• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Good Government Governance

2.1.1.1 Pengertian Good Government Governance

Menurut World Bank (Mardiasmo, 2009) adalah:

“The way state power is used in managing economic and social resource for development of society”.

Artinya :

“Lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat”.

Sementara itu United Nations Development Program (UNDP) (Mardiasmo, 2009), mendefinisikan Governance sebagai :

“The exercise of political economic, and administrative authority to manage nation’s affair at all levels of society”.

Artinya :

“Menekankan pada aspek politik, ekonomi dan administrative dalam pengelolaan Negara”

(2)

World Bank lebih menkankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi dan administrative dalam pengelolaan Negara. Politic Governance mengacu pada proses pembuatan kebijakan (policy/strategy formulation). Economic Governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerintahan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Administrative Governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan (Mardiasmo, 2009).

Mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik yaitu menciptakan Good Government Governance sebagai penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar efisien (Mardiasmo, 2009).

Menurut LAN dan BPKP (2003) menyatakan bahwa :

“Good Government Governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efektif dan efisien, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat”.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa Good Government Governance yaitu kegiatan yang menghendaki pemerintahan dijalankan dengan mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik. Tata pemerintahan yang baik terkait erat dengan kontribusi, pemberdayaan, dan keseimbangan peran antara tiga pihak yaitu pemetrintah, dunia usaha dan masyarakat. Birokrasi dengan kebijakan publik atau sebagai perangkat otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan amanat di

(3)

embannya. Sehingga sumber daya negara yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat.

2.1.1.2 Tujuan Good Government Governance

Implementasi Good Government Governance dalam penyelenggaraan Negara bukan perkara yang mudah, maka untuk mewujudkan itu dalam implementasi tata kepemerintahan yang baik diharapkan para pelaku atau pilar-pilarnya membangun kolaborasi, networking, dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Negara. Tujuan dari pelaksanaan Good Government Governance itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembentukan Negara (pemerintah) yang kuat, pasar yang kompetitif, dan masyarakat sipil (civil society) yang mandiri (Mardiasmo, 2009).

Menurut Kurniawan (2005) mengatakan bahwa tujuan Good Government Governance yaitu mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Maka dari itu tujuan Good Government Governance tercapai di suatu Negara dapat dilihat dari rakyatnya yang sejahtera dan makmur.

2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Good Government Governance

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) (2003) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintah yang baik (Good Government Governance) adalah sebagai berikut :

(4)

1. Partisipasi (Participation) 2. Aturan Hukum (Rule of Law) 3. Transparansi (Transparancy) 4. Daya Tanggap (Responsiveness) 5. Orientasi (Orientation)

6. Keadilan (Equity)

7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency) 8. Akuntabilitas (Accountability)

9. Visi Strategi (Strategic Vision)

Prinsip-prinsip Good Government Governance dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Partisipasi (Participation)

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.

2. Aturan Hukum (Rule of Law)

Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu. 3. Transparansi (Transparancy)

Dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

(5)

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholders.

5. Berorientasi (Orientation)

Berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. 6. Keadilan (Equity)

Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

7. Efektivitas dan Efisiensi (Efficiency and effectiveness)

Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. 9. Visi Strategi (Strategic Vision)

Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan.

Menurut Mardiasmo (2009) dari Sembilan karakteristik tersebut terdapat tiga pilar yang saling berkaitan untuk mewujudkan Good Government Governance yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Dari kutipan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Transparansi

Transparansi, diartikan sebagai keterbukaan lembaga-lembaga sektor publik dalam memberikan informasi dan disclosure yang diberikan harus

(6)

dapat dipahami dan dimonitori oleh masyarakat. Transparansi mewajibkan adanya suatu sistem informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan, perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Transparansi atau keterbukaan dapat dilihat dari tiga aspek yakni: (1) adanya kebijakan yang terbuka terhadap pengawasan, (2) adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap segi kebijkan pemerintah, (3) berlakunya prinsip check and balance antar lembaga eksekutif dan legislative (Mardiasmo, 2009).

Ada beberapa indikator dari transparansi, diantaranya:

a. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur-prosedur, biaya-biaya dan tanggung jawab.

b. Kemudahan akses informasi.

c. Menyusun mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau permintaan uang suap.

2. Partisipasi

Partsipasi, diartikan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif (Mardiasmo, 2009). Ada beberapa indikator dari pastisipasi, diantaranya:

a. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang representatif, jelas arahnya, dan bersifat terbuka.

(7)

b. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas, menurut Mardiasmo (2009) adalah sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

Ada beberapa indikator dari akuntabilitas, diantaranya:

a. Proses pembuatan keputusan yang dibuat tertulis, tersedia bagi yang membutuhkan, memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar. b. Kejelasan dari sasaran kebijakan yang sudah sesuai dengan visi dan

misi organisasi serta standar yang berlaku. 2.1.2 Kinerja Organisasi

2.1.2.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun organisasi. Dalam arti ini kinerja merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu.

Beberapa pendapat mengenai kinerja juga dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :

(8)

Menurut Sedarmayanti (2011) mengungkapkan bahwa :

“Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan )”.

Menurut Wibowo (2010) mengemukakan bahwa :

“Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut”.

Mangkunegara (2008) mengungkapkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yakni prestasi kerja atau prestasi yang ingin dicapai.

Indra Bastian (2001), menyatakan bahwa :

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi”.

Berkaitan dengan penilaian kinerja (Appraisal Performace) Mondy & Noe (2005), memberikan pengertian tentang penilaian kinerja (Appraisal Performance) adalah sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi kinerja seseorang atau kelompok.

Kinerja dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari seuatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu suatu organisasi.

(9)

Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan (Individual Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance). Organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kergiatan-kegiatan yang digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam organisasi tersebut.

Berdasarkan definisi kinerja diatas meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan. 2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Tercapainya tujuan dan sasaran organisasi tidak teerlepas dari kinerja yang dihasilkan oleh sumber daya manusianya. Menurut Mangkunegara (2011), factor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

1. Faktor Kemampuan (Alibility)

Faktor alibility, yakni secara psikologis kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).

Pimpinan dan pegawai harus memiliki pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

(10)

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang dimiliki pemimpin dan pegawai terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka akan menunjukan nilai positif atau negatif terhadap situasi kerjanya, dan semua itu bisa memperlihatkan bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki pimpinan pegawai.

Menurut LAN dan BPKP (2009), agar pengukuran kinerja terlaksana dengan baik setiap organisasi harus:

1. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya. 2. Perlakuan pengukuran kinerja atas proses yang berkelanjutan (on going

process)

3. Sesuaikan proses pengukuran kinerja organisasi.

Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat diketahui bahwa faktor individu dan faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi bagi diri karyawan untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Jika tujuan organisasi tercapai maka mengindikasikan kinerja organisasi yang baik.

2.1.2.3 Jenis-jenis Kinerja

Moeheriono (2010), menjelaskan bahwa dalam suatu organisasi dikenal ada tiga jenis yang dapat dibedakan, yaitu sebagai berikut :

(11)

1. Kinerja Operasional (operation performance)

Kinerja ini berkaitan dengan efektivitas penggunaan setiap sumber daya yang digunakan oleh perusahaan, seperti modal, bahan baku, teknologi dan lain sebagainya.

2. Kinerja Administratif (administrative performance)

Kinerja administratif merupakan kinerja yang berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi, termasuk didalamnya struktur administratif yang mengatur hubungan otoritas wewenang dan tanggung jawab dari orang yang menduduki jabatan. Selain itu berkaitan dengan kinerja mekanisme aliran informasi antar unit kerja dalam organisasi.

3. Kinerja Strategik (strategic performance)

Kinerja strategik merupakan kinerja yang berkaitan atas kinerja perusahaan dievaluasi ketepatan perusahaan dalam memilih lingkungannya dan kemampuan adaptasi perusahaan dalam menjalankan visi dan misinya. Sehingga dengan keberhasilan kinerja strategik, perusahaan bisa mencapai keunggulan bersaingnya dan bisa menjadi perusahaan pesaing lainnya.

2.1.2.4 Penetapan Indikator Kinerja

Indikator kinerja pegawai adalah ukuran kuantitatif dan kualitattif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wilson Bangun (2013). Suatu pekerjaan dapat diukur melalui jumlah, kualitas, ketetapan waktu mengerjakannya, kehadiran, kemampuan bekerja sama yang dituntut suatu pekerjaan tertentu:

(12)

1. Jumlah Pekerjaan

Setiap pekerjaan memiliki standar kerja yang berbeda sehingga menuntut karyawan harus memenuhi persyaratan tersebut baik pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan yang sesuai. Berdasarkan persyaratan pekerjaan tersebut dapat diketahui jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk dapat mengerjakannya, atau setiap karyawan dapat mengerjakan berapa unit pekerjaan.

2. Kualitas Pekerjaan

Setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu yang harus disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya sesuai persyaratan kualitas yang dituntut pekerjaan tersebut.

3. Ketetapan Waktu

Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya. Jadi, bila pekerjaan pada suatu bagian tertentu tidak selesai tepat waktu akan menghambat jumlah dan kualitas hasil pekerjaan.

4. Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Ada tipe pekerjaan yang menuntut kehadiran karyawan dalam mengerjakannya.

(13)

5. Kemampuan Kerjasama

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja. Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerjasama antar karyawan. Kinerja karyawan dapat diniliai dari kemampuannya bekerjasama dengan rekan kerja lainnya.

2.1.2.5 Pengukuran Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai. Kinerja mencerminkan keberhasilan organisasi, oleh karena itu penting sekali kinerja dan memotivasi kinerja individu diwaktu berikutnya (Mathis dan Jackson, 2006).

Menurut Simamora (2004) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut:

“Pengukuran kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan dan merupakan salah satu aktivitas dasar dalam penilaian karyawan, evaluasi kerja dan evaluasi karyawan”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis dapat menjelaskan bahwa pengukuran kinerja pegawai adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam organisasi. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang presentasi pelaksanaan suatu rencana dan titik yang mana organisasi memerlukan penyesuaian-penyesuaian atau aktivitas perencanaan dan pengendalian.

(14)

2.1.2.6 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksud untuk menilai setiap pencapaian indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran.

Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Menurut Ati Cahayani (2005), pengukuran kinerja memiliki beberapa tujuan diantara lain :

1. Meningkatkan kinerja karyawan pada saat ini. 2. Sebagai umpan balik.

3. Meningkatkan motivasi karyawan. 4. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. 5. Mengidentifikasi kemampuan karyawan.

6. Membiarkan karyawan mengetahui hal yang diharapkan dari mereka. 7. Memusatkan perhatian pada pengembangan karir.

(15)

9. Memecahkan masalah dalam pekerjaan.

Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui permotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, pemberhentian dan mutasi.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.1.3 Pengertian Pegawai

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan tergantung dengan kesempurnaan aparatur negara terutama pegawai atau karyawan. Oleh karena itu, dalam mencapai suatu tujuan pembangunan yakni mewujudkan masyarakat yang makmur, adil dan bermoral tinggi diperlukan pegawai/karyawan yang bertugas memberikan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat menurut pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun 1969. Tenaga kerja atau pegawai, menurut (Hasibuan,2004) adalah:

(16)

“Orang yang mampu melakukan pekerjaan lebih baik didalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pengertian pegawai/karyawan adalah seseorang pekerja tetap yang bekerja dibawah perintah orang lain dan mendapatkan kompensasi serta jaminan”.

Dari uraian tersebut penulis mendapatkan gambaran bahwa pegawai atau karyawan dipandang sebagai individu-individu dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan manajemen kepegawaian.

Menurut Soedaryono (2000), pengertian pegawai adalah:

“Seseorang yang melakukan penghidupannya dengan bekerja dalam kesatuan organisasi, baik kesatuan kerja pemerintah maupun kesatuan kerja swasta”.

Dan menurut Robbins (2006) pengertian pegawai sebagai berikut:

“Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik secara pegawai tetap atau tidak, berdasarkan kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh pemberi kerja”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pegawai adalah seseorang yang bekerja pada suatu kesatuan organisasi, baik sebagai pegawai tetap maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya pada tabel berikut ini:

(17)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Sebelumnya

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Pengaruh Good Government Governance dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi Pemetrintah (Wala Siti Nurlaela, 2015). Pegaruh Good Government Governance di Kota Ciamis telah berjalan dengan baik dan Kinerja instansi pemerintahan sudah berjalan dengan cukup baik. Meneliti Good Government Governance pada Instansi Pemerintah. Peneliti menggunakan Laporan Kinerja Kota Bandung. 2. Pengaruh Good Governance Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kota Bandung (Dedy Yusuf, 2009). Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara good governance terhadap kinerja pemerintah daerah Kota Bandung. Meneliti Good Governance. Penelitian tersebut dilihat dari pelayanan publiknya sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti dilihat dari kinerja Instansi Pemerintah. 3. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik (Achmad Hidayat Rahadian, 2010). Prinsip-prinsip yang dicerminkan good governance relatif lebih mudah diukur dari pelayanan publik seperti efisiensi, keadilan, transparansi, dan Meneliti Good Governance. Penelitian tersebut dilihat dari pelayanan publiknya.

(18)

akuntabilitas pelayanan publik.

2.3 Kerangka Pemikiran

Untuk menciptakan Good Government Governance perlu dikembangkan dan diterapkan suatu sistem pertanggungjawaban yang tepat dan jelas sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berhasil dan berdayaguna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Berkaitan dengan hal tersebut telah dilakukan berbagai upaya yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Good Government Governance adalah sebuah konsep yang digunakan untuk upaya memperbaiki kinerja suatu organisasi dalam menghadapi situasi global.

Kinerja organisasi sektor publik adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi dan misi serta strategi pemerintah yang mengidentifikasi tingkat keberhasilan dan atau kegiatan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang diterapkan.

Pegawai merupakan penggerak operasi organisasi, sehingga jika kinerja pegawai meningkat, maka kinerja organisasi ikut meningkat. Para pegawai diarahkan untuk meningkatkan kinerjanya agar memiliki sikap dan perilaku yang

(19)

mencerminkan tanggung jawab, loyalitas, serta kedisiplinan. Untuk mencapai kinerja terbaik organisasi berkepentingan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan yang dihasilkan oleh para pegawai sesuai dengan rangkaian sistem yang berlaku dalam organisasi (Untung S & Agus Budhi H, 2010).

2.6 Hipotesis Penelitian 2.7

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005).

/

Good Government

Governance

Kinerja

Pegawai

Menurut LAN (2003) Indikator Good Government Governance yaitu: 1. Partisipasi 2. Aturan Hukum 3. Transparansi 4. Daya Tanggap 5. Orientasi 6. Keadilan 7. Efektivitas dan Efisiensi 8. Akuntabilitas 9. Visi Strategi

Menurut Wilson Bangun (2013 )Indikator Kinerja Pegawai yaitu: 1. Jumlah Pekerjaan 2. Kualitas Pekerjaan 3. Ketepatan Waktu 4. Kehadiran 5. Kemampuan Kerjasama

(20)

Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah : 1. Hipotesis Alternatif (Ha)

“Terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Government Governance terhadap kinerja pegawai”.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

“Tidak terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Government Governance terhadap kinerja pegawai”.

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Since Information Technology usage for Electronic Information and Electronic Transactions is cross- territorial or universal in nature, this law shall have jurisdiction over legal

Untuk mendukung, mempermudah dan meningkatkan kinerja karyawan yang lebih baik dalam mengupayakan tujuan perusahaan, maka Pelatihan kerja terhadap setiap karyawan baik karyawan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kedua, Jum’at 13 Maret 2015 pukul 08.30 WIB adalah mengobservasi tingkat nyeri klien , dengan data subyektif klien mengatakan nyeri

Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan yang meliputi: 1) Bagaimana prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak Desa Losari

Persamaan diatas merupakan persamaan dasar yang digunakan untuk menghitung beban kritis (P cr  ) untuk kombinasi tumpuan yang berbeda dengan mengganti Le dengan

Apabila sasaran strategi yang ditetapkan mencakup perspektif yang luas seperti empat perspektif dalam balanced scorecard (keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,

Perkembangan Sistem Informasi sekarang ini begitu pesat, diantaranya dengan menggunakan media teknologi yang diimplementasikan pada perusahaan, Information

Monitoring level pemakaian bahan bakar ini bisa diamati lewat display LCD maupun l monitor laptop dengan menggunakan NI-USB 6008 dan program LabView. Untuk komunikasi