DAFTAR ISI
BAB II. MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF, PENGUASAAN KONSEP PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS... 10
A. Multimedia Interaktif Adaptif ... 10
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model
pembelajaran berbasis multimedia interaktif adaptif ... 3
Tabel 2.1. Analisis konsep pendahuluan fisika zat padat ... 23
Tabel 2.2. Indikator keterampilan berpikir kritis ... 32
Tabel 3.1 Klasifikasi daya pembeda soal ... 42
Tabel 3.2. Klasifikasi tingkat kesukaran soal ... 43
Tabel 3.3. Klasifikasi korelasi ... 45
Tabel 3.4. Klasifikasi N-gain ... 46
Tabel 3.5. Matrik hubungan antara variabel, instrumen, sumber data dan teknik analisis data penelitian... 47
Tabel 4.1 Rancangan awal model multimedia interaktif pendahuluan fisika zat padat... 51
Tabel 4.2 Penilaian ahli terhadap draf software multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat ... 55
Tabel 4.3 Persentase skor tanggapan mahasiswa terhadap software multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat untuk tiap-tiap aspek ... 57
Tabel 4.4 Deskripsi MIA-PIZA Final ... 58
Tabel 4.5 Analisis statistik hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 64
Tabel 4.6. Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap pokok bahasan ... 65
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 67
Tabel 4.8. Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap indikator KBK ... 69
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Statistik Keterampilan Berpikir Kristis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 71
Tabel 4.10. Hasil rekapitulasi hubungan pokok bahasan dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa ... 72
Tabel 4.11. Hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran ... 74
Tabel 4.12. Rekapitulasi tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat ... 75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Model sistem adaptif menurut De Bra et. al., (1999) ... 11 Gambar 2.2. Model sistem adaptif menurut Brusilovsky dan Maybury
(2002) ... 12 Gambar 3.1. Paradigma model multimedia interaktif adaptif
pendahuluan fisika zat padat ... 38 Gambar 3.2. Desain Penelitian ... 42 Gambar 4.1. Hasil belajar pendahuluan fisika zat padat enam tahun
terakhir ... 49 Gambar 4.2. Contoh tampilan storyboard ... 53 Gambar 4.3. Contoh tampilan MMI Adaptif Pendahuluan Fisika Zat
Padat ... 54 Gambar 4.4. Profil gaya belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 61 Gambar 4.5. Grafik perbandingan persentase tes awal, tes akhir dan
N-gain tiap gaya belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 62 Gambar 4.6. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan
N- gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63 Gambar 4.7. Perbandingan N-gain penguasaan konsep untuk setiap pokok
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Instrumen Penelitian ... 110
Lampiran B : Hasil Uji Coba Instrumen ... 133
Lampiran C : Data Hasil Penelitian ... 148
Lampiran D : Penolahan Data Hasil Penelitian... 166
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendahuluan fisika zat padat adalah salah satu mata kuliah yang
diajarkan pada program studi pendidikan fisika di Lembaga Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Tujuan mata kuliah adalah agar mahasiswa
mampu memahami struktur kristal, difraksi sinar- x oleh kristal, ikatan kristal,
elektron bebas dalam kristal, teori pita energi, serta dapat mengaplikasikannya
sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi yang relevan dengan tuntutan
kompetensi dalam standar nasional pendidikan. Secara umum mahasiswa perlu
mempelajari fisika zat padat karena fisika zat padat menjadi dasar pengembangan
teknologi saat ini. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika zat padat seperti
penemuan piranti mikroelektronik yang mampu memuat banyak informasi dengan
ukuran sangat kecil. Penggunaan Physics Education Technology (PhET) saat ini
sangat dibutuhkan dalam pembelajaran fisika (Finkelstein, 2006).
Berbagai produk teknologi berbasis fisika material dan elektronik yang
dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti komputer, laser, GPS
(global positioning system), jaringan serat optik pita lebar, tomografi komputer
dan lain sebagainya merupakan produk teknologi nyata dari kegiatan riset dasar
fisika dalam kurun waktu 40-50 tahun terakhir. Laju lompatan yang spektakuler di
bidang teknologi informasi dan komunikasi modern saat ini tidak terlepas dari
gencarnya riset dibidang fisika zat padat seperti penemuan metode-metode baru
tinggi, integrasi komponen menjadi chip tunggal, laser semikonduktor, media
penyimpan data dengan densitas tinggi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
teknologi menjadi tenaga penggerak (driving force) dalam perubahan perilaku
manusia dari masyarakat industri menjadi masyarakat berbasis pengetahuan dan
informasi (knowledge and information based society). Tidak dipungkiri bahwa
riset dasar fisika khususnya fisika material telah banyak memberikan kontribusi
nyata dalam kemajuan teknologi suatu negara yang pada gilirannya akan
bermuara pada kemajuan di bidang ekonomi sekaligus menjadi bangsa yang
disegani di kancah internasional (Sembiring, 2008).
Selama ini sebagian dosen mengajarkan materi pendahuluan fisika zat
padat dengan metode ceramah, diskusi, penugasan dan jarang sekali
menggunakan media dalam perkuliahan yang disebabkan terbatasnya media untuk
mata kuliah pendahuluan fisika zat padat. Hal ini menyebabkan kesulitan
mahasiswa dalam memahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang
bersifat abstrak dan submikroskopik. Hasil studi pendahuluan menunjukkan
bahwa hasil belajar fisika zat padat pada suatu LPTK dalam enam tahun terakhir
masih tergolong rendah yaitu sebesar 58 (2005), 56 (2006), 53 (2007), 56 (2008)
55 (2009) dan 61(2010) pada skala 1-100. Rendahnya hasil belajar fisika zat padat
tersebut salah satunya disebabkan kecenderungan dosen lebih menekankan pada
aspek matematis dalam perkuliahan. Agar konsep-konsep pendahuluan fisika zat
padat mudah dipahami oleh mahasiswa perlu adanya inovasi dalam perkuliahan.
Salah satu inovasi dalam perkuliahan dengan pengintegrasian teknologi informasi
Berbagai penelitian pemanfaatan multimedia interaktif (MMI) dalam
perkuliahan fisika telah dilakukan. MMI dalam perkuliahan fisika dasar dapat
meningkatkan pemahaman konsep fisika dasar (Dori dan Belcher, 2005)
meningkatkan penguasaan konsep calon guru fisika (Darmadi dkk, 2007;
Gunawan dkk, 2008), mengatasi miskonsepsi fisika dasar mahasiswa (Muller &
Sharma, 2007), meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan generik sains
(Budiman dkk, 2008; Yahya dkk, 2008, Wiyono dkk, 2009). Keberhasilan MMI
dalam perkuliahan fisika dasar disebabkan mahasiswa lebih aktif dan mandiri
(Darmadi dkk, 2007), animasi komputer dalam MMI dapat memvisualisasikan
proses-proses abstrak yang multahil dilihat atau dibayangkan (Burke, 1998),
mampu menayangkan kembali informasi-informasi yang diperlukan. Penggunaan
multimedia interaktif pembelajaran pada fisika lanjut sangat membantu
mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Menurut
McKagan (2007) mahasiswa akan lebih mudah memahami konsep mekanika
kuantum yang bersifat abstrak dengan bantuan software interaktif. Wiyono
(2009) menyatakan bahwa konsep-konsep relativitas khusus yang bersifat abstrak
dapat dipahami oleh mahasiswa dengan bantuan model pembelajaran berbasis
multimedia interaktif. Berbagai penelitian lain tentang penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pembelajaran fisika dalam membantu
memahami konsep-konsep fisika dapat diringkas dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif
Referensi Fokus Hasil
Finkelstein, N.D. et al. (2005). When learning about the real world is better done virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment. Physics Education Research 1, 010103: 1-8
Referensi Fokus Hasil
Dancy, M.H. and Robert Beichner
(2006). Impact of animation on assessment of conceptual understanding in physics. Physics Education Research 2, 010104: 1-7.
Model asesmen
Thaden-Koch, T. C., Robert J. Dufresne and Jose P. Mestre. (2006). Coordination of knowledge in judging animated motion. Physics Education Research 2, 020107: 1-11. Education Technology Project. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching
Pada kondisi yang tepat simulasi PhET lebih produktif dibandingkan dengan metode tradisional
Damirci, N. (2007). A Study About Student’ Misconceptions In Force And Motion Concept By Incorporating A Web-Assisted Physics Program. The Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET Vol. 4 Enhance Learning Based on Psychological Indexes and Individual Preferences for a Physics Course Using An Adaptive
Hypermedia Learning Enviro. The
International Journal of Learning. 14, (6) :
view of physics for computational activities in the introductory physics course. American Journal of Physics. 76, (4&5):
Kortemeyer, G. et.al. (2007). Experiences using the open-source learning content management and assessment system LON-CAPA in introductory physics courses. American Journal of Physics. 76 (4&5): and Researching PhET simulations for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Research 1, 0709 : 4503. Constantinou. (2008). Comparing the influence of physical and virtual Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model
Referensi Fokus Hasil
undergraduate students’ conceptual understanding of heat and temperature. American Journal of Physics. 76 (4&5): Kortemeyer, G. (2009). Gender differences
in the use of an online homework system in an introductory physics course. Physics Education Research 5, 010107: 1-8.
Perbedaan gender
Penggunaan multimedia interaktif selain dapat meningkatkan penguasaan
konsep mahasiswa, juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir
yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Pada
materi relativitas khusus yang bersifat abstrak penggunaan multimedia interaktif
secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dibandingkan
dengan metode pembelajaran konvensional (Wiyono, 2009). Keterampilan
berpikir kritis menjadi bekal mahasiswa kelak dalam menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan masa mendatang. Berpikir kritis sebagai salah satu proses
berpikir tingkat tinggi dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual
IPA peserta didik sehingga merupakan salah satu proses berpikir konseptual
tingkat tinggi (Liliasari, 2002).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian pemanfaatan MMI pada pembelajaran
fisika, MMI umumnya memberikan tampilan materi pembelajaran yang sama
untuk setiap pengguna, karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua
pengguna adalah homogen. Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar,
latar belakang atau yang lainnya. Oleh karena itu, seorang pengguna multimedia Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model
interaktif ini belum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat, akibatnya
efektivitas pembelajaran tidak optimal. Seharusnya suatu sistem multimedia
interaktif dapat memberikan materi pembelajaran yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan kemampuan pengguna, dan cara mempresentasikan materi
pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar pengguna. Dengan kata lain sistem
multimedia interaktif seharusnya dapat mengadaptasikan tampilannya terhadap
berbagai variasi karakteristik pengguna, sehingga mempunyai efektivitas
pembelajaran yang tinggi.
Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, maka dipandang
perlu dilakukan suatu penelitian tentang pengembangan model multimedia
interaktif adaptif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis mahasiswa calon guru pada mata kuliah pendahuluan fisika zat
padat.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah pengembangan model
multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dalam meningkatkan
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru? “
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Bagaimanakah karakter model multimedia interaktif adaptif pendahuluan
fisika zat padat?
2. Bagaimanakah profil gaya belajar mahasiswa dan pola kaitan materi subyek
3. Bagaimanakah pengaruh model multimedia interaktif adaptif pendahuluan
fisika zat padat terhadap peningkatan penguasaan konsep pendahuluan fisika
zat padat?
4. Bagaimanakah pengaruh model multimedia interaktif adaptif pendahuluan
fisika zat padat terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa?
5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penggunaan model
multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dalam
pembelajaran?
6. Bagaimana keunggulan dan kelemahan model multimedia interaktif adaptif
pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model multimedia
interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dan menganalisis pengaruhnya
terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
mahasiswa calon guru.
D. Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini antara lain:
1. Memberikan alternatif model pembelajaran pendahuluan fisika zat padat
dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis mahasiswa calon guru.
2. Memberikan kerangka pemikiran dalam perbaikan pendidikan guru fisika di
pendahuluan fisika zat padat serta keterampilan berpikir mahasiswa calon
guru dalam rangka peningkatan mutu guru fisika di lapangan.
3. Model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang
dikembangkan memuat beberapa simulasi yang dapat dilakukan untuk
mendukung pembelajaran yang selama ini jarang dilakukan karena
keterbatasan alat dan bahan.
4. Pengembangan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat
padat dilengkapi tes adaptif yang dapat mengungkapkan gaya belajar
mahasiswa sehingga memberikan pilihan kepada mahasiswa dalam
mempelajari bahan ajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka dibuat pembatasan
permasalahan sebagai berikut:
1. Multimedia interaktif adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
multimedia interaktif yang terdiri dari presentasi dalam bentuk teks, audio,
grafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa
pada kuliah pendahuluan fisika zat padat sehingga mereka belajar dalam
lingkungan yang menyenangkan.
2. Model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang
dikembangkan terdiri dari pada pokok bahasan struktur kristal, difraksi
sinar- x oleh kristal, ikatan kristal, elektron bebas dalam kristal, teori pita
3. Penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat adalah kemampuan
mahasiswa dalam memahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat
setelah perkuliahan. Penguasaan konsep diukur dengan tes pilhan ganda yang
dibuat berdasarkan analisis konsep materi subyek pendahuluan fisika zat
padat. Analisis penguasaan konsep disusun berdasarkan pokok bahasan
pendahuluan fisika zat padat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berjumlah lima pokok bahasan.
4. Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan menyelesaikan masalah,
berpikir reflektif dan masuk akal yang difokuskan pada pengambilan
keputusan yang dilakukan atau diyakini. Keterampilan berpikir kritis pada
penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda. Indikator keterampilan berpikir
kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) melaporkan
berdasarkan pengamatan, (2) menemukan persamaan dan perbedaan, (3)
menentukan definisi materi subyek, (4) menerapkan prinsip yang dapat
diterima, (5) menggeneralisasi, (6) mengidentifikasi alasan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini dibangun dari empat pilar mendasar yaitu:
penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat, keterampilan berpikir kritis,
teknologi informasi dan komunikasi, sistem adaptif. Asumsi penguasaan konsep
pendahuluan fisika zat padat rendah disebabkan oleh karakteristik materi subyek
yang bersifat abstrak dan submikroskopik. Untuk membantu mahasiswa
menguasai konsep abstrak dan submikroskopik diperlukan media burupa
multimedia interaktif. Multimedia yang ada sekarang cenderung mengasumsikan
bahwa semua pengguna sama atau homogen. Kenyataannya mahasiswa memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Multimedia interaktif yang dikembangkan
didasarkan pada perbedaan individu pengguna seperti gaya belajar. Salah satu
gaya belajar yang dikenal dengan kesederhanaannya adalah VAK. Gaya belajar
VAK menggunakan tiga penerima sensori utama, yakni visual, auditory dan
kinesthetic. Dalam menentukan gaya belajar seorang peserta didik dilihat dari
gaya belajar yang dominan. Gaya belajar VAK ini didasarkan atas teori modaliti,
yakni meskipun dalam setiap proses pembelajaran peserta didik menerima
informasi dari ketiga sensori tersebut, akan tetapi ada salah satu atau dua sensori
yang dominan. Perbedaan gaya belajar ini sejalan dengan prinsip pengembangan
permbelajaran berbasis komputer yaitu: (1) berorientasi pada tujuan pembelajaran,
(2) berorientasi pada pembelajaran individual, (3) berorientasi pada pembelajaran
Model perkuliahan yang dikembang selain dirancang untuk meningkatkan
penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat juga untuk meningkatkan
ketrampilan berpikir kritis mahasiswa. Indikator yang dikembangkan dalam
penelitian ini terdiri dari indikator: (1) melaporkan berdasarkan pengamatan, (2)
menemukan persamaan dan perbedaan, (3) menentukan definisi materi subyek, (4)
menerapkan prinsip yang dapat diterima, (5) menggeneralisasi, (6)
mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, (7) menjawab pertanyaan tentang
fakta. Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri mahasiswa
karena melalui keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat lebih mendalam
memahami konsep, peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami
dan menyelesaikan masalah dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep dalam
situasi yang berbeda. Pada materi fisika zat padat yang bersifat abstrak dan
submikroskopik namun sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari sangat
diperlukan keterampilan berpikir kritis agar mahasiswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang berkaitan dengan aplikasi fisika zat padat dalam
kehidupannya. Model akhir yang dikembangkan berupa multimedia interaktif
adaptif berbasis gaya belajar yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang selanjutnya disebut Multimedia
Interaktif Adaptif Pendahuluan Fisika Zat Padat (MIA-PIZA). Paradigma
Gambar 3.1. Paradigma penelitian model multimedia interaktif adaptif
Program pembelajaran pendahuluan fisika zat padat yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis
Penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat dan keterampilan berpikir kritis
mahasiswa calon guru fisika
Prinsip PBK berorientasip pada : tujuan pembelajaran menerapkan prinsip yang dapat diterima menggeneralisasi
Karekter materi pendahuluan fisika zat padat yang abstrak dan submikroskopik
B. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan pendidikan
(Educational Research and Development). Jenis penelitian R & D adalah suatu
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
pendidikan (Gall et al, 2003). Secara umum penelitian pengembangan ini
dilakukan dalam 3 tahapan yaitu: 1) tahap studi pendahuluan dilakukan dengan
menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif, 2) tahap pengembangan desain
model multimedia interaktif adaptif, dilanjutkan dengan validasi ahli (expert
judgement), revisi dan perbaikan, dilanjutkan dengan ujicoba terbatas serta
evaluasi dan perbaikan, 3) tahap evaluasi yang meliputi implementasi model
yang dibuat dengan metode eksperimen kuasi (pretest-posttest control group
design). Tahapan lengkap tahapan penelitian pengembangan seperti Gambar 3.2.
1. Tahap Studi Pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan ini studi yang dilakukan dibedakan pada fokus
kajian yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Studi literatur
Studi literatur dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, yaitu: menganalisis
kompetensi, materi esensial, analisis konsep dan keterampilan berpikir kritis
b) Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan melalui kegiatan, yaitu pengumpulan dokumen
c) Deskripsi temuan
Deskripsi temuan dilakukan untuk mendeskrisikan hasil-hasil yang telah
diperoleh pada saat studi lapangan, memetakan hasil temuan dan
menganalisis kelemahan jelas model faktual dari perkuliahan pendahuluan
fisika zat padat
2. Tahap Pengembangan Desain
Tahap pengembangan desain didahului dengan temuan draft desain awal
multimedia interaktif adaptif meliputi antara lain (1) penyusunan materi zat
padat dengan membuat analisis materi dan analisis konsep zat padat (2)
penyusunan strategi pembelajaran dengan pemanfaatan multimedia interaktif
adaptif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
mahasiswa, (3) penyusunan instrumen evaluasi, yakni tes objektif, pedoman
observasi, angket untuk dosen dan mahasiswa. Rancangan multimedia interaktif
adaptif pendahuluan fisika zat padat dan dinilai oleh ahli multimedia dan ahli
konten fisika zat padat (expert judgement), selanjutnya dilakukan revisi dan
perbaikan. Pada pengembangan program pembelajaran, uji coba terbatas
dilakukan pada kelompok kecil mahasiswa. Kemudian dilakukan evaluasi dan
penyempurnaan kembali sehingga dihasilkan model Multimedia Interaktif Adaptif
Pendahuluan Fisika Zat Padat final yang selanjutnya disebut MIA-PIZA.
3. Tahap Pengujian Model
Pengujian model dilakukan melalui implementasi program MIA-PIZA
final menggunakan rancangan eksperimen kuasi, dengan pretest-posttest control
zat padat di program studi Pendidikan Fisika LPTK Negeri di Sumatera Selatan.
Pada tahap ini diperoleh produk penelitian yaitu program pembelajaran mata
kuliah pendahuluan fisika zat padat multimedia interaktif adaptif yang telah teruji
efektifitasnya. Detail kegiatan yang dilakukan pada implementasi ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Persiapan pelaksanaan implementasi
a) menentukan kelas untuk implementasi
b) memberi arahan mengenai pemanfaatan multimedia interaktif adaptif
untuk membekali keterampilan berpikir kritis
c) menyiapkan fasilitas pelaksanaan implementasi
2) Pelaksanaan tes awal, tes yang digunakan pada tes awal ini adalah tes
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis yang berbentuk pilihan
ganda
3) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model MIA-PIZA.
4) Melakukan observasi pelaksanaan perkuliahan pendahuluan fisika zat padat
5) Melaksanakan tes akhir, tes yang digunakan pada tes akhir ini sama dengan
tes yang digunakan pada tes awal
6) Memberikan angket untuk mengetahui tanggapan mahasiswa dan dosen
terhadap model MIA-PIZA
7) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap efektifitas MIA-PIZA ditinjau dari
ketercapaian tujuan penelitian
Gambar 3.2. Desain Penelitian Pendahuluan Fisika Zat Padat
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di LPTK Negeri Sumatera Selatan yang
menyelenggarakan Program Studi Pendidikan Fisika. Subyek penelitian adalah
mahasiswa calon guru fisika semester V program S1 yang sedang mengikuti mata
kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat. Populasi penelitian seluruh mahasiswa calon
guru fisika. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling. Sampel ujicoba
terbatas berjumlah 7 mahasiswa dan sampel implementasi model berjumlah 73
mahasiswa yang dibagi ke dalam 2 kelas yaitu 37 kelas eksperimen dan 36 kelas
kontrol.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
a) Tes; tes ini digunakan untuk mengevaluasi penguasaan konsep-konsep fisika
zat padat, keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran fisika zat padat
berbasis mutimedia interaktif adaptif. Tes penguasaan konsep dan tes
keterampilan berpikir kritis berbentuk pilihan ganda. Tes dilaksanakan
sebanyak dua kali yaitu diawal (tes awal) dan akhir (tes akhir).
b) Angket; angket digunakan untuk mengetahui pendapat mahasiswa dan dosen
tentang penggunaan model pembelajaran fisika berbasis mutimedia interaktif
adaptif yang diterapkan dalam perkuliahan pendahuluan fisika zat padat.
c) Lembar observasi, untuk mengobservasi keterlaksanaan proses pembelajaran
d) Lembar expert judgement, untuk memperoleh penilaian dan saran dan
masukan dari ahli tentang MIA-PIZA yang dibuat.
Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi
tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Item soal yang tidak
memenuhi kriteria soal yang baik (kualitasnya rendah) maka soal tersebut direvisi.
a. Indeks Kesukaran Butir Soal
Uji indeks kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal
tergolong sukar, sedang atau mudah. Indeks kesukaran butir didefinisikan sebagai
persentase dari siswa yang menjawab benar. Indeks kesukaran (p) suatu butir tes
ditentukan dengan rumus persamaan 1 (Mehrens & Lehmann, 1984):
% 100
× =
T R
p ...(1)
Keterangan; R = jumlah siswa yang menjawab benar butir tes; T = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran butir disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kriteria Indeks Kesukaran Butir (Zainul, 1997)
Indeks Kesukaran Butir (%) Kategori 0 - 25 Sukar
26 - 75 Sedang
76 - 100 Mudah
b. Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda) Butir Soal
Daya pembeda suatu butir menyatakan kemampuan butir tes untuk
siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Menurut Crocker & Algina (1986:),
indeks diskriminasi merupakan selisih antara proporsi mahasiswa kelompok atas
(berkemampuan tinggi) yang menjawab benar butir tes dengan proporsi
mahasiswa kelompok bawah (berkemampuan rendah) yang menjawab benar butir
tes. Indeks diskriminasi butir tes dihitung menggunakan rumus persamaan 2:
………..(2)
Keterangan: D = indeks daya pembeda; pu = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes; pl = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes
Kriteria untuk menentukan indeks diskriminasi butir disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kriteria Indeks Diskriminasi Butir (Crocker & Algina, 1986)
Indeks
Diskriminasi Kriteria
D ≥ 0,40 Butir soal berfungsi dengan baik 0,30 ≤ D ≤ 0,39 Sedikit atau tidak perlu ada revisi
0,20 ≤ D ≤ 0,29 Butir soal sedikit membedakan (marginal) dan perlu revisi D ≤ 0,19 Soal sebaiknya dibuang atau direvisi secara utuh
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas isi suatu instrumen asesmen yang akan
digunakan dalam pembelajaran dilakukan validasi oleh dosen yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang yang akan diases. Untuk mengetahui validitas
yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik yakni korelasi point
biserial. Hal ini dilakukan karena data skor soal (prediktor) merupakan data yang
dikotomi, sedangkan data skor total tes (kriterium) merupakan data yang
kontinum atau non dikotomi. Menurut Kaplan & Saccuzzo (2005), jenis koefisien
variabel kontinu adalah korelasi point biserial. Untuk menghitung korelasi point
biserial digunakan rumus:
...(3)
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial,
= rerata skor dari subyek yang menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari validitasnya,
= rerata skor total,
st = simpangan baku skor total,
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud, q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal yang dimaksud.
Butir soal dikatakan valid jika skor setiap butir soal berkorelasi positif dengan
skor totalnya dan hasil hitung rpbis (point biserial correlation) lebih besar dari
rtabel pada taraf signifikansi 5% (rpbis > rt(1-≥)). Pada taraf signifikansi 5%, rt(1-≥) =
rt(1-5%) = rt(95%) dapat dilihat pada daftar Pearson Product Moment Correlation
Coefficient dengan derajat kebebasan df = N-2 (Guilford & Fruchter, 1978).
N menyatakan jumlah sampel (peserta tes).
c. Reliabilitas
Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang
digunakan. Untuk menghitung reliabilitas tes yang mempunyai skor dikotomi
digunakan rumus KR-20 yang dikembangkan oleh Kuder dan Richardson (Kaplan
& Saccuzzo, 2005) sebagai berikut.
∑
………(4)
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas naskah tes n = banyaknya butir soal
qi = proporsi banyak subyek yang menjawab salah butir soal ke-i st2 = varians skor total.
Untuk reliabilitas, kriteria dalam menginterpretasi derajat reliabilitas sebuah
instrumen sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Instrumen (Ratumanan & Laurens, 2003)
Koefisien Reliabilitas Penafsiran
0,80 ≤ r derajat reliabilitas tinggi 0,40 ≤ r < 0,80 derajat reliabilitas sedang r < 0,40 derajat reliabilitas rendah
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada mahasiswa salah satu
LPTK di Sumatera Selatan. Analisis hasil uji coba rancangan instrumen penelitian
yaitu berupa tes pilihan ganda yang yang berjumlah 40 soal. Analisis yang
dilakukan meliputi validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan, daya beda
yang dilakukan dengan menggunakan program AnatesV4. Dari hasil ujicoba
instrumen terdapat 2 butir soal yang dibuang yaitu soal nomor 33 dan 35 karena
tidak valid, mudah dan daya pembedanya jelek. Secara keseluruhan reliabilitas
soal sebesar 0,89 dengan kriteria tinggi. Dengan demikian jumlah butir soal yang
digunakan untuk tes awal dan tes akhir berjumlah 38 butir soal.
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep, keterampilan berpikir
dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Untuk memperoleh skor gain
yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (Cheng,
et.al, 2004) seperti persamaan 5:
e
Nilai N-gain yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Klasifikasi N-gain
Kategori Perolehan N-gain Keterangan
N-gain > 0,70 tinggi
0,30 ≤ N −gain ≤0,70 sedang
N-gain < 0,30 rendah
Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa uji
normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data.sebagai berikut :
a. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep,
keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik dengan
menggunakan uji statistik parametrik (uji t satu ekor dengan = 0,05) jika
sebaran data berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik
non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal.
b. Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi
menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS
(sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak
c. Data yang diperoleh dari hasil observasi dibuat persentase keterlaksanaan
kegiatan-kegiatan perkuliahan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat.
Secara ringkas dapat disajikan hubungan variabel penelitian, instrumen yang
digunakan, sumber data dan teknis analisis data yang dipakai sesuai dengan Tabel
3.5.
Tabel 3.5. Matrik hubungan antara variabel, instrumen, sumber data dan teknik analisis data penelitian
Variabel Instrumen Sumber data Teknik analisis data
Studi pendahuluan Dokumentasi Dokumen Deskriptif kualitatif
Software MMI
Adaptif
Expert judgement Ahli MMI Ahli konten
Deskriptif kualitatif Deskriptif kualitatif Ujicoba terbatas Angket Mahasiswa Deskriptif kualitatif Gaya Belajar Tes gaya belajar Mahasiswa Deskriptif kualitatif Penguasaan
Angket tertutup Mahasiswa Skala likert
Deskriptif kualitatif Tanggapan dosen Angket tertutup Dosen Skala likert
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengembangan model
perkuliahan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk
mahasiswa calon guru disimpulkan bahwa:
1. Multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA), telah
dikembangkan dengan karakteristik berupa presentasi, teks, audio, simulasi,
animasi, evaluasi yang dapat mengadaptasi gaya belajar dan dapat
mempermudah mahasiswa, dosen dalam mempelajari konsep-konsep
pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan mikroskopis.
2. Gaya belajar mayoritas mahasiswa yang menempuh kuliah pendahuluan
fisika zat padat memiliki gaya belajar visual yaitu 43%. MIA-PIZA yang
dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada berbagai gaya
belajar terutama pada gaya belajar visual dengan N-gain 82% termasuk
kriteria tinggi.
3. Peningkatan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat mahasiswa
yang memperoleh pembelajaran dengan MIA-PIZA secara signifikan lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran
dengan bahan ajar lain. Rerata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen
menunjukkan bahwa penggunaan MIA-PIZA lebih efektif daripada
pembelajaran dengan bahan ajar lain dalam meningkatkan penguasaan
konsep.
4. Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang memperoleh
pembelajaran dengan MIA-PIZA secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan bahan ajar lain.
N-gain pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator melaporkan
berdasarkan pengamatan yaitu 77% (kategori tinggi) dan terendah pada
indikator menjawab pertanyaan tentang fakta yaitu 55% (kategori sedang).
5. Persentase keterlaksanaan perkuliahan di kelas dengan adalah 93,6%
(kategori tinggi). Mahasiswa dan dosen memberikan tanggapan baik terhadap
model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang
dikembangkan
6. Keunggulan model MIA-PIZA yang dikembangkan dapat mengadaptasi
perbedaan gaya belajar mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru. Kelemahan
model MIA-PIZA adalah mahasiswa belum terbiasa belajar mandiri dan
masih tergantung dari apa yang diberikan dosen sehingga, perlu dilatihkan
penggunaan multimedia interaktif yang adaptif.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengembangan model
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk
mahasiswa calon guru menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengembangan multimedia interaktif adaptif sebaiknya tidak hanya
mengadaptasi gaya belajar mahasiswa, tetapi juga mengadaptasi kecepatan
belajar mahasiswa dengan cara meng-unggah MMI adaptif ke web .
2. Model multimedia interaktif berbasis gaya belajar lebih sesuai dengan gaya
belajar visual mahasiswa, sehingga dalam mengembangkan multimedia
interaktif untuk mahasiswa sebaiknya lebih banyak tampilan visual.
3. Perlu dikembangkan model artificial intelligence yang dapat mengadaptasi
gaya belajar yang lebih dari satu komponen VAK.
4. Perlu dikembangkan model multimedia interaktif berbasis gaya belajar pada
materi fisika yang bersifat abstrak dan submikroskopik lainnya seperti fisika
kuantum dan fisika inti.
5. Perlu dikembangkan sistem asesmen pada pembelajaran fisika yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan
Inquiry Bagian I. Jakarta: Depdikbud.
Arifin, M .dkk.(2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Benham, H. C. (2002). Training effectiveness, online delivery and the influence
oflearning style.Paper presented at the 2002 ACM SIGCPR Conference
onComputing Personal Research, Kristiansand, Norway.
Brotosiswoyo, B.S.(2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Brusilovsky and Maybury, (2002).From Adaptive Hypermedia to The Adaptive
Web. Communications of the ACM.
Brusilovsky P. (2001), “Adaptive Hypermedia”, User Modeling and
User-Adapted Interaction.11, (1-2), 87–110.
Budiman, I. dkk.(2008). Model Pembelajaran Multimedia InteraktifDualismeGelombangPartikeluntukMeningkatkanPemahamanKon sepdanKeterampilanBerpikirKritis.JurnalPenelitianPendidikan IPA. 2, (1), 48-55.
Buffler, A., et al. (2008). “A Model-Based View ff Physics for Computational Activities in The Introductory Physics Course”. American Journal of
Physics.76, (4-5), 431-437.
Burke, K.A. (1998). Developing and Using Conceptual Computer Animation for Chemistry Instruction. Journal of Chemical Education.Vol. 75.Iowa State University.
Cheng, K.K., et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”.
American Journal of Physics.72, (11), 1447-1453.
Costa, A.L. (1985).“Goal for Critical Thingking Curriculum”. In Costa A.L. (ed).
Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking.
Crocker, L. &Algina, J. (1986).Introduction to Classical and Modern TestTheory, New York: CBS College Publishing.
Dahar, R.W. (1989). Teori-TeoriBelajar. Jakarta: Erlangga.
Damirci, N. (2007). “A Study About Student’ Misconceptions in Force and Motion Concept by Incorporating A Web-Assisted Physics Program”. The
Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 4(3): 40-48.
Dancy, M. H. and Robert Beichner.(2006). “Impact of Animation on Assessment of Conceptual Understanding in Physics”.Physics Education Research.2, (010104), 1-7.
DePorter, B dan Mike Hernacki.(2006). Quantum Learning.Jakarta: Kaifa (PT. MizanPustaka).
Dori, Y.J. & Belcher, J. (2005). How Does Technology-Enable Active Learning Affect Undergraduate Student’s Understanding of Electromagnetism Concept? The Journal of Learning Science.14, (2), 243-279.
Ennis, R.H. (1994). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle River.
Finkelstein, N.D. et al. (2005). “When Learning About The Real World is Better Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment”. Physics Education Research.1, (010103), 1-8.
Finkelstein, N.D. et al. (2006). “HighTech Tools for Teaching Physics: The Physics Education Technology Project”. MERLOT Journal of Online
Learning and Teaching.2, (3).
Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. (2003). Educational Research: An
Introduction 7thEdition. United States: Perason Education, Inc.
Gardner, H. (1983). Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligences (pp. 331-367). New York: Basic Books.
Guilford, J.P. &Fruchter, B. (1978).Fundamental Statistics in Psychology and
Education. Singapore: McGraw-Hill.
Gunawan, dkk.(2008). Model PembelajaranBerbasis Multimedia InteraktifUntukMeningkatkanPenguasaanKonsepCalon Guru PadaMateriElastisitas.JurnalPenelitianPendidikan IPA. 2, (1), 11-22.
Gunawan. (2011). Pengembangan Model Virtual Laboratory Fisika Modern untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Disposisi Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru.Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Honey, P. & Mumford, A. (1992). The Manual of Learning Style (3rd ed). Maidenhead, UK: Peters Honey.
James, W.B., & Blank, W.E. (1993). ”Review And Critique Of Avalilable Learning-Style Instrument For Adult”. In D. Flannery (Ed.), Applying
Cognitive Learning Styles (pp.47-58). San Francisco: Jossey-Bass.
Kaplan & Saccuzzo. (2005). Psychological Testing. USA: Thomson Wadsworth.
Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia
InteraktifDalamPembelajaranMatematikaSebagaiUpayaMengembangkan KemampuanBerpikirMatematik Tingkat TinggiSiswa SMA. Disertasi SPs
UPI.Bandung :Tidakditerbitkan.
Kortemeyer, G. (2009). “Gender Differences In The Use Of An Online Homework System In An Introductory Physics Course”. Physics
Education Research.5, (010107), 1-8.
Kortemeyer, G. etal. (2007). “Experiences Using The Open-Source Learning Content Management And Assessment System LON-CAPA in Introductory Physics Courses”.American Journal of Physics.76, (4&5), 438-444.
Liliasari. (1997). Pengembangan Model
PembelajaranMateriSubjekuntukMeningkatkanKeterampilanBerpikirKons eptual Tingkat TinggiMahasiswaCalon Guru IPA. LaporanPenelitian. IKIP Bandung :Tidakditerbitkan.
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan
Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru
dalamMenerapkanBerpikirKonseptual Tingkat Tinggi.
M’Odritscher. et al. (2004), “The Past, the Present and the future of adaptive
e-Learning”,
Markova, D. (1992). How Your Child is Smart: A Life-Changing Approach to
Learning. Barkeley, California: Conari Press.
Matlin.(1994). Cognition. New York: McGraw Hill.
McKagan, S. B., et al. (2007). “Developing and Researching PhET Simulations For Teaching Quantum Mechanics”. Physics Education Research.1, (0709),4503.
McLoughlin, C. (1999). ”The Implications Of Reserach Literature On Learning Styles For The Design Of Instructional Material”. Australian Journal of
Educational adaptivity in leraning system. Paper presented at the
Knowledge Transfer, London, UK.
Mehrens& Lehmann. (1984). Measurement and Evaluation in Education and
Psychology.New York: New York: CBS College Publishing.
Meyers, C. (1986). Teaching Students Think Critically.London: Jose-Bass Publishers.
Muller, D.A. & Sharma, M.D. (2007).“Tacling Misconception In Introductory Physics Using Multimedia Presentations”. UniServe Science Teaching and
Learning Research Proceedings.
Munir.(2008). KurikulumBerbasisTeknologiInformasidanKomunikasi.Bandung : ALFABETA.
Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2005), “Oxford Advanced Learner’s
Dictionary”.
Permendiknas No. 22. (2006). Standar Isi
untukSatuanPendidikanDasardanMenengah. Jakarta: DepartemenPendidikanNasional.
Ratumanan, T.G. & Laurens, T. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University
Press.
Riding, R., & Rayner, S. (1998). Cognitive styles and learning strategies. London: David Fulton Publiser.
Rose, C. (1987). Accelerated Learning. New York : Bantam Dell Pub Group.
Sarantos, P. and FotiniParaskeva. (2007). “Enhance Learning Based on Psychological Indexes and Individual Preferences for a Physics Course Using An Adaptive Hypermedia Learning Enviro”. The International
Journal of Learning.14, (6), 69-76.
Sembiring, T.
(2008).Urgensidankontribusirisetdasarfisikadalambidangteknologiinforma
si: EfekGiantMagnetoresistance (GMR) dalam Head Read Device.
PidatoPengukuhan Guru Besar FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Surjono, H.D., & Nurkhamid. (2008). Pengembangan Model E-LearningAdaptifterhadapKeragaman
GayaBelajarMahasiswauntukMeningkatkanEfektivitasPembelajaran.Lapor
anPenelitianHibahBersaing. UniversitasNegeri Yogyakarta.
Thaden-Koch, T. C., Robert J. Dufresne and Jose P. Mestre.(2006). “Coordination Of Knowledge In Judging Animated Motion”.Physics Education
Research.2, (020107), 1-11.
Triantafillou, E., et al. (2004). “TheValue OfAdaptivity Based On Cognitive Style: An Empirical Study”. BritishJournal of Educational Technology.35,(1), 95-106.
Widodo, W. (2010).Pengembangan Model Pembelajaran “MiKiR” PadaPerkuliahanFisikaDasarUntukMeningkatkanKeterampilanGenerikSai nsdanPemecahanMasalahCalon Guru SMK Program Keahlian Tata Boga.Disertasi.UniversitasPendidikan Indonesia: Tidakditerbitkan.
Wiyono, K. &AgusSetiawan.(2012). Karakteristik multimedia interaktifadaptifpendahuluanfisikazatpadat (MIA-PIZA).Prosiding
Seminar NasionalSainsPascaSarjanaUnesa.Surabaya: Unesa University
Press. 14 Januari.pp 28-38.
Wiyono, K &Liliasari.(2012)
PeningkatanKeterampilanBerpikirKritisMahasiswaCalon Guru dengan Model MIA-PIZA.MajalahIlmiah Forum MIPA.14 (1), 10-16.
Wiyono, K. &Liliasari, (2011).Pengembangan model multimedia interaktifadaptifpendahuluanfisikazatpadat (MIA-PIZA).Prosiding
Seminar NasionalPendidikan MIPA FKIP UNILA. Lampung: LembagaPenelitianUnila. 26 November. pp 3.1-3.12.
Nasional FMIPA UNESA. Surabaya: Unesa University Press. 10
Desember.pp 25-31.
Wiyono, K. (2009). PenerapanModelPembelajaran Multimedia InteraktifuntukMeningkatkanPenguasaanKonsep,
KeterampilanGenerikSains Dan BerpikirKritisSiswa SMA Pada TopikRelativitasKhusus. Tesis. UniversitasPendidikanIndonesia :Tidakditerbitkan.
Wiyono, K. dkk.(2009). Model Pembelajaran Multimedia InteraktifRealtivitasKhususuntukMeningkatkanKeterampilanGenerikSains Siswa SMA.JurnalPenelitianPendidikan IPA. 3, (1), 21-30.
Yahya, S. dkk.(2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Optic FisisUntukMeningkatkanPenguasaanKonsep, KeterampilanGenerikSains Dan KeterampilanBerpikirKritis Guru Fisika.JurnalPenelitianPendidikan
IPA. 2, (1), 56-63.
Zacharia, Z.C. and Constantinos P. Constantinou. (2008). “Comparing The Influence Of Physical And Virtual Manipulatives In The Context Of The
Physics By Inquiry Curriculum: The Case Of Undergraduate Students’
Conceptual Understanding Of Heat And Temperature”. American Journal
of Physics.76, (4&5), 425-430.