• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II. MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF, PENGUASAAN KONSEP PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS... 10

A. Multimedia Interaktif Adaptif ... 10

(2)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model

pembelajaran berbasis multimedia interaktif adaptif ... 3

Tabel 2.1. Analisis konsep pendahuluan fisika zat padat ... 23

Tabel 2.2. Indikator keterampilan berpikir kritis ... 32

Tabel 3.1 Klasifikasi daya pembeda soal ... 42

Tabel 3.2. Klasifikasi tingkat kesukaran soal ... 43

Tabel 3.3. Klasifikasi korelasi ... 45

Tabel 3.4. Klasifikasi N-gain ... 46

Tabel 3.5. Matrik hubungan antara variabel, instrumen, sumber data dan teknik analisis data penelitian... 47

Tabel 4.1 Rancangan awal model multimedia interaktif pendahuluan fisika zat padat... 51

Tabel 4.2 Penilaian ahli terhadap draf software multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat ... 55

Tabel 4.3 Persentase skor tanggapan mahasiswa terhadap software multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat untuk tiap-tiap aspek ... 57

Tabel 4.4 Deskripsi MIA-PIZA Final ... 58

Tabel 4.5 Analisis statistik hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 64

Tabel 4.6. Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap pokok bahasan ... 65

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 67

Tabel 4.8. Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap indikator KBK ... 69

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Statistik Keterampilan Berpikir Kristis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 71

Tabel 4.10. Hasil rekapitulasi hubungan pokok bahasan dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa ... 72

Tabel 4.11. Hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran ... 74

Tabel 4.12. Rekapitulasi tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat ... 75

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model sistem adaptif menurut De Bra et. al., (1999) ... 11 Gambar 2.2. Model sistem adaptif menurut Brusilovsky dan Maybury

(2002) ... 12 Gambar 3.1. Paradigma model multimedia interaktif adaptif

pendahuluan fisika zat padat ... 38 Gambar 3.2. Desain Penelitian ... 42 Gambar 4.1. Hasil belajar pendahuluan fisika zat padat enam tahun

terakhir ... 49 Gambar 4.2. Contoh tampilan storyboard ... 53 Gambar 4.3. Contoh tampilan MMI Adaptif Pendahuluan Fisika Zat

Padat ... 54 Gambar 4.4. Profil gaya belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 61 Gambar 4.5. Grafik perbandingan persentase tes awal, tes akhir dan

N-gain tiap gaya belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 62 Gambar 4.6. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan

N- gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63 Gambar 4.7. Perbandingan N-gain penguasaan konsep untuk setiap pokok

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Instrumen Penelitian ... 110

Lampiran B : Hasil Uji Coba Instrumen ... 133

Lampiran C : Data Hasil Penelitian ... 148

Lampiran D : Penolahan Data Hasil Penelitian... 166

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendahuluan fisika zat padat adalah salah satu mata kuliah yang

diajarkan pada program studi pendidikan fisika di Lembaga Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan (LPTK). Tujuan mata kuliah adalah agar mahasiswa

mampu memahami struktur kristal, difraksi sinar- x oleh kristal, ikatan kristal,

elektron bebas dalam kristal, teori pita energi, serta dapat mengaplikasikannya

sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi yang relevan dengan tuntutan

kompetensi dalam standar nasional pendidikan. Secara umum mahasiswa perlu

mempelajari fisika zat padat karena fisika zat padat menjadi dasar pengembangan

teknologi saat ini. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan

komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika zat padat seperti

penemuan piranti mikroelektronik yang mampu memuat banyak informasi dengan

ukuran sangat kecil. Penggunaan Physics Education Technology (PhET) saat ini

sangat dibutuhkan dalam pembelajaran fisika (Finkelstein, 2006).

Berbagai produk teknologi berbasis fisika material dan elektronik yang

dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti komputer, laser, GPS

(global positioning system), jaringan serat optik pita lebar, tomografi komputer

dan lain sebagainya merupakan produk teknologi nyata dari kegiatan riset dasar

fisika dalam kurun waktu 40-50 tahun terakhir. Laju lompatan yang spektakuler di

bidang teknologi informasi dan komunikasi modern saat ini tidak terlepas dari

gencarnya riset dibidang fisika zat padat seperti penemuan metode-metode baru

(7)

tinggi, integrasi komponen menjadi chip tunggal, laser semikonduktor, media

penyimpan data dengan densitas tinggi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain,

teknologi menjadi tenaga penggerak (driving force) dalam perubahan perilaku

manusia dari masyarakat industri menjadi masyarakat berbasis pengetahuan dan

informasi (knowledge and information based society). Tidak dipungkiri bahwa

riset dasar fisika khususnya fisika material telah banyak memberikan kontribusi

nyata dalam kemajuan teknologi suatu negara yang pada gilirannya akan

bermuara pada kemajuan di bidang ekonomi sekaligus menjadi bangsa yang

disegani di kancah internasional (Sembiring, 2008).

Selama ini sebagian dosen mengajarkan materi pendahuluan fisika zat

padat dengan metode ceramah, diskusi, penugasan dan jarang sekali

menggunakan media dalam perkuliahan yang disebabkan terbatasnya media untuk

mata kuliah pendahuluan fisika zat padat. Hal ini menyebabkan kesulitan

mahasiswa dalam memahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang

bersifat abstrak dan submikroskopik. Hasil studi pendahuluan menunjukkan

bahwa hasil belajar fisika zat padat pada suatu LPTK dalam enam tahun terakhir

masih tergolong rendah yaitu sebesar 58 (2005), 56 (2006), 53 (2007), 56 (2008)

55 (2009) dan 61(2010) pada skala 1-100. Rendahnya hasil belajar fisika zat padat

tersebut salah satunya disebabkan kecenderungan dosen lebih menekankan pada

aspek matematis dalam perkuliahan. Agar konsep-konsep pendahuluan fisika zat

padat mudah dipahami oleh mahasiswa perlu adanya inovasi dalam perkuliahan.

Salah satu inovasi dalam perkuliahan dengan pengintegrasian teknologi informasi

(8)

Berbagai penelitian pemanfaatan multimedia interaktif (MMI) dalam

perkuliahan fisika telah dilakukan. MMI dalam perkuliahan fisika dasar dapat

meningkatkan pemahaman konsep fisika dasar (Dori dan Belcher, 2005)

meningkatkan penguasaan konsep calon guru fisika (Darmadi dkk, 2007;

Gunawan dkk, 2008), mengatasi miskonsepsi fisika dasar mahasiswa (Muller &

Sharma, 2007), meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan generik sains

(Budiman dkk, 2008; Yahya dkk, 2008, Wiyono dkk, 2009). Keberhasilan MMI

dalam perkuliahan fisika dasar disebabkan mahasiswa lebih aktif dan mandiri

(Darmadi dkk, 2007), animasi komputer dalam MMI dapat memvisualisasikan

proses-proses abstrak yang multahil dilihat atau dibayangkan (Burke, 1998),

mampu menayangkan kembali informasi-informasi yang diperlukan. Penggunaan

multimedia interaktif pembelajaran pada fisika lanjut sangat membantu

mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Menurut

McKagan (2007) mahasiswa akan lebih mudah memahami konsep mekanika

kuantum yang bersifat abstrak dengan bantuan software interaktif. Wiyono

(2009) menyatakan bahwa konsep-konsep relativitas khusus yang bersifat abstrak

dapat dipahami oleh mahasiswa dengan bantuan model pembelajaran berbasis

multimedia interaktif. Berbagai penelitian lain tentang penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi dalam pembelajaran fisika dalam membantu

memahami konsep-konsep fisika dapat diringkas dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif

Referensi Fokus Hasil

Finkelstein, N.D. et al. (2005). When learning about the real world is better done virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment. Physics Education Research 1, 010103: 1-8

(9)

Referensi Fokus Hasil

Dancy, M.H. and Robert Beichner

(2006). Impact of animation on assessment of conceptual understanding in physics. Physics Education Research 2, 010104: 1-7.

Model asesmen

Thaden-Koch, T. C., Robert J. Dufresne and Jose P. Mestre. (2006). Coordination of knowledge in judging animated motion. Physics Education Research 2, 020107: 1-11. Education Technology Project. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching

Pada kondisi yang tepat simulasi PhET lebih produktif dibandingkan dengan metode tradisional

Damirci, N. (2007). A Study About Student’ Misconceptions In Force And Motion Concept By Incorporating A Web-Assisted Physics Program. The Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET Vol. 4 Enhance Learning Based on Psychological Indexes and Individual Preferences for a Physics Course Using An Adaptive

Hypermedia Learning Enviro. The

International Journal of Learning. 14, (6) :

view of physics for computational activities in the introductory physics course. American Journal of Physics. 76, (4&5):

Kortemeyer, G. et.al. (2007). Experiences using the open-source learning content management and assessment system LON-CAPA in introductory physics courses. American Journal of Physics. 76 (4&5): and Researching PhET simulations for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Research 1, 0709 : 4503. Constantinou. (2008). Comparing the influence of physical and virtual Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model

(10)

Referensi Fokus Hasil

undergraduate students’ conceptual understanding of heat and temperature. American Journal of Physics. 76 (4&5): Kortemeyer, G. (2009). Gender differences

in the use of an online homework system in an introductory physics course. Physics Education Research 5, 010107: 1-8.

Perbedaan gender

Penggunaan multimedia interaktif selain dapat meningkatkan penguasaan

konsep mahasiswa, juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir

yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Pada

materi relativitas khusus yang bersifat abstrak penggunaan multimedia interaktif

secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dibandingkan

dengan metode pembelajaran konvensional (Wiyono, 2009). Keterampilan

berpikir kritis menjadi bekal mahasiswa kelak dalam menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan masa mendatang. Berpikir kritis sebagai salah satu proses

berpikir tingkat tinggi dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual

IPA peserta didik sehingga merupakan salah satu proses berpikir konseptual

tingkat tinggi (Liliasari, 2002).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian pemanfaatan MMI pada pembelajaran

fisika, MMI umumnya memberikan tampilan materi pembelajaran yang sama

untuk setiap pengguna, karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua

pengguna adalah homogen. Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar,

latar belakang atau yang lainnya. Oleh karena itu, seorang pengguna multimedia Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model

(11)

interaktif ini belum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat, akibatnya

efektivitas pembelajaran tidak optimal. Seharusnya suatu sistem multimedia

interaktif dapat memberikan materi pembelajaran yang tingkat kesulitannya sesuai

dengan kemampuan pengguna, dan cara mempresentasikan materi

pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar pengguna. Dengan kata lain sistem

multimedia interaktif seharusnya dapat mengadaptasikan tampilannya terhadap

berbagai variasi karakteristik pengguna, sehingga mempunyai efektivitas

pembelajaran yang tinggi.

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, maka dipandang

perlu dilakukan suatu penelitian tentang pengembangan model multimedia

interaktif adaptif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan

berpikir kritis mahasiswa calon guru pada mata kuliah pendahuluan fisika zat

padat.

B. Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah pengembangan model

multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dalam meningkatkan

penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru? “

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, pertanyaan penelitian terfokus pada:

1. Bagaimanakah karakter model multimedia interaktif adaptif pendahuluan

fisika zat padat?

2. Bagaimanakah profil gaya belajar mahasiswa dan pola kaitan materi subyek

(12)

3. Bagaimanakah pengaruh model multimedia interaktif adaptif pendahuluan

fisika zat padat terhadap peningkatan penguasaan konsep pendahuluan fisika

zat padat?

4. Bagaimanakah pengaruh model multimedia interaktif adaptif pendahuluan

fisika zat padat terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa?

5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penggunaan model

multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dalam

pembelajaran?

6. Bagaimana keunggulan dan kelemahan model multimedia interaktif adaptif

pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model multimedia

interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dan menganalisis pengaruhnya

terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa calon guru.

D. Kontribusi Penelitian

Kontribusi penelitian ini antara lain:

1. Memberikan alternatif model pembelajaran pendahuluan fisika zat padat

dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir

kritis mahasiswa calon guru.

2. Memberikan kerangka pemikiran dalam perbaikan pendidikan guru fisika di

(13)

pendahuluan fisika zat padat serta keterampilan berpikir mahasiswa calon

guru dalam rangka peningkatan mutu guru fisika di lapangan.

3. Model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang

dikembangkan memuat beberapa simulasi yang dapat dilakukan untuk

mendukung pembelajaran yang selama ini jarang dilakukan karena

keterbatasan alat dan bahan.

4. Pengembangan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat

padat dilengkapi tes adaptif yang dapat mengungkapkan gaya belajar

mahasiswa sehingga memberikan pilihan kepada mahasiswa dalam

mempelajari bahan ajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka dibuat pembatasan

permasalahan sebagai berikut:

1. Multimedia interaktif adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

multimedia interaktif yang terdiri dari presentasi dalam bentuk teks, audio,

grafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa

pada kuliah pendahuluan fisika zat padat sehingga mereka belajar dalam

lingkungan yang menyenangkan.

2. Model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang

dikembangkan terdiri dari pada pokok bahasan struktur kristal, difraksi

sinar- x oleh kristal, ikatan kristal, elektron bebas dalam kristal, teori pita

(14)

3. Penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat adalah kemampuan

mahasiswa dalam memahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat

setelah perkuliahan. Penguasaan konsep diukur dengan tes pilhan ganda yang

dibuat berdasarkan analisis konsep materi subyek pendahuluan fisika zat

padat. Analisis penguasaan konsep disusun berdasarkan pokok bahasan

pendahuluan fisika zat padat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

berjumlah lima pokok bahasan.

4. Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan menyelesaikan masalah,

berpikir reflektif dan masuk akal yang difokuskan pada pengambilan

keputusan yang dilakukan atau diyakini. Keterampilan berpikir kritis pada

penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda. Indikator keterampilan berpikir

kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) melaporkan

berdasarkan pengamatan, (2) menemukan persamaan dan perbedaan, (3)

menentukan definisi materi subyek, (4) menerapkan prinsip yang dapat

diterima, (5) menggeneralisasi, (6) mengidentifikasi alasan yang

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu:

penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat, keterampilan berpikir kritis,

teknologi informasi dan komunikasi, sistem adaptif. Asumsi penguasaan konsep

pendahuluan fisika zat padat rendah disebabkan oleh karakteristik materi subyek

yang bersifat abstrak dan submikroskopik. Untuk membantu mahasiswa

menguasai konsep abstrak dan submikroskopik diperlukan media burupa

multimedia interaktif. Multimedia yang ada sekarang cenderung mengasumsikan

bahwa semua pengguna sama atau homogen. Kenyataannya mahasiswa memiliki

karakteristik yang berbeda-beda. Multimedia interaktif yang dikembangkan

didasarkan pada perbedaan individu pengguna seperti gaya belajar. Salah satu

gaya belajar yang dikenal dengan kesederhanaannya adalah VAK. Gaya belajar

VAK menggunakan tiga penerima sensori utama, yakni visual, auditory dan

kinesthetic. Dalam menentukan gaya belajar seorang peserta didik dilihat dari

gaya belajar yang dominan. Gaya belajar VAK ini didasarkan atas teori modaliti,

yakni meskipun dalam setiap proses pembelajaran peserta didik menerima

informasi dari ketiga sensori tersebut, akan tetapi ada salah satu atau dua sensori

yang dominan. Perbedaan gaya belajar ini sejalan dengan prinsip pengembangan

permbelajaran berbasis komputer yaitu: (1) berorientasi pada tujuan pembelajaran,

(2) berorientasi pada pembelajaran individual, (3) berorientasi pada pembelajaran

(16)

Model perkuliahan yang dikembang selain dirancang untuk meningkatkan

penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat juga untuk meningkatkan

ketrampilan berpikir kritis mahasiswa. Indikator yang dikembangkan dalam

penelitian ini terdiri dari indikator: (1) melaporkan berdasarkan pengamatan, (2)

menemukan persamaan dan perbedaan, (3) menentukan definisi materi subyek, (4)

menerapkan prinsip yang dapat diterima, (5) menggeneralisasi, (6)

mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, (7) menjawab pertanyaan tentang

fakta. Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri mahasiswa

karena melalui keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat lebih mendalam

memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami

dan menyelesaikan masalah dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep dalam

situasi yang berbeda. Pada materi fisika zat padat yang bersifat abstrak dan

submikroskopik namun sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari sangat

diperlukan keterampilan berpikir kritis agar mahasiswa mampu menyelesaikan

masalah-masalah yang berkaitan dengan aplikasi fisika zat padat dalam

kehidupannya. Model akhir yang dikembangkan berupa multimedia interaktif

adaptif berbasis gaya belajar yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang selanjutnya disebut Multimedia

Interaktif Adaptif Pendahuluan Fisika Zat Padat (MIA-PIZA). Paradigma

(17)

Gambar 3.1. Paradigma penelitian model multimedia interaktif adaptif

Program pembelajaran pendahuluan fisika zat padat yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan berpikir kritis

Penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa calon guru fisika

Prinsip PBK berorientasip pada : tujuan pembelajaran menerapkan prinsip yang dapat diterima menggeneralisasi

Karekter materi pendahuluan fisika zat padat yang abstrak dan submikroskopik

(18)

B. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan pendidikan

(Educational Research and Development). Jenis penelitian R & D adalah suatu

proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk

pendidikan (Gall et al, 2003). Secara umum penelitian pengembangan ini

dilakukan dalam 3 tahapan yaitu: 1) tahap studi pendahuluan dilakukan dengan

menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif, 2) tahap pengembangan desain

model multimedia interaktif adaptif, dilanjutkan dengan validasi ahli (expert

judgement), revisi dan perbaikan, dilanjutkan dengan ujicoba terbatas serta

evaluasi dan perbaikan, 3) tahap evaluasi yang meliputi implementasi model

yang dibuat dengan metode eksperimen kuasi (pretest-posttest control group

design). Tahapan lengkap tahapan penelitian pengembangan seperti Gambar 3.2.

1. Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan ini studi yang dilakukan dibedakan pada fokus

kajian yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Studi literatur

Studi literatur dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, yaitu: menganalisis

kompetensi, materi esensial, analisis konsep dan keterampilan berpikir kritis

b) Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui kegiatan, yaitu pengumpulan dokumen

(19)

c) Deskripsi temuan

Deskripsi temuan dilakukan untuk mendeskrisikan hasil-hasil yang telah

diperoleh pada saat studi lapangan, memetakan hasil temuan dan

menganalisis kelemahan jelas model faktual dari perkuliahan pendahuluan

fisika zat padat

2. Tahap Pengembangan Desain

Tahap pengembangan desain didahului dengan temuan draft desain awal

multimedia interaktif adaptif meliputi antara lain (1) penyusunan materi zat

padat dengan membuat analisis materi dan analisis konsep zat padat (2)

penyusunan strategi pembelajaran dengan pemanfaatan multimedia interaktif

adaptif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa, (3) penyusunan instrumen evaluasi, yakni tes objektif, pedoman

observasi, angket untuk dosen dan mahasiswa. Rancangan multimedia interaktif

adaptif pendahuluan fisika zat padat dan dinilai oleh ahli multimedia dan ahli

konten fisika zat padat (expert judgement), selanjutnya dilakukan revisi dan

perbaikan. Pada pengembangan program pembelajaran, uji coba terbatas

dilakukan pada kelompok kecil mahasiswa. Kemudian dilakukan evaluasi dan

penyempurnaan kembali sehingga dihasilkan model Multimedia Interaktif Adaptif

Pendahuluan Fisika Zat Padat final yang selanjutnya disebut MIA-PIZA.

3. Tahap Pengujian Model

Pengujian model dilakukan melalui implementasi program MIA-PIZA

final menggunakan rancangan eksperimen kuasi, dengan pretest-posttest control

(20)

zat padat di program studi Pendidikan Fisika LPTK Negeri di Sumatera Selatan.

Pada tahap ini diperoleh produk penelitian yaitu program pembelajaran mata

kuliah pendahuluan fisika zat padat multimedia interaktif adaptif yang telah teruji

efektifitasnya. Detail kegiatan yang dilakukan pada implementasi ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Persiapan pelaksanaan implementasi

a) menentukan kelas untuk implementasi

b) memberi arahan mengenai pemanfaatan multimedia interaktif adaptif

untuk membekali keterampilan berpikir kritis

c) menyiapkan fasilitas pelaksanaan implementasi

2) Pelaksanaan tes awal, tes yang digunakan pada tes awal ini adalah tes

penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis yang berbentuk pilihan

ganda

3) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model MIA-PIZA.

4) Melakukan observasi pelaksanaan perkuliahan pendahuluan fisika zat padat

5) Melaksanakan tes akhir, tes yang digunakan pada tes akhir ini sama dengan

tes yang digunakan pada tes awal

6) Memberikan angket untuk mengetahui tanggapan mahasiswa dan dosen

terhadap model MIA-PIZA

7) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap efektifitas MIA-PIZA ditinjau dari

ketercapaian tujuan penelitian

(21)

Gambar 3.2. Desain Penelitian Pendahuluan Fisika Zat Padat

(22)

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LPTK Negeri Sumatera Selatan yang

menyelenggarakan Program Studi Pendidikan Fisika. Subyek penelitian adalah

mahasiswa calon guru fisika semester V program S1 yang sedang mengikuti mata

kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat. Populasi penelitian seluruh mahasiswa calon

guru fisika. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling. Sampel ujicoba

terbatas berjumlah 7 mahasiswa dan sampel implementasi model berjumlah 73

mahasiswa yang dibagi ke dalam 2 kelas yaitu 37 kelas eksperimen dan 36 kelas

kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

a) Tes; tes ini digunakan untuk mengevaluasi penguasaan konsep-konsep fisika

zat padat, keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran fisika zat padat

berbasis mutimedia interaktif adaptif. Tes penguasaan konsep dan tes

keterampilan berpikir kritis berbentuk pilihan ganda. Tes dilaksanakan

sebanyak dua kali yaitu diawal (tes awal) dan akhir (tes akhir).

b) Angket; angket digunakan untuk mengetahui pendapat mahasiswa dan dosen

tentang penggunaan model pembelajaran fisika berbasis mutimedia interaktif

adaptif yang diterapkan dalam perkuliahan pendahuluan fisika zat padat.

c) Lembar observasi, untuk mengobservasi keterlaksanaan proses pembelajaran

(23)

d) Lembar expert judgement, untuk memperoleh penilaian dan saran dan

masukan dari ahli tentang MIA-PIZA yang dibuat.

Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi

tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Item soal yang tidak

memenuhi kriteria soal yang baik (kualitasnya rendah) maka soal tersebut direvisi.

a. Indeks Kesukaran Butir Soal

Uji indeks kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal

tergolong sukar, sedang atau mudah. Indeks kesukaran butir didefinisikan sebagai

persentase dari siswa yang menjawab benar. Indeks kesukaran (p) suatu butir tes

ditentukan dengan rumus persamaan 1 (Mehrens & Lehmann, 1984):

% 100

× =

T R

p ...(1)

Keterangan; R = jumlah siswa yang menjawab benar butir tes; T = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran butir disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kriteria Indeks Kesukaran Butir (Zainul, 1997)

Indeks Kesukaran Butir (%) Kategori 0 - 25 Sukar

26 - 75 Sedang

76 - 100 Mudah

b. Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda) Butir Soal

Daya pembeda suatu butir menyatakan kemampuan butir tes untuk

(24)

siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Menurut Crocker & Algina (1986:),

indeks diskriminasi merupakan selisih antara proporsi mahasiswa kelompok atas

(berkemampuan tinggi) yang menjawab benar butir tes dengan proporsi

mahasiswa kelompok bawah (berkemampuan rendah) yang menjawab benar butir

tes. Indeks diskriminasi butir tes dihitung menggunakan rumus persamaan 2:

………..(2)

Keterangan: D = indeks daya pembeda; pu = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes; pl = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes

Kriteria untuk menentukan indeks diskriminasi butir disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Diskriminasi Butir (Crocker & Algina, 1986)

Indeks

Diskriminasi Kriteria

D ≥ 0,40 Butir soal berfungsi dengan baik 0,30 ≤ D ≤ 0,39 Sedikit atau tidak perlu ada revisi

0,20 ≤ D ≤ 0,29 Butir soal sedikit membedakan (marginal) dan perlu revisi D ≤ 0,19 Soal sebaiknya dibuang atau direvisi secara utuh

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas isi suatu instrumen asesmen yang akan

digunakan dalam pembelajaran dilakukan validasi oleh dosen yang memiliki

kompetensi sesuai dengan bidang yang akan diases. Untuk mengetahui validitas

yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik yakni korelasi point

biserial. Hal ini dilakukan karena data skor soal (prediktor) merupakan data yang

dikotomi, sedangkan data skor total tes (kriterium) merupakan data yang

kontinum atau non dikotomi. Menurut Kaplan & Saccuzzo (2005), jenis koefisien

(25)

variabel kontinu adalah korelasi point biserial. Untuk menghitung korelasi point

biserial digunakan rumus:

...(3)

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial,

= rerata skor dari subyek yang menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari validitasnya,

= rerata skor total,

st = simpangan baku skor total,

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud, q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal yang dimaksud.

Butir soal dikatakan valid jika skor setiap butir soal berkorelasi positif dengan

skor totalnya dan hasil hitung rpbis (point biserial correlation) lebih besar dari

rtabel pada taraf signifikansi 5% (rpbis > rt(1-≥)). Pada taraf signifikansi 5%, rt(1-≥) =

rt(1-5%) = rt(95%) dapat dilihat pada daftar Pearson Product Moment Correlation

Coefficient dengan derajat kebebasan df = N-2 (Guilford & Fruchter, 1978).

N menyatakan jumlah sampel (peserta tes).

c. Reliabilitas

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang

digunakan. Untuk menghitung reliabilitas tes yang mempunyai skor dikotomi

digunakan rumus KR-20 yang dikembangkan oleh Kuder dan Richardson (Kaplan

& Saccuzzo, 2005) sebagai berikut.

………(4)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas naskah tes n = banyaknya butir soal

(26)

qi = proporsi banyak subyek yang menjawab salah butir soal ke-i st2 = varians skor total.

Untuk reliabilitas, kriteria dalam menginterpretasi derajat reliabilitas sebuah

instrumen sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Instrumen (Ratumanan & Laurens, 2003)

Koefisien Reliabilitas Penafsiran

0,80 ≤ r derajat reliabilitas tinggi 0,40 ≤ r < 0,80 derajat reliabilitas sedang r < 0,40 derajat reliabilitas rendah

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada mahasiswa salah satu

LPTK di Sumatera Selatan. Analisis hasil uji coba rancangan instrumen penelitian

yaitu berupa tes pilihan ganda yang yang berjumlah 40 soal. Analisis yang

dilakukan meliputi validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan, daya beda

yang dilakukan dengan menggunakan program AnatesV4. Dari hasil ujicoba

instrumen terdapat 2 butir soal yang dibuang yaitu soal nomor 33 dan 35 karena

tidak valid, mudah dan daya pembedanya jelek. Secara keseluruhan reliabilitas

soal sebesar 0,89 dengan kriteria tinggi. Dengan demikian jumlah butir soal yang

digunakan untuk tes awal dan tes akhir berjumlah 38 butir soal.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep, keterampilan berpikir

(27)

dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Untuk memperoleh skor gain

yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (Cheng,

et.al, 2004) seperti persamaan 5:

e

Nilai N-gain yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Klasifikasi N-gain

Kategori Perolehan N-gain Keterangan

N-gain > 0,70 tinggi

0,30 ≤ Ngain ≤0,70 sedang

N-gain < 0,30 rendah

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa uji

normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data.sebagai berikut :

a. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep,

keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik dengan

menggunakan uji statistik parametrik (uji t satu ekor dengan = 0,05) jika

sebaran data berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik

non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal.

b. Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi

menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS

(sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak

(28)

c. Data yang diperoleh dari hasil observasi dibuat persentase keterlaksanaan

kegiatan-kegiatan perkuliahan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat.

Secara ringkas dapat disajikan hubungan variabel penelitian, instrumen yang

digunakan, sumber data dan teknis analisis data yang dipakai sesuai dengan Tabel

3.5.

Tabel 3.5. Matrik hubungan antara variabel, instrumen, sumber data dan teknik analisis data penelitian

Variabel Instrumen Sumber data Teknik analisis data

Studi pendahuluan Dokumentasi Dokumen Deskriptif kualitatif

Software MMI

Adaptif

Expert judgement Ahli MMI Ahli konten

Deskriptif kualitatif Deskriptif kualitatif Ujicoba terbatas Angket Mahasiswa Deskriptif kualitatif Gaya Belajar Tes gaya belajar Mahasiswa Deskriptif kualitatif Penguasaan

Angket tertutup Mahasiswa Skala likert

Deskriptif kualitatif Tanggapan dosen Angket tertutup Dosen Skala likert

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengembangan model

perkuliahan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk

mahasiswa calon guru disimpulkan bahwa:

1. Multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA), telah

dikembangkan dengan karakteristik berupa presentasi, teks, audio, simulasi,

animasi, evaluasi yang dapat mengadaptasi gaya belajar dan dapat

mempermudah mahasiswa, dosen dalam mempelajari konsep-konsep

pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan mikroskopis.

2. Gaya belajar mayoritas mahasiswa yang menempuh kuliah pendahuluan

fisika zat padat memiliki gaya belajar visual yaitu 43%. MIA-PIZA yang

dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada berbagai gaya

belajar terutama pada gaya belajar visual dengan N-gain 82% termasuk

kriteria tinggi.

3. Peningkatan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat mahasiswa

yang memperoleh pembelajaran dengan MIA-PIZA secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran

dengan bahan ajar lain. Rerata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen

(30)

menunjukkan bahwa penggunaan MIA-PIZA lebih efektif daripada

pembelajaran dengan bahan ajar lain dalam meningkatkan penguasaan

konsep.

4. Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran dengan MIA-PIZA secara signifikan lebih tinggi dibandingkan

dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan bahan ajar lain.

N-gain pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator melaporkan

berdasarkan pengamatan yaitu 77% (kategori tinggi) dan terendah pada

indikator menjawab pertanyaan tentang fakta yaitu 55% (kategori sedang).

5. Persentase keterlaksanaan perkuliahan di kelas dengan adalah 93,6%

(kategori tinggi). Mahasiswa dan dosen memberikan tanggapan baik terhadap

model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang

dikembangkan

6. Keunggulan model MIA-PIZA yang dikembangkan dapat mengadaptasi

perbedaan gaya belajar mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan

konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru. Kelemahan

model MIA-PIZA adalah mahasiswa belum terbiasa belajar mandiri dan

masih tergantung dari apa yang diberikan dosen sehingga, perlu dilatihkan

penggunaan multimedia interaktif yang adaptif.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengembangan model

(31)

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk

mahasiswa calon guru menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengembangan multimedia interaktif adaptif sebaiknya tidak hanya

mengadaptasi gaya belajar mahasiswa, tetapi juga mengadaptasi kecepatan

belajar mahasiswa dengan cara meng-unggah MMI adaptif ke web .

2. Model multimedia interaktif berbasis gaya belajar lebih sesuai dengan gaya

belajar visual mahasiswa, sehingga dalam mengembangkan multimedia

interaktif untuk mahasiswa sebaiknya lebih banyak tampilan visual.

3. Perlu dikembangkan model artificial intelligence yang dapat mengadaptasi

gaya belajar yang lebih dari satu komponen VAK.

4. Perlu dikembangkan model multimedia interaktif berbasis gaya belajar pada

materi fisika yang bersifat abstrak dan submikroskopik lainnya seperti fisika

kuantum dan fisika inti.

5. Perlu dikembangkan sistem asesmen pada pembelajaran fisika yang dapat

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan

Inquiry Bagian I. Jakarta: Depdikbud.

Arifin, M .dkk.(2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Benham, H. C. (2002). Training effectiveness, online delivery and the influence

oflearning style.Paper presented at the 2002 ACM SIGCPR Conference

onComputing Personal Research, Kristiansand, Norway.

Brotosiswoyo, B.S.(2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Brusilovsky and Maybury, (2002).From Adaptive Hypermedia to The Adaptive

Web. Communications of the ACM.

Brusilovsky P. (2001), “Adaptive Hypermedia”, User Modeling and

User-Adapted Interaction.11, (1-2), 87–110.

Budiman, I. dkk.(2008). Model Pembelajaran Multimedia InteraktifDualismeGelombangPartikeluntukMeningkatkanPemahamanKon sepdanKeterampilanBerpikirKritis.JurnalPenelitianPendidikan IPA. 2, (1), 48-55.

Buffler, A., et al. (2008). “A Model-Based View ff Physics for Computational Activities in The Introductory Physics Course”. American Journal of

Physics.76, (4-5), 431-437.

Burke, K.A. (1998). Developing and Using Conceptual Computer Animation for Chemistry Instruction. Journal of Chemical Education.Vol. 75.Iowa State University.

Cheng, K.K., et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”.

American Journal of Physics.72, (11), 1447-1453.

Costa, A.L. (1985).“Goal for Critical Thingking Curriculum”. In Costa A.L. (ed).

Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking.

(33)

Crocker, L. &Algina, J. (1986).Introduction to Classical and Modern TestTheory, New York: CBS College Publishing.

Dahar, R.W. (1989). Teori-TeoriBelajar. Jakarta: Erlangga.

Damirci, N. (2007). “A Study About Student’ Misconceptions in Force and Motion Concept by Incorporating A Web-Assisted Physics Program”. The

Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 4(3): 40-48.

Dancy, M. H. and Robert Beichner.(2006). “Impact of Animation on Assessment of Conceptual Understanding in Physics”.Physics Education Research.2, (010104), 1-7.

DePorter, B dan Mike Hernacki.(2006). Quantum Learning.Jakarta: Kaifa (PT. MizanPustaka).

Dori, Y.J. & Belcher, J. (2005). How Does Technology-Enable Active Learning Affect Undergraduate Student’s Understanding of Electromagnetism Concept? The Journal of Learning Science.14, (2), 243-279.

Ennis, R.H. (1994). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle River.

Finkelstein, N.D. et al. (2005). “When Learning About The Real World is Better Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment”. Physics Education Research.1, (010103), 1-8.

Finkelstein, N.D. et al. (2006). “HighTech Tools for Teaching Physics: The Physics Education Technology Project”. MERLOT Journal of Online

Learning and Teaching.2, (3).

Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. (2003). Educational Research: An

Introduction 7thEdition. United States: Perason Education, Inc.

Gardner, H. (1983). Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligences (pp. 331-367). New York: Basic Books.

(34)

Guilford, J.P. &Fruchter, B. (1978).Fundamental Statistics in Psychology and

Education. Singapore: McGraw-Hill.

Gunawan, dkk.(2008). Model PembelajaranBerbasis Multimedia InteraktifUntukMeningkatkanPenguasaanKonsepCalon Guru PadaMateriElastisitas.JurnalPenelitianPendidikan IPA. 2, (1), 11-22.

Gunawan. (2011). Pengembangan Model Virtual Laboratory Fisika Modern untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Disposisi Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru.Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Honey, P. & Mumford, A. (1992). The Manual of Learning Style (3rd ed). Maidenhead, UK: Peters Honey.

James, W.B., & Blank, W.E. (1993). ”Review And Critique Of Avalilable Learning-Style Instrument For Adult”. In D. Flannery (Ed.), Applying

Cognitive Learning Styles (pp.47-58). San Francisco: Jossey-Bass.

Kaplan & Saccuzzo. (2005). Psychological Testing. USA: Thomson Wadsworth.

Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia

InteraktifDalamPembelajaranMatematikaSebagaiUpayaMengembangkan KemampuanBerpikirMatematik Tingkat TinggiSiswa SMA. Disertasi SPs

UPI.Bandung :Tidakditerbitkan.

Kortemeyer, G. (2009). “Gender Differences In The Use Of An Online Homework System In An Introductory Physics Course”. Physics

Education Research.5, (010107), 1-8.

Kortemeyer, G. etal. (2007). “Experiences Using The Open-Source Learning Content Management And Assessment System LON-CAPA in Introductory Physics Courses”.American Journal of Physics.76, (4&5), 438-444.

Liliasari. (1997). Pengembangan Model

PembelajaranMateriSubjekuntukMeningkatkanKeterampilanBerpikirKons eptual Tingkat TinggiMahasiswaCalon Guru IPA. LaporanPenelitian. IKIP Bandung :Tidakditerbitkan.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan

Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru

dalamMenerapkanBerpikirKonseptual Tingkat Tinggi.

(35)

M’Odritscher. et al. (2004), “The Past, the Present and the future of adaptive

e-Learning”,

Markova, D. (1992). How Your Child is Smart: A Life-Changing Approach to

Learning. Barkeley, California: Conari Press.

Matlin.(1994). Cognition. New York: McGraw Hill.

McKagan, S. B., et al. (2007). “Developing and Researching PhET Simulations For Teaching Quantum Mechanics”. Physics Education Research.1, (0709),4503.

McLoughlin, C. (1999). ”The Implications Of Reserach Literature On Learning Styles For The Design Of Instructional Material”. Australian Journal of

Educational adaptivity in leraning system. Paper presented at the

Knowledge Transfer, London, UK.

Mehrens& Lehmann. (1984). Measurement and Evaluation in Education and

Psychology.New York: New York: CBS College Publishing.

Meyers, C. (1986). Teaching Students Think Critically.London: Jose-Bass Publishers.

Muller, D.A. & Sharma, M.D. (2007).“Tacling Misconception In Introductory Physics Using Multimedia Presentations”. UniServe Science Teaching and

Learning Research Proceedings.

Munir.(2008). KurikulumBerbasisTeknologiInformasidanKomunikasi.Bandung : ALFABETA.

Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2005), “Oxford Advanced Learner’s

Dictionary”.

Permendiknas No. 22. (2006). Standar Isi

untukSatuanPendidikanDasardanMenengah. Jakarta: DepartemenPendidikanNasional.

Ratumanan, T.G. & Laurens, T. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan

dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University

Press.

Riding, R., & Rayner, S. (1998). Cognitive styles and learning strategies. London: David Fulton Publiser.

Rose, C. (1987). Accelerated Learning. New York : Bantam Dell Pub Group.

(36)

Sarantos, P. and FotiniParaskeva. (2007). “Enhance Learning Based on Psychological Indexes and Individual Preferences for a Physics Course Using An Adaptive Hypermedia Learning Enviro”. The International

Journal of Learning.14, (6), 69-76.

Sembiring, T.

(2008).Urgensidankontribusirisetdasarfisikadalambidangteknologiinforma

si: EfekGiantMagnetoresistance (GMR) dalam Head Read Device.

PidatoPengukuhan Guru Besar FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Surjono, H.D., & Nurkhamid. (2008). Pengembangan Model E-LearningAdaptifterhadapKeragaman

GayaBelajarMahasiswauntukMeningkatkanEfektivitasPembelajaran.Lapor

anPenelitianHibahBersaing. UniversitasNegeri Yogyakarta.

Thaden-Koch, T. C., Robert J. Dufresne and Jose P. Mestre.(2006). “Coordination Of Knowledge In Judging Animated Motion”.Physics Education

Research.2, (020107), 1-11.

Triantafillou, E., et al. (2004). “TheValue OfAdaptivity Based On Cognitive Style: An Empirical Study”. BritishJournal of Educational Technology.35,(1), 95-106.

Widodo, W. (2010).Pengembangan Model Pembelajaran “MiKiR” PadaPerkuliahanFisikaDasarUntukMeningkatkanKeterampilanGenerikSai nsdanPemecahanMasalahCalon Guru SMK Program Keahlian Tata Boga.Disertasi.UniversitasPendidikan Indonesia: Tidakditerbitkan.

Wiyono, K. &AgusSetiawan.(2012). Karakteristik multimedia interaktifadaptifpendahuluanfisikazatpadat (MIA-PIZA).Prosiding

Seminar NasionalSainsPascaSarjanaUnesa.Surabaya: Unesa University

Press. 14 Januari.pp 28-38.

Wiyono, K &Liliasari.(2012)

PeningkatanKeterampilanBerpikirKritisMahasiswaCalon Guru dengan Model MIA-PIZA.MajalahIlmiah Forum MIPA.14 (1), 10-16.

Wiyono, K. &Liliasari, (2011).Pengembangan model multimedia interaktifadaptifpendahuluanfisikazatpadat (MIA-PIZA).Prosiding

Seminar NasionalPendidikan MIPA FKIP UNILA. Lampung: LembagaPenelitianUnila. 26 November. pp 3.1-3.12.

(37)

Nasional FMIPA UNESA. Surabaya: Unesa University Press. 10

Desember.pp 25-31.

Wiyono, K. (2009). PenerapanModelPembelajaran Multimedia InteraktifuntukMeningkatkanPenguasaanKonsep,

KeterampilanGenerikSains Dan BerpikirKritisSiswa SMA Pada TopikRelativitasKhusus. Tesis. UniversitasPendidikanIndonesia :Tidakditerbitkan.

Wiyono, K. dkk.(2009). Model Pembelajaran Multimedia InteraktifRealtivitasKhususuntukMeningkatkanKeterampilanGenerikSains Siswa SMA.JurnalPenelitianPendidikan IPA. 3, (1), 21-30.

Yahya, S. dkk.(2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Optic FisisUntukMeningkatkanPenguasaanKonsep, KeterampilanGenerikSains Dan KeterampilanBerpikirKritis Guru Fisika.JurnalPenelitianPendidikan

IPA. 2, (1), 56-63.

Zacharia, Z.C. and Constantinos P. Constantinou. (2008). “Comparing The Influence Of Physical And Virtual Manipulatives In The Context Of The

Physics By Inquiry Curriculum: The Case Of Undergraduate Students’

Conceptual Understanding Of Heat And Temperature”. American Journal

of Physics.76, (4&5), 425-430.

(38)
(39)

LAMPIRAN A

(40)

SOAL TES AWAL (PRETEST)

DAN

Gambar

Tabel 1.1.  Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model       pembelajaran berbasis multimedia interaktif
Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model Model asesmen animasi  untuk
Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model meningkatkan       pembelajaran berbasis multimedia interaktif  (lanjutan) pemahaman konsep yang berkaitan dengan suhu
Gambar 3.1. Paradigma penelitian model multimedia interaktif adaptif  pendahuluan fisika zat padat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nurcholish Madjid mengatakan penciptaan manusia sebagai makhluk yang setinggi-tingginya adalah sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakanNya manusia untuk menjadi khalifah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 91,4% siswa di SDN Desa Pardamean Nainggolan mengonsumsi buah pinang dan sebagian besar dari mereka mengonsumsi dengan

Sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini yang menyatakan bahwa diduga hasil belajar “Ilmu Gizi Olahraga” be rpengaruh pada pemilihan makanan atlet

Disarankan agar siswi kelas XI mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan zat gizi magnesium karena sebagian besar siswi kekurangan akan zat gizi tersebut serta adanya

Pembelajaran keterampilan perlu mengenalkan berbagai bentuk kerajinan dan teknologi tradisional dan modern yang ada di sekitar dan yang berkembang di

• Fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga ke pemasok untuk memperoleh informasi harga barang dan syarat pembelian untuk memilih pemasok yang di tunjuk2.

Promoter : orang-orang yang merespon dengan memberikan skor 9 atau 10 yang menandakan bahwa mereka antusias terhadap suatu produk dan.. melakukan pembelian kembali pada

[r]