• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bom Bali I meledak begitu dahsyat. Tapi yang dieksekusi ternyata tak memiliki kemampuan untuk merakit bom sebesar itu. Lalu bom siapa yang meledak?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bom Bali I meledak begitu dahsyat. Tapi yang dieksekusi ternyata tak memiliki kemampuan untuk merakit bom sebesar itu. Lalu bom siapa yang meledak?"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bom Bali I meledak begitu dahsyat. Tapi yang dieksekusi ternyata tak memiliki kemampuan untuk merakit bom sebesar itu. Lalu bom siapa yang meledak? 

{mosimage}Sehari sebelum Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas dieksekusi, mantan Ketua MPR Amien Rais kembali meragukan kemampuan Amrozi cs membuat bom Bali. Ia justru mendorong pemerintah untuk mencari dalang yang sebenarnya. "Seorang santri yang sederhana tidak mungkin dapat membuat bom seperti bom Bali, saya sudah bertanya kepada teman-teman doktor fisika dan ternyata bom sebesar itu harus dibuat di laboratorium," kata Amien saat berkunjung ke Pasar Ujungberung, Bandung, Sabtu (8/11).

Menurut Amien, pemboman Bali itu adalah tindakan radikal jadi sudah seharusnya penyelidikan bergeser ke dalang yang sebenarnya, jangan hanya sampai Amrozi, Imam Samudra dan Ali Gufron. Pernyataan Amien Rais ini seolah mewakili banyak kalangan yang menduga bahwa ada bom lain yang lebih besar di luar bom karbit yang dibuat oleh Amrozi cs.

Keraguan serupa dikemukakan pengamat intelijen Herman Ibrahim. Ia mem-pertanyakan betulkah yang melakukan pengeboman itu mereka? Sejauh ini tidak pernah ada uji lapangan yang bisa mem-buktikan bahwa bom yang dibawa mereka adalah bom yang sedemikian hebatnya. “Kita tahu bom yang meledak itu menimbulkan gelombang panas dan mematikan listrik, suatu hal yang tidak mungkin ditimbulkan oleh bom konvensional seperti yang diakui dibawa oleh ketiga pelaku bom Bali I,” katanya.

Berbagai keraguan itu cukup beralasan. Hingga kasus ini berakhir di pengadilan yang berujung pada eksekusi Amrozi cs, tidak pernah ada upaya mengungkap secara jelas sebenarnya bom apa yang meledak di Legian, Kuta, Bali tersebut. Pengungkapan hanya terbatas pada

unsur-unsur pembuktian perkara yakni barang siapa, melakukan apa, bagaimana, dan kapan. Tidak ada uji lapangan misalnya, seberapa kuat bom made in Tenggulun, Lamongan itu meledak.     

(2)

Sabtu, 12 Oktober 2002, sekitar pukul 23.30 sebuah ledakan hebat terjadi di Jl Legian, Kuta, Bali. Ledakan itu menurut beberapa saksi mata menimbulkan awan panas berbentuk jamur. Suara ledakannya sangat keras hingga menjangkau jarak 20 km. Sebanyak 47 bangunan hancur, beberapa mobil terlempar hingga ketinggian 6 meter. Sebanyak 202 orang tewas, dan lebih dari 300 orang terluka. Ledakan itu telah mengangkat 2 ton tanah dan aspal persis di depan diskotik Sari-Club dan melemparkannya ke segala arah hingga menghancurkan apa saja yang ada di sekitarnya. Bom ini mempunyai kekuatan setara dengan 4 ton HE (High Explosive) TNT.

Penyelidikan terhadap bom itu pun dilakukan. Polisi diterjunkan. Residu bahan bom yang masih tersisa diperiksa. Kurang dari seminggu pascaledakan, polisi melansir bahwa bom itu berbahan jenis C-4. “Dari hasil kajian bersama dengan tim FBI, kami bisa mengatakan material yang digunakan adalah C-4,'' kata Irjen Pol Saleh Saaf, yang saat itu menjabat sebagai Kabahumas Mabes Polri. Keterangan ini diperkuat oleh pernyataan Kepala BIN AM Hendropriyono.

Kesimpulan itu hanya bertahan se-bentar. Setelah ada tim investigasi gabungan yang

melibatkan polisi Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, bahan bom itu kemudian diubah-ubah. C-4 kemudian diko-reksi menjadi TNT dan RDX. Namun setelah para pelaku bom Bali

tertangkap, bom itu dikatakan sebagai potassium klorat dan ammonium sulfat alias bom karbit hasil rakitan Amrozi dkk.

Hasil investigasi MUI yang melibatkan almarhum mantan Kabakin ZA Maulani menemukan bahan peledak C4 dan RDX. C4 dan RDX adalah bahan peledak yang hanya dimiliki oleh beberapa negara maju saja, dan keberadaannya dijaga ketat. Militer Indonesia sendiri tidak punya bahan jenis ini. Kepala Staf Angkatan Darat saat itu Jenderal TNI Rya-mizard Ryacudu pun yakin bahwa bom itu bukan produk dalam negeri. “Itu pasti produk luar negeri,'' katanya saat itu. Bahkan TNI telah mengadakan uji terhadap bahan peledak TNT. Hasilnya ledakannya kecil dan tak sampai membakar bensin yang diletakkan di de-katnya.

Pengakuan para saksi yang melihat kejadian dan selamat dari maut serta fakta di lapangan menunjukkan bahwa ledakan itu adalah high explosive dan bukan berasal dari ledakan bom konvensional. Ada kawah yang terbentuk menunjukkan bahwa senjata itu diledakkan di bawah permukaan, sedangkan kedalaman dikombinasikan dengan diameter kawah menunjukkan letak bom semula. Para pakar menduga diameter bom tidak lebih dari 12 inci (30,48 cm). Menurut Maulani, kerusakan di Kuta itu paling tidak mem-butuhkan 4 ton HE (high explosive) TNT. Pertanyaannya, bagaimana cara memper-kecil ukuran bom low-specific gravity HE yang volumenya sebesar meja kerja dengan bobot 4.000 kg menjadi sebuah bom berbentuk pipa

(3)

menyimpulkan senjata itu adalah lain dari pada yang lain dan itu hanya satu di dunia namanya Special Atomic Demolition Munition (SADM) atau disebut juga mikro nuklir.

Investigator independen Australia Joe Vialls pun yakin bahwa yang meledak di Bali saat itu adalah mikro nuklir. “Bom yang sebenarnya lebih hebat dari C-4 dan tak mungkin dibuat oleh orang amatiran. Hanya kalangan profesional dari negara tertentu saja yang bisa membuatnya,”  kata Joe dalam situsnya. Sementara itu, ahli dan praktisi eksplosif Inggris, Mark Ribband, kepada AFP beberapa hari setelah kejadian mengatakan bahwa produsen utama bahan itu adalah Amerika Serikat dan Israel. Bahan itu relatif gampang dibawa dan diselundupkan tapi sangat sulit diperoleh. Ia pun menyimpulkan ledakan di Bali itu luar biasa. “Kalau benar itu C-4, tentu itu C-4 yang amat powerfull,'' kata Ribband.

Di tengah pencarian para tersangka dan penelitian bahan bom, seorang warga Bali yang menjadi saksi korban Kadek Alit Margarini (23) tiba-tiba pada hari keenam 'diminta' Australia untuk dirawat di negeri Kanguru tersebut. Memang 40 persen tubuhnya terkena luka bakar. Tapi sebenarnya Kadek dalam kondisi tidak kritis saat dirawat di RS Sanglah, Denpasar. Bahkan ia masih bisa bercerita tentang tempat kerjanya di Paddy's Bar. Ia mengaku melihat seseorang meletakkan bungkusan di bar tersebut.

Dalam perjalanan menuju Perth Aus-tralia dengan menggunakan air ambulance, menurut pihak Australia, kondisi kesehatan Kadek menurun. Akhirnya ia diturunkan di Darwin. Di rumah sakit itulah, tepat 7 hari pasca ledakan, perempuan itu meninggal. Tanpa seizin keluarga korban, jenazah Kadek dikremasi. Padahal ayah dan paman korban, Made Mandra dan Nyoman Putra, pun keberatan jenazah tersebut dikremasi.

Ahli forensik yang ikut menangani korban bom Bali Agus Purwadianto menilai janggal

pengkremasian itu. Menurutnya boleh saja dikremasi, tapi harus terlebih dahulu diotopsi untuk mengetahui kematian korban dan kepentingan hukum. “Kalau korban langsung dikremasi, maka akan muncul pertanyaan, apakah ada yang disembunyikan?” katanya. Konon ada kesaksian dari beberapa ahli forensik Australia bahwa mereka melihat tanda-tanda yang luar biasa dari korban bom Bali. Ada pula pengakuan mereka bahwa ada tanda-tanda di tubuh sebagian korban menunjukkan karakteristik efek ledakan dari bom non konvensional.

(4)

Belum ada bukti apa-apa, George W Bush, John Howard, Tony Blair, dan Menteri Pertahanan Matori Abdul Djalil menuduh Alqaidah dan aliansi lokalnya terlibat bom Bali. Di sinilah nama Jemaah Islamiyah mulai disebut-sebut. Ustad Abu Bakar Ba'asyir, Abdullah Sungkar, dan Hambali mulai dikait-kaitkan oleh pihak-pihak Singapura dan Malaysia. Sekitar seminggu dari peristiwa ledakan di Kuta, pemerintahan Megawati mengeluarkan Per-aturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Antiterorisme dan Perpu Penyelidikan kasus bom Bali. Ustad Ba'asyir yang dalam kondisi terbaring di RS PKU Muhammadiyah ditangkap.

Kurang dari sebulan, Amrozi ditangkap. Amrozi dituding sebagai tersangka pembeli bahan kimia di Surabaya. Berikutnya ditang-kap pula Mukhlas di Solo dan Imam Samudra di bis yang akan membawanya menyeberang ke Sumatera. Ketiga orang ini dianggap sebagai otak

peledakan. Selain itu ditangkap pula beberapa orang yang dianggap mem-bantu aksi tersebut. Dan di antara para tersangka ada pelaku lapangan yakni Ali Imron, adik Amrozi.

Para pengamat intelijen tak yakin bah-wa merekalah pelakunya. Pengamat intelijen Dr AC Manullang dan Suripto memper-kirakan, pelaku peledakan bom Bali adalah kekuatan asing karena terorganisasi dengan baik dan terlatih. ”Tidak mungkin orang Indonesia, bahkan Asia, membuat konsep teror seperti itu. Jadi, bukan tidak mungkin arsitek peledakan bom itu justru dari negara-negara besar,” kata Manullang dalam talk show bertajuk ”Bom Bali, Siapa Bermain Api” di Jakarta, Sabtu (19/10/2002). Ia me-ngatakan, tujuan teror bom Bali adalah, pertama menunjukkan teroris memang ada di Indonesia dan kedua agar ekonomi Indonesia rusak. Menurut Manullang, negara besar seperti Amerika Serikat berke-pentingan mengontrol Indonesia karena mereka tahu negeri ini sangat strategis dan kaya sumber daya alam serta memiliki kekayaan sosial.

Sedangkan Suripto mengatakan, peris-tiwa bom Bali dari kacamata intelijen dilakukan oleh suatu kekuatan yang terorganisasi dengan baik dan yang dapat melakukan pengorganisasian seperti itu hanyalah intelijen. ”Saya punya dugaan kuat peristiwa itu tidak lepas dari operasi intelijen. Intelijen luar negeri yang punya kemampuan global,” katanya. Argumentasinya itu ber-dasarkan fakta bahwa pihak yang bertugas memantau keadaan sangat ahli dan

pro-fesional menganalisis di mana dan kapan peledakan paling berdampak. Demikian juga pelakunya terlatih karena mampu menye-lundupkan bom dalam jumlah besar dan

menyimpannya hingga peledakan. Suripto memperkirakan, para pelaku telah

memperhitung-kan kemungkinan melarikan diri de-ngan menggunakan jadwal penerbangan terakhir pada malam kejadian. Konon, ada pergerakan pesawat tertentu pada tanggal 12 dan 13 Oktober yang secara sistematis dihapus dari catatan log menara kontrol.

(5)

membawa dan merakit bom itu sendiri, yakni Ali Imron hanya dijatuhi hukum-an penjara seumur hidup. Padahal dialah di persidangan yang memperagakan bagai-mana bom dirakit dalam boks-boks plastik. Namun Ali Imron tak menjalani hukumannya layaknya terpidana di LP Krobokan, Bali. Ia malah dibawa ke Jakarta oleh Tim Densus 88 dengan alasan 'dibon' untuk menunjukkan jaringan para teroris yang masih berkeliaran.

Tersiar kabar bahwa Ali Imron yang sering dipanggil Ale ini kini hidup nyaman dari satu apartemen ke apartemen lainnya di Jakarta. Ale sempat kepergok wartawan saat kongkow-kongkow dengan Komjen Pol Gories Mere di Kafe Starbuck di Jakarta. Ia dan Mubarok juga pernah ketahuan makan bersama dengan Brigjen Pol Surya Dharma, petinggi Densus 88, di rumahnya di kawasan Lebak Bulus. Tindakan ini membuat PM Aus-tralia John Howard saat itu marah besar dan menganggap tindakan itu sangat mema-lukan.

Pengamat intelijen Herman Ibrahim curiga terhadap Ali Imron. Ia memper-tanyakan apa benar Ale sedemikian mudah digalang oleh kelompok Amrozi untuk merakit bom dan meledakkannya. Secara rasional, katanya, Ali Imron sengaja didorong untuk bergabung dengan kelompok

ter-sebut. “Kan cukup waktu untuk memper-timbangkannya,'' kata Herman.

Eksekusi Aneh

{mosimage}Tiga terpidana mati bom Bali akhirnya harus menghadapi regu tembak. Pemilihan waktunya pun menggunakan kode waktu yang sama dengan tragedi WTC yakni 911. Ingat dulu tragedi WTC terjadi pada 11 September yang dalam penulisannya ditulis 9/11. Sedangkan eksekusi ini pun tepat dilaksanakan pada 9 November, yang dalam penulisan Indonesia ditulis 9/11. Sementara kasus bom Bali I terjadi pada 12 Oktober atau kalau ditulis dengan gaya Barat menjadi 10/12 (9+1/11+1).

Menanggapi hal tersebut, Kejaksaan Agung melalui Kapuspenkum Jasman Panjaitan mengatakan, pihaknya tidak mengetahui mengapa pemilihan waktu eksekusi pada 9

November. Ia justru menyebut masalah waktu dan tempat pelaksanaan itu urusan polisi atas petunjuk dari Kejati setempat. Jadi, kami tidak mengetahui apa-apa tentang angka 911. Sementara, Mabes Polri membantahnya. Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Polisi Abubakar Nata-prawira, penetapan tanggal eksekusi mati Amrozi adalah kewenangan Kejagung. Saling tuding pun terjadi.

(6)

Di luar kedua lembaga itu santer tersiar kabar, pemilihan waktu itu atas permintaan dari Pemerintah Australia. Hal ini cukup beralasan karena warga negara Australia menjadi korban terbanyak dalam peristiwa bom Bali I. “Itu (waktu eksekusi Amrozi cs) atas permintaan dari Pemerintah Australia kepada Pemerintah Indonesia. Jadi sengaja dibalik antara bulan dan tanggalnya saja. Setting waktunya jelas,” tegas pengamat intelijen Al Chaidar kepada okezone.com di Jakarta, Senin (10/11).

Adanya tekanan asing ini memang tak bisa dipungkiri. Hingga kini lebih dari 100 orang yang sudah divonis hukuman mati. Bahkan ada yang sudah menunggu lebih dari 30 tahun lamanya di penjara, tapi eksekusi tak dilakukan. Justru ketiga pelaku bom Bali I yang tergolong baru enam tahun cepat-cepat dieksekusi.

Di luar itu, Tim Pengacara Muslim (TPM) pun melihat berbagai pelanggaran dalam pelaksanaan eksekusi. Achmad Michdan mengatakan eksekusi itu didasarkan pada landasan hukum yang lemah, malah bertentangan dengan ketentuan hukum yang lain. Kelemahan itu antara lain, pertama, melanggar azas legalitas atau berlakunya hukum positif karena menggunakan

retroactive, yakni menggunakan Perpu, atau melanggar hukum KUHP pasal 1. Kedua, eksekusi yang dipaksakan itu melanggar hukum dasar, di mana UUD 45 pasal 28 (i) mensyaratkan seseorang tidak bisa dihukum berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang tidak diatur. Ketiga ketika tata cara pelaksaan peradilan tidak transparan, tidak fair, maka itu menyalahi peraturan perundang-undangan yang ada, misalnya persidangan terakhir tidak berlangsung di Cilacap.

Terorisme

Berakhirnya kehidupan Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas tidak menjamin terorisme di Indonesia akan berakhir. Peng-amat intelijen Herman Ibrahim menilai selama terorisme adalah barang ciptaan, maka terorisme akan selalu ada bila di-butuhkan.  Apalagi semua tahu bagi Barat terorisme telah dianggap sebagai musuh bersama dan terorisme diarahkan tiada lain kepada Islam. “Jadi meski tiga pelaku bom Bali I telah dieksekusi, bukan berarti per-soalan terorisme akan berhenti atau selesai. Karena war on terrorism itu sendiri belum berhenti,” katanya kepada MU.

(7)

“Karena semua orang tahu Islam itu tidak mungkin teroris. Agama Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan apalagi pembunuhan,” katanya. Karena itu, lanjutnya, hal ini harus segera mendapat penyelesaian. Caranya, segera menampilkan atau membenahi intelijen nasional secara profesional. Intelijen profesional adalah kontrasubversi, yakni untuk menangkap subversif yang mengatur dari dalam dan luar negeri.

Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin, berharap pemerintah melihat secara utuh kasus terorisme ini. “Harus dilihat dulu kejadiannya seperti apa. Artinya di sini pemerintah jangan diskriminatif. Sehingga tidak bisa teroris ini hanya disematkan kepada umat Islam. Teror itu tidak identik dengan Islam. Tidak betul pandangan seperti itu,” tandasnya kepada MU.

Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto, menilai isu terorisme ini akan selalu ada karena isu ini sengaja diciptakan oleh Barat guna mengokohkan dominasinya. Karena itu, menurutnya, umat Islam harus memiliki kewaspadaan internal. Selain itu, pemerintah tidak boleh terjebak atau larut dalam  program war on terrorism yang fakta  sesungguhnya adalah war on Islam. Dan yang terpenting, umat Islam harus menyadari kondisi umat Islam sekarang dalam posisi lemah sehingga berbagai skenario asing mudah dijalankan. “Umat sekarang ini seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Tidak ada pelindungnya. Nah di sinilah

relevansinya gagasan kita memperjuangkan bagi tegak-nya khilafah. Di sinilah pentingnya umat Islam bahu membahu dan berjuang untuk terus berjuang bagi tegaknya Khilafah,” tan-dasnya.[]  mujiyanto

Referensi

Dokumen terkait

sound material; 2) investigate the response of students to the feasibility study media in the form of an integrated science bulletin on sound material for

Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, syariah dijelaskan bahwa Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank

5. Tahap berikutnya adalah menentukan nilai structural seluruh lapis perkerasan di atas tanah dasar. Dengan cara yang sama, selanjutnya menghitung nilai structural

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui persentase dan tren masing-masing elemen atau tipe dalam biaya kualitas terhadap total biaya kualitas dan total penjualannya;

[1] Caj insurans anda (yang tidak terjamin dan ditolak berikutnya daripada nilai akaun) akan meningkat seiring dengan peningkatan usia anda. Nilai akaun mungkin tidak mencukupi

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 o C atau lebih, kejang

Model ini antecendents (masukan), transaction (proses), dan outcomes (hasil) dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apa ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya,

9 Hasil pekerjaan saya telah sesuai dengan target yang diberikan.. Listwise deletion based on all variables in