• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO SEKSI IA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

STUDI DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN TERHADAP ASPEK BIAYA DAN ASPEK WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA – MOJOKERTO SEKSI IA

Nama : Nurfiah

Nrp : 3106100706

Dosen Pembimbing : 1. Putu Artama Wiguna, Ir, MT, Ph.D 2. Mohammad Arif Rohman, ST, MSc

Abstrak

Proyek jalan Tol Surabaya-Mojokerto merupakan akses jalan tol yang dibangun melewati beberapa lahan masyarakat yang proses pembebasan lahannya tidak bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus mengikuti kondisi lahan yang sudah bebas. Untuk ruas lahan masih terkendala terpaksa ditunda sementara sambil menunggu proses pembebasan lahan selesai. Akibat metode pelaksanaan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan secara simultan dan menerus tersebut, maka dari sisi waktu proyek akan cenderung mengalami keterlambatan, dan dari sisi biaya proyek juga akan mengalami penambahan biaya. Pada tugas akhir ini akan dikaji seberapa besar biaya dan waktu yang ditimbulkan akibat kendala pembebasan lahan dengan membandingkan terhadap kondisi lahan normal. Output kajian tersebut dari kendala yang ada adalah mengetahui besar biaya dan waktu yang ditimbulkan.

Terlebih dahulu meninjau lahan bebas sebagai parameter untuk menentukan aspek waktu dan biaya, dan juga sebagai acuan apabila terjadi penambahan budget rencana anggaran biaya yang disebabkan oleh bermacam-macam kendala lahan. Sedangkan untuk lahan terkendala yang ditinjau dengan skenario lahan kendala 10%, 25%, 50%, sampai dengan 75%.

Berdasarkan hasil analisis, lahan terkendala mengakibatkan pertambahan biaya sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Lahan terkendala 10% akan mengalami kenaikan sekitar 0,18%, lahan terkendala 25% kenaikan biayanya adalah 0,22%, lahan terkendala 50% akan mengalami kenaikan 0,28%, dan untuk terkendala lahan 75% maka kenaikan biayanya adalah 0,34%. Waktu yang ditimbulkan akibat lahan terkendala 10% adalah 47,3%, lahan terkendala 25% adalah 57,3%, lahan terkendala 50% akan mengalami penambahan waktu 73,8%, dan untuk kendala lahan 75% maka waktu yang dtimbulkan adalah 90,27%.

(2)

2 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan lalu lintas yang sangat pesat di Jawa menimbulkan dampak yang luas terhadap kondisi jaringan yang ada, sebagai contohnya dapat kita lihat kondisi lalu lintas transportasi darat di wilayah GERBANG KERTOSUSILO (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) di Jawa Timur. Oleh karena itu perlu ada sebuah solusi untuk pemecahan masalah tersebut, yaitu pembangunan jalan tol yang menghubungkan kota Surabaya dengan Kabupaten Mojokerto sebagai alternatif jalan nasional. Dimana trase jalan tersebut melewati lahan-lahan yang belum bebas.

Menurut data dilapangan sampai saat ini pembebasan lahan masih sekitar 50% khusus untuk wilayah yang ditinjau yaitu seksi IA (lihat gambar 1.1), rencana pembebasan lahan 100% menurut pihak yang terkait akan rampung terbebas pada bulan juli 2010. Pembebasaan lahan menjadi variabel perhitungan terhadap waktu penyelesaian proyek dan biaya proyek. Proyek jalan tol Surabaya-Mojokerto adalah proyek yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan transportasi di daerah Jawa Timur, adapun kendala utama dalam proyek ini adalah masalah waktu.

Pekerjaan paling utama pada proyek ini adalah pekerjaan tanah, pekerjaan perkerasan atau pavement, serta pembuatan jembatan yang berada pada seksi IA. Pekerjaan perkerasan terdiri dari perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan perkerasan lentur (Rigid Pavement).Perkerasan lentur terdapat tiga lapis yaitu tanah dasar, lapis pondasi bawah, lapis permukaan. Sedangkan perkerasan kaku terdiri dari lapisan permukaan dan lapis pondasi.

penyelesaian pekerjaan ini akan mengalami keterlambatan akibat pembebasan lahan. Sehingga diperlukan studi atau riset tentang pengaruh pembebasan lahan terhadap biaya dan waktu pada proyek pembangunan jalan tol Surabaya – Mojokerto pada beberapa skenario pembebasan lahan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Biaya Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan sejumlah besar biaya atau modal yang dikelompokkan menjadi modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital), atau dengan kata lain biaya proyek atau investasi = modal tetap + modal kerja.

a. Modal kerja (Working Capital)

Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal operasi yang meliputi antara lain:

1. Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta bahan lain untuk operasi

2. Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah tenaga kerja pada masa awal operasi

3. Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih satu tahun.

b. modal tetap (Fixed Capital)

Biaya tetap (fixed cost) yaitu bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diinginkan, mulai dari pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh.

Biaya tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 1. Biaya langsung (direct cost) terdiri dari :

• Penyiapan lahan (Site Preparation) • Pengadaan peralatan utama

• Biaya merakit dan memasang peralatan utama • Pipa

• Alat-alat listrik dan instrument • Pembangunan gedung perkantoran • Fasilitas pendukung

• Pembebasan tanah

2. Biaya tidak langsung(indirect cost) terdiri: • Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen • Kendaraan dan peralatan konstruksi

• Pembangunan fasilitas sementara • Pengeluaran umum

• Konfigurasinlaba atau fee • Overhead

• Pajak, pungutan/sumbangan, biaya izin, dan asuransi.

Gabungan modal tetap dan modal kerja dinamakan biaya total (total cost), pada penulisan disini hanya dibahas modal kerja saja yaitu biaya operasional alat berat.

1. Upah tenaga kerja pada awal operasi 2. Sukucadang (1 tahun)

3. Persediaan bahan mentah dan produk 4. Pengeluaran lain – lain.

Total Biaya Proyek

Modal Kerja Modal Tetap Biaya tak langsung Biaya langsung

(3)

3  Pekerjaan tanah

 Pengadaan peralatan  Pemasangan peralatan  Pipa dan instrument  Gedung perkantoran

2.2

Penjadwalan / Scheduling

Penjadwalan merupakan tahap menterjemahkan suatu perencanaan ke dalam diagram-diagram sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan penggunaan sumber-sumber daya akan disesuaikan menurut kebutuhan yang ditentukan.

Untuk merencanakan dan melukiskan secara grafis dan aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi dikenal sampai saat ini beberapa metode, antara lain: (Ervianto, 2004).

1. Diagram Balok (Gantt Bar Chart) 2. Diagram Garis (Time/Production graph) 3. Diagram Panah (Arrow diagram)

4. Precedence Diagram method (PDM), dan sebagainya.

Masing – masing metode memiliki ciri – cirri sendiri dan dipakai secara kombinasi pada proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metode – metode tersebut harus berorientasi pada maksud tujuan penggunaannya. Pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dapat dipecah menjadi beberapa unit pekerjaan mandiri sehingga memiliki jadwal tersendiri sesuai dengan karakteristiknya.

Gambar 2.3 Denah yang lazim pada node PDM (Soeharto, 1997)

Gambar 2.4 Network suatu kegiatan dengan Metode Preseden Diagram

(Sumber: Soeharto, 1997)

Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir = (F), maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke awal (SS),

awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat/tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari, maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut.

Ada beberapa konstrain yang dapat digunakan yaitu: 1. Konstrain Finish to Start

Konstrain ini memberikan penjelasan bahwa suatu kegiatan baru dapat dikerjakan jika kegiatan sebelumnya telah selesai. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya selesai (i). Misalnya kegiatan pondasi baru dapat dimulai setelah kegiatan galian selesai

FS (i-j) = a

2. Konstrain Start to Start

Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila semua kegiatan terdahulu selesai 100%, maka kegiatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih. Misalnya kegiatan pembersihan lahan dimulai bersamaan dengan kegiatan pembangunan direksi keet.

SS (i-j) = b

3. Konstrain Finish to Finish

Memberikan penjelasan tentang hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari selesai. Besar angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (j). Misalnya kegiatan taman selesai bersamaan dengan kegiatan pagar. FF (i-j) = c Kegiatan (i) Kegiatan (j) Kegiatan (i) Kegiatan (j) Sta A B F E D C Finis

(4)

4 4. Konstrain Start to Finish

Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan. Suatu aktivitas baru dapat diakhiri jika aktivitas lain dimulai, misalnya kegiatan pembuangan sampah ke dalam lubang diakhiri jika kegiatan penimbunan lubang akan dimulai.

SF (i-j) = d

Catatan:

b dan d = Lead time a dan c = Lag time

5. Satu kegiatan mempunyai hubungan konstrain dengan lebih dari satu kegiatan yang berbeda.

6. Multikonstrain antar kegiatan

Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram:

- ES : waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time).

- EF : waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish time).

- LS : waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (latest ellowable start time).

- LF : waktu paling akhir kegiatan boleh selesai ( latest allowable finish time).

- D : durasi adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan dan lain-lain.

a. Hitungan maju

Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut:

1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES(i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat empat

konstrain, maka bila ditulis dengan rumus menjadi:

ES (j) = ES (i) + SS (i-j) atau ES (i) + SF (i-j) – D (j) atau EF (i) + FS (i-j) atau EF (i) + FF (i-j) – D (j)

Dari keempat rumusan tersebut dipilih angka terbesar.

2. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF (j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES (j) ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j). Atau ditulis dengan rumus menjadi:

EF (j) = ES (j) + D (j) b. Hitungan mundur

Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut:

1. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan.

LF (i) = LF (j) – FF (i-j) atau LS (j) – FS (i-j) atau LF (j) – SF (i-j) + D (i) atau LS (j) – SS (i-j) + D (i)

Dari keempat rumusan tersebut pilih angka terkecil

2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan. Atau dapat ditulis dengan rumus:

LS (i) = LF (i) – D (i) c. Jalur dan kegiatan kritis

Jalur dan kegiatan kritis Metode Preseden Diagram sebagai berikut:

- Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama ES = LS

- Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama

EF = LF

- Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal.

LF – ES = D

2.3

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tanah dan Rigid Pavement

Pekerjaan tanah sangat penting sehingga perlu direncanakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan perkerasan. Rigid pavement adalah struktur yang terdiri dari plat beton yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas Kegiatan I Kegiatan (i) Kgiatan (j) Kegiatan III Kegiatan II Kegiatan I Kegiatan I

(5)

5 lapisan pondasi bawah, dengan lantai kerja sebagai lapisan permukaan (LC).

2.3.1

Karakteristik Tanah

Sifat fisik material timbunan yang berpengaruh terhadap produktifitas alat berat.

2.3.2

Pengembangan Tanah

Pengembangan tanah adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume tanah yang diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut bentuk tanah atau material dibagi dalam tiga keadaan yaitu:

1. Keadaan asli (bank measure) 2. Keadaan lepas (loose measure) 3. Keadaan padat (compacted volume)

2.3.3

Kekerasan Tanah

Semakin keras tanah semakin kecil produktivitas alat berat, begitu juga sebaliknya jika tanah lunak maka produktivitas alat berat semakin besar.

2.3.4

Klasifikasi dan Produktivitas Peralatan

yang Digunakan

2.3.5

Bulldozer

Bulldozer merupakan traktor yang dipasangkan blade dibagian depannya. Blade berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada didepanya. (Rohmanhadi,1985).

2.3.5.1 Produktivitas Bulldozer

Berdasarkan perhitungan kapasitas alat yang dikeluarkan oleh United Tractor produktivitas bulldozer dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

𝑄𝑄 =𝑞𝑞 𝑥𝑥 60 𝑥𝑥 𝐸𝐸

𝐶𝐶𝐶𝐶 (2.1)

Dimana:

Q : Kapasitas Produksi (m3/jam) q : Produksi persiklus (m3) E : Efisiensi Kerja

Ts : Waktu Siklus (menit)

Faktor yang menentukan produktivitas Bulldozer adalah produksi persiklus, efisiensi, dan waktu siklus.

a. Faktor Efesiensi : (E)

Faktor effisiensi kerja ditentukan sesuai tabel 2.3 dibawah ini:

Tabel 2.3: Faktor Effisiensi Kerja Kondisi Operasi Alat Pemeliharaan Mesin Baik sekali

Baik Sedang Buruk Buruk sekali Baik sekali Baik Sedang Buruk Buruk sekali 0,83 0,80 0,72 0,63 0,52 0,81 0,75 0,69 0,61 0,50 0,76 0,71 0,65 0,57 0,47 0,70 0,65 0,60 0,52 0,42 0,63 0,60 0,54 0,45 0,32 Sumber : Rohmanhadi, 1985 b. Waktu Siklus : (Cm)

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan sebuah alat untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan (menggusur, ganti persenaling, dan mundur) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Rohmanhadi, 1985)

𝐶𝐶𝐶𝐶 =𝐷𝐷𝐹𝐹+𝐷𝐷𝑅𝑅+ 𝑍𝑍(𝑗𝑗𝑗𝑗𝐶𝐶) (2.2) Dimana :

D : Jarak angkut (km)

F : Kecepatan maju (3-5 km/jam) R : Kecepatan mundur (5-7 km/jam)

Z : Waktu tetap (ditetapkan dengan tongkat, tunggal : 0,10 menit = 0,002 jam)

2.3.6

Excavator

Alat ini berfungsi sebagai alat gali, sekaligus berfungsi untuk loading material ke dalam dump truck untuk diangkut ketempat penghamparan / pembuangan. Excavator dilengkapi dengan bucket dengan kapasitas sesuai dengan jenis dan tipe peralatan.

2.3.6.1 Produktivitas Excavator

Berdasarkan perhitungan kapasitas alat yang dikeluarkan oleh United Tractor produktivitas bulldozer dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Rohmanhadi, 1985)

Q = 𝑞𝑞 𝑥𝑥 3600 𝑥𝑥 𝐸𝐸

𝐶𝐶𝐶𝐶 (2.3)

Dimana :

Q : Kapasitas Produksi (m3/jam) q : Produksi persiklus (m3) E : Efisiensi Kerja

Cm : Waktu siklus (detik)

a) Produksi persiklus Excavator : (q)

Produksi persiklus adalah kemampuan alat untuk menggali tanah perwaktu siklus.

Q = q′ x E (2.4) Dimana :

q′ : Kap.bucket Excavator (Tabel 2.4) K : Fak.bucket Excavator

(6)

6 Tabel 2.4: Kapasitas bucket Excavator

JENIS ALAT TYPE DAN SPESIFIKASI ALAT KAPASITAS BUCKET (q) Excavator kumatsu Excavator komatsu Excavator komatsu Excavator komatsu PC-100 F-6Z PC-100 F-6Z PC-100 F-6Z PC-100 F-6Z 0,55 m3 0,90 m3 1,40 m3 2,10 m3

Sumber : Training Center Dept.PT.United Tractor Jakarta 1997.

2.3.7

Motor garder

Motor garder berfungsi untuk meratakan tanah dengan level yang baik, karena fungsi blade dapat diatur sedemikian rupa sehingga elevasi dapat dicapai dengan akurasi yang baik.

2.3.7.1 Produktivitas motor garder

Produktivitas motor diukur berdasarkan luas area yang diselesaikan, bukan berdasarkan volume yang dipindahkan, dengan demikian dapat ditentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Menurut buku yang diterbitkan Departemen Pekerjaan Umum, yang disusun oleh Rohmanhadi dalam bukunya Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan menggunakan alat berat, motor grader dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan luas operasi perjam (𝐶𝐶2/jam):

(Rohmanhadi, 1985)

Q=(𝑉𝑉 𝑥𝑥 (𝐿𝐿𝐿𝐿−𝐿𝐿𝐿𝐿) 𝑥𝑥 1000 𝑥𝑥 𝐸𝐸) 𝑥𝑥 𝑡𝑡

𝑛𝑛 (2.5)

Dimana :

Q : Volume operasi perjam (𝐶𝐶3/jam) V : Kecepatan kerja (km/jam) Le : Panjang blade efektif (m)

Lo : Lebar overlap (m) (ditetapkan 30 cm) E : Efisiensi kerja tabel 2.3

t : Tebal hamparan (m)  sesuai spesifikasi

n : Jumlah lintasan yang diperlukan untuk satu layer Tabel 2.5: Kecepatan kerja motor grader

Kecepatan kerja (V) Kecepatan km/jam Ket. Perbaika jalan biasa Pembuatan trens Perapihan tebing Penggusuran salju Perataan medan 2.0 – 6.0 1.6 – 4.0 1.6 – 2.6 7.0 – 25.0 1.6 – 4.0 2.0 – 8.0 Sumber : Rohmanhadi,1985

2.3.8

Dump truck

Berfungsi untuk mengangkut material timbunan dari quary kelokasi penghamparan atau membuang sisa galian ke tempat pembuangan.

2.3.8.1 Produktivitas Dump Truc

Produksi perjam dump truck dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Rohmanhadi, 1985)

Q = 𝑞𝑞 𝑥𝑥 𝐹𝐹

𝑇𝑇𝑇𝑇 (2.6)

Dimana :

Q : Produksi perjam (𝐶𝐶3/jam) q : Kapasitas bak dump truck (𝐶𝐶3) F : Faktor muat

Ts : Waktu siklus dump truck a. Kapasitas bak dump truck : (q)

Tergantung ukuran bak dump truck b. Faktor muat : (F)

Faktor muat tergantung pada munjung atau tidaknya bak dump truck

c. Waktu siklus dump truck : (Ts) Ts = 2 x X

Vrata −rata + (waktu putar, waktu dumping)

(2.7) Dimana :

Ts : Waktu siklus (jam)

X : Jarak houling dump truck (km)

Vrata-rata : Kec.rata-rata dump truck (km/jam) Vrata-rata = (Kec .muat + kec .balik )

2

(2.8)

Waktu putar, waktu dumping, dan hambatan lain ditetapkan.

2.3.9

Vibration roller

1. Dengan menentukan volume tanah yang dipadatkan

2. Dengan menentukan luasan tanah yang dipadatkan

2.3.9.1 Produktivitas vibration roller

Dalam perhitungan volume tanah yang dipadatkan dipakai rumus sebagai berikut: (Rohmanhadi, 1985)

Q = W x V x H x 1000 x E

N (2.9)

Dimana :

Q : Produktivitas perjam (m3/jam) W : Lebar pemadatan efektif tiap pass V : Kecepatan operasi (km/jam)

H : Tebal pemadatan untuk satu lapis  (ditetapkan 30 cm)

E : Efisiensi kerja (sesuai tabel 2.3) N : Jumlah lintasan (hasil percobaan)

(7)

7 Tabel 2.6: Kecepatan operasi vibro roller

Jenis pemadat Kecepatan (V) (km/jam)

Ket Mesin gilas (roda besi)

Mesin gilas (roda ban) Mesin gilas – getar Kompactor tanah Temper 2.0 2.5 1.5 4.0 – 10.0 1.0 Sumber : Rohmanhadi, 1985 2.3.9.2 Produktivitas concrete paver

Pada proyek ini concrete rigid paver yang dipakai adalah merk SP(500 Vario,Writgen) dengan kapasitas alat (sesuai denngan brosur) adalah 500 m3/jam, adapun perhitungan kapasitas produksi

adalah sebagai berikut:(Rohmanhadi, 1985) Q = q x E

Bj C (2.11)

Dimana:

Q : Produksi alat (m3/jam) Q : Kapasitas Vario (t/m3)

E : Faktor efisiensi kerja (tabel 2.3) BjC : Berat jenis beton (t/m3) 3.METODOLOGI

3.1 Diagram Alir (Flowchart)

Diagram alir (flowchart) dalam pengerjaan tugas akhir yang berjudul “Studi Dampak Pembebasan Lahan Terhadap Aspek Biaya Dan Aspek Waktu Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya – Mojokerto Seksi IA” adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir

4.ANALISA DATA LAHAN TANPA KENDALA 4.3 Perhitungan produksi dan waktu perlu kondisi lahan tanpa kendala

Item pekerjaan yang ditinjau berkaitan dengan pemakaian alat berat yang berpengaruh secara dominan terhadap waktu dan biaya adalah pekerjaan sebagai berikut:

1. Pekerjaan pembersihan 2. Pekerjaan tanah

3. Pekerjaan galian struktur

4. Pekerjaan prevabricated vertikal drain (PVD) 5. Pekerjaan subgrade

6. Pekerjaan lean concrete 7. Pekerjaan rigit pavement

4.3.4 Resume perhitungan waktu perlu dan biaya kombinasi pada lahan tanpa kendala. No. Item pekerjaan Durasi (hari) Biaya peralatan

1

Pek. Pembersihan 23 953.440.000 2

Pek. Tanah 97 105.844.800.000 3

Pek. Galian struktur 7 65.240.000 4 Pek. PVD 53 106.688.800.000 5 Pek. Subgrade 28 11.772.960.000 6 Lean concrete 31 334.400.000 7 Rigid pavement 131 3.258.400.000 370 228.918.040.000 Jumlah

Biaya peralatan secara keseluruhan pada lahan tanpa kendala adalah sebesar Rp 228.918.040.000,- dan waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 370 hari.

5.ANALISA DATA LAHAN TERKENDALA 5.1 Lahan kendala

Lahan terkendala adalah kondisi lahan pada saat pelaksanaan konstruksi ada satu ruas lahan atau lebih yang tidak bisa dikerjakan, sehingga pekerjaan konstruksi pada lokasi tersebut tidak bisa dimulai,

Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Analisa Biaya dan Waktu

Kesimpulan A

Studi Kondisi Lahan

1 kendala Lahan: • Kendala 10% • Kendala 25% • Kendala 50% • Kendala 75% Start Studi Literatur Pengumpulan Data

Lahan Bebas Lahan Belum Bebas

(8)

8 dan ditunda untuk sementara waktu sampai proses kendala selesai.

5.1.1 Metode pelaksanaan pekerjaan dengan lahan kendala.

Gambar 5.2. Flowchart urutan pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 5.15 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 10%.

No. Item pekerjaan Biaya peralatan

Ruas I Ruas II Total (Rp)

90% 10% 1 Pek. Pembersihan 21 2 23 958.475.304 2 Pek. Tanah 87 10 97 106.217.565.856 3

Pek. Galian struktur 6 1 7 67.553.514 4 Pek. PVD 48 5 53 106.724.567.098 5 Pek. Subgrade 25 3 28 10.755.710.146 6 Lean concrete 28 3 31 332.525.940 7 Rigid pavement 118 13 131 3.252.998.784 Jumlah biaya pelaksanaan Rp 333 37 370 228.309.396.642

Waktu pelaksanaan (hari)

Total biaya pekerjaan pada kendala lahan 10% dan alat idle dapat dihitung sebagai berikut:

Rp 228.309.396.642 + Rp 407.000.000 = Rp 228.716.396.642,-.

Tabel 5.31 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 25%.

No. Item pekerjaan Biaya peralatan

Ruas I Ruas II Total (Rp)

75% 25% 1 Pek. Pembersihan 17 6 23 958.475.304 2 Pek. Tanah 73 24 97 106.217.565.856 3

Pek. Galian struktur 5 2 7 67.553.514 4 Pek. PVD 40 13 53 106.724.567.098 5 Pek. Subgrade 21 7 28 10.755.710.146 6 Lean concrete 23 8 31 332.525.940 7 Rigid pavement 98 33 131 3.252.998.784 Jumlah biaya pelaksanaan Rp 278 93 370 228.309.396.642

Waktu pelaksanaan (hari)

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya pelaksanaan pekerjaan dan idle adalah: Rp 228.309.396.642 + Rp 495.800.000 = Rp 228.805.196.642,-.

Tabel 5.47 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 50%.

No. Item pekerjaan Biaya peralatan

Ruas I Ruas II Total (Rp)

50% 50% 1 Pek. Pembersihan 12 12 23 958.475.304 2 Pek. Tanah 49 49 97 106.217.565.856 3

Pek. Galian struktur 4 4 7 67.553.514 4 Pek. PVD 27 27 53 106.724.567.098 5 Pek. Subgrade 14 14 28 10.755.710.146 6 Lean concrete 16 16 31 332.525.940 7 Rigid pavement 66 66 131 3.252.998.784 Jumlah biaya pelaksanaan Rp 185 185 370 228.309.396.642

Waktu pelaksanaan (hari)

Jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan adalah: Rp 228.309.396.642 + Rp 640.600.000 = Rp 228.949.996.642,-

Tabel 5.63 Resume perhitungan waktu dan biaya pekerjaan untuk masing-masing alat pada lahan terkendala 75%.

No. Item pekerjaan Biaya peralatan Ruas I Ruas II Total (Rp)

25% 75% 1 Pek. Pembersihan 6 17 23 958.475.304 2 Pek. Tanah 24 73 97 106.217.565.856 3

Pek. Galian struktur 2 5 7 67.553.514 4 Pek. PVD 13 40 53 106.724.567.098 5 Pek. Subgrade 7 21 28 10.755.710.146 6 Lean concrete 8 23 31 332.525.940 7 Rigid pavement 33 98 131 3.252.998.784 Jumlah biaya pelaksanaan Rp 93 278 370 228.309.396.642

Waktu pelaksanaan (hari) Start Pekerjaan pembersihan PVD • Bulldozer Excavator Dump Truck Bulldozer Dump Truck Excavator Concrete paver Batching plant Truck mixer Pekerjaan tanah Subgrade Galian struktur Leean concrete Rigid pavement finish Dump Truck Excavator Batching plant Truck mixer Service crane Buldozer Dump truck Motor grader Vibro roller

(9)

9 Jadi, jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan lahan kendala 75% dan idle adalah: Rp 228.309.396.642 + Rp 786.400.000 = Rp 229.095.796.642,-

Perhitungan waktu dan biaya dengan skenario kendala lahan sebagai berikut:

• Lahan tanpa kendala Biaya = Rp 228.309.396.642,-. Waktu = 370 hari • Lahan terkendala 10% Biaya = Rp 228.716.396.642,-. Waktu = 370 + 175 = 545 hari ∆𝑡𝑡 = 545 − 370370 = 47,3% • Lahan terkendala 25% Biaya = Rp 228.805.196.642,-. Waktu = 370 + 212 = 582 hari ∆𝑡𝑡 = 582 − 370370 = 57,3% • Lahan terkendala 50% Biaya = Rp 228.949.996.642,-. Waktu = 370 + 273 = 643 hari ∆𝑡𝑡 = 643 − 370 370 = 73,78% • Lahan terkendala 75% Biaya = Rp 229.095.796.642,- Waktu = 370 + 334 = 704 hari ∆𝑡𝑡 = 704 − 370370 = 90,27%

Grafik 5.1 Hubungan antara waktu dan skenario lahan terkendala.

Grafik 5.2 Hubungan antara biaya dan skenario lahan terkendala.

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari analisis dan perhitungan studi dampak pembebasan lahan terhadap aspek biaya dan aspek waktu pada proyek pembangunan jalan tol Surabaya-Mojokerto, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis, lahan terkendala mengakibatkan pertambahan biaya sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Lahan terkendala 10% akan mengalami kenaikan sekitar 0,18%, lahan terkendala 25% kenaikan biayanya adalah 0,22%, lahan terkendala 50% akan mengalami kenaikan 0,28%, dan untuk terkendala lahan 75% maka kenaikan biayanya adalah 0,34%.

2. Berdasarkan hasil perhitungan maka waktu yang ditimbulkan akibat lahan terkendala 10% adalah 47,3%, lahan terkendala 25% adalah 57,3%, lahan terkendala 50% akan mengalami penambahan waktu 73,8%, dan untuk kendala lahan 75% maka waktu yang dtimbulkan adalah 90,27%.

6.2 Saran

Untuk penelitian lebih lanjut dapat dihitung terjadinya keterlambatan satu bulan, dua bulan dan seterusnya. Dan juga dapat diasumsikan bahwa peralatan yang dipergunakan dikembalikan dikembalikan. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 10 25 50 75 Δt (%) Δt 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 10 25 50 75 Δbiaya(%) Δp

(10)

10 DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, W. 2000. Manajemen Konstruksi, Jakarta. PT. United Tractors, 1997. Latihan Dasar Sistem

mesin (B). Jakarta, Training Center Departement.

Rochmanhadi, 1985. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan menggunakan Alat – alat Berat, Jakarta.

Soeharto, Iman. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Susy Fatena Rostiyanti, Ir. M.Sc. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Jakarta.

Djoko Sulistiono. 2002. Alat Berat dan pemindahan tanah mekanis Konstruksi, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Objek atau susunan surat dinas adalah ketentuan isi dari surat dinas resmi yang sesuai dengan Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah, dikeluarkan oleh

Buku kumpulan infografis materi sejarah kerajaan Islam di Jawa dan bentuk akulturasi efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah Indonesia, hal ini dibuktikan

Kemudian penulis juga menyarankan untuk mengedit sebuah video dengan menggunakan applikasi ini terutama video yang mempunyai kualitas yang sangat baik seperti film

Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa melalui Youth Entrepreneurship Program (YEP) yaitu: (a) Siswa anggota YEP

10.7 Pemberian penjelasan mengenai isi Dokumen Pengadaan, pertanyaan dari peserta, jawaban dari ULP, perubahan substansi dokumen, hasil peninjauan lapangan, serta

Mochammad Arifin, Penerapan Model Pembelajaran Bassed Learning Melalui Metode Penugasan Dapat Meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Pamotan Rembang,

Terhadap pernyataannya itu, Riffaterre mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Eco mengenai interpretant, yaitu sebuah paradigma sinonimi yang dapat berupa bentuk tanda

Namun, pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan semua peubah produksi baik pada panen 5 BST (Bobot basah dan kering total) maupun 6 BST (Bobot basah dan kering total,