• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Pengembangan Manajemen Data Spasial Kementerian Negara Lingkungan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Induk Pengembangan Manajemen Data Spasial Kementerian Negara Lingkungan Hidup"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Induk

Pengembangan Manajemen Data Spasial

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

(2)

Daftar Isi

DAFTAR ISI ...II KATA PENGANTAR ...III RINGKASAN EKSEKUTIF ...IV

PENDAHULUAN...1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. MAKSUDDAN TUJUAN KEGIATAN ... 3

PENDEKATAN & METODE KEGIATAN...4

2.1. ANALISA KEBUTUHAN PENGGUNA ... 5

2.2. ANALISIS SISTEM ... 6

2.3. PENYIAPANDAN PENGUMPULAN DATA ... 7

2.4. DESAIN SISTEM ... 8

2.4.1. DESAIN KONSEPTUAL/LOGIK SISTEM ... 8

2.4.2. DESAIN FISIK SISTEM ... 12

2.5. PEMBANGUNAN PROTOTIPE SISTEM ... 15

2.6. PENGUJIAN SISTEM ... 15

2.7. IMPLEMENTASI SISTEM ... 16

2.8. PERAWATANDAN DOKUMENTASI SISTEM ... 16

2.8.1. PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM ... 16

2.8.2. ALIHTEKNOLOGI ... 17

KONDISI UMUM DATA SPASIAL KNLH...17

3.1. FOCUS GROUP DISCUSSION ... 17

3.2. HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION ... 19

3.3. ANALISIS FGD ... 24

3.4. STRATEGIUNTUK MANAJEMEN DATA SPASIAL ... 30

3.5. PRIORITASUNTUK MANAJEMEN DATA SPASIAL ... 31

TAHAPAN IMPLEMENTASI...31

4.1. PROTOYPE PORTAL GEOSPATIAL (TAHUN 2008) ... 33

4.1.1. DATA SERVICES ... 35

4.1.2. PORTRAYAL SERVICES ... 36

4.1.3. CATALOG SERVICES ... 38

4.1.4. PORTAL SERVICES ... 39

4.1.5. DESKTOP GIS / GIS APPLICATION ... 40

4.1.6. INFRASTRUKTURDAN SUMBER DAYA MANUSIA ... 41

4.2. INTEGRASI KOMPONEN (TAHUN 2009) ... 42

4.3. WORKFLOW MANAJEMEN DATA SPASIAL (TAHUN 2010) ... 42

4.4. PENYEMPURNAAN PORTAL GIS (TAHUN 2011) ... 43

(3)

Kata Pengantar

Dengan meningkatnya tantangan dalam pengelolaan lingkungan hidup, maka juga dibutuhkan pengambilan keputusan dan kebijakan yang akurat. Data spasial dan analisisnya yang mampu mengkaitkan antar berbagai faktor dalam pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian penting dalam usaha menghasilkan keputusan dan kebijakan yang akurat. Beberapa tahun terakhir ini, jumlah program dan kegiatan di Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang menggunakan data spasial semakin meningkat. Dengan demikian maka untuk menjaga efektifitas dan efisiensi pengelolaan data spasial diperlukan suatu rencana bersama menuju manajemen data spasial yang terintegrasi.

Rencana bersama pengeloaan data spasial ini disebut “Rencana Induk Pengembangan Manajemen Data Spasial KNLH”. Rencana induk ini berisi strategi dan tahapan implementasi manajemen data spasial selama 4 tahun (2008-2011) yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan pengguna (need assessment) dan saran dan kesepakatan yang didiskusikan dalam Forum GIS KNLH sepanjang tahun 2008. Dengan dokumen ini diharapkan pada tahun 2012 KNLH akan memiliki data spasial yang terintegrasi yang siap digunakan dalam sistem pendukung keputusan (Spatial Decision Support System).

Sebagai dokumen yang akan terus menerus dievaluasi dan diperbaiki setiap tahunnya, dokumen ini akan menjadi arahan dalam mencapai konsep “Sistem Informasi Geografis Korporasi” di KNLH.

Jakarta, 24 Desember 2008 Deputi KNLH

Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas

(4)

Ringkasan Eksekutif

Penggunaan data spasial untuk berbagai keperluan seperti penelitian, pengelolaan lingkungan, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta manajemen sumber daya alam, terutama untuk isu lingkungan dirasakan semakin diperlukan. Data dan informasi spasial tersebut umumnya dikelola oleh beberapa unit teknis sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan data spasial tersebut perlu dikembangkan rencana pengelolaan yang terpadu dengan melibatkan unit teknis terkait di Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH).

Dokumen ini merupakan rencana induk (master plan) pengembangan manajemen data spasial di KNLH. Tujuan pengembangan sistem tersebut adalah untuk memudahkan pengguna dalam mengakses data geospasial yang tersedia di Kementerian Lingkungan Hidup serta dapat menunjang pengambilan keputusan (Decision Support System).

Secara umum sudah cukup banyak unit kerja di KNLH yang telah memanfaatkan data spasial untuk keperluan analisis dan pengambilan kebijakan. Format data yang beragam dan cukup banyaknya kebutuhan data spasial yang dapat disediakan oleh unit lain merupakan kondisi umum di KNLH. Hal ini disajikan pada hasil focus group discussion yang dilakukan pada berbagai unit terkait dalam pengelolaan data spasial.

Dari hasil penyajian hasil focus group discussion dirumuskan prioritas untuk manajemen data spasial yaitu sebagai berikut:

1. Penyiapan aspek legal untuk pertukaran data; 2. Mekanisme pertukaran data;

3. Klasifikasi kerahasiaan dan keterbukaan data;

4. Kepemilikan data tiap unit: akuisisi dan pemuktahiran; 5. Standardisasi format, kualitas dan klasifikasi data.

(5)

Pengembangan sistem SDBMS KNLH dituangkan kedalam rencana strategis 4 (empat) tahun yaitu: 1. Prototype Portal GIS (Tahun 2008)

2. Integrasi Komponen dan Antar Muka (Tahun 2009) 3. Workflow Manajemen Data Spasial (Tahun 2010) 4. Penyempurnaan Sistem (Tahun 2011)

(6)

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penggunaan data spasial untuk berbagai keperluan seperti penelitian, pengelolaan lingkungan, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta manajemen sumber daya alam, dirasakan semakin diperlukan. Data dan informasi spasial tersebut umumnya dikelola oleh beberapa unit teknis sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Pengelolaan data spasial memerlukan kemampuan sumberdaya manusia yang memadai dengan keahlian manajemen informatika dan sistem informasi geografis.

Sistem informasi geografis (SIG) termasuk kategori sistem komputer yang membutuhkan basis data spasial untuk dapat dipergunakan lebih lanjut untuk berbagai aplikasi. Aplikasi komputer mikro pada umumnya dapat langsung digunakan setelah diadakannya perangkat keras dan luinak. Sedangkan penggunaan SIG membutuhkan basis data spasial yang harus disediakan, perangkat keras dan lunak yang sesuai, aplikasi yang dikembangkan, dan instalasi seluruh komponen untuk kemudian diintegrasikan dan dicoba.

Walaupun sistem informasi geografis seringkali dipandang sebagai area profesional komputer yang harus mempunyai kemampuan teknik komputasi yang canggih, bagaimana pun pengembangan sistem informasi geografis bersama-sama antar unit (multi partnership) pada sebuah organisasi akan sangat tergantung kepada partisipasi manajemen dan supervisi yang cukup.

(7)

Adopsi sebuah teknologi komputasi oleh sebuah organisasi baik SIG maupun aplikasi lainnya, akan membawa perubahan yang mendasar dari organisasi terhadap pandangannya terhadap data. Pengelolaan data sebelumnya, memaksa suatu organisasi mengumpulkan data secara terpisah baik berdasarkan aktivitas atau proyek tertentu. Hal ini akan menyebabkan duplikasi koleksi data dan duplikasi penyimpanan (yang berbeda disetiap unit) dan bahkan memungkinkan menjadi penyebab kesalahan data yang terdapat pada satu atau lebih lokasi. Salah satu tujuan dari pengembangan sistem komputer dan basis data adalah meniadakan redundansi (pengulangan yang tidak bermanfaat) koleksi data maupun penyimpanan data. Pada prinsipnya adalah pengkoleksian data dilaksanakan hanya satu kali dan dapat diakses oleh yang membutuhkannya. Hal ini tidak hanya akan mengurangi redundansi namun juga akan mendorong peningkatan keakurasian data dan pemahaman bagaimana data yang sama dapat dipergunakan secara bersama-sama antara unit-unit yang ada. Dengan demikian prasyarat penting dari sukses dan bermanfaatnya pengembangan komputer sistem dan basis datanya adalah kerjasama yang nyata antara unit-unit dan instansi yang berbeda dalam pengembangan sitem tersebut.

Dengan makin berkembangnya kapasitas infrastruktur komputasi dan SDM teknis di Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Disisi jaringan, keseluruhan lokasi unit di bawah KNLH telah terhubungkan secara maya. Perangkat keras umumnya sudah tidak menjadi hambatan. Perangkat lunak pengelolaan data spasial pun telah banyak dimiliki oleh berbagai unit. Demikian pula disisi SDM, telah cukup banyak SDM yang memahami Sistem Informasi Geografis mulai dari tingkat pemula sampai tingkat lanjut.

Ketersedian modal diatas tadi mendorong berkembangnya pemanfaatan data spasial baik berupa aplikasi, data dan analisis. Diantara aplikasi dan analisis yang pernah di sosialisasikan terlihat adanya kesamaan data yang digunakan baik data dasar spasial, data tematik spasial maupun data citra. Perkembangan dunia data spasial di Indonesia, faktanya menunjukan persentasi biaya untuk pengadaan data dalam sebuah proyek cukup

(8)

yang diterapkan masih sulit untuk mengetahui kualitas data yang diperoleh. Sedangkan di dunia komputasi dikenal ”Garbage In, Garbage Out”, ”Tanpa data yang baik tidak akan dihasilkan kebijakan yang baik”. Hal ini mengakibatkan makin disadarinya kebutuhan untuk menggunakan data bersama. Dengan penggunaan data spasial bersama dapat penghematan anggaran untuk pembelian dan pengadaan data serta didapatkannya analisis spasial yang memberikan input yang baik untuk pengambilan keputusan.

Faktor kunci dalam kesuksesan adopsi sistem komputer dalam dunia bisnis adalah terimplementasinya konsep basis data korporasi atau basis data “enterprise”. Sebagai implikasi dari namanya, basis data korporasi merupakan sumber data tunggal pada sebuah organisasi yang besar. Keuntungan yang diperoleh adalah (i) semua pengguna memiliki aksesibilitas yang mudah dan cepat informasi yang terkini, dan (ii) konstruksi basis data dibuat berdasarkan cara dan metode se-efisien mungkin. Karakteristik dari basis data korporasi adalah mengeliminasi redudansi koleksi data dan penyimpanan informasi sekaligus menghindari pengandaan yang tidak perlu oleh pengguna

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan data spasial tersebut perlu dikembangkan rencana pengelolaan yang terpadu dengan melibatkan unit teknis terkait di kementerian lingkungan hidup.

1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud kegiatan ini adalah menyusun rencana induk (master plan) manajemen data spasial di KLH dan membangun prototype sistem aplikasi manajemen data spasial. Adapun tujuan pembangunan sistem tersebut adalah untuk memudahkan pengguna dalam mengakses data geospatial yang tersedia di Kementrian Lingkungan Hidup serta dapat menunjang pengambilan keputusan (Decision Support System).

(9)

Pendekatan & Metode Kegiatan

Kegiatan ”Pembangunan Manajemen Data Spasial Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH)” ini dilakukan oleh Asdep Data dan Informasi Lingkungan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, dengan menggunakan pendekatan dan metode yang diuraikan pada bagian ini.

Setiap sistem informasi berbasis komputer selalu didesain dan dikembangkan dengan berpijak pada tahapan pembangunan sistem yang terstruktur dan sistematis. Pada proses ini seluruh pengguna dan pengelola data spasial melakukan interaksi dan diskusi yang intensif untuk memperoleh kesepakatan dan kesepahaman mengenai master plan dan sistem yang akan dibangun. Sistem yang dikembangan harus berdasarkan hasil analisa yang merupakan bagian terpenting dari desain dan analisis sistem.

Pengembangan sistem “Manajemen Data Spasial KNLH” ini akan mengacu kepada tahapan kegiatan yang telah umum pada pengembangan sistem informasi yaitu penyempurnaan dari model “water fall”. Model penyempurnaan water fall ini dilakukan secara bertahap dari awal hingga akhir. Sebagai contoh: Analisa dan desain sistem hanya dapat dilakukan apabila analisa pengguna (user needs assesment) telah dilakukan dan hasil tersebut telah disetujui dan memenuhi kebutuhan dari pihak pengguna. Begitu pula halnya dengan tahapan yang lain.

Dengan model penyempurnaan dari water fall model, maka pada setiap tahapan kita dapat

2

(10)

Tahapan kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1. Analisa Kebutuhan Pengguna

2. Analisa dan Desain Sistem 3. Penyiapan & Pengumpulan Data 4. Pengembangan Protoype Sistem 5. Verifikasi Sistem

Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan

2.1. Analisa Kebutuhan Pengguna

Analisa kebutuhan pengguna menitikberatkan pada studi ruang lingkup dan definisi dari permasalahan yang dihadapi. Analisa kebutuhan akan berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengguna melalui komunikasi langsung dan tidak langsung sehingga

Analisa Kebutuhan Pengguna Analisis & Desain Sistem Penyiapan & Pengumpulan Data Pengembangan Prototype Sistem Rencana Induk Manajemen BDS Rencana Induk Manajemen BDS Verifikasi Sistem

Manajemen Basis Data Spasial

Sistem Manajemen Basis Data Spasial

(11)

dihasilkan dokumen mengenai kebutuhan sistem yang akan dibangun. Analisis Kebutuhan pengguna, ditekankan pada identifikasi, kategorisasi masalah yang dihadapi dan serta identifikasi faktor-faktor pendukung dan pembatas seperti ketersediaan anggaran, tenggat waktu kegiatan, jumlah dan kualitas sumber daya manusia, kebijakan dan peraturan pemerintah, dan standar teknologi informasi. Dengan demikian tujuan dan sasaran kegiatan data dituangkan dalam cakupan dan ruang lingkup kegiatan secara tepat, menjawab kebutuhan pembangunan/pengembangan sistem yang diperlukan.

Kondisi saat ini yang meliputi inventarisasi data, sistem jaringan, perangkat keras dan lunak yang tersedia, data sharing serta kemampuan staf akan menjadi masukan yang berarti bagi pengembangan sistem. Hal terpenting dalam tahap analisa kebutuhan adalah keinginan dan kebutuhan sistem dari sisi teknis dan operasional, sehingga sistem yang dikembangkan benar-benar dapat menjawab kebutuhan dan sejalan dengan visi dan misi KNLH.

Pada analisa kebutuhan pengguna, kondisi saat ini dan kebutuhan masing-masing unit di lingkungan KNLH akan diinventarisasi melalui beberapa kegiatan, yaitu:

 Sosialisasi rencana kegiatan inventarisasi dan kebutuhan pengguna  Focus Group Discussion (FGD) dengan unit-unit terkait

2.2. Analisis Sistem

Analisis mendalam terhadap hasil analisa kebutuhan pengguna akan dilakukan pada tahapan ini. Aspek penting yang berkaitan dengan tahap pembangunan sistem ini dikaji dengan tetap memperhatikan pada kebutuhan pengguna. Tahapan analisis sistem dilakukan dengan mempelajari sistem yang ada dan menganalisa temuan-temuan dari studi kebutuhan pengguna dengan pemahaman yang lebih mendalam akan

(12)

masalah-selalu melibatkan pengguna sistem agar produk yang dihasilkan benar-benar dapat menjawab kebutuhan pengguna. Hasil dari analisis kebutuhan pengguna digunakan untuk menyusun draft rencana induk manajemen data spasial di KNLH. Draft tersebut kemudian disosialisaikan untuk disepakati sebagai rencana induk manajemen data spasial di KNLH. Tahapan detil analisis sistem disajikan pada Gambar berikut ini.

PEMAHAMAN DOMAIN PERMASALAHAN

PEMAHAMAN DOMAIN PERMASALAHAN

ANALISIS MASALAH DAN RUANG LINGKUP

ANALISIS MASALAH DAN RUANG LINGKUP

REPOSITORY/ DOKUMENTASI Sistem atau model yang ada/dipergunakan saat ini

Identifikasi, kategorisasi masalah Analisis (SWAT)

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM ANALISIS KEBUTUHAN

SISTEM

Model data logik Model proses logik Model anatarmuka logik

USULAN PEMBANGUNAN/PENGEM BANGAN SISTEM USULAN PEMBANGUNAN/PENGEM BANGAN SISTEM Pemecahan masalah

Usulan pembangunan/pengembangan sistem (Model arsitektur sistem aplikasi)

RENCANA DETIL KEGIATAN PEMBANGUNAN/PENGE MBANGAN SISTEM RENCANA DETIL KEGIATAN PEMBANGUNAN/PENGE MBANGAN SISTEM Project plan PEMILIK, PENGGUNA SISTEM (KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP PEMILIK, PENGGUNA SISTEM (KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Studi awal KOMUNIKASI, KOORDINASI DAN PERSETUJUAN (APPROVAL) KOMUNIKASI, KOORDINASI DAN PERSETUJUAN (APPROVAL) Rencana Induk BDS

Gambar 2.2. Detil proses analisis sistem

Basisdata yang akan dikembangkan dalam sistem harus dianalisa dan dilakukan desain sedemikian rupa dengan memperhatikan kondisi saat ini. Sistem basisdata yang dibangun merupakan basisdata enterprise dimana informasi yang disajikan harus dapat diakses oleh seluruh pengguna dengan berbagai tingkat (level) pengguna.

2.3. Penyiapan dan Pengumpulan Data

Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyimpan dan mengelola data baik spasial maupun tabular dengan jumlah yang besar, dan diantaranya memiliki keterurutan berdasarkan waktu (time series). Optimalisasi sumberdaya data ini merupakan modal yang tak ternilai untuk merumuskan dan menentukan kebijakan yang akan diambil.

(13)

Proses identifikasi dan pengumpulan data, juga merupakan bagian dari proses analisis sistem (pra-design). Maksud dari identifikasi dan pengumpulan data disini, adalah melakukan identifikasi ketersediaan data pada setiap unit kerja di lingkungan KNLH. Proses identifikasi dilakukan dengan melalui wawancara langsung serta dengan mengisi kuisioner. Identifikasi dan pengumpulan data meliputi dokumentasi tema data yang tersedia (entitas, atribut dan feature), jenis data spasial yang dimiliki, serta komponen metadata lainnya seperti: kelompok informasi identifikasi, informasi kualitas data, informasi publikasi dan referensi data spasial.

Selain data-data primer, data-data lain yang terkait dengan kegiatan ini diidentifikasi untuk menunjang dokumentasi dari data primer. Data tersebut meliputi peraturan/kebijakan, prosedur standar operasional (SOP) dan referensi terkait lainnya yang tersedia di setiap unit kerja.

2.4. Desain Sistem

2.4.1. Desain Konseptual/Logik Sistem

Salah satu tantangan dari pengembangan sistem adalah kemampuan untuk memperoleh persyaratan sistem yang benar dan diperlukan oleh para pengguna (stakeholder) dan menetapkannya dalam sebuah cara yang dapat dipahami oleh pengguna agar rancangan tersebut dapat diverifikasi dan divalidasi. Dan pada kenyataannya hal ini merupakan bagian terberat dalam pembangunan sebuah sistem untuk memutuskan secara tepat model sistem seperti apa yang akan dibangun. Dan desain konseptual dalam menentukan persyaratan teknis yang rinci, termasuk antar muka untuk orang, mesin dan perangkat lunak lainnya merupakan bagian tersulit dan berpengaruh terhadap produk yang dhasilkan. Desainkonseptual/logik merupakan tahapan penyusunan rancangan pengembangan sistem yang terdiri dari desain logik data, desain logik proses dan desain logik antar muka.

(14)

Salah satu kendala yang sangat umum dihadapi dalam pengelolaan/manajemen data adalah belum adanya standar baku pengelolaan data yang menyeluruh dan terintegrasi hinggal ke unit-unit yang ada di dalam organisasi. Sehingga masing-masing pemilik data memiliki model dokumentasi dan pengelolaan yang berbeda-beda, bahkan untuk jenis, tipe dan tema data yang sama. Hal ini menimbulkan permasalahan ketika diberlakukan sistem penggunaan data berbagi pakai (sharing), diperlukan proses penyiapan data yang lebih panjang sebelum data dapat digunakan. Hal ini menjadi landasan diperlukannya desain logik dari pengelolaan data. Desain logik data dilakukan dengan memperhatikan perspektif dari pengguna dan desainer. Dasar dari perspektif pengguna adalah dengan melihat kebutuhan data pada masing-masing unit, dengan demikian tidak ada data yang terlewatkan dan diupayakan kebutuhan unit akan data dapat terlayani. Perspektif desainer lebih ditekankan pada pengelolaan data dalam sebuah database management system, termasuk di dalamnya standar teknologi yang akan digunakan. Walaupan dalam proses konseptual belum mengutamakan pemilihan hardware dan software, tetapi tetap harus memperhatikan standar teknologi informasi yang akan digunakan berdasarkan sumber daya yang tersedia dan faktor pembatas (constraint) yang ada di lingkungan KNLH.

Desain logik data menghasilkan sebuah desain basisdata yang menggambarkan entitas, atribut dan relasi antar entitas. Desain basisdata dikaji berulang-ulang dengan menggunakan teknik analisis seperti kaidah normalisasi dan refinment basisdata. Konsep yang dihasilkan kemudian didokumentasikan dan dikonsultasikan dengan pengguna. Gambar 2.3. menunjukan contoh desain konseptual dari basisdata.

(15)

Gambar 2.3. Contoh desain konseptual/logik basisdata

Desain logik proses menggambarkan interaksi antara pengguna dan sistem serta proses yang terjadi dalam sistem. Ada beberapa metode penggambaran desain logik proses, salah satunya dengan menggunakan diagram alir. Diagram alir ini dapat menggambarkan proses interkasi antara pengguna dengan sistem, sebagaimana disajikan dalam contoh pada Gambar 2.4. Diagram interaksi pengguna dengan sistem pada level 0, mencerminkan proses-proses apa saja yang terjadi, dan ini sangat erat kaitannya dengan desain logik data dan juga desain logik antar muka. Proses-proses yang muncul teridentifikasi juga menggambarkan upaya untuk menjawab pertanyaan dan kebutuhan pengguna sistem di lingkungan KNLH.

(16)

Gambar 2.4. Contoh desain konseptual/logik interaksi pengguna dengan sistem (diagram level 0).

Lebih detil lagi, diagram alir level 1 melukiskan interaksi serta proses yang terjadi antara pengguna dengan sistem, dan proses di dalam sistem itu sendiri (sistem dengan mesin). Diagram ini merupakan penjabaran deti dari diagram level 0, dengan tujuan untuk memberikan gambaran detil dalam melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pengguna dan tenaga pengembang sistem (seperti programmer). Gambar 2.5. menyajikan contoh diagram level 1.

(17)

Gambar 2.5. Contoh desain konseptual/logik interaksi pengguna dengan sistem dan proses di dalam sistem itu sendiri. (diagram level 1).

Desain logik antar muka, meliputi identifikasi dan desain antar muka yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Desain logik antar muka disusun berdasarkan pada desain logik dari proses dan desain logik basisdata.

2.4.2. Desain Fisik Sistem

Tahapan desain fisik merupakan proses lanjutan setelah desain konseptual/logik sistem disetujui (melalui proses knsultasi dan approval dengan pengguna, lihat Gambar 2.2. mengenaidetil proses analisis sistem). Proses desain fisik sistem dapat dilukiskan seperti pada Gambar 2.6.

(18)

PERANCANGAN ANTAR MUKA

Perancangan Dialog Antar Muka Pengguna

PERANCANGAN BASISDATA

Perancangan Fisik Basisdata, Kamus Data, ERD, DFD

PEMBANGUNAN SISTEM

• Penyusunan Kode Program • Prototipe Sistem

PERAWATAN SISTEM DAN DOKUMENTASI

PENGUJIAN

Testing, Evaluasi, Demonstrasi

IMPLEMENTASI DESAIN KONSEPTUAL FINAL

SPESIFIKASI HARDWARE DAN SOFTWARE YANG DIPERLUKAN PERANCANGAN ANTAR MUKA Perancangan Dialog Antar Muka Pengguna

PERANCANGAN ANTAR MUKA

Perancangan Dialog Antar Muka Pengguna

PERANCANGAN BASISDATA

Perancangan Fisik Basisdata, Kamus Data, ERD, DFD

PERANCANGAN BASISDATA

Perancangan Fisik Basisdata, Kamus Data, ERD, DFD

PEMBANGUNAN SISTEM

• Penyusunan Kode Program • Prototipe Sistem

PERAWATAN SISTEM DAN DOKUMENTASI

PENGUJIAN

Testing, Evaluasi, Demonstrasi

IMPLEMENTASI DESAIN KONSEPTUAL FINAL

SPESIFIKASI HARDWARE DAN SOFTWARE YANG DIPERLUKAN SPESIFIKASI HARDWARE DAN SOFTWARE YANG DIPERLUKAN

Gambar 2.6. Tahapan dan ruang lingkup desain fisik sistem. (diagram level 1). Desain fisik basisdata merupakan implementasi dari model yang telah disusun. Pada tahap desain fisik ini dilakukan uji normalisasi terhadap model basisdata, dan dilakukan refinement jika basisdata belum memenuhi kaidah normalisasi. Proses ini menjadi sangat penting karena menentukan kelanjutan pengelolaan data. Basisdata yang tidak normal akan menimbulkan masalah (anomali) pada proses insert dan update juga akan menyebabkan in-efisiensi dalam penggunaaan sumber daya hardware, seperti overload penggunaan memori komputer. Gambar 2.7. menyajikan contoh desain fisik basisdata. Pada proses desain fisik juga ditentukan jenis spesifikasi hardware dan software yang akan digunakan (standar teknologi informasi), meliputi:

 Platform yang akan digunakan untuk mendukung sistem yang akan dibangun (Windows, Unix).

 Jenis DBMS software yang akan digunakan (Oracle, PostgreSQL, Microsoft SQL, MySQL dan sebagainya.)

(19)

Gambar 2.7. Contoh desain fisik basisdata. (diagram level 1).

Hasil desain logik interface/antar muka kemudian dituangkan dalam bentuk desain fisik menggunakan bantuan perangkat lunak untuk pembangunan sistem. Desain antara muka mengacu pada fitur-fitur dan kandungan informasi yang harus disajikan serta tujuan dari pengembangan sistem itu sendiri. Antar muka dirancang untuk dapat memfasilitasi kepentingan pengguna, sehingga harus memuhi kaidah dari sebuah sistem informasi, yakni: mudah digunakan (user friendly), sistematis, lengkap dan sesuai kebutuhan, serta menampilkan/menyajikan data dan informasi secara komprehensif dalam bentuk grafik dan peta atupun data tabular.

Desain awal antar muka akan terus dikonsultasikan dengan pengguna untuk meyakinkan bahwa desain tersebut telah mencerminkan kebutuhan pengguna. Perubahan berdasarkan input dari pengguna akan dilakukan hingga mencapai desain yang sesuai kebutuhan.

(20)

2.5. Pembangunan Prototipe Sistem

Pembangunan sistem aplikasi mengacu pada konsep tree tier. Sebuah antar muka berbasis web dibangun untuk memberikan fasilitas kepada pengguna untuk melakukan penelusuran, pemasukan/pemutakhiran data spasial, metadata dan data tabular. Hasil penelusuran akan membimbing pengguna kepada detil informasi dan data yang diperlukan. Data spasial dan data tabular dikelola dalam sistem manajemen basisdata (Database Management System, DBMS). Dengan konsep tree tier ini, aplikasi dan basisdata tersimpan dalam sistem yang secara logik terpisah, tetapi memiliki relasi tak terpisahkan satu dengan yang lainnya melalui kode-kode program yang disusun di dalam aplikasi. Pendekatan ini memberikan dukungan perlindungan berganda pada basisdata yakni menggunakan sistem keamanan yang tersedia dalam DBMS itu sendiri serta sistem keamanan melalui sistem aplikasi yang dibangun.

2.6. Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan sebelum sistem siap digunakan oleh pengguna akhir (end user). Pengujian sistem dilakukan berdasarkan tujuan awal sistem yang dibangun. Pengguna (user) menguji sistem dari sisi teknis berjalannya sistem dengan baik (tanpa error) dan sesuai dengan keperluan pengguna terhadap sistem.

Tahap awal pengujian sistem adalah uji error/bug terhadap coding atau pemrograman dalam pembangunan sistem yang digunakan, apakah masih ada error/bug dalam struktur program aplikasi dengan melakukan penelurusan ke setiap menu dan sub menu yang ada pada sistem. Bila masih terdapat error/bug pada halaman menu atau pada sub menu tertentu, maka sistem akan di cek dan diperbaiki oleh bagian pengembangan sistem. Proses ini seperti tersaji pada Gambar 2.8.

(21)

Testing

Debugging

Error Query Result

System Product System developing OK Yes Yes No No Finish Testing Debugging

Error Query Result

System Product System developing OK Yes Yes No No Finish

Gambar 2.8. Diagram alur proses uji sistem.

2.7. Implementasi Sistem

Pada tahap ini sistem telah selesai diuji dan siap untuk digunakan dalam lingkungan yang sesungguhnya dan sudah terbebas dari kesalahan baik programming error ataupun configuration error. Teknik implementasi akan diterapkan dengan metode prototyping model, yakni implementasi sistem secara bertahap dan dipilih kelompok pengguna sebagai model.

2.8. Perawatan dan Dokumentasi Sistem

2.8.1.

Penyusunan Dokumen Sistem

Untuk mendukung pemeliharaan sistem, disusun buku panduan (manual) yang tediri dari: [1] Panduan Spesifikasi Teknis; dan [2] Panduan Penggunaan (manual

(22)

2.8.2.

Alih teknologi

Agar sosialisasi/lokakarya dapat secara efektif diserap oleh peserta, maka sosialisasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sesi besar yaitu,

 penyeragaman kemampuan dasar,

 pengenalan manual pengoperasian dan perawatan sistem, dan  Pemanfaatan manual

Kondisi Umum Data Spasial

KNLH

3.1. Focus Group Discussion

Analisis kebutuhan pengguna dilaksanakan melalui forum group discussion (FGD) ke seluruh unit terkait di lingkungan KNLH. Konsultan dan staf Data dan Informasi KNLH menyusun kuesioner sebagai panduan dalam menggali informasi pada unit terkait. Kuesioner tersebut meliputi lima bagian sebagai berikut:

1. Tugas Pokok dan Fungsi; 2. Inventarisasi Data;

(23)

3. Data Sharing;

4. Infrastruktur dan Suprastruktur; 5. Kebutuhan Pengembangan.

Kegiatan FGD dilakukan oleh konsultan bersama staf Data dan Informasi KNLH. Kegiatan ini dilakukan selama bulan Juni dan Juli 2008 dengan cara mendatangi unit terkait dan melakukan diskusi sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat. Waktu pelaksanaan kegiatan disajikan pada Tabel 3.1.

Kegiatan FGD ini melibatkan pengambil kebijakan (pejabat eselon 2 dan 3) masing unit serta staf teknis terkait. Informasi dari pengambil kebijakan diperlukan untuk bagian 1 dan 3 yaitu mengenai tugas pokok dan fungsi, dan data sharing. Sedangkan bagian 2, 4, dan 5 melibatkan staf teknis terkait.

Tabel 3.1. Waktu Pelaksanaan FGD

No. Waktu Unit

1 6 Juni 2008 Asdep Ur. Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan 2 18 Juni 2008 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Agro Industri 3 18 Juni 2008 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Manufaktur

4 18 Juni 2008 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Limbah & Usaha Skala Kecil

5 18 Juni 2008 Asdep Ur. Perencanaan Lingkungan

6 19 Juni 2008 Asdep Ur. Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut 7 11 Juli 2008 PusReg Bali

8 30 Juni 2008 PusReg Sumatera

9 24 Juni 2008 KEHATI

10 24 Juni 2008 AMDAL

11 20 Juni 2008 AsDep Ur. Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan

12 26 Juni 2008 PUSARPEDAL

(24)

3.2. Hasil Focus Group Discussion

Waktu: Rabu, 18 Juni 2008 (10.00 – 12.00 WIB) UNIT:

 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Limbah & Usaha Skala Kecil  Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Manufaktur

 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Agro Industri

HASIL:

♦ Pengelolaan data spasial:

 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Limbah & Usaha Skala Kecil belum memiliki dan mengelola data geospasial. Data yang dimiliki saat ini hanya berupa data tabular hasil pengamatan dan data sekunder, akan tetapi merupakan data yang berpotensi untuk menjadi data geosapasial.

 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Manufaktur memiliki dan mengelola data geospasial (tabular dan koordinatnya)

 Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Agro Industri telah memiliki dan mengelola data geospasial.

♦ Pengelolaan data terkait dengan program dan bukan disebabkan oleh tugas pokok dan fungsi yang seharusnya.

♦ Seluruh Asdep menyadari bahwa perlu ada pemetaan data yang dikelola oleh masing-masing unit dan perlu adanya mekanisme pertukaran data (data sharing).

♦ Perlu mekanisme yang disepakati bersama dan dituang dalam peraturan/keputusan. Karena apabila hanya mengandalkan kesukarelaan masing-masing unit, umumnya tidak akan berjalan efektif.

♦ Pertukaran data yang selama ini dilakukan antar unit di KNLH menggunakan memo internal

(25)

♦ Akses data untuk publik tergantung kepada jenis dan klasifikasi data serta kebijakan yang akan dibuat.

Waktu: Rabu, 18 Juni 2008 (15.00 – 16.30 WIB) UNIT:

♦ Asdep Ur. Perencanaan Lingkungan

HASIL:

♦ Tugas dan tanggung jawab Asdep Ur. Perencanaan Lingkungan adalah melakukan kajian tata ruang sebagai bahan masukan bagi Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN).

♦ Kegiatan yang dilaksanakan erat kaitannya dengan data geospasial, akan tetapi unit tidak memiliki dan mengelola data geospasial tersebut. Kegiatan kajian dan analisis dilakukan oleh unit lain di KNLH dan pihak ke-3 (konsultan) termasuk penyediaan data.

♦ Aplikasi yang sedang dikembangkan adalah layanan fungsi ekosistem

♦ Asdep Ur. Perencanaan Lingkungan melakukan kajian dan analisis memerlukan data dari unit lain sehingga perlu adanya pertukaran data dengan unit lainnya di KNLH.

♦ Jenis pertukaran data yang diinginkan: visualisasi data & fisik data

♦ Bentuk pertukaran data tergantung kepada jenis dan klasifikasi data

Waktu: Kamis, 19 Juni 2008 (10.00 – 12.00 WIB) UNIT:

♦ Asdep Ur. Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut

(26)

♦ Penggunaan data geospasial pada saat ini hanya untuk keperluan pelengkap survei lapangan, belum dilakukan analisis geospasial untuk mendukung pengambilan kebijakan.

♦ Pengolahan data spasial untuk analisis tertentu (kerentanan pesisir terhadap gelombang pasang, sebaran ekosistem pesisir dan terumbu karang) mulai dilakukan, akan tetapi hasilnya belum dijadikan bahan untuk pengambilan kebijakan.

♦ Aplikasi yang sedang dikembangkan untuk pemanfaatan data geospasial adalah Aplikasi Data Spasial Perlindungan Ekosistem Pesisir dengan visualisasi dalam media web GIS.

♦ Ada harapan data-data dari program MIH dapat dimanfaatkan sebagai data dasar untuk analisis lanjutan sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing Asdep.

Waktu: Jumat, 20 Juni 2008 (10.00 – 12.00 WIB) UNIT:

♦ Asdep Ur. Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan

HASIL:

♦ Ketersediaan data dasar untuk keperluan analisis spasial seharusnya menjadi tanggung jawab unit Data dan Informasi, sehingga unit-unit lain dapat memanfaatkan sesuai kebutuhannya. Hasil analisis spasial yang dilakukan unit-unit dikembalikan kembali ke unit-unit Datin untuk dipublikasikan ke unit-unit lainnya ataupun ke publik.

♦ Perlu adanya kerjasama dengan instansi lain, terutama kehutanan dalam penyediaan data dasar yang dijembantani oleh salah satu unit di LH.

♦ Perlu adanya kesepakatan dan kesepahaman yang sama antar unit dalam pertukaran data geospasial

(27)

♦ Data hasil analisis citra program MIH diharapkan menjadi data dasar geospasial di LH.

Waktu: Rabu, 2 Juli 2008 (09.00 – 12.00 WIB) UNIT:

 Pusreg Jawa

HASIL:

♦ Kegiatan Pusreg Kalimantan terdokumentasi dengan baik dalam bentuk buku dan laporan. Akan tetapi, pengelolaan data dalam bentuk digital belum dilakukan.

Pusreg Jawa mendukung sepenuhnya pertukaran data (data sharing) di lingkungan KLH. Alokasi dana dan kegiatan akan didukung sepenuhnya. Untuk itu, tim DATIN diharapkan memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pengembangan infrastruktur (software, hardware) dan pengembangan sumber daya manusia.

Waktu: Rabu, 9 Juli 2008 (09.00 – 12.00 WIB) UNIT:

 Pusreg Sumapapua (Sulawesi, Maluku, & Papua)

HASIL:

♦ Kebutuhan data dan informasi spasial sangat diperlukan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Visualisasi informasi dalam bentuk peta dan gambar sangat membantu dalam menjelaskan keadaan dan kondisi lingkungan hidup suatu daerah.

♦ Pusreg Sumapapua memiliki bagian khusus yang menangani GIS yang dikoordinasi oleh bidang data dan informasi.

(28)

♦ Pada tahun 2008 telah dilaksanakan penandatanganan MoU antara KLH dan LAPAN untuk data citra dan pembinaan teknis (pengembangan sumber daya manusia).

Waktu: Kamis, 17 Juli 2008 (19.00 – 23.00 WITA) UNIT:

 Pusreg Kalimantan

HASIL:

♦ Pusreg Kalimantan sedang membangun jaringan informasi se-kalimantan dan diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2009. Jaringan informasi tersebut meliputi 4 Provinsi (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan 13 Kabupaten/Kota setiap provinsi.

♦ Pada tahun 2008 telah dilaksanakan penandatanganan MoU antara KLH dan LAPAN untuk data citra dan pembinaan teknis (pengembangan sumber daya manusia).

Waktu: Jumat, 25 Juli 2008 (09.00 – 10.00 WIB) UNIT:

 Asdep Pengendalian Kerusakan Sungai dan Danau

HASIL:

♦ Asdep Pesisir, Laut, Sungai, dan Danau merupakan unit teknis pelaksana kegiatan Menuju Indonesia Hijau (MIH). Kegiatan MIH bertujuan untuk menganalisis terjadinya kerusakan lingkungan melalui analisis penutupan lahan (land cover).

Melalui BRNP (Bappedal Regional Network Project) pada tahun 2000 dan dilanjutkan pada tahun 2003 telah dilakukan analisis penutupan lahan menggunakan citra satelit Landsat TM 7 dan TM 5 untuk seluruh wilayah Indonesia. Untuk tahun

(29)

anggaran 2005, dilakukan kegiatan yang sama dengan melakukan analisis lebih detail untuk DAS Siak, Ciliwung, Bengawan Solo, Barito, dan Musi. Sedangkan pada tahun 2007, analisis lebih detail dilakukan untuk pemenang program MIH yaitu 10 Kabupaten dengan menggunakan citra satelit SPOT. Hal yang sama dilakukan pada tahun 2008.

3.3. Analisis FGD

Analisis kebutuhan pengguna yang dilakukan dengan melaksanakan rangkaian FGD ke unit-unit di lingkungan KNLH menghasilkan pemahaman terhadap kondisi saat ini dan pengembangan dalam penanganan data spasial. Jumlah responden (unit) yang dilibatkan dalam FGD adalah sebesar 15 unit. Hasil kuesioner kemudian dilakukan analisis statistik sederhana berupa rata-rata jawaban dan disajikan dalam prosentase. Jawaban yang dihasilkan umumnya boleh lebih dari satu sehingga hasil prosentasi akan melebihi 100%.

Pemahaman terhadap kondisi data spasial dan data yang dimiliki oleh unit masing-masing masih belum memadai. Hasil analisis FGD terhadap data spasial dimasing-masing unit disajikan pada Tabel 3.1.

Umumnya analisis spasial yang dilakukan oleh unit adalah overlay (67%), queri spasial (47%), dan pengolahan citra (40%). Hasil pengolahan data spasial tersebut kemudian ditampilkan dalam laporan kegiatan (80%) dan sebagian lainnya melakukan pencetakan peta (47%).

Jenis data spasial yang dikelola umumnya berupa vektor (73%) dan data raster yang berupa citra satelit (20%). Dalam hal penyimpanan data spasial, sebagian besar unit masih menyimpannya dalam bentuk file yang terdiri dari shape file (70%), arcinfo coverage (20%) dan mapinfo (20%). Hal ini juga terkait dengan perangkat lunak yang

(30)

Sumber data spasial yang digunakan dan dikelola oleh unit adalah sebagian besar dari sumber eksternal (100%) terutama untuk peta dasar yang diperoleh dari BAKOSURTANAL dan instansi terkait lainnya. Sedangkan hasil analisis yang dilakukan oleh unit adalah sebesar 53% dan 47% diperoleh dari pengukuran lapangan dan survei.

Pertukaran data antar unit di lingkungan KNLH dirasakan perlu. Hal ini didukung oleh 87% responden yang menjawab perlu. Selama ini pelaksanaan pertukaran telah dilakukan melalui memo internal antar unit. Meskipun menyetujui pertukaran data, mekanisme pertukaran data yang diinginkan masih beragam dan belum menunjukan kesepahaman terhadap protokol dan standar pertukaran data. Akan tetapi kemauan untuk melaksanakan pertukaran data perlu diapresiasi.

Sumber daya manusia dibidang data spasial (GIS) sudah cukup memadai, yaitu 53% responden menjawab bahwa di unit tersebut telah memiliki staf yang ditugaskan untuk menangani data spasial sebanyak 3 orang staf atau lebih.

Untuk kebutuhan pengembangan ke depan, cukup beragam fungsi dan analisis yang diharapkan (Tabel 3.2.). Sedangkan Tabel 3.3. menyajikan master data list setiap unit di KNLH.

Tabel 3.1. Hasil Analisis Needs Assesment (Data GIS)

Fungsi GIS yang dibutuhkan

Pemasukan Data Dijitasi Meja 20%

Dijitasi On-Screen 53%

Dijitasi Automatis 13%

Input Tabular 20%

Lainnya 0%

Analisis Data Queri Spasial 47%

Overlay 67%

Pengolahan Citra 40%

Lainnya 0%

Data Visualisasi Peta Cetak 47%

(31)

Web 7%

Lainnya 0%

Jenis Data Spasial

Vektor data 73%

Raster data (DEM) 20%

Foto udara 7%

Penyimpanan Data Spasial

File Based Shape file 67%

ArcInfo Coverage 20% MapInfo 20% Lainnya 7% Database Geodatabase 0% PostGIS 7% Oracle 0% Lainnya 0%

Software Yang Digunakan

ArcView 3.x 67% PC Arc/Info 0% ArcGIS 27% MapInfo 13% Geomedia 0% AutoCad 0% Lainnya 7% Sumber Data Eksternal 100% Hasil Analisis 53% Survei Lapangan 47%

Tabel 3.2. Hasil Analisis Needs Assesment (Pertukaran Data)

Jenis Pertukaran Data

Tidak menjawab 7%

Memo Internal 73%

Perlunya Pertukaran Data

Perlu 87%

Tidak Perlu 0%

Mekanisme Pertukaran Yang Diinginkan

Bentuk Pertukaran Akses Metadata 60%

Visualisasi 73%

(32)

Mekanisme Distributed 67%

Terpusat 40%

Akses Data (Eksternal)

Akses Publik 33%

Dept/Instansi Lain 13%

Perlu Klasifikasi 100%

Sumber Daya Manusia

Jumlah Staf GIS = 1 7%

Jumlah Staf GIS = 2 7%

Jumlah Staf GIS >= 3 53%

Kebutuhan Pengembangan

Browse/Simple Display 40%

Query & Display 47%

Map Analysis Buffering 53%

Overlay 53%

Network 33%

Spatial Modeling 27%

(33)

No. Jenis Data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 Administrasi v v v v v v v v v v v v v v v v v 2 Sungai/Danau v v v v v v v v v v v v v v v 3 Batas DAS v v v v v v v v v v v v v v 4 DEM, Kontur v v v v v v v v v v v 5 Citra Satelit v v v v v v v v v v v 6 Tutupan Lahan v v v v v v v v v v v 7 Tanah v v v v v v v v v v 8 Landsystem v v v v v v v v 9 Iklim v v v v v v v v v v 10 Curah Hujan v v v v v v v v v v 11 Bathymetri v

12 Kualitas Limbah Industri v v v v v v v 13 Lokasi Industri v v v v v v v 14 RTRWN/P/K v v v v v v v v v v 15 RDTR v v v v v v v 16 Geohidro v v v v v v 17 Terumbu Karang v v v v v v v v 18 Padang Lamun v v v v v v v v 19 Mangrove v v v v v v v v v 20 Kualitas Air Laut v v v v v v v 21 Kualitas Air Danau v v v v v v v 22 Kualitas Air Sungai v v v v v v v 23 Kualitas Udara v v v v v v 24 Lokasi Pengambilan Sampel v v v v v v 25 Sebaran Flora Fauna Endemik v v v v v v v 26 Sebaran Flora Fauna Endangered v v v v v v v 27 Sebaran Sumberdaya Genetik v v v v v v v 28 Kawasan Konservasi v v v v v v v v v v v v 29 Kawasan Hutan v v v v v v v v v v v 30 Kawasan Lindung v v v v v v v v v v v 31 Rawan Kebakaran v v v v v v v 32 Rawan Banjir v v v v v v 33 Rawan Longsor v v v v v 34 Rawan Bencana v v v v v v 35 Hot spot v v v v v v 36 Konsesi Tambang v v v v v v v 37 Konsesi Hutan v v v v v v v 38 Konsesi Kebun v v v v v v v 39 Data Pantau ADIPURA v v v v v v

(34)

Keterangan:

1. Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Agro Industri 2. Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Manufaktur

3. Asdep Ur. Pengendalian Pencemaran Limbah & Usaha Skala Kecil 4. Asdep Ur. Perencanaan Lingkungan

5. Asdep Ur. Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut 6. Asdep Ur. Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan 7. KEHATI

8. AMDAL

9. AsDep Ur. Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan 10. PUSARPEDAL

11. Asdep Ur. Pengendalian Kerusakan Sungai dan Danau 12. Asdep Ur. Data dan Informasi

13. PusReg Sumatra, Maluku & Papua 14. PusReg Jawa

15. PusReg Kalimantan 16. PusReg Bali

17. PusReg Sumatera

Memperhatikan banyaknya data yang dapat digunakan secara bersama-sama sebagaimana yang disajikan pada master data list (Tabel 3.3.) maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Perlu ada kesepakatan antar unit mengenai tanggung jawab akuisisi dan pemuktahiran data spasial. Apabila data tersebut bersumber dari instansi lain, maka harus disepakati unit yang menjembatani penyediaan data spasial tersebut. 2. Perlu disepakati standar kualitas dan klasifikasi data.

3. Untuk menfasilitasi pertukaran data spasial di KNLH, maka diperlukan: a. mekanisme dan prosedur/protokol pertukaran data;

b. klasifikasi keterbukaan dan kerahasiaan data;

c. aspek legal untuk mendukung pertukaran data dalam bentuk Peraturan Sekretaris Menteri.

(35)

3.4. Strategi untuk Manajemen Data Spasial

Dari hasil analisis needs assement dan serangkaian pertemuan, maka strategi untuk pengelolaan data spasial di KNLH dirumuskan sebagai berikut:

1. Pembentukan Forum GIS. Forum GIS ini dilaksanakan setiap bulan dengan melibatkan staf terkait dibidang GIS dan pemerhati GIS. Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan sharing informasi dan diskusi diantara peserta. Diharapkan dapat terjalin komunikasi dan kesepahaman yang menghasilkan kesepakatan dalam pengelolaan data spasial di KNLH.

a. Inventarisasi Data Spasial: i. Identifikasi data tiap Unit

ii. Klasifikasi data (publik, internal, rahasia) iii. Identifikasi penyedia data

iv. Identifikasi redundansi data, eliminasi duplikasi

b. Penyusunan protokol pertukaran data spasial di lingkungan KNLH. c. Standardisasi format, kualitas, klasifikasi data spasial

Standardisasi dapat dilakukan untuk menyeragamkan format data dan analisis data spasial di lingkungan KNLH

2. Pengembangan prototipe portal GIS (SDBM) yang mencakup fungsi a. Pertukaran data spasial

b. Metadata Spasial c. Simpul IDSN d. Back-up data spasial

(36)

3. Cost Benefit Analysis

Analisis untung rugi dilakukan dengan mengkaji anggaran yang dikeluarkan oleh KNLH dalam pengadaan dan penanganan data spasial. Tujuan yang diharapkan adalah terpetakannya kondisi anggara dan penghematan yang dapat dilakukan. 4. Master Plan Pengembangan Data Spasial KNLH. Master Plan ini berisi

penentuan skala prioritas dan implementasi tahapan pengembangan.

3.5. Prioritas untuk Manajemen Data Spasial

Dari hasil penyajian hasil focus group discussion dirumuskan prioritas untuk manajemen data spasial yaitu sebagai berikut:

6. Penyiapan aspek legal untuk pertukaran data; 7. Mekanisme pertukaran data;

8. Klasifikasi kerahasiaan dan keterbukaan data;

9. Kepemilikan data tiap unit: akuisisi dan pemuktahiran; 10. Standardisasi format, kualitas dan klasifikasi data.

Tahapan Implementasi

Pembangunan sistem SDBMS KNLH disarankan menggunakan model proses spiral. Gambar 4.1. menyajikan tahapan pengembangan sistem menggunakan model proses

(37)

spiral. Pengembangan sistem diawali dengan pengembangan protype sistem untuk mendapatkan gambaran awal sistem keseluruhan yang akan dibangun. Apabila prototype sistem ini disetujui maka akan dilanjutkan dengan pengembangan sistem secara keseluruhan, meliputi pengkodean keseluruhan (code complete), penetapan lingkup sistem dan spesifikasi fungsi yang diinginkan. Pengembangan sistem juga diselaraskan dengan pengembangan dan pengadaan infrastruktur untuk mendukung implementasi sistem.

Roll-out Strategy Plan Design Test Vision Scope Func Spec Code Complete Pilot Prototype Prototype Deployment Deployment Infrastructure Infrastructure Vision Demo Scope Develop Test Design

Gambar 4.1. Diagram Alur Proses

Pengembangan sistem SDBMS KNLH dituangkan kedalam rencana strategis 4 (empat) tahun yaitu:

5. Prototype Portal GIS (Tahun 2008)

6. Integrasi Komponen dan Antar Muka (Tahun 2009) 7. Workflow Manajemen Data Spasial (Tahun 2010) 8. Penyempurnaan Sistem (Tahun 2011)

(38)

Dari rencana strategis tersebut, diharapkan sistem SDBMS KNLH dapat diimplementasikan secara sempurna dan menyeluruh pada Tahun 2012. Tentunya dengan dukungan infrastruktur, sumber daya dan peraturan terkait.

4.1. Protoype Portal Geospatial (Tahun 2008)

Pengembangan portal geospatial perlu didukung oleh 4 (empat) komponen (Gambar 4.2), yaitu:

1. Data Services untuk penyimpanan data spasial;

2. Catalog Services sebagai katalog data spasial dapat berupa web services;

3. Portrayal Services untuk penyajian atau visualisasi data spasial beserta informasi metadata;

4. Portal Services sebagai halaman utama untuk penyajian informasi geospasial; Secara umum desain sistem SDBMS KNLH dapat dilihat pada Gambar 4.3. Arsitektur sistem yang diajukan untuk kegiatan pengembangan sistem manajemen basis data KNLH ini disajikan pada Gambar 4.4..

(39)

Gambar 4.2. Arsitektur Portal Geospatial Spatial Database

Internet

GIS

Engine

SISTEM VISUALISASI RBI

GeoServer BALI (DB: BAKORBI2) INDO1 (DB: BAKORBI) INDO2 (DB: BAKORBI Master to Master Replication BANTEN WMS Server WFS Server Autentikasi Visualisasi Web Management Forum SISTE M VISUA LISASI Metadata Management DATIN Permintaan data/peta Permintaan diproses Akses ke database Data/peta ditampilkan Men eri m a dan mep ros e s data

(40)

WMS (maps) WFS (feature) GeoRSS KML WCS (coverages) Feature data Map drawing Databases Datastores Shapefiles GeoServer GeoNetwork Metadata Management Visualization WebServer MapServer GIS Apps Map Viewer Map Editing

Gambar 4.4. Arsitektur Sistem Manajemen Basis Data Spasial KNLH

4.1.1. Data Services

Data services atau datastore merupakan tempat penyimpanan data spasial baik berupa basis data (database) atau file system (shapefiles). Berdasarkan hasil FGD diperoleh bahwa umumnya penyimpanan data spasial dimasing-masing unit adalah berupa file system (shapefiles). Data-data spasial tersebut dapat disimpan pada server di unit DATIN atau di server masing-masing unit dengan server yang terhubung ke jaringan dan dapat diakses oleh server DATIN.

(41)

4.1.2. Portrayal Services

Untuk menghindari koneksi langsung ke database, diperlukan middle layer yang melakukan koneksi ke database dan hasilnya disediakan web services yang mengikuti standar OGC. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan dari basis data. Apabila tidak memungkinkan, maka Web Server dapat langsung melakukan koneksi ke Database Server.

Sistem SDBMS KNLH ini dibangun dengan mengadopsi spesifikasi dari Open Geospatial Consortium (OGC) tentang spatial data web service yaitu WMS (Web Map Service), WFS (Web Feature Service), WCS (Web Coverage Server), dan WRS (Web Registry Service). Gambar 4.5. menyajikan speifikasi dari OGC.

(42)

WMS Server

WMS atau Web Map Service merupakan layanan basis data spasial secara online. WMS menghasilkan peta yang bergeoreferensi. Peta dalam hal ini adalah representasi visual dari geodata, dan bukan data geospasial itu sendiri. WMS meproduksi data yang bereferensi geografis secara dinamis dari informasi geografis (basis data geospasial). Peta itu sendiri merupakan informasi geografis yang digambarkan secara dijital oleh komputer untuk keperluan penyajian data spasial. Peta hasil WMS biasanya berupa gambar dengan format PNG, GIS atau JPEG. Spesifikasi WMS dikeluarkan oleh OGC.

WFS Server

WFS atau Web Feature Service merupakan layanan publikasi data geospasial pada tingkat fitur data spasial melalui media web. Disamping penyajian data spasial melalui gambar/image yang dilakukan oleh WMS, klien dapat memperoleh informasi data geospasial hingga ke lever fitur yaitu baik geometri maupun data atributnya. Spesifikasi OGC untuk WFS menggunakan teknologi XML (Extensible Markup Language) dan protokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) sebagai media penyampaiannya. Atau lebih tepatnya menggunakan GML (Geography Markup Language) yang merupakan subset dari XML.

WFS-T atau Web Feature Service-Transactional merupakan layan yang memungkinan pengguna dapat melakukan pemutakhiran (update), menghapus (delete), dan memasukan (insert) data geografi.

WCS Server

WCS atau Web Covergae Service merupakan layanan publikasi data geospasial untuk tipe data raster (citra satelit, foto udara, dem) secara online. WCS meproduksi data yang bereferensi geografis secara dinamis dari informasi geografis (basis data geospasial). Peta hasil WCS biasanya berupa gambar dengan format PNG, GIF atau JPEG. Spesifikasi WCS dikeluarkan oleh OGC.

(43)

PostGIS Connector LAN / INTERNET WMS/WFS shapefile Connector ArcGrid Connector WCS GTopo30 Connector GeoTIFF Connector Image Mosaicking Connector PostGIS RDBMS Shape files ArGrid GTopo 30 Geo TIFF Image GetFe ature GetM ap GetC ove rage Client PostGIS Connector LAN / INTERNET WMS/WFS shapefile Connector ArcGrid Connector WCS GTopo30 Connector GeoTIFF Connector Image Mosaicking Connector PostGIS RDBMS Shape files ArGrid GTopo 30 Geo TIFF Image GetFe ature GetM ap GetC ove rage Client

Gambar 4.6. Arsitektur GeoServer

4.1.3. Catalog Services

Untuk pengelolaan metadata, diperlukan aplikasi yang dapat menyediakan informasi metadata. Informasi metadata sangat penting diperlukan agar pengguna dapat mengetahui informasi lebih detail mengenai data tersebut. Disamping itu juga dapat melihat langsung data melalui viewer peta. Sehingga layanan web (web services) berupa WMS, WFS dan WCS tersebut dapat diintegrasikan dengan penanganan metadata.

(44)

4.1.4. Portal Services

Web Server yang akan digunakan adalah Apache Web Server yang dikeluarkan oleh Apache Foundation. Apache Web Server telah dikenal dengan kehandalannya dalam menyediakan servis-servis di dunia Internet.

Aplikasi untuk mendukung pemetaan online (web-mapping) tersedia cukup banyak baik yang komersial mapun open source. Dalam pengembangan sistem visualisasi ini dapat menggunakan aplikasi open source yang cukup terkenal dalam bidang pemetaan online yaitu UMN MapServer.

MapServer merupakan salah satu aplikasi pemetaan online (web GIS) yang dikembangkan oleh Universitas Minnesota, NASA, dan Departemen Sumber Daya Alam Minnesota (Minnesota Departemen of Natural Resources). MapServer merupakan aplikasi open source yang berarti dapat didistribusikan dengan gratis disertai dengan sumber kode pemrograman apabila ingin mengembangkan lebih lanjut. MapServer dapat dijalankan pada beberapa sistem operasi yaitu Unix/Linux, MacOS dan Windows.

Fitur yang didukung oleh MapServer adalah:

 Format vektor: ESRI shapefile (*.shp), ESRI ArcSDE, MapInfo, Autodesk Autocad (*.dwg dan *.dxf), serta format lainnya yang didukung oleh OGR;

 Format raster: TIFF/GeoTIFF, GIF, PNG, ERDAS, JPEG, EPPL7;  Quadtree spatial indexing untuk shapefile;

 Dapat sepenuhnya dikustomisasi untuk menghasilkan hasil yang diinginkan;  Pemilihan fitur menggunakan item/nilai, titik, area atau fitur lainnya;  Mendukung TrueType font;

 Mendukung OpenGIS;

 Mendukung penggabungan data raster dan vektor (untuk penyajian data);  Legenda dan skala yang otomatis;

 Mendukung pengembangan peta tematik online;  Pelabelan fitur;

(45)

Konfigurasi dapat dilakukan secara online (on-the fly configuration);Proyeksi dapat dilakukan secara online (on-the-fly projection).

Sedangkan untuk fungsi yang dapat dilakukan oleh aplikasi visualisasi adalah:

 DHTML (DOM) perbesar/penggeseran peta yang didukung oleh browser: Mozilla/Firefox 1.+/Netscape 6.1+, IE 5/6, Opera 6.+

Perbesaran/penggeseran dapat dilakukan menggunakan papan ketik (keyboard), tetikus (mouse), peta inset dan slider.

Fungsi query (identifikasi (identify), pemilihan (select), penelusuran (search))Hasil query yang digabungkan dengan basis data dan hyperlinks

Hasil identifikasi yang berupa jendela pop-up pada saat mouse over  Layout yang fleksibel pada tampilan hasil query

 Fungsi cetak: HTML dan PDF  Pengukuran jarak dan luas

 Legenda yang berupa HTML yang dapat menampilkan legenda dan keterangan layer yang baik

 Konfiguras yang sangat mudah melalui file INI

 Tampilan antar muka yang mendukung berbagai bahasa (EN, DE, IT, FR, SE, NL, CZ, BR, SK, ES, ID)

 Dapat melakukan unduh gambar pada berbagai resolusi dan format  Penambahan point of interest dan label pada peta

 XHTML 1.0 compliant

4.1.5. Desktop GIS / GIS Application

Desktop GIS / GIS Application merupakan aplikasi pengolah data spasial yang telah tersedia dimasing-masing unit. Aplikasi tersebut harus mendukung akses dan membaca web services sesuai dengan spesifikasi OGC (WMS, WFS, dan WCS). Application Server ini dapat melakukan koneksi dan memperoleh layanan lewat Web Services mengenai data-data geospasial dari server DATIN.

(46)

4.1.6. Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia

Konfigurasi sistem yang diusulkan adalah sistem berbasis open source. Aplikasi open source atau sumber terbuka ini adalah aplikasi yang dapat digunakan dan dimodifikasi sesuai dengan keinginan pengguna. Aplikasi ini bebas digunakan tanpa perlu membayar lisensi. Dukungan dari komunitas pengguna aplikasi ini juga cukup baik berupa mailing list dan dukungan online lainnya. Konfigurasi sistem SDBMS KNLH adalah:

 Sistem Operasi (OS): Windows 2003 Server atau Linux;

 Web Server: Apache Web Server ver 2.2 (http://www.apache.org);  Development: PHP Programming Languange (PHP ver 5.0)

(http://www.php.net);

 Database Spasial: PostgreSQL ver 8.2 + PostGIS ver 1.3

(http://www.postgresql.org & http://postgis.refractions.net/) dan Microsoft SQL Server dan ArcSDE.

 Geospatial Web Services: Geoserver ver. 1.6.0 (http://www.geoserver.org);  Metadata Management: GeoNetwork

(http://www.geonetwork-opensource.org);

 GIS Engine berbasis web: MapServer ver. 5.2 (http:// mapserver.gis.umn.edu/);

Implementasi dan pengembangan prototype sistem SDBMS KNLH sesuai konfigurasi sistem diatas memerlukan infrastruktur pendukung yaitu:

1. Server dengan spesifikasi minimal Pentium Xeon, RAM 1 GB, HDD 72 GB SCSI. Server tersebut digunakan sebagai web server, dan server aplikasi pendukung portal GIS. Jumlah server yang dibutuhkan adalah 2 unit.

2. Infrastruktur jaringan internet yang memadai, hal ini mengingat sistem SDBMS KNLH merupakan sistem yang online dan dapat diakses oleh publik.

(47)

4.2. Integrasi Komponen (Tahun 2009)

Komponen-komponen yang dibangun pada tahun sebelumnya masih berdiri sendiri dan belum diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Kegiatan tahun 2009 adalah melakukan integrasi komponen portal GIS tersebut, meliputi:

 Setting dan konfigurasi komponen portal GIS;

Penyeragaman tampilan antar muka (interface) dan autentikasi pada satu pintu (single sign on);

Integrasi modul metadata (GeoNetwork) dengan web services (GeoServer). Hal ini untuk menampilkan keterkaitan informasi metadata dan data spasial;

4.3. Workflow Manajemen Data Spasial (Tahun 2010)

Tahapan ini ditujukan untuk pengembangan alur kerja (workflow) manajemen data spasial KNLH dengan melibatkan unit terkait. Alur kerja tersebut merupakan hasil kesepahaman unit yang dibangun pada forum GIS. Mekanisme dan aturan tersebut dibangun dan diimplementasikan pada sistem sehingga diharapkan portal GIS sebagai salah satu alat untuk manajemen data spasial di lingkungan KNLH dan dapat digunakan sebagai alat untuk berbagi(sharing) data.

Infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung pengembangan pada tahapan ini adalah:  Upgrading Sistem meliputi peningkatan kapasitas server, sistem back-up,

penyimpanan data (storage);

 Peningkatan kapasitas jaringan internet KNLH dan jaringan WAN ke Pusat Regional dan Pusarpedal;

(48)

4.4. Penyempurnaan Portal GIS (Tahun 2011)

Kegiatan ini merupakan tahapan akhir dari kegiatan pengembangan sistem SDBMS KNLH. Modul-mdoul dan fungsi aplikasi yang dibangun pada tahapan sebelumnya direview dan disempurnakan. Tahapan ini juga melaksanakan implementasi dari workflow manajemen data spasial yang dibangun pada tahapan sebelumnya.

Penutup

Demikian Master Plan Pembangunan Sistem Manajemen Basis Data Spasial Kementerian Negara Lingkungan Hidup kami susun untuk menyajikan perencaan secara menyeluruh dari kegiatan di Asdep Urusan Data dan Informasi KNLH. Semoga hasil kegiatan ini dapat bermanfaat bagi Asdep Urusan Data dan Informasi pada khususnya dan Kementerian negara Lingkungan Hidup pada umumnya

Gambar

Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan
Gambar 2.2. Detil proses analisis sistem
Gambar 2.3. Contoh desain konseptual/logik basisdata
Gambar 2.4. Contoh desain konseptual/logik interaksi pengguna dengan sistem  (diagram level 0).
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

16 berikut yaitu, menemukan alternatif solusi melalui redefinisi masalah, memperbesar dan memperkuat sumber daya dan kepentingan agar semua pihak dapat mencapai tujuan, menemukan

Belum maksimalnya hasil belajar siswa khususnya untuk jurusan Akuntansi kemungkinan dikarenakan pengelolaan metodologi pembelajaran yang belum di kelola dengan baik

Setelah petani selesai ndaut, maka bibit padi yang sudah terkumpul akan dibawa ke setiap petak-petak sawah dan diletakkan di pematang sawah, kemudian petani akan menyuruh orang

[r]

Berdasarkan Tabel 14 lahan gambut pada wilayah penelitian yang memiliki tingkat kehijauan vegetasi sangat rendah (NDVI 0,051 – 0,1) memiliki peluang yang paling besar

Dari hasil berbagai sumber literatur didapatkan beberapa Faktor yang telah diidentifikasi namun tidak seluruhnya akan digunakan dalam analisis kesediaan masyarakat dalam

penyemangat saya dalam hiburan saya terus yang kedua saya memilih dari faktor fisik yang pasti ya mas, bukannya munafik, sebagai cowok juga munkin sama saja mas2. Jadi

pengumpulan data di lapangan., bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, untuk membangun.. kepercayaan para responden terhadap peneliti dan