :

0 bulan : 2,4-4,3 kg

1 bulan : 3,2-5,7 kg

2 bulan : 4-7 kg

3 bulan : 4,6-7,9 kg b. Panjang badan

meningkat

Laki-laki : 48-52 cm

Perempuan : 41-51 c. Proses tumbuh

kembang membaik

(berat badan

bertambah, adanya gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, anak mampu merespon suara, mengikuti

Terapeutik :

2. Fasilitasi ibu melakukan IMD (inisiasi menyusui dini)

3. Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu

selama kegiatan

menyusui berlangsung 4. Diskusikan dengan

keluarga tentang ASI ekslusif

Edukasi :

5. Jelaskan manfaat menyusui bagi bayi 6. Jelaskan pentingnya

menyusui di malam hari untuk mempertahankan dan meningkatkan

2. IMD merupakan usaha aktif bayi untuk menyusu dalam satu jam pertama kelahiran dengan meletakkan bayi di perut dan dada ibu segera setelah lahir.

IMD memperkenalkan bonding arrachment, kondisi bayi baru lahir dalam keasaan sehat secara optimal, mencegah hipotermi, mencegah perdarahan persalinan

3. Dukungan pada ibu untuk menyusui akan meningkatkan semangat ibu dalam melakukan proses laktasi pada bayinya 4. Pemberian ASI ekslusif merupakan

makanan yang sangat lengkap nutrisinya bagi bayi

5. Manfaat menyusui bagi bayi adalah nutrien (zet gizi) yang sesuai dengan bayi, mengandung protektis, mempunyai efek psikologis yang menguntungkan, pertumbuhan baik, mengurangi kerjaan

(40)

perintah, dan tingkah laku)

produksi ASI

7. Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI

8. Anjurkan ibu menyusui sesegera mungkin setelah melahirkan

9. Anjurkan ibu

memberikan nutrisi pada bayi hanya dengan ASI

Intervensi Jurnal Pendukung

Pemberian perawatan payudara untuk meningkatkan produksi ASI

malokulasi

6. Menyusui di malam hari membantu mengembangkan ritme sirkadian bayi sehingga membantunya tidur dengan baik di malam hari

7. Tanda bayi cukup ASI meliputi jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali, warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat, bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji, bayyi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dengan cukup, bayi sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui

8. Penundaan pemberian ASI dalam waktu 2-23 jam meningkatkan risiko kematian 9. Bayi di bawah umur 6 bulan belum

mempunyai enzim yang sempurna.

(41)

Makanan tambahan mseperti susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memperberat fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi

Intervensi Jurnal Pendukung

Perawatan payudara melancarkan reflek pengeluaran ASI dan merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah ASI serta mencegah terjadinya bendungan ASI pada payudara

3 Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua (D.0125) dibuktikan dengan biasanya ibu nifas mengungkapkan kepuasan dengan bayi. Ibu nifas juga mengatakan percaya diri dalam menjalani

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Peran Menjadi Orang Tua (L.13120) Membaik dengan kriteria hasil :

Edukasi Orang Tua : Fase Bayi (I.12400)

Hal. 76

Observasi :

1. Identifikasi pengetahuan dan kesiapan orang tua

1. Pengetahuan dan kesiapan orang tua dalam merawat bayi menjadi patokan pertama dalam pemberian edukasi orang tua

2. Pola tidur bayi dalam tahapan usia 2-3 bulan akan banyak tidur terbangun di siang maupun malam hari. Di usia 3

(42)

peran barunya. Ibu biasanya memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga ibu siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Bounding attachment optimal. Perilaku positif menjadi orang tua.

Saling berinteraksi dalam merawat bayi. Melakukan stimulasi bisual, taktil atau pendengaran terhadap bayi

a. Bounding attachment meningkat (sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan bayi selalu dilakukan sehingga tumbuh

kembang anak

menjadi optimal) b. Perilaku positif

menjadi orang tua meningkat (orang tua menjalankan tugas

dan tanggung

jawabnya pada bayi) c. Interaksi perawatan

bayi meningkat d. Verbalisasi kepuasan

memiliki bayi (menunjukkan secara verbal bahwa kedua

belajar tentang perawatan bayi

Terapeutik :

2. Berikan panduan tentang perubahan pola tidur bayi selama tahun pertama 3. Motivasi orang tua untuk

berbicara dan membaca untuk bayi

Edukasi :

4. Jelaskan kebutuhan nutrisi bayi

5. Anjurkan memegang, memeluk, memijat, bermain dan menyentuh bayi

6. Ajarkan keterampilan merawat bayi baru lahir 7. Ajarkan cara stimulasi

bulan, bayi akan memiliki siklus tidur malam dengan durasi 4-5 jam, pada 3-5 bulan adalah 6 jam setiap malam dan 6- 12 adalah 11-14 jam. Sehingga pada bulan-bulan awal kedua orang tua harus siap terjaga jika bayi terbangun.

3. Berbicara dan membaca untuk bayi meningkatkan waktu bonding dengan orang tua, membantu meningkatkan proses tumbuh kembang bayi, mendekatkan bayi dengan orang tua dan melatih emosi bayi

4. Kebutuhan nutrisi bayi hariannya adalah energi 550 kkal, protein 12 gram, lemak 34 gr, karbohidrat 58 gr, vitamin A sebanyak 375 mcg, vitamin D sebanyak 5 mcg, vitamin E sebanyak 4 mg, vitamin K sebanyak 5 mcg, mineral 200 mg, fosfor 100 mg, magnesium 30 mg, natrium 120 mg dan kalium 500 mg

(43)

orang tua bersyukur mendapatkan anak dan mau melakukan tugasnya untuk

merawat anak

tersebut)

perkembangan bayi 5. Sentuhan pada bayi membantu bayi mempelajari lingkungan dengan membedakan sentuhan dan pengalaman antara benda yang lembut dan keras.

Pemijatan pada bayi juga dapat membuat bayi merasakan kasih sayang, kenikmatan, rasa bahagia dan perasaan luar biasa.

6. Perawatan bayi baru lahir meliputi perawatan tali pusat, memandikan bayi, memberi minum, membersihkan telinga, alat kelamin, mengganti popok, dan menggunting kuku

7. Cara stimulasi perkembangan bayi dilakukan dengan memberikan stimulasi pada bagian saraf (pijatan lembut), stimulasi vestibular, stimulasi pembuluh darah (memberikan sentuhan),

(44)

2.5 Telaah Jurnal

MK : GANGGUAN RASA NYAMAN PASCA PARTUM (D.0075)

PENULIS TAHUN JUDUL TUJUAN METODE PEMBAHASAN KESIMPULAN

Deni Eni Maryani, Dara

Himalaya

2020 Efek

Aroma Terapi Lavender Menguran

gi Nyeri Nifas

Tujuan penelitian ini

untukmenge tahui efek aromaterapi lavender mengurangi nyeri nifas

Penelitian ini merupakan tinjauan literatur (literature review) dengan metode naratif yang mencoba

menggali

hasil penelitian terkait dengan pengaruh aroma terapi lavender.

Dari tujuh jurnal yang dipilih menggunakan metode penelitian yang sama yaitu quasi eksperimen aromaterapi esensial lavender dengan inhalasi, penulis menyimpulkan bahwa aromaterapi lavender efektif mengurangi nyeri pada masa nifas

baik itu karena nyeri karena laserasi perineum, luka post sectiocesaria. Pemberian aromaterapi lavender tidak memberikan efeksamping.Terapi esensial minyak lavender berpengaruh secara positif terhadap kecemasan dan dapat mengontrol rasa sakit. Aroma terapi lavender dapat menjadi salah satu alternatif penanganan nyeri akibat luka perineum. Hasil penelitian menjelaskan bahwa molekul dan partikel lavender saat dihirup akan masuk melalui hidung, kemudian diterima oleh reseptor saraf sebagai signal yang baik dan kemudian diinterpretasikansebagai bau yang menyenangkan, dan akhirnya sensori bau tersebut masuk serta memengaruhi sistem limbic sebagai pusat emosi seseorang, sehingga syaraf dan pembuluh darah perasaan akan semakin relaks dan akhirnya rasa nyeri berkurang

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terhadap tujuh jurnal yang relevan

dan penelitian yang penulis lakukan dapat

disimpulkan setelah diberikan aromaterapi

lavender terjadi pengurangan nyeri nifas ditandai dengan ibu merasa rileks, nyaman.

Terdapat berbagai metode untuk mengurangi

rasa nyeri nifas, aromaterapi lavender selain

dapat mengurangi rasa nyeri nifas juga dapat

mengurangi kecemasan dan mencegah depresi

post partum

(45)

MK : MENYUSUI EFEKTIF (D.0028)

PENULIS TAHUN JUDUL TUJUAN METODE PEMBAHASAN KESIMPULAN

Siti Nur Soleha, Edi

Sucipto, Nilatul Izah

2019 Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Nifas

Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah perawatan payudara berpengaruh terhadap produksi ASI pada ibu nifas

Rancangan dan jenis pe nelitian

ini menggunakan survey

analitik dengan

pendekatan

cross sectional Teknik sampel yang digunakan ya itu acidental sampling dan jumlah sampel yang digunakan berjumlah 30

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan keperawatan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena. merupakan masa kritis baik ibu

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN FISIOLOGIS, BAYI BARU LAHIR DENGAN.. BBLR, NIFAS DAN MENYUSUI, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Plasenta tidak lahir selama 30 menit setelah bayi lahir. Penatalkasanaan dalam kasus retensio plasenta yaitu di

Nyeri akut berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan, definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

1 Kamis, 02\06\2016 09.00 s\d 09.30 -Mengukur frekuensi pernafasan bayi dengan melihat cuping hidung dan pergerakan dada bayi S:- O:.. - RR:58

Nyeri akut berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan, definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

pemantauan kemajuan persalinan, (DJJ, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi setiap 30 menit, pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah dan

Asuhan yang dilakukan sejalan dengan penelitian Apriani, R, D, 2019 yang mengatakan pemberian sayur bening daun katuk dapat meningkatkan volume ASI dan bayi tidak rewel setelah menyusui