• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN ELEKTROLISIS BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN REPRESENTASI SUBMIKROSKOPIK KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN ELEKTROLISIS BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN REPRESENTASI SUBMIKROSKOPIK KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN . ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 8

A. Multimedia dalam Pembelajaran Kimia ... 8

B. Landasan Teori Penggunaan Multimedia ... 9

C. Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 13

D. Keterampilan Generik Sains ... 16

E. Keterampilan Berpikir Kritis. ... 24

F. Karakteristik Konsep Elektrolisis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 34

A. Metode dan Desain Penelitian ... 34

B. Subjek Penelitian ... 35

C. Prosedur Penelitian ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 38

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN TEMUAN

DAN PEMBAHASAN……… 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1.Karakteristik Multimedia Elektrolisis. ... 45

2.Hasil Persentase Pencapaian Skor Rata-Rata ... 62

3.Hasil Peningkatan Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 66

4.Hasil Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 71

5.Hasil Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 75

6.Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis dengan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 79

7.Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan Multimedia ... 89

B. Pembahasan ... 91

1.Pembelajaran Berbantuan Multimedia ... 91

2.Peningkatan Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 93

3.Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 97

4.Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 102

5.Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis dengan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 109

6.Keunggulan dan Keterbatasan Multimedia ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahapan Pembelajaran Kimia ... 15

2.2. Hubungan Jenis Konsep dengan Keterampilan Generik Sains ... 23

2.3. Karakteristik Model Berpikir Tingkat Tinggi ... 25

2.4. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 26

2.5. Analisis Konsp Elektrolisis ... 31

3.1.Desain Penelitian ... 35

3.2.Kategori Validitas Soal ... 39

3.3.Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 40

3.4.Kategori Interpretasi Daya Pembeda ... 40

3.5.Kategori Interpretasi Indeks Kesukaran ... 41

3.6.Kategori Nilai N-Gain ... 42

4.1.Sebaran Konsep Elektrolisis ... 45

4.2.Hasil Uji Coba Multimedia ... 48

4.3.Pemetaan Peran Multimedia dalam Pembelajaran ... 52

4.4.Rekapitulasi Nilai N-Gain Kelas Kontrol ... 63

4.5.Rekapitulasi Nilai N-Gain Kelas Eksperimen... 64

4.6.Data Pretes,Postes, N-Gain Pemahaman Representasi Submikroskopik 68 4.7. Hasil Uji Statistik Pemahaman Representasi submikroskopik ... 70

4.8. Hasil Uji Statistik Pemahaman Representasi Submikroskopik Perindikator70 4.9.Data Pretes,Postes, N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 73

4.10.Hasil Uji Statistika Keterampilan Generik Sains ... 74

4.11.Hasil Uji Statistika Keterampilan Generik Sains Perindikator ... 75

4.12. Data Pretes,Postes, N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis ... 77

4.13.Hasil Uji Statistika Keterampilan Berpikir Kritis ... 79

(4)

4.15.Kriteria Koefisien Korelasi Product Moment Pearson ... 80

4.16.Hasil Uji Analisis Korelasi Keterampilan Berpikir Kritis terhadap

Keterampilan Generik Sains ... 81

4.17.Hasil Uji Analisis Korelasi Keterampilan Berpikir Kritis terhadap

Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 84

4.18. Hasil Uji Analisis Korelasi Keterampilan Generik Sains terhadap

Pemahaman Representasi Submikroskopik ... 87

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Pemrosesan Informasi ... 11

3.1 Alur Penelitian ... 37

4.1 Diagram Hubungan Komponen Multimedia dan Konsep ... 46

4.2 Halaman Judul Multimedia Elektrolisis ... 49

4.3 Halaman Menu Utama Multimedia Elektrolisis ... 49

4.4 Halaman Menu Elektrolisis ... 50

4.5 Halaman Menu Latihan ... 50

4.6 Halaman Menu About ... 51

4.7 Halaman Menu Help ... 51

4.8 Peresentase Pencapaian Pretes, Postes, N-Gain ... 65

4.9 Peresentase Pencapaian Pretes, Postes, N-Gain Kemampuan Representase Submikroskopik ... 67

4.10 Peresentase Pencapaian Pretes, Postes, N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 72

4.11 Peresentase Pencapaian Pretes, Postes, N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis ... 76

4.12 Peran Multimedia dalam Meningkatkan Keterampilan Generik Sains 89

4.13 Peran Multimedia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis 92

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Analisis Konsep Elektrolisis ... 122

B. Peta Konsep Elektrolisis ... 124

C. Model Pembelajaran ... 125

D. Rencana Pembelajaran ... 127

E. Storyboard ... 128

F. Instrumen ... 157

G. Rekapitulai Hasil Uji Coba Soal ... 170

H. Hasil Pretes ... 171

I. Hasil Postes ... 173

J. Perolehan N-Gain Total Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 175

K. N-Gain Kemampuan Submikroskopik ... 177

L. N-Gain Keterampilan Generik Sains ... 179

M. N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis ... 183

N. Hasil Uji Statistika (Uji Normalitas dan Uji t) ... 187

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia

mengkhususkan pembahasannya pada struktur dan komposisi zat, perubahan

materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Liliasari, 1996). Struktur

dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

seperti atom, ion, dan molekul bergabung satu sama lain membentuk suatu materi

yang berukuran makro sehingga perubahaan yang terjadi pada materi dapat

diamati secara langsung. Materi yang terbentuk dari gabungan partikel-partikel

penyusunnya memiliki komposisi tertentu yang dapat diungkapkan dalam bentuk

simbol-simbol kimia yang telah disepakati. Agar fenomena kimia dapat dijelaskan

secara utuh, maka para ilmuan kimia mengarahkan penjelasan fenomena kimia

pada tiga representasi kimia yang meliputi representasi makroskopik,

submikroskopik, dan simbolik (Johnstone dalam Treagust et al, 2003).

Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran kimia adalah seringnya terjadi

pembelajaran kimia yang hanya dibatasi pada representasi makroskopik dan

simbolik saja tanpa menyentuh representasi submikroskopiknya. Pelajar dibiarkan

mengembangkan sendiri pemahaman submikroskopik (pemahaman molekuler)

dengan melihat gambar-gambar dua dimensi yang ada dalam text book tanpa

pengarahan dari gurunya. Kondisi tersebut ternyata malah menimbulkan banyak

(8)

ketidakmampuan pelajar memvisualisasikan fenomena reaksi kimia di tingkat

submikroskopik (Tasker, 2006). Salah satu materi kimia yang dianggap sulit dan

bahkan cenderung mengalami miskonsepsi adalah topik elektrolisis. Menurut

Garnet dan Treagust (1992) kesulitan dan miskonsepsi yang sering terjadi dalam

topik elektrolisis selama ini adalah mengenai pergerakan elektron dan aliran

listrik. Umumnya pelajar menganggap bahwa ketika arus listrik di alirkan pada sel

elektrolisis, elektron masuk ke salah satu elektrode, masuk ke elektrolit dan

kemudian masuk ke elektrode yang satunya lagi. Selain itu pelajar juga sering

mengalami miskonsepsi pada penentuan reaksi redoks yang terjadi dalam sel

elektrolisis, banyak pelajar yang menganggap bahwa air tidak akan

mempengaruhi reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis. Pelajar juga sering

menganggap bahwa tanda positif dan negatif yang ada dalam elektrode

menunjukkan muatan elektron, anode bermuatan positif karena melepaskan

elektron dan katoda akan bermuatan negatif karena menerima elektron.

Penelitian lain yang mengemukakan hal senada yaitu hasil penelitian Finley,

Stewart, Yarroch, dan Johnstone (dalam Sanger 1999) yang mengemukakan

bahwa umumnya topik yang dianggap sulit dalam konsep sel elektrolisis yaitu

sekitar aliran listrik, aliran elektron, dan menentukan reaksi reduksi oksidasi yang

terjadi dalam sel elektrolisis.

Salah satu cara untuk membantu pelajar meningkatkan pemahaman

representasi submikroskopik dan mengatasi miskonsepsi yang selama ini terjadi

adalah dengan cara menggambarkan dan memvisualisasikan proses yang terjadi di

(9)

adalah dengan menggunakan multimedia dalam proses pembelajaran. Ruthven

(dalam Wu, 2009) mengemukakan bahwa multimedia merupakan alat komunikasi

yang powerfull dalam menyajikan ilmu pengetahuan khususnya sains. Selanjutnya

Gilbert (dalam Wu, 2009) menyatakan bahwa visualisasi melalui multimedia

dapat menggabungkan mental imaginary mahasiswa yang terbentuk ketika proses

penerimaan suatu materi pelajaran yang dapat dilihat, di dengar, atau di sentuh

sehingga diharapkan pengetahuan yang diterima dapat bertahan dalam long term

memory mahasiswa. Multimedia dapat memvisualisasikan interaksi dan

pergerakan dinamik yang terjadi dalam proses kimia dengan menampilkan

simbol-simbol dan persamaan dalam bentuk tiga dimensi (3D) yang tidak dapat

ditampilkan oleh media yang lainnya. Penggunaan multimedia dapat memberikan

informasi yang berharga bagi guru tentang bagaimana pelajar menyimpulkan,

menghubungkan, dan mengintegrasikan representasi makroskopik,

submikroskopik, dan simbolik (Ardac dan Akaygun, 2004).

Selain diharapkan dapat meningkatkan pemahaman representasi

submikroskopik mahasiswa, pembelajaran berbantuan multimedia juga

diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir mahasiswa sebagai bekal

melaksanakan pembelajaran di lapangan. Dalam hal ini keterampilan berpikir

yang dimaksud adalah keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis ternyata mampu menyiapkan peserta didik

berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta dapat dipakai untuk pemenuhan

kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik, karena dapat

(10)

(Liliasari, 1996). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa peran multimedia

dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan

keterampilan berpikir kritis pelajar (Gunawan dan Astuti,2008; Iriany, 2009;

Novianti, 2010; Permana, 2011). Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah

dilakukan belum ada penelitian yang memfokuskan pada pemahaman representasi

submikroskopik sekaligus menggali keterampilan generik sains dan keterampilan

berpikir kritis. Oleh sebab itu multimedia yang dikembangkan dalam penelitian

ini menyajikan animasi dan visualisasi fenomena submikroskopik dan juga

disajikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan proses elektrolisis yang menuntut

pengembangan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa calon guru.

Multimedia elektrolisis yang telah dikembangkan selama ini umumnya

kurang menjelaskan fenomena submikroskopik dari proses elektrolisis dan kurang

menggali keterampilan berpikir mahasiswa. Oleh sebab itu dalam penelitian ini

peneliti bermaksud mengembangkan multimedia elektrolisis yang dapat

memvisualisasikan beberapa proses elektrolisis di tingkat submikroskopik dan

menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali keterampilan berpikir

(11)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka dibuat suatu rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pembelajaran

elektrolisis berbantuan multimedia yang dapat meningkatkan pemahaman

representasi submikroskopik, keterampilan generik sains, dan keterampilan

berpikir kritis mahasiswa calon guru kimia,?“

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik multimedia elektrolisis yang diterapkan dalam

pembelajaran pada topik elektrolisis?

2. Bagaimana pemahaman representasi submikroskopik mahasiswa calon guru

kimia pada topik elektrolisis setelah pembelajaran menggunakan multimedia?

3. Bagaimana keterampilan generik sains mahasiswa calon guru kimia pada

topik elektrolisis setelah pembelajaran menggunakan multimedia?

4. Bagaimana keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru kimia pada

topik elektrolisis setelah pembelajaran menggunakan multimedia?

5. Bagaimana tanggapan mahasiswa calon guru kimia terhadap penggunaan

multimedia dalam pembelajaran topik elektrolisis?

6. Bagaimana hubungan antara pemahaman representasi submikroskopik,

keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis mahasasiwa

(12)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah model pembelajaran elektrolisis

berbantuan multimedia serta menganalisis pengaruh penerapan multimedia

tersebut terhadap peningkatan pemahaman representasi submikroskopik,

keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru

kimia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi dosen, penelitian ini akan menambah pengetahuan mengenai

penggunaan multimedia dalam perkuliahan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pemahaman representasi submikroskopik, keterampilan

generik sains, dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru kimia.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi dosen dalam memperbaiki kegiatan

perkuliahan.

E. Penjelasan Istilah

Penjelasan terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Multimedia merupakan suatu media yang terdiri dari hardware dan software

yang memberikan kemudahan untuk menggabungkan gambar, foto, video,

grafik, animasi, suara, teks, data yang dikendalikan oleh program komputer

(13)

2. Representasi adalah cara untuk menjelaskan fenomena, objek, kejadian,

konsep abstrak, ide-ide, proses, mekanisme, dan bahkan sistem (Hung Chiu &

Wu: 2009).

3. Representasi submikroskopik adalah penjelasan ilmiah terhadap fenomena

kimia dari segi partikulat seperti pergerakan elektron, penjelasan molekul,

dan atom Treagust (2002)

4. Keterampilan generik sains adalah kompetensi yang digunakan secara umum

dalam berbagai kerja ilmiah (Suprapto dalam Darliana, 2008). Pada penelitian

ini keterampilan generik sains yang ingin dikembangkan yaitu pengamatan

langsung dan tak langsung, inferensi logika, bahasa simbolik, membangun

konsep, kerangka logika taat azas, keterampilan membangun konsep, dan

pemodelan matematika,.

5. Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan bernalar dan berpikir

reflektif yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan apa yang

harus dilakukan (Ennis, 1985). Pada penelitian ini keterampilan berpikir kritis

yang ingin dikembangkan ada lima kelompok indikator yang meliputi: 1)

memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); 2) membangun

keterampilan dasar (basic support); 3) membuat inferensi (inferenting); 4)

membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification); 5) mengatur

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

experiment) dengan control group pretest post test design. Desain eksperimen ini

digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman representasi

submikroskopik, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa calon guru yang mengikuti perkuliahan dengan menggunakan bantuan

multimedia dengan yang menggunakan perkuliahan dengan metode konvensional.

Desain ini memungkinkan untuk dilakukan, karena tidak dimungkinkannya

melakukan seleksi subjek secara acak, dimana subjek secara alami telah terbentuk

dalam suatu kelompok utuh (naturally formed intact group), yaitu dalam satu kelas

dan akan adanya pertimbangan keterbatasan jumlah sampel (Fraenkel and Wallen,

2007)

Pelaksanaan penelitian ini didahului dengan pelaksanaan pretes terlebih dahulu

pada kedua kelompok. Pretes bertujuan untuk melihat ekivalensi kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Perlakuan yang dilaksanakan pada kelompok

eksperimen berupa perkuliahan dengan menggunakaan bantuan multimedia interaktif

yang diadakan setelah pretes diberikan. Sedangkan pada kelompok kontrol,

(15)

waktu yang sama untuk masing-masing kelompok. Setelah perlakuan tersebut,

masing-masing kelompok diberikan postes untuk mengukur tingkat pemahaman

representasi submikroskopik, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir

kritis mahasiswa calon guru. Menurut Arikunto (2005), desain ini dapat digambarkan

sebagi berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Subjek Pretest Perlakuan Postest

R O1 X1 O2

R O1 X2 O2

Keterangan :

R = Pemilihan kelas kontrol dan kelas eksperimen secara acak (random)

O1 = Pretest di kelas kontrol dan kelas eksperimen (tes pemahaman

representasi submikroskopik, dan simbolik terintegrasi dengan

keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis)

O2 = Postes di kelas kontrol dan kelas eksperimen (tes pemahaman

representasi submikroskopik, dan simbolik terintegrasi dengan

keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis)

X1 = Pembelajaran elektrolisis dengan menggunakan multimedia

X2 = Pembelajaran elektrolisis dengan metode konvensional

B. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kimia di salah satu perguruan

tinggi di kota Bandung yang mengikuti perkuliahan kimia dasar II (terdapat

perkuliahan topik elektrolisis). Subjek penelitian terdiri dari dua kelas, satu kelas

sebagai kelas kontrol dan kelas berikutnya sebagai kelas eksperimen.

(16)

Penelitian ini dikelompokkan dalam empat tahap, yaitu: tahap persiapan,

pelaksanaan, pengolahan data dan pembahasan, dan tahap penarikan kesimpulan dan

saran. Persiapan penelitian terdiri dari : a) merumuskan masalah penelitian, b) studi

dan analisis literatur/referensi yang terkait, c) analisis konsep, d) perancangan

multimedia, e) perancangan instrument penelitian (soal dan angket), dan f) Validasi

instrument dan uji coba instrumen.

Sedangkan pelaksanaan penelitian terdiri: a) Pelaksanaan pretes pada kelas

eksperimen dan kontrol, b) Pelaksanaan praktikum elektrolisis di kelas eksperimen

dan kontrol, c) Penjelasan dengan bantuan multimedia elektrolisis di kelas

eksperimen dan diskusi di kelas kontrol, d) Pelaksanaan postes di kelas kontrol dan

eksperimen, dan e) Pemberian angket pada mahasiswa kelas eksperimen.

Tahap pengolahan data hasil penelitian terdiri dari: a) Penskoran pada hasil pretes

dan postes kelas kontrol dan kelas eksperimen, b) Menentukan N-gain kelas kontrol

dan kelas eksperimen, c) Uji normalitas dan uji homogenitas data N-gain, d) Uji

parametrik atau nonparametrik pada N-gain gabungan kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Setelah data tersebut dianalisis kemudian dibahas, dan tahap berikutnya

yaitu tahap penarikan kesimpulan dan saran.

Langkah-langkah atau prosedur penelitian disajikan dalam bentuk bagan berikut:

(17)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Perencanaan proses pembelajaran

Perancangan dan uji coba instrument tes

Tes

Pretes kelas kontrol Prestes kelas eksperimen

Pembelajaran menggunakan multimedia di kelas eksperimen Pembelajaran dengan menggunakan

metode konvensional di kelas kontrol

(18)

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini instrumen-instrumen yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Tes penguasaan pemahaman representasi submikroskopik terintegrasi

dengan keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis.

b. Angket skala Likert untuk mengetahui tanggapan mahasiswa calon guru

terhadap model pembelajaran menggunakan multimedia yang

dilaksanakan

Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tes tersebut harus dinilai

validitas, rebilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Pembakuan soal ini

meliputi beberapa pengujian seperti uraian di bawah ini.

1) Analisis Validitas butir soal tes

Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki

oleh sebutir soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir

soal tersebut. Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu

butir soal terhadap skor total. Untuk menentukan perhitungan validitas butir

soal digunakan rumus korelasi produk moment pearson (Arikunto, 2005)

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n = Jumlah peserta tes

x = skor siswa pada tiap butir soal

(19)

Interpretasi besarnya koefisien korelasi berdasarkan patokan disesuaikan

dari Arikunto (2005) adalah seperti tabel 3.2.

Tabel 3.2. Validitas Butir Soal

itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun

(dalam level yang sama). Dimanapun dan kapanpun berada. Untuk mengukur

relibilitas soal menggunakan rumus alpha-Cronbach :



r 11= korelasi skor-skor setiap belahan tes

= jumlah variasi skor tiap-tiap item

= variansi skor total setiap item

n = banyaknya butir soal

Untuk hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan

diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P.Guilford (Arikunto, 2005)

(20)

Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,90 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi (baik)

0,40 < r11≤ 0,70 Cukup (sedang)

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)

r11≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

3) Daya Pembeda Tes Hasil Belajar

Perhitungan daya pembeda pada setiap butir soal dapat digunakan rumus

(Arikunto, 2005)

N

1/2

B

-B

DP

A B

Keterangan :

DP = Daya pembeda

BA = Jumlah siswa pada kelompok atas

BB = Jumlah siswa pada kelompok bawah

N = Jumlah seluruh siswa

Tabel 3.4. Kategori Interpretasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < DP ≤ 0,20 Kurang

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

(21)

4) Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dari tiap item soal dihitung berdasarkan jawaban

seluruh siswa yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung

tingkat kesukaran adalah :

N B TK 

(Arikunto, 2005) Keterangan :

TK = Tingkat kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.5. Kategori Interpretasi Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

TK ≤ 0,00 Terlalu sukar

0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah

TK ≤ 1,00 Terlalu mudah

E. Teknik Analisis Data

1. Jenis Data

Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriftif untuk menemukan

kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian. Data

kuantitatif dianalisis dengan uji statistik untuk menguji tingkat signifikansi

perbedaan rerata pemahaman representasi submikroskopik, keterampilan

(22)

2. Pengolahan Data

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman representasi submikroskopik,

keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan

melalui model pembelajaran berbantuan multimedia dihitung berdasarkan skor

gain yang dinormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan

dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing mahasiswa. Untuk

memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan

oleh Hake (dalam Cheng, et.al, 2004) berikut, yaitu: N-gain = ��� −��

����−�� �100%

dimana, Spost adalah skor postes, Spre adalah skor pretes, Smax adalah skor

maksimum yang dapat diperoleh oleh mahasiswa. Berikut ini merupakan tabel

klasifikasi N-gain.

Tabel 3.6. Klasifikasi N-gain (Hake dalam Cheng, et. al, 2004)

No Kategori Perolehan N-gain Keterangan

1 N-gain > 0,70 Tinggi

2 0,3 < N-gain < 0,70 Sedang

3 N-gain <0,3 Rendah

Nilai N-gain yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat peningkatan

pemahaman representasi submikroskopik, keterampilan generik sains, dan

keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru.

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa uji

normalitas, uji homogenitas varian data sebagai berikut:

(23)

X2= ∑( 0− ) 2

b) Uji Homogenitas yang didasarkan pada rumus statistik berikut (Ruseffendi,

1998);

F = �12

�22

Dengan F adalah nilai F hitung, S12 adalah varians terbesar, sedangkan S22

adalah varians terkecil

c) Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata pemahaman representasi

submikroskopik, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan

uji statistik parametrik (uji t satu ekor dengan α = 0,05) untuk sebaran data

berdistribusi normal dan homogen. Persamaan yang digunakan adalah

2

d) Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kuantitatif dikonversi

menjadi skala kuantitatif untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS

(Sangat Setuju) diberi skor tertinggi (5), makin menuju ke STS (Sangat Tidak

Setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun dari skala 4-1.

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data hasil penelitian serta temuan dan pembahasan,

maka rumusan masalah sebagai acuan penelitian dapat dijawab dengan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik multimedia elektrolisis meliputi; dapat menjembatani konsep

abstrak dengan fenomena makroskopik, visualisasi, animasi-animasi, dan

pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dapat meningkatkan pemahaman

representasi submikroskopik (PRS), keterampilan generik sains (KGS), dan

keterampilan berpikir kritis (KBK)

2. Pembelajaran dengan bantuan multimedia elektrolisis dapat meningkatkan

pemahaman representasi submikroskopik mahasiswa calon guru kimia pada

kategori sedang dengan N-gain 36,87%. Peningkatan pemahaman

representasi submikroskopik tertinggi adalah menggambarkan proses

penyepuhan logam, sedangkan yang mengalami peningkatan terendah adalah

menggambarkan reaksi redoks dalam sel elektrolisis dengan electrode tak

inert.

3. Pembelajaran dengan bantuan multimedia elektrolisis dapat meningkatkan

keterampilan generik sains mahasiswa calon guru kimia pada topik

elektrolisis pada kategori sedang dengan N-gain 34,11%. Peningkatan

(25)

sedangkan indikator keterampilan generik sains yang mengalami peningkatan

terendah adalah membangun konsep

4. Pembelajaran dengan bantuan multimedia elektrolisis dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru kimia pada topik

elektrolisis kategori sedang dengan N-gain 41%. Peningkatan indikator

keterampilan berpikir kritis tertinggi adalah menentukan tindakan, sedangkan

indikator keterampilan berpikir kritis yang mengalami peningkatan terendah

adalah membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

5. Terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara keterampilan berpikir

kritis dengan keterampilan generik sains, antara keterampilan berpikir kritis

dan pemahaman representasi submikroskopik, dan antara keterampilan

generik sains dengan pemahaman representasi submikroskopik mahasiswa

pada topik elektrolisis dengan masing-masing harga r 0,933, 0,912, dan

0,911.

6. Tanggapan mengenai perkuliahan menggunakan bantuan multimedia

elektrolisis mempunyai kategori tinggi, artinya mahasiswa setuju bahwa

perkuliahan dengan menggunakan bantuan multimedia elektrolisis dapat

membantu mahasiswa menemukan konsep secara benar.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pembelajaran elektrolisis

berbantuan multimedia untuk meningkatkan pemahaman representasi

submikroskopik, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis

(26)

1. Perlu dikembangkan multimedia elektrolsis yang memvisualisasikan proses

elektrolisis dengan elektrode tak inert yang lebih bervariasi, agar mahasiswa

dapat dengan jelas memahami bagaimana representasi subikroskopik pada

proses elektrolisis dengan elektrode tak inert

2. Untuk meningkatkan keterampilan generik sains membangun konsep, maka

perlu dikembangkan multimedia yang lebih banyak memberikan

latihan-latihan, agar keterampilan membangun konsep mahasiswa atau pelajar dapat

digali.

3. Pengembangan multimedia yang urutan materinya disajikan secara deduktif

perlu didukung dengan metode pembelajaran yang deduktif juga agar

keterampilan berpikir kritis mendeduksi dan mempertimbangkan hasil

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Adri, Muhamad. 2007. ”Strategi pengembangan multimedia instrctional design”. Jurnal Invotek, vol. VIII no. 1. Online. Tersedia: http://www.ilmukomputer.com

An-Nabhani, T. 1993. Pokok-Pokok Pikiran Hizbut Tahrir. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah

Ardac, D dan Akaygun, S. 2004. “Effectiveness of multimedia based instruction

than emphasizes moleculer representation student understanding of chemical

change”. Journal of Research in Science Teaching. 41(4). 317-337

Astuti, Henrica. 2008. Pembelajaran Praktikum Mandiri Berbasis Multimedia Komputer untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Tekanan Osmotik. TESIS. UPI Bandung. tidak diterbitkan.

Brotosiswoyo, B.S 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi Fisika. Jakarta: PAU-PPAI Dirjen. DIKTI Depdiknas

Cheng, K., et al. 2004. “Using online homeworks systems enhance student learning of physics concept in an introductory physics course”. American Journal of Physics. 72(11). 1447-1453.

Chittleborough, Gail dan F. Treagust, David. 2006. “The modeling ability of non major chemistry students and their understanding of the sub-microscopic level”. Journal of Chemistry Education Research and Practice. Vol 8 No. 3. PP 274-361. Online Tersedia: http://www.rsc.org/cerp.

Costa, A.L. 1985. Developing Mind A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Virginian Association for Supervision and Curriculum development.

Darliana. 2008. Kompetensi Generik IPA. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA. IT and Multimedia Divison. Bandung

Didin Solehudin. 2009. Penggunaan Animasi Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Level Mikroskopik dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. TESIS. UPI Bandung. tidak diterbitkan

(28)

Dow Su-King. 2008. “An informative study of integrating multimedia technology into problem-Solving for promoting students’ abilities of general chemistry”. Int’l J of Instruction Media Vol. 35. No. 3. PP 339-353

Ennis, R.H. 1985. Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC

Facione, P. 2006. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. [Online]. Tersedia: www.aacu.org/meetings/pdfs/criticalthinking.pdf [20 Juni 2011].

Fraenkel, J.R., dan Wallen, N.E. 2007. How to Design and Evaluate Research in Education 3th Edition. Singapore McGraw-Hill, INC

Garnet, Pamela J. dan Treagust, David F. 1992. “Conceptual difficulties experienced by senior high school student of electrochemistry: electrochemical (galvanic) and electrolyte cells”. Journal of Science and Teaching Education. Vol 29. No110 PP 1079-1099.

Gunawan. 2008. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Calon Guru pada Materi Elastisitas. TESIS. UPI Bandung. tidak diterbitkan

Hartono. 2006. Pembelajaran Fisika Modern bagi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi Doktor pada SPs UPI. tidak diterbitkan

Herunata. 2001. “Materi Pembelajaran Reaksi Reduksi Oksidasi dan Elektrokimia

di Kelas Tiga SMU”. Media Komunikasi Kimia, No.1, Th 5. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Hsin-Kai Wu. 2002. “Linking the microscopic view of chemistry to real life experiences: intertextuality in a high-school science class room”. Journal Chemical Education. Vol. 87 PP.868-891. DOI:10.1002/sce 10090.

Hung Chiu dan Hsin-Kai Wu. 2009.”The role of multimedia in the teaching and learning of the triplet relationship in chemistry”. Model and Modeling ins Science Education 4. DOI 10.1007/978-1-4020-8872-8-12.

(29)

Jones, L.L., Jordan. K.D. & Stillings. N.A. 2005. “Molecular visualization in

chemistry education: The role of multidisciplinary collaboration”. Chemistry Education Research and Practice. Vol.6. pp. 136-149.

Jose. T. J., Williamson. V.M. 2005. “Molecular visualization in science education:

An evaluation of an NSF-sponsored workshop”. Journal of Chemical Education. Vol.82. pp. 937-943.

Liliasari. 1996. Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukkan Pengetahuan oleh Siswa SMA. Sebuah Studi tentang Berpikir Konsep. Disertasi. PPS IKIP Bandung.

Liliasari., 2007. “scientific concepts and generic science skills relationship in the

21 st

century science education”. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education. 27 October 2007. Bandung. 13

18.

Mayer, Richard E, dan Moreno, Roxana. 1997. A Cognitive Theory of Multimedia Learning; Implication for Design Principle. Multimedia Learning. University of California. Santa Barbara

Moerwani, dkk. Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi Fisika. Jakarta: PAU-PPAI Dirjen. DIKTI Depdiknas

Munir. 2001. “Aplikasi teknologi informasi terhadap motivasi belajar anak-anak

prasekolah dalam pembelajaran literasi” Mimbar Pendidikan N0.3/XX/2001 9-17 Bandung. University Press UPI.

Noviant, Asrii. 2010. Penggunaan Courseware Konstekstual pada Pembelajaran Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Penguasaaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. TESIS. UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Putri, S. 2007. Pembelajaran Konsep Bakteriologi dan Virologi Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Mahasiswa. Tesis Magister pada SPs UPI. tidak diterbitkan

Permana, Irvan. 2011. Media Visualisasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMK pada Konsep Hidrokarbon. TESIS. UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

(30)

Rustini, I. 2001. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Square Dalam Kegiatan Praktikum Materi Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung. Tidak diterbitkan

Sanger, Michael J. dan Thomas Greenbowe. 1999. “An analysis of college chemistry textbooks as sources of misconception an errors in electrochemistry”. Journal of Science and Teaching Education. Vol 76. No.6. PP. 853-60

Sanger, Michael, J.2000. “ Using particulate drawing to determine and improve

student conceptions of pure substances and mixture”. Journal of Chemical Education. 77. (6). 762-766.

Sanger, Michael, J.2005. “Evaluating student conceptual understanding og balanced equation and stoichiometric ratios using a particulate drawing”.

Journal of Chemical Education. 82(1). 131-134.

Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Suherman. 2003. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung. Wijaya Kusuma

Tasker, Roy dan Dalton, Rebecca. 2006. “Research into practice: visualization of the molecular world using animation”. Journal of Chemistry Education Research an Practice. Vol.7. No.2. PP 141-159.

Treagust, David F et all. 2002. “Constrain to the development of first year

university chemistry student’ mental models of chemical phenomena”. Teaching and Learning Forum 2002: Focusing on the Student.

Treagust et all. 2003. “The role of submicroscopic and symbolic representations in chemical explanation” International Journal of Science Education. 25 (11)

1353-1368

Tosun, N. Sucsuz, N. Yigit, B. 2006. “The effect of computer assisted and

computer based teaching methods on computer course success and computer using attitudes of student”. The Turkish Online Journal Of Educational Technology. 5, (3), 1303-6521

Venkataraman, B. 2009. “Visualization and interactivity in the teaching of

(31)

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 91,4% siswa di SDN Desa Pardamean Nainggolan mengonsumsi buah pinang dan sebagian besar dari mereka mengonsumsi dengan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN FIRE-UP UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah seperti yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan

Preferensi Tikus (Rattus Argentiventer) Terhadap Je nis Umpan Pada Tanaman Padi Sawah.. Aceh: Fakultas Pertanian Unsyiah Kuala

Sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini yang menyatakan bahwa diduga hasil belajar “Ilmu Gizi Olahraga” be rpengaruh pada pemilihan makanan atlet

bangsa Cina yang disebut dengan etnis Tionghoa, sebagai bagian dari keragaman.. negeri ini sudah bermukim dan berbaur dengan masyarakat sekitar (Setiono,

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,

Disarankan agar siswi kelas XI mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan zat gizi magnesium karena sebagian besar siswi kekurangan akan zat gizi tersebut serta adanya