• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP LABEL PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP LABEL PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

Naskah Publikasi

Disusun Oleh : Baskoro Kurniadi

RA. Retno Kumolohadi, S. Psi, Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2005

(2)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP LABEL PERINGATAN BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK DENGAN INTENSI

BERHENTI MEROKOK

Baskoro Kurniadi

RA. Retno Kumolohadi, S Psi, Psikolog

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Semakin positif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok maka akan semakin tinggi intensi berhenti merokok, sebaliknya semakin negatif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok maka semakin rendah intensi berhenti merokoknya.

Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki perokok yang berusia berkisar antara 17 sampai dengan 60 tahun, Adapun skala yang digunakan adalah skala intensi berhenti merokok dan skala sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok yang dibuat sendiri oleh peneliti, untuk skala intensi berhenti merokok mengacu pada teori Ajzen (1988) dan untuk skala sikap mengacu pada teori skema triadik, Azwar (1995)

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fsilitas program SPSS versi 11,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Korelasi product moment dari Pearson menunjukan korelasi sebesar r = 0,757 dengan p < 0,01 yang artinya ada hubungan positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok.

Kata kunci : Sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, Intensi berhenti merokok.

(3)

PENGANTAR

Latar Belakang

Merokok adalah kebiasaan yang mengganggu kesehatan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok.

Jumlah perokok di dunia menurut WHO mencapai 1,1 miliar orang dan empat juta di antaranya meninggal setiap tahun. WHO juga menyebutkan bahwa 80 persen perokok ada di negara berkembang. Menurut data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) 2002, sekitar 500 ribu orang Indonesia saat ini menderita berbagai penyakit akibat rokok. Data survei kesehatan rumah tangga 2002 menyebutkan, angka perokok aktif di Indonsia mencapai 75 persen atau 141 juta orang (Media Indonesia Online, 2003).

Sebuah penelitian di Jakarta didapatkan hasil bahwa 64,8 persen pria dan 9,8 persen wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok. Bahkan, pada kelompok remaja 49 persen pelajar pria dan 8,8 persen pelajar wanita di jakarta sudah merokok. (Tandra, Kompas 30 Juni 2003).

Nainggolan (2001) memaparkan asap rokok yang dihisap seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Beberapa komponen yang terkandung dalam asap rokok adalah: Acrolein, adalah alkohol yang cairanya telah diambil, Karbonmonoksida, Nikotin, Ammonia, Formid acid, Hidrogen Cyanide, Nitrous Oxide, Formaldehyde, Phenol Acetol, Hidrogen Sulfide, Pyridine, Methyi

(4)

Chloride, Metanol dan tar, dan dari beberapa komponen rokok tersebut tercatat sebagai komponen yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Kusmana (2003) menyebutkan bahwa bagi seorang yang merokok, asap rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon Andrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Andrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan penyempitan kerja pembuluh darah yang akan menyebabkan penyakit jantung koroner. Rokok juga merupakan penyebab utama timbulnya penyakit Arteriosklerosis yaitu penyakit menebal dan menipisnya pembuluh darah. Pada gangguan Arteriosklerosis tingkat IV terjadi penyumbatan di percabangan aorta daerah perut yang akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi.

Ibu hamil yang merokok rentan dengan kemungkinan kelahiran prematur, lahir mati terjadi dengan peluang dua kali lipat lebih besar. Daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan mudah menderita radang paru-paru maupun bronkitis. Orang yang merokok lebih dari 20 batang sehari memiliki resiko 15-20 kali lebih besar mendapat kanker paru-paru, dibandingkan dengan yang tidak merokok, selain itu merokok dapat menyebabkan lumpuhnya fungsi Cilia dalam sistem pernafasan, rokok mengubah bentuk jaringan nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran pernafasan membengkak dan menyempit atau tersumbat (Kusmana,2003).

Sejalan dengan akibat yang ditimbulkan oleh rokok, Kusmana (2003) mengemukakan bahwa tingkat harapan hidup perokok berkurang sesuai dengan:

(5)

? Jumlah tahun merokok

? Jumlah rokok per-hari yang dikosumsi ? Tingkat kadar tar dan nikotin

? Kedalaman dalam menghisap asap rokok

? Kedekatan dengan filter yang terdapat pada batang rokok

Masalah rokok di Indonesia masih merupakan dilema, yakni di satu pihak mendatangkan cukai sekitar Rp27 triliun per tahun, dan di lain pihak merugikan kesehatan masyarakat. Mengingat akibat negatif yang ditimbulkan oleh rokok dan melihat semakin tingginya minat konsumen rokok terhadap rokok, pemerintah berupaya melindungi kesehatan masyakat dari bahaya rokok antara lain dengan mewajibkan produsen rokok memberikan label peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok, menerapkan kawasan bebas rokok di tempat umum, seperti perkantoran, stasiun, pelabuhan, dan bandara, serta menetapkan tanggal 31 Mei sebagai hari tembakau sedunia (Republika, 1 April 2003).

Intensi berhenti merokok pada masyarakat indonesia tergolong rendah, hal ini ditunjukan dengan terus meningkatnya prosentase minat konsumen rokok terhadap rokok setiap tahun, ditambah lagi sulitnya para pecandu rokok untuk berhenti merokok.

Dalam penelitian yang dilakukan Prof Soesmalijah Soewondo dari Fakultas Psikologi UI yang bertanya kepada sejumlah orang yang tidak berhenti merokok diperoleh jawaban bahwa bila tidak merokok akan mengakibatkan susah berkonsentrasi dan gelisah, sedangkan bila merokok akan merasa lebih dewasa dan menimbulkan ide-ide dan inspirasi. Faktor-faktor psikologis inilah yang

(6)

banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat (Tandra, Kompas 30 Juni 2003).

Pemerintah Indonesia dalam PP no. 19 tahun 2003 mewajibkan setiap produsen rokok untuk mencantumkan label peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok. Pemerintah bertujuan untuk memberikan peringatan tentang bahaya rokok yang dikonsumsi oleh setiap konsumen rokok dengan harapan bahwa dengan mengetahui bahaya rokok yang dihisapnya, konsumen rokok akan lebih berintensi untuk berhenti merokok.

Intensi merupakan suatu niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. niat untuk melakukan perilaku itu berkaitan dengan pengetahuan (beliefe) tentang perilaku yang akan dilakukan dan sikap (attitude) terhadap perilaku tersebut, dan perilaku itu sendiri sebagai wujud nyata dari niatnya (Ancok,1985)

Fishbein & Ajzen,1975 (dalam Azwar,1995) menambahkan bahwa intensi seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap orang tersebut terhadap perilaku itu dan norma subjektif tentang perilaku itu, sedangkan norma subjektif berdasarkan keyakinan normatif subjektif atau atribut perilaku dan keyakinan normatif. Perilaku tersebut terbentuk dari umpan balik yang diberikan oleh perilaku itu sendiri.

Bagi konsumen rokok, label peringatan bahaya merokok merupakan stimulus yang akan disikapi. Label informasi tentang bahaya merokok pada kemasan rokok yang tertera pada setiap kemasan rokok dimaksudkan agar semua orang dapat membaca informasi yang disampaikan. Konsumen rokok yang membaca tulisan dalam label diharapkan akan memilih, mengorganisasi dan

(7)

menginterprestasi informasi mengenai produk dalam kemasan label tersebut (Maning dalam Bashori, 2005).

Sikap merupakan respon dan kesiapan seseorang dalam bereaksi terhadap suatu hal atau objek sikap. Menurut Berkowitz, (dalam Azwar,1995) setiap orang yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap yang favourable terhadap objek itu, sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavourable terhadap objek sikap tersebut.

Ada dua kemungkinan sikap yang akan muncul pada konsumen rokok, yaitu konsumen rokok akan bersikap positif terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok sehingga sadar bahwa rokok yang dihisapnya akan membahayakan bagi diri pribadinya atau bersikap negatif terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan mengabaikan pengaruh buruk dari rokok yang dihisapnya.

Adanya kemungkinan hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan pengarunya terhadap intensi berhenti merokok menyebabkan peneliti tertarik mengungkap tentang hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok

(8)

TINJAUAN PUSTAKA Intensi Berhenti Merokok

Pengertian Intensi

Chaplin,1968 (dalam Kartono,2002) mendefinisikan intensi sebagai ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses psikologis, yang mencakup referensi atau kaitanya dengan suatu objek.

Bandura, (1986) berpendapat bahwa intensi merupakan dasar untuk membentuk aktivitas tertentu atau menentukan keadaan selanjutnya. Dasar disini adalah dorongan, maksud, pamrih atau tujuan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.

Ancok, (1985) mengemukakan intensi sebagai niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Niat untuk melakukan suatu perilaku tersebut didasari oleh keyakinan dan sikap individu terhadap perilaku yang akan dilakukan.

Fishbein dan Ajzen, (1975) menyatakan bahwa intensi adalah suatu tempat dalam dimensi probabilitas subjektif seseorang mengenai hubungan antara orang tersebut dengan beberapa tindakan. Dimensi probabilitas individu meliputi keyakinan tentang efek yang mungkin terjadi Sebagai akibat dilakukannya suatu tindakan.

Dari beberapa pengertian intensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian intensi adalah Niat, kehendak atau maksud untuk melakukan suatu aktivitas, dengan pertimbangan tentang konsekuensi dari aktivitas yang akan dilakukan.

(9)

Pengertian Intensi Berhenti Merokok

Berhenti merokok dalam kamus bahasa indonesia adalah keadaan tidak menghisap gulungan tembakau yang dibakar, atau secara lebih jelas adalah tidak memasukan bahan yang berasal dari dedaunan (Tembakau) yang mengandung zat tertentu (Khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan

Berdasarkan uraian pengertian intensi dan pengertian berhenti merokok diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa intensi berhenti merokok adalah niat, kehendak atau maksud untuk berhenti merokok.

Aspek - aspek Intensi Berhenti Merokok

Dalam teori Planned Behaviour (ajzen,1988) menjelaskan bahwa manusia selalu bertingkah laku secara masuk akal dengan mempertimbangkan berbagai informasi yang ada dan, mempertimbangkan implikasi- implikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari tingkah laku yang dilakukan.

Menurut teori Ajzen (1988) intensi terbentuk oleh tiga aspek yaitu: 1. Sikap, sikap berisi keyakinan mengenai konsekuensi perilaku dan evaluasi

individu terhadap konsekuensi tersebut.

2. Norma Subjektif, yaitu keyakinan individu tentang apakah individu harus melakukan suatu perilaku atau tidak berdasarkan pendapat orang-orang yang berarti bagi individu, dan keinginan individu untuk menuruti pendapat orang-orang tersebut.

(10)

3. Kontrol perilaku yang ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan keyakinan akan kemungkinan dapat tidaknya suatu tindakan dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek intensi berhenti merokok adalah:

1. Sikap terhadap perilaku berhenti merokok 2. Norma subjektif individu tentang rokok

3. Kontrol perilaku berhenti merokok.yang ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku berhenti merokok.

Sikap terhadap Label Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok Pengertian Sikap

Menurut Thurstone dan Osgood (dalam Azwar,1995) Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, reaksi ini didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang akan memberikan kesimpulan nilai baik dan buruk, suka atau tidak suka dan akan bermuara konsep reaksi pada objek sikap.

Walgito,(2003) menambahkan bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang sertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada individu untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Allport, dkk (dalam Azwar,1995) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk

(11)

bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Mar’at (1982) menambahkan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Dapat diperjelas bahwa jika rangsang yang diterimanya adalah positif maka reaksi yang ditimbul adalah positif, begitu pula sebaliknya jika rangsang yang diterima negatif maka reaksi yang timbul akan negatif pula.

Menurut Gerungan, (1988) Sikap selalu diarahkan kepada suatu tujuan atau subjek tertentu, yaitu suatu kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Sikap ini merupakan sikap pandangan atau perasaan yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap objek tertentu. Adapun objek dari sikap biasanya berupa benda, orang, peristiwa, lembaga ataupun nilai-nilai .

Berdasarkan definisi-definisi sikap diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap dapat diartikan sebagai Reaksi pikiran (Kognitif), Perasaan (Afektif) dan Perilaku (Konatif) pada objek sikap yang didasasari oleh proses evaluasi pada diri individu.

Aturan Label pada Kemasan Rokok

Dalam bab II pasal 6-9 dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2003 menyebutkan bahwa:

(12)

(1) Setiap orang yang memproduksi rokok wajib mencantumkan informasi tentang kandungan kadar nikotin dan tar setiap batang rokok, pada label dengan penempatan yang jelas dan mudah dibaca.

(2) Pencantuman informasi tentang kandungan kadar nikotin dan tar

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditempatkan pada salah satu sisi kecil setiap kemasan rokok, dibuat kotak dengan garis pinggir 1 (satu) mm, warna kontras antara warna dasar dan tulisan, ukuran tulisan sekurang-kurangnya 3 (tiga) mm, sehingga dapat jelas dibaca.

Pasal 7

Selain pencantuman kandungan kadar nikotin dan tar sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, pada kemasan harus dicantumkan pula:

a. kode produksi pada setiap kemasan rokok;

b. tulisan peringatan kesehatan pada label di bagian kemasan yang mudah dilihat dan dibaca.

Pasal 8

(1) Peringatan kesehatan pada setiap label harus berbentuk tulisan.

(2) Tulisan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”.

Pasal 9

(1) Tulisan peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dicantumkan dengan jelas pada label di bagian kemasan yang mudah dilihat dan dibaca.

(13)

(2) Tulisan peringatan kesehatan dicantumkan pada

salah satu sisi lebar setiap kemasan rokok, dibuat kotak dengan garis pinggir 1 (satu) mm, warna kontras antara warna dasar dan tulisan, ukuran tulisan sekurang-kurangnya 3 (tiga) mm, sehingga dapat jelas dibaca.

Sikap terhadap Label Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok adalah pikiran (Kognitif), perasaan (Afektif), dan perilaku (konatif) pada objek sikap yang berupa tulisan pada salah satu sisi lebar kemasan rokok yang dibuat kotak dengan garis pinggir 1 (satu) mm, warna kontras antara warna dasar dan tulisan, ukuran tulisan sekurang-kurangnya 3 (tiga) mm yang berisi tentang bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, yang didasasari oleh proses evaluasi pada diri para konsumen rokok.

Tulisan yang terdapat dalam label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok adalah “ Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”

Aspek-aspek sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

Menurut skema Triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu: komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (afective), dan komponen konatif (conative). Komponenen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu sebagai pemilik sikap, komponen

(14)

afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1995)

Mann (dalam Azwar,1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlakuatau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen perilaku menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Dari uraian aspek sikap diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen penting yaitu komponen kognitif, konatif serta komponen perilaku yang ketiganya saling berinteraksi sehingga terjadi keseimbangan dalam komponen sikap.

Hubungan antara Sikap terhadap Label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan Intensi Berhenti merokok

Label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2003 adalah tulisan pada salah satu sisi lebar kemasan rokok yang dibuat kotak, dengan garis pinggir 1 (satu) mm, warna kontras antara warna dasar dan tulisan, ukuran sekurang-kurangnya 3 (tiga) mm yang berisi tentang bahaya yang ditimbulkan oleh rokok.

(15)

Setiap perokok pasti mengetahui adanya label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, dan setiap perokok akan menyikapi label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok sebagai bentuk reaksi terhadap label.

Gerungan (1988) menerangkan bahwa sikap terhadap suatu objek sikap akan disertai oleh kecenderungan atau berintensi bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek sikap tersebut.. Hal ini berarti konsumen rokok akan cenderung bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap label.

Menurut teori Ajzen, 1988 intensi terbentuk oleh tiga aspek yaitu: (1) Sikap, (2) Norma Subjektif, dan (3) Kontrol perilaku. Dari teori ini dapat diterangkan bahwa intensi untuk mematuhi label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terbentuk oleh:

1. Sikap terhadap label, sikap terhadap label berisi tentang keyakinan mengenai konsekuensi perilaku dan evaluasi individu terhadap perilaku mematuhi label. 2. Norma subjektif tentang rokok, yaitu keakinan individu tentang apakah

individu harus mematuhi label atau tidak berdasarkan pendapat orang-orang yang berarti bagi individu, dan keinginan individu untuk menuruti pendapat oarang-orang tersebut.

3. Kontrol perilaku adalah merupakan penilaian pada kemampuan diri individu untuk melakukan tindakan yang didasari oleh keyakinan akan kemungkinan dapat tidaknya suatu tindakan dilakukan.

Dari teori Ajzen, 1988 diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap terhadap label merupakan salah satu aspek yang membentuk intensi untuk mematuhi label.

(16)

Bagi konsumen rokok yang memiliki sikap positif atau mendukung label akan cenderung mematuhi label, begitu pula sebaliknya bagi konsumen rokok yang bersikap negatif atau tidak mendukung label akan cenderung untuk tidak mematuhi label, atau dapat diartikan bahwa perokok yang mematuhi label akan berintensi berhenti merokok, dan perokok tidak mematuhi label tidak berintensi berhenti merokok

Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan yang positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Semakin mendukung sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, maka intensi berhenti merokok semakin tinggi.

METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah :

1. Variabel Tergantung : Intensi berhenti merokok

2. Variabel Bebas : Sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

(17)

Definisi Operasional Variabel Penelitian Intensi berhenti merokok

Intensi berhenti merokok diukur dengan mengunakan skala intensi berhenti merokok berdasarkan teori Ajzen, (1988) yang menyebutkan bahwa intensi terbentuk oleh tiga aspek yaitu:

1. Sikap

2. Norma Subjektif 3. Kontrol perilaku

Sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok Sikap terhadap label peingatan bahaya merokok pada kemasan rokok diketahui melalui skala sikap berdasarkan teori skema triadik (Azwar,1995).

Berdasarkan teori skema triadik (Azwar,1995) mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen sikap yaitu afektif, kognitif dan konatif yang saling berinterasi dalam mensikapi suatu objek. Dalam penelitian ini, sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok merupakan objek sikap.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah warga perumahan Nogotirto Elok V yang merupakan konsumen rokok dan mempunyai karakteristik sebagai berikut:

(1). Berjenis kelamin laki-laki (2). Berusia 17-60 tahun

(18)

(3). Berpendidikan minimal SLTP

Dalam penelitian ini subjek dikenal oleh peneliti karena peneliti merupakan warga di perumahan Nogotirto Elok V, sehingga peneliti tahu betul warga yang melakukan aktivitas merokok.

Metode Pengumpulan Data

Penyusunan skala penelitian didasarkan pada model skala Likert yang sudah dimodifikasikan. Skala memiliki (4) alternatif jawaban , yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Penskoran skala antara lain: pernyataan favourable, jawaban sangat setuju (SS) diberi skor empat, setuju (S) diberi skor tiga, Tidak setuju (TS) diberi skor satu. Pernyataan unfavourable, jawaban sangat setuju (SS) diberi skor satu, setuju (S) diberi skor dua, tidak setuju (TS) diberi skor tiga dan jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor empat.

Metode Analisis Data

Data penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik korelasi sederhana atau korelasi product moment dari Pearson yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok.

Untuk menjaga keakuratan dan kemudahan pengolahan data digunakan teknik pengolahan data dari program SPSS 11.0 for windows.

(19)

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Orientasi Kancah dan Persiapan

Orientasi Kancah

Peneliti pada penelitian ini, mengambil sampel warga perumahan Nogotirto Elok V yang melakukan aktivitas merokok. Adapun jumlah responden yang digunakan adalah berjumlah 50 orang.

Perumahan Nogotirto Elok V merupakan perumahan yang berlokasi di desa Nogotirto, kecamatan Gamping, kabupaten Sleman dihuni oleh 117 kepala keluarga dengan jumlah total penduduk sekitar 600 orang.

Alasan dipilihnya perumahan Nogotirto Elok V sebagai lokasi pengambilan sampel adalah dikarenakan perumahan Nogotirto Elok V perumahan yang dihuni oleh bermacam orang dari berbagai daerah yang dengan heterogenitas karakter yang diharapkan dapat mewakili target penelitian ini yaitu konsumen rokok.

Persiapan Penelitian

a. Persiapan administrasi

Penelitian diawali dengan melakukan perijinan dari fihak fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, yang dikeluarkan oleh dekan fakultas Psikologi dengan nomor 375/Dek/70/FP/VI/2005 tanggal 24 Juni 2005. Selanjutnya surat ijin tersebut digunakan sebagai syarat untuk Try Out angket penelitian dan pelaksanaan penelitian. Try Out dilaksanakan pada tanggal 28 Juni

(20)

2005 – 30 Juni 2005 dibeberapa wilayah provinsi Yogyakarta yaitu (Dusun Jetak, Sidokarto, Godean), (Kecamatan Reksobayan), (Dusun Karang Sari Semin), (Plosokuning), (Perumahan Griya Pengkol) dan di (Perumahan Minomartani), dengan kriteria berjenis kelamin laki-laki berusia 17-60 tahun dan, berpendidikan minimal SLTP.

b. Persiapan alat ukur

Sebelum alat ukur digunakan untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian, terlebih dahulu melalui tahap Preeliminary dan selanjutnya melalui tahap uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan terhadap dua alat ukur , yaitu: Skala sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dan, Skala intensi berhenti merokok. Alat ukur di uji cobakan tersebar di beberapa wilayah provinsi Yogyakarta. Skala yang disebarkan sebanyak 40 buah dan kembali sesuai dengan sebaranya. Data yang terkumpul kemudian dinilai kedalam bentuk skor mentah, yang kemudian dianalisis dengan tehnik statistik mengunakan fasilitas komputer perogram SPSS 11.0 for windows.

a. Skala Intensi berhenti merokok

Penelitian terhadap kesahihan aitem didasarkan pada bahwa aitem dinyatakan sahih jika memiliki batas kritis / rxy > 0,3. Hasil analisis aitem menunjukan bahwa dari 50 aitem yang disajikan, 31 aitem sahih dan 19 aitem gugur. Aitem-aitem yang gugur adalah nomor 13, 20, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 38, 42, 44, 45, 46, 47, 50 dengan koefisien aitem total begerak dari 0,3197 sampai dengan 0,6855 Sedangkan uji reliabilitas Alpha Cronbach

(21)

menunjukan koefisien reliabilitas sebesar rtt: 0,9205. Hasil ini menunjukan bahwa skala intensi berhenti merokok memenuhi syarat digunakan sebagai alat ukur. Sebaran aitem hasil uji coba skala intensi berhenti merokok dapat dilihat pada tabel 3:

Table 3

Distribusi Butir Skala Intensi Berhenti Merokok Setelah Uji Coba

Butir Favourable Butir Unfavourable Aspek

Nomor butir Jumlah Nomor butir Jumlah

Sikap 1,2,3,4,5,6,7,8, 8 32(23) 1 Norma subjektif 9,10,11,12,14(13), 15(14),16(15) 7 35(24),37(25),39(26), 40(27) 4 Kontrol perilaku 17(16),18(17),19(18), 21(19),22(20),23(21), 24(22) 7 41(28),43(29),48(30), 49(31) 4 22 9 (… ) : Nomor baru

b. Skala Sikap terhadap Label peringatan bahaya merokok pada Kemasan rokok Penelitian terhadap kesahihan aitem didasarkan pada bahwa aitem dinyatakan sahih jika memiliki batas kritis / rxy > 0,3. Hasil analisis aitem menunjukan bahwa dari 60 aitem yang disajikan, 38 aitem sahih dan 22 aitem gugur. Aitem-aitem yang gugur adalah nomor 1, 8, 10, 13, 16, 19, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 32, 33, 35, 39, 43, 44, 45, 46, 48, 52 dengan koefisien aitem total begerak dari 0,3510 sampai dengan 0,7516 Sedangkan uji reliabilitas Alpha Cronbach menunjukan koefisien reliabilitas sebesar rtt : 0,9362 Hasil ini menunjukan bahwa skala intensi berhenti merokok memenuhi syarat digunakan sebagai alat ukur. Sebaran aitem hasil uji coba skala intensi berhenti merokok dapat dilihat pada tabel 4

(22)

Tabel 4

Distribusi Butir Skala Sikap tehadap Label peringatan bahaya merokok pada Kemasan rokok

Komponen sikap

Kognitif Afektif Konatif

Komponen objek sikap F UF F UF F UF Jumlah total Label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok 4(3), 7(6), 25(16) 31(19), 34(20), 37(22), 40(24), 49(28), 55(33), 58(36) 2(1), 5(4), 11(8), 14(10), 17(12), 20(14), 29(17) 38(23), 41(25), 47(27), 50(29), 53(31), 56(34), 59(37) 3(2), 6(5), 9(7), 12(9), 15(11), 18(13), 21(15), 30(18) 36(21), 42(26), 51(30), 54(32), 57(35), 60(38) 3 7 7 7 8 6 38 F : Favourable UF : Unfavourable (… ) : Nomor baru Hasil Penelitian

Subjek penelitian akan digolongkan kedalam lima kategori diagnosis yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Sebagai langkah awal yang ditempuh adalah dengan membagi suatu deviasi standar dari distribusi menjadi lima bagian, pembagian tersebut menghasilkan pengkategorian sebagai berikut:

1. Kategori sangat tinggi X > M+1,8 SD 2. Kategori tinggi M+0,6 SD < X ? M+1,8 SD 3. Kategori sedang M-0,6 SD < X ? M+0,6 SD 4. Kategori rendah M-1,8 SD < X ? M-1,6 SD 5. Kategori sangat rendah X < M-1,8 SD

Langkah berikutnya, dengan memasukan nilai M (rerata teoritis) dan s (nilai satuan deviasi standar). Dari sini akan diperoleh kategori masing-masing

(23)

variabel penelitian. Variabel intensi berhenti merokok memiliki rentang X > 102,31 untuk kategori sangat tinggi, 85,77 < X ? 102,31 untuk kategori

tinggi, 69,23 < X ? 85,77 untuk kategori sedang, 52,69 < X ? 69,23 untuk kategori rendah, dan X < 52,69 untuk kategori sangat rendah, sehingga dengan memperhatikan rerata empirik yang dihasilkan oleh keseluruhan subjek yaitu 84,44 berarti dapat diketahui bahwa rata-rata intensi berhenti merokok subjek berada dalam kategori sedang.

Variabel Sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok memiliki rentang X > 125,64 untuk kategori sangat tinggi, 105,21 < X ? 125,64 untuk kategori tinggi , 84,79 < X ? 105,21 untuk kategori sedang, 64,36 < X ? 84,79 untuk kategori rendah, dan X < 64,36, sehingga dengan memperhatikan rerata empirik yang dihasilkan oleh keseluruhan subjek yaitu 99,16, maka Dapat diketahui bahwa rata-rata sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok berada dalam kategori sedang

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan tehnik one sample Kolmogorof Smirnov test dari program SPSS 11.00 dan diperoleh nilai p = 0,974, (p > 0,05) untuk variabel intensi , p = 0,436, (p > 0.05) sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel intensi berhenti merokok dan sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok berdistribusi normal.

(24)

Uji Liniearitas

Uji liniearitas Mean Linierity dari program SPSS 11.0 for window pada variabel sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap intensi berhenti merokok didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian sudah linier atau dapat dilihat dari grafik linieritas bahwasanya sebaran data pada penelitian ini mengikuti garis lurus , maka dapat dikatakan bahwa variabel penelitian sudah linier.

Uji Hipotesis

Berdasarkan uji hipotesis untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok, dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh nilai 0,757 : p = 0,000 (0,01) maka ada hubungan positif sebesar 0,757 antara variabel sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Dengan demikian maka hipotesis “ Ada hubungan positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasa rokok dengan intensi berhenti merokok “ dapat diterima “

Pembahasan

Ajzen (dalam Azwar,1995) mengatakan Intensi merupakan fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu pertama sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan kedua adalah presepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan yang disebut

(25)

dengan norma subjektif, ketiga adala Kontrol perilaku yang ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku, Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi intensi. Semakin positif sikap individu terhadap suatu objek sikap maka akan semakin tinggi intensinya untuk melakukan suatu tindakan.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap data penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Artinya bahwa semakin positif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok maka semakin tinggi pula intensi untuk berhenti merokok, begitu pula sebaliknya, semakin negatif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok maka semakin rendah intensi untuk berhenti merokok.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis maka dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Artinya bahwa semakin positif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, akan tinggi pula

(26)

kecenderungan untuk berhenti merokok. Begitu pula sebaliknya semakin negatif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok maka semakin rendah kecenderungan untuk berhenti merokok. Sumbangan efektif sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok adalah 57,3 %

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin mengemukakan saran:

1. Bagi Subjek Penelitian

Intensi berhenti merokok dapat dimulai dari sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, yaitu dengan mendukung pesan-pesan kesehatan yang tertera pada label maka dorongan untuk berhenti merokok akan lebih besar.

2. Bagi Pemerintah dan LSM

1. Dengan menggalakan penyuluhan untuk mengubah sikap yang tidak mendukung label peringatan bahaya merokok akan membuat para konsumen rokok lebih terdorong untuk berhenti merokok

2. Dengan mencantumkan gambar orang yang sakit karena rokok pada label peringatan bahaya merokok, sehingga para konsumen rokok akan dapat melihat secara visual rokok yang dihisapnya, dan akan lebih lebih terdorong untuk berhenti merokok.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia. Edisi kedua. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. --- 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. --- 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka pelajar Ancok, J. 1987. Tehnik penyusunan skala pengukuran. Yogyakarta. LP

Kependudukan UGM.

Bashori, M. 2005. Hubungan Persepsi terhadap Resiko Bahaya Merokok yang Tertulis pada Label Peringatan Pemerintah pada Kemasan Rokok dengan Intensi Berhenti Merokok. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Tidak diterbitkan.

Bandura, A. 1986. Social Foundation of Tought and Action A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall. Inc. Wrightsman and Deaux. Chaplin, J.P.. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Rajawali Pers.

Fishbein, M. and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behaviour. An Introduction to Theory and Research. Sydney : Addison Wesley Publising Company.

Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Eresco.

Hadi, S. 1987. Metodologi Research. Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Miol. Rokok sebabkan 57 Orang Meninggal Per tahun. Media Indonesia Online, 26 Mei 2003

Kusmana, D. 2003. Rokok dan Kesehatan Jantung. Pusat Jantung Harapan Kita. Tidak diterbitkan.

Mar’at, 1982. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta. Ghalia Indonesia

Nainggolan, R.A, 2001. Anda Mau Berhenti Merokok Pasti Bisa. PO.Box 1188. Bandung. Indonesia Publising House.

(28)

Republika. Rokok Jadi Pembunuh Nomor Satu. Republika. 1 April 2003 Semin, R and Fiedler, K. Applied Social Psychology (The Theory Of Planned

Behaviour). London, Thousand Oaks. New Delhi. SAGE Publications Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta. Penerbit Andi

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, adalah data yang terkait dengan kebijakan DPPKAD Kabupaten Semarang, yang tekait dengan

SMA N 1 Depok sudah memiliki ruang khusus untuk bimbingan dan konseling yang tentunya sangat mendukung keterlaksanaan proses bimbingan konseling personal peserta

Hasil kajian menunjukkan bahawa keempat-empat pusat pendidikan awal kanak-kanak tersebut melaksanakan pendidikan awal kanak-kanak yang bersesuaian dengan asas-asas pendidikan

Faridatul Lailia, Mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2015 yang berjudul “Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengasuhan

Tujuan dari penelitian ini untuk menguji dan menganalisis : (1) pengaruh model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Program GeoGebra dan Discovery Learning

(6) Pengambilalihan kewenangan Perizinan Berusaha oleh menteri teknis atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, dilakukan

teknologi informasi dengan menggunakan sebuah indeks yaitu Indeks Keamanan Informasi (KAMI) yang terdiri dari tata kelola keamanan informasi, pengelolaan resiko,

Pada tahun 2004, kestabilan ekonomi makro tetap terjaga, kepercayaan interna- sional semakin meningkat, agenda ekonomi didefinisikan dengan jelas, dan kemampuan kelembagaan