H. Edi Suma
H. Edi Sumantri, SE, MSi
ntri, SE, MSi
KEBIJAKAN PERPAJAKAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN
DALAM RANGKA MENDUKUNG PELAKSANAAN DALAM RANGKA MENDUKUNG PELAKSANAAN DAERAH OTONOM
DAERAH OTONOM
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ADMINISTRASI
DEPARTEMEN ADMINISTRASI
Oleh Oleh
Pendahulu
Pendahulu
an :
an :
Background
Background
Penyelenggaraan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Pemerintahan
(Daerah)
(Daerah)
TTAA N N T T A A N N G G A A N N Good Governance Good GovernanceEra Globalisasi &
Era Globalisasi &
Otonomi Daerah
Otonomi Daerah
Pembangunan
Pembangunan
Berkesinambungan
Berkesinambungan
((
S
Su
usstta
aiin
na
ab
biili
litty
y
))
Anggaran :
Anggaran :
APBD
APBD
(Pendapatan Daerah)
(Pendapatan Daerah)
Sumber Pendanaan Penyelenggaraan
Sumber Pendanaan Penyelenggaraan
Pemerintahan & Pembangunan Masyarakat di Daerah
Pemerintahan & Pembangunan Masyarakat di Daerah
Kemandirian Kemandirian
Salah Satu Instrumen Penyelesaian
Salah Satu Instrumen Penyelesaian
Tantangan & Permasalahan
Konsepsi Otonomi Daerah
Konsepsi Otonomi Daerah
Otonomi Daerah :
Otonomi Daerah :
kewenangan Daerah Otonom untuk
kewenangan Daerah Otonom untuk
mengatur & mengurus kepentingan
mengatur & mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa
masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri
sendiri
berdasarkan aspirasi masyarak
berdasarkan aspirasi masyarak
at
at
sesuai dg Peraturan Per-UU-an
sesuai dg Peraturan Per-UU-an
Daerah Otonom (Daerah) :Daerah Otonom (Daerah) :
kesatuan masyarakat hukum yg mempunyai batas Daerah tertentu kesatuan masyarakat hukum yg mempunyai batas Daerah tertentu berwenang mengatur & mengurus kepentingan masyarakat setempat berwenang mengatur & mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI
ikatan NKRI
UU No. 32 Thn 2004
UU No. 32 Thn 2004
UU No. 32 Thn 2004 (Pasal 157)
&
UU No. 33 Thn 2004 (Pasal 5
–
6)
PENDAPATAN DAERAH
PEMBIAYAAN
Konsepsi Pendapatan Daerah
&
Pajak Daerah
Pendapatan Daerah
( UU No. 32 & 33 Thn 2004 )
PENERIMAAN DAERAH
PENDAPATAN DAERAH PEMBIAYAAN
• PAD.
• Dana Perimbangan. • Lain2 Pendapatan.
• Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah.
• Penerimaan Pinjaman Daerah.
• Dana Cadangan Daerah. • Hasil Penjualan Kekayaan
Komponen Pendapatan Daerah
PAD
Dana Perimbangan Lain2 Pendapatan
• Hasil Pajak Daerah • Hasil Retribusi Daerah
• Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan • Lain-lain PAD yg sah :
> Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yg tdk Dipisahkan. > Jasa Giro.
> Pendapatan Bunga.
> Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah thd Mata Uang Asing. > Komisi, Potongan, ataupun bentuk lain sbg akibat dari
Penjualan dan/atau Pengadaan Barang dan/atau Jasa oleh Daerah).
Dasar Hukum Pajak Daerah/Retribusi Daerah
• UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah & Retribusi Daerah • PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
• PP Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
NO JENIS PERATURAN
1 KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH Perda Nomor 4 Tahun 2002 2 PKB Perda Nomor 4 Tahun 2003 3 BBN-KB Perda Nomor 3 Tahun 2003 4 PBB-KB Perda Nomor 7 Tahun 2002 5 P. HOTEL Perda Nomor 7 Tahun 2003 6 P. RESTORAN Perda Nomor 8 Tahun 2003 7 P. HIBURAN Perda Nomor 6 Tahun 2003 8 P. REKLAME Perda Nomor 2 Tahun 2004 9 P. PENERANGAN JALAN Perda Nomor 9 Tahun 2003 10 P. AIR BAWAH TANAH Perda Nomor 1 Tahun 2004 11 P. PARKIR Perda Nomor 6 Tahun 2002 12 RETRIBUSI DAERAH Perda Nomor 1 Tahun 2006
Definisi Pajak Daerah
(PP Nomor 65 Tahun 2001)
“Iuran Wajib Yang Dilakukan Oleh Orang
Pribadi Atau Badan Kepada Daerah Tanpa
Imbalan Langsung Yang Seimbang, Yang
Dapat Dipaksakan Berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan Yang Berlaku, Yang
Digunakan Untuk Membiayai
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Dan Pembangunan Daerah”
•
Daerah Provinsi :
> PKB & Kendaraan di Atas Air (5%).
> BBN-KB & Kendaraan di Atas Air (10%). > PBB-KB (5%). > Pajak PPABT-AP (20%). •
Daerah Kabupaten/Kota :
> Pajak Hotel (10%). > Pajak Restoran (10%). > Pajak Hiburan (35%). > Pajak Reklame (25%).> Pajak Penerangan Jalan (10%).
> Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C (20%). > Pajak Parkir (20%).
PERSENTASE BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK DAERAH
NO JENIS PAJAK DAERAH PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
1 PKB 70% 30%
2 BBN-KB 70% 30%
3 PBB-KB 70% 30%
4 PABT 30% 70%
NO JENIS PAJAK DAERAH KABUPATEN/ KOTA DESA
1 PAJAK HOTEL 90% 10%
2 PAJAK RESTORAN 90% 10%
3 PAJAK HIBURAN 90% 10%
4 PAJAK REKLAME 90% 10%
5 PAJAK PENERANGAN JALAN 90% 10%
6 PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOL C
90% 10%
Fungsi Pajak
Fungsi
B udg etair :
Pemungutan Pajak berfungsi sebagai
sarana memasukkan uang
sebanyak-banyaknya ke dalam Kas
Negara/Daerah.
Fungsi
R eg ulerend :
Pemungutan Pajak berfungsi sebagai
sarana untuk mengatur
Definisi Retribusi Daerah
(PP Nomor 66 Tahun 2001)
“Pungutan Daerah Sebagai
Pembayaran Atas Jasa Atau
Pemberian Izin Tertentu Yang Khusus
Disediakan Dan/Atau Diberikan Oleh
Pemerintah Daerah Untuk
Kepentingan Orang Pribadi Atau
Badan”
Golongan Retribusi Daerah
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Umum
“Retribusi atas jasa yang
disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang
Retribusi Jasa Usaha
“Retribusi atas Jasa Usaha
yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah dengan mengaut prinsip
komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh
sektor Swasta”
Retribusi Perizinan Tertentu
“Retribusi atas kegiatan tertentu
Pemerintah Daerah dalam rangka
pemberian izin kepada Orang Pribadi
atau Badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentimngan umum dan
• R etribus i J as a Umum, antara lain Retribusi Pelayanan
Kependudukan, Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Kebersihan, dll.
• R etribus i J as a Us aha, antara lain Retribusi Pelayanan
Perparkiran, Retribusi Pelayanan Perindustrian, Retribusi Pelayanan Peternakan, dll.
• R etribusi Perizinan Tertentu, antara lain Retribusi Pelayanan
Izin Undang-Undang Gangguan (UUG), Retribusi Pelayanan Pengawasan Pembangunan Kota, Retribusi Pelayanan Lalu Lintas & Angkutan Jalan, dll.
• Hasil Peng elolaan K ekayaan Daerah yg dipis ahkan :
Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah :
* ) PDAM Jaya, PD. Dharma Jaya, PD. Pasar Jaya PD. Pembangunan Sarana Jaya dll.
**) Penyertaan Moda pada Pihak Ke Tiga.
PT. Pembangunan Jaya Ancol, PT. Bank DKI, PT. Jakarta Propertindo, PT. Kawasan Berikat Nusantara dll.
***) Badan Pengelola :
• Komponen Lain-lain PA D yg S ah :
Sisa Uang yg harus dipertanggung jawabkan (UUDP), meliputi Sisa UUDP Rutin tahun lalu, Sisa UUDP
Pembangunan & Sisa UUDP Pembangunan Tahun Lalu.
Hasil Penjuaan Kekayaan Daerah.
Jasa Giro, Pendapatan Bunga.
Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing.
DANA YANG BERSUMBER DARI PENDAPATAN
APBN YANG DIALOKASIKAN KEPADA
DAERAH BERDASARKAN ANGKA
PERSENTASE UNTUK MENDANAI
KEBUTUHAN DAERAH DALAM RANGKA
PELAKSANAAN DESENTRALISASI
SUATU SISTEM KEUANGAN PEMERINTAHAN DALAM NEGARA KESATUAN, YANG MENCAKUP PEMBAGIAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN
PEMERINTAH DAERAH SECARA PROPORSIONAL, DEMOKRATIS, ADIL, TRANSPARAN DENGAN
MEMPERHATIKAN POTENSI, KONDISI DAN KEBUTUHAN DAERAH, SEJALAN DENGAN KEWAJIBAN, PEMBAGIAN KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB SERTA TATA
SKEMA BAGI HASIL PAJAK (TAX SHARING)
I. PBB II. BPHTB III. PPh 10% PUSAT 90% DAERAH 20% PUSAT 80% DAERAH 80% PUSAT 20% DAERAH PP NO 16 TAHUN 2000 UU NO 21 TAHUN 1997 JO UU NO 20 TAHUN 2000 PP NO 115 TAHUN 2000 Khusus Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan KaryawanI PBB
II BPHTB
SKEMA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM
• 20% • • • • 80% DAERAH 70% PUSAT 30% DAERAH 85% 15% DAERAH PUSAT PUSAT II SDA SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK I SDA SEKTOR KEHUTANAN PERTAMBANGAN UMUM PERIKANANIII SDA SEKTOR
DANA ALOKASI UMUM
DEFINISI :
DANA
YANG
BERSUMBER
DARI
PENDAPATAN
APBN
YANG
DIALOKASIKAN
DENGAN
TUJUAN
PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN
ANTAR
DAERAH
UNTUK
MENDANAI
KEBUTUHAN DAERAH DALAM RANGKA
PELAKSANAAN DESENTRALISASI.
DANA ALOKASI UMUM
•
Jumlah Keseluruhan DAU Ditetapkan 26% Dari
Pendapatan Dalam Negeri Netto.
•
Proporsi DAU Antara Provinsi dan
Kabupaten/Kota Dihitung Perbandingan
Antara Bobot Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
•
Apabila Proporsi Belum Dapat Dihitung Secara
Kuantitatif, Maka Ditetapkan 10% Untuk
Provinsi dan 90% Untuk Kabupaten/Kota.
FORMULA DANA ALOKASI UMUM
•
DAU DIALOKASIKAN BERDASARKAN
CELAH FISKAL DAN ALOKASI
DASAR.
•
CELAH FISKAL, SELISIH ANTARA
KEBUTUHAN FISKAL DAN
KAPASITAS FISKAL.
JUMLAH PENDUDUK LUAS WILAYAH INDEKS KEMAHALAN KONTRUKSI PDRB PERKAPITA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAD
DANA ALOKASI KHUSUS
DEFINISI :
DANA
YANG
BERSUMBER
DARI
PENDAPATAN
APBN
DAN
DIALOKASIKAN
KEPADA
DAERAH
TERTENTU DENGAN TUJUAN UNTUK
MEMBANTU
MENDANAI
KEGIATAN
KHUSUS YANG MERUPAKAN URUSAN
DAERAH
DAN
SESUAI
DENGAN
PRIORITAS NASIONAL
Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
Penerimaan Pinjaman Daerah
Dana Cadangan Daerah
Titik Sentral Pendapatan Daerah pd
Era Otonomi Daerah
Kecenderungan yg kuat bagi PEMDA untuk meningkatkan Pendapatan Daerah masing-masing, khususnya melalui PAD
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pd umumnya didominasi oleh Pajak Daerah : secara rata2 mencapai >
50%
Namun, Kontribusi Pajak Daerah thd APBD pd umumnya relatif kecil untuk kebutuhan pembiayaan Daerah :
secara rata2 < 50%
Pendapatan Daerah (Pajak Daerah) di Seluruh Provinsi di Indonesia masih perlu dioptimalkan lagi
Fenomena PEMDA & PAD
PEMDA cenderung menerapkan Kebijakan
yg pd prakteknya di lapangan tidak jarang berpotensi menjadi sumber distorsi thd upaya penciptaan iklim kondusif guna mencapai Stabilitas Perekonomian Daerah
Dalam jangka panjang dpt memperburuk kondisi perekonomian mikro & makro Daerah yg
selanjutnya berdampak thd regional
competitiveness & berkontribusi pd national competitiveness secara keseluruhan
Prasyarat
Terselenggaranya Pokok Kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Maupun Kabupaten/Kota sangat ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya yg dimiliki secara memadai
Sumberdaya Pendapatan Daerah : Pajak Daerah
Membiayai penyelenggaraan implementasi & intervensi Kebijakan, Program & Kegiatan Pemerintahan & Pembangunan di Daerah
Isu-isu Aktual
Internal Actual Issues
• Kondisi sumberdaya aparatur : kuantitas & kualitas (profesionalisme & kompetensi).
• Pemahaman thd potensi Pendapatan Daerah (khususnya Pajak Daerah) belum mendekati kondisi riil.
• Ketersediaan Sistem Manajemen Basis Data & Informasi Pajak
Daerah masih relatif terbatas & belum beroperasi secara optimal. • Sistem Pembayaran Pajak Daerah masih belum sepenuhnya
berbasis On-Line System, sehingga data pembayaran masih belum dapat tersaji secara cepat & akurat.
• Inkonsistensi & minimnya perangkat & upaya penegakan hukum, khususnya di Bidang Perpajakan Daerah.
External Actual Issues
• Para WP masih belum sepenuhnya menyadari kewajiban Perpajakannya.
• Masih terdapatnya WP yg melakukan penunggakan pembayaran Pajak Daerah & kurang bersikap proaktif serta kondusif pd saat dilakukannya Penagihan Tunggakan Pajak.
• Kebutuhan Keuangan (Anggaran) Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota kian meningkat pd setiap Thn anggaran, sehingga harus diimbangi dg perolehan Pendapatan Daerah, khususnya
melalui Pajak Daerah.
• Kondisi perkembangan sosial & ekonomi serta keamanan
khususnya di Provinsi dan Kabupaten/Kota yg berpengaruh thd tingkat Pendapatan WP yg berimplikasi pd tingkat Pendapatan Daerah, khususnya melalui Pajak Daerah.
TUJUAN & Ruang Lingkup Pembahasan
• Mendeskripsikan baik secara teoritis maupun empiris serta juridis ttg pengelolaan Pendapatan Daerah, dg fokus Pajak
Daerah khususnya yg dikelola oleh Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
• Menyajikan kerangka alternatif kebijakan yg optimal dalam pengelolaan Pajak Daerah di Provinsi dan Kabupaten Kota dalam menghadapi era globalisasi dan Otonomi Daerah guna mewujudkan Good Governance secara berkesinambungan.
Kebijakan Pengelolaan Pajak Daerah
Konsepsi & Fenomena Globalisasi, Otonomi Daerah & Good Governance
LANDASAN KONSEPSIONAL
Kebijakan Perpajakan Daerah sbg Bagian dari Kebijakan Publik
“Kebijakan (Policy ) Kebijaksanaan (Wisdom)“
Kebijakan :
kesepakatan bersama dari berbagai persoalan yg timbul dalam masyarakat & sudah disahkan oleh masyarakat itu sendiri
melalui lembaga yg berwenang untuk dilaksanakan
Kebijaksanaan :
suatu rangkaian tindakan dari aturan yg sudah ditetapkan sesuai dg situasi & kondisi setempat oleh personal/individu
pejabat yg berwenang (Syafi’ie, 1999) E J K E J S N
Kebijakan Publik :
apa saja yg dipilih oleh Pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan : whatever government
choose to do or not to do. (Thomas R. Dye)
Kebijakan Publik
serangkaian tindakan yg mempunyai tujuan tertentu yg diikuti & dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna
memecahkan masalah tertentu Anderson (Widodo, 2001)
Kebijakan Publik dibuat dalam rangka untuk memecahkan masalah & untuk mencapai tujuan
“PEMDA hanya akan mengarah pd
Pemungutan & Pengenaan Pajak Daerah sbg suatu “akibat“ dari meningkatnya
kesejahteraan masyarakat & bukan dijadikan
“sebab“ yg dp mensejahterakan masyarakat
sehubungan dg dilakukannya
pemungutan & pengenaan Pajak Daerah kpd masyarakat”
Kebijakan Umum
Ciri
2pembentukan Daerah Otonom dalam
rangka Desentralisasi di Indonesia :
• Daerah Otonom tidak memiliki kedaulatan
atau semi kedaulatan layaknya di negara federal. • Desentralisasi dimanifestasikan dalam pembentukan
Daerah Otonom & penyerahan atau pengakuan atas wewenang pemerintahan di bidang tertentu untuk
mengatur & mengurus urusan pemerintahan di bidang tertentu pula.
• Penyerahan atau pengakuan urusan pemerintahan terkait dg pengaturan & pengurusan kepentingan masyarakat setempat (lokalitas) sesuai prakarsa & aspirasi masyarakat.
• Penyelenggaraan OTDA dilaksanakan dg memperhatikan aspek-aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan & potensi serta keanekaragaman Daerah. • Pelaksanaan OTDA didasarkan pada otonomi luas, nyata & bertgjwb.
• Pelaksanaan OTDA yg luas & utuh diletakkan pd Daerah Kabupaten & Kota, sedangkan OTDA Provinsi merupakan Otonomi Terbatas.
• Pelaksanaan OTDA harus sesuai dg Konstitusi Negara, sehingga tetap terjamin hubungan yg serasi antara Pusat & Daerah serta antar Daerah.
• Pelaksanaan OTDA harus lebih meningkatkan Kemandirian Daerah Otonom & karenanya dalam Daerah Kabupaten & Kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
• Kawasan khusus yg dibina oleh Pemerintah atau pihak lain, seperti Badan Otorita, Kawasan Pelabuhan, Kawasan Pertambangan, Kawasan Kehutanan, Kawasan Perkotaan Baru, Kawasan Wisata & semacamnya berlaku ketentuan Peraturan Daerah Otonom. • Pelaksanaan OTDA harus lebih meningkatkan peranan & fungsi Badan Legislatif Daerah,
baik sbg fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
• Pelaksanaan Asas Dekonsentrasi diletakkan pd Daerah Provinsi dalam kedudukannya sbg Wilayah Administrasi untuk melaksanakan kewenangan Pemerintahan tertentu yg
dilimpahkan kpd Gubernur sbg Wakil Pemerintah.
• Pelaksanaan Asas Tugas Pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari PEMDA kpd Desa yg disertai dg pembiayaan, sarana & prasarana, serta SDM dg kewajiban melaporkan
Berdasarkan UU No. 34 Thn 1999,
pemberlakukan kebijakan OTDA diterapkan pd dalam lingkup Provinsi
OTDA di DKI Jakarta tdk diterapkan pd Daerah Otonom yg lebih kecil di bawah Provinsi (Kabupaten/Kota). Lima wilayah yg ada selama ini bersifat administrasi,
sehingga tidak memiliki DPRD Kabupaten/Kota sbg salah satu ciri Daerah Otonom.
Kekhususan DKI Jakarta :
sebagai Ibukota Negara, Pusat Pemerintahan NKRI, Pusat Perdagangan, Pusat Domisili Korps Diplomatik,
•
Kesimpulan
• Dg diimplementasikannya kebijakan OTDA di Daerah yg diikuti dg perubahan lingkungan strategis yg sangat pesat, paling tidak tdp 2 tantangan yg akan :
<> Kesiapan menghadapi Globalisasi & Perdagangan Bebas Dunia. <> Upaya membangun Kerjasama antar Unit Kerja, Instansi &
Daerah yg sinergis & saling menguntungkan berdasarkan potensi yg dimiliki.
• PAD merupakan bagian yg sangat penting dalam memberikan kontribusi thd APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Perolehan PAD antara sebelum & setelah memperlihatkan nilai Realisasi PAD setelah Otonomi Daerah lebih besar dibandingkan dg sebelum Otonomi Daerah (implementasi Kebijakan OTDA memberi pengaruh thd peningkatan Pendapatan
• Mengusahakan agar Kebijakan Perpajakan Daerah dpt mewujudkan suatu keseimbangan antara apa yg dipungut dg apa yg dilayani
(served /dedicated ) kpd masyarakat (dari, oleh & untuk masyarakat (WP)).
• Suatu Sistem Perpajakan berupa Kebijakan Perpajakan haruslah bersifat Netral tanpa adanya suatu distorsi agar terdapat
pengalokasian sumberdaya yang optimal sesuai dg keadaan /
dinamika pasar & harus mendorong atau mengendalikan kehidupan perekonomian nasional & regional dg mengikuti Principles of Good Tax Administration.
• Kebijakan Perpajakan (Tax Policy ) yg terlalu idealis dp membuat Administrasi Perpajakan (Tax Administration) mjd tambah rumit (complicated ), sedangan di lain pihak adanya Administrasi Pajak yg tidak efektif dp melemahkan atau merusak pelaksanaan
Kebijakan Perpajakan di lapangan.
• Kebijakan Perpajakan yg dibuat berdasarkan hasil analisis
ekonomi dp membantu kpd proses pengambilan keputusan dg menunjukkan persyaratan2 yg harus dipenuhi oleh Struktur Pajak
(Daerah), apabila ingin dicapai efisiensi Ekonomi Daerah yang optimal.
• Kurangnya Koordinasi merupakan permasalahan yg sering terjadi pd saat pembuatan suatu Kebijakan Perpajakan, dimana
komponen2 utama yg berpengaruh : Pengembangan Kebijakan
(Policy Development), Analisis Teknis (Technical Analysis) & Konsepsi berdasarkan Undang-Undang (Statutory Drafting).
• Kebijakan2 yg perlu ditempuh oleh Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota sekaligus sbg Bahan Pemikiran ke depan : <> Berpedoman pd Prinsip Umum Perpajakan.
<> Perbaikan Administrasi Perpajakan Daerah secara modern. <> Peningkatan Kapasitas Fiskal Daerah.
<> Peningkatan Kesadaran WP guna mengantisipasi diterapkannya Sistem Self Assessment.
<> Penataan Kebijakan Perpajakan Daerah yg antisipatif agar dapat lebih fleksibel & antisipatif mengikuti trend perkembangan objek Pajak Daerah.
<> Perwujudan Pilar2 Good Governance dg mengacu pd Kebijakan
OTDA & perkembangan Lingkungan Global.
<> Penerapan Model REGOM dalam Pengelolaan Pajak Daerah. • Peningkatan kontrol & pusat kajian kebijakan Perpajakan Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengantisipasi adanya monopoli kebijakan & untuk memperbanyak pilihan atau alternatif Kebijakan Perpajakan Daerah.