• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF RELATIVITAS KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MAKALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF RELATIVITAS KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MAKALAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

“MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

RELATIVITAS KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA”

MAKALAH

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

DI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Palembang, 14 Mei 2009

Oleh :

KETANG WIYONO, S.Pd.

Dr. AGUS SETIAWAN, M.Si.

(2)

MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF RELATIVITAS KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA1

Ketang Wiyono

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya (ketangw_pfisunsri@yahoo.com)

Agus Setiawan, Andi Suhandi

Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(agus_setiawan@upi.edu&a_bakrie@yahoo.com)

ABSTRACT

The aim of this research is to examine an interactive multimedia learning model in order to improve Senior High School student’s critical thinking skills. This research was carried out by using quasi experimental method. The students of class XII at a Senior High School in Ogan Komering Ilir South Sumatera in 2008/2009 were chosen as the subject of this research and two classes were taken as the sample. This research revealed significantly that the student that used interactive multimedia learning model had more critical thinking skills than the students that used conventional method. The average of N-gain of critical thinking skills for experiment class is 0,85 while for control class is 0,45. The highest N-gain in the experiment class is 0,98, for to find the similarities and differences indicator of time while the smallest N-Gain is 0,40, for to difine subject matter indicator. The teacher and students gave good comments on the implemented model. We conclude that the interactive multimedia learning model is better than conventional learning model in improving the student’s critical thinking skill.

Keywords : Interactive multimedia, special relativity, critical thinking skills

Pendahuluan

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronik yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan

(3)

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (PermendiknasNo. 22 Tahun 2006).

Topik relativitas khusus merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMA kelas XII semester 2. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh guru fisika dalam pembelajaran teori relativitas khusus adalah penguasaan konsep yang dicapai siswa masih rendah. Menurut hasil penelitian Ding (2006) dalam Budiman (2008) tentang perbaikan pengajaran dan pembelajaran pada fisika modern dengan strategi kontemporer, konten dari fisika modern terdiri dari tiga bagian yaitu fisika kuantum, teori relativitas, dan fisika inti yang semuanya penuh dengan deengan konsep yang bersifat abstrak.

Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh hasil bahwa pembelajaran topik relativitas khusus dilakukan oleh guru dengan metode ceramah, yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami konsep-konsep relativitas khusus yang bersifat abstrak. Agar konsep-konsep relativitas khusus yang abstrak mudah dipahami oleh siswa perlu adanya inovasi-inovasi dalam pembelajaran fisika (Wiyono, 2008). Salah satu inovasi pembelajaran fisika yaitu dengan pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk multimedia interaktif. Budiman (2008) telah melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti dualisme gelombang partikel dapat dipahami oleh siswa dengan bantuan model pembelajaran multimedia interaktif.

Pada proses pembelajaran perlu dikembangkan keterampilan berpikir yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Berdasarkan prosesnya berpikir dapat dikelompokkan kedalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir kompleks yang disebut berpikir tingkat tinggi mencakup empat macam, yaitu pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Costa, 1985).

Keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir kritis secara esensial merupakan keterampilan menyelesaikan masalah (problem solving). Menurut Ennis berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan (Costa 1985). Norris dan Ennis dalam Stiggin (1994) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir

(4)

masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir berdasarkan atas fakta-fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik. Reflektif artinya mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran konsep-konsep fisika yang bersifat abstraks perlu bantuan teknologi informasi Teknologi informasi dalam pendidikan diaplikasikan dalam bentuk multimedia berupa perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi. Penggunaan aplikasi multimedia dalam pembelajaran akan meningkatkan efisiensi, motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif, belajar eksperimental, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa, dan memandu pebelajar untuk belajar lebih baik.

Hasil-hasil penelitian yang relevan antara lain model pembelajaran hipermedia pada materi induksi magnetik dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan dapat meningkatkan keterampilan generik sains guru serta memberikan tanggapan yang baik terhadap model pembelajaran hipermedia materi pokok induksi magnetik (Setiawan dkk, 2007). Model pembelajaran berbasis multimedia berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar fisika dengan rata gain kelas eksperimen lebih unggul sebesar 4,73 terhadap rata-rata gain kelas kontrol sebesar 3,19. perbedaan tersebut signifikan pada taraf nyata 0,05 dengan probabilitas 0,00 dengan thitungsebesar 4,064 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabelsebesar 2,060 (Wiendartun dkk, 2007). Penggunaan Teknologi dalam pembelajaran fisika (Physics Education Technology/PhET) lebih produktif dibandingkan dengan metode tradisional seperti ceramah dan demonstrasi (Finkelstein, 2006). Simulasi PhET untuk mekanika kuantum membantu kesulitan mahasiswa memahami mekanika kuantum yang menurut mahasiswa sulit karena bersifat abstrak (McKagan, 2007). Penggunaan program fisika yang berbasis web secara signifikan efektif pada skor-skor perbedaan rata-rata pretest dan posttest FCI siswa sekolah menengah dan meningkatkan prestasi mereka dalam memahami konsep gaya dan gerak (Damirci, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik relativitas khusus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagimanakah perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara yang

(5)

mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran fisika multimedia interaktif relativitas khusus dengan yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?” Penelitian ini bertujuan untuk mengkontruksi model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dan menguji penggunaannya pada pembelajaran materi relativitas khusus di SMA untuk melihat efektivitasnya dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA.

Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi. Eksperimen kuasi digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dengan model konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control

group design (Sugiyono, 2008). Instrumen yang digunakan yaitu (1) tes keterampilan generik sains yang berbentuk pilihan ganda, (2) angket untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung skor gain ternormalisasi dan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan SPSS14, sedangkan data angket berupa skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif.

Hasil dan Pembahasan

1. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Relativitas Khusus

Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dinilai dari jawaban tes awal dan tes akhir setelah mengikuti pembelajaran. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi mengidentifikasi hal yang relevan, mendefinisikan materi subyek, menggunakan strategi logis, menemukan persamaan dan perbedaan, melaporkan berdasarkan pengamatan. Hasil penilian keterampilan berpikir kritis berupa skor yang kemudian dihitung persentasenya. Persentase pencapaian skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain keterampilan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1

(6)

Gambar 1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan perolehan data skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain pada Tabel 4.3 diketahui bahwa skor rata-rata tes awal siswa kelas eksperimen sebesar 43,8 % dari skor ideal, sementara skor rata-rata tes awal siswa kelas kontrol sebesar 44,1 % dari skor ideal. Selanjutnya berdasarkan perolehan data skor rata-rata tes akhir pada kedua kelas diketahui bahwa skor rata-rata tes akhir kelas eksperimen sebesar 90,8 % dari skor ideal, sementara perolehan rata-rata skor tes akhir kelas kontrol sebesar 70,1 % dari skor ideal. Perolehan rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,85 dan kelas kontrol sebesar 0,45. Rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen termasuk kategori tinggi dan Rata-rata-Rata-rata N-gain untuk kelas kontrol termasuk kategori sedang. Dengan demikian Rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-N-gain kelas kontrol.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan N-gain pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator menemukan persamaan dan perbedaan yaitu sebesar 0,98 dengan kategori tinggi dan terendah terjadi pada indikator mendefinisikan materi subyek sebesar 0,40 dengan kategori sedang, sementara pada kelas kontrol N-gain tertinggi terjadi pada indikator melaporkan berdasarkan pengamatan yaitu sebesar 0,51 dengan kategori sedang dan terendah terjadi pada indikator menemukan persamaan dan perbedaan sebesar 0,10 dengan kategori rendah. Dari analisis dapat diketahui peningkatan N-gain berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Perbandingan N-gain keterampilan berpikir kritis setiap indikator dapat dilihat pada Gambar 2

(7)

Keterangan :

KBK1=Mengidentifikasi hal yang relevan; KBK2=Mendefinisika materi subyek; KBK3= Menggunakan strategi logis; KBK4= Menemukan persamaan dan perbedaan; KBK5= Melaporkan berdasarkan pengamatan

Gambar 2. Perbandingan N-gain keterampilan berpikir kritis untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan persentase perolehan skor keterampilan berpikir kritis tes awal pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator mendefinisikan materi subyek sebesar 63,5 % dan terendah terjadi pada indikator menggunakan strategi logis sebesar 25,0 % sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes awal tertinggi terjadi pada indikator mendefinisikan materi subyek sebesar 75,0 % dan terendah terjadi pada indikator menggunakan strategi logis sebesar 14,4 %.

Persentase perolehan skor peningkatan keterampilan berpikir kritis tes akhir pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator menemukan persamaan dan perbedaan sebesar 98,7 % dan terendah terjadi pada indikator menggunakan strategi logis sebesar 85,6 % sedangkan pada kelas kontrol prosentase perolehan skor tes akhir tertinggi terjadi pada indikator mendefinisikan materi subyek sebesar 86,5 % dan terendah terjadi pada indikator menggunakan strategi logis sebesar 52,9 %. Dengan demikian persentase peningkatan keterampilan berpikir kritis setiap indikator setelah dilakukan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan.

Uji normalitas distribusi data berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test. Diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal pada signifikansi

masing-masing 0,540 untuk kelas eksperimen dan 0,589 untuk kelas kontrol. Uji homogenitas varian data berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

(8)

dengan menggunakan Levene Tes (Test of Homogeneity of Variances) diperoleh hasil bahwa varian data homogen pada signifikansi 0,946. Setelah diperoleh data peningkatan keterampilan berpikir kritis berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik (uji t dengan α= 0,005). Dengan menggunakan Independent Samples Test diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai t = 5,738. Berdasarkan analisis dari uji t dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas kontrol.

2. Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus

Untuk mengetahui tanggapan guru fisika terhadap model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dilakukan dengan membagikan angket yang berisi butir-butir pernyataan tentang model pembelajaran yang dibuat. Berdasarkan tanggapan guru yang diperoleh melalui angket dapat disimpulkan bahwa guru memberikan tanggapan positif (baik) terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Rekapitulasi tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran

multimedia interaktif relativitas khusus.

No Indikator

Rata-Rata

Persentase

(%) Kriteria

1 Menunjukkan perasaan senang

terhadap fisika dengan multimedia interaktif

3,75 93,7 Baik

2 Menunjukkan ketertarikan

terhadap tampilan dan fasilitas dalam multimedia interaktif

3,67 91,7 Baik

3 Menunjukkan kesungguhan dalam belajar topik relativitas khusus dengan multimedia interaktif

3,67 91,7 Baik

4 Menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan soal yang di berikan melalui multimedia interaktif

4,00 100 Sangat

baik

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa persentase tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus tinggi.

(9)

3. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dilakukan dengan membagikan angket yang berisi butir-butir pernyataan tentang model pembelajaran yang dibuat. Berdasarkan tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan positif (baik) terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus.

No Indikator Rata-Rata Persentase (%) Kriteria

1 Menunjukkan perasaan senang terhadap fisika dengan multimedia interaktif

3,06 76,4 Baik

2 Menunjukkan ketertarikan terhadap tampilan dan fasilitas dalam multimedia interaktif

3,33 83,3 Baik

3 Menunjukkan kesungguhan dalam belajar topik relativitas khusus dengan multimedia interaktif

3,17 79,2 Baik

4 Menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan soal yang di berikan melalui multimedia interaktif

3,11 77,9 Baik

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus tinggi.

Berdasarkan sebaran angket yang diberikan kepada guru, diketahui bahwa guru memberikan tanggapan baik terhadap model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus. Model pembelajaran multimedia interaktif mempermudah guru dalam mengajarkan materi relativitas khusus yang bersifat abstrak serta dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan sebaran angket yang diberikan kepada siswa, diketahui bahwa indikator yang menunjukkan perasaan senang terhadap fisika dengan multimedia interaktif, ketertarikan terhadap tampilan dan fasilitas dalam

(10)

multimedia interaktif, kesungguhan dalam belajar topik relativitas khusus dengan multimedia interaktif dan kesungguhan dalam mengerjakan soal yang di berikan melalui multimedia interaktif semuanya menunjukkan prosentase yang tinggi.

Tanggapan baik yang dikemukakan oleh guru dan siswa disebabkan karena fungsi dari multimedia interaktif dalam dunia pendidikan, sebagai perangkat lunak (sofware) pembelajaran, yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi. Multimedia memiliki keistimewaan diantaranya adalah (1) interaktif dengan memberikan kemudahan umpan balik; (2) kebebasan menentukan topik pembelajaran; (3) kontrol yang sistematis dalam proses belajar (Munir, 2008)

Kesimpulan

Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen 0,85 (kriteria tinggi) dan kelas kontrol 0,45 (kriteria sedang), menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Peningkatan tertinggi keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen sebesar 0,98 pada indikator menemukan persamaan dan perbedaan dan terendah sebesar 0,40 pada indikator mendefinisikan materi subyek. Guru dan siswa memberikan tanggapan baik terhadap model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian tentang model pembelajaran multimedia interaktif lainnya terutama untuk materi-materi fisika modern yang jarang dilakukan eksperimen oleh guru fisika di SMA misalnya inti atom dan radioaktivitas

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Isep. dkk. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Dualisme

Gelombang Partikel untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Vol 2 (1),

48-55.

Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed).

Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria :

ASCD. 54-57.

Damirci, Neset. (2007). A Study About Student’ Misconceptions In Force And Motion Concept By Incorporating A Web-Assisted Physics Program. The

Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET Vol. 4

Finkelstein, Noah et al. (2006). HighTech Tools for Teaching Physics: The

Physics Education Technology Project. MERLOT Journal of Online

Learning and Teaching Vol. 2, No. 3, September 2006 Department of Physics University of Colorado at Boulder Boulder, Colorado, USA. Tersedia dihttp://www.google.co.id/search?hl=id&q=Journal%2BPhET% 2BPdf&start=20&sa=N .(20 April 2008).

McKagan, et al. (2007). Developing and Researching PhET simulations for Teaching Quantum Mechanics. American Journal of Physics Vol. 76,

No.4503.Tersedia di http://arxiv.org/abs/0709.4503v2.(20 April 2008). Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung

: ALFABETA.

Peraturan Mendiknas No. 22. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Setiawan, A dkk. (2007). Influence of Hypermedia Instruction Model on Magnetic

Induction Topic to Comprehension of Physics Concept and Science Generic Skill of Physics Teachers. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan

IPA. SPS UPI Bandung.

Stiggin, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company, Inc.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D). Bandung : ALFABETA.

Wiendartun, dkk. (2007). The Effect of Multimedia Teaching and Learning on The

Achievement of Physics Learning. Prossiding Seminar Internasional

Pendidikan IPA. SPS UPI Bandung.

Wiyono, Ketang. (2008). Pengintegrasian TIK dalam Pembelajaran Fisika di SMA

N 1 Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Laporan Studi Kasus SPs UPI Bandung

(12)

Gambar

Gambar 1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 2. Perbandingan N-gain keterampilan berpikir kritis untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 2 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus.

Referensi

Dokumen terkait

Rossy Luckita Sasmita, Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Pembentukan Alis Mata Dengan Model Pemrosesan Informasi Pada Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus,

Penelitian pengembangan model perkuliahan katabolisme karbohidrat berbasis multimedia interaktif (MPK2BMI) telah dilakukan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran Teori Kinetik Gas menggunakan multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

Angket yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pernyataan- pernyataan yang ditujukan untuk mengetahui respon dari responden tentang penggunaan multimedia

Model Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran Konsep Pemantulan Pada Cermin Berbasis Multimedia Interaktif .... Keterampilan Berpikir

Penelitian pengaruh penggunaan media pembelajaran interaktif model tutorial dalam pembelajaran fisika materi impuls dan momentum terhadap kemampuan berpikir

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif pada pembelajaran

Dari hasil penelitian jurnal yang relevan dengan artikel ini, penulis mendapatkan hasil dari analisis model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dalam meningkatkan