• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa UNAIR Teliti Bahaya Asap Rokok Elektrik dan Asap Rokok Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa UNAIR Teliti Bahaya Asap Rokok Elektrik dan Asap Rokok Konvensional"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Mahasiswa UNAIR Teliti Bahaya

Asap Rokok Elektrik dan Asap

Rokok Konvensional

UNAIR NEWS – Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak dianjurkan untuk kesehatan. Dari hasil Riskesdas 2013, ada peningkatan proporsi penduduk Indonesia usia sekitar 15 tahun yang merokok setiap tahunnya. Pemerintah mulai berupaya menurunkan jumlah perokok dengan memberikan pernyataan mengenai kenaikan harga rokok konvensional pada tahun 2016. Pernyataan tersebut membuat sebagian perokok konvensional beralih ke rokok elektrik

(vapor) yang dianggap lebih aman.

Lima mahasiwa jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga dalam penelitiannya berhasil membandingkan pengaruh antara asap rokok elektrik dan asap rokok konvensional terhadap paru-paru tikus putih (Rattus

norvegicus). Hasil penelitiannya dituangkan dalam Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Perbandingan

Pengaruh Asap Rokok Elektrik dan Asap Rokok Konvensional terhadap Pulmo Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.

Hasil penelitian mahasiwa tersebut, yaitu Yoan Asri Triantara (ketua tim), Inggit Almira, Sarwan Adi Kusumo, Muhammad Fajar, dan Dicky Darmawan, berhasil lolos dari penilaian Dirjen Dikti dan berhak atas dana hibah penelitian Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2017.

(2)

DIANTARA proses pemaparan asap rokok pada tikus putih. (Foto: Dok PKMPE)

Diterangkan oleh Yoan Asri, penelitian untuk mengetahui seberapa kerusakan paru melalui jumlah makrofag alveolar dan karakter histopatologis pada tikus putih, dibagi dalam empat kelompok pemaparan asap rokok elektrik dan asap rokok konvensional. Dibawah bimbingan Dr. Dwi Winarni, Dra., M. Si., Tim PKMPE ini ingin memberikan informasi perbandingan pengaruh kedua jenis asap rokok tersebut agar menjadi bahan pertimbangan peneliti lain dan masyarakat umum.

”Hasil penelitian yang diuji menggunakan uji Brown-Forsythe dan Games-Howell menunjukkan bahwa asap rokok konvensional dengan kadar nikotin 2,4 mg dapat menyebabkan peningkatan jumlah makrofag alveolar dan karakter kerusakan histopatologis paru terbesar, namun tidak berbeda signifikan dengan pengaruh yang disebabkan oleh asap rokok elektrik dengan kadar nikotin 3 mg,” kata Yoan.

Pada kelompok pemaparan asap elektrik dengan kadar nikotin 0 mg, ditemukan makrofag alveolar sebagai indikasi kerusakan paru dan karakter histopatologis dengan skor yang lebih tinggi

(3)

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

“Jadi rokok elektrik maupun rokok konvensional dapat menyebabkan kerusakan pada tikus putih yang menjadi model eksperimen kami. Hal yang selama ini juga berlaku untuk rokok elektrik dengan kadar nikotin 0 mg ini dianggap aman oleh masyarakat,” ujar Yoan menyimpulkan hasil penelitian bersama timnya. (*)

Editor: Bambang Bes

Optimalkan

Bahan

Lokal,

Isolator

Listrik

Gelas

Keramik ’Cordierite’ Tahan

Panas dan Terjangkau

UNAIR NEWS – Mahasiswa jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat terobosan baru, isolator listrik berbasis gelas keramik yang menggunakan bahan baku lokal. Dengan demikian harganya bisa bersaing atau lebih terjangkau dari isolator yang sudah ada di pasaran saat ini.

Keberhasilan ini kemudian dituangkan ke dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksata (PKM-PE) dengan judul “Pembuatan Isolator Listrik Berbasis Gelas Keramik

Cordierite Menggunakan Bahan Baku Lokal.” Dibawah bimbingan

dosennya, Drs. Siswanto, M.Si., proposal ini berhasil lolos dalam seleksi PKM oleh Kemenristekdikti tahun 2016/2017, dan berhasil mendapatkan dana hibah penelitian.

(4)

PKM-PE ini diketuai oleh Tita Aulia, dengan anggota antara lain Siti Nurmala, Mayasari Hariyanto, Amalia Fitriana, dan Moch Andi Putra Jaya. Semua mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga.

Dijelaskan oleh Tita Aulia, penelitian ini didasarkan pada kebutuhan yang besar akan isolator listrik. Sebab isolator punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan alat bekerja, seperti untuk kabel, kampas motor, dsb. Kemudian isolator listrik yang ada saat ini masih tergolong lebih mahal dan kurang bisa dijangkau oleh masyarakat.

”Selain itu, bahan baku lokal yang kurang dimanfaatkan juga menjadi alasan lain tim kami melakukan penelitian ini,” tambah Tita Aulia.

Keunggulan dari isolator berbasis gelas keramik bikinan mahasiswa UNAIR ini, kata Tita, biasa dibuat dengan bahan baku lokal dan melalui beberapa proses yang sedikit sulit, salah satunya proses sintering, yaitu pemanasan pada suhu sangat tinggi yang lebih dari 1000o

C, dan didinginkan dengan proses

cooling down (pendinginan secara perlahan). Proses pendinginan

yang perlahan itulah yang membuat struktur kristal yang terbentuk menjadi lebih rapi.

Sedikit diinformasikan, bahwa dalam ilmu fisika, material gelas keramik cordierite adalah gelas keramik yang susunan atau struktur kristalnya tersusun rapi (kristalinitasnya tinggi). Antara atom satu dengan yang lainya sangat dekat (berhimpit) sehingga menjadikan isolator ini tidak mudah mengalami retak atau patah ketika terkena suhu yang tinggi. ”Tentu saja, harga isolator ini murah dan merakyat, karena bahan bakunya berasal dari lokal Indonesia. Mudah-mudahan inovasi kami ini bermanfaat untuk masyarakat, yakni isolator berkualitas baik dengan harga sangat terjangkau dan aman,” demikian Tita Aulia dan kawan-kawannya berharap. (*)

(5)

Editor : Bambang Bes

“Vein

Secure”,

Inovasi

Mahasiswa UNAIR Sebagai Alat

’Self Security System’

UNAIR NEWS – Dalam kreativitas dan inovasinya, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil menciptakan sebuah alat yang dapat mengautentifikasi pola vena pada punggung tangan manusia untuk Self Security System. Alat yang diberi nama

“Vein Secure” ini diharapkan bisa membantu pengamanan data.

Mahasiswa kreatif tersebut adalah Fitriya, Rusydina Firdausi, Iswatun Hasanah, dan Desa Espriliya dari Fakultas Sains dan Teknologi, serta Alim Prasaja dari Fakultas Vokasi UNAIR. Mereka kemudian menuangkan inovasi ini dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC), dan berhasil lolos untuk memperoleh dana pengembangan dari program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

Dijelaskan oleh Fitriya, selaku ketua tim PKM-KC ini, bahwa alat ini mengimplementasikan Near Infrared Dorsal Hand Vein

Image sebagai sebuah karakteristik biometrik. Sedangkan

biometrik merupakan suatu metode identifikasi yang didasarkan pada karakteristik fisiologis tubuh manusia, misalnya sidik jari, iris mata, retina, suara, tanda tangan serta pola vena, dimana setiap orang memiliki karakteristik biometrik yang unik dan berbeda (Mumtaz et.al., 2012).

”Kami memilih untuk menggunakan pola vena karena ini merupakan karakteristik internal tubuh, tidak akan ada kontak langsung dengan alat ini sehingga dapat dipastikan higienis,” tambah

(6)

Fitriya.

Ide tim untuk membuat alat ini antara lain muncul dari kekhawatiran bahwa semakin berkurangnya tingkat keamanan di lingkungan sekitar mereka. Menurut hasil survei yang dilakukan

Information Security Breaches Survey (ISBS), pada tahun 2010

menunjukkan peningkatan ancaman terhadap keamanan data/informasi organisasi mengalami peningkatan.

Peningkatan ancaman itu terjadi pada periode 1998-2004 dari 18% menjadi 68%, kemudian tahun 2010 menjadi 74% untuk organisasi kecil dan 90% untuk organisasi besar (Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementrian Keuangan, 2014). ”Cara menggunakan Vein Secure ini sangat mudah, cukup dengan menempatkan tangan dibawah sinar led, maka keterangan valid itu akan muncul di layar LCD bagian atas ketika orang yang dimaksud adalah benar,” tutur Fitriya.

Selai itu, tambahnya, Vein Secure karya mahasiswa UNAIR ini juga dirancang dengan slot baterai, sehingga alat ini menjadi

portable. Artinya dapat digunakan kapan pun dan dimana pun.

”Masih banyak perubahan dan perbaikan yang dapat dilakukan, harapan kami agar suatu saat nanti alat ini dapat dijadikan sebagai Second Opinion untuk diimplementasikan pada sistem keamanan di berbagai bidang, baik untuk perbankan, pemerintahan, dan lain sebagainya,” ujar mahasiswa S-1 Teknobiomedik FST UNAIR ini. (*)

(7)

Dokter Gigi Muda Luncurkan

Sistem Terintegrasi untuk

Memonitor Kunjungan Ibu Hamil

UNAIR NEWS – Mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan profesi

dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga meluncurkan sebuah sistem pencatatan berbasis web ANDC-Sys.com. Melalui sistem pencatatan ini, para dokter gigi dapat mengontrol pemeriksaan data kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil.

Pencatatan data berbasis web ini diluncurkan di Puskesmas Pucangsewu. Sistem ini dilatarbelakangi oleh banyak ibu hamil yang tidak tercatat kunjungannya di poli gigi puskesmas setempat.

Beshlina, ketua pelaksana kegiatan bertajuk “Sinkronisasi Data Antenatal Care (ANC) dengan Data Kunjungan Poli Gigi pada Ibu Hamil Berbasis Web ANDC-Sys.com, mengatakan program ini diluncurkan atas ketidaksinkronan data kunjungan ANC dengan data kunjungan bumil pada poli gigi. Akibatnya, kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil tidak terpantau maksimal. Menurut Beshlina, sinkronisasi berbasis web ini dapat meminimalkan risiko ketidaksinkronan data kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Pucangsewu. “Pada web ANDC-Sys.com, kita memberikan sebuah alert system berupa highlight pada kolom ANC dan poli gigi apabila ibu hamil belum melakukan kunjungan. Dengan demikian, apabila admin poli puskesmas membaca alert system tersebut, mereka akan selalu mengingatkan ibu hamil untuk datang ke poli ANC dan poli gigi,” tutur Beshlina yang tengah menempuh pendidikan profesi.

(8)

informasi Puskesmas Pucangsewu. Kedua pihak mengembangkan sistem pada tahap penyusunan konsep alur kerja, perancangan sistem dalam jaringan, dan memasukkan data.

“Sebetulnya apa yang kami buat ini adalah semacam support

system (sistem pendukung) yang terintegrasi dengan program

lain. Tujuan akhirnya adalah kelahiran bayi yang normal dan sehat,” imbuh Beshlina.

Selain peluncuran program ANDC-Sys.com, ada empat program lain yang berlangsung di Puskesmas Pucangsewu di antaranya Program Pencanangan Suami Siaga Plus, Program Pemberdayaan Bidan Puskesmas terkait Kesehatan Gigi dan Mulut, Pencanangan Kader Asuh Kebersihan Gigi dan Mulut untuk Ibu Hamil, dan Perancangan Buku Pintar Kebersihan Gigi dan Mulut untuk Ibu Hamil.

“Diharapkan ketika web ANDC-Sys ini nantinya bisa digunakan, kedepan dapat diintegrasikan dengan SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas) agar manfaatnya dapat dirasakan pula di Puskesmas lain di seluruh Jawa Timur,” pungkasnya.

Selain itu, para mahasiswa berharap agar program-program yang diusung dalam penyuluhan kali ini dapat diadopsi oleh pihak dinas kesehatan untuk memonitor pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut.

Penulis: Gilang Rasuna SW (Humas FKG) Editor: Defrina Sukma S

(9)

Pembuluh Darah Buatan untuk

Kasus Atherosklerosis

UNAIR NEWS – Lima mahasiswa prodi Teknobiomedik dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat inovasi berupa pembuluh darah buatan (sintetis)

biodegradable untuk kasus atherosklerosis. Mereka adalah Iffa

Aulia Fiqrianti, Claudia Yolanda Savira, Muhammad Abdul Manaf, Fitria Renata Bella, dan Nadia Rifqi Cahyani.

Pembuluh darah buatan yang dimaksud adalah implant yang sangat dibutuhkan dalam penanganan kasus atherosklerosis. Penyumbatan pembuluh darah pada pasien atherosklerosis dapat mengakibatkan bermacam penyakit, diantaranya stroke, angina, dan penyakit jantung koroner.

Seperti dilaporkan oleh WHO, penyakit pembuluh darah dan jantung merupakan penyakit tidak menular dengan angka kematian tertinggi kedua di dunia, yaitu mencapai 46% dari tiga puluh delapan angka kematian. Sedangkan di Indonesia, menyebabkan 37% dari total kematian penyakit tak menular (WHO, 2014).

Kemudian tiga juta kasus operasi vascular bypass menggunakan

graft pembuluh darah dilaksanakan setiap tahun untuk mengatasi atherosclerosis. Graft dari donor dan hewan mulai ditinggalkan

karena dapat mengakibatkan reaksi penolakan oleh tubuh pasien, sedangkan graft dari tubuh pasien sendiri memiliki masalah kualitas karena pasien telah mengalami penyakit pembuluh darah.

(10)

Tim PKMPE memperoleh testimoni dari dr. Herry Wibowo M. Kes., Sp.B., terkait inovasinya tentang pembuluh darah buatan. (Foto: Dok PKM-PE)

”Graft sintetis komersial itu dibuat dari Dacron, sehingga rentan mengalami kalsifikasi. Oleh karena itu dibutuhkan graft buatan (sintetis) yang aman bagi tubuh pasien,” kata Iffa Aulia Fiqrianti, ketua tim inovasi.

Dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., tim peneliti mencoba membuat pembuluh buatan berbahan dasar poly

L. lactic acid (PLLA), kitosan, dan kolagen. Kemudian disusun

dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKMPE). Proposal berjudul “Studi In Vivo Vascular

Graft Hollow Fiber PLLA Coating Kitosan-Kolagen Solusi Penyakit Kardiovaskular Akibat Atherosklerosis” ini telah

lolos Dikti dan memperoleh dana hibah penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

”Kami mencoba membuat pembuluh darah dari poly L. lactic acid (PLLA), kitosan dan kolagen. PLLA ini aman bagi tubuh, karena akan terurai menjadi asam laktat yang dapat diserap tubuh. Kombinasi kitosan dan kolagen dapat membantu perlekatan sel, sehingga ke depannya ketika graft terurai dan akan tergantikan

(11)

oleh sel tubuh pasien sendiri,” kata Iffa.

Hal itu berbeda dengan graft sintetis komersil dari Dacron yang sulit terurai dan dianggap sebagai “benda asing” oleh tubuh pasien. Karenanya karakteristik ini kami harapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien operasi vascular bypass, tambah Iffa.

”Hasil penelitian ini sangat bagus untuk diterapkan, karena sel endotel dapat tumbuh di permukaan rongga graft, jadi darah bisa mengalir dengan lancar dan mengurangi kemungkinan

thrombosis. Untuk tahap penerapan klinis tentu prosesnya masih

panjang, tapi ini awal yang bagus,” kata dr. Herry Wibowo M. Kes. Sp.B., memberikan komentar.

Pembuluh darah berupa jalinan fiber berbentuk tabung yang dibuat dengan elektrospinning. Uji komposisi pembuluh darah buatan menggunakan FTIR menunjukkan kitosan, kolagen dan PLLA telah terkandung pada graft. Uji kontak dengan darah menunjukkan bahwa graft tidak menyebabkan hemolisis dengan presentase 1,04%.

Pengamatan dibawah mikroskop elektron menunjukkan bahwa diameter fiber yang terbentuk berkisar 300-150 nano meter, dengan ketebalan dinding 379,3 μm, 262,5 μm, dan 97,98 μm. Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan pembuluh darah buatan tersebut tidak toksik, sehingga aman bagi tubuh. (*)

Editor: Bambang Bes

(12)

Hadapi Musim Paceklik

UNAIR NEWS – Tim Pengmas Prodi D-3 Kesehatan Ternak Fakultas

Vokasi Universitas Airlangga melakukan alih teknologi kepada masyarakat di Desa Selogabus dan Desa Margorejo, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban. Pengmas yang berlangsung pada Sabtu (22/7) ini merupakan program Iptek bagi Masyarakat (IbM) dengan tema “Teknologi Pembuatan Pakan Complete Feed Herbal dan Pengolahan Limbah Sapi Potong Menjadi Biogas”.

Retno Sri Wahjuni selaku ketua pelaksana mengatakan, potensi sumber daya lokal yang banyak tersedia akan lebih bermanfaat dan berguna bagi masyarakat setempat dengan sentuhan teknologi tepat guna, salah satunya temulawak yang mudah diperoleh di masyarakat. Selain itu, temulawak juga mempunyai banyak manfaat bagi ternak seperti anti cacing, dan juga berguna sebagai penambah nafsu makan.

“Tujuan dari pengmas IbM ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan peternak setempat dengan pakan complete feed herbal dan pakan fermentasi berbasis tanaman lokal. Pakan ini menjadi alternatif pada musim paceklik dan pemanfatan limbah peternakan sebagai biogas,” ungkap Retno.

Sementara itu, Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP selaku pemateri sekaligus Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR mengatakan, rumput atau hijauan adalah makanan pokok untuk sapi. Sedangkan makanan pelengkap menggunakan konsentrat.

Berdasarkan penuturannya, complete feed adalah pakan yang terdiri hijauan dan konsentrat dengan temulawak sebagai makanan tambahan. Complete feed dapat dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di daerah dan harganya relatif murah.

“Complete feed herbal ini mempunyai nilai gizi tinggi dan angka kecernaan tinggi. Disamping itu, untuk mengatasi masalah

(13)

musim rawan paka, peternak dilatih membuat pakan fermentasi yang bahan bakunya menggunakan jerami padi dibantu dengan probiotik sehingga menghasilkan pakan yang bergizi tinggi,” ucapnya.

Program IbM ini juga membahas masalah penanganan limbah peternakan menjadi biogas sebagai alternatif gas rumah tangga. Hal ini disampaikan oleh Gandul Atik, drh., M.Kes. dosen FKH UNAIR. Pada pengmas kali ini juga disampaikan cara pengukuran

body scoring pada sapi yang disampaikan Sunaryo Hadi Warsito,

drh., MP.

Peserta program IbM adalah Kelompok Tani Ternak Sari Tani Desa Selogabus dan Kelompok Tani Ternak Maju Jaya Desa Margorejo, dengan total peserta tak kurang dari 40 orang. Pengmas IbM ini juga dihadiri oleh aparat pemerintah setempat.

Sugiman selaku Sekretaris Desa Selogabus mengatakan, kegiatan ini sangat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Sebab, sebagian besar masyarakat adalah peternak sapi potong tradisional.

“Sehari-hari, pakan yang diberikan kepada ternak adalah pakan ala kadarnya. Dengan pelatihan dan pengembangan sumber daya masyarakat di bidang peternakan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan skill peternak,” ungkap Sugiman.

Sugiman berharap, dengan diadakannya pelatihan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak dan masyarakat pada umumnya. Sugiman juga mengimbau agar kerjasama ini tetap berjalan dengan baik.

Pengmas IbM di Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban diikuti oleh tujuh orang tim dan dua mahasiswa prodi D-3 Kesehatan Ternak. Untuk keberlanjutan program ini, akan dilakukan monitoring terhadap pertambahan berat badan sapi selama 30 hari pasca pelatihan. (*)

(14)

“Jelly Exterminator Obesity”,

Terobosan

Baru

Minuman

Pendamping Diet Sehat Alami

UNAIR NEWS – Anda merasa gendut, chubby, gemuk, dan tumbuh ke samping? Kata-kata tersebut seakan sudah sering kita dengar. Biasanya kaum hawa sangat sensitif jika mendengar kata-kata tersebut. Dari gambaran tersebut tersirat bahwa tubuh ideal merupakan dambaan setiap orang, khususnya kaum perempuan. Tampak cantik, tubuh ideal merupakan harapannya.

Dalam upaya ikut menstimulir menuju tubuh ideal seseorang, inovasi mahasiswa Universitas Airlangga menemukan produk minuman terobosan baru sebagai pendamping diet. Minuman tersebut dinamai ”Jelly Exterminator Obesity” (JLEB) sebuah minuman yang hadir dengan kemasan unik dan berbahan dasar lidah buaya yang tidak berbahaya bagi tubuh. Minuman pendamping diet ini bebas bahan pengawet dan tanpa menggunakan pemanis buatan.

Mahasiswa Universitas Airlangga yang terlibat dalam kreativitas ini adalah Revien Dwi Nuarinta, Parida Listiana, Rizka Anggraini, Dita Permatasari, dan Rahmandita Putri. Mereka kemudian menuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK), dan telah lolos penilaian untuk memperoleh dana pengembangan dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

Dijelaskan oleh Revien Dwi Nuarinta, proses pembuatan JLEB ini tergolong mudah karena hanya memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan utama yang bertekstur kenyal layaknya jelly yang dapat mengenyangkan walau tidak memakan nasi dalam porsi yang

(15)

banyak. Rasa manis dalam produk ini didapat dari campuran gula dan madu. Komposisi gula dengan madu ini berfungsi sebagai salah satu cara untuk mendapatkan perpaduan rasa manis yang unik dan dapat mengurangi kadar kalori yang diserap tubuh.

Tim PKM JLEB ini telah memasarkan produknya ke berbagai kawasan di Kota Surabaya. Produk ini berpotensi menghasilkan keuntungan yang menjanjikan.

”Saat ini usaha minuman JLEB sudah mengumpulkan omzet sebesar Rp 1.500.000/bulan. Harapan kami kedepan, produk JLEB ini mampu berkembang dan dapat dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia sehingga meluas seperti produk minuman populer lainnya,” ujar Revien, Ketua Tim PKM.

Bahan dasar berupa tanaman lidah buaya mudah didapat dari perkebunan di kawasan Kediri, sehingga untuk keberlanjutan proses produksi JLEB harus “gercep” istilah keren gerak cepat. Karena jika tidak begitu maka lidah buaya akan cepat membusuk. Selain itu, ketika produk ini sudah menjadi minuman dalam cup, maka juga harus segera dipasarkan supaya tidak basi.

Produk minuman JLEB ini tahan selama tiga hari diluar kulkas, dan tahan selama lima hari didalam kulkas. Masa konsumsi yang tergolong cepat ini dikarenakan produk JLEB tidak menggunakan pengawet buatan.

”Semoga adanya minuman ini membuka wawasan kita bahwa diet tidak harus dengan pil, senam ekstra, maupun bersikeras untuk tidak makan. Karena dengan mengonsumsi JLEB ini saja sudah mampu menggantikan kalori secara cukup yang dibutuhkan tubuh seseorang,” kata Revien. (*)

(16)

Inovasi

Mahasiswa

UNAIR

Temukan

“Penghalang”

Antiadhesi Intraperitoneal

Pascabedah

UNAIR NEWS – Adhesi intraperitoneal atau biasa disebut suatu “perlengketan” di rongga perut, merupakan salah satu kasus serius di kalangan para ahli bedah. Secara sederhana, adhesi intraperitoneal ini dapat dikatakan sebagai perlengketan antara permukaan organ-organ maupun dengan dinding perut pasca-kegiatan pembedahan.

Dari serangkaian permasalahan kasus adhesi intraperitoneal serta uji coba-uji coba dalam usaha mengatasi, mahasiswa Universitas Airlangga melakukan penelitian menemukan bahwa

hydrogel dengan serangkaian uji in vitro bisa menghambat anti

adhesi intraperitoneal.

Penilaian itu dilaksanakan oleh Wilda Kholida Annaqiyah, Ainia Rahmah Aisyah, Claudia Yolanda Savira, Yolanda Citra Ayu Priskawati , dan Titin Widya Anjar Sari. Ketika disusun dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE), dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., S.Bio,CCD., proposal ini lolos untuk memperoleh dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM 2016-2017. Diterangkan oleh Wilda Kholida Annaqiyah, ketua tim, menurut etiologinya Adhesi intraperitoneal ini adalah pembentukan jaringan atau ikatan patologis yang biasanya terjadi antara omentum, usus, dan dinding abdomen yang merupakan bawaan atau di dapat sebagai reaksi post inflamasi atau pasca operasi. Ikatan ini dapat berupa lapisan jaringan ikat tipis, sambungan fibrous tebal yang berisi pembuluh darah dan saraf, atau perlengketan langsung antara kedua organ (Arung, 2011; Binda,

(17)

2004; Schoman, 2009).

Adhesi atau perlengketan ini dapat terjadi pada seseorang yang pernah mengalami riwayat operasi, bahkan tak sedikit kasus ini terjadi saat kegiatan operasi bedah terbuka maupun laparoskopi. Adhesi ini dikatakan kasus yang cukup serius, sebab dampak yang ditimbulkan cukup banyak, antara lain obstruksi usus, infertilitas (kemandulan), nyeri perut kronis, komplikasi serius yang mengharuskan seseorang operasi lagi bahkan meninggal dunia.

Prevalensi kejadian adhesi intraperitoneal sekitar 67-93% setelah operasi laparotomi bedah dan mencapai 97% pada operasi ginekologi. Adhesi antara luka dan omentum terjadi pada 80% pasien dan sekitar 50% melibatkan usus. Lebih dari 34% seseorang yang mengalami adhesi juga kembali dirawat di rumah sakit karena komplikasi yang terkait adhesi, dengan angka kematian 4,6-13% (Hellebrekers et al ,2011).

Menurut Arlan dalam Prasetyo (2012), di Indonesia insiden obstruksi yang disebabkan oleh adhesi peritoneal berada di posisi kedua, atau ketiga setelah hernia inguinalis dan keganasan kolon. Adhesi intraperitoneal juga penyebab tersering ileus obstruktif.

Di Indonesia tercatat 7.059 kasus obstruksi ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap, dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 (Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia dalam Romadhan,2012). Obstruksi yang disebabkan adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya (Sabara dalam Romadhan,2012).

Guna mengatasi terjadinya adhesi intra peritoneal, banyak dilakukan percobaan terkait barrier (penghalang fisik) untuk mencegah terjadinya dhesi itu seperti obat-obatan/agen farmakologis, barier cair dan barier padat. Tetapi obat kimia seperti kortikosteroid, antikoagulan, antibiotik, bahan

(18)

fibrinolitik dan hormon dinilai tidak adekuat dan belum

efektif dalam menangani adhesi intraperitoneal. Sedangkan barier cair seperti NaCl ,ringer laktat serta larutan polimer

N,O-carboxymethil chitosan (NOCC) dan carboxymethil cellulose

(CMC) meski digunakan dalam jumlah besar namun dalam aplikasinya terlalu cepat diserap (Grainger et al,1991). Cairan yang paling umum digunakan adalah solusi hipertonik 32% dekstran 70, tetapi mulai ditinggalkan karena mempunyai komplikasi serius (Dizerega, 2000).

Sedangkan untuk barier padat seperti membran dan film dalam penerapannya masih mengalami kesulitan praktis saat diaplikasikan dan hanya mampu menghalangi area tertentu saja bahkan beberapa diantaranya dapat secara agresif melekat pada sarung tangan dokter bedah selama pemasangan (Attard et al, 2007).

Dalam rangka mengatasi kekurangan tersebut dalam menangani adhesi intraperitoneal maka dalam penelitian ini dibuatlah sebuah barier (penghalang fisik), yakni berbentuk hydrogel untuk mencegah terjadinya adhesi selama proses penyembuhan jaringan yang luka.

Hydrogel ini memiliki keunggulan yakni mampu menutupi area

luka dan seluruh permukaan organ dengan geometri secara kompleks ketika disuntikkan kedalam tubuh, sehingga mampu menjadi penghalang fisik atau kontak langsung antara dinding perut maupun antar permukaan organ selama proses penyembuhan jaringan (Balakrishnan et al , 2005).

H y d r o g e l i n i d i b u a t d e n g a n b a h a n p o l i m e r b e r b a s i s methylcellulose dan hyaluronic acid dengan penambahan nano

silver (AgNPs). Methylcellulose dan hyaluronic acid dipilih karena sifatnya yang biokompatibel, biodegradabel dan non-toksik. Selain itu Hyaluronic acid diketahui dapat meningkatkan proliferasi pada sel mesothelial peritoneal (Reijnen et al, 2000). Sedangkan nano silver berfungsi sebagai agen anti-bakteri mengingat prevalensi infeksi oleh bakteri di

(19)

rongga perut yang tidak steril cukup besar.

Untuk melihat potensi hydrogel itu maka hydrogel akan melewati beberapa serangkaian uji in vitro, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan mengembang dan penyerapan cairan tubuh. Uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel bertahan di dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat toksik sampel.Lalu uji antibakteri untuk melihat kemampuan antibakteri dari nano silver, dan uji Fourier Transform Infra

Red (FTIR) untuk menggambarkan ikatan kimia pada bahan.

”Jadi hydrogel ini sudah melewati serangkaian uji in vitro dan memenuhi sebagai barier anti adhesi intraperitoneal. Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam bidang medis untuk aplikasi agen anti adhesi intraperitoneal dan dapat dilanjutkan dalam tahap uji in vivo dan uji klinis,” kata Wilda Kholida Annaqiyah. (*)

Editor: Bambang Bes

Mahasiswa UNAIR Tawarkan

Sampo Herbal “Bu Mamik” yang

Ramah Lingkungan

UNAIR NEWS – Bagi setiap orang, rambut merupakan bagian terpenting. Banyak pula yang menganggapnya sebagai ”perhiasan” yang harus dirawat. Rambut yang indah dan sehat perlu perawatan terbaik dengan produk sampo yang memiliki manfaat. Pemilihan sampo yang tidak sesuai bisa membuat rambut tidak sehat, mudah rontok, bercabang dan berketombe.

(20)

matahari juga bisa membuat rambut menjadi tidak sehat. Selain itu menurut data Direktorat Jendral Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015, bahwa 68 % sungai di Indonesia termasuk dalam kategori pencemaran berat.

Selama ini masyarakat beranggapan bahwa sumber utama pencemar sungai adalah limbah industri. Padahal mayoritas berasal dari limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga lebih disebabkan dengan pola hidup memakai bahan kimia berbahaya bagi lingkungan, seperti saat keramas menggunakan sampo yang berbahan dan tidak ramah lingkungan.

Mahasiswa Universitas Airlangga menghadirkan inovasi sampo herbal “Bu Mamik”. Inovasi ini digagas oleh Febriansyah Anandya Putra (2016), Niko Rokhman Syahputra (2015), Rana Firdha Azhari (2016), dan Annisa Karyati (2016), mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

Inovasi ini untuk diajukan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), bahkan inovasi ini telah lolos penilaian Dikti dan memperoleh bantuan dana pengembangan dari Kementerian Ristek dan Dikti dalam program PKM tahun 2016-2017.

Sampo herbal ini dibuat dengan bahan alami, tentunya ramah lingkungan karena busa yang dihasilkan tidak terlalu banyak, tetapi memiliki manfaat luar biasa bagi rambut. Yaitu perpaduan bahan minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa yang menjadi keunggulan produk sampo “Bu Mamik”.

Kedua bahan tersebut memiliki manfaat bagi rambut, antara lain menyehatkan kulit kepala, memperkuat akar rambut, dan menjadikan rambut tidak bercabang, tidak rontok, dan berketombe.

“Keunggulan produk ini dapat menghilangkan ketombe dan rambut rontok tanpa menimbulkan efek samping, serta baik digunakan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Sebab kebanyakan produk sampo pasaran hanya menggunakan ekstrak minyak kelapa atau

(21)

ekstrak biji bunga matahari, namun produk ini menawarkan perpaduan keduanya,” kata Febriansyah Anandya, ketua kelompok PKM ini.

Adanya tambahan green tea essential oil dalam sampo herbal ini membuat masyarakat akan mendapat manfaat berlipat karena essensial tersebut sangat membantu percepatan dalam menyehatkan rambut dan rambut beraroma harum setelah berkeramas. Rambut yang halus, lembut, sehat dan tampak indah setelah menggunakan sampo herbal “Bu Mamik” akan menambah kepercayaan diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Keunggulan lain produk sampo ini ialah dikemas dalam bentuk botol berukuran 100 ml, sehingga memudahkan konsumen untuk dibawa kemana-mana, bepergian misalnya. Harganya pun sangat familier, dibanderol sekitar Rp 20.000/botol. Sehingga sangat bersaing dibandingkan dengan produk sejenisnya.

“Sudah saatnya, sampo herbal ‘Bu Mamik’ menjadi pilihan cerdas bagi masyarakat dalam merawat rambut dan berpartisipasi menciptakan lingkungan yang bebas dari pencemaran,” kata Febriansyah. Dan bagi masyarakat yang berminat pada produk sampo herbal “Bu Mamik” ini dapat memesan via instagram:

sampo_bu mamik atau official line dengan ID: @szb0450g. (*)

Editor: Bambang Bes

Serum Katak Muda Berekor

Dapat Menghambat Aktivitas

(22)

Proliferasi Sel Kanker

UNAIR NEWS – Kanker merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan kematian di dunia. Di Indonesia sendiri diperkirakan angka kejadian akibat penyakit itu terdapat sekitar 100 orang dalam 100.000 penduduk. Berdasarkan fakta tersebut kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga melakukan penelitian tentang kanker.

Hasil penelitian yang dilakukan bahwa pemberian serum katak muda berekor dapat menurunkan aktifitas sel kanker. Hal ini karena di dalam serum katak muda berekor mengandung hormon tiroksin. Hormon ini berperan penting dalam mendegenerasi ekor katak yang merupakan proses apoptosis.

”Berawal dari hal inilah tim kami mengajukan proposal dan berhasil lolos dari penilaian Dikti untuk mendapat pendanaan dari Kemenristekdikti dan penelitian ini bisa dilakukan,” kata Imas Hapsari Rahmaningtyas, ketua tim peneliti mahasiswa ini, didampingi keempat temannya yaitu Nur Prabowo Dwi Cahyo, Zeni Prastika, Arliandra Reza Pratama, dan Anjani Marisa Kartikasari.

Penelitian yang dilakukan Imas Dkk ini sekitar tiga minggu di l a b o r a t o r i u m k a m p u s U n i v e r s i t a s A i r l a n g g a d e n g a n menginduksikan reagen kanker, yaitu DMBA (Dimetylbenz (α)

Antrasen) ke hewan coba yaitu tikus putih jenis Sprague

Dawley. Selama sekitar dua minggu dengan intensitas seminggu dua kali, setiap hari Senin dan Kamis.

(23)

ANGGOTA kelompok PKM ini serius mengerjakan penelitiannya di lab. (Foto: Dok PKM-PE)

Setelah menginduksikan kanker, penelitian dilanjutkan dengan memberikan serum katak muda berekor pada mencit setiap hari selama satu minggu. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa serum katak muda berekor dapat menghambat aktivitas proliferasi sel kanker kulit.

Hal tersebut dibuktikan setelah dilakukan uji Imunohistokimia, yang hasilnya menunjukkan adanya warna cokelat yang menandakan adanya apoptosis. Adanya warna cokelat tersebut karena diwarnai oleh Caspase 3 sehingga terlihat warna cokelat. Dari hasil itu sekaligus menunjukkan bahwa serum yang diberikan dapat meningkatkan apoptosis dan menghambat aktivitas proliferasi dari sel kanker.

”Kami berharap dengan adanya temuan serum ini bisa memberikan alternatif atau cara terbaru dalam mengatasi kanker dengan biaya yang lebih murah daripada dilakukan dengan operasi dan nanoteknologi,” kata Imas Hapsari Rahmaningtyas. (*)

Referensi

Dokumen terkait

UNAIR NEWS – Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2016-2017 meluluskan proposal mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil melakukan inovasi

Program Promosi Kesehatan di Puskesmas selain sebagai salah satu upaya kesehatan wajib (esensial), di butuhkan tenaga yang memiliki kompetensi dan kemampuan untuk mengelola promosi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

Model matematik seringkali digunakan untuk mempelajari fenomena alam nyata yang kompleks dengan cara analisis, serta untuk menyelidiki hubungan antara parameter yang

Data tabel 1.4 menunjukkan bahwa banyak konsumen 2016 - 2018 yang menjalin kontrak pembiayaan di BFI Finance kantor cabang Jombang dengan total sebanyak

Kursus ini bersesuaian untuk peserta yang telah bekerja dengan persekitaran atau tugasan penjaga jentera elektrik di industri. Dan juga sesuai bagi mereka yang ingin membuat