• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP PESAN BAHAYA MEROKOK DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Surabaya Terhadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” Dalam Iklan Rokok).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP PESAN BAHAYA MEROKOK DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Surabaya Terhadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” Dalam Iklan Rokok)."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Merokok “Merokok Membunuhmu” dalam Iklan Rokok)

S K R I P S I

Oleh :

DWI J AYANTI INDAH PERMATA

NPM. 0843010197

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh :

DWI J AYANTI INDAH PERMATA

NPM. 1243215025

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi.

Menyetujui,

PEMBIMBING

J uwito. S.Sos, M.Si.

NPT. 3 6704 95 0036 1

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Supar wati, MSi

(3)

Oleh :

DWI J AYANTI INDAH PERMATA NPM. 0843010197

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 9 Mei 2014

Pembimbing

J uwito. S.Sos., M.Si. NPT. 3 6704 95 0036 1

Tim Penguji

1. Ketua

J uwito. S.Sos., M.Si. NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Sekr etaris

Dra. Diana Amalia, M.Si. NIP. 1964122519902001

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, M.Si., M.Ed. NPTY. 373 05 99 0170 1

Mengetahui,

(4)

hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “SIKAP REMAJ A SURABAYA TERHADAP PESAN BAHAYA

MEROKOK DI MEDIA TELEVISI” dengan baik. Penulis juga mengucapkan

terima kasih sebesar – besarnya kepada Bapak Juwito, S.sos, Msi. selaku dosen

pembimbing yang selama ini dengan baiknya memberikan masukan dan arahan

hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak

terkait dalam proses pengerjaan skripsi hingga skripsi dapat terselesaikan, pihak

terkait antara lain :

1. Bapak Prof. DR. Ir. H. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. selaku Dekan Fisip – Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si. selaku Wakil Dekan Fisip – Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Seluruh dosen – dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan

(5)

yakin itu caranya untuk menyampaikan dukungan. Terima Kasih untuk

segala cinta dan kasih. I Love You All.

7. My Sweetest Family, Mbah Kakung, Om Aris, Mbak Pri, Bu dhe Hari.

Terima kasih semangat, sayang dan doa kalian semua.

8. My Best Friend In The World, Mbak Dian dan si kecil Yayo, Widha, Icha,

Vita, Team Power Rangers, terima kasih untuk dukungan dan waktu yang

menyenangkan. Terima kasih untuk tawa di tiap saat. Untuk Anisatus,

Indri, Novia, Sani, Vena, Mas Sigit, Fiddien, Pipit, Rendy, Mas Luthfi,

Mas Lana, terima kasih untuk bantuan dan note semangatnya, terima kasih

karena selalu diingatkan untuk fokus.

9. Teman-teman seperjuangan dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak

mungkin untuk disebutkan satu persatu, terima kasih bersedia berbagi ilmu

dalam proses pengerjaan skripsi ini, juga untuk semangat, sayang dan doa

kalian semua.

Penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan dari skripsi

ini. Penulis berharap kritik dan saran membangun bagi skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman jurusan Ilmu Komunikasi

dan semua pihak, khususnya bagi penulis. Terima Kasih.

Surabaya, 27 Februari 2014

(6)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ... 14

(7)

2.2.2.1 Karakteristik Media Televisi ... 17

2.2.2.2 Fungsi Media Televisi ... 20

2.2.2.3 Televisi Sebagai Media Periklanan ... 22

2.2.3 Iklan ... 25

2.2.3.1 Fungsi Iklan ... 27

2.2.3.2 Jenis Iklan ... 28

2.2.3.3 Ruang Lingkup Iklan ... 29

2.2.3.4 Pesan Iklan ... 30

2.2.3.5 Iklan Produk ... 32

2.2.4 Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok ... 32

2.2.5 Masyarakat Surabaya ... 34

2.2.6 Teori S – O – R ... 37

2.2.7 Teori Reasoned Action Theory ... 38

(8)

3.2 Definisi Operasional ... 43

3.2.1 Sikap Remaja di Surabaya Terhadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” di Media Televisi ……….…..…... 44

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel …………... 48

3.3.1 Populasi ... 48

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5 Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……….. 53

4.1.1 Gambaran Umum Remaja Surabaya……….. 53

4.1.2 Gambaran Umum Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” di Televisi ..… 54

(9)

4.2.1.2. Pendidikan Terakhir Responden ………….. 58

4.2.1.3. Penggunaan Media ………... 59

4.2.1.4. Durasi Responden Menonton Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” di Televisi ………...… 59

4.2.1.5. Frekuensi Responden Menonton Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” di Televisi ….… 60 4.3 Sikap Kognitif, Afektif dan Konatif Remaja terhadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok Merokok Membunuhmu” di Media Televisi ……….……..…… 61

4.3.1 Aspek Kognitif ………...…... 61

4.3.2 Aspek Afektif ……….... 71

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………. 91

5.2 Saran ………. 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(11)

Remaja Ter hadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok

Membunuhmu” dalam Iklan Rokok)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap remaja di

Surabaya terhadap pesan peringatan kesehatan bahaya merokok “Merokok

Membunuhmu” dalam tayangan iklan di televisi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model S-O-R. Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposif sampling dan didapatkan jumlah

responden sebanyak 100 orang remaja berusia 18-21 tahun di Surabaya.

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang

disebarkan dapat disimpulkan bahwa sikap remaja di Surabaya terhadap pesan

peringatan kesehatan bahaya merokok “Merokok Membunuhmu” di televisi

adalah netral. Mereka mengerti mengenai informasi yang disampaikan oleh pesan

tersebut dan paham mengenai dampak dari perilaku merokok, namun belum

memutuskan apakah akan menghentikan perilaku merokok.

(12)

xv

Against The Warnings Message of The Danger by Smoking Cigar ette on

Television (Quantitative Descriptive Study of Youth Attitudes Against

Warnings Message of The Danger by Smoking Cigarette “Smoking Cigar ette

Kills You” on Cigarette Adver tisement)

The purpose of this research is to know how the youngs attitude for the

warnings message of the danger by smoking cigarette “smoking cigarette kills

you” that written on the back of a label on a cigarette packet and the impression of

the cigarette advertisement on the television.

In this research, the authors used S-O-R theory. The methods that used is

deskriptive quantitative research methods, sampling technique that used is

purposive sampling with total respondent 100 young people age between 18-21

years old in Surabaya.

The result of the research are the young people attitude of the warning

message of the danger by smoking cigarette “smoking cigarette kill you” in the

television is neutral. They knew about the information based on the massage and

understood about the impact from the smoking behavior, but they still have not

decided to stop the smoking behavior.

Keyword : Attitude, Young, Warning Message of The Danger by Smoking

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dunia informasi yang tidak terbatas di zaman seperti sekarang ini

membuat masyarakat menelan apapun informasi yang diterimanya. Pengemasan

isi pesan yang begitu beragam dan kreatif juga menjadi salah satu faktor yang

membuat masyarakat tidak dapat menghindari terpaan informasi dari media yang

ada.

Salah satu industri yang memanfaatkan media massa dengan baik untuk

pemasaran produknya adalah industri rokok. Perkembangan industri rokok

berkembang pesat di Indonesia melalui beragam strategi pemasaran, termasuk

dengan menggunakan media massa sebagai media penyampai informasi.

Sejak pertama kali dikenal di Indonesia pada tahuan 1800-an,

pertumbuhan industri rokok terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Dimulai oleh jenis rokok kretek yang beredar di Kudus, kini telah banyak merk

dan macam produk rokok yang beredar di pasaran.

Industri rokok menjadi besar di Indonesia karena beragam alasan. Akses

masyarakat untuk mendapatkan rokok tidak terbatas, siapapun dapat membeli

rokok yang dijual bebas di pasaran. Promosi rokok juga mengambil peran penting

dalam kemajuan industri rokok. Terpaan iklan rokok yang gencar melalui media

(14)

ingin mencoba. Terlebih belum adanya peraturan yang secara tegas membatasi

konsumsi rokok bagi masyarakat. (www.indonesiabebasrokok.org diunduh 8

Januari 2014)

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan sumber daya

masyarakat yang berkualitas terutama dari generasi muda. Karena itu, terus

meningkatnya jumlah perokok tiap tahunnya terutama dari generasi muda

menimbulkan kekhawatiran. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr.

Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE dalam peringatan hari

tembakau sedunia menyampaikan lebih dari 200.000 jiwa meninggal setiap tahun

akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok.

Dengan banyaknya jiwa meninggal tiap tahunnya akibat rokok, bukannya

membuat jumlah perokok berkurang namun dari tahun ke tahun justru bertambah.

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk sebanyak 1,49% setiap

tahunnya dan 28% diantaranya merupakan perokok aktif. Ironisnya, perokok di

Indonesia bukan hanya dari kalangan dewasa, melainkan juga anak-anak dan

remaja. Sebagian besar konsumen tembakau mengalami ketergantungan obat

sebelum usia 20 tahun. (www.health.liputan6.com diunduh 8 Januari 2014)

Menurut data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(P2PL) Kemenkes, saat ini Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah

perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India sekitar

(15)

perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat. Berdasarkan data BKKBN,

di tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 253 juta jiwa.

Dari jumlah penduduk tersebut, sebanyak 70 juta jiwa adalah perokok aktif, dan

sebanyak 39,5% merupakan perokok di usia remaja, sehingga didapatkan jumlah

perokok remaja adalah 27 juta jiwa. Tingginya jumlah perokok aktif tersebut

berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap rokok orang lain

(second hand smoke/ perokok pasif).

Fakta ini menghawatirkan mengingat kandungan dalam rokok yang

berbahaya. Setiap satu batang rokok dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan

kimia seperti: gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide,

ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol,

coumarine, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain - lain. Secara umum

bahan-bahan ini dapat dibagi dua golongan besar yaitu komponen gas dan padat

atau partikel, sedangkan komponen partikel dibagi dua yaitu nikotin dan tar. Tar

adalah kumpulan bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker (karsinogen).

Nikotin adalah suatu bahan aditif, bahan yang dapat membuat orang menjadi

ketagihan dan menimbulkan ketergantungan. Bahan bahan kimia itulah yang

kemudian akan menimbulkan penyakit jika menghisap asapnya. Setiap golongan

penyakit berhubungan dengan bahan tertentu. Kanker paru dihubungkan dengan

kadar tar dalam rokok, penyakit jantung dihubungkan dengan gas karbon

monoksida, nikotin dan lain-lain. Makin tinggi kadar bahan berbahaya semakin

besar kemungkinan seseorang menjadi sakit jika mengihisap rokok. Di banyak

(16)

lainnya di setiap bungkus rokok. Yang menjadi masalah adalah rokok Indonesia

mempunyai kadar tar dan nikotin yang lebih tinggi daripada rokok-rokok produksi

luar negeri. (http://rspp.co.id diunduh 12 Januari 2014)

Bahaya rokok bukan hanya dapat dirasakan oleh perokok aktif, melainkan

juga oleh lingkungan disekitarnya. Rokok yang terbakar menghasilkan asap

sampingan sejumlah dua kali lebih banyak daripada asap utama, karena asap

sampingan hampir terus menerus keluar selama rokok dinyalakan, sementara asap

utama baru akan keluar kalau rokok diisap. Satu batang rokok yang dinyalakan

akan menghasilkan asap sampingan sekitar 10 menit sedangkan asap utama

kurang dari 1 menit. Sangat penting diketahui dan perlu mendapat perhatian yaitu

kadar bahan berbahaya ternyata lebih tinggi pada asap sampingan daipada asap

utama dua sampai 5 kali lebih tinggi. Jadi perokok pasif menerima akibat buruk

dari kebiasaan merokok orang disekitarnya. Menurut data Badan Pusat Statistik

tahun. 2013, di Surabaya terjadi peningkatan penderita Infeksi akut pernapasan

atas dibandingkan dengan tahun 2012. Salah satu penyebab infeksi pernapasan

adalah paparan asap rokok.

Selain efek psikologis, kebiasaan merokok juga akan mengurangi

produktivitas, menimbulkan ketergantungan, serta menambah beban negara.

(www.health.kompas.com diunduh 8 Januari 2014) Hal ini tentu merugikan jika

banyak pengguna rokok berasal dari kalangan remaja. Sebagai generasi penerus

bangsa, remaja seharusnya dipersiapkan dengan baik secara fisik dan psikis untuk

(17)

kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari

lingkungannya, begitu juga dengan faktor psikologis remaja.

Ketua ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Widyastuty Soerojo pada

lokakarya “Understanding Tobacco Industry Throught Their Own Top secret

Document tahun 2008 di Jakarta, mengatakan industri rokok memanfaatkan

karakteristik remaja, ketidaktahuan konsumen dan ketidakberdayaan mereka yang

sudah kecanduan rokok. Iklan rokok menawarkan citra seorang perokok sebagai

seorang yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain

sebagainya, sehingga remaja tertarik untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari

bahayanya.

Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan

independensi, dan berontak dari norma-norma, dimanfaatkan para pelaku industri

rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah tertangkap mata

dan telinga, serta menantang. Usia remaja (12-21 tahun) masih dalam tahapan

mencari jati diri, ingin menjadi sama dengan lingkungan di sekitarnya. Para

remaja ini cenderung pula ingin tampil keren, untuk menarik perhatian agar ia

mendapatkan tempat di komunitasnya. Media Awareness Network

menggambarkannya sebagai kecenderungan untuk menggali profil diri yang

sempurna dan menarik. Karakter remaja ini yang dimanfaatkan oleh industri

rokok dalam menciptakan bentuk promosi yang sesuai dengan yang dibutuhkan

remaja. Monks (1999) membagi masa remaja menjadi tiga kelompok tahap usia

perkembangan, yaitu early adolescence (remaja awal) yang berada pada rentang

(18)

pada rentang usia 15 sampai 17 tahun, dan late adolescence (remaja akhir) yang

berada pada usia 17 sampai 21 tahun.

Strategi perusahaan rokok dalam memasarkan produknya adalah dengan

menampilkan iklan yang bersifat menggiring para anak muda menjadi perokok

pemula dengan menggunakan slogan-slogan yang ada dalam dunia remaja dan

generasi muda. Slogan-slogan ini tidak hanya gencar dipublikasikan melalui

berbagai iklan di media elektronik, cetak dan luar ruang, tetapi industri rokok

sudah masuk pada tahap pemberi sponsor setiap event anak muda. Semua

perusahaan tembakau besar di Indonesia memberikan sponsor pada kegiatan olah

raga, acara remaja dan konser musik. Selain itu juga dengan membuat kemasan

rokok menggunakan ikon-ikon remaja, dan menjadikan idola remaja sebagai

bintang iklan. Akibatnya remaja Indonesia sangat terpengaruh oleh iklan rokok

yang mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Pemberian

sponsor serta promosi melalui berbagai kegiatan merupakan komponen kunci

dalam strategi industri tembakau untuk merangkul para remaja. (Gatra, 2004)

Promosi rokok yang selama ini beredar di media massa cenderung

menawarkan gambaran sesuai yang diinginkan para remaja. Dalam promosinya,

rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan merokok dengan rendah

kadar Tar dan Nikotin, serta adanya slogan yang selalu segar bagi para remaja

misalnya tema “Bukan Basa Basi” versi “Kalau benda bisa ngomong”, “Silahkan

Bicara” yang dikutip dengan gambar mulut yang tertutup plester. Slogan tersebut

(19)

keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang dewasa.

(Purwaningwulan, 2007)

Iklan secara tidak disadari sangat mempengaruhi sikap hidup manusia

yang menerimanya. Sejak awal telah diduga bahwa periklanan mampu

menumbuhkan perilaku konsumtif berlebihan terhadap suatu produk tertentu,

sampai pada penyimpangan perilaku yang kurang sesuai (berbeda sama sekali)

dengan perilaku umum masyarakat disekitarnya. Atau dengan kata lain, iklan

yang disiarkan melalui media massa dapat mempengaruhi, dalam arti membawa

dampak yang positif maupun negatif terhadap kehidupan budaya masyarakat.

Dampak tersebut dapat terlihat dalam perubahan sikap, perilaku, kepercayaan,

nilai-nilai, maupun gaya hidup yang melingkupi masyarakat. (Liliweri, 1992:100)

Melihat bagaimana rokok mengakibatkan bahaya yang kompleks dan

bagaimana media promosi rokok sangat mempersuasi masyarakat terutama remaja

sebagai perokok pemula, maka pemerintah tidak tinggal diam. Melalui Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 (PP no. 19 Th. 2003)

tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, pemerintah menetapkan peningkatan

cukai rokok, pembatasan jam tayang bagi iklan rokok, pemberlakuan aturan

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) serta peringatan kesehatan di kemasan rokok.

Dalam peraturan tersebut, tulisan peringatan kesehatan yang harus dicantumkan

dalam kemasan rokok berupa ‘merokok dapat menyebabkan kanker, serangan

jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin’. Selain itu, melalui

peraturan tersebut juga telah ditetapkan jam tayang untuk iklan rokok, yaitu hanya

(20)

Iklan rokok sendiri sudah tidak mewujudkan bentuk rokok, namun bukan berarti

ide kreatif dari para desainer iklan rokok berhenti.

Namun kebijakan tersebut ternyata tidak berdampak efektif sesuai

dengan harapan pemerintah untuk menekan jumlah perokok pemula. Terlihat dari

semakin bertambahnya jumlah perokok pemula sejak peraturan tersebut efektif

dilaksanakan. Menurut hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas), tercatat pada tahun 2001 prevalensi perokok usia

10-14 tahun sebanyak 9,5%. Namun pada tahun 2010 meningkat hingga 17,5%.

(www.lensaindonesia.com diunduh 12 Januari 2014). Walaupun menurut survei

yang sama, setengah responden melaporkan bahwa bagian yang paling mereka

ingat dalam iklan rokok adalah peringatan tentang bahaya rokok terhadap

kesehatan.

Sekalipun telah dilakukan pembatasan terhadap jam tayang dan materi

iklan televisi, strategi pemasaran perusahaan rokok tetap selangkah jauh lebih

maju dibanding peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Bukan hanya melalui

iklan media massa, perusahaan rokok juga menyasar remaja sebagai pasar melalui

berbagai kegiatan. Perusahaan rokok melalui program CSR (Corporate Social

Responsibility) mendanai berbagai kegiatan remaja, olahraga, pendidikan,

keagamaan, dan kepemudaan yang menimbulkan persepsi positif di masyarakat.

Banyak kegiatan yang mendukung pembinaan remaja yang didanai oleh

perusahaan rokok, diantaranya adalah Djarum Indonesia Open yang membentuk

(21)

program beasiswa Djarum yang memberikan dana pendidikan bagi mahasiswa

yang memenuhi syarat, LA Lights Concerts, dan masih banyak lagi.

Untuk mengimbangi gencarnya marketing industri rokok dalam

memasarkan produknya, dan untuk tetap melindungi masyarakat dari bahaya tidak

langsung rokok, pemerintah mengeluarkan peraturan baru. Melalui Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 (PP no. 109 Th. 2012)

tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau

bagi kesehatan. Pemerintah menekankan pembatasan kepada perokok pemula.

Dalam PP no. 109 Th. 2012 dicantumkan kewajiban bagi perusahaan rokok untuk

tidak hanya mencantumkan peringatan bahaya merokok, namun juga menyertakan

konten gambar dalam setiap bungkus rokok yang beredar. Konten gambar tersebut

merupakan visualisasi efek dari rokok. Rencananya akan ada lima gambar yang

sudah dipersiapkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu gambar

kanker mulut, orang merokok dengan asap membentuk tengkorak, kanker

tenggorokan, orang merokok dengan anak di dekatnya, dan yang terakhir

visualisasi kanker paru-paru dan bronkitis. Selain konten gambar, untuk

menegaskan larangan merokok bagi anak di bawah umur, dicantumkan juga

simbol 18+ di kemasan maupun media publikasi rokok.

Penerapan pencantuman konten peringatan bahaya merokok dengan

visualisasi seperti tertera dalam PP no. 109 Th. 2012 telah diterapkan di banyak

negara. Australia, Malaysia, Thailand, dan Singapura telah mencantumkan

gambar dampak merokok di kemasan dan publikasi rokok. Thailand bahkan

(22)

meskipun tidak menurun. Artinya tidak ada perokok baru terutama yang berusia

muda. (www.kompasiana.com diunduh 4 januari 2014)

PP no. 109 Th. 2012 resmi berlaku mulai Juni 2014. Namun sejak Januari

2014, industri rokok telah melakukan penyesuaian dan perubahan kata-kata

peringatan di berbagai media publikasi, baik di media cetak maupun elektronik.

Perubahan yang dimaksud adalah tulisan peringatan kesehatan yang sebelumnya

berupa ‘merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan

gangguan kehamilan dan janin’ menjadi ‘Rokok Membunuhmu’ dengan disertai

visual seorang laki-laki dewasa yang sedang merokok dan asap rokok yang

dihembuskan membentuk gambar tengkorak, di sebelah kiri, dan simbol 18+ di

sebelah kanan.

Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama selaku Direktur Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI,

peringatan bahaya merokok yang ditulis di kemasan rokok maupun iklan rokok

sengaja ditampilkan bukan untuk para perokok. Peringatan bahaya merokok itu

sejatinya ditujukan kepada anak-anak atau orang yang ingin merokok agar mereka

tidak mencoba. Diharapkan dengan adanya iklan yang bernada keras dan

gambar-gambar menyeramkan yang diakibatkan oleh rokok akan membuat anak-anak

takut dan tidak ingin mencoba rokok, sedangkan perokok pemula diharapkan

untuk berhenti jika sudah tahu akibatnya. (www.ipmg-online.com diunduh 19

desember 2014)

Dari uraian di atas, maka peneliti melihat adanya fenomena yang menarik

(23)

menginformasi dan mengedukasi mengenai bahaya merokok melalui peraturan

yang mewajibkan produsen rokok untuk mencantumkan ilustrasi dan peringatan

bahaya merokok, bisa menjadi sumber informasi yang berpengaruh pada sikap

perokok pemula maupun yang baru ingin mencoba merokok, khususnya remaja.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap remaja Surabaya

terhadap pesan peringatan bahaya merokok yang ditampilkan dalam iklan produk

rokok di media televisi.

Penelitian ini menggunakan teori S-O-R dan didukung oleh Reasoned

Action Theory yang dapat menjelaskan bagaimana pesan peringatan kesehatan di

media televisi dapat menyebabkan respon kognitif, afektif dan konatif bagi

pemirsanya. Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja berusia

18-21 tahun. Hal ini selain berdasar pada teori tentang remaja, juga berdasar pada

PP no. 109 Th. 2012. Alasan dipilihnya remaja 18-21 tahun : Pertama, sasaran

utama dari pesan peringatan kesehatan “Merokok Membunuhmu” adalah remaja.

Kedua, karena remaja dalam rentang umur tersebut termasuk remaja masa akhir

yang sudah memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional dan sosial

(Sarwono, 2004 : 14).

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti dapat merumuskan

permasalahan penelitian ini, yaitu : Bagaimana Sikap Remaja di Surabaya

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

peneliti ingin mengetahui :

1. Bagaimanakah sikap remaja Surabaya terhadap isi pesan peringatan

kesehatan “Merokok Membunuhmu” yang dipublikasikan melalui

iklan rokok di media televisi.

2. Apakah pesan peringatan kesehatan “Merokok Membunuhmu” efektif

menekan keinginan remaja untuk merokok

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian Ilmu

Komunikasi, khususnya dapat dijadikan dasar pengembangan penelitian

serupa dan sebagai informasi terhadap pihak lain di masa-masa

mendatang.

1.4.2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan

masyarakat pada umumnya dan remaja pada khususnya mengenai dampak

rokok bagi kesehatan. Selain itu juga untuk memberikan kontribusi kepada

instansi terkait mengenai efek pesan peringatan “Merokok Membunuhmu”

(25)

2.1. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian, penulis menemukan Jurnal penelitian yang

bisa digunakan sebagai bahan referensi menyusun penelitian. Dari penelitian

terdahulu yang berjudul “Sikap Remaja Sur abaya Terhadap Gambaran

Laki-Laki dalam Iklan L-Men Ver si Gain Mass 2012” oleh Rudy Chandra. Jurnal

vol I. NO. 3 TAHUN 2013 tersebut diterbitkan oleh Universitas Kristen Petra,

Surabaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap remaja Surabaya

terhadap gambaran laki-laki dalam iklan L-Men versi Gain Mass 2012. Subjek

penelitian dalam jurnal ini adalah sebanyak 100 responden. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan sikap netral. Metode yang

digunakan penulis dalam penelitian tersebut adalah metode survey dengan tehnik

kuesioner dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang

menjelaskan sampai pada perubahan sikap. Gambaran laki-laki dalam iklan ini

meliputi tubuh atletis, riasan tertentu, dan aktifitas di luar yang disukai wanita.

Dalam penelitian lainnya yang berjudul “Sikap Masyarakat Sur abaya

Mengenai Iklan Dancow Versi ‘Dokter Kecil’ di Televisi” oleh Michelle

Virginia. Jurnal vol I. NO. 3 TAHUN 2013 tersebut diterbitkan oleh Universitas

Kristen Petra, Surabaya. Latar belakang penelitian ini adalah iklan Dancow Versi

Dokter Kecil memberikan pesan tentang perhatian dan perbaikan gizi melalui

(26)

Indonesia untuk turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.

Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat

menerima dengan baik iklan yang mengandung informasi positif. Sebanyak 100

responden yang berasal dari masyarakat Surabaya menunjukkan sikap positif

mengenai pesan dalam iklan Dancow tersebut. Jenis penelitian yang digunakan

adalah deskriptif kuantitatif, tehnik penarikan sampel menggunakan non

probability sampling. Dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan bahwa

informasi dapat efektif disampaikan melalui iklan dengan cara yang cerdas.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian dan Deskr ipsi Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan,

perasaan-perasaan, dan kecenderunan untuk bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah

evaluatif terhadap objek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana

seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan

peneliti dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Dewasa ini banyak psikolog sosial

berasumsi bahwa, diantara faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya.

(Van Den Ban dan Hawkins,1999:106-107)

Menurut Schifman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa sikap adalah

ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah senang atau tidak

(27)

Objek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu dan

lain-lain.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi dan merasa

dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku

tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu

terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun

kelompok. (Sobur,2003:361)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar.

Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu

bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan,

komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang.

(Sobur,2003:362)

2.2.1.1. Komponen Sikap

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interlasi dari berbagai

komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga yaitu :

a. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,

keyakinan dan pendapat yang dimilik seseoarang tentang objek sikapnya.

Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada

rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluative yang dimiliki

seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap

(28)

b. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan

rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluative yang berhubungan

erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimiliki.

c. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap

lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan menentang,

melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.

Apabila ketiga komponen ini dihubungkan dengan tujuan komunikasi

yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi) yang disampaikan oleh

komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu

pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan

seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada

apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini

berkaian dengan tranmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau

informasi.

b. Dampak Afektif

Dampak afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya

(29)

c. Dampak Konatif

Dampak konatif merujuk pada behavioral atau perilaku nyata yang dapat

diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan

berperilaku. (Rahmat, 2005:219)

2.2.2. Pengertian dan Deskr ipsi Media Televisi

Televisi merupakan tek sistem penyiaran gambar objek yang bergerak

disertai dengan suara, melalui kabel atau satelit, menggunakan alat yang merubah

gambar dan bunyi menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi

berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar pada tabung kaca

(Dagun, 2006: 1109).

Menurut Soerjokanto (2003:24), Televisi merupakan sistem elektronik

yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel

atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara

ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya

yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.

2.2.2.1. Karakteristik Media Televisi

Media Televisi memiliki ciri berbeda dari media yang lain. Menurut

Wahyudi (1986:3-4), karakteristik media televisi adalah :

1. Bersifat Tidak Langsung

Televisi adalah satu jenis dan bentuk media massa yang paling

(30)

dilihat dari segi investasi yang ditanamkan. Televisi sangat bergantung

pada kekuatan peralatan elektronik yang sangat rumit. Inilah yang disebut

media teknis. Sebagai contoh, tanpa listrik, siaran televisi tak mungkin

bisa diudarakan dan diterima pemirsa di mana pun. Investasi yang harus

dikeluarkan untuk mendirikan erbuah stasiun televisi komersial, yang

dikelola secara professional dengan lingkup nasional, mencapai ratusan

miliar rupiah.

Sifat padat teknologi dan padat modal inilah yang menyebabkan

televisi sangat kompromistik dengan kepentingan pemilik modal serta

nilai-nilai komersial arus kapitalisme global. Salah satu eksesnya, bahasa

televisi tidak jarang tampil vulgat. Sarat dengan dimrnsi kekerasan dan

sadism, atau bahkan terjebak dalam eksploitasi seks secara vulgar.

Kecaman demi kecaman pun terus mengalir dari public yang peduli masa

depan bangsa.

2. Bersifat Satu Arah

Siaran televisi bersifat satu arah. Kita sebagai pemirsa hanya bisa

menerima berbagai program acara yang sudah dipersiapkan oleh pihgak

pengelola televisi. Kita tidak bisa menyela, melakukan interupsi saat itu

agar suatu acara disiarkan atau tidak disiarkan.

Menurut teori komunikasi massa, kita sebagai khalayak televisi

bersifat aktif dan selektif. Jadi meskipun siaran televisi bersifat satu arah,

tidak berarti kita pun menjadi pasif. Kita aktif mencari acara yang kiya

(31)

ditayangkan. Tetapi kehadiran alat ini pun, tidak serta-merta mengurangi

tingkat kecemasan masyarakat, terutama kalangan pendidik, budayawan,

dan agamawan.

3. Bersifat Terbuka

Televisi ditujukan kepada masyarakat secara terbuka ke berbagai

tempat yang dapat dijangkau oleh daya pancar siarannya. Artinya, ketika

siaran televisi mengudara, tidak ada lagi apa yang disebut pembatasan

letak geografis, usia biologis, dan bahkan tingkatan akademis khalayak.

Siapa pun dapat mengakses siaran televisi. Di sini khalayak televisi

bersifat anonym dan heterogen.

Karena bersifat terbuka, upaya yang dapat dilakukan para

pengelola televisi untuk mengurangi ekses yang timbul adalah mengatur

jam tayang acara.

4. Publik Tersebar

Khalayak televisi tidak berada di suatu wilayah, tetapi terserbar di

berbagai wilayah dalam lingkup local, regional, nasional, dan bahkan

internasional. Kini, di Indonesia tumbuh subur stasiun televisi local yang

siarannya hanya menjangkau suatu kota, atau paling luas beberapa kota

dalam radius puluhan km saja dari pusat kota yang menjadi fokus wilayah

siarannya itu. Di Bandung saja, terdapat tiga stasiun televisi lokal. Dalam

perspektif komersial, publik tersebar sangat menguntunkan bagi para

pemasang iklan. Untuk televisi komersial, iklan adalah darah dan urat nadi

(32)

5. Bersifat Selintas

Pesan-pesan televisi hanya dapat dilihat dan didengar secara

sepintas siarannya tidak dapat dilihat dan dedengar ulang oleh pemirsa

kecuali dalam hal-hal khusus seperti pada adegan ulang sercara lambat,

atau dengan alat khusus seperti perekam video cassette recorder (VCR).

Sifatnya yang hanya dapat dilihat sepintas ini, sangat memengaruhi

cara-cara penyampaian pesan. Selain harus menarik, bahasa pesan yang

disampaikan televisi harus mudah dimengerti dan dicerna oleh khalayak

pemirsa tanpa menimbulkan kebosanan.

2.2.2.2. Fungsi Media Televisi

Dalam kapasitasnya sebagai media massa, pada dasarnya televisi memiliki

4 (empat) fungsi sosial sebagaimana yang diungkapkan Wilbur Schramm, yakni

fungsi memberikan pener angan (informasi), pendidikan, mempengaruhi dan

mengisi waktu luang atau senggang (Williams, 1989:15).

Era industri televisi seperti saat ini, di mana hampir seluruh masyarakat

tidak dapat lepas dari terpaan media, khususnya televisi, maka pada dasarnya para

pengelolah media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan

gambaran realitas dari kenyataan yang sebenarnya. Sehubungan dengan ini, Denis

McQuail dalam buku Mass Communication Theory (1994:65-66) menjelaskan 6

(enam) kemungkinan yang berhubungan dengan peran media yang berhubungan

(33)

1. Sebagai jendela (a window on events and experiences), yang

membukakan cakrawala kita mengenai berbagai hal di luar diri kita

tanpa campur tangan dari pihak lain. Dengan kata lain, dalam hal ini

realitas disampaikan apa adanya kepada publik/masyarakat.

2. Sebagai cermin (a mirror of events in society and the world implaying

a faithful reflection), dari berbagai kejadian disekitar kita. Isi media

pada dasarnya adalah pantulan dari berbagai peristiwa itu sendiri.

Dalam hal ini realitas media dipandang sebangun dengan realitas

sebenarnya.

3. Sebagai filter atau penjaga gawang (a filter or gatekeeper), yang

berfungsi menyeleksi realitas apa yang akan menjadi pusat perhatian

publik mengenai berbagai masalah atau berbagai aspek dalam sebuah

masalah. Di sini realitas media dipandang tidak utuh lagi.

4. Sebagai penunjuk arah, pembimbing atau penterjemah (a signpost,

guide or interpreter) yang membuat audiens dapat mengetahui dengan

tepat apa yang terjadi dari laporan yang diberikannya. Di sini realitas

pada dasarnya sudah didesain sedemikian rupa;

5. Sebagai forum atau kesepakatan bersama (a forum or platform), yang

menjadikan media sebagai wahana diskusi dan melayani perbedaan

pendapat atau feedback. Realitas di sini pada dasarnya sudah

merupakan bahan perdebatan untuk sampai menjadi realitas

(34)

6. Sebagai tabir atau penghalang (a screen or barrier) yang memisahkan

publik dari realitas yang sebenarnya. Dalam hal ini realitas yang ada di

media dinili bisa saja menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya.

2.2.2.3. Televisi Sebagai Media Periklanan

Televisi merupakan media untuk menyampaikan banyak hal kepada

masyarakat mulai dari hal-hal yang bersifat social, politik, hiburan, olahraga,

beragam berita sampai dengan iklan komersial. Televisi adalah salah satu media

iklan yang banyak digunakan oleh para produsen, karena televisi dipandang

paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya (Sumarwan, 2004 :

185)

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan

penyampaian pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan televisi

tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Disisi lain, pesan ditelevisi memiliki

kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam

gambar yang bergerak.

Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran

terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992 : 172). Televisi mempunyai daya

tarik yang disebabkan adanya unsur kata-kata, music, sound effect, dan memiliki

unsur visual berupa gambar (Effendy, 2000 : 177).

Keunggulan yang dimiliki televisi sebagai media iklan antara lain:

(35)

Televisi mampu menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas, baik

khalayak sasaran yang bias dijangkau media lain. Jangkauan missal ini

menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau tiap kepala.

2. Dampak yang Kuat

Keunggulan televisi lainnya adalah kemampuannya menimbulkan

dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan sekaligus pada

dua indera yang pengelihatan dan pendengaran.

3. Pengaruh yang Kuat

Televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi

persepsi khalayak sasaran, karena kebanyakan calon pembeli lebih

“percaya” pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi

daripada yang tidak sama sekali (Kasali, 1992 : 122)

Sebagai media periklanan, televisi juga memiliki beberapa masalah

khusus, diantaranya :

a. Biaya periklanan yang meningkat cepat.

b. Erosi penonton televisi dimana rekaman video, program sindikasi,

televisi kabel, internet dan alternative waktu senggang dan rekreasi

lainnya telah mengurangi jumlah orang-orang yang menonton televisi

jaringan.

c. Adanya audience francnalization atau terpecahnya penonton. Para

pengiklan tidak dapat mengharap untuk menarik penonton homogen

(36)

sekarang tersedia cukup banyak pilihan program bagi penonton

televisi.

d. Adanya zapping (peralihan dari satu saluran ke saluran lain) dan

zipping (iklan yang telah direkam dengan VCR ditampilkan dengan

cepat ketika penonton menyaksikan materi iklan yang pernah

ditayangkan sebelumnya). (Shimp, 2000 : 536-537)

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan

penyampaian pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari

televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Di sisi lain, pesan di televisi

memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat dilihat

dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan media yang

paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi

yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa

televisi mampi menabah daya tarik iklan dibanding media lain. Televisi juga

diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang

disampaikan (Kasali,1992,172)

Sebenarnya secara substansial televisi mempunyai posisi dan peranan yang

sama dengan media cetak dan radio. Hanya saja operasionalisasinya dalam

masyarakat menjadi sangat menentukan karena besar jangkauan yang dicapai.

Harold Laswell menyatakan sebagai berikut:

1. The survellaince of the environment, yaitu mengamati lingkungannya.

2. The correlation of the part of society in responding to the environment,

(37)

kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan

pada seleksi evaluasi dan intepretasi.

3. The transmission og the social heritage from one generation to the next,

yaitu menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi

selanjutnya.

Tentu saja ketiga fungsi di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya

memberikan penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara

sosiologis menjadi perantara untuk menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada

masyarakat. Dalam menyatakan sifat televisi, Jefkins mengungkapkan:

1. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali, dan mereka itu

tetap dapat mengambil manfaat sekalipun tidak bisa membaca.

2. Televisi dapat dipakai untuk mengajarkan banyak subjek dengan baik.

Akan tetapi, pengajaran itu akan lebih efektif bila diikuti dengan

diskusi dan aktifitas lain.

3. Televisi bersifat otoritatif dan bersahabat.

Dari sifat televisi seperti di atas dimungkinkan untuk menimbulkan

kecenderungan orang untuk menonton televisi, seperti disampaikan oleh Riza

Prambudi, karena (1) Televisi ada gambarnya, karena itu menjadikan lebih

dramatis, (2) Televisi seyogyanya lebih cepat, bahkan melalui siaran live, (3)

Televisi menuntun penonton, tidak usah memilih mana dulu yang harus dibaca.

2.2.3. Iklan

Menurut Klepper (1986) dalam Liliweri (1992:28) iklan / advertising

(38)

kepada pihak yang lain. Jika pengertian ini kita terima maka sebenarnya iklan

tidak ada bedanya dengan pengertian komunikasi yang satu arah. Menurut Bovee

(1976) yang mengemukakan bahwa iklan adalah suatu proses komunikasi, proses

pemasaran, proses social dan ekonomi, proses public relation yang semuanya

bergantung dari cara memandang kita. Wright mengemukakan bahwa iklan

merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat

penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan

layanan serta gagasan / ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi

yang persuasive (Liliweri, 1992:20)

Sedangkan definisi periklanan menurut Institusi Periklanan Inggris adalah

periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang di

arahkan kepada konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa

tertentu dengan biaya yang paling ekonomis (Jefkins, 1997: 23). Definisi standar

dari periklanan menurut Sutisna mengandung enam elemen yaitu:

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar.

2. Dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya

menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, tapi

juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai

perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan.

3. Periklanan merupakan upaya membujuk dan mempengaruhi

konsumen.

4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media

(39)

5. Periklanan memiliki sifat non personal (bukan pribadi).

6. Audience. Tanpa identifikasi audience yang jelas, pesan yang

disampaikan dalam iklan tidak akan efektif (Sutisna, 2003: 275-276).

Pembuatan program periklanan harus selalu dimulai dengan

mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima

keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yaitu:

1. Mission (misi): Apakah tujuan periklanan?

2. Money (uang): Berapa banyak yang dapat dibelanjakan?

3. Messsage (pesan): Pesan apa yang harus disampaikan?

4. Media (media): Media yang akan digunakan?

5. Measurement (pengukuran): Bagaimana mengevaluasi hasilnya?

(Kotler 2000: 578).

2.2.3.1. Fungsi Iklan

Seiring dengan menjamurnya penawaran-penawaran produk melalui

berbagai media maka konsumen juga dipermudah dalam memilih produk sesuai

dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Melalui iklan penyampaian pesan

dalam penjualan produk akan efektif. Terlebih lagi jika dalam tayangan iklan

tersebut ditampilkan tokoh yang sudah dikenal oleh public, sehingga public akan

semakin percaya kepada perusahaan. Dari tayangan iklan juga konsumen akan

mengenal, meningkat dan mempercayai produk yang akhirnya pada perusahaan.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menayangkan iklan dengan frekuensi

berulang-ulang, sehingga konsumen akan cepat mengenal, selalu ingat dan

(40)

Sementara itu, Jack Engel, 1980, menuliskan bahwa ada delapan fungsi

yang diharapkan dari kegiatan periklanan. Kedelapan fungsi tersebut yaitu:

1. Menciptakan dan mempertahankan citra baik bagi produk.

2. Menciptakan penjualan bagi pabrikan dan pedagang lokal.

3. Memperkenalkan penggunaan baru sebuah produk.

4. Memberikan informasi yang berharga bagi konsumen.

5. Memberikan penawaran, kupon dan sampel.

6. Menekankan merk dagang.

7. Menjaga dan memelihara ketertarikan konsumen pasca pembelian.

8. Menarik dealer dan distributor baru (Widyatama, 2007: 149-150).

2.2.3.2. J enis Iklan

Iklan memiliki banyak sekali jenis dan kategori, tergantung pada isi pesan

itu sendiri. Berbagai macam fungsi tersebut secara sederhana dapat dibagi dalam

beberapa kelompok, yaitu:

1. Iklan Informasi

Mengingat fungsi informasi yang dikandungnya, maka isi pesan dalam

iklan informasi cenderung lengkap. Bahkan tidak jarang semua

informasi yang berkaitan, disampaikan semua, sehingga sering pula

disebut dengan iklan teknik one stop informations.

2. Iklan Persuasif

Iklan ini di dalam isi pesannya menitikberatkan pada upaya

mempengaruhi khalayak untuk melakukan sesuatu sebagaimana

(41)

adalah mempengaruhi khalayak, maka bahasa yang digunakan dalam

pesan ini harus dirancang sedemikian rupa yang mampu membujuk

khalayak.

3. Iklan Pendidikan

Iklan ini menitikberatkan pada tujuan untuk mendidik khalayak, agar

khalayak mengerti atau mempunyai pengetahuan tertentu dan mampu

melakukan sesuatu. Iklan informasi sering pula berisi pesan yang

mendidik.

4. Iklan Hiburan

Iklan tersebut dibuat untuk keperluan hiburan semata. Tujuan pesan

iklan ini adalah menitikbertakan pada kemampuannya untuk

menghibur. Biasanya digunakan untuk memeriahkan festival

periklanan. Seringkali dijumpai dalam bentuk plesetan dalam

masyarakat kita (Widyatama, 2007: 133-134).

2.2.3.3. Ruang Lingkup Iklan

Secara umum, pembagian menurut para praktisi periklanan, ruang lingkup

iklan dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu iklan above the line

dan iklan below the line. Iklan above the line adalah media yang bersifat massa.

Massa yang dimaksud adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar, antara

satu sama lain tidak saling kenal dan menerpa pesan iklan secara serempak.

Beberapa media yang termasuk kategori above the line yaitu: surat kabar,

(42)

iklan below the line adalah iklan yang menggunakan media khusus. Media khusus

yang tergabung dalam below the line yaitu: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus

panel, bus stop, point of purchase (POP), stiker, shop sign, flayers, hanging

display dan sebagainya (Widyatama, 2007: 76).

2.2.3.4. Pesan Iklan

Secara parsial, pesan adalah informasi inti dari komunikasi, yang mana

pesan menyangkut apa yang dikomunikasikan, dalam suatu proses komunikasi

pihak-pihak yang terlibat komunikasi (pengirim dan penerima), akan

memanfaatkan atau pun berbagai pesan atau informasi (Haryani, 2000: 11).

Menurut B. Aubrey Fisher, 1978, mengemukakan tentang keberagaman

konsep pesan dalam iklan, antara lain adalah:

1. Sebagai isyarat yang disampaikan.

Pesan dipandang sebagai bentuk dan lokasi pikiran, verbalisasi dan

seterusnya, dalam diri individu. Pesan yang terdapat pada saluran di luar

sumber atau penerima dalam bentuk energi fisik, lebih cocok untuk

dipandang sebagai isyarat (signal). Pikiran disandi ke dalam isyarat,

isyarat dialih sandi ke dalam isyarat. Pikiran disandi ke dalam isyarat,

begitu sebaliknya. Atau, dinyatakan dengan cara lain, pesan disandi ke

dalam isyarat: isyarat disandi ke dalam pesan.

2. Sebagai bentuk struktural.

Pesan sebagai proses penyandian stimulant verbal, fisik dan vokal pesan

(43)

3. Sebagai pengaruh sosial.

Pesan secara inheren mempengaruhi atau menimbulkan efek pada para

peserta dengan cara tertentu dan sampai taraf tertentu pula.

4. Sebagai penafsiran.

Pesan sebagai penafsiran lambang atau stimulant sebagai suatu proses

penafsiran sangat tergantung pada penjelasan psikologis tentang

komunikasi manusia. Sebagai penafsiran, pesan sampai berorientasi pada

penerima dalam arti bahwa ia menempatkan pesan dalam diri individu

yang menangkap dan menerima stimuli.

5. Sebagai refleksi diri.

Pesan mencerminkan keadaan internal individu yakni perilaku, dalam

bentuk tertentu, suatu manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak

hitam tentang sikap, keyakinan, persepsi, nilai, citra, emosi dan

sebagainya.

6. Sebagai kebersamaan.

Pesan dapat dipandang sebagai hubungan yang mengikat orang-orang

menjadi satu dalam suatu situasi komunikatif (Pareno, 2002: 14).

Pekerja kreatif mesti menentukan gaya, nada, kata-kata dan format yang

kohesif dalam tahap eksekusi pesan. Semua pesan biasanya dapat disajikan

dengan berbagai style: gaya hidup, cuplikan hidup, fantasi, mood atau citra,

musical, lambang kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah dan testimoni

(44)

Sulaksana dalam Integrated Marketing Communications, 2007,

menjelaskan bahwa ada beberapa penelitian mencantumkan kriteria iklan yang

menarik perhatian dan terus diingat, yaitu: inovasi (produk baru atau cara

penggunaan yang baru), daya tarik cerita, ilustrasi sebelum dan sesudah, demo

produk, pemecahan masalah dan penempelan ciri relevan yang menjadi lambang

merek.

2.2.3.5. Iklan Pr oduk

Jenis-jenis iklan menurut Liliweri (1992 : 31-32) terdiri atas dua jenis

yaitu Iklan Standard dan Iklan Layanan Masyarakat :

1. Iklan Standar, yaitu iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan

memperkenalkan barang atau jasa untuk konsumen melalui sebuah

media, yang bertujuan merangsang motif dan minat para pembeli atau

pemakai.

2. Iklan Layanan Masyarakat yaitu jenis iklan yang bersifat non profit,

jadi tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada

khalayak.

2.2.4. Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok

Membunuhmu”

Pesan peringatan kesehatan bahaya merokok adalah pesan mengenai

bahaya dan akibat yang ditimbulkan oleh rokok. Pesan peringatan kesehatan

bahaya merokok wajib dicantumkan dalam setiap media publikasi produk rokok

(45)

2012 (PP no. 109 Th. 2012) tentang pengamanan bahan yang mengandung zat

adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.

Pesan peringatan kesehatan bahaya merokok yang disebutkan dalam pasal

14, tercetak menjadi satu dengan Kemasan Produk Tembakau. Selain itu

dijelaskan pula Setiap 1 (satu) varian Produk Tembakau wajib dicantumkan

gambar dan tulisan peringatan kesehatan yang terdiri atas 5 (lima) jenis yang

berbeda, dengan porsi masing-masing 20% (dua puluh persen) dari jumlah setiap

varian Produk Tembakaunya.

Pesan peringatan kesehatan yang dimaksud adalah kalimat “Merokok

Membunuhmu” dengan ilustrasi seorang pria yang menghembuskan asap rokok

dan sedang memegang rokok yang menyala di sebelah kiri kalimat. Disamping

ilustrasi tersebut terdapat ilustrasi tengkorak. Ilustrasi ini menggambarkan

bagaimana dampak yang akan diderita perokok aktif maupun pasif jika terpapar

asap rokok, tengkorak disini dapat di artikan kematian. Disisi lain, di sebelah

kanan kalimat terdapat logo 18+. Logo ini menjelaskan batas usia yang diijinkan

merokok, yaitu mulai usia 18 tahun dan di atas 18 tahun. Pesan ini telah mulai

digunakan di semua media publikasi rokok sejak awal tahun 2014. Penggunaan

pesan peringatan kesehatan bahaya merokok ini diantaranya di media iklan rokok

baik di televisi maupun media online (media sosial dan website), media publikasi

luar ruang (baliho, videotron, spanduk event yang disponsori perusahaan rokok),

juga di media cetak yang mempublikasikan kegiatan yang disponsori oleh

(46)

Gambar 2.1 : Pesan Peringatan Kesehatan “Merokok Membunuhmu”.

Gambar 2.2 : Pesan Peringatan Kesehatan “Merokok Membunuhmu” di

tayangan iklan televisi.

Sasaran pesan peringatan kesehatan “Merokok membunuhmu” adalah

remaja yang ingin mencoba merokok agar mengurungkan niatnya untuk

melakukan perilaku merokok.

2.2.5. Masyarakat Sur abaya

Secara definisi, masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang

(47)

individu dengan individu lain. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat

yang tinggal di kota Surabaya. Dalam dinamika historisnya, terdapat satu karakter

Surabaya sebagai kota perdagangan dan tumbuh menjadi komunitas pedagang

cosmopolitan yang memiliki jaringan luas sampai ke Cina, Inggris, Belanda, dan

Portugis. Sejak abad ke-18, Surabaya telah memiliki berbagai macam industri

berbasis menufaktur, dan pada tahun 1870 menjadi pelopor dibidang industri

setara dengan kota-kota pelabuhan dunia seperti Shanghai, Calcuta, Singapura dan

Hongkong. Sebagai kota perdagangan diperlukan dukungan infrastruktur yang

memadai, maka pada tahun 1878 dibangun infrastruktur kereta api pertama yang

menghubungkan daerah-daerah penyangganya seperti Sidoarjo, Gresik, Jombang,

Kediri, Madiun dan sebagainya. Perkembangan industri dan perdagangan

menorehkan prestasi yang cukup tinggi bagi Surabaya, dimana pada tahun 1900

menjadi kota pelabuhan tersibuk dan kota terbesar di Hindia Timur yang dikuasai

Belanda. Sektor lain yang menjadi bagian dari perkembangan industri dan

perdagangan adalah sektor jasa. Abad ke-19 dan awal abad ke-20, Surabaya

berkembang menjadi pusat jasa untuk ekonomi perkebunan di Jawa Timur,

disamping pusat jasa untuk industrialisasi bagi wilayah-wilayah sekitar Surabaya.

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa, secara pararel Surabaya menjadi

daya tarik luar biasa terhadap migrasi penduduk dari berbagai penjuru daerah di

Jawa Timur, berbagai suku bangsa, bahkan dari berbagai negara. Pada tahun 1905

penduduk Surabaya terhitung sebanyak 150.000 jiwa yang diantaranya terdapat

(48)

melepaskan dirinya dari karakter dasar sebagai kota jasa dan perdagangan.

(www.surabaya.go.id diunduh pada 14 Januari 2014)

Masyarakat di Surabaya dalam penelitian ini adalah remaja. Masyarakat di

Surabaya dalam penelitian ini adalah remaja. Remaja berasal dari bahasa latin

yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam

Rice, 1990). Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi

empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15

tahun, masa remaja pertengahan 15 – 17 tahun, dan masa remaja akhir 17 – 21

tahun (Deswita, 2006:192). Namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah

remaja yang sudah memasuki remaja masa akhir. 17 tahun hingga 21 tahun. Masa

remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir

individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa

dewasa (belajarpsikologi.com diunduh pada 1 Februari 2014). Pada usia tersebut

merupakan fase remaja, masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati

diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang

memberikan dasar bagi masa dewasa. Dalam teori Erikson tentang identity remaja

terdapat empat alternatif dalam menguji diri dan pilihannya yaitu; (a) Identity

Achievement yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistic,

maka dia harus membuat pilihan dan perilaku sesuai dengan pilihannya, (b)

Identity Fore Aosure yang berarti menerima pilihan orang tua tanpa

mempertimbangkan pilihan-pilihan, (c) Identity Diffusion yang berarti

(49)

yang menurut Erikson berarti penundaan dalam komitmen remaja terhadap

pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. (Yusuf, 2001 : 201-202)

2.2.6. Teori Stimulus Organism Response (SOR)

Teori S-O-R sebagai singkatan Stimulus-Organism-Response ini berasal

dari psikologi objek material radio psikolog dan ilmu komunikasi yang sama,

yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, perilaku,

kognisi, efeksi dan saksi. Menurut stimulus respon ini efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan.

-Gambar 2.3: Model Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)

Gambar di atas menunjukkan bahwa :

a. Pesan (stimulus, S), merupakan pesan yang disampaikan komunikator

kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa

lambang atau tanda.

b. Komunikan (organism, O), merupakan keadaan komunikan disaat

menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai

(50)

disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan

akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui lambang dan

tanda tersebut. Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan

memahami setiap pesan yang disampaikan komunikator.

c. Efek (Response, R), merupakan dampak daripada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu sikap afektif, kognitif dan

konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan

pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 1993:254)

Menurut Stimulus – Organism – Response ini, efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehigga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan.

2.2.7. Teori Reasoned Action Theory

Teori yang dicetuskan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Hamidi

(2007) menjelaskan bahwa kepercayaan (belief) seseorang menjadi batu

penghadang upaya persuasi. Komunikasi persuasi menurut teori ini berawal ketika

kepercayaan seseorang terhadap suatu objek persuasi berubah. Perubahan

kepercayaan diikuti oleh terjadinya perubahan sikap, kemudian terbentuknya niat

yang sesuai dengan kepercayaan dan berakhir dengan perubahan perilaku

(51)

Kepercayaan, menurut Fishbein dan Ajzen menyajikan informasi tentang

objek yang telah dimiliki oleh seseorang. Kepercayaan terkait tentang suatu objek

dan atributnya. Objek suatu kepercayaan bisa orang, perilaku, peristiwa, ataupun

kebijakan.

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen didefinisikan sebagai sejumlah

perasaan atau kesukaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek.

Satu-satunya komponen dari suatu sikap dari teori ini adalah komponen evaluatif, yang

dapat dikatakan sebagai perasaan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek.

Bila kepercayaan menggambarkan pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang

suatu objek, maka sikap merupakan perasaannya terhadap objek tersebut. Sikap

akan mengarah kepada niat-niat kepercayaan (belief intentions), yang secara

totalitas akan searah dengan sikap tersebutSeperti kepercayaan, niat-niat akan

berubah-ubah kekuatannya (kemungkinan bahwa niat-niat tersebut akan

dilaksanakan).

Dalam teori ini perilaku seseorang pertama ditentukan oleh kepercayaan,

yang pada gilirannya menentukan sikap, lalu mempengaruhi niat. Seseorang bisa

mempunyai bermacam-macam kepercayaan tentang suatu objek, satu dengan

yang lain bisa saling mendukung atau mungkin ada yang bertentangan.

Kepercayaan-kepercayaan ini juga bisa berubah-ubah tingkat kekuatannya.

Kepercayaan ini merupakan kesan yang diberikan terhadap objek tertentu, yang

merupakan dasar informatif terhadap sikap, niat, dan perilaku.

Teori ini menyatakan bahwa sikap seseorang akan didasarkan pada

(52)

dengan atribut-atribut yang positif, maka sikap akan menjadi positif dan

sebaliknya. (Hamidi, 2007 : 90)

2.3. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah sikap remaja Surabaya terhadap

pesan peringatan kesehatan bahaya merokok “Merokok Membunuhmu” dalam

iklan rokok di media massa. Adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut :

Surabaya terpilih dalam penelitian ini, karena Surabaya merupakan ibu

kota Jawa Timur dengan jumlah remaja terbanyak. Hal ini terbukti dengan

banyaknya lembaga pendidikan tingkat menengah pertama (SMP), tingkat

menengah atas (SMA), juga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang

tersebar di Surabaya dibandingkan di daerah lain di Jawa Timur. Selain itu juga

Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Ibu Kota Jakarta.

Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap remaja Surabaya

terhadap pesan peringatan setelah mendapatkan terpaan pesan dalam media

publikasi rokok adalah dengan melihat total skor yang dikumpulkan responden

setelah mengisi kuisioner, yaitu kumpulan pertanyaan yang meliputi aspek

kognitif, afektif dan konatif.

Peneliti menggunakan model S-O-R, kepanjangan dari

Stimulus-Organisme-Response. Stimulus merupakan rangsangan dalam hal ini pesan

peringatan kesehatan bahaya merokok “Merokok Membunuhmu” dalam iklan

Gambar

Gambar 2.2 : Pesan Peringatan Kesehatan “Merokok Membunuhmu” di
Gambar 2.3: Model Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)
Gambar 2.4 :  Bagan Kerangka Berpikir tentang sikap remaja terhadap   pesan peringatan kesehatan “Merokok Membunuhmu” dalam iklan rokok di media massa
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan juga untuk mengetahui mana kualitas pelayanan mana yang dominan

Data primer yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, adalah data yang terkait dengan kebijakan DPPKAD Kabupaten Semarang, yang tekait dengan

Dari hasil penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti/penulis diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan yang lebih mendalam bagi mahasiswa-mahasiswa atau

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu solusi terkomputerisasi untuk membantu dan mempermudah pengelolaan kegiatan operasional pada lingkup general affair yang dibatasi

Judul : Pelatihan Aplikasi Komputer Menggunakan Microsoft Word Kepada Santri Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Wal Jama’ah Banaran Sekaran Semarang. Program : Pusat

Selanjutnya data yang diperolah dengan menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) kemudian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (uji-F) pada taraf α 0, 05

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung

Sebaliknya, Summa dan Lubow (2002), Cordier dan Gross (2009), serta Asianto (2014) menyatakan bahwa strategi selling option jika dilakukan dengan cara yang benar