DAFTAR ISI
BAB II. PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN INKUIRI MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY ………. 12
G. Keterkaitan antara Materi Listrik Dinamis, Model Pembelajaran Inkuiri Virtual Laboratory dan Real Laboratory, Penguasaan Konsep, dan Keterampilan Berpikir kritis ... 37
H. Penelitian yang Relevan ... 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
a. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep pada Sesi Pertama 64 b. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep pada Sesi Kedua . 65
c. Pengujian Statistik Peningkatan Penguasaan Konsep ... 67
d. Peningkatan Penguasaan Siswa pada setiap Subkonsep Listrik Dinamis………... 68
e. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa pada setiap Ranah Kognitif……… 70
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 71
a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sesi Pertama ... 71
b. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sesi Kedua ... 73
c. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa……….. 74
d. Peningkatan Penguasaan Siswa pada Indikator Keterampilan Berpikir Kritis….….. ... 75
3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Guru Selama Proses Pembelajaran 77 a. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Virtual laboratory ... 77
b. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Real laboratory ... .. 78
4. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... 79
5. Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... 82
B. Pembahasan ... 84
1. Penguasaan Konsep Siswa terhadap Topik Listrik Dinamis ... 84
2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa………….………. 90
3. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... ……….. 94
4. Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... ………… 97
5. Tanggapan Guru terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... ………… 101
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN………... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 104
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Telah menjadi fenomena umum bahwa sains, terutama fisika, dianggap
sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai
mata pelajaran sains yang cenderung rendah (Setiawan, 2006). Selain banyak
konsep yang abstrak untuk memahami fisika diperlukan kemampuan berpikir
tingkat tinggi serta kemampuan matematika sebagai alat bantunya. Selain itu,
istilah-istilah yang digunakan dalam bidang fisika seringkali dimaknai secara
khusus yang berbeda dengan istilah yang sama dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran terus dilakukan,
diantaranya melalui pengembangan model pembelajaran fisika yang inovatif
berbasis riset, pengembangan model asesmen, pengembangan bahan ajar, dan
media pembelajaran serta pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam pembelajaran fisika. Pengembangan model pembelajaran fisika
yang inovatif berbasis riset diantaranya model pembelajaran inkuiri. Natioanal
Research Council (1999) menyatakan inkuiri sebagai penggunaan dan
pengembangan higher order thinking pada kegiatan kerja ilmiah. Inkuiri juga
merupakan aktivitas eksperimental untuk menguji suatu hipotesis (Joyce et al.,
2000).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk pendidikan fisika
sebagai salah satu pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman
2
dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains diarahkan untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh
karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains
adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk
sains dalam bentuk pengalaman langsung (Depdiknas, 2003). Pengalaman
langsung dapat berupa kegiatan laboratorium maupun kegiatan lapangan.
Guru hendaknya selalu ingat bahwa jiwa fisika adalah inkuiri. Belajar
fisika hanya menarik apabila dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin
tahu (curiousity) lebih banyak melalui inkuiri. Peningkatan curiousity siswa
dapat meningkat apabila siswa dipandu mengaplikasikan sains, bukan
menghapal sains. Tujuan tersebut tercapai jika guru dituntut mendorong siswa
untuk bertanya secara kritis dalam mengaplikasikan sains tersebut.
Kemampuan itu baru dapat tercapai apabila guru berhasil membimbing siswa
melakukan analisis dan sintesis.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Penerapan model
inkuiri dalam pengajaran sains (dalam hal ini fisika) akan membawa dampak
besar bagi perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pengajaran ini
siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan
sendiri apa yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat
abstrak seperti topik listrik (Winataputra, dalam Kaswan, 2004). Sehubungan
3
apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan
segenap kemampuannya, bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist) yang
melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri yang
digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Kourilsky (Hamalik, 2004) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan
inkuiri berpusat pada siswa, dimana siswa dihadapkan ke dalam suatu masalah
kemudian mencari jawaban melalui suatu prosedur yang digariskan secara
jelas dan struktural. Penelitian yang dilakukan Wenning (2005) menunjukkan
dengan pembelajaran berbasis inkuiri, siswa mendapatkan beberapa
pengalaman dalam bekerja secara ilmiah khususnya practicing inquiry,
deploying inquiry, dan supporting inquiry yang membawa siswa mengalami
langsung pada pembelajaran. Selain itu, menurut Ilyas (2007) model
pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada konsep listrik dinamis.
Pengembangan model pembelajaran inkuiri yang inovatif berbasis riset
diantaranya dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Pesatnya TIK telah mengubah paradigma belajar dan
pembelajaran yang menuntut kemampuan literasi TIK setiap individu untuk
dapat beradaptasi dengan derasnya arus informasi dan teknologi.
Perkembangan TIK memungkinkan dihasilkannya multimedia interaktif dalam
pembelajaran yang dapat memudahkan dan membangkitkan motivasi belajar
4
Pelajaran fisika menjadi mudah, menarik, dan menyenangkan jika
terdapat variasi model, pendekatan, dan media pembelajaran dalam
mengajarkan fisika. Salah satu media yang dapat dikembangkan adalah media
pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh
teknologi komputer. Komputer mampu memvisualisasikan materi-materi yang
sulit untuk disajikan, terutama mengenai fenomena fisis yang bersifat abstrak
yang mengakibatkan banyak siswa mengalami miskonsepsi, berdasarkan
pengalaman hal itu terjadi pada konsep dualisme gelombang partikel,
relativitas khusus, penjalaran gelombang, arus listrik, medan magnet, medan
listrik, dan peristiwa elektrolisis.
Berbagai keunggulan dari komputer di atas dapat dimanfaatkan guru
untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat
abstrak. Proses tersebut dapat didukung oleh pembelajaran virtual laboratory.
Virtual laboratory merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses
laboratorium yang dapat disimulasikan secara digital. Hasil penelitian
menunjukkan laboratorium virtual optik dalam kegiatan praktikum inkuiri
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains
(Susanti, 2009). Berdasarkan penelitian Rizali (2009) penggunaan media
simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan fenomena fisis materi listrik
statis. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Supriyatman (2008)
pembelajaran inkuiri menggunakan simulasi komputer interaktif lebih tinggi
5
keterampilan proses sains dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri
menggunakan alat nyata (real equipment).
Listrik dinamis adalah materi pelajaran kelistrikan yang banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa
masih kesulitan karena dianggap termasuk materi yang abstrak dan memiliki
kompleksitas yang tinggi sehingga siswa sering mengalami kesulitan dalam
memahaminya bahkan banyak yang salah konsep. Penelitian Finkelstein et al.
(2005) menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pengantar
fisika aljabar pada sebuah universitas mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep kelistrikan.
Konsep listrik dinamis merupakan konsep dasar untuk mempelajari
konsep selanjutnya dalam fisika tentang kelistrikan. Oleh karena itu perlu
adanya upaya peningkatan penguasaan konsep listrik dinamis melalui
pembelajaran yang melibatkan langsung siswa dalam penemuan. Hal ini
antara lain dapat dicapai melalui pembelajaran inkuiri. Pembelajaran ini
berorientasi pada siswa dimana keterlibatan siswa secara langsung sangat
diharapkan sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis.
Setelah mempertimbangkan latar belakang dan beberapa pendapat di
atas, peneliti melakukan sebuah studi yang berjudul “model pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA
6 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan agar penelitian ini mencapai
sasaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka perlu dirumuskan apa
yang menjadi permasalahannya. Rumusan masalah secara umum adalah:
Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?”.
Masalah tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa
yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri mengunakan virtual
laboratory dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri
menggunakan real laboratory?
2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara
siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri mengunakan virtual
laboratory dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri
menggunakan real laboratory?
3. Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar
model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dibandingkan
menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model inkuiri
menggunakan virtual laboratory dan model pembelajaran inkuiri
7
5. Bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model inkuiri
menggunakan virtual laboratory dan model pembelajaran inkuiri
menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?
C. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Asumsi
Model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory
dan real laboratory memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir intelektual, keterampilan menemukan
jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka, dan siswa terlibat secara
mental maupun fisik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru.
Kelebihan virtual laboratory dibandingkan real laboratory dapat
mensimulasikan fenomena mikroskopis secara digital, seperti menggambarkan
pergerakan elektron yang sulit divisualisasi dapat diatasi sehingga diharapkan
dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa.
Hipotesis Penelitian
1. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory pada konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih
meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan penggunaan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory.
8
2. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory pada konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan
penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real
laboratory.
HA2: x2 > y2
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang potensi
penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran materi listrik dinamis. Selain itu, penelitian ini
juga bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model
inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan dengan real laboratory
dalam pembelajaran materi listrik dinamis.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris
tentang potensi model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory
dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa dan memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang kajian sejenis,
yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang
berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: guru, praktisi
9 F. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut
didefinisikan seperti berikut:
1. Model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory
adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengembangan berpikir siswa yang dilandaskan pada pengalaman dan
keterlibatan langsung terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan
fasilitas dan proses-proses laboratorium yang dapat disimulasikan
fenomena mikroskopisnya secara digital. Model ini menitikberatkan pada
lima tahapan yaitu: penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada
masalah, pengumpulan dan verifikasi data, eksperimen dan
mengumpulkan data, merumuskan kaidah penjelasan, dan menganalisis
proses inkuiri. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan virtual laboratory diamati oleh observer menggunakan
lembar observasi.
2. Model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory adalah
suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan
berpikir siswa yang dilandaskan pada pengalaman dan keterlibatan
langsung terhadap suatu permasalahan melalui eksperimen dalam bentuk
sebenarnya dengan menggunakan benda dan peralatan yang nyata.
Peralatan yang digunakan dalam eksperimen pada penelitian ini
10
lima tahapan sama seperti model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan virtual laboratory. Keterlaksanaan model pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan real laboratory diamati oleh observer
menggunakan lembar observasi.
3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami
konsep-konsep secara ilmiah, baik konsep-konsep secara teori maupun penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Indikator penguasaan konsep pada penelitian
ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang direvisi yang
dibatasi pada tingkatan domain pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
aplikasi (C3), dan analisis (C4). Penguasaan konsep siswa diukur dengan
menggunakan instrumen penguasaan konsep berupa tes tertulis berbentuk
pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator penguasaan konsep.
4. Keterampilan berpikir kritis yaitu mampu memberikan alasan, berpikir
secara reflektif, dan fokus untuk memutuskan apa yang akan dilakukan
atau apa yang diyakini. Keterampilan berpikir kritis siswa yang dinilai
disesuaikan dengan yang dapat dikembangkan oleh model inkuiri yaitu:
(1) mencari persamaan dan perbedaan; (2) menggeneralisasi (data, tabel,
dan grafik); (3) membuat hipotesis; (4) membuat kesimpulan; (5)
mengaplikasikan konsep; (6) mempertimbangkan alternatif; (7)
kemampuan memberi alasan. Keterampilan-keterampilan tersebut diukur
dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis berupa tes tertulis
11
5. Pokok bahasan listrik dinamis secara khusus membahas kuat arus listrik,
alat-alat ukur listrik, hukum Ohm, hambatan suatu penghantar, rangkaian
hambatan listrik, gaya gerak listrik (ggl) dan tegangan jepit serta hukum
Kirchhoff. Topik listrik dinamis dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) diajarkan pada kelas X dalam standar kompetensi ke-5
yaitu menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah
45 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
experiment dan metode deskriptif. Gambaran peningkatan penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi
experiment. Metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa
terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan virtual
laboratory dan real laboratory.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah counter balanced designs (Fraenkel dan Wallen, 2007). Desain ini
menggunakan dua kelas yaitu kelas pertama sebagai kelas A dan kelas
kedua sebagai kelas B. Pada pembelajaran topik listrik dinamis sesi
pertama yang terdiri dari dua pertemuan membahas alat-alat ukur listrik,
hukum Ohm, dan hambatan suatu penghantar. Kelas A sebagai kelas
eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran
inkuiri menggunakan virtual laboratory dan kelas B sebagai kelas kontrol
mendapatkan pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory.
Selanjutnya pada pembelajaran topik listrik dinamis sesi kedua yang terdiri
atas dua pertemuan membahas rangkaian hambatan listrik, gaya gerak
46
perlakuan. Kelas A dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas B menjadi
kelas eksperimen. Terhadap dua kelas dilakukan pretest dan posttest untuk
melihat peningkatan penguasaan konsep antara sebelum dan setelah
pembelajaran. Pretest dan posttest juga diberikan pada kedua kelas untuk
melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah
mendapatkan pembelajaran. Secara sederhana, desain penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.Desain Penelitian
Keterangan:
X1 =perlakuan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory
X2 = perlakuan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory
A = materi tentang alat-alat ukur listrik dan hukum Ohm B = materi tentang hambatan suatu penghantar
C = materi tentang rangkaian hambatan listrik, ggl, dan tegangan jepit D = materi tentang hukum Kirchhoff
O = pretest dan posttest
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X pada salah satu SMA Negeri
di kabupaten Cirebon. Sampel penelitian diambil dua kelas dari delapan kelas
yang dipilih secara random yang akan diperlakukan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kedua kelas yang dipilih diasumsikan memiliki
kemampuan awal yang sama dalam hal penguasaan konsep listrik dinamis dan Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X1(A,B) O X2(C,D) O
47
keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2009/2010.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat
pada diagram alur penelitian. Berdasarkan diagram pada dasarnya penelitian
ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
dan tahap akhir.
1. Tahap perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:
a. Studi pendahuluan berupa studi literatur terhadap jurnal dan laporan
penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri dan virtual
laboratory, menganalisis pelajaran fisika yang terdapat pada
kurikulum KTSP 2006, dan materi pelajaran fisika kelas X
b. Penentuan materi pembelajaran yaitu listrik dinamis
c. Penyusunan skenario model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan virtual laboratory dan menggunakan real laboratory
d. Membuat instrumen penelitian
e. Melakukan validasi seluruh instrumen
f. Merevisi instrumen
g. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian
h. Menentukan subyek penelitian
i. Memberikan pelatihan kepada guru yang akan menerapkan model
48
eksperimen dan model pembelajaran inkuiri menggunakan real
laboratory pada kelas kontrol
j. Memberikan pelatihan kepada guru yang akan mengobservasi
keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual
laboratory pada kelas eksperimen dan model pembelajaran inkuiri
menggunakan real laboratory pada kelas kontrol
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:
a. Pelaksanaan pretest bagi kedua kelas untuk mengetahui penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis awal siswa tentang materi
listrik dinamis
b. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang guru, seorang
guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan
virtual laboratory pada kelas eksperimen dan guru yang lain
menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real
laboratory pada kelas kontrol
c. Pembelajaran topik listrik dinamis sesi pertama yang membahas
alat-alat ukur listrik, hukum Ohm, dan hambatan suatu penghantar kelas A
sebagai kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dan kelas B
sebagai kelas kontrol mendapatkan pembelajaran inkuiri menggunakan
real laboratory
d. Selanjutnya pada pembelajaran topik listrik dinamis sesi kedua yang
49
jepit, dan hukum Kirchhoff dilakukan penukaran perlakuan. Kelas A
dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas B menjadi kelas eksperimen
e. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh tiga orang untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dan
mengamati keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan virtual laboratory pada kelas eksperimen dan
real laboratory pada kelas kontrol
f. Pelaksanaan posttest bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis siswa
3. Tahap akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir antara lain:
a. Mengolah data hasil penelitian
b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian
50 D. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1Diagram Alur Penelitian
Rancangan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Angket Analisis Data
Kesimpulan Observasi
Angket
Posttest
Observasi Studi Pendahuluan dan Observasi
Perumusan Masalah
Studi Literatur Bahan Kajian
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Pretest
Proses Pembelajaran Inkuiri Virtual Laboratory
51 E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti
menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan
penelitian yaitu tes penguasaan konsep dan tes keterampilan berpikir kritis
sebagai instrumen utama, angket dan observasi sebagai instrumen pelengkap.
Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:
1. Tes penguasaan konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap
konsep yang diajarkan. Pemberian pretest untuk melihat kemampuan
siswa sebelum mereka mendapat perlakuan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan virtual laboratory dan pembelajaran inkuiri
menggunakan real laboratory sedangkan posttest untuk melihat hasil yang
dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes penguasaan konsep
berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes berhubungan dengan tingkat
berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1 sampai C4 yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
2. Tes keterampilan berpikir kritis
Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
terhadap konsep listrik dinamis. Seperti halnya tes penguasaan konsep,
item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes
untuk melihat keterampilan berpikir kritis siswa dibatasi pada indikator
mencari persamaan dan perbedaan, menggeneralisasi (data, tabel, dan
52
konsep, mempertimbangkan alternatif, dan kemampuan memberi alasan.
Alasan pembatasan ini karena indikator-indakator tersebut disesuaikan
dengan yang dapat dikembangkan oleh model pembelajaran inkuiri
menggunakan virtual laboratory dan real laboratory dimana kegiatan inti
pembelajarannya adalah melakukan praktikum.
3. Angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory
Angket bertujuan untuk mengungkap persepsi siswa tentang pembelajaran
dengan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory dan real laboratory, implementasinya, peranannya dalam
peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis,
kelebihannya, dan mengungkap motivasi siswa setelah mendapat model
pembelajaran tersebut. Skala pengukuran sikap siswa yang digunakan
adalah skala Guttman, yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang
jelas dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Setiap
siswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban
ya atau tidak. Jika menjawab suatu pernyataan dengan jawaban ya, maka
mendapat skor satu dan jika menjawab tidak, maka mendapat skor nol.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui sikap siswa (positif atau
negatif) terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory dan real laboratory pada topik listrik dinamis di kelas X SMA.
Pemberian angket dilakukan setelah proses pembahasan materi listrik
53
4. Angket tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri
dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory
Angket bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan guru
terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual
laboratory dan real laboratory. Skala pengukuran sikap guru yang
digunakan adalah skala Guttman. Setiap guru diminta untuk menjawab
suatu pernyataan dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Jika menjawab
suatu pernyataan dengan jawaban ya, maka mendapat skor satu dan jika
menjawab tidak, maka mendapat skor nol. Dalam penelitian ini, penulis
ingin mengetahui sikap guru (positif atau negatif) terhadap model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real
laboratory pada topik listrik dinamis di kelas X SMA.
5. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real
laboratory sesuai dengan sintaks model pembelajaran inkuiri yang terdiri
dari lima tahap yaitu: tahap penyajian masalah atau menghadapkan siswa
pada permasalahan, tahap pengumpulan dan verifikasi data, tahap
eksperimen dan mengumpulkan data, tahap merumuskan penjelasan, dan
tahap mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Bertindak sebagai
pengamat yaitu peneliti dan dibantu oleh dua orang guru fisika pada
54 F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu melalui
tes tertulis, angket, dan lembar observasi. Dalam pengumpulan data ini
terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik
pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data
No Sumber 2. Siswa Keterampilan berpikir kritis
siswa sebelum dan setelah model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan
Observasi Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
G. Teknik Analisis Data
1. Penskoran hasil tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
dengan berpedoman pada standar penskoran yang telah ditetapkan.
Pengujian kesahihan tes dilakukan dengan cara uji coba instrumen. Data
55 a. Validitas butir soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu
butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal,
skor-skor setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal
akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki
dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal
dinyatakan dalam bentuk kesejajaran (korelasi), sehingga untuk
mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.
Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut: (Arikunto, 2006)
{
2 2}{
2 2}
Keterangan: rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor tiap butir soal yang akan dicari validitasnya Y = skor tes total
N = jumlah sampel
Untuk mengklasifikasi koefisien korelasi dapat digunakan pedoman kategori seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kategori Validitas Butir Soal
56
Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t
dengan rumus berikut: (Sudjana, 2000)
2
Reliabilitas suatu alat ukur (tes) dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (ajeg, konsisten) setiap kali dipakai. Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua menggunakan persamaan: (Arikunto, 2006)
Keterangan: r 11 = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan
2 1 2 1
r = koefisien antara skor-skor setiap belahan tes
Harga
2 1 2 1
r adalah nilai koefisien korelasi antara dua belahan tes,
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r11),
57
Tabel 3.4. Kategori Reliabilitas Tes Koefisien reliabilitas Kategori
r11≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
0,40 <r11≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,60 <r11≤ 0,80 Tinggi
0,80 <r11≤ 1,00 Sangat tinggi
c. Tingkat kemudahan butir soal
Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah
atau sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara
0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kemudahan 0,00 menunjukkan
bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa
soal tersebut terlalu mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk berusaha memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Indeks
kemudahan diberi simbol ‘P’ (proporsi) yang dapat dihitung dengan
rumus: (Arikunto, 2006)
JS B
P=
Keterangan: P = indeks kemudahan
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengklasifikasi indeks kemudahan dapat digunakan
58
Tabel 3.5. Kategori Tingkat Kemudahan
Indeks kemudahan Kategori soal 0,00 ≤P < 0,30 Sukar 0,30 ≤P < 0,70 Sedang 0,70 ≤P≤ 1,00 Mudah
d. Daya pembeda butir soal
Pengertian daya pembeda dari sebuah butir soal adalah seberapa
jauh butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang memiliki
kemampuan tinggi dengan testi yang memiliki kemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu tes dapat
digunakan persamaan: (Arikunto, 2006)
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk mengklasifikasi indeks daya pembeda dapat digunakan
pedoman kategori daya pembeda seperti pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kategori Daya Pembeda
Indeks daya pembeda Kategori
D≤ 0,20 Kurang
59
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa ditinjau dari perbandingan nilai gain yang
dinormalisasi (normalized gain) yang diperoleh dari penggunaannya.
Perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya
menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh R. R. Hake sebagai berikut:
(Cheng, et al., 2004)
= −−
Keterangan: Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal
Smaks =skor maksimum ideal
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan seperti pada
Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi
Gain yang dinormalisasi Klasifikasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
3. Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik yang
sesuai dengan distribusi data yang diperoleh.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
windows versi 16.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial),
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data sebagai
berikut:
a. Uji normalitas data
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor
60
kelas. Uji normalitas data menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test.
b. Uji homogenitas data
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan
varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji
Levene Test. Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik yaitu:
(Ruseffendi, 1998)
Keterangan: F = nilai hitung
2 1
s = varians terbesar
2 2
s = varians terkecil
c. Uji kesamaan dua rerata
Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara
dua keadaan, yaitu uji kesamaan rata-rata untuk nilai gain yang
dinormalisasi siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas
kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan
menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua sampel independen
(Independent-Samples T Test).
Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Sudjana,
2002), yaitu:
1) Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances
assumed):
2 2 2 1
61
Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka digunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U-test (Ruseffendi, 1998). Terdapat dua rumus yang digunakan untuk pengujian yaitu:
62
yang lebih kecil tersebut yang digunakan untuk pengujian dan
membandingkan dengan U tabel.
d. Pengolahan data yang diperoleh melalui angket dilakukan secara
kuantitatif melalui perhitungan persentase jumlah siswa dan guru atas
tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang terkait dengan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real
laboratory yang digunakan. Untuk penskoran data yang diperoleh
digunakan skala Guttman.
H. Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba tes dilakukan pada siswa kelas XI IPA di salah satu SMA
Negeri di kabupaten Cirebon (di tempat penelitian) pada hari Sabtu tanggal
20 Maret 2010. Soal tes penguasaan konsep yang diujicobakan berjumlah 25
butir soal dan soal tes keterampilan berpikir kritis yang diujicobakan
berjumlah 23 butir soal masing-masing berbentuk pilihan ganda. Analisis
instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji
validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda soal. Hasil uji
coba secara terperinci tertera pada lampiran C.
Hasil uji coba soal penguasaan konsep listrik dinamis dan keterampilan
63
Tabel 3.8. Hasil Ujicoba Soal Tes Penguasaan Konsep Listrik Dinamis dan Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Ujicoba Soal Tes
Daya Pembeda Tingkat Kemudahan
Validitas Reliabilitas
Kategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori Jumlah Nilai Kriteria Penguasaan
Uji coba soal tes penguasaan konsep listrik dinamis terdiri dari 25 soal
berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 23 soal valid
dan 2 soal yang tidak valid. Selanjutnya 2 soal yang tidak valid, 1 soal diganti
dan 1 soal tidak dipakai. Jumlah soal penguasaan konsep yang digunakan
untuk pretest dan posttest berjumlah 24 soal. Hasil uji coba soal tes
penguasaan konsep secara rinci tertera pada Lampiran C.
Uji coba soal tes keterampilan berpikir kritis siswa, soal terdiri dari 23
soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh, terdapat
21 soal valid dan 2 soal tidak valid, selanjutnya soal yang tidak valid tidak
dipakai. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 21
soal. Hasil uji coba soal tes keterampilan berpikir kritis siswa secara lengkap
103 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory dan real
laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada topik listrik dinamis dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan penguasaan konsep listrik dinamis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan virtual
labaratory secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan
real labaratory.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan virtual
labaratory secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan
real labaratory.
3. Selama pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan virtual labaratory siswa terlihat lebih mandiri, aktif, dan
memiliki semangat tinggi dalam memecahkan masalah yang diberikan jika
dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran
inkuiri menggunakan real laboratory. Selama pembelajaran berlangsung,
104
melakukan aktivitas yang sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran
inkuiri.
4. Siswa memberikan tanggapan yang lebih positif terhadap model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory daripada
real laboratory. Kedua model pembelajaran ini secara keseluruhan
membantu siswa dalam hal meningkatkan penguasaan konsep siswa dan
keterampilan berpikir kritis siswa.
5. Guru memberikan tanggapan yang baik terhadap model pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory.
Kedua model pembelajaran ini secara keseluruhan membantu guru dalam
hal meningkatkan penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir
kritis siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model
pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory dan real
laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis siswa SMA pada topik listrik dinamis, peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri menggunakan virtual
laboratory agar dapat berlangsung sesuai harapan, sebaiknya disediakan
sarana dan prasarana yang memadai, seperti: komputer, jaringan intranet,
LCD, dan siswa telah memahami cara penggunaan komputer baik secara
105
2. Alokasi waktu untuk setiap tahap dalam pembelajaran hendaknya
benar-benar diperhatikan agar setiap tahap pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik.
3. Kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pembelajaran berlangsung
terkait dengan penggunaan alat KIT, seperti terjadinya malfungsi alat
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. dan Shariff, A. (2008), “The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Law”. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education. 4, (4), 387-398.
Adisyahputra, et al. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode”Discovery” dan “Inquiry”. Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (Ed). (2001). Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blom’s Taxonomy of Educational Objectivies. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arifin, M. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin. (1982). Peranan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.
Cheng, K. et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics.72, (11), 1447-1453.
Costa and Pressceisen. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
…………..(2003). Pendekatan Konstektual. Jakarta: Depdiknas.
107
Ennis, R.H. (1985). “An Elaboration of a Cardinal Goal of Science Instruction”. Educational Phillosophy and Theory. 23, (1), 31-34.
Finkelstein. et al. (2005) “When Learning about the Real World is Better Done Virtually: A Study Of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research. 1, (010103), 1-8.
Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (Sixth ed). New York: McGraw-Hill Book Co.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Ilyas. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Konsep Listrik Dinamis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Joyce et al. (2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Latuheru, J. D. (1988). Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Liliasari, (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.
…………..(2005) Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI Bandung.
Liu, X. (2006), “Effects of Combined Hands-on Laboratory and Computer Modeling on Student Learning of Gas Laws: A Quasi-Experimental Study”. Journal of Science Education and Technology, 15, (1), 89-100.
108
Priyadi. (2005).”BerpikirKritis”.http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/ berpikir kritis.
Pyatt, K. dan Sims, R. (2007). Learner performance and attitudes in traditional versus simulated laboratory experiences. Proceedings ascilite Singapore: Full paper: Pyatt and Sims. 870-879.
Ridwan, I. (2006). Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Hukum-hukum Dasar Kimia.Tesis PPs UPI. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rizali, O. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pembelajaran dengan Pendekatan Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Fenomena Fisis Materi Listrik Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiawan, A. (2006). Pemanfaatan Teknologi Komputer untuk Pembelajaran Fisika Abad ke-21. UPI-UPSI Joint Internasional Seminar. UPI 8-9 Agustus 2006.
---, (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI. UPI 29 Juli 2009.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Splitter, J.L. (1992). Critical Thinking: What, why, When and How. Australia Council for Educational Research.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
109
Susanti, D. (2009). Penggunaan Laboratorium Virtual Optik dalam Kegiatan Praktikum Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Calon Guru. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Tambade, P.S. dan Wagh B.G. (2008), “Investigating Effect of Computer Simulations in Physics Teaching at Undergraduate Level”. Proceedings of world conference on E-learning in corporate Goverment, Healthcare, and Higher Education.1-11.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wenning, C. J. (2005). “Implementing Inquiry-Based Instruction in the Science Classroom: A New Model for Solving the Improvement-of-Practice Problem”. Journal of Physics Teacher Education Online. 2, (4), 9-15.
Wijaya, C. (1992). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: PT Rosda Karya.