• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN haccp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN haccp"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)

PADA OSENG TEMPE KACANG MERAH

oleh :

Dessy Nursetiani Rahayu Agustina Sihombing

Laila Nurul Fitri Mikaela Jelis Diana

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN GIZI 2014

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN

4.1

Team HACCP 4.2

Definisi HACCP dan CCP Produk 4.3 Target HACCP 4.4 Deskripsi Produk 4.5 Ingredients (Komposisi) 4.6

Analisis Bahaya dan Kategori Resiko 4.7

Diagram Alir Proses 4.8

CCP Dessission Tree 4.9

HACCP Plan Matrix

4.10 Standar Operating Procedure BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Rumah sakit selain berfungsi sebagai tempat untuk pemulihan kondisi pasien dari sisi medis, juga adanya pemulihan kondisi pasien dari sisi makanan yang diolah dan diberikan kepada pasien. Pasien berhak mendapatkan diet yang bermutu dan aman, tidak terkontaminasi bahaya. Instalasi Gizi rumah sakit harus memiliki kepedulian dan tanggung jawab di sepanjang rantai pengolahan makanan hingga akhirnya makanan disajikan kepada pasien (Wibowo, 2013).

Unit gizi rumah sakit memiliki aturan tertentu dalam pengelolaan makanan yang aman dengan jumlah besar. Risiko terjadinya kontaminasi silang jauh lebih besar karena banyaknya hidangan yang dimasak atau disiapkan secara bersamaan. Seringnya, sejumlah besar makanan telah dipersiapkan berjam-jam bahkan lebih dari sehari untuk mendukung pelayanan yang cepat. Jika selama selang waktu tersebut tidak disimpan pada kondisi yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, sebuah bahaya akan terbentuk (Zulfana, 2008).

Kerentanan konsumen merupakan faktor risiko yang mendukung terjadinya foodborne disease. Pasien di rumah sakit merupakan salah satu kelompok yang rentan dan lebih mudah terkena infeksi penyakit melalui makanan. Daya tahan tubuh yang rendah akan dialami oleh orang dalam keadaan sakit (Zulfana, 2008).

Konsep HACCP dapat dijadikan acuan agar bisa mewujudkan hal itu. Prinsip HACCP bukanlah menghilangkan bahaya, namun mengurangi dan menekan bahaya pada tindakan yang dapat diterima (Wibowo, 2013). Kini penerapan HACCP tidak hanya terbatas pada industri pangan modern tetapi juga dapat diterapkan dalam pengelolaan makanan untuk pasien di rumah sakit. Sistem HACCP ini juga telah mendapat pengakuan dunia internasional, penerapannya di dalam produksi makanan yang aman telah diakui WHO sebagai metode yang efektif untuk mengendalikan foodborne disease (Zulfana, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga dilakukan penerapan sistem HACCP pada salah satu menu makanan yang berada di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu Oseng Tempe Kacang Merah.

1.2

Rumusan Masalah

Apakah ada masalah keamanan dan sanitasi pada penyelanggaraan makanan dengan melakukan HACCP pada Oseng Tempe Kacang Merah?

1.3

Tujuan

(4)

Mengetahui masalah keamanan dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan dengan melakukan HACCP pada Oseng Tempe Kacang Merah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengamatan cara memproduksi Oseng Tempe Kacang Merah (pada penerimaan bahan makanan sampai distribusi makanan ke pasien).

2. Melakukan evaluasi cara memproduksi Oseng Tempe Kacang Merah untuk mengetahui bahaya yang mungkin timbul dari makanan.

3. Menentukan CCP pada proses produksi Oseng Tempe Kacang Merah.

1.4

Manfaat

1.5.1 Bagi Mahasiswa 1.5.2 Bagi Pasien 1.5.3 Bagi Institusi

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah HACCP 2.2 Pengertian HACCP

HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan dari pada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. setiap sitem HACCP mampu mengakomodasi perubahan seperti kemajuan dalam rancangan peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi. HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomi dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia (BSN, 1997).

Tujuan dari diberlakukannya HACCP adalah : a. Untuk menjamin bahwa produksi pangan setiap saat.

b. Merupakan bukti sistem produksi dan penangan produk yang aman.

c. Memberi rasa percaya diri pada produsen akan jaminan keamanan produknya.

d. Memberikan kepuasan kepada customer akan konformitasnya pada standar nasional/internasional.

e. Memenuhi standar regulasi pemerintah

f. Penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. 2.2 Tujuh Prinsip HACCP

Prinsip 1: Analisis Bahaya

Analisis bahaya adalah prinsip pertama dalam HACCP yang dimaksudkan untuk menjawab hal-hal berikut (Dewanti, 2013):

- Apakah ada bahaya, baik biologi, kimia, maupun fisik, yang mungkin terjadi selama tahap proses pangan dari sejak datangnya bahan baku sampai dengan produk akhir, atau penggudangan atau distribusi atau bahkan sampai dengan berada di meja konsumen.

- Harus diketahui pula darimana bahaya itu berasal, apakah dari pemasok (supplier) atau terjadi ketika sudah berada di unit pengolahan.

- Kemudian dapat dirancang suatu tindakan pengendalian yang dianggap dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan bahaya tersebut.

- Bahaya yang sudah di identifikasi kemudian ditimbang untuk diketahui risikonya.

Pembahasan mengenai analisis bahaya yang terdiri dari beberapa kegiatan yakni:

(6)

1. Identifikasi semua bahaya yang mungkin terdapat selama penanganan dan pengolahan pangan.

2. Identifikasi sumber berbagai bahaya tersebut.

3. Penetapan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menurunkan bahaya-bahaya yang ada sampai tingkat yang dapat diterima, dan

4. Penetapan risiko atau signifikansi bahaya-bahaya yang sudah teridentifikasi (Dewanti, 2013).

Prinsip 2: Penetapan CCP

Critical Control Point (CCP) atau titik kendali kritis (TKK) didefinisikan sebagai suatu titik atau prosedur dalam tahap-tahap pengolahan pangan yang dapat menghasilkan produk yang membahayakan kesekayan manusia jika tidak dikendalikan dengan tepat. CCP dapat berupa tahap proses, formulasi atau bahan baku yang mengandung bahaya yang tidak dapat dikendalikan pada tahap-tahap pengolahan yang ada (Dewanti, 2013).

Penetapan CCP dapat dilakukan secara konsensus melalui pendekatan logis dan ilmiah dengan mengamati bahan baku yang digunakan, karakteristik prodak yang dihasilkan dan penggunaan prodak serta tahap-tahap pengolahan yang tergambar dalam penetapan dan verifikasi diagram alir yang telah di jabarkan dalam langkah 2-4 penyusunan rencana HACCP untuk mempermudah penetapan CCP, tersedia suatu pohon keputusan penetapan CCP yang dapat diacu oleh tim HACCP. Pada setiap tahap proses pengolahan yang memiliki bahaya signifikan, tim HACCP memberikan pertanyaan (P1-P4) secara berurutan. Pertanyaan 1 (P1) yang diberikan dimaksudkan untuk mengkonfirmasi bahwa tahap mengandung bahaya yang harus dibuat cara pengendaliannya. jika diketahui bahwa pengendalian tidak diperlukan makan tahap ini bukan CCP. Sebaliknya, jika tindakan pengendalian diperlukan tetapi belum dibuat, maka tim harus merancang tahap proses sehingga tindakan pengendalian dapat dintegrasikan. suatu tahap proses yang dirancang untuk menghilangkan suatu bahaya sampai tingkat amam umumnya akan menajdi CCP (P2). Apabila dengan P2 tahap tersebut tidak ditetapkan sebagai CCP, maka masih ada P3 dan P4 yang harus ditanyakan tentang tahap tersebut. Hasil penetapan CCP tersebut kemudian ditabulasikan kedalam suatu tabel (Dewanti, 2013).

Prinsip 3: Penetapan Batas Kritis (Critical Limit)

Batas kritis atau Critical Limit (CL) adalah satu atau lebih batas parameter yang harus dipenuhi untuk tiap CCP. Batas tersebut memisahkan antara apa yang dianggap aman dengan yang tidak aman berdasarkan bahaya mikrobiologi, kimia, dan fisik. Karena batas kritis ini kan dipantau secara real-team. maka batas harus dipilih berdasarka suatu kriteria yang dapat diukur atau diobservasi denga mudah dan cepat (Dewanti, 2013).

Batas kritis dapat ditetapkan berdasarka pada suatu standar, pedoman tahap pproses yang ada, informasi dari pemasok, hasil penelitian, hasil challenge test, pemodelan matematis, pendapat pakar atau kelompok pakar (expert judgement), dan sebagainya (Dewanti, 2013).

(7)

Pemantauan atau monitoring adalah seperangkat pengamatan terjadwal yang diimplementasikan pada CCP untuk menjamin bahwa batas kritisnya terpenuhi. Dalam rencana HACCP, CL dari suatu CCP adalah apa yang dipantau. Siapa yang ditugaskan untuk memantau adalah petugas yang memiliki keterampilan untuk melakukan pemantauan dan juga ditugaskan di area yang sama debngan tahap proses yang dipantau. Kapan atau seberapa sering pemantauan dilakukan harus didasarkan pada analisis kebutuhan berdasarkan pengalaman atau statistika (Dewanti, 2013).

Prinsip 5: Penetapan Tindakan Koreksi

Apabila pada saat monitoring ditemukan bahwa Cl tidak terpenuhi maka perlu direncanakan suatu tindakan koreksi untuk memberikan jaminan bahwa produk pangan yang dihasilkan aman. tindakan koreksi yang dimaksud ada 2 macam yakni tindakan yang bersifat segera (Correction) dan yang bersifat pencegahan penyimpangan (Deviation Control) (Dewanti, 2013).

Prinsip 6: Penetapan Verifikasi

Verifikasi dalam perencanaan HACCP adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa rencana HACCP tersebut dapat (Dewanti, 2013):

1. Mengendalikan keamanan pangan secara efektif.

2. Telah disususn sesuai dengan ketujuh prinsip yang ada.

3. Telah diimplementasikan sesuai dengan rencana HACCP yang disusun.

Untuk menjamin bahwa rencana HACCP dapat mengendalikan keamanan pangan, maka dilakukan pengujian produk, kalibrasi alat, dan review terhadap hasil pemantauan. Sementara itu, untuk menjamin bahwa penyusunan rencana HACCP dan implementasinya telah sesuai dengan 7 prinsip HACCP, umumnya dilakuakn audit (Dewanti, 2013).

Prinsip 7: Penetapan Dokumentasi

Dokumentasi atau pencatatan rekaman dalam suatu rencana HACCP adalah rekaman kegiatan penyusunan rencana HACCP dan implementasinya. Dokumentasi hasil monitoring umumnya dibuat dalam satu buku atau kertas Log. Dokumentasi ini dapat digunakan untuk mempelajari penyebab penyimpanagn serta tindakan koreksi yang tepat (Dewanti, 2013).

Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusaahan yang bersangkutan. Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyaratan dasar industry pangan yaitu, telah diterapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standart Sanitation Operational Prosedure (SSOP) (Dewanti, 2013).

Keuntungan dalam melaksanakan HACCP antara lain :

a. Meningkatkan keamanan pangan pada produk makanan yang dihasilkan.

b. Meningkatkan kepuasan konsumen, sehingga keluhan konsumen akan berkurang. c. Memperbaiki fungsi pengendalian

d. Mengubah pendekatan pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu yang bersifat preventif.

(8)

Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah dimana 7 prinsip HACCP tercakup di dalamnya. Berikut adalh langkah-langkah penyusunan dan penerapan HACCP menurut CAC (Dewanti, 2013) :

1. Menyusun tim HACCP 2. Deskripsikan Produk

3. Identifikasi penggunaan yang dituju 4. Menyusun diagram alir

5. Verifikasi diagram alir

6. Daftarkan semua bahaya potensial, lakukan analisis bahaya, tentukan tindakan pengendalian.

7. Tentukan CCP

8. Tetapkan Batas kritis untuk setiap CCP

9. Tetapkan sistem pemantauan untuk setiap CCP

10. Tetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi 11. Tetapkan prosedur verifikasi

12. Tetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi 2.3 Tempe

Tempe merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat Indonesia. Teknik pembuatan tempe ini telah dikerjakan masyarakat Indonesia khususnya bermula dari masyarakat Jawa, dengan prosedur pembuatannya masih sederhana. Berbagai bahan dasar yang dapat digunakan dalam pembuatan tempe, tetapi yang paling populer dan paling banyak dipergunakan adalah tempe berbahan dasar kedelai.

TABEL 2.1 KANDUNGAN ZAT GIZI TEMPE KEDELAI Zat Gizi Kandungan /100 gram

Energi 149 Kal Protein 18,3 g Lemak 4.0 g Karbohidrat 12,7 g Kalsium 129 mg Fosfor 154 mg Besi 10,0 mg Vitamin C 0 mg Vitamin A (50) IU Vitamin B1 0,17 mg Kadar Air 64,0 g

Sumber: Depkes RI, 1992

2.4 Kacang Merah

Kacang merah (Phaseolus radiatus L. var. Aurea) adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang tinggi kandungan proteinnya dan juga memiliki kandungan senyawa phenolic sebagai antioksidan. Kacang merah ini juga merupakan sumber protein nabati , karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, Folasin, tiamin, kalsium, fosfor,

(9)

dan besi. Kacang merah memiliki kandungan lemak dan natrium yang sangat rendah, nyaris bebas lemak jenuh, serta bebas kolesterol. Disamping itu, kacang merah juga merupakan sumber serat yang baik (Hartayanie, 2006). Spesifikasi kacang merah yang diterima dari rekanan khususnya di Rumah Sakit hasan Sadikin adalah segar, muda, bersih, tidak berkecambah.

Dalam 100 gram kacang merah, terdapat nilai gizi sebagai berikut:

TABEL 2.1 KANDUNGAN ZAT GIZI KACANG MERAH

Zat Gizi Kandungan /100 gram

Energi 336 Kal Protein 23,1 g Lemak 1,7 g Karbohidrat 59,5 g Kalsium 80 mg Fosfor 400 mg Besi 5,0 mg Vitamin C 0 mg Vitamin A 0 IU Vitamin B1 0,60 mg Kadar Air 12,0 g

Sumber: Depkes RI, 1992 2.5 Teknik Pengolahan

Pengertian pengolahan makanan pada dasarnya sama, yaitu membuat bahan makanan yang mentah menjadi matang melalui proses pemanasan. Secara definitif pengolahan makanan dapat diartikan sebagai sebuah proses pemanasan pada

makanan hingga menjadi lebih enak, mudah dikunyah, dan mengubah bentuk penampilan dari bahan makanan itu, serta mematikan bakteri yang merugikan kesehatan.

Pengolahan makanan merupakan salaah satu proses penerapan panas dari bahan mentah menjadi matang dengan cara sesuai untuk setiap bahan dasar dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, proses memasak hanya berlangsung selama panas mengenai bahan makanan. Untuk mengolahan sebuah makanan sesuai dengan tujuannya, dikenal beberapa teknik mengolah makanan.

Menumis, adalah sebuah teknik memasak makanan secara cepat dalam minyak yang sedikit atau tidak ada sama sekali di atas api yang suhunya relatif tinggi. Menumis dengan minyak sedikit, cukup untuk mematangkan bumbu suatu masakan agar lebih sedap. (Soejoeti C).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Pengamatan 3.2 Waktu Pengamatan

(10)

3.3

Prosedur Pengamatan

- Menyiapkan daftar tilik/ceklis yang akan diamati

- Melakukan pengamatan pada penerimaan bahan makanan

- Melakukan pengamatan pada persiapan bahan makanan dan bumbu - Melakukan pengamatan pada pengolahan

- Melakukan pengamatan pada distribusi makanan

- Melakukan pengamatan pada distribusi makanan sampai ke pasien 3.4

Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. 3.5 Cara Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan/observasi langsung yang dilakukan selama mengikuti proses produksi Oseng Tempe Kacang Merah. Data tersebut berupa suhu pengolahan, suhu distribusi, suhu penyajian, waktu pengolahan, waktu distribusi, alat penyelenggaraan makanan mulai dari penerimaan hingga penyajian kepada konsumen.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari standar yang telah ada/ data dapat diambil tanpa harus dilakukan pengamatan. Data tersebut yaitu standar resep oseng tempe kacang merah, standar bumbu, data konsumen (menu anak kelas III)

3.6

Sasaran

Obyek penelitian ini adalah penyelenggaraan makanan menu Oseng Tempe Kacang Merahyang merupakan menu makanan untuk pasien yang dikelola oleh unit gizi.

BAB IV

PEMBAHASAN

1.1 Team HACCP N o Nama Tanggung Jawabdalam Tim Uraian Tugas

(11)

1. Dessy Nursetiani R.

Ketua Bertanggung jawab dalam menentukan jadwal pertemuan secara rutin untuk menyusun rencana HACCP.

Mengkoordinasi rencana penyusunan rencana HACCP Oseng Tempe Kacang Merah. Bertanggung jawab terhadap

proses penerapan HACCP. 2. Agustina

Sihombing Anggota Bertugas membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan HACCP.

Berperan penuh dalam pelaksanaan HACCP. 3. Laila Nurul Fitri Anggota

4. Mikaela Jelis

Diana Anggota

1.2 Definisi HACCP dan CCP Produk

HACCP pada Oseng Tempe Kacang Merah merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap bahan, produk, atau proses untuk menentukan komponen, kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan ketat untuk menjamin bahwa produk Oseng Tempe Kacang Merah yang dihasilkan aman dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan ketika disajikan pada pasien anak.

Critical Control Point (CCP) Oseng Tempe Kacang Merah didefinisikan sebagai

suatu titik atau prosedur dalam tahap-tahap pengolahan Oseng Tempe Kacang Merah yang dapat menghasilkan produk yang membahayakan kesehatan manusia jika tidak dikendalikan dengan tepat. CCP dapat berupa tahap proses, formulasi atau bahan baku yang mengandung bahaya yang tidak dapat dikendalikan pada tahap-tahap pengolahan yang ada.

Analisis Oseng Tempe Kacang Merah terdiri dari 7 prinsip yaitu sebagai berikut : 1. Analisis bahaya (Hazard Analysis)

2. Penetapan titik kritis (Critical Control Point) 3. Penetapan batas kritis (Critical Limit)

4. Penetapan prosedur pemantauan atau monitoring 5. Penetapan tindakan koreksi (Corrective Action) 6. Penetapan verifikasi

7. Penetapan dokumentasi 1.3

Target HACCP

Target dalam penerapan HACCP Oseng Tempe Kacang Merah yaitu mengendalikan adanya kemungkinan bahaya yang dapat terjadi pada proses pengolahan baik itu bahaya biologi/mikrobiologi, kimia maupun fisik. Pengendalian ini dilakukan hingga potensi dalam bahaya yang berada dalam makanan, persiapan, pengolahan, dan distribusi dapat dicegah, dikurangi sampai batas yang diterima atau

(12)

dihilangkan. Target HACCP yang akan dilakukan adalah pada menu oseng tempe menggunakan bumbu putih untuk konsumen anak di ruang Kenanga.

1.4

Deskripsi Produk

a. Nama Produk: Oseng Tempe Kacang Merah a. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengolahan Oseng Tempe Kacang Merah meliputi tempe, kacang merah, bumbu putih, kelapa, gula pasir, garam, salam, laos, dan sereh. b. Konsumen

Konsumen produk oseng tempe kacang merah yang diamati yaitu pasien anak kelas I, II dan III.

c. Penerimaan

Penerimaan tempe dan kacang merah dilakukan pada pukul 07.00 WIB. Tempe didistribusi langsung ke bagian persiapan menggunakan container bersih. Kacang merah didistribusi langsung ke penyimpananan tanpa dicuci terlebih dahulu. Sedangakan untuk santan diterima dalam kelapa parut pukul 09.00 WIB karena digunakan untuk menu sore. Kelapa parut diangkut menggunakan kantong kresek putih yang berasal langsung dari pasar. Semua penerimaan bahan makanan dilakukan oleh panitia penerimaan bahan makanan.

d. Persiapan

Persiapan tempe yaitu dipotong kotak kecil-kecil. Persiapan bumbu putih, salam, laos, dan sereh di ruang persiapan bumbu.

e. Cara Penyimpanan

Tempe yang akan diolah adalah menu untuk sore, maka tempe disimpan sebelum diolah pada container bersih dengan ditutup oleh plastik wrap. Sedangkan untuk kacang merah setelah diterimaoleh panitia penerimaan langsung disimpan di dalam chiller ((50C-70C). Bahan lainnya seperti bumbu putih sudah disiapkan satu hari sebelumnya yang disimpan dalam frezzer (-80C) Bahan untuk membuat santan yaitu kelapa parut yang langsung disimpan di chiller karena belum akan digunakan. Gula pasir dan garam sudah ada stok di gudang BMK.

f. Cara Pengolahan

Teknik pengolahan yang dilakukan dalam pembuatan Oseng Tempe Kacang Merah yaitu penggorengan, perebusan, dan penumisan. Tempe digoreng setengah matang, kacang merah direbus hingga matang lalu ditiriskan, bumbu dan santan ditumis. Proses pengolahan Oseng Tempe Kacang Merah:

 Buat santan dari kelapa parut.  Tempe digoreng setengah matang

 Kacang merah direbus hingga matang, lalu ditiriskan.

 Masak bumbu sampai harum, tambahkan santan, laos, salam dan sereh.  Masukkan tempe dan kacang merah, beri gula dan garam.

(13)

g. Cara Distribusi

Distribusi Oseng Tempe Kacang Merah menggunakan sistem sentralisasi (makanan langsung diporsi dan didistribusikan ke pasien di ruangan) dan desentralisasi (makanan dibawa ke ruangan pasien dalam jumlah besar, kemudian dilakukan pemorsian di pantry ruangan dan disajikan dalam alat makan pasien).

h. Cara Konsumsi

Oseng Tempe Kacang Merah dikonsumsi oleh pasien anak kelas I, II, dan III, menggunakan alat makan/piring saji yang ada di ruangan.

1.1

Ingredients (Komposisi)

Nama Produk Komposisi Berat (gr)

Oseng Tempe Kacang Merah Tempe 25 Kacang Merah 20 Bumbu Merah 5 Bumbu Putih 5 Santan 10 Gula Pasir 2 Garam 1 Salam 0.1 Laos 0.5 Sereh 0.5 1.1

Analisis Bahaya dan Kategori Resiko

Idetifikasi Bahaya, Penetapan Tindakan Pencegahan dan Signifikansi Bahaya (Risiko)

RENCANA HACCP

Produk : Oseng Tempe Kacang Merah

Tahap / Input Bahaya

(M/ K/ F)

Jenis Bahaya Penyebab/ Sumber/

Justifikasi Bahaya Tindakan Pengendalian/ Pencegahan Peluang (l, m, h) Keparahan (L, M, H) Signifikansi Penerimaan Bahan Baku

Mikroorganisme Mikroba Seperti,Clostridiu

m Perfringens Bawaan dari tempeyang akan diolah saatpenerimaan tempeTeliti , sesuai spesifikasi

yang telah ditentukan pada

rekanan.

m H

Fisik Benda asing (batu/kerikil) Kontaminasi dari

tenaga penjamah Pemeriksaan bahanbaku yang datang, Penjamah menggunakan APD

lengkap

l L

Kacang merah Mikroorganisme Kapang Aspergilus flapus dan Aspergilus parasitucusmenghasilkan

aflatoksin.

Proses pemilihan kacang merah, dan

proses pemilihan kacang merah yang

tidak sesuai spesifikasi Teliti saatpenerimaan tempe , sesuai spesifikasi yang telah ditentukan pada rekanan. m H

(14)

Fisik Benda asing (batu/kerikil) Kontaminasi dari

tenaga penjamah Pemeriksaan bahanbaku yang datang l L

Penerimaan Bahan Tambahan

Mikroorganisme Bakteri e-coli Kontaminasi airoleh

mikroba Menggunkan air yangbersih m M

Fisik Benda asing (kerikil, pasir,

kayu dan logam) penyimpanan airTempat yang jarang dibersihkan

Membersihkan tempat penampungan air secara rutin minimal 1

minggu sekali

l L

Kelapa parut Mikroorganisme Saccharomyces carlbergencis, Psedomonas cocovenenans Keadaan,kebersihan lingkungan, dan suhu penyimpanan Selalu menempatkan kelapa pada lingkungan, yang kelembabpan, Ph, dan

suhu yang sesuai.

h M

Fisik Terdapat benda asing seperti (kerikil, sabut

kelapa, kayu)

Kurang teliti saat penerimaan, adanya

sabut atau batok kelapa yang masih menempel di kelapa.

Mendeteksi secara terperinci pada saat

penerimaan, untuk memastikan kelapa benar-benar bersih

untuk diolah

l L

Gula pasir Fisik Terdapat benda asing

seperti (kerikil, dll) Proses pembuatangula pasir Pemeriksaan bahanbaku yang datang l L Kimia Terdapat campuran gula

berupa : sakarin, siklamat. Proses pembuatangula pasir Pemeriksaan bahanbaku yang datang m L Fisik Terdapat benda asing

seperti kerikil. Proses pembuatangaram Pemeriksaan bahanbaku yang dating L L Bawang merah

Fisik Benda asing (tanah) Proses pembersihan tidak baik

Pemeriksaan bahan baku yang datang

m L

Bawang putih Fisik Benda asing (tanah) Proses pembersihan

tidak baik Pemeriksaan bahanbaku yang datang m L Fisik Benda asing (kulit kemiri) Proses pembersihan

tidak baik Pemeriksaan bahanbaku yang dating l L Minyak goreng Fisik Benda asing (rambut) Pengemasan saat

distribusi kepengolahan

Pemeriksaan sebelum digunakan, penerapan

sistem FIFO atau FEFO

m L

Fisik Benda asing

(debu, tanah) Proses pembersihan tidak baik Pemeriksaan sebelu digunakan m L

Fisik Benda asing

(tanah) Proses pembersihantidak baik Pemeriksaan sebelu digunakan l L

Fisik Benda asing

(tanah) Proses pembersihantidak baik Pemeriksaan sebelu digunakan l L

Persiapan Bahan

Pemotongan Mikroorganisme Terdapat jamur/kapang Alat (Pisau dan

talenan kotor) Membersihkan alatyang akan dipakai m L Pencucian Kacang merah Fisik Terdapat kotoran/tanah/daun Proses pembersihan tidak baik Menggunkanpencucian dengan bersih dan air

yang bersih

m M

Pembuatan Mikroorganisme Bakteri e-coli Kontaminasi airoleh

bakteri E-Coli menggunakan airMembuat santan bersih dan

(15)

memasaknya hingga mendidih. Persiapan Mikroorganisme Terdapat jamur/kapang Alat (kotor/ tidak

dibersihkan terlebih dahulu)

Membersihkan alat yang akan dipakai, penjamah penggunaan

APD lengkap

m L

Perebusan

Kacang Merah Fisik Benda asing(rambut) Kontaminasi selamaperebusan menggunakan APDPenjamah lengkap dan kebersihan ruang pengolahan harus

terjaga

l L

Pengolahan Oseng Tempe Kacang Merah

Penumisan Bawang merah & putih, kemiri, minyak goreng

Fisik Benda asing/ bahan selain

bumbu Kontaminasi selamapenumisan menggunakan APDPenjamah lengkap dan kebersihan ruang pengolahan harus

terjaga

l L

Penambahan Fisik Benda asing

(rambut) Kontaminasi selamapengolahan Penjamah menggunakan APD lengkap dan kebersihan ruang pengolahan harus terjaga l L Mikroorganism

e Bakteri e-coli Kontaminasi airolehmikroba Menggunakan air yangbersih dan dilakukan pemasakan sampai suhu 1000C selama 10 menit atau 135oC selama 15 detik m H Pemasakan (Memasukan tempe, kacang merah, gula, dan garam)

Fisik Benda asing

(rambut) selamapengolahanKontaminasi menggunakan APDPenjamah lengkap dan kebersihan ruang pengolahan terjaga

l L

Mikroorganism

e Bakteri E. Coli yang tidak sempurnaProses pemasakan (Suhu <1000 C)

Pemasakan sampai suhu 1000 C selama 10

menit atau

M H

Pemorsian Produk di Dapur Utama

Pemorsian Oseng tempe Kacang Merah

Mikroorganism

e Kapang Lingkungan endistribusian danWaktu

pengkonsumsiantidak lebih dari 1 jamdan pemberian label batas

waktu konsumsi

H H

Fisik Benda asing Kebersihan alat dan

penjamah

Pembersihan alatdan

penggunaan APD l L

Pendistribusian dan Penyajian

Distribusi Oseng tempe Kacang Merah

Mikroorganism

e Kapang Lingkungan endistribusian danWaktu

pengkonsumsiantidak

(16)

lebih dari 1 jamdan pemberian label batas

waktu konsumsi

Fisik Benda asing Kebersihan alat danpenjamah Pembersihan alatdanpenggunaan APD l L

Keterangan:

L/l : Low (rendah) M/m : medium (sedang) H/h : high (tinggi)

NS : Non Signifikan : 24

S : Signifikan : 84.7 Diagram Alir Proses

 Diagram Alir 2

POHON KEPUTUSAN CCP 4.8 CCP Dessission Tree

Tahap Proses Jenis Bahaya Sumber Bahaya Tindakan Pengendalian Risiko P1 P2 P3 P4

Penerimaan Bahan Baku

PE NE RI MA AN

(17)

Keterangan :

CCP : Critical Control Point S : Signifikan Y : ya T : tidak P1 : Pertanyaan 1 P2 : Pertanyaan 2 P3 : Pertanyaan 3 P4 : Pertanyaan 4 4.9

HACCP Plan Matrix

PRINSIP

1 2 3 4 5 6

Bahaya PengendaliaTindakan n

TK K

Batas Kritis

Pemantauan Tindakankoreksi Verifikasi

Apa Dimana Bagaimana Kapan siapa Apa &Siapa Apa &Siapa

Mikrobiologi (Clostridium Perfringens, Psedomonas cocovenenan s) Teliti saat membeli tempe harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. TK K Form spesifika si Warn a temp e Ruang penerimaa n Panitia penerimaan memeriksatempe yang datangberdasarka n form spesifikasi yg telah disepakati Pada saat penerimaa n tempe Panitia penerimaa n Jika tempetidak sesuai spek maka akan dikembalika n kepada rekanan Rekanan mencari supplier tempeyan g bebasdari mikroba 4.10 Standar Operating Procedure

a.

(18)

BAB V

PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Persiapan Bumbu

5.1.1 Penerimaan Bumbu Segar

Bumbu segar untuk menu oseng tempe kacang merah sudah dilaksanakan sehari sebelumnya yaitu pada tanggal 13 Mei 2014. Bumbu segar yang digunakan untuk pengolahan menu oseng tempe kacang merah yaitu bawang merah, bawang putih, salam, laos dan sereh. ...

5.1.2 Pencucian Bumbu Segar

Bawang merah, ...a yang menggunakan aksesoris terutama cincin dan gelang.

5.1.3 Perebusan Bumbu Segar

Bumbu segar ( bawang merah dan bawang putih) yang telah dicuci bersih kemudian direbus kedalam panci. Bumbu direbus hingga matang ± 1,5 jam, perebusan bertujuan untuk melunakkan bumbu sehingga lebih mudah untuk dilakukan proses penghalusan.

5.1.4 Penghalusan Bumbu

Bumbu yang digunakan untuk pembuatan menu oseng tempe kacang merah untuk pasien anak yaitu bumbu putih. Bumbu putih terdiri dari bawang putih, bawang merah, kemiri, minyak goreng dan air. Bumbu dicampurkan, setelah itu bumbu diporsi kedalam plastik bening lalu disimpan ke dalam freezer dengan suhu rata-rata

-8

o C selama 1 hari, karena bumbu oseng tempe kacang merah ini disiapkan satu hari sebelumnya.

.

5.2

Penerimaan

5.2.1 Penerimaan Tempe

Penerimaan tempe dilakukan pada tanggal 14 Mei 2014 pada pukul 07.00 WIB di ruang penerimaan. Tempe diterima sesuai dengan spesifikasi. Spesifikasi tempe yaitu segar, bersih, murni, tidak asam, ± 1 kg/btg.

Penerimaan tempe merupakan titik kendali kritis ...

(19)

Penerimaan kacang merah dilakukan pada tanggal 14 Mei 2014 pada pukul 07.00 WIB di ruang penerimaan. Kacang merah diterima sesuai dengan spesifikasi. Spesifikasi kacang merah yaitu segar, muda, bersih, tidak berkecambah. Kacang merah tanpa dicuci terlebih dahulu langsung ...

kacang merah yang dating tepat dengan spesifikasi yang telah disepakati, akan meminimalisir kacang merah berkualitas buruk untuk diterima.

5.2.3 Penerimaan Kelapa Santan

Penerimaan kelapa santan dilakukan pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 09.00 WIB di ruang penerimaan. Kelapa Santan diterima sesuai spesifikasi. Spesifikasi kelapa santan adalah sebagai berikut, diparut, segar, tua, kulit tidak dikupas. Kelapa santan yang diterima menggunakan kantong kresek putih dari pasar. Dan langsung dimasukan kedalam chiller dengan plastiknya. Sebaiknya kelapa parut yang diterima dipindahkan ke container yang lebih bersih kemudian memasukannya ke dalamchiller.

5.3 Persiapan Bahan Makanan

Tempe dipotong berbentuk kotak menggunakan pisau. Pisau yang digunakan bersih, penjamah pun sudah menggunakan APD dengan lengkap dan benar. Tempe yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam kontainer makanan yang bersih dan direndam di dalam air garam.

Kacang merah ditimbang sesuai dengan kebutuhan per kelas-nya, kemudian kacang merah dicuci menggunakan air yang mengalir. Penjamah sudah menggunakan APD dengan benar.

Kelapa parut utuh diambil santanya dengan cara, merendam semua kelapa parut ke dalam air bersih. Kemudian kelapa diperas menggunakan kedua tangan hingga keluar semua santan dari kelapa tersebut. Dalam proses pembuatan santan petugas telah...

li dan ada tindakan terhadap parutan kelapa sebelum dimasukan kedalam chiller.

Contohnya untuk mengendalikan air agar tidak ada E.coli, pastikan bahwa sumber air jauh dari pembuangan air kotor, dan selalu dilakukan secara berkala pemeriksaan pada pipa maupun tempat penyalur air bersih. Terhadap kelapa parut, pengolah bisa memastikan tempat penyimpanan kelapa parut bersih dan suhu chiller tepat, atau kelapa parut yang baru datang bisa segera dijadikan santan, kemudaian santan dimasak terlebih dahulu hingga masak.

5.4 Pengolahan Produk

Santan dimasak hingga mendidih menggunakan panci yang besar, sedangkan kacang merah direbus hingga setengah matang. Setelah itu santan dimasak di dalam wajan, diberi bumbu putih, merica, salam, serah dan laos. Santan diaduk dan dibiarkan hingga mendidih, lalu kacang merah dimasukkan kedalam wajan dan diberi garam serta gula pasir. Setelah kacang merah sudah empuk, tempe dimasukkan ke dalam wajan dan dibiarkan hingga air santan menyusut. Proses pemasakan ini merupakan titik kendali kritis karena air harus benar-benar mendidih sampai suhu 135⁰C selama 15 detik. Hal tersebut digunakan untuk mematikan bakteri bakteri E.Coli yang biasa terdapat didalam air mentah. Jika E.Coli belum mati maka dapat menimbulkan

(20)

diare bahkan bahaya yang ditimbulkan lebih parah dari diare jika menyerang pasien (kondisi tubuh pasien lebih lemah dari pada kondisi orang sehat pada umumnya).

...

5.5 Pemorsian Produk di Dapur Utama

Oseng tempe kacang merah diporsi menggunakan sendok sayur, dimasukkan ke dalam kontainer makanan yang bersih. Suhu oseng tempe kacang merah pada saat di dalam kontainer yaitu 740C. Kontainer yang digunakan sudah bersih. Suhu tersebut masih aman karena tidak berada dalam range danger zone (5-600C).

5.6 Pendistribusian dan Pemorsian

Transportasi oseng tempe kacang merah merupakan proses pendistribusian makanan pada pasien, menggunakan sistem desentralisasi untuk ke ruang anak. Alat transportasi yang digunakan yaitu trolley.Trolley yang digunakan dalam keadaan bersih, namun tidak dilengkapi dengan alat pengatur suhu makanan, sehingga suhu oseng tempe kacang merah ketika sampai di dapur ruangan turun menjadi 550C, suhu tersebut tergolong dalam suhu danger zone (5-600C).

Pemorsian di dapur ruangan dilakukan pada dua dapur, lantai satu untuk kelas 3 dan lantai dua untuk kelas 1 dan kelas 2. Penjamah di dapur lantai satu tidak menggunakan APD dengan baik dan benar, sedangkan penjamah di lantai dua sudah menggunakan APD dengan baik dan benar.

Waktu pendistribusian makanan hingga sampai ke pasien sebaiknya tidak lebih dari satu jam dan sebaiknya diberikan label batas waktu pengkonsumsian. Dari hasil pengamatan, waktu pendistribusian kurang dari satu jam (30 menit) dan distribusi dari dapur ruangan ke ruangan pasien membutuhkan waktu selama 15 menit.

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Hasil pengamatan, evaluasi cara memproduksi Oseng Tempe Kacang Merah sebagai berikut:

Gambar

TABEL 2.1 KANDUNGAN ZAT GIZI TEMPE KEDELAI Zat Gizi Kandungan /100 gram
TABEL 2.1 KANDUNGAN ZAT GIZI KACANG MERAH Zat Gizi Kandungan /100 gram

Referensi

Dokumen terkait

Kajian terhadap evaluasi penerapan program (HACCP) pada produk tuna kaleng ini dilakukan pada tahap penerimaan tuna dari supplier (pemasok) sampai dengan tahap penyimpanan,

pembuatan tempe dengan bahan dasar kacang merah (Phaseolus vulgaris. L) dengan penambahan jagung

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada prinsip HACCP tahap ketiga proses pembuatan produk makanan Sashimi di Restoran Tomoto Surabaya secara umum dapat

Yoghurt kacang merah dibuat dengan menggunakan metode Illinois yang dimodifikasi. Komponen dalam yoghurt kacang merah dapat saling bersinergi sehingga dapat

Banyak jenis kacang-kacangan yang dapat digunakan dalam penelitian untuk pembuatan produk tempe, diantaranya kacang merah, kacang hijau, kacang bogor, dan kacang

Kajian terhadap evaluasi penerapan program (HACCP) pada produk tuna kaleng ini dilakukan pada tahap penerimaan tuna dari supplier (pemasok) sampai dengan tahap penyimpanan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan tempe berbahan dasar kedelai di Home Industry Candiwesi, Salatiga memiliki prosedur yang dapat diterapkan pada bahan baku kacang

Proses Pembuatan Kerupuk Kencur Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan metode HACCP untuk menentukan titik kritis dari penetapan bahan baku dan juga