• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABl PENDAHULUAN. Upaya pembangunan nasional jangka panjang lebih mengandalkan pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BABl PENDAHULUAN. Upaya pembangunan nasional jangka panjang lebih mengandalkan pada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya pembangunan nasional jangka panjang lebih mengandalkan pada

kreativitas dan produktivitas sumber daya manusia, baik dalam manajemen

pembangunan maupun manajemen pemerintah dan masyarakat. Kemampuan

sumber daya manusia selain merupakan perwujudan pelaksanaan Undang-undang

Dasar 1945 dan pengalaman Pancasila, juga merupakan tuntutan yang tumbuh

bersama dengan perkembangan pembangunan yang semakin cepat.

Perkembangan situasi

akhir-akhir

ini, kita sedang berada dalam situasi yang

penuh gejolak eli mana perubahan seringkali mendasar dan tidak dapat diduga

sebelumnya. Menghadapi situasi ini, upaya yang diperlukan tidak hanya terbatas

pada kemampuan untuk beradaptasi sesaat, akan tetapi kemampuan dan kemauan

untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi secara

berkesinambungan. Dalam mengantisipasi gejolak dan ketidakpastian maka

kalangan pemerintah sebagai penyedia jasa layanan publik dihadapkan pada

situasi eli mana mereka harus juga siap untuk bekerja dengan kompetensi dan

wawasan yang baru.

Pelayanan yang dihadapkan pada situasi tantangan lingk.ungan yang hanya

dapat diatasi apabila situasi pemerintah itu harus mau belajar untuk

mengembangkan wawasan pelayanan masyarakat yang baru dan bekerja dengan

memanfaatkan kompetensi yang dibutuhkan dan dapat dimanfaatkan semua

(2)

keunggulan kompetensi itu secara optimal, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa

hal tersebut

tidak

mudah diwujudkan.

Pada era reformasi yang sedang dan akan terns berlangsung dengan tuntutan

perubahan yang mendasar terhadap aspek -aspek ekonomi, politik dan hukum, hal

iini

akan

berdampak pada tekanan dan pengawasan masyarakat secara langsung

pada penyelenggaraan pemerintah, maka peran sumber daya manusia pada

kini

menjadi penentu bagi keberhasilan sebuah aktivitas yang dilakukan dalam suatu

lembaga, organisasi, baik secara administratif maupun teknis tingkat Propinsi,

Kota dan Kabupaten, Kecamatan sampai dengan wilayah Desa dan Kelurahan

maka sangat diperlukan pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia

sebagai salah satu asets organisasi. Visi tersebut dapat diartikan bahwa pimpinan

yang berhasil pada masa akan datang adalah pimpinan yang cepat tanggap,

terbuka, profesional dan mempunyai visi

human oriented

serta mengelolanya

secara efektif dan mempunyai perspektif jauh ke depan.

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang RI nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang RI nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka

peran dan fungsi pemerintah pusat telah bergeser. Pemerintah pusat dalam hal ini

t:tdak lagi berperan sebagai perencana sekaligus pelaksana tetapi bergeser menjadi

n!gulator, mediator, motivator dan fasilitator. Konsekwensi logis dari perubahan

ini adalah sistem dan mekanisme kerjasama antar lembaga pelatihan transmigrasi

dan pemerintah daerah berdasarkan prinsip sating ketergantungan positif, saling

menguntungkan dalam mewujudkan otonominya masing-masing. Untuk itu dalam

(3)

penyelenggaraan pelatihan transmigrasi perlu ,menempatkan transmigran sebagai

pelaku utama perlu program yang terpadu, sinergi dan relevan agar sumber daya

pelatihan transmigrasi dapat berjalan dengan optimal, berdaya

guna

dan berhasil

guna.

Praktek manajemen di sektor pemerintah pada dasarnya mengikuti pola dan

prinsip atau kaidah manajemen pada umumnya. Baik pa<ia tingkat makro seperti

pemerintah kotalkabupaten, oleh karenya manajemen pemerintah dapat dilihat

sebagai alat penggerak organisasi atau sebagai alat penyelenggaraan pencapaian

tujuan.

Salah

satunya

adalah

menyangkut

penyelenggaraan

Pelatihan

Transmigrasi yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia.

Sejalan dengan sasaran penyelenggaraan transmigrasi aspek peningkatan

sumberdaya manusia sebagai salah satu prasyarat terwujudnya kemandirian

masyarakat menjadi sangat penting dan strategis. Oleh karena itu peran Balai

Latihan Transmigrasi sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Pusat yang

dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor: KEP.137/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis dilingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.

02/MEN-SJNII/2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Unit Pelaksana

Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas,

(4)

memiliki peran dalam pembangunan sumberdaya manusia melalui peningkatan

kemampuan, keterampilan

dan

sikap perilaku melalui program pelatihan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Balai Latihan Transmigrsi berkewajiban

menjalankan peran dari sebagian unsur pemerintah dalam merealisasikan

kebutuhan masyarakat transmigran berupa pelaksanaan kegiatan pelatihan

dan

pembinaan sesuai dengan tugas

dan

fungsinya, melalui Balai Latihan

Transmigrasi

Wilayah

Kalimantan

UPT-P

Banjarmasin

diharapkan

penyelenggaraan pelatihan transmigrasi dapat tercapai secara efektif. Disamping

dapat memberikan acuan tentang bagaimana pelatihan transmigrasi harus

dilakukan oleh segenap stakeholder pelatihan transmigrasi, dengan demikian

dapat meningkatkan kinerja pelatihan transmigrasi sehingga hasilnya benar-benar

memberikan manfaat bagi para transmigrasi peserta pelatihan.

Sejalan dengan tujuan-tujuan di atas, maka dapat dirumuskan sasaran

Pelatihan Transmigrasi sebagai berikut:

1. Terdapatnya persamaan persepsi pemahaman segenap stakeholder pelatihan

transmigrasi tentang mekanisme

dan

prosedur penyelenggaraan pelatihan

transmigrasi.

2. Terdapatnya kesadaran segenap

stakeholder

atas kewenangan, potensi, peran

dan

tanggung jawab dalam penyelenggaraan pelatihan transmigrasi sesua1

dengan strata masing-masing.

3. Meningkatnya

efisiensi

dan

efektivitas

penyelenggaraan

pelatihan

transmigrasi melalui integral dalam perencanaan,

dan

sinkronisasi dalam

pelaksanaan pelatihan transmigrasi.

(5)

4. Semakin terstrukturalnya jenis-jenis pelatihan dilihat dari sudut strata

kelembagaan pelatihan, tahapan dalam penyelenggaraan pelatihan, dan

pembinaan pelatihan transmigrasi.

5. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelatihan transmigrasi, dengan

memperbaiki

faktor

inputs,

proses,

outpus,

dan

outcomes

dari

penyelenggaraan pelatihan.

6. Meningkatnya

basil dan

manfaat pelatihan transmigrasi bagi para transmigrasi

peserta pelatihan sebagai individu, kelompok, dan kesatuan masyarakat

kawasan transmigrasi, maupun bagi lembaga penyelenggaraan pelatihan

transmigrasi.

7. Meningkatnya kinerja kelembagaan pelatihan transmigrasi pada semua strata

kelembagaan melalui pengembangan jejaring kerjasama diantara mereka

dilandasai dengan persamaan kepentingan.

Penyelenggaraan pelatihan transmigrasi oleh Balai Latihan Transmigrasi

Wilayah Kalimantan UPT -P Banjarmasin secara umum nampaknya bel urn terarah

dengan jelas, hal tersebut dikarenakan masih terdapatnya kendala-kendala baik

yang menyangkut kegiatan pisik maupun mentalitas sumber daya manusia yang

diberdayakan. Sehingga

hal

ini menjadi pokok permasalahan yang harus segera

dipecahkan secara bersama-sama, mengingat daerah transmigrasi adalah

merupakan daerah bukaan baru yang mayoritas penduduknya berasal

dari

keluarga yang terbatas, baik dilihat dari tingkat pendidikan, keterampilan maupun

kemampuan ekonominya Mereka perlu mendapatkan pelatihan dan pembinaan

secara berkelanjutan

dan

kontinu, guna dapat meningkatkan

basil

produktivitas

(6)

transmigran yang pada akhimya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi

keluarganya. Hal

ini

dipengaruhi oleh:

1. Otonomi daerah, membuat pendelegasian kewenangan lebih besar pada daerah

dan berdampak pada kualitas penyelenggaraan pelatihan transmigrasi menjadi

sangat bervariasi

dari

yang sangat baik sampai pada kurang memberikan

makna. Selain itu disisi lain nampak teijadi restrukturisasi organisasi

kelembagaan yang berdampak pada penyelenggaraan pelatihan dan pembinaan

transmigrasi menjadi beragam antar daerah. Di samping itu juga terdapat

propinsi, kabupatenlkota yang memiliki program transmigrasi, namun tidak

riiemiliki lembaga pelatihan transmigrasi (Balatransda). Dalam menyusun

program pelatihan transmigrasi belum sepenuhnya disusun atas dasar

Training

Needs Assesment maupun Community based training atau program pelatihan

masih bersifat

Top Down bukan Buttom up.

2. Ditinjau dari sisi pembinaan transmigrasi saat ini, adalah merupakan

kewenangan

pemerintah

daerah/dinas

kabupaten

setempat

selaku

penyelenggara program transmigrasi. Dimana dalam pelaksanaan tugas

ditingkat lapanganllokasi unit pemukiman transmigrasi sebagian tidak

dilengkapi unsur pembina seperti Kepala KUPT beserta stafnya yang

sebelumnya merupakan pejabat setingkat eselon V lengkap dengan struktur

dan kelembagaannya, serta dalam melaksanakan tugas mereka tidak ditunjang

dengan dana operasional manajemen UPT. Sehingga hal tersebut berdampak

pada pembinaan tingkat lapangan tidak dapat berjalan secara optimal.

Pembinaan transmigrasi saat

ini

sebagian dilakukan oleh Kepala Desa

(7)

setempat (Urusan Kelembagaan Desa

dan

Kependudukan), sedangkan tugas

Kepala KUPT hanya sebatas sebagai koordinator

dan

fasilisator, yang

keberadaannya ditingkat lapangan sangat terbatas.

3. Kurangnya pembinaan dan penyuluhan oleh petugas dilapangan, hal ini baik

dari pemerintah Propinsi/K.abupaten/Kecamatan, disamping masih terbatasnya

anggaran pelatihan serta sarana dan prasarana pendukung ditingkat lapangan.

Pembinaan adalah salah satu cara agar kualitas sumber daya manusia

meningkat adalah. Dengan dilaksanakannya program pembinaan diharapkan

mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya pembinaan,

nantinya diharapkan terjadi peningkatan kemampuan teknis, konseptual, dan

perubahan taraf hidup secara optimal. Pembinaan juga meningkatkan pemahaman

para transmigran mengenai pentingnya efisiensi dalam bekerja dan bagaimana

memenuhi standar produksi yang diinginkan.

Program pembinaan yang baik adalah program pembinaan yang disusun

secara cermat berdasarkan pada _metode-metode ilmiah serta berpedoman pada

ketrampilan yang dibutuhkan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

Namun keberhasilan pelaksanaan program pembinaan tidak dapat langsung.

Keberhasilan pelaksanaan program pembinaan ini dapat dilihat dari tingkat

perubahan setelah program pembinaan, apakah terjadi perubahan atau tidak.

Untuk itu program pembinaan harus dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin

dan perlu ditindaklanjuti secara berkesinambungan sehingga mampu berperan

dalam penigkatan produktivitas transmigran.

(8)

Flippo dalam Hasibuan (2005:69) mengatakan bahwa pendidikan

berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas

lingkungan kita secara menyeluruh. Definisi

ini

menunjukkan bahwa pendidikan

pada hakekatnya merupakan

usaha

untuk mengembangkan kemampuan sekaligus

membina kepribadian.

Sumber daya manusia merupakan suatu bentuk modal sebagai

capital goods

yang dapat menentukan terhadap upaya mencapai manfaat dan produktivitas

sebagaimana bentuk-bentuk kapitallainnya seperti teknologi, mesin, tanah, uang

dan sebagainya. Sumber daya manusia juga dianggap akan meningkat nilai

«;:konomisnya di kemudian hari melalui proses pertambahan nilai seperti:

peningkatan sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian dan nilai-nilai

produktivitas lainnya yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor

pembangunan.

Dari gambaran fenomena permasalahan yang disebutkan diatas, penulis

tertarik untyuk meneliti lebih jauh terutama menyangkut pelatihan maupun

pembinaan yang dilakukan pada warga transmigrasi yang pemah mengikuti

Pelatihan Pengembangan Produktivitas Masyarakat Transmigrasi

di

UPT Cahaya

Baru Kabupaten Barito Kuala.

1..2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang diuraikan sebelumnya,

maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

(9)

1. Apakah pelatihan, pembinaan, dan pendidikan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kinerja alumni peserta pelatihan.

2. Apakah pelatihan, pembinaan, pendidikan, dan variabel moderasi secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kinelja alumni

peserta

pelatihan. 3. Faktor manakah yang dominan pengaruhnya terhadap kinelja alumni peserta

pelatihan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Jatar belakang masalah dan perumusan masalah maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui bahwa pelatihan, pembinaan, dan pendidikan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kinerja alumni peserta pelatihan.

2. Untuk mengetahui bahwa pelatihan, pembinaan, pendidikan, dan variabel moderasi secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kinerja alumni peserta pelatihan.

3. Untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh dominan terhadap kinerja alumni peserta pelatihan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Jatar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diinginkan dalam penelitian ini adalah:

1. Kontribusi praktis

Sebagai sumbangan pemikiran terhadap pelaksanaan Pelatihan Pengembangan Produktivitas Masyarakat Transmigrasi UPT Cahaya Baru kabupaten Barito

(10)

Kuala yang diselenggarakan Balai Latihan Transmigrasi Wilayah Kalimantan

UPT -P Banjarmasin.

2. Kontribusi teoretis

Bagi ilmu pengetahuan merupakan sumbangan pengetahuan berkaitan dengan

upaya peningkatan SDM melalui pelatihan dan pembinaan Masyarakat

Transmigrasi UPT Cahaya Barn Kabupaten Barito Kuala dalam meningkatkan

produktivitas.

3. Kontribusi Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan input bagi UPT Cahya Barn

Kabupaten Barito Kuala dalam menentukan langkah yang tepat di dalam

mengelola sumber daya manusia yang baik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesimpangsiuran dan terbatas

serta fokus pada permasalahan yang akan diteliti serta menghindari pembahasan

yang lebih luas maka ruang lingkup penelitian mencakup produktivitas alumni

peserta pelatihan variabel dependen, dan pelatihan serta pembinaan sebagai

variabel independen.

Referensi

Dokumen terkait

mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran fisika multimedia interaktif relativitas khusus dengan yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?” Penelitian

Oleh karena itu, jika kita ingin BISA memahami bahasa Arab, maka kita harus memahami dengan baik terlebih dahulu ISIM, FI‘IL, dan HURUF..

BAB III: Kendala Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) Dalam Memerangi Cyber Crime : Aspek Koordinasi dan Kerjasama Internasional... Beberapa Penanggulangan Global

Dengan menggunakan perangkat pembelajaran biologi berbasis bioentrepreneurship dalam proses pembelajaran selain dapat membekali peserta didik dengan berwirausaha

1 = isi laporan kurang lengkap (pendahuluan, isi, kesimpulan) dan tidak ditulis dengan sistematika yang tepat. 0 = tidak

Jika ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi, singkatan atau akronim lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab

Untuk Provinsi Bali, dimana Kabupaten Bangli yang dipilih sebagai lokasi industri bambu laminasi, bahan baku berupa bamboo- bambu petung didatangkan dari Bangli

Astronomi, falak dan astrologi merupakan istilah yang memiliki kedekatan dari aspek objek kajian, yakni mengkaji masalah yang berhubungan dengan benda langit