• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Otonomi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Otonomi Daerah"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

 H. Edi Suma

 H. Edi Sumantri, SE, MSi 

ntri, SE, MSi 

KEBIJAKAN PERPAJAKAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN

DALAM RANGKA MENDUKUNG PELAKSANAAN DALAM RANGKA MENDUKUNG PELAKSANAAN DAERAH OTONOM

DAERAH OTONOM

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ADMINISTRASI

DEPARTEMEN ADMINISTRASI

Oleh Oleh

(2)
(3)

Pendahulu

Pendahulu

an :

an :

Background 

Background 

Penyelenggaraan

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Pemerintahan

(Daerah)

(Daerah)

TTAA N N T T A A N N G G A A N N Good Governance Good Governance

Era Globalisasi &

Era Globalisasi &

Otonomi Daerah

Otonomi Daerah

Pembangunan

Pembangunan

Berkesinambungan

Berkesinambungan

((

 S

 Su

usstta

aiin

na

ab

biili

litty 

))

(4)
(5)

 Anggaran :

 Anggaran :

APBD

APBD

(Pendapatan Daerah)

(Pendapatan Daerah)

Sumber Pendanaan Penyelenggaraan

Sumber Pendanaan Penyelenggaraan

Pemerintahan & Pembangunan Masyarakat di Daerah

Pemerintahan & Pembangunan Masyarakat di Daerah

Kemandirian Kemandirian

Salah Satu Instrumen Penyelesaian

Salah Satu Instrumen Penyelesaian

Tantangan & Permasalahan 

(6)

Konsepsi Otonomi Daerah 

Konsepsi Otonomi Daerah 

Otonomi Daerah :

Otonomi Daerah :

kewenangan Daerah Otonom untuk

kewenangan Daerah Otonom untuk

mengatur & mengurus kepentingan

mengatur & mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa

masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri

sendiri

berdasarkan aspirasi masyarak

berdasarkan aspirasi masyarak

at

at

sesuai dg Peraturan Per-UU-an

sesuai dg Peraturan Per-UU-an

Daerah Otonom (Daerah) :

Daerah Otonom (Daerah) :

kesatuan masyarakat hukum yg mempunyai batas Daerah tertentu kesatuan masyarakat hukum yg mempunyai batas Daerah tertentu berwenang mengatur & mengurus kepentingan masyarakat setempat berwenang mengatur & mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI

ikatan NKRI

UU No. 32 Thn 2004

UU No. 32 Thn 2004

(7)

UU No. 32 Thn 2004 (Pasal 157)

&

UU No. 33 Thn 2004 (Pasal 5

 – 

6)

PENDAPATAN DAERAH

PEMBIAYAAN

Konsepsi Pendapatan Daerah

&

Pajak Daerah 

(8)

Pendapatan Daerah

( UU No. 32 & 33 Thn 2004 )

PENERIMAAN DAERAH

PENDAPATAN DAERAH PEMBIAYAAN

• PAD.

• Dana Perimbangan. • Lain2 Pendapatan.

• Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah.

• Penerimaan Pinjaman Daerah.

• Dana Cadangan Daerah. • Hasil Penjualan Kekayaan

(9)

Komponen Pendapatan Daerah 

PAD

Dana Perimbangan Lain2 Pendapatan

• Hasil Pajak Daerah • Hasil Retribusi Daerah

• Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan • Lain-lain PAD yg sah :

> Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yg tdk Dipisahkan. > Jasa Giro.

> Pendapatan Bunga.

> Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah thd Mata Uang Asing. > Komisi, Potongan, ataupun bentuk lain sbg akibat dari

Penjualan dan/atau Pengadaan Barang dan/atau Jasa oleh Daerah).

(10)

Dasar Hukum Pajak Daerah/Retribusi Daerah

• UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah & Retribusi Daerah • PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

• PP Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

NO JENIS PERATURAN

1 KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH Perda Nomor 4 Tahun 2002 2 PKB Perda Nomor 4 Tahun 2003 3 BBN-KB Perda Nomor 3 Tahun 2003 4 PBB-KB Perda Nomor 7 Tahun 2002 5 P. HOTEL Perda Nomor 7 Tahun 2003 6 P. RESTORAN Perda Nomor 8 Tahun 2003 7 P. HIBURAN Perda Nomor 6 Tahun 2003 8 P. REKLAME Perda Nomor 2 Tahun 2004 9 P. PENERANGAN JALAN Perda Nomor 9 Tahun 2003 10 P. AIR BAWAH TANAH Perda Nomor 1 Tahun 2004 11 P. PARKIR Perda Nomor 6 Tahun 2002 12 RETRIBUSI DAERAH Perda Nomor 1 Tahun 2006

(11)

 Definisi Pajak Daerah

(PP Nomor 65 Tahun 2001)

“Iuran Wajib Yang Dilakukan Oleh Orang

Pribadi Atau Badan Kepada Daerah Tanpa

Imbalan Langsung Yang Seimbang, Yang

Dapat Dipaksakan Berdasarkan Peraturan

Perundang-undangan Yang Berlaku, Yang

Digunakan Untuk Membiayai

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Dan Pembangunan Daerah”

(12)

Daerah Provinsi :

> PKB & Kendaraan di Atas Air (5%).

> BBN-KB & Kendaraan di Atas Air (10%). > PBB-KB (5%). > Pajak PPABT-AP (20%). •

Daerah Kabupaten/Kota :

> Pajak Hotel (10%). > Pajak Restoran (10%). > Pajak Hiburan (35%). > Pajak Reklame (25%).

> Pajak Penerangan Jalan (10%).

> Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C (20%). > Pajak Parkir (20%).

(13)

PERSENTASE BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK DAERAH 

NO JENIS PAJAK DAERAH PROVINSI KABUPATEN/ KOTA

1 PKB 70% 30%

2 BBN-KB 70% 30%

3 PBB-KB 70% 30%

4 PABT 30% 70%

NO JENIS PAJAK DAERAH KABUPATEN/ KOTA DESA

1 PAJAK HOTEL 90% 10%

2 PAJAK RESTORAN 90% 10%

3 PAJAK HIBURAN 90% 10%

4 PAJAK REKLAME 90% 10%

5 PAJAK PENERANGAN JALAN 90% 10%

6 PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOL C

90% 10%

(14)

Fungsi Pajak 

Fungsi

B udg etair :

Pemungutan Pajak berfungsi sebagai

sarana memasukkan uang

sebanyak-banyaknya ke dalam Kas

Negara/Daerah.

Fungsi

R eg ulerend :

Pemungutan Pajak berfungsi sebagai

sarana untuk mengatur 

(15)

 Definisi Retribusi Daerah

(PP Nomor 66 Tahun 2001)

“Pungutan Daerah Sebagai

Pembayaran Atas Jasa Atau

Pemberian Izin Tertentu Yang Khusus

Disediakan Dan/Atau Diberikan Oleh

Pemerintah Daerah Untuk

Kepentingan Orang Pribadi Atau

Badan”

(16)

Golongan Retribusi Daerah

1. Retribusi Jasa Umum

2. Retribusi Jasa Usaha

(17)

Retribusi Jasa Umum

“Retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh orang

(18)

Retribusi Jasa Usaha

“Retribusi atas Jasa Usaha

yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah dengan mengaut prinsip

komersial karena pada dasarnya

dapat pula disediakan oleh

sektor Swasta”

(19)

Retribusi Perizinan Tertentu

“Retribusi atas kegiatan tertentu

Pemerintah Daerah dalam rangka

pemberian izin kepada Orang Pribadi

atau Badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian

dan pengawasan atas kegiatan

pemanfaatan ruang, penggunaan

sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentimngan umum dan

(20)

• R etribus i J as a Umum, antara lain Retribusi Pelayanan

Kependudukan, Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Kebersihan, dll.

• R etribus i J as a Us aha, antara lain Retribusi Pelayanan

Perparkiran, Retribusi Pelayanan Perindustrian, Retribusi Pelayanan Peternakan, dll.

• R etribusi Perizinan Tertentu, antara lain Retribusi Pelayanan

Izin Undang-Undang Gangguan (UUG), Retribusi Pelayanan Pengawasan Pembangunan Kota, Retribusi Pelayanan Lalu Lintas & Angkutan Jalan, dll.

(21)

• Hasil Peng elolaan K ekayaan Daerah yg dipis ahkan :

Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah :

* ) PDAM Jaya, PD. Dharma Jaya, PD. Pasar Jaya PD. Pembangunan Sarana Jaya dll.

**) Penyertaan Moda pada Pihak Ke Tiga.

PT. Pembangunan Jaya Ancol, PT. Bank DKI, PT. Jakarta Propertindo, PT. Kawasan Berikat Nusantara dll.

***) Badan Pengelola :

(22)

• Komponen Lain-lain PA D yg S ah :

 Sisa Uang yg harus dipertanggung jawabkan (UUDP), meliputi Sisa UUDP Rutin tahun lalu, Sisa UUDP

Pembangunan & Sisa UUDP Pembangunan Tahun Lalu.

 Hasil Penjuaan Kekayaan Daerah.

 Jasa Giro, Pendapatan Bunga.

 Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing.

(23)

DANA YANG BERSUMBER DARI PENDAPATAN

 APBN YANG DIALOKASIKAN KEPADA

DAERAH BERDASARKAN ANGKA

PERSENTASE UNTUK MENDANAI

KEBUTUHAN DAERAH DALAM RANGKA

PELAKSANAAN DESENTRALISASI 

(24)

SUATU SISTEM KEUANGAN PEMERINTAHAN DALAM NEGARA KESATUAN, YANG MENCAKUP PEMBAGIAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN

PEMERINTAH DAERAH SECARA PROPORSIONAL, DEMOKRATIS, ADIL, TRANSPARAN DENGAN

MEMPERHATIKAN POTENSI, KONDISI DAN KEBUTUHAN DAERAH, SEJALAN DENGAN KEWAJIBAN, PEMBAGIAN KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB SERTA TATA

(25)
(26)

SKEMA BAGI HASIL PAJAK (TAX SHARING)  

I. PBB II. BPHTB III. PPh 10% PUSAT 90% DAERAH 20% PUSAT 80% DAERAH 80% PUSAT 20% DAERAH PP NO 16 TAHUN 2000 UU NO 21 TAHUN 1997 JO UU NO 20 TAHUN 2000 PP NO 115 TAHUN 2000 Khusus Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Karyawan

I PBB

II BPHTB

(27)

SKEMA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM

• 20% • • • • 80% DAERAH 70% PUSAT 30% DAERAH 85% 15% DAERAH PUSAT PUSAT II SDA SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK I SDA SEKTOR KEHUTANAN PERTAMBANGAN UMUM PERIKANAN

III SDA SEKTOR

(28)

 DANA ALOKASI UMUM 

DEFINISI :

DANA

YANG

BERSUMBER

DARI

PENDAPATAN

APBN

YANG

DIALOKASIKAN

DENGAN

TUJUAN

PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN

 ANTAR

DAERAH

UNTUK

MENDANAI

KEBUTUHAN DAERAH DALAM RANGKA

PELAKSANAAN DESENTRALISASI.

(29)

DANA ALOKASI UMUM

Jumlah Keseluruhan DAU Ditetapkan 26% Dari

Pendapatan Dalam Negeri Netto.

Proporsi DAU Antara Provinsi dan

Kabupaten/Kota Dihitung Perbandingan

Antara Bobot Urusan Pemerintahan Yang

Menjadi Kewenangan Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

Apabila Proporsi Belum Dapat Dihitung Secara

Kuantitatif, Maka Ditetapkan 10% Untuk

Provinsi dan 90% Untuk Kabupaten/Kota.

(30)

FORMULA DANA ALOKASI UMUM

DAU DIALOKASIKAN BERDASARKAN

CELAH FISKAL DAN ALOKASI

DASAR.

CELAH FISKAL, SELISIH ANTARA

KEBUTUHAN FISKAL DAN

KAPASITAS FISKAL.

(31)

JUMLAH PENDUDUK LUAS WILAYAH INDEKS KEMAHALAN KONTRUKSI PDRB PERKAPITA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAD

(32)

 DANA ALOKASI KHUSUS 

DEFINISI :

DANA

YANG

BERSUMBER

DARI

PENDAPATAN

APBN

DAN

DIALOKASIKAN

KEPADA

DAERAH

TERTENTU DENGAN TUJUAN UNTUK

MEMBANTU

MENDANAI

KEGIATAN

KHUSUS YANG MERUPAKAN URUSAN

DAERAH

DAN

SESUAI

DENGAN

PRIORITAS NASIONAL

(33)

Pembiayaan 

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah

Penerimaan Pinjaman Daerah

Dana Cadangan Daerah

(34)

Titik Sentral Pendapatan Daerah pd

 Era Otonomi Daerah

Kecenderungan yg kuat bagi PEMDA untuk meningkatkan Pendapatan Daerah masing-masing, khususnya melalui PAD

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pd umumnya didominasi oleh Pajak Daerah : secara rata2 mencapai >

50%

Namun, Kontribusi Pajak Daerah thd APBD pd umumnya relatif kecil untuk kebutuhan pembiayaan Daerah :

secara rata2 < 50%

Pendapatan Daerah (Pajak Daerah) di Seluruh Provinsi di Indonesia masih perlu dioptimalkan lagi

(35)

Fenomena PEMDA & PAD 

PEMDA cenderung menerapkan Kebijakan

yg pd prakteknya di lapangan tidak jarang berpotensi menjadi sumber distorsi thd upaya penciptaan iklim kondusif guna mencapai Stabilitas Perekonomian Daerah

Dalam jangka panjang dpt memperburuk kondisi perekonomian mikro & makro Daerah yg

selanjutnya berdampak thd regional

competitiveness & berkontribusi pd national competitiveness secara keseluruhan

(36)

 Prasyarat 

Terselenggaranya Pokok Kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Maupun Kabupaten/Kota sangat ditentukan oleh ketersediaan

sumberdaya yg dimiliki secara memadai

Sumberdaya Pendapatan Daerah : Pajak Daerah

Membiayai penyelenggaraan implementasi & intervensi Kebijakan, Program & Kegiatan Pemerintahan & Pembangunan di Daerah

(37)

Isu-isu Aktual 

Internal Actual Issues

• Kondisi sumberdaya aparatur : kuantitas & kualitas (profesionalisme & kompetensi).

• Pemahaman thd potensi Pendapatan Daerah (khususnya Pajak Daerah) belum mendekati kondisi riil.

• Ketersediaan Sistem Manajemen Basis Data & Informasi Pajak

Daerah masih relatif terbatas & belum beroperasi secara optimal. • Sistem Pembayaran Pajak Daerah masih belum sepenuhnya

berbasis On-Line System, sehingga data pembayaran masih belum dapat tersaji secara cepat & akurat.

• Inkonsistensi & minimnya perangkat & upaya penegakan hukum, khususnya di Bidang Perpajakan Daerah.

(38)

External Actual Issues

• Para WP masih belum sepenuhnya menyadari kewajiban Perpajakannya.

• Masih terdapatnya WP yg melakukan penunggakan pembayaran Pajak Daerah & kurang bersikap proaktif serta kondusif pd saat dilakukannya Penagihan Tunggakan Pajak.

• Kebutuhan Keuangan (Anggaran) Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota kian meningkat pd setiap Thn anggaran, sehingga harus diimbangi dg perolehan Pendapatan Daerah, khususnya

melalui Pajak Daerah.

• Kondisi perkembangan sosial & ekonomi serta keamanan

khususnya di Provinsi dan Kabupaten/Kota yg berpengaruh thd tingkat Pendapatan WP yg berimplikasi pd tingkat Pendapatan Daerah, khususnya melalui Pajak Daerah.

(39)

TUJUAN & Ruang Lingkup Pembahasan 

• Mendeskripsikan baik secara teoritis maupun empiris serta juridis ttg pengelolaan Pendapatan Daerah, dg fokus Pajak

Daerah khususnya yg dikelola oleh Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

• Menyajikan kerangka alternatif kebijakan yg optimal dalam pengelolaan Pajak Daerah di Provinsi dan Kabupaten Kota dalam menghadapi era globalisasi dan Otonomi Daerah guna mewujudkan Good Governance secara berkesinambungan.

Kebijakan Pengelolaan Pajak Daerah

Konsepsi & Fenomena Globalisasi, Otonomi Daerah & Good Governance

(40)

LANDASAN KONSEPSIONAL

Kebijakan Perpajakan Daerah sbg Bagian dari Kebijakan Publik 

“Kebijakan (Policy )  Kebijaksanaan (Wisdom)“

Kebijakan :

kesepakatan bersama dari berbagai persoalan yg timbul dalam masyarakat & sudah disahkan oleh masyarakat itu sendiri

melalui lembaga yg berwenang untuk dilaksanakan

Kebijaksanaan :

suatu rangkaian tindakan dari aturan yg sudah ditetapkan sesuai dg situasi & kondisi setempat oleh personal/individu

pejabat yg berwenang (Syafi’ie, 1999) E J K E J S N

(41)

Kebijakan Publik :

apa saja yg dipilih oleh Pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan : whatever government

choose to do or not to do. (Thomas R. Dye)

Kebijakan Publik 

serangkaian tindakan yg mempunyai tujuan tertentu yg diikuti & dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan masalah tertentu Anderson (Widodo, 2001)

Kebijakan Publik dibuat dalam rangka untuk memecahkan masalah & untuk mencapai tujuan

(42)

“PEMDA hanya akan mengarah pd

Pemungutan & Pengenaan Pajak Daerah sbg suatu “akibat“  dari meningkatnya

kesejahteraan masyarakat & bukan dijadikan

“sebab“  yg dp mensejahterakan masyarakat

sehubungan dg dilakukannya

pemungutan & pengenaan Pajak Daerah kpd masyarakat”

Kebijakan Umum

(43)

Ciri

2

pembentukan Daerah Otonom dalam

rangka Desentralisasi di Indonesia :

• Daerah Otonom tidak memiliki kedaulatan

atau semi kedaulatan layaknya di negara federal. • Desentralisasi dimanifestasikan dalam pembentukan

Daerah Otonom & penyerahan atau pengakuan atas wewenang pemerintahan di bidang tertentu untuk

mengatur & mengurus urusan pemerintahan di bidang tertentu pula.

• Penyerahan atau pengakuan urusan pemerintahan terkait dg pengaturan & pengurusan kepentingan masyarakat setempat (lokalitas) sesuai prakarsa & aspirasi masyarakat.

(44)

• Penyelenggaraan OTDA dilaksanakan dg memperhatikan aspek-aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan & potensi serta keanekaragaman Daerah. • Pelaksanaan OTDA didasarkan pada otonomi luas, nyata & bertgjwb.

• Pelaksanaan OTDA yg luas & utuh diletakkan pd Daerah Kabupaten & Kota, sedangkan OTDA Provinsi merupakan Otonomi Terbatas.

• Pelaksanaan OTDA harus sesuai dg Konstitusi Negara, sehingga tetap terjamin hubungan yg serasi antara Pusat & Daerah serta antar Daerah.

• Pelaksanaan OTDA harus lebih meningkatkan Kemandirian Daerah Otonom & karenanya dalam Daerah Kabupaten & Kota tidak ada lagi wilayah administrasi.

• Kawasan khusus yg dibina oleh Pemerintah atau pihak lain, seperti Badan Otorita, Kawasan Pelabuhan, Kawasan Pertambangan, Kawasan Kehutanan, Kawasan Perkotaan Baru, Kawasan Wisata & semacamnya berlaku ketentuan Peraturan Daerah Otonom. • Pelaksanaan OTDA harus lebih meningkatkan peranan & fungsi Badan Legislatif Daerah,

baik sbg fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

• Pelaksanaan Asas Dekonsentrasi diletakkan pd Daerah Provinsi dalam kedudukannya sbg Wilayah Administrasi untuk melaksanakan kewenangan Pemerintahan tertentu yg

dilimpahkan kpd Gubernur sbg Wakil Pemerintah.

• Pelaksanaan Asas Tugas Pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari PEMDA kpd Desa yg disertai dg pembiayaan, sarana & prasarana, serta SDM dg kewajiban melaporkan

(45)

Berdasarkan UU No. 34 Thn 1999,

pemberlakukan kebijakan OTDA diterapkan pd dalam lingkup Provinsi

OTDA di DKI Jakarta tdk diterapkan pd Daerah Otonom yg lebih kecil di bawah Provinsi (Kabupaten/Kota). Lima wilayah yg ada selama ini bersifat administrasi,

sehingga tidak memiliki DPRD Kabupaten/Kota sbg salah satu ciri Daerah Otonom.

Kekhususan DKI Jakarta :

sebagai Ibukota Negara, Pusat Pemerintahan NKRI, Pusat Perdagangan, Pusat Domisili Korps Diplomatik,

(46)

Kesimpulan

• Dg diimplementasikannya kebijakan OTDA di Daerah yg diikuti dg perubahan lingkungan strategis yg sangat pesat, paling tidak tdp 2 tantangan yg akan :

<> Kesiapan menghadapi Globalisasi & Perdagangan Bebas Dunia. <> Upaya membangun Kerjasama antar Unit Kerja, Instansi &

Daerah yg sinergis & saling menguntungkan berdasarkan potensi yg dimiliki.

• PAD merupakan bagian yg sangat penting dalam memberikan kontribusi thd APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Perolehan PAD antara sebelum & setelah memperlihatkan nilai Realisasi PAD setelah Otonomi Daerah lebih besar dibandingkan dg sebelum Otonomi Daerah (implementasi Kebijakan OTDA memberi pengaruh thd peningkatan Pendapatan

(47)

• Mengusahakan agar Kebijakan Perpajakan Daerah dpt mewujudkan suatu keseimbangan antara apa yg dipungut dg apa yg dilayani

(served /dedicated ) kpd masyarakat (dari, oleh & untuk masyarakat (WP)).

• Suatu Sistem Perpajakan berupa Kebijakan Perpajakan haruslah bersifat Netral tanpa adanya suatu distorsi agar terdapat

pengalokasian sumberdaya yang optimal sesuai dg keadaan /

dinamika pasar & harus mendorong atau mengendalikan kehidupan perekonomian nasional & regional dg mengikuti Principles of Good Tax Administration.

(48)

• Kebijakan Perpajakan (Tax Policy ) yg terlalu idealis dp membuat Administrasi Perpajakan (Tax Administration) mjd tambah rumit (complicated ), sedangan di lain pihak adanya Administrasi Pajak yg tidak efektif dp melemahkan atau merusak pelaksanaan

Kebijakan Perpajakan di lapangan.

• Kebijakan Perpajakan yg dibuat berdasarkan hasil analisis

ekonomi dp membantu kpd proses pengambilan keputusan dg menunjukkan persyaratan2 yg harus dipenuhi oleh Struktur Pajak

(Daerah), apabila ingin dicapai efisiensi Ekonomi Daerah yang optimal.

• Kurangnya Koordinasi merupakan permasalahan yg sering terjadi pd saat pembuatan suatu Kebijakan Perpajakan, dimana

komponen2 utama yg berpengaruh : Pengembangan Kebijakan

(Policy Development), Analisis Teknis (Technical Analysis) & Konsepsi berdasarkan Undang-Undang (Statutory Drafting).

(49)

• Kebijakan2 yg perlu ditempuh oleh Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota sekaligus sbg Bahan Pemikiran ke depan : <> Berpedoman pd Prinsip Umum Perpajakan.

<> Perbaikan Administrasi Perpajakan Daerah secara modern. <> Peningkatan Kapasitas Fiskal Daerah.

<> Peningkatan Kesadaran WP guna mengantisipasi diterapkannya Sistem Self Assessment.

<> Penataan Kebijakan Perpajakan Daerah yg antisipatif agar dapat lebih fleksibel & antisipatif mengikuti trend perkembangan objek Pajak Daerah.

<> Perwujudan Pilar2 Good Governance dg mengacu pd Kebijakan

OTDA & perkembangan Lingkungan Global.

<> Penerapan Model REGOM dalam Pengelolaan Pajak Daerah. • Peningkatan kontrol & pusat kajian kebijakan Perpajakan Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengantisipasi adanya monopoli kebijakan & untuk memperbanyak pilihan atau alternatif Kebijakan Perpajakan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah bahwa metode KCKT dengan detektor berkas fotodioda (PDA) UV dapat digunakan untuk menganalisis residu antibiotik

Seperti pada umumnya daerah sub urban, letak Kelurahan Aek Manis yang berada pada pinggiran Kota Sibolga dengan luas wilayah yang setengahnya berada di

Penelitian yang berbicara tentang komunikasi lingkungan dalam film The Years of Living Dangerously akan menganalisa bagaimana aspek-aspek framing central idea yang

Kriteria persyaratan rehabilitasi sosial di Lembaga Pelayanan Rehabiltasi Sosial (Lembaga) milik masyarakat mengikuti ketentuan-ketentuan pada Peraturan Menteri Sosial

Setelah diketahui grain size kristalin film yang terbentuk, selanjutnya perlu dilihat struktur penampang lintang dan ketebalan film yang terjadi pada penumbuhan

Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebih menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah yang disebabkan rendahnya perputaran

laktat dalam medium fermentasi pada setiap perlakuan kecepatan agitasi terlihat bahwa kandungan asam laktat meningkat tajam dari jam ke- 0 sampai jam ke-24 (± 2%),

digunakan untuk menghitung jumlah kapasitas disk yang dibutuhkan untuk menyimpan data dan beberapa nonclustered index pada sebuah tabel yang memiliki clustered